Anda di halaman 1dari 88

STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

SALAK DI DESA TINJOMAN LAMA


KECAMATAN PADANGSIDEMPUAN
HUTAIMBARU KOTA PADANGSIDEMPUAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

Joel Maruduttua Sinaga


NPM. E1D015125

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Nafkah
Rumah Tangga Petani Salak di Desa Tinjoman Lama, Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan, Provinsi Sumatera
Utara” ini merupakan hasil karya saya sendiri (ASLI) dan isi dalam skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademis di
suatu Institusi Pendidikan. Sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali dengan secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, Januari 2021

Joel Maruduttua Sinaga


NPM : E1D015125
RINGKASAN

STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI SALAK DI DESA TINJOMAN

LAMA KECAMATAN PADANGSIDEMPUAN HUTAIMBARU KOTA

PADANGSIDEMPUAN PROVINSI SUMATERA UTARA ( Joel Maruduttua Sinaga,

dibawah bimbingan Ir. Nyayu Neti Arianti, M.Si dan Indra Cahyadinata, S.P., M.Si,

2021).

Rumah tangga merupakan kumpulan suatu kelompok atau individu yang tinggal
disuatu tempat yang mana tempat tersebut memiliki sebuah fisik atau bangunan nyata
dimana mereka akan makan bersama dalam satu dapur