Anda di halaman 1dari 75

USULAN TEKNIS

BAB V
URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

5.1. PENDEKATAN TEKNIS

5.1.1. Tujuan Kegiatan


Tujuan kegiatan pekerjaan perencanaan Pembangunan Gedung Ruang
Kuliah STAIN Pamekasan yang Kampus yang berlokasi di Jalan Raya
Panglegur Km 4, Desa Ceguk Kecamatan Tlanakan Pamekasan adalah untuk
meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana Ruang Perkuliahan yang
digunakan sebagai panduan dalam pembangunan Gedung Kuliah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan,sehingga dapat membantu Panitia
Pengadaan dalam menyusun dokumen pelelangan sampai terlaksana
proses pengadaan dan pengendalian dalam masa pelaksanaan
pembangunan fisik.

5.1.2. LINGKUP JASA KONSULTANSI


Ruang lingkup jasa konsultansi pekerjaan perencanaan Pembangunan
Gedung Ruang Kuliah STAIN Pamekasan meliputi pengendalian terhadap
mutu, waktu dan biaya dalam pencapaian sasaran fisik baik kualitas dan
kuantitas, sehingga dapat menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap
dalam semua aspek pekerjaan yang mencakup unsur Arsitektural, Struktur
bangunan, sistem Elektrikal dan dokumen lelang Pembangunan Fisik dengan
melakukan :
1. Survey lapangan dengan mengumpulkan data fisik meliputi pengukuran
topographi, tapak, elevasi dan letak bangunan, sistem drainase
lingkungan, sistem pelistrikan dan pencahayaan/ilumunisasi, sistem air
bersih dan sistem air kotor, bentuk bangunan;

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-1


1
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

2. Tahap pemrograman fungsi bangunan meliputi program kegiatan,


kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana, serta program kebutuhan dan
persyaratan ruang;
3. Tahap Analisis dan konsep rencana yakni dengan membuat Konsep
Rencana Teknis terlebih dahulu dan dilakukan analisis mendalam sesuai
data hasil survey dan pengukuran lapangan;
4. Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam penyusunan
pra rancangan meliputi :
 Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan;
 Konsep bangunan;
 Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas;
 Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan
divisualisasikan dalam desain.
5. Tahap Pra-Rancangan, penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana
tapak, rencana bentuk, rencana struktur dan konstruksi, rencana utilitas
berdasarkan kondisi eksiting di lapangan.
6. Tahap Pengembangan Rancangan meliputi pembuatan Gambar Denah
Geduang Ruang Kuliah, Tampak, Potongan, Detail arsitektur dan struktur,
serta Menyusun prakiraan biaya yang di perlukan dalam pembangunan
konstruksi gedung, yang meliputi :
 Site Plan rencana dan Layout plan
 Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana dalam
skala 1:100 dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
 Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BQ), Rencana Anggaran Biaya
(RAB) sementara pekerjaan konstruksi.
7. Tahap pelelangan Konstruksi fisik, membantu panitia pada waktu acara
penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun berita acara penjelasan
pekerjaan, evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen pelelangan
dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.

5.1.3. Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-2


2
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Lokasi Perencanaan Kampus II STAIN berada di Jalan Raya Panglegur


Km 4, Desa Ceguk Kecamatan Tlanakan, Kampus STAIN memiliki 17 program
studi (prodi). 16 prodi sarjana strata satu (S1) dan 1 program studi magister
(S2), yaitu Prodi Pendidikan Agama Islam. Kampus II STAIN memiliki lahan
seluas 27. 776 m2 dengan beberapa bangunan yang telah berdiri dengan
berkonstruksi modern. Dalam perkembangan Kampus STAIN Pamekasan
meningkatkan daya tampung Mahasiswa untuk kegiatan Proses belajar
Mengajar, praktikum, pembenahan dan peningkatan penelitian dan pengabdian
masyarakat, pembangunan dan penambahan gedung dan buku buku
perpustakaan, gedung multimedia, gedung praktikum, masjid, tempat parkir,
dan lapangan serta multimedia olahraga,dan sebagainya. Dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi, STAIN Pamekasan berlandaskan pada:
Keputusan Menteri agama Nomor 03 Tahun 2006 Tentang organisasi dan tata
kerja STAIN Pamekasan, Keputusan Menteri agama Nomor 102 Tahun 2008
Tentang STATUTA STAIN Pamekasan, Rencana Induk Pengembangan dan
Rencana Strategis untuk meningkatkan Pelayanan Akademik kepada
Mhasiswa.

Gambar Lokasi Area Kampus STAIN Pamekasan

Gedung kuliah yang akan direncanakan, dengan ketentuan luas tapak ±


2400 M² dan luas bangunan ± 2850 M²

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-3


3
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

5.2. PENDEKATAN TEKNIS


5.2.1. Pendekatan Perencanaan
Dalam melaksanakan kegiatan ini, terdapat 3 (tiga) aspek pendekatan
perencanaan yang dilakukan konsultan dalam perencanaan Pembangunan
Gedung Ruang Kuliah STAIN Pamekasan, adapun ketiga pendekatan tersebut
adalah :
1. Pendekatan Dasar, sesuai dengan lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilakukan, secara garis besar diperlukan adanya beberapa
pendekatan-pendekatan dasar dalam perencanaan Pembangunan Gedung
Ruang Kuliah STAIN Pamekasan, yaitu antara lain :
 Sustainable Development; yaitu perencanaan tapak yang berwawasan
lingkungan, dan berkelanjutan;
 Implementatif; yaitu menghasilkan rumusan pedoman teknis dalam
perencanaan yang dapat dilaksanakan pada saat pembangunan;
 Akomodatif; yaitu perencanaan yang dapat mengakomodasikan
kebutuhan dan kenyamanan calon pengguna sesuai fungsinya;
 Aspiratif; yaitu perencanaan yang dapat menyerap aspirasi pemilik dan
pemakai dalam proses dan produk desain;
 Terprogram; yaitu perencanaan dengan program yang jelas, dan sesuai
dengan kebutuhan desain maupun rencana pengembangannya.
2. Pendekatan Azas, ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah STAIN Pamekasan yang
bisa dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
► Azas Fungsi Utama, Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah
STAIN Pamekasan Pemanfaatan ruang kuliah didasarkan sebagai fungsi
utama.
► Azas Fungsi dan Hiraki Kegiatan, Pemanfaatan ruang dilakukan
berdasarkan fungsi dan kegiatan yang bersifat hirakis untuk penciptaan
keseimbangan sistem sirkulasi;
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-4
4
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

► Azas Manfaat, pemanfaatan ruang harus bisa memberikan manfaat yang


sebesar -besarnya bagi pengguna;
► Azas Keseimbangan dan Keserasian Fungsi Ruang, keseimbangan dan
keserasian struktur dan pola pemanfaatan ruang, keseimbangan dan
Keserasian Fungsi dan Intensitas pemanfaatan ruang;
► Azas Kelestarian, menciptakan hubungan yang serasi antara manusia dan
lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaaatan ruang;
► Azas Berkelanjutan, pemanfaatan ruang harus menjamin kenyamanan;
► Azas Keterbukaan, setiap pihak yang berkepentingan dapat memperoleh
keterangan mengenai produk perencanaan serta proses yang ditempuh
dalam kegiatan desain.
5.2.2. Pendekatan Teknis
Ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam Perencanaan
Pembangunan Gedung Ruang Kuliah STAIN Pamekasan, yang bisa dijadikan
pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
a. Pendekatan Teknis dengan melakukan kajian-kajian teknis terhadap lokasi
serta lingkungan sekitarnya. Ini penting untuk mendapatkan data eksisting
sebagai bahan masukan sebelum dilakukan rekayasa desain menyangkut
bentuk desain ruang kuliah, pola tata masa bangunan, orientasi/view, pola
sirkulasi, melakukan kajian terhadap karakter ruang kuliah, site/tapak lokasi
baik terhadap aspek lingkungan, aspek transportasi, sirkulasi, arah angin,
matahari, struktur tanah dan lain sebagainya. Selian iu, diperlukan pula
kegiatan penggalian data dan informasi sekunder yang dilakukan untuk
mendapatkan data-data penunjang, khususnya yang terkait non fisik seperti
jumlah penduduk mahasiswa, tenaga pendidik dan kependidikan, aktifitas,
perilaku, dan lain sebagainya.Dalam pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Gedung Ruang Kuliah STAIN Pamekasan, Penyedia Jasa (Konsultan
Perencana) akan menggunakan standard dan peraturan yang berlaku di
Indonesia yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan.
b. Pendekatan Normatif dilakukan untuk mendapatkan masukan dari berbagai
pihak mengenai konsep dan pola arsitektur yang akan diterapkan dalam
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah STAIN Pamekasan.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-5


5
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

5.3. METODOLOGI
5.3.1. Konsep Perancangan
Konsep perancangan yang akan diusulkan sebagai gagasan baru adalah
geduang ruang kuliah berbasis konsep GREEN SITE & GREEN BUILDING
sehingga menjadi Low Energy Consumption Building serta berperan
mengurangi dampak Global Warming.
Green Site/ Garden City Concept:
• High Density Development
• More Greenery (RTH)
• Restrict Movement Of Motorized Vehicle
• Interconnected Walkways
• Zero Runoff
• Integrated Waste Management
• Integrated MEP System

DESIGN GUIDES mematuhi peraturan Bangunan Gedung (Negara) yang


berlaku Lokal maupun Nasional
Pra – Syarat (Eligibility):
 Persyaratan Pemanfaatan Lahan,
 Persyaratan Kehandalan ;
 Gempa
 Kebakaran
 dll
 Persyaratan Kenyamanan/ Kesehatan;
 Luasan ruang kerja
 Fasilitas Gender
 Kelola Sampah
 Persyaratan Keselamatan
 Persyaratan Kemudahan/ Acessibility
 Fasilitas Difable Person

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-6


6
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Material
 Local products
 Sustainable
 Low energy
 Recyclable / eco friendly
 Non toxic

Contoh Material

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-7


7
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

GREEN BUILDING CONCEPT

• Menahan lingkungan diluar pada lokasi gedung (Land, Water, and Energy)
• Meningkatkan lingkungan internal bagi penghuni (Pencahayaan dan Udara di
dalam gedung)
• Memelihara lingkungan pada tempat yang jauh dari gedung (penggunaan
material gedung yang ramah lingkungan)

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-8


8
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

5.3.2. Kriteria Perancangan


A Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana wajib
memperhatikan kriteria umum bangunan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan, yaitu:
1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas:
a) Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata
ruang dan tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang
bersangkutan.
b) Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c) Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungannya.
2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan, dan budaya
daerah, sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya
(fisik, sosial dan budaya).
b) Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan daerah keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
c) Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Persyaratan Struktur Bangunan
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat mobilitas orang, barang dan perilaku alam
seperti gempa bumi atau angin.
b) Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau
luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur gedung dengan
melakukan perencanaan struktur yang tahan terhadap gempa
berdasarkan aturan konstruksi terbaru di antaranya Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-
2002, Tata Cara Perencaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI
03-1729-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung SNI 30-1726-2002.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-9


9
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

c) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda


yang disebabkan oleh perilaku struktur.
d) Menjamin perlindungan property lainnya dan kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.
e) Menjamin keselamatan manusia dengan memberikan kesempatan
kepada penjual dan pembeli untuk menyelamatkan diri keluar dari
gedung, jika terjadi gempa bumi.
4. Persyaratan Ketahanan terhadap Proteksi/Bahaya Kebakaran:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran sesuai dengan Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkuangan No :
10/KPTS/2000 tangga 01 Maret 2000.
b) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian
rupa sehingga mampu secara struktural stabil selama kebakaran,
sehingga:
 cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman
 cukup waktu dan jalan keluar-masuk bagi pasukan pemadam
kebakaran memasuki lokasi untuk memadamkan api.
 dapat menghindani kerusakan pada property lainnya
c) Menjamin terwujudnya Sistem pengamanan kebakaran pada bangunan
gedung untuk :
 Memperingatkan orang terhadap keadaan darurat
 Penyediaan tempat penyelamatan
 Membatasi penyebaran kebakaran
 Pemadaman kebakaran, termasuk sistem proteksi aktif dan pasif
d) Menjamin tersedianya alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut
pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan (Hidran) dan
reservoir air, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
5. Persyaratan sarana jalan masuk dan keluar:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang
layak, aman, dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta
layanan didalamnya.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-10


10
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

b) Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau


luka saat vakuasi pada saat darurat.
c) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya
untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
d) Menjamin terwujudnya pintu keluar tersendiri dari setiap lantai yang
dapat mencapai keluar secara langsung yang diisolasi terhadap
kebakaran menuju ke jalan atau ruang terbuka.
6. Persyaratan Transportasi dalam Gedung:
a) Menjamin tersedianya sarana transportasi horisontal dan vertikal yang
layak, aman dan nyaman di dalam bangunan gedung.
b) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya
untuk bangunan fasilitas umum, dan sosial.
7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem
Peringatan bahaya:
a) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam
bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat.
b) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman,
apabila terjadi keadaan darurat.
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
a) Menjamin terpasang dan tersambungnya instalasi listrik secara cukup
dan aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya
dan bahaya akibat petir.
c) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya.
9. Persyaratan Sanitasi dari bangunan:
a) Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-11


11
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

b) Menjamin kebersihan, kesehatan, dan memberikan pelayanan


kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
c) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi
secara baik.
d) menjamin tersedianya air bersih di dalam dan di Iingkungan bangunan
gedung.
10. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara :
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, balk alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara
secara baik.
11. Persyaratan Pencahayaan
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik
alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan
didalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
pencahayaan secara baik.
12. Persyaratan Kebisingan dan Getaran
a) Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dan gangguan suara
dan getaran yang tidak diinginkan.
b) Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan
upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan
lingkungan.
13. Selain kriteria di atas berlaku pula ketentuan-ketentuan sebagai dasar
pelaksanaan pekerjaan seperti:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999, tanggal 7
Mei 1999, tentang Undang-Undang Jasa Konstruksi.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-12


12
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 80 tahun 2003,


tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/ Jasa Pemerintah,
beserta perubahan-perubahannya.
d) Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung, SNI 03–1726, 2002.
e) Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI–
03–1727, 1989.
f) Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, SNI 02–1729,
2002.
g) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI
03–2847, 2002.
h) Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03–6861, 2002.
i) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
j) Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen
Pekerjaan Umum;
k) Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung tahun 1987;
l) Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada rumah dan gedung tahun 1987;
m) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
n) Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor 10/KPTS/2000 tanggal 1
Maret 2000;
o) Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung;
p) Peraturan, Pedoman, Standar atau Ketentuan – ketentuan teknis yang
lain yang berhubungan dengan pembangunan gedung.

B Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus,
spesifik berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari
segi khusus bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-13


13
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar,


seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan;
2. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya
setempat, geografi, klimatologi, dan lain-lain;
3. Sejauh tidak bertentangan dengan persyaratan khusus bangunan yang
akan dibangun harus diusahakan penggunaan potensi alami (pencahayaan
dan tata udara) untuk daerah dingin dan panas;
4. Pengelompokan fungsi bangunan hendaknya dilakukan sesuai dengan sifat
dan hirarkhinya namun merupakan kesatuan yang utuh;
5. Dalam merencanakan pembangunan tersebut agar menyesuaikan
dengan bangunan yang ada serta mampu menunjang kegiatan yang ada;
6. Jaringan sirkulasi kendaraan, manusia atau barang hendaknya disusun se
efisien mungkin sehingga terciptanya kelancaran dan mampu menunjang
kegiatan yang ada serta tidak mengganggu fungsi dalam bangunan.
7. Jaringan listrik hendaknya dibuat seefisien mungkin dengan tidak
meninggalkan fungsi ataupun kemampuan daya listrik, perlu diperhatikan
pula faktor keselamatan terhadap lingkungan baik manusia ataupun yang
lainnya.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat RI No.


02/PRT/M/2015 Tentang Bangunan Gedung Hijau, menyatakan persyaratan
sebagai berikut:
Prinsip bangunan gedung hijau meliputi:
1. perumusan kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana tindak;
2. pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air,
sumber daya alam maupun sumber daya manusia (reduce);
3. pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun non-fisik;
4. penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya
(reuse);
5. penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle);
6. perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya
pelestarian;

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-14


14
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

7. mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim, dan bencana;


8. orientasi kepada siklus hidup;
9. orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan;
10. inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan
11. peningkatan dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen
dalam implementasi.

Pada Bagian Ketiga Pasal 8; Persyaratan Tahap Perencanaan Teknis,


1. Persyaratan tahap perencanaan teknis bangunan gedung hijau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b terdiri atas:
a. pengelolaan tapak;
b. efisiensi penggunaan energi;
c. efisiensi penggunaan air;
d. kualitas udara dalam ruang;
e. penggunaan material ramah lingkungan;
f. pengelolaan sampah; dan
g. pengelolaan air limbah.
2. Pengelolaan tapak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas
persyaratan:
a. orientasi bangunan gedung;
b. pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi;
c. pengelolaan lahan terkontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
d. ruang terbuka hijau (RTH) privat;
e. penyediaan jalur pedestrian;
f. pengelolaan tapak besmen;
g. penyediaan lahan parkir;
h. sistem pencahayaan ruang luar; dan
i. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air
dan/atau prasarana/sarana umum.
3. Efisiensi penggunaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas persyaratan:

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-15


15
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

a. selubung bangunan;
b. sistem ventilasi;
c. sistem pengondisian udara;
d. sistem pencahayaan;
e. sistem transportasi dalam gedung; dan
f. sistem kelistrikan.
4. Efisiensi penggunaan air terdiri atas persyaratan:
a. sumber air;
b. pemakaian air; dan
c. penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures).
5. Kualitas udara dalam ruang terdiri atas persyaratan:
a. pelarangan merokok;
b. pengendalian karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO); dan
c. pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant).
6. Material ramah lingkungan terdiri atas persyaratan:
a. pengendalian penggunaan material berbahaya; dan
b. penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling).
7. Pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri
atas persyaratan:
a. penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle);
b. penerapan sistem penanganan sampah; dan
c. penerapan sistem pencatatan timbulan sampah.
8. Pengelolaan air limbah terdiri atas persyaratan:
a. penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum
dibuang ke saluran pembuangan kota; dan
b. daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water).

5.3.3. Prinsip Perancangan Bangunan


A Pemahaman Terhadap Fungsi Bangunan
Unsur dasar perencanaan bangunan dapat dipahami melalui beberapa
pengertian fungsi bangunan arsitektur, sebagai berikut:

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-16


16
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

o Behavior modifier; bahwa bangunan mampu mengarahkan


perilaku pemakainya.
o Building as container; bangunan berfungsi sebagai wadah
kegiatan pemakainya
o Environmental filter; bangunan mampu menjadi filter aspek
lingkungan disekitarnya, memanfaatkan unsur alam yang berguna
bagi pemakai
o Capital investment; bahwa setiap bangunan memiliki nilai
investasi
o Aesthetic form; bangunan wajib tampil dengan estetis, memiliki
nilai keindahan bagi pengamat

B Prinsip-Prinsip Perancangan

1. Prinsip perancangan tapak


Mengenal dan mengamati tapak/ lingkungan untuk melihat potensi
dan hambatan yang berkaitan dengan obyek rancangan, sehingga
dapat dilihat dan diketahui:
-. Pola pencapaian tapak
-. Pendearahan dalam tapak dan pengelompokan peruntukannya.
-. Pola bentuk dan komposisi masa yang membentuk ruang-ruang
luar beserta suasananya, studi masa dan ruang (solid & space)
-. Aspek lingkungan yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap
perancangan tapak dan bangunannya.

2. Prinsip perancangan bangunan.


Mengenal dan memahami obyek rancangan untuk menentukan
bentuk dan komposisi bangunan sehingga tercipta ruang dalam dan
ruang luar dengan kesan dan suasana yang mampu menunjang
kegiatan kegiatannya.
-. Bentuk dan tampilan masing-masing masa bangunan.
-. Pola ruang, tata ruang dan kualitas ruang dalam bangunan
-. Sistem struktur dan konstruksi bangunan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-17


17
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

-. Sistem utilitas bangunan

5.4. METODA ANALISIS


5.4.1. Analisis Fisik Dasar
A Topografi
Kawasan berkontur dalam pengembangannya menyangkut tentang lay out
massa bangunan. Pada dasarnya lay out massa bangunan pada topografi
lereng ada 3, yaitu :
1. Above-ground (bangunan diatas permukaan tanah)
2. Semi bellow-ground (bangunan sebagian di bawah permukaan
tanah)
3. Bellow-ground (bangunan di bawah permukaan tanah)
Terdapat 4 pendekatan dalam pengolahan kawasan pada bentuk massa
bangunan yang dibangun pada kawasan berkontur, diantaranya adalah:

a. Pengurugan ( Land Fill )


Pembentukan permukaan dibuat sedemikian rupa sehingga
terbentuk permukaan yang datar. Beberapa masalah yang ada,
antara lain :
a) bahan untuk urugan biasanya mahal,
b) kemiringan permukaan yang di ubah menjadi datar
menghabiskan lahan,
c) kemungkinan erosi lebih besar,
d) pengurugan dapat menimbulkan masalah struktur seperti
penurunan bangunan.

b. Mengiris ( Cut )
Pengirisan merupakan kebalikan dari pengurugan, dibentuk oleh
penggalian daerah datar yang stabil, kemungkinan erosi
dikurangi, dan kemiringan dapat menjadi lebih miring lagi.
Masalah yang ada hanya bagaimana membuang tanah yang
dipindahkan.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-18


18
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

c. Mengiris dan mengurug ( Cut and Fill )


Mengiris dan mengurug ini merupakan pemecahan yang
seimbang. Jika struktur didirikan pada daerah yang diiris, dan
parkir, jalan, atau aktivitas lain dipindahkan pada daerah yang
diurug, maka suatu rencana penjenjangan ( grading ) yang
seimbang dapat dibuat.

d. Pondasi bertahap-tahap ( Stepped )


Peletakan masa bangunan diatas sebuah kemiringan dengan
pondasi beton yang dibuat bertahap-tahap dapat dilakukan untuk
menciptakan kesan kemiringan mengikuti kondisi lahan.

B Iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk
menghadapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun
perlindungan terhadap cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu,
kelembaban udara, ventilasi dan sebagainya. Rancangan untuk
mengendalikan iklim dan menghematkan energi secara serempak
memberikan suatu lingkungan yang menarik dan berbagai pengalaman
bagi pemakai yang dapat diselesaikan jika perancang memahami elemen-
elemen yang diperlukan dalam hal pengendalian iklim.
Ke dua tingkatan utama dimana rancangan bagi iklim terjadi adalah iklim
makro (zona iklim wilayah yang luas) dan iklim mikro (variasi-variasi iklim
spesifik topografi berskala kecil pada zona-zona yang lebih luas tersebut).
Suatu tingkatan ketiga, iklim meso berlaku pada suatu daerah yang lebih
kecil daripada sebuah wilayah tetapi lebih luas daripada sebuah topografi
tunggal. Masing-masing oleh karena itu mempunyai iklim mesonya
sendiri-sendiri dan dalam masing-masing kota topografi-topografi spesifik
mempunyai iklim mikro yang berbeda-beda.
Pada skala besar, topografi, radiasi matahari, dan angin bergabung untuk
menghasilkan iklim mikro yang menekankan karakteristik-karakteristik
tertentu dari iklim makro daerah tersebut, iklim mikro ini membuat
beberapa lokasi di dalam topografi lebih dikehendaki daripada lainnya,

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-19


19
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

tergantung kepada iklim makro. Iklim mikro yang menyenangkan yang


tercipta oleh topografi dapat dipergunakan untuk menentukan letak grup
bangunan.
Pertimbangan ini adalah jauh lebih penting untuk ruang-ruang eksterior
atau bangunan yang didominasi beban kulit, dimana beban pemanasan
dan penyejukan dipengaruhi terutama oleh iklim, daripada untuk
bangunan yang didominasi beban internal dimana kebutuhan-kebutuhan
pemanasan dan penyejukan dipengaruhi terutama oleh berapa banyak
panas ditimbulkan pada bangunan dan yang mempunyai suatu kebutuhan
penyejukan di sebagian besar waktu.

Tujuan perancangan umum untuk tiap wilayah iklim adalah :


 Dingin – Memaksimumkan efek-efek penghangatan dari radiasi
matahari dan mengurangi dampak angin musim dingin.
 Sedang – Memaksimumkan efek-efek penghangatan dari
matahari di musim dingin. Memaksimumkan keteduhan di musim
panas. Mengurangi dampak musim dingin tetapi memungkinkan
sirkulasi udara di musim panas.
 Panas kering – Memaksimumkan keteduhan dan
meminimumkan angin.
 Panas lembab – Memaksimumkan keteduhan dan angin.

Iklim pada semua tingkatan zona adalah tercipta oleh interaksi dari empat
faktor utama. Ke empat faktor utama tersebut adalah pola-pola angin,
radiasi matahari, suhu, dan hujan. Perhubungan timbal balik dari topografi,
adalah sebuah faktor berpengaruh yang kelima. Memahami bagaimana
iklim mempengaruhi kondisi-kondisi topografi dan pada akhirnya
rancangan memerlukan diskusi pendahuluan dari masing-masing faktor-
faktor iklim secara sendiri-sendiri, diikuti oleh diskusi dari interaksi di
antara mereka. Aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi
kenyamanan di dalam bangunan, antara lain aspek penghawaan, aspek

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-20


20
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

terang alami, aspek thermal (panas), gangguan suara (noise) dan


penggunaan material lokal.

More trees, better microclimate

Iklim Micro

 100 Pohon menyerap CO2 8 ton / tahun (Simpson


and Mc Pherson)
 Perpohon dapat menyerap 75% Partikel debu
 ½ ha RTH, dapat menahan aliran permukaan
akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah
10,219 m3/tahun (Urban forest 2002)
 Menyerap 80 % dari radiasi matahari  evaporasi
dan transpirasi

ECO FRIENDLY:
 Pemilihan material secara tepat, terutama dari
jenis yang
Perencanaan memiliki
Pembangunan poroeusitas
Gedung Ruang tinggi Halaman | V-21
21
Kuliah STAIN Pamekasan
Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki & penyandang cacat
USULAN TEKNIS

C Vegetasi
Pengertian, Fungsi, dan Manfaat umum Vegetasi Lansekap
Sebelum rencana pengembangan dilaksanakan, perlu diadakan
pengamatan serta pengenalan vegetasi terlebih dahulu pada kawasan.
Pengenalan tersebut dapat menggunakan pohon-pohon besar yang sudah
ada daripada menebangnya dan menyesal kemudian setelah menyadari
bahwa untuk menumbuhkan pohon sampai menjadi besar membutuhkan
waktu bertahun-tahun. Di dalam pengamatan perlu adanya pencatatan
jenis, dimensi serta letak dari vegetasi tersebut. Perlu diperhatikan juga
struktur percabangannya, warna daun, serta teksturnya. Penyelidikan
ekologis pada kawasan untuk mendapatkan data tentang jenis-jenis
pohon atau semak-semak yang memang berasal dari daerah tersebut,
dan jenis vegetasi lain yang mungkin dapat tumbuh di sana, untuk
berbagai kepentingan seperti: penahan angin, pembatas (buffer),
peneduh, penyaring debu atau penghalang pandang (screen), dan
pembentuk latar belakang.
Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus
berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar
tanaman, bentuk tanaman, tekstur dan warna selama masa
pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka
akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan
tanaman. Dengan demikian tanaman sangat erat hubungannya dengan
waktu dan perubahan karakteristik tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal dua macam tanaman
ditinjau dari massa daunnya, yakni :
 Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
 Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-22


22
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud


adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk maupun warna daunnya
sesuai dengan musimnya. Setelah musim panas daun berguguran,
sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh dengan lebat, atau
sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan (Delonix regia), Angsana
(Pterocarpus indicus), atau jenis Gymnospermae.
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers)
dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga
sepanjang musim, tidak menggugurkan daun. Contohnya adalah jenis
cemara.
Habitus tanaman terdiri dari :
 Pola pertumbuhannya
 Sistem perakarannya
 Tempat tumbuhnya
 Pola pemeliharaannya
Karakteristik tanaman terdiri dari :
 Bentuk (tajuk, batang, cabang, ranting, daun)
 Tekstur (batang dan daun)
 Warna (batang, daun, dan bunga)
 Fungsi tanaman
 Tinggi dan lebar tanaman
Fungsi tanaman secara ekologis adalah :
 Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 (oksigen) bagi makhluk
hidup di siang hari.
 Memperbaiki iklim setempat
 Mencegah terjadinya erosi/ pengikisan muka tanah
 Menyerap air hujan
Fungsi tanaman dalam perancangan lansekap :
 Sebagai komponen pembentuk ruang
 Sebagai pembatas pandangan
 Sebagai pengontrol angin dan sinar matahari

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-23


23
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

 Sebagai penghasil bayang-bayang keteduhan


 Sebagai aksentuasi
 Sebagai keindahan lingkungan
Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu :
 Elemen keras (hard material); perkerasan, bahan statis.
 Elemen lembut (soft material); tanaman, air.
Elemen lembut (soft material) tidak mempunyai bentuk yang tetap dan
selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan
bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari
bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh
karena tanaman adalah mahkluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi
pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya.
Dalam kaitannya dengan perancangan, tata hijau atau planting design
merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang
luar. Penataan dan perancangan tanaman mencakup: habitus tanaman,
karakter tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.

5.4.2. Elemen-Elemen Arsitektur


A Sirkulasi
Manusia dan Pergerakan
Dalam hal sirkulasi adalah penting utuk mengetahui faktor – faktor apa
saja yang mempengaruhi dalam pergerakan manusia. Meliputi faktor-
faktor:
a. Faktor yang merancang manusia cenderung bergerak :
- Bila ada sesuatu yang menyenangkan
- Bila ada benda yang disukainya
- Adanya tanda dan petunjuk yang jelas dan mengarah
- Bila sesuatu mempunyai daya tarik
- Bila sesuatu yang berbeda
b. Faktor yang merangsang manusia menolak bergerak :
- Adanya rintangan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-24


24
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

- Ada sesuatu yang tidak menyenangkan


- Ada sesuatu yang monoton (membosankan)
- Ada sesuatu yang tidak serasi
- Adanya bahaya
c. Faktor yang membimbing manusia melakukan gerakan :
- Adanya pembagi ruang
- Adanya tanda – tanda atau simbol
- Adanya dinding pengarah dan penahan
- Adanya pola sirkulasi
d. Faktor yang merangsang manusia beristirahat :
- Kondisi kenikmatan
- Adanya halangan
- Kesempatan untuk menangkap view atau detail yang jelas

Untuk penanganan permasalahan sirkulasi, diuraikan tiga azas


perancangan sirkulasi tersebut, diantaranya:
a. Ruang jalan perlu dijadikan sebagai unsur ruang terbuka visual positif
dengan cara :
- Menutupi dan mencari solusi lansekap terhadap
tampilan yang kurang sedap diapndang mata.
- Memberi persyaratan tinggi dan sempadan bagi
bangunan yang ada di pinggir jalan.
- Membangun median jalan bertaman.
- Meningkatkan kualitas lingkungan alam yang
terlihat dari jalan.

b. Jalan dapat memberi orientasi kepada para pengemudi kendaraan


dan membuat lingkungan menjadi jelas, dengan cara :
- Memberikan batas yang jelas pada kawasan atau
lingkungan yang terlihat dari jalan.
- Membuat perlengkapan jalan dan pencahayaan
sehingga jalan terlihat jelas di siang maupun malam hari.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-25


25
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

- Mangkaitkan unsur jalan dengan obyek pandang


penting (vistas) dan referensi visual (memudahkan untuk
mengingat–ingat suatu tempat atau jalan) ke lahan terdekat atau
landmark.
- Membedakan tingkatan jalan dengan pembedaan
sempadan, tampilan ruang jalan dan sebagainya.
-
Pengaruh Jarak pada Sirkulasi
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembahasan tentang sirkulasi
adalah mengenahi jarak. Jarak ini dapat mengganggu pola sirkulasi yang
diterapkan. Dimana jarak yang terlalu jauh akan menyebabkan pola
sirkulasi yang direncanakan tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini
menjadi penting jika dihubungkan dengan faktor kecepatan dan ekonomi
dan hanya bisa diatasi dengan penerapan pola sirkulasi yang bersifat
langsung dan praktis.

Gambar 4. Jalan Yang Melingkar Ini Memberikan Kesan Petualangan


Karena Tujuan Akhir Yang Tidak Terlihat.

B Kenyamanan Ruang
Aspek Angin dan Penghawaan
Kondisi aliran angin terbesar pada siang hari berasal dari arah Tenggara
kawasan, yang merupakan kawasan yang masih terbuka dan sangat
kurang tata hijau, memerlukan perhatian untuk mengolah tata hijau di
Tenggara lokasi dan mengarahkan aliran angin agar hawa yang
cenderung panas dapat dihindari dan bermanfaat bagi pernapasan
bangunan yang akan direncanakan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-26


26
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Gambar 5. Prinsip aliran angin pada penataan massa

Gambar 6. Fungsi aliran angin pada penataan & orientasi massa

Gambar 7. Efek angin (stack effect) pada bentuk bangunan

Aspek Panas dan Terang Alami

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-27


27
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Gambar 8. Terang Langit Pada Bentuk Bangunan

Pengolahan facade dan atap diperlukan untuk mendapatkan kondisi


terang yang maksimal dengan penghematan energi yang optimal.
Sedangkan untuk mengurangi dampak panas di dalam ruang, diperlukan
pengolahan bukaan untuk mendapatkan sistem penghawaan yang baik
dan berdampak mengurangi panas secara alami.
Dengan memperhatikan pola panas dan terang alami yang diinginkan,
perencanaan bentuk bangunan akan memperhatikan olah facade
bangunan melalu olah bukaan, bentuk atap, warna bangunan yang terang
dan tidak silau, serta tata hijau kawasan.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-28


28
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

C PENCAHAYAAN
Pencahayaan pada umumnya menggunakan sumber cahaya alam
(pencahayaan alami) dan juga sumber energi listrik (pencahayaan buatan).
Sistem pencahayaan yang dipilih haruslah yang mudah
penggunaannya, efektif, nyaman untuk penglihatan, tidak menghambat
kelancaran kegiatan, tidak mengganggu kesehatan terutama dalam ruang-
ruang tertentu dan menggunakan energi yang seminimal mungkin (Akmal,
2006).
Untuk dapat merencanakan sistem pencahayaan yang baik dan tepat, harus
diperhatikan hal-hal berikut ini:
 Kebutuhan dan fungsi ruang, aktivitas dari pengguna (Practical Needs).
 Membantu penampilan (Easy of Performance).
 Kenyamanan (Comfort).
 Keamanan dan keselamatan (Safety).
 Ekonomis (Economy).
 Keperluan dekorasi (Decorative Needs).
 Persyaratan bangunan (Architectural Consideration).
 Kondisi dan udara dalam ruang.
 Letak penempatan lampu.
 Warna-warna dinding (gelap atau terang).

Pencahayaan mempunyai 3 (tiga) fungsi utama, yaitu sebagai sumber cahaya


untuk kegiatan seharihari, untuk memberi keindahan dalam desain suatu
ruang, untuk menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan karakter dan fungsi
ruang. Selain fungsi utamanya tersebut, pencahayaan juga dapat memberikan
nilai lebih dalam suatu ruang.
Pertama adalah pencahayaan dapat membangun suasana. Dalam sebuah
desain, efek fisik dan psikologis adalah satu kesatuan yang saling
mempengaruhi, begitu pula dalam pencahayaan. Pencahayaan yang terlalu
terang akan membuat kita merasa terbangun dan sangat aktif. Sedangkan
pencahayaan yang temaram dan redup menciptakan rasa rileks bahkan
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-29
29
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

mungkin mengantuk. Hal tersebut merupakan efek psikologis dalam bentuk fisik
pencahayaan. Suasana ruang dapat diciptakan dari warna dan intensitas
cahayanya.
Kedua adalah pencahayaan dapat membentuk indeks efek warna.
Pencahayaan harus dapat memberi efek warna yang tetap pada benda dan
sudut ruang yang ingin ditonjolkan. Dalam perancangan suatu interior,
hubungan antara unsur dinding, lantai, langit-langit dan unsur lighting
mempunyai peranan yang cukup dominan, karena akan menimbulkan kesan-
kesan gembira, ceria, seram, formil, dan sebagainya. (Suptandar, 1999:217)

D Bentuk dan Tampilan Bangunan


Bentuk Bangunan Arsitektur
Bentuk dapat dikatakan suatu media atau alat komunikasi untuk menyampaikan
arti yang dikandung olah bentuk itu sendiri, atau media untuk menyampaikan
pesan tertentu dari Arsitek ke pengamat sebagai penerima.
Bentuk dalam Arsitektur itu sendiri, mengungkapkan maksud dan tujuan
bangunan. Sebagai contoh Bentuk bangunan hendaknya mencerminkan fungsi
yang ada di dalamnya, melalui bentuk suatu bangunan dapat mengutarakan
identitas dari bangunan tersebut, misalkan saja Sekolah bentuknya harus
mampu menjadi jalan untuk mengkomunikasikan pada pengamat bahwa
bangunan ini adalah Sekolah yang berfungsi sebagai tempat proses belajar
mengajar. Bentuk-bentuk yang dihadirkan hendaknnya mampu menyampaikan
pesan-pesan tentunya dalam bahasa bentuk yang dapat dimengerti oleh
masyarakat sebagi pengamat dan pemakai.
Bentuk secara erat berhubungan dengan skala manusia, proporsi, skala dan
irama, serta bagaimana bentuk bangunan itu mampu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan di sekitarnya.
Bentuk dalam Arsitektur Tradisional Indonesia merupakan bentukan ragawi,
arsitektur itu sendiri harus mampu ditangkap oleh indra penglihatan, dimana
bentuk yang diterima oleh pengamat merupakan wujud bentuk yang mampu
diterima oleh mata pengamat.

Bentuk yang Atap


Ragawi mampu ditangkap
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang oleh indra Halaman | V-30
30
Pondasi
Kuliah STAIN Pamekasan
Bentuk pada penglihatan
Arsitektur
tradisional Tata letak
Tanragawi Kaitanya dengan
simbolisme dan
mitos
USULAN TEKNIS

Arsitektur Tradisional mengandung dua aspek yang diperkaitkan satu sama lain
yaitu:
1. Bentuk Ragawi pada Arsitektur Tradisional dapat dilihat dari:
a. Bentuk atap: Umumnya ada dua jenis atap yang dijumpai yaitu atap
datar dan miring (pelana dan limasan). Atap merupakan titik akhir dari
suatu bangunan yang menjadi sebuah mahkota bangunan, bukti dari
fungsinya sebagai perwujudan kebanggaan dan martabat dari
bangunan itu sendiri. Mahkota ini disandang oleh tubuh bangunan.
Secara visual, mahkota merupakan akhiran fasad.
Sedangkan pada Arsitektur Tradisional, bentuk atap memiliki peran
penting bukan, bukan hanya sebatas penutup baginan atas
bangunan, karena pada Arsitektur Tradisional, atap merupakan
mahkota dari sebuah bangunan, dalam pembuatanya mendapat
perhatian lebih. Selain itu atap pada Arsitektur Tradisional memiliki
proporsi lebih besar daripada bagian lain pada bangunan. Atap juga
dapat membedakan Arsitektur di setiap daerah.

Gbr. 9. Bentuk atap Gbr. 9. Bentuk atap Gbr. 9. Bentuk atap


Lumbung Bima Lumbung Lombok Lumbung Bali

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-31


31
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

b. Pondasi: pada arsitektur tradisional kecuali percandian, bangunan


bangunan didirikan diatas umpak dengan cara ditaruh belaka,
penggunaan pondasi umpak dikarenakan sebagian bangunan
tradisional di Indonesia dapat dibongkar pasang dan dipindahkan ke
tempat lain.
c. Tata letak: tata letak pada bangunan sangat mempengaruhi
pandangan pengamat ke arah bangunan. Sebagian besar bangunan
tradisional terletak pada lahan yang masih dipenuhi pepohonan,
 Perspektif atau sudut pandang yang berbeda memperlihatkan
wujud ataupun aspek-aspek bentuk dalam pandang manusia.

 Jarak pengamat terhadap massa bangunan mempengaruhi


ukuran yang dihadirkan.

 Keadaan pencahayaan mempengaruhi kejelasan dari wujud dan


strukturnya.

2. Bentuk tanragawi pada arsitektur tradisional dihadirkan melalui aspek


ragawi sebuah bangunan. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan
merupakan sebuah kesatuan yang akhirnya menghadirkan bentukan
yang arsitektural. Bentuk yang lahir akibat aspek tanragawi dipengaruhi
oleh mitos dan kepercayaan masyarakat. Sebagai contoh bangunan
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-32
32
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

meru pada arsitektur tradisional bali, bentuk yang bertingkat-tingkat lahir


akibat kepercayaan masyarakat bali yaitu untuk mencapai kekekalan.

Gbr. 10. Contoh Meru pada bangunan Pura di Bali

Wujud Dan Sosok Bangunan


Wujud sebuah bangunan sangat dipengaruhi oleh bentuk bangunan, Bentuk
yang ada menghadirkan wujud, kemudian wujud inilah yang merupakan pesan
yang disampaikan oleh bentuk bangunan kepada pengamat, wujud yang hadir
akibat bentuk bangunan dapat diterima berbeda-beda oleh pengamat
tergantung pemahamannya terhadap bentuk itu sendiri.
Wujud yang hadir dari bentuk dipengaruhi oleh posisi dari mana pengamat
melihat bentuk tersebut. Sedangkan sosok hadir dari pemahaman yang ada
setelah pengamat memahami wujud dari bentuk tersebut. Sosok juga
mempengaruhi kesan dan makna.

Bentuk airport Wujud yang Sosok yang


tampak adalah ditangkap
komposisi pengamat
bentuk lengkung

Kesan yang
Wujud yang langsung ditangkap ditampilkan
oleh mata pengamat menyerupai burung
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-33
33
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Gbr. 11. Bagan hubungan antara wujud dan sosok bangunan

Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan sering disebut juga sebagai fasad (facade). Fasad (facade)
itu sendiri berasal dari kata latin facies yang merupakan sinonim dari kata face
(wajah) dan appearance ( penampilan). Tampilan bangunan merupakan elemen
penting dalam arsitektur.
Sedangkan dalam arsitektur tradisional, tampilan sebuah bangunan merukan
wujud-runirupa, yang digunakan untuk lebih mengenali Arsitektur Tradisional,
lebih kearah rupa, dan rasa yang tertangkap oleh mata pengamat melalui
wujud-wujud yang hadir.

Tampilan sebuah bangunan tradisional lebih cenderung ke arah rupa, rasa, dan
suasana yang dihadirkan melalui:
1. Ornamentasi dan dekorasi
Ornamen merupakan penyempurna tampilan bagi Arsitektur Tradisional,
ornamen ditempatkan pada bagian yang ruang dimana konsentrasi
kegiatan lebih banyak dilakukan. Potensi-potensi yang hadir pada
ornamen yang ditempatkan pada bangunan dapat memperkuat kesan
arsitektur tradisional yang Indonesiawi.
Pengertian ornamen dapat mengandung arti segala bentuk keindahan
manusia dan alamnya yang diungkapkan dalam bentuk ragam-ragam
hias. Benda-benda alam yang diterjemahkan dalam bentuk ragam hias
antara lain adalah, tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur alam serta nilai-
nilai agama dan kepercayaan yang diterapkan dalam perwujudan
keindahan yang harmonis. Hal ini disebabkan karena manusia tidak lepas
dari alam dan lingkungan dimana tempatnya tinggal, dan manusia
cenderung menghias huniannya dengan sesuatu yang dianggap indah.
Ornamen dan dekorasi selain sebagai penyempurna wajah bangunan juga
sebagai penanda, dan menyimbolkan sesuatu. Bentuk-bentuk ornament,
tata warna dan teknik penempatannya dan pembuatannya tampil dengan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-34


34
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

dasar atau konsepsi filosofis dan simbolis tertentu seperti lambang-


lambang yang sering digunakan dalam masyarakat.
Ornament sangat berperan serta dalam bangunan untuk mewujudkan
untuk mewujudkan identitas pada bangunan itu sendiri, dan memberikan
identitas bagi daerahnya.

2. Warna
Warna dan tampilan bangunan tidak dapat dipisahkan, karena setiap
benda memiliki warna. Warna yang diakibatkan oleh bahanya akan lebih
terasa alamiah daripada warna-warna buatan.

Klasifikasi warna secara garis besar


o Warna primer : susunan warna-warna primer memiliki sifat lebih
kontras, kuat, tajam, brilian, akan tetapi warna-warna primer ini kurang
menyatu karena masing-masing warnanya saling tidak berhubungan
sehingga terasa kurang harmonis. Yang termasuk warna primer:
merah, biru, dan kuning.
o Warna sekunder: susunan warna ini sedikit kurang kontras dan
tajam, karena warna sekunder ini merupakan hasil percampuran dari
dua warna primer, hal itu yang menyebabkan ada sedikit harmoni
dalam susunan warnanya. Yang termasuk warna sekunder: jingga,
hijau, dan ungu (violet).
o Warna tersier : warna ini terjadi akibat percampuran antara dua
warna sekunder, warna ini tidak kontras dan lebih harmonis. Yang
termasuk warna primer: kuning-hijau, biru-hijau, biru-ungu, merah-ungu,
jingga merah dan kuning-jingga.

Tekstur
Tekstur dapat mempertegas dan mengaburkan suatu kualitas dari bentuk,
selain itu sifat permukaan juga dapat mempertinggi dan menutupi kualitas
yang terdapat dalam bentuk itu sendiri.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-35


35
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Suatu tektur dari bentuk dapat mengurangi dan memperkuat kesan yang
secara dasar ditimbulkan oleh bentuk itu sendiri.

Gbr. 12. Tekstur pada bentuk

Tektur dalam hal ini lebik cenderung mengenai rasa dan kesan yang
dirasakan oleh pengamat.

Elemen elemen Dari masing-masing Dikarenakan oleh:


tampilan bangunan: elemen  masing masing
 Ornament menghadirkan kesan merupakan eleman
 Warna yang berbeda yang berbeda
 Tekstur  karena sifat alaminya
yang berbeda pula.
Kesatuan Dari elemen berbeda  Bentuk, warna, dan
menghadirkan menghadirkan bahannya berbeda
tampilan bangunan kesatuan.

E Kualitas Visual
Citra dan Kawasan
Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan antara Guna dan Citra
yaitu kombinasi antara manfaat dan gambaran kesan dari suatu
bangunan, yang diutamakan adalah suatu hasil seni indah bukan dari
keberadaan bahan materialnya. Secara harfiah, bangunan adalah benda
mati. Namun dalam konteks arsitektur, bangunan adalah memiliki jiwa dan
arti, guna menunjukkan jati diri. Citra adalah gambaran atau kesan yang
ditangkap dari suatu pengamatan. Untuk menilai sebuah citra bangunan
terlebih dahulu harus mengetahui unsur–unsur fisik yang ada di bangunan
yang menjadi obyek kajian. Dimana unsur–unsur ini merupakan unsur
pembentuk bangunan, adalah:
a. tampilan
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-36
36
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

b. sosok Bentuk dan massa bangunan


c. ornamentasi
Sequence & Serial Vision
1. Sequence
Dalam perencanaan suatu lingkungan hidup manusia pada hal ini adalah
ruang, harus mempertimbangkan hubungan antara obyek dengan
manusianya dan hubungan – hubungan itu harus tercermin dalam
Sequence. Menurut Asihara “ Ruang terjadi oleh adanya hubungan antara
sebuah obyek dan manusia yang melihatnya “. Cullen dalam bukunya
Town Scape, menyatakan sequence sebagai urutan pandangan yang
berubah – ubah dan muncul dengan tiba - tiba yang sengaja disajikan
untuk dinikmati
Menurut Harvey ( 1989 ) pada bukunya yang berjudul Guide to Side and
Enviromental Planning menyebutkan sequence adalah sepenggal daerah
dengan bagian – bagian ruang atau tempat yang tersusun secara
berurutan, dapat menghasilkan persepsi ruang atau mempunyai susunan
obyek – obyek yang berkesinambungan sehingga dapat memberikan
perubahan visual secara silih berganti. Sequence dapat menciptakan
gerakan, membuat orang tertarik untuk bergerak, kesan – kesan khusus
atau memberi arah tertentu. Setiap obyek yang ada dalam suatu
sequence harus bisa memberi petunjuk yang dapat mengarahkan orang
menuju obyek berikutnya tanpa ada keharusan untuk memperlihatkannya
terlebih dahulu.

Gambar 13. Jenis–Jenis Sekuen : Casual,


Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-37
37
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Asymmetrical dan Symmetrical

Untuk menyadari reaksi emosional dalam diri seseorang dari lingkungan


yang ia tinggali ada tiga hal yang harus dimengerti dan dilakukan:
1. Penglihatan atau pengamatan.
2. Tempat ( Place )
3. Isi ( Content )

 Penglihatan atau Pengamatan


Tujuan utama kajian tentang penglihatan atau pengamatan ini adalah
untuk memanipulasi elemen–elemen kota sedemikian rupa sehingga
pengaruh–pengaruh emosi dapat tercapai dalam arti yang positif. Hal ini
bisa disimpulkan sebagai suatu gerakan dalam melihat atau mengamati.
Aplikasi dilapangan ( dalam skala kota atau kawasan ) bisa berupa
penempatan dua obyek yang berbeda atau kontras secara berdampingan,
dengan demikian kota atau kawasan itu bisa dinikmati dengan perasaan
yang lebih dalam. Jika hal ini tidak ada maka kota atau kawasan akan
menjadi tak terbentuk dan membosankan.

 Tempat ( Place )
Pada sub bab ini yang dimaksud tempat adalah posisi pengamat dalam
mengamati lingkungan disekitarnya, dimana penekanannya adalah pada
reaksi yang akan muncul saat itu, berupa pengaruh yang kuat serta
hubungan timbal balik antara pengalaman dan keadaan obyek yang
diamati.
Hal diatas menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan
lingkungannya serta kesadaran akan posisinya didalam lingkungannya. Ini
adalah hal yang sangat penting dan harus dipelajari dan diketahui agar
terjadi suatu reaksi yang diharapkan.
Oleh sebab itu jika suatu kota atau kawasan direncanakan berdasarkan
gerakan manusia ( berupa pedestrian atau sirkulasi kendaraan yang
dibuat melambat ) maka seluruh kota akan dapat dilihat dan dipahami
sebagai sesuatu yang plastis, dimana akan terdapat tekanan–tekanan dan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-38


38
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

kekosongan–kekosongan atau keterbukaan dan keterlindungan berturut–


turut. Dengan demikian jelaslah ada pembeda antara tempat yang satu
dengan yang lain sehingga dengan mudah manusia yang sedang menuju,
melewati atau pun meninggalkan suatu kawasan dapat menyatakan
adanya disini (Here) dan disana (There).
 Isi ( Content )
Isi disini berarti elemen-elemen yang ada di dalam suatu kawasan atau
kota. Dimana hal yang dilakukan adalah menelaah isi kawasan tersebut
guna membuat keseimbangan, kelengkapan serta keharmonisan atau
penyeragaman atau pun penyesuaian pandangan. Dari hal inilah akan
muncul INI dan ITU yang membuat keseimbangan tadi.
Penyesuaian pada hakekatnya adalah suatu cara yang dihasilkan dari
persetujuan bersama yang didasarkan pada toleransi terhadap
perbedaan–perbedaan sifat dan perilaku.

2. Serial Vision
Kombinasi antara beberapa sequence ini disebut Serial Vision, dimana
tujuan yang diharapkan adalah sama. Serial vision yang digunakan
adalah:
a. Kecocokkan tempat
( possesian )
penjabarkan obyek-obyek yang terdapat pada suatu lokasi dan
digolongkan menjadi
 Occupied Territory atau daerah yang disukai, penempatan suatu
tempat pada lokasi, digolongkan menjadi:
- Kerindangan adanya hutan kota atau pohon-pohon besar
- Keteduhan pohon Kota
- Kenikmatan suasana yang dihadirkan Kota
- Lantai, jalan, pedestrian, trotoar
- Enclove ruang kecil yang terbentuk.
 Possesian in movement, tempat untuk bergerak kendaraan
bermotor maupun pejalan kaki

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-39


39
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

- Pedestrian
- Trotoar jalan
 Enclave, ruang kecil yang terbentuk.
 Focal point, tujuan ruang, berguna memberikan informasi
pencapaian tujuan dan sebagai titik tangkap juga berfungsi mengatur
sirkulasi.
b. Threness,
pemandangan yang terlihat jauh dapat terlihat karena adanya jalan.
c. Hand Some gasture,
pemberian tanda pada tikungan-tikungan jalan yang menyadarkan para
pengendara, berupa : bangunan pojok, taman.
d. Incident, obyek yang
dapat memberikan adanya suatu kejadian dan menangkap pandangan
mata orang.
e. Floor atau lantai,
pengelolaan permukaan tanah atau lantai.

5.4.3. Aspek Struktur Dan Konstruksi Bangunan


Yang dimaksudkan dengan struktur suatu bangunan adalah bentuk dasar
bangunan yang dipergunakan untuk menampilkan karakter bangunan secara
keseluruhan. Kita mengenal beberapa sistem struktur bangunan seperti grid
yang dibentuk dari kolom-kolom pendukung, shell yang dibentuk dari dinding
selubung, tenda yang dibentuk dari sistem kabel dan tenda penutup, dan lain-
lain jenis struktur. Sistem struktur ini dapat dipilih salah satu atau
dikombinasikan untuk mendapatkan karakter tampilan yang diinginkan sesuai
konsep yang disepakati. Selain sistem struktur yang dipilih, faktor konstruksi
juga mempengaruhi penampilan bangunan.
Untuk karakter struktur dan konstruksi bangunan di Kota Pamekasan, yang
berada di Provinsi Jawa Timur memiliki kekhasan yang dapat dikembangkan
dengan mengkombinasikan konstruksi bangunan lokal dengan bangunan
modern, atau menerapkan konsep modern design dengan karakter lokal,
sebagaimana ciri dan karakter bangunan pendidikan pada umumnya,

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-40


40
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

A. PEMILIHAN SISTEM STRUKTUR

Gempa sebagai fenomena alam dapat menyebabkan bencana dan kerusakan.


Dengan demikian perilaku bangunan akibat gempa harus dapat diidentifikasi
dan dikuantifikasi secara teruktur. Identifikasi dan kuantifikasi hanya dapat
dilakukan dengan memahami prosedur desain bangunan tahan gempa.
Perkembangan teknologi desain bangunan gedung tahan gempa terus
mengalami perkembangan, terutama setelah pengalaman kegagalan struktur
akibat beberapa gempa kuat di Indonesia. Perkembangan ini akan mempunyai
efek signifikan pada desain dan detailing bangunan tahan gempa. Berada di
daerah gempa beresiko tinggi, maka semua bangunan di Indonesia idealnya
mengikuti persyaratan gempa yang ketat dari peraturan yang berlaku. Saat ini
standard peraturan perencanaan tahan gempa yang berlaku adalah SNI-03-
1726-2002 dan SNI-03-2847-2002.

Menurut SNI 2847-2002, Pasal 23.2.1.3. untuk daerah-daerah dengan resiko


gempa biasa yaitu wilayah gempa 1 dan 2 (seperti Kabupaten Pamekasan),
harus digunakan sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB) dan atau
sistem rangka pemikul momen menengah (SRPMM).
Perencanaan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kabupaten
Pamekasan ini menggunakan sistem rangka pemikul momen (SRPM). Sistem
Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu sistem rangka ruang dengan
elemen struktur balok dan kolom beserta joint-jointnya mampu menahan beban
mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja melalui aksi lentur, geser
dan aksial.

B. KRITERIA DESAIN
B.1. Upper Structure
 Perencanaan upper structure secara garis besar terdiri dari:
1. Perencanaan pelat lantai
2. Perencanaan balok Struktur
3. Perencanaan Balok Anak

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-41


41
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

4. Perencanaan kolom Struktur


5. Perencanaan Sloof Struktur
6. Perencanaan Ring Balk
7. Perencanaan Struktur Atap

 Perencanaan upper structure terdiri dari:


• Desain awal : estimasi dimensi awal pelat, balok dan kolom
• Beban struktur : perhitungan beban mati, hidup dan gempa
• Analisa struktur : menghitung gaya-gaya dalam, deformasi dan
reaksi
• Desain skematik : penentuan dimensi akhir pelat, balok dan kolom
• Desain struktur : mencari jumlah tulangan dan pemeriksaan
daktilitas

 Perencanaan harus memenuhi prinsip dasar desain, yaitu:


• Desain kapasitas : fRn > a1S1 + a2S2 + …
“ Gaya-gaya dalam nominal > gaya-gaya dalam ultimit atau Kekuatan >
Beban”. Berlaku untuk semua gaya dalam, yaitu momen lentur, gaya
geser, dan gaya aksial
f adalah faktor reduksi kekuatan, a i adalah faktor beban
f bervariasi sesuai dengan sifat gaya: Lentur, f = 0.80, Geser dan
torsi, f = 0.70, Aksial tarik f = 0.80, Aksial tekan- Lentur dengan
spiral f = 0.75, aksial tekan-Lentur dengan tulangan lain f = 0.70, a
bervariasi sesuai dengan sifat beban dan peraturan

 Beban-beban luar yang akan diperhitungkan adalah: beban mati atau berat
sendiri (D), Beban hidup (L) dan Beban gempa (E).
Beban mati dan beban hidup ditentukan berdasarkan peraturan yang
berlaku dan memperhatikan fungsi setiap lantai.
Beban gempa ditentukan dengan cara statik ekivalen atau cara dinamis
(respon spektrum) dengan memperhatikan jumlah lantai, DOF, periode

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-42


42
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

getaran, rasio redaman, mode getaran, drift ratio, sifat tanah dasar dan
zone gempa.

 Kombinasi beban yang akan dipakai adalah:


• U = 1.4D
• U = 1.2D + 1.6 L
• U = 1.2D + 1.0 L + 1.0Ex + 0.3 Ez
• U = 1.2D + 1.0 L + 1.0Ez + 0.3 Ex
• U = 0.9D + + 1.0Ex + 0.3 Ez
• U = 0.9D + + 1.0Ez + 0.3 Ex

 Dimensi Penampang
Pendimensian penampang pelat, balok dilakukan secara bertahap yaitu tahap
pertama dengan menentukan dimensi awal berdasarkan pendekatan (ACI
2002: Concrete Detailing Guide) yaitu:
Balok : L/10 – l/12 (konvensional)
Kolom: Area kolom + P total (gravity load) / (0,33 f’c)
Pelat : L/33 (konvensional) dan L/30 (flat Slab)
Tahap kedua dimensi awal penampang akan dievaluasi lagi berdasarkan
prosedur minimal setelah analisa struktur yaitu dengan pemeriksaan:
 Kewajaran gaya-gaya dalam dan reaksi tumpuan
 Kewajaran ukuran pelat, balok dan kolom
 Defleksi balok dan kolom
 Keabsahan hasil analisa gempa

 Metode Analisis dan Desain


Analisis struktur menggunakan STAADPRO/SAP2000 dengan analisa 3
dimensi sedangkan untuk perencanan elemen struktur menggunakan
peraturan SNI-03-2847-2002, SNI 03-1729-2002 dan SNI-03-1726-2002.

 Alat Perencanaan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-43


43
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Pada perencanaan ini digunakan alat bantu komputer dengan beberapa


paket program untuk mempercepat proses hitungan. Paket program
yang digunakan meliputi hitungan untuk menganalisa gaya dalam yang
dihasilkan dan program penulangan balok dan kolom.
1). Program STAADPRO/SAP2000
Program ini dipakai pada analisa struktur untuk menghitung :
 Momen, gaya aksial dan gaya geser yang terjadi pada batang-
batang frame 3 dimensi
 besarnya deformasi horisontal dan vertikal batang/struktur
 penulangan balok dan kolom
 Struktur Atap

2). Desain Penampang Beton dikontrol secara manual :


Menggunakan program excel, yang terdiri dari :
a). Program “PELAT” digunakan untuk menghitung tulangan tarik dan
tulangan bagi pelat lantai dan pelat atap.
b). Program “BALOK” digunakan untuk menghitung tulangan
memanjang balok dan tulangan geser balok.
c). Program “KOLOM” digunakan untuk menghitung tulangan
memanjang kolom, tulangan pengekang dan tulangan geser
kolom.
d). Program “PONDASI” digunakan untuk menghitung dimensi
pondasi, daya dukung dan penulangan pondasi.
3). Diagram interaksi M-N kolom
Diagram interaksi kolom digunakan untuk menentukan jumlah tulangan
longitudinal kolom yang harus dipasang pada kolom,

B.2. Bottom Structure


 Penyelidikan Tanah (Soil Test)
Tujuan penyelidikan tanah adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi kekuatan dan
kondisi lapisan-lapisan tanah bawah lokasi yang bersangkutan untuk menunjang perencanaan
pondasi pada pekerjaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Pamekasan
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-44
44
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Gedung kuliah yang direncanakan, dengan ketentuan luas tapak ± 2400 M² dan luas bangunan ±
2850 M² membutuhkan 6 (enam) titik pengujian sondir dan 2 (dua) titik bor dangkal.
Pengujian di lapangan :

6 (enam) titik pengujian sondir (CPT) sampai kedalaman tanah keras.

2 (dua) titik bor dangkal sampai kedalaman 3,0 m, dan pengambilan
Undisturbed sampling (UDS) pada masing-masing titik boring.

Pengujian Sondir (Cone Penetration Test – CPT)


Pekerjaan sondir dilaksanakan untuk mendapatkan indikasi kekuatan tanah dengan
menekan konus berbentuk kerucut tanah yang akan diuji. Kerucut (konus) dengan luas
penampang 10 cm2 ini dihubungkan dengan rangkaian stang dalam sondir ke manometer
sehingga nilai konus atau perlawanan konus dapat dibaca.
Pekerjaan sondir ini dilaksanan sesuai dengan Standart ASTM D-3341-86 dan SNI 03-
2827-1992, yang menggunakan bikonus tipe Begemann dengan kapasitas maksimum 250
kg/cm2, yang mempunyai diameter 3,60 cm, dengan kemiringan kerucut 60 o. Pada saat
melakukan test, penetrometer ditusukkan ke dalam tanah dengan kecepatan 2 cm per detik. Data
penetrasi dan jumlah penetrasi diperoleh dari pembacaan manometer dengan sistem hidrolik,
dengan interval 20 cm.
Pada setiap kedalaman 20 cm, yang dapat dibaca pada manometer adalah penetrasi konus (PK)
bacaan yang pertama, sedangkan bacaan kedua adalah jumlah penetrasi (JP) yang merupakan
penetrasi konus (PK) + hambatan lekat (HL). Untuk kemudian dihitung hambatan lekatnya.
(HL) tiap 20 cm. Besarnya jumlah hambatan lekat (JHL) sama dengan jumlah komulatif dari
hambatan lekat (HL).
Hasil pengujian sondir adalah sebagai berikut :

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-45


45
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Gambar Hasil Pengujian Sondir (CPT)

Hasil pengujian sondir untuk tujuan :


 Evaluasi kondisi tanah bawah permukaan di lapangan, stratigrafi (menduga struktur
lapisan tanah), klasifikasi lapisan tanah, kekuatan lapisan tanah dan kedalaman lapisan
tanah keras.
 Perencanaan pondasi.

Klasifikasi tanah menggunakan hubungan penetrasi konus (qc) dan rasio friksi (fr) sebagai
berikut.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-46


46
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Gambar Klasifikasi Tanah Berdasarkan Data Sondir (CPT)

Pengujian pemboran tanah


Yang dimaksud dengan pemboran tanah adalah membuat lubang kedalam tanah dengan
menggunakan alat bor manual (hand bor) dengan tujuan :
 Mengindentifikasi jenis tanah sepanjang kedalaman lubang bor
 Untuk mengambil contoh tanah asli (Undisturbed Sample/UDS) maupun tidak asli
(Disturbed Sample/DS) pada kedalaman yang dikehendaki.

Gambar Peralatan Bor Dangkal

Penyelidikan di laboratorium meliputi:


1. Sifat-sifat pengenal (index properties), meliputi:

Pengujian berat volume tanah, ASTM D-2937
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-47
47
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Untuk memperoleh berat volume tanah asli ().



Pengujian kadar air, ASTM D-2216
Untuk memperoleh kadar air tanah asli (w)

Pengujian berat jenis, ASTM D-854
Untuk memperoleh berat jenis tanah (Gs)

Uji batas-batas konsistensi Atterberg, ASTM D-4318
Untuk memperoleh batas-batas konsistensi (plastisitas) tanah yang meliputi: batas
cair (LL), batas plastis (PL), batas susut (SL)

Analisa butiran tanah (metode ayakan), ASTM D-421 dan D-422
Untuk memperoleh distribusi ukuran butiran tanah.

2. Sifat-sifat teknis (engineering properties), meliputi:



Uji Triaxial UU, ASTM D-4186
Untuk memperoleh kekuatan geser tanah, meliputi kohesi tanah (c) dan sudut geser
antar butiran tanah ().

Uji Unconfined Compression, ASTM D-2166
Untuk memperoleh kekuatan tanah tanpa kekangan (qu).

Dasar yang digunakan untuk mendiskripsikan sifat fisik dan teknis tanah mengacu pada
hubungan antar parameter-parameter tanah yang memberikan indikasi sifat stabilitas tanah
dikemukakan secara spesifik sebagai berikut.

Tabel Hubungan Antar Parameter-parameter Tanah Berbutir Kasar

Tingkat Kepadatan Sudut gesek Tekanan konus N-SPT

Kepadatan Relatif butiran tanah,


qc (blow/ft)

(Dr)  (o)
(kg/cm2)
Sangat lepas < 0,2 < 30 < 20,4 <9
Lepas 0,2 – 0,4 30 – 35 20,4 – 45,9 9 – 10
Agak lepas 0,4 – 0,6 35 – 40 45,9 – 132,6 10 – 30
Padat 0,6 – 0,8 40 – 45 132,6 – 224,4 30 – 50
Sangat padat > 0,8 > 45 > 224,4 > 50

Sumber : Hand Book of Soil Mechanics Soil Testing – Arped Kezdi, hal. 29.

Sedangkan korelasi parameter untuk tanah berbutir halus dikemukakan sebagai berikut :
Tabel Hubungan Antar Parameter-parameter Tanah Berbutir Halus
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-48
48
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Sumber : The Penetrometer and Soil Exploratoin – Guy Sangrelat, hal. 250

Kriteria parameter sifat fisis dan teknis yang memberikan indikasi sifat tanah menurut
Kezdi dan Sangrelat sebagai berikut :
Tabel Kriteria Parameter Sifat Fisis dan Teknis
Parameter (kuantitatif) Sifat Tanah (kualitatif)
Butir halus Butir kasar
Kepadatan  Tekanan qc qu
> 50% lolos < 50% lolos
Relatif ( o) (kg/cm2) (kg/cm2)
#0,075 #0,075
Sangat
< 0,2 < 30 < 20,4 < 0,5 lunak ke Sangat lepas
lunak
0,2 – 0,4 30 – 35 20,4 – 45,9 0,5 – 1,0 Agak lunak Lepas

0,4 – 0,6 35 – 40 45,9 – 132,6 Agak keras Agak lepas


1,0 – 4,0
ke keras
Padat ke
0,6 – 0,8 > 40 Sangat
> 132,6 4,0 – 8,5
keras sangat padat

Sumber : Kezdi - Sangrelat, 1972 dikorelasikan

Daya Dukung Pondasi


Untuk bangunan bertingkat, disarankan menggunakan pondasi dalam (tiang pancang injection)
sampai konsistensi tanah keras.

1.0 m

pondasi telapak

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-49


49
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

pondasi tiang pancang


(injection pile)
Lf

Daya dukung ijin ( qall ) pondasi tiang sebagai berikut :


q p xA p q s xA s
Qall = +
3 5
 Perencanaan dan perhitungan pondasi yang terdiri dari:
1. Resume Gaya-gaya ekstrim pada pondasi dari 10 kombinasi
beban
2. Daya dukung ijin 1 tiang tunggal (qa)
- Diambil dari hasil penyelidikan tanah SPT
- Daya dukung pondasi tiang dihitung dengan persamaan Meyerhoff:
qa = q end / SF1 + q friction/SF2
qa = (40 Nb*Ap) / SF1 + (0,1*N*As)/SF2
di mana:
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang (N<=40)
N1 = harga N-SPT pada 8D di atas ujung tiang
N2 = harga N-SPT pada 2,0D di bawah ujung tiang (0,7D-4D)
N = harga N-SPT rata-rata N1, Nb, N2
As = luas selimut tiang ; Ap = luas penampang tiang
SF = factor keamanan yang ditentukan berdasarkan jenis
bangunan dan pengendalian saat pelaksanaan (Tabel)

Tabel. Faktor Keamanan untuk Pondasi Tiang


(Sumber: Reese R O'Neill. 1989 & Pugsley 1966)
Bangunan
Bangunan Bangunan
Klasifikasi Struktur Permane
Monumental Sementara
n
Probabilitas
kegagalan dapat 10-5 10-4 10-3
diterima
FK (pengendalian baik) 2.3 2.0 1.4
FK (pengendalian 3.0 2.5 2.0

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-50


50
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

normal)
FK (pengendalian
3.5 2.8 2.3
kurang)
FK (pengendalian
4.0 3.4 2.8
buruk)

3. Diameter dan Konfigurasi tiang


4. Daya dukung ijin 1 tiang dalam kelompok (qu), Ditentukan
dengan persamaan: qu = n x qa. (n adalah efisiensi tiang dalam
kelompok tergantung pada konfigurasi tiang)
5. Kapasitas maksimun 1 tiang dalam kelompok
6. Pile Displacement
7. Tebal pile cap (geser satu arah dan 2 arah)
8. Gaya-gaya dan momen pada pile cap serta pembesian pile cap
9. Pembesian tiang

C. SPESIFIKASI DESAIN
1. Beban Mati + Berat Sendiri (D)
 Beton bertulang : 2400 kg/m3
 Baja : 7850 kg/m3
 Leveling pasir (lantai) : 85 kg/m2
 Penutup lantai + spesi : 87 kg/m2
 Plumbing : 20 kg/m2
 Ducting AC : 30 kg/m2
 Plafon + hanger : 18 kg/m2
 Dinding bata Ringan : 120 kg/m2
 Dinding bata Merah : 250 kg/m2
 Dinding partisi : 25 kg/m2

2. Beban Hidup (L)


 Lantai kuliah : 250 kg/m2
 Pelat Atap : 150 kg/m2

3. Beban Gempa (E)

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-51


51
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Perhitungan beban gempa dilakukan dengan ketentuan:

1) Zone gempa : zone 2 berdasarkan peta gempa SNI 03-1726-


2002.

Gambar wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan


dasar dengan periode ulang 500 tahun
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-52
52
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

2) Analisis Beban Gempa menggunakan analisa dinamis Respon


Spektrum sesuai SNI 03-1726-2002.

Gambar Respons Spektrum Gempa Rencana

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-53


53
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

3) Model Beban Gempa Dinamis menggunakan Respons Spectrum


sebagai berikut antara lain :
 Arah pembebanan Gempa Orthogonal (100% arah X dan 30% arah
Z, 100% arah Z dan 30% arah X))
 Damping = 0,05 (SNI 03-1726-2002)
 Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 : nilai Ordinatnya harus
dikalikan dengan faktor I/R (I = 1,0 ; R = 5,5). Nilai C antara 0,38 –
0,50 (Wilayah gempa 2). Percepatan puncak batuan dasar = 0,1 G

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-54


54
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

4. Metode Desain
Desain elemen struktur beton menggunakan Capacity Design berdasarkan
SNI 03-2847-2002
5. Peraturan
 PPIUG 1987 : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
 SNI 03-1726-2002: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung
 SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
 SNI 03–1729–2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
 ACI Commite 318, 2005, Building Code Requirements for Structural
Concrete and Commentary (ACI 318-05), New York : American Concrete
Institute

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-55


55
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

D. DIAGRAM ALIR PERENCANAAN


Diaragam Alir perencanaan lengkap diperlihatkan sebagai berikut :

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-56


56
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

5.4.4. Aspek Sistem Utilitas


Kebutuhan terhadap fasilitas standar dan utilitas di lokasi ini berupa fasilitas
standart sudah tersedia namun perlu perencanaan ulang, seperti drainase, air
bersih, listrik dan telepon. Namun di kawasan sekitar lokasi telah ada beberapa
fasilitas seperti persampahan, air bersih dan listrik / telepon.

A Drainase
Sistem drainase di lokasi rencana dipersiapkan dan direncanakan dengan
baik untuk dapat dikembangkan dalam site development yang
memungkinkan untuk penataan kawasan yang mampu menangani
permasalahan hujan dan saluran air.

Clean water Grey water


tank Roof tank

sink shower toilet garden

wudhu Rain Makeup


cooling
tower

Grey water tank


Bio
tank
To the ground

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-57


57
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

B Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih merupakan sistem plumbing yang
dibutuhkan dalam setiap kegiatan. Karena itu, untuk fasilitas di kawasan
ini diperlukan perencanaan yang tepat terhadap sistem plumbing air
bersih pada perencanaan dan pengembangan. Tujuan dari penataan
sistem plumbing air bersih ini adalah untuk memudahkan kebutuhan
operasional kawasan yang terdiri dari :
1. Air untuk kebutuhan penggguna gedung
2. Air untuk kebutuhan KM/ WC
3. Air untuk kebutuhan penanggulangan kebakaran
4. Air untuk kebutuhan penghijauan
5. Air untuk kebutuhan fasum/ kafetaria/ service

Penghematan Pemanfaatan Air

 Pemakaian / Kebutuhan air bersih (A) :180 m3/hari


 Recycling air kotor dan buangan (B)
 dari STP (120 m3/hari) : 80 m3/hari
 Air condensate dari AC : 5 m3/hari
 Air hujan : 40 m3/hari
 Air wudhu : 25 m3/hari
Total : 150 m3/hari

 Penggunaan kembali air buangan


 Flushing WC, urinoir : 45 m3/hari
 Siram taman/landscape : 15 m3/hari
Total : 60 m3/hari
Sisa air buangan masuk ke resapan
Air Bersih yang dihemat B : A = 83% (termasuk air hujan).
Air Bersih yang dihemat = 61% (tanpa air hujan)

C Listrik dan Telepon


Kebutuhan listrik dan telepon merupakan kebutuhan standart yang harus
ada dalam operasional kantor. Kondisi listrik di sekitar lokasi dan fasilitas

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-58


58
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

telepon telah tersedia hingga di batas tepi jalan Raya, atau kawasan
kampus, sehingga perencanaanya adalah dalam kaitan distribusi di dalam
tapak bangunan.

D Instalasi Penangkal Petir


 Bangunan bertingkat  bahaya sambaran petir  maka memerlukan
Penangkal petir
 Penangkal petir : dipasang pada bangunan min. 2 lantai (paling tinggi
diantara sekitarnya, konstruksi bangunan yang menonjol : cerobong
asap, antena TV, tiang bendera)
 Instalasi terdiri dari :
 Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang yang runcing )
atau penerima kawat mendatar.
 Kawat penyalur dari tembaga
 Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian tanah
yang basah, ukuran dari instalasi ditentukan berdasarkan
daerah/bangunan yang dilindungi.

Strategi perlindungan bahaya petir


1. Franklin rod.
Terdiri dari komponen-komponen:
- Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang runcing )
- Kawat penyalur dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah.
- Sistem perlindungan dengan bentuk sudut  45 O.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-59


59
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

- Batang yang runcing (bahan copper spit)  dipasang paling atas 


batang tembaga  elektroda yang ditanamkan.
- Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol  memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan.
- Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah  jangkauannya terbatas.

2. Sangkar Farady
Terdiri dari komponen:
- Alat penerima kawat mendatar
- Kawat dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah.
Perlindungan bangunan  jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20
m pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M.

Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih


luas dari sistem Franklin  Biaya sedikit mahal, dan menggangu
keindahan.

3. Radio Aktif
Terdiri dari komponen:
a. Elektrode
Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran partikel
alpa dari isotop (americum 241). Elektrode akan terus menerus
menciptakan arus ion (Min. 10 8 ion/det).
b. Coaxial cabel
Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan listrik
petir yang menuju tanah maka coaxial cabel dibungkus pipa isolasi.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-60


60
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Metode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah


menyebabkan seluruh unit mempunyai potensi yang sama dengan bumi.
Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan aman
c. Sistem rotekso Pentanahan (Petir)
Perlu test lokasi geografis dari pentanahan  5 ohm. Tahanan bumi
max. Yang terbaik untuk system ini = 5 ohm.

Elektrode

Saat petir mengenai electroda maka muatan negatif akan menetralkan


muatan.Sistem ini  cocok untuk bangunan tinggi dan besar
Pemasangan tidak perlu dibuat karena sistem payung yang digunakan
dapat melindunginya. Bentangan cukup besar  satu bangunan cukup
satu tempat penangkal petir
Cara pemasangan ketiga sistem adalah titik puncak/ kepala dari alat
penangkal petir dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke dasar
tempat sebagai pentanahan yaitu pipa tembaga tersebut harus mencapai
tanah berair. Oleh karena itu, tempat-tempat tesebut harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga tidak menggangu keindahan bangunan dan
tetap berfungsi baik terhadap penanggulangan bahaya petir.

E Elevator
Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari
pada tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu
gedung bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak
dikesampingkan ini dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan waktu
sipengguna elevator tersebut. Sistem keberadaan elevator dan segala
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-61
61
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

kemajuan dan kehandalannya tidak serta merta mengalami


perkembangan-perkembangan secara bertahap, sejak keberadaannya
pertama kali dibangun. Sejak pertama kali dibangun, sistem penggerak
elevator pada awal perkembangannya dimulai dengan cara yang sangat
sederhana, yaitu dengan menggunakan tenaga non mekanik.
Perkembangan elevator sangat lambat pada awal tahun 1970-an, namun
sejak diperkenalkannya transistor dan alat pendukung elektronik lainnya
pada sistem kontrol elevator pada saat itulah perkembangan kontroller
elevator begitu pesat.
Elevator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Elevator penumpang
2. Elevator barang atau dumb waiter
3. Elevator service
4. Elevator hidraulik

1. Elevator Penumpang
Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya berfungsi dan
sangat khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat dijaga
kehandalannya dan juga sangat dijaga keamanan dan keselamatan
manusianya.
2. Elevator Barang atau Dumb Waiter
Elevator ini sangat khusus fungsinya untuk barang saja, elevator ini juga
tak kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit
perbedaan dalam system keamanannya.
3. Elevator Service
Elevator servise ini biasanya dipasang diperhotelan, yaitu fungsinya untuk
pelayan-pelayan hotel untuk mengantarkan barang ke kamar-kamar
penghuni hotel. Namun disini pula elevator ini tak kalah handalnya dengan
elevator penumpang, perbedaan dari elevator service dengan elevator
penumpang ini sangat jelas dari sistrem pengangkutannya, yaitu elevator
penumpang hanya khusus untuk manusia saja tapi elevator service ini
juga berfungsi sebagai pengangkutan manusia dan barang.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-62


62
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

4. Elevator Hidraulik
Elevator hidrolik ini sangat lain darpada yang lain, ini dilihat dari cara
kerjanya dan juga fisiknya. Elevator ini biasanya digunakan oleh pasukan
pemadam kebakaran dan kapasitas daya angkutnya pun sangat terbatas,
elevator hidrolik ini sekarang tidak hanya dipakai oleh pemadam
kebakaran saja. Sekarang elevator hidrolik sering dipakai oleh
perusahaan telekomunikasi, bengkel kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Komponen Utama Elevator


Apabila kita ingin mengetahui sistem kerja elevator, maka kita harus
mengetahui komnponen utama dalam elevator tersebut. Untuk
mempermudah kita mengetahui cara kerja elevator secara keseluruhan,
disini penulis akan menggolongkan tata letak komponen-komponen
elevator dalam dua bagian ruangan, yaitu ruang mesin (Machine Room )
dan ruang luncur (Hoistway ).

5.5. TAHAPAN PROSES PERANCANGAN


5.5.1. Tahapan Perancangan
TAHAP PERSIAPAN
Meputi koordinasi tenaga ahli, penyusunan desain survey, metode
perancangan, serta penyusunan jadwal pelaksanaan secara rinci.

TAHAP PEMROGRAMAN FUNGSI BANGUNAN


Meliputi program kegiatan, kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana, serta
program kebutuhan dan persyaratan ruang.

TAHAP ANALISIS DAN KONSEP RENCANA


Sebelum membuat Konsep Rencana Teknis, terlebih dahulu dilakukan
analisis mendalam sesuai data hasil survey dan pengukuran lapangan.
Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam penyusunan
pra rancangan yaitu:
 Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-63


63
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

 Konsep bangunan
 Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas
 Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan
divisualisasikan dalam desain

TAHAP PRA RANCANGAN


Penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana tapak, rencana bentuk,
rencana struktur dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan kondisi
eksiting di lapangan.

TAHAP PENGEMBANGAN RANCANGAN


meliputi pembuatan Gambar Denah Geduang Ruang Kuliah, Tampak,
Potongan, Detail arsitektur dan struktur, serta Menyusun prakiraan biaya
yang di perlukan dalam pembangunan konstruksi gedung, yang meliputi :
1. Site Plan rencana dan Layout plan
2. Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana dalam
skala 1:100 dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
4. Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BOQ), Rencana Anggaran
Biaya (RAB)/ EE pekerjaan konstruksi.

TAHAP PELELANGAN KONSTRUKSI FISIK


Membantu panitia pada waktu acara penjelasan pekerjaan, termasuk
menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, evaluasi penawaran, menyusun
kembali dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama
apabila terjadi lelang ulang.

Bagan Alir Proses Perancangan


Pekerjaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Pamekasan dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-64


64
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

PEMAHAMAN KAK

MASTERPLAN
TUJUAN DAN SASARAN
DAN
DESAIN KRITERIA
POTENSI; MASALAH;
STRATEGI DESAIN

PENGUKURAN Analisa TAPAK dan


TAPAK LINGKUNGAN
KONDISI FISIK
PENYELIDIKAN Analisa RUANG,
DASAR LOKASI
PERENCANAAN TANAH Bang Dan Tampilan
PENGUMPULAN Analisa STRUKTUR
DATA SEKUNDER DAN UTILITAS

KONSEP DESAIN

PRA- DESAIN

PERHITUNGAN
STRUKTUR BQ/RAB/ RKS

PENGEMBANGAN/
DETAIL DESAIN
DOKUMEN
LELANG

5.6. PROGRAM KERJA


Konsultan perencana dalam melaksanakan program kerja akan
mengalokasikan tenaga ahli profesional dan sub-profesional dengan tenaga
pendukung sesuai dengan disiplin keilmuan serta keahliannya dalam
penyelesaian tahapan proses pekerjaaan yang pelaksanaan pekerjaan disusun
setidaknya berdasarkan:
1. Jangka waktu pelaksanaan
2. Volume kegiatan

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-65


65
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

3. Jenis dan kompleksitas kegiatan


4. Kesiapan semua unsur-unsur terkait

Pemanfaatan waktu secara efisien sangat dibutuhkan oleh konsultan


dalam pelaksanaan pekerjaan ini, terutama pada saat awal pekerjaan dimana
diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi
dengan pihak Pengguna Jasa/Pengguna Anggran (PA) bersama dengan PPK.
Pihak konsultan sangat mengharapkan adanya kerja sama untuk kepentingan
bersama antara pelaksana pekerjaan dengan pihak Pengguna Anggaran.
Namun demikian Konsultan berupaya untuk menyelesaikan dengan sebaik-
baiknya tugas yang telah diberikan oleh Pengguna Anggaran dengan cara
melakukan pengelolaan kerja yang baik dengan pemanfaatan waktu dan
potensi pendukung yang ada, baik personil maupun peralatan pendukung kerja.
5.6.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana
berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya mengacu kepada
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Permukiman dan Prasana Wilayah Nomor
45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007, meliputi tugas-tugas perencanaan
fisik bangunan yang terdiri dari:
a. Persiapan atau konsepsi perencanaan, seperti: mengumpulkan data dan
informasi lapangan (termasuk penyelidikan tanah), membuat interpretasi
secara garis besar terhadap KAK, program kerja perencanaan, konsep
perencanaan, sketsa gagasan, konsultasi dengan Pemerintah Daerah
setempat mengenai peraturan daerah/ perijinan bangunan.
b. Penyusunan pra – rencana seperti membuat rencana tapak, pra –
rencana bangunan dan keterangan persyaratan bangunan dari
Pemerintah daerah setempat.
c. Penyusunan pengembangan rencana, antara lain membuat:
 Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi dwi dan
trimatra bila diperlukan
 Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-66


66
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

 Rencana Mekanikal dan elektrikal, beserta uraian konsep dan


perhitungannya.
 Rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya
 Garis besar spesifikasi teknis (Outline Technical Specifications)
 Perkiraan biaya (Engineering Estimate)
d. Penyusunan rencana detail, seperti membuat gambar-gambar
perencanaan, gambar- gambar detail, Rencana Kerja dan Syarat- syarat
(RKS), rincian volume pelaksanaan pekerjaan (Bill of Quantity), rencana
anggaran biaya pekerjaan konstruksi dan menyusun laporan akhir
perencanaan
e. Persiapan pelelangan, seperti membantu Panitia Pelelangan di dalam
menyusun dokumen pelelangan dan membantu Panitia dalam menyusun
program dan pelaksanaan pelelangan.
f. Pelelangan, seperti membantu Panitia pada waktu pelaksanaan
pekerjaan, termasuk menyusun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan,
membantu Panitia dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun
kembali dokumen pelelangan, dan melaksanakan tugas- tugas yang sama
apabila terjadi lelang ulang.
g. Pengawasan Berkala, seperti memeriksa pelaksanaan pekerjaan
kesesuaiannya dengan rencana secara berkala, melakukan penyesuaian
gambar dan perubahan, memberikan penjelasan terhadap persoalan yang
timbul selama masa konstruksi, dan membuat laporan akhir pengawasan
berkala.
h. Bersama-sama dengan Kontraktor menyusun petunjuk penggunaan,
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk yang
menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan

5.6.2. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka
Acuan Kerja ini minimal meliputi:
1. Tahap Konsep Rencana Teknis

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-67


67
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

a. Konsep penyiapan rencana teknis dan uraian rencana kerja konsultan


perencana.
b. Konsep skematik rencana teknis.
c. Laporan data dan informasi lapangan.

2. Tahap Pra-rencana Teknis


a. Gambar-gambar Pra-rencana.
b. Perkiraan biaya pembangunan.
c. Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
3. Tahap Pengembangan Rencana
a. Gambar pengembangan rencana tapak, arsitektur, struktur, ME dan
utilitas.
b. Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
c. Draft rencana anggaran biaya.
d. Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
4. Tahap Rencana Detail
a. Gambar rencana teknis tapak dan bangunan lengkap.
b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
c. Bill Of Quantity (BQ).
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB).
5. Tahap Pelelangan.

5.6.3. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


A. TAHAP PERSIAPAN
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan,
1. Pemahaman KAK
2. Penyusunan Metode Pelaksanaan Pekerjaan
3. Survey Pendahuluan (fisik – visual lingkungan tapak)
4. Pengumpulan data sekunder
5. Koordinasi Tenaga Ahli
B. TAHAP PELAKSANAAN SURVEY DAN KOMPILASI DATA
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan,
1. Survey harga bahan – upah di lokasi pekerjaan
2. Survey pengukuran tapak

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-68


68
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

3. Survey penyelidikan tanah


4. Tabulasi data
5. Pengolahan Data
C. TAHAP ANALISIS DAN KONSEP DESAIN
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan:
1. KAJIAN dan Analisis bangunan
2. program dan konsep disain bangunan sesuai kebutuhan
kegiatan dan potensi tapak,
3. Pembuatan pra - disain
4. Perhitungan struktur dan utilitas
D. TAHAP PENGEMBANGAN DISAIN
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan:
1. pembuatan gambar rencana
2. pembuatan gambar detail
3. penyusunan RAB dan RKS
4. pembuatan gambar 3D.
Penyusunan program kerja secara sistimatis dilakukan secara simultan
dan berkesinambungan, sehingga setiap tahap pekerjaan dapat dilakukan
tanpa harus menunggu selesainya tahap sebelumnya. Program kerja untuk
penyelesaian pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan ini selama 8
(delapan) Minggu atau 60 (enam puluh) hari kalender, secara detail dan
sistimatis disajikan dalam tabel dibawah ini

Tabel Program Kerja


Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan

BULAN/ MINGGU
KETERANG
NO KEGIATAN 1 2 AN
I II III IV I II III IV
A PERSIAPAN                
1 Koordinasi dan Mobilisasi                
3 Inventarisasi Data dan Informasi terkait                
4 Survey Pemetaan Lokasi/ Topografi                
5 Survey Penyelidikan Tanah (Sondir, Boring)
B ANALISIS DAN KONSEP DESAIN                
2 Analisis Aktifitas dan Fasilitas                

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-69


69
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

3 Analisis Tapak, Ruang dan Bangunan


5 Analisis Mekanikan Elektrikal
6 Penyusunan Konsep Desain                
7 Gambar Pra Rancangan Bangunan                
C PENGEMBANGAN DAN DETAIL DESAIN                
1 Pengembangan Desain                
2 Detail desain bangunan                
4 Penyusunan RAB/ BQ/ RKS                
5 Penyusunan Dokumen lelang                
D PELAPORAN                
1 Laporan Pendahuluan                
2 Laporan Analisa dan Konsep Drsain                
6 Laporan Akhir Desain dan Executive Summary                

5.7. ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN


Dalam rangka menunjang pelaksanaan Pekerjaan Perencanan Gedung
Ruang kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan, maka :

a. Untuk melaksanakan tugas, Tim Penyedia Jasa Konsultansi


mendapatkan informasi yang dibutuhkan selain dari informasi yang
diberikan oleh Pemberi Tugas dalam pengarahan penugasan ini.
b. Tim Penyedia Jasa Konsultansi memeriksa kebenaran informasi dalam
pelaksanaan tugasnya, baik yang berasal dari pemberi tugas maupun
masukan lain dari luar. Kesalahan perencanaan akibat dari kesalahan
informasi menjadi tanggung jawab Tim Konsultan.
c. Untuk melaksanakan tugas ini Tim Penyedia Jasa Konsultansi
menyediakan Tenaga Ahli yang memenuhi kebutuhan pekerjaan,
dengan struktur sebagai berikut;

TIM LEADER

Ahli ARSITEKTUR AHLI INTERIOR AHLI Mekanika Tanah AHLI SIPIL/ STRUKTUR

COST ESTIMATOR AHLI Mekanikal Elektrikal

ASISTEN TENAGA AHLI

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang SURVEYOR; DRAFTER; ADMINISTRASI Halaman | V-70


70
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT


Konsultan akan menyusun program kerja/ jadwal yang menyangkut:
a. Jadwal kegiatan secara terperinci
b. Alokasi tenaga yang dibutuhkan, antara lain terdiri dari :

1) Tenaga Ahli

NO KLASIFIKASI KUALIFIKASI / PENGALAMAN PROFESIONAL


1 Team Leader Minimal S2 Teknik Arsitektur, diutamakan
berpengalaman minimal 8 tahun, dibuktikan
dengan ijazah, referensi, dan sertifikat keahlian
arsitektur madya.
Team leader adalah sebagai penanggungjawab
pekerjaan secara keseluruhan, menyusun
program dan rencana kerja serta jadwal
penugasan tenaga ahli, memberi arahan kepada
anggota tim, memantau, mengevaluasi dan
menyelesaikan seluruh kegiatan.
2 Ahli Arsitektur Minimal S1 Teknik Arsitektur, Diutamakan
berpengalaman minimal 5 tahun dibuktikan
dengan ijazah , referensi, dan sertifikat keahlian
arsitektur madya
3 Ahli Sipil/ Struktur Minimal S1 Teknik Sipil, Diutamakan pengalaman
dala membuat konsep struktur dan utilitas
bangunan minimal 5 tahun sebagai ahli sipil
struktur, dibuktikan dengan ijazah, referensi, dan
sertifikat keahlian sipil madya
4 Ahli Elektrikal Minimal S1 Teknik Elektro, Diutamakan
berpengalaman minimal 5 tahun, dibuktikan
dengan ijazah , referensi, dan sertifikat keahlian
elektrikal.
5 Ahli Geotek Minimal S1 Teknik Sipil, Diutamakan
berpengalaman minimal 10 tahun, dibuktikan
dengan ijazah dan referensi
6 Ahli Cost Estimator Minimal S1 Teknik Arsitektur/ Sipil, Diutamakan
berpengalaman minimal 10 tahun, dibuktikan
dengan ijazah dan referensi
7 Asisten Tenaga Ahli Asisten Tenaga Ahli Minimal S1 sesuai bidang
ilmu, diutamakan berpengalaman minimal 8 tahun,
dibuktikan dengan ijazah dan referensi

2) Tenaga Pendukung
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-71
71
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

Tim Tenaga Ahli tersebut didukung oleh;

NO KLASIFIKASI KUALIFIKASI / PENGALAMAN PROFESIONAL


1 Surveyor Berpendidikan Akademi Diploma (D3)/ Sarjana
Muda dengan pengalaman dibidangnya minimal 5
(lima) tahun atau Pendidikan Tinggi Sarjana (S1)
dengan pengalaman dibidangnya 3 (tiga) tahun.
2 Drafter Berpendidikan Akademi Diploma (D3)/ Sarjana
Muda dengan pengalaman mendesain gambar
proyek profesional dibidangnya minimal 5 (lima)
tahun atau Pendidikan Tinggi Sarjana (S1)
dengan pengalaman mendesain gambar proyek
profesional dibidangnya 3 (tiga) tahun dengan
pengalaman mendesain gambar proyek
profesional. Dibuktikan dengan ijazah dan
referensi.
3 Administrasi Proyek Minimal S1 Sarjana Ekonomi/ Informatika,
Pengalaman 5 tahun. Bertugas untuk
melaksanakan fungsi pengarsipan semua
dokumentasi dan administrasi selama
pelaksanaan pekerjaan.

c. Program kerja tersebut harus didapat dari kesepakatan bersama untuk


dapat digunakan sebagai Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan serta untuk
pedoman pengawasan dari pekerjaan perencanaan yang dimaksud
dalam pengarahan penugasan ini.

Pengaturan jadwal penugasan masing-masing personil ditetapkan sesuai


dengan keahliannya, agar didapatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan
waktu yang singkatdan personil yang terbatas. Penjadwalan penugasan
personil ini merupakan pendistribusian keterlibatan tenaga ahli yang disajikan
dalam skala jumlah orang bulan (Man Month). Besarnya jumlah man/month
akan didistribusikan pada alokasi waktu yang ada dengan memperhatikan
kegiatan pekerjaan dan keterkaitan tenaga ahli dengan bagian pekerjaan yang
akan ditangani.
Selain Pengaturan jadwal penugasan personil, pihak Konsultan juga
menyusun Rencana Pendayagunaan Personil untuk memperjelas keterkaitan
item pekerjaan yang akan ditangani oleh masing-masing personil tenaga ahli
yang sesuai dengan bidangnya. Tujuan disusunnya Rencana Pendayagunaan
Personil ini, agar dapat diketahui dengan jelas oleh semua personil yang terlibat

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-72


72
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

dalam pekerjaan ini tentang penanggung jawab masing-masing item pekerjaan


sekaligus waktu pelaksanaan dan penyelesaiannya. Artinya akan jelas bagi
tenaga ahli kapan dia akan terlibat dan dalam pekerjaan apa dia akan terlibat;

Tabel 6.1. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Pekerjaan Detail Design Engineering (DED) Pembangunan
Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan

JUMLAH
N BULAN
KEGIATAN (ORANG)
O 1 2 3 4
TENAGA AHLI
1 Team Leader 1
2 Ahli Arsitektur         1
3 Ahli Interior         1
4 Ahli Sipil/ Struktur         1
5 Ahli Mekanikal Elektrikal         1
6 Ahli Mekanika Tanah 1
7 Ahli Cost Estimator 1
ASSISTEN TENAGA AHLI
1 Asisten Tenaga Ahli 4
TENAGA PENDUKUNG
1 Surveyor         2
2 Drafter         3
3 Administrasi         1

5.8. SISTEM PELAPORAN


Sebagai bentuk hasil melakukan kegiatan, pelaksana pekerjaan
menyampaikan pelaporan atas pekerjaannya. Beberapa pelaporan yang harus
disampaikan adalah sebagai beriku:
5.8.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Pada tahapan konsepsi design awal dimulainya pekerjaan, Konsultan harus
menyusun suatu konsep awal yang berisikan:
a. Survey Data
1) Data Primer
 Topografi
 Soil Test untuk mengetahui komposisi tanah
2) Data Sekunder

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-73


73
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

 Master Plan Kampus STAIN


 Peta-peta dan data lainnya
b. Interpretasi KAK sehingga dapat diperoleh informasi antara lain:
1) Lokasi lahan dan bangunan sekitarnya
 Ukuran dan bentuk lahan yang jelas batas batasnya
 Kondisi air tanah dan curah hujan
 Jaringan kota yang ada disekitar lokasi meliputi saluran air bersih,
saluran air kotor, listrik, gas dan telepon.
 Kondisi lahan berkaitan dengan usulan type pondasi yang akan
dipakai.
2) Informasi dari Pemerintah daerah setempat, meliputi data peraturan
daerah terkait bangunan
3) Data-data penunjang dan penerapannya terhadap rancangan
4) Rencana kerja
5) Metode pelaksanaan pekerjaan
6) Jadwal pelaksanaan pekerjaan
7) Pengenalan site pekerjaan yang dilengkapi dengan dokumentasi dan
data lainnya

5.8.2. Laporan Analisa dan Konsep (Interim Report)


Laporan ini berisi antara lain:
a. Hasil pembahasan dan perbaikan dari Laporan Pendahuluan (Inception
Report) dengan memperhatikan masukan dari Tim Counterpart;
b. Hasil pengumpulan dan pengolahan data/ informasi dari hasil survai
langsung di lapangan maupun data/ informasi lainnya;
c. Hasil pemrograman ruang dan fasilitas;
d. Hasil analisa dan konsep ruang dan bangunan;
e. Hasil analisa dan konsep struktur dan sistem utilitas;

5.8.3. Laporan Akhir (Final Report)


Merupakan laporan perencanaan yang telah memuat antara lain:
a. Hasil pengembangan desain;

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-74


74
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS

b. Master Desain dan 3D bangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Agama


Islam Negeri (STAIN) Pamekasan;
c. Detail desain;
d. Penyusunan RAB dan RKS
e. Dokumen Lelang Konstruksi;
Hasil dari Konsep Laporan Akhir ini selain dikomunikasikan dengan tim
teknis, sebelum diserahkan sebagai hasil akhir perencanaan.
5.8.4. Ringkasan Laporan Akhir (Executive Summary)
Laporan ini merupakan ringkasan dari materi-materi yang ada dalam
Laporan Akhir (Final Report). Disamping menyerahkan ringkasan laporan
akhir, pelaksana pekerjaan menyerahkan pula softcopy seluruh laporan yang
akan disampaikan.

Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-75


75
Kuliah STAIN Pamekasan

Anda mungkin juga menyukai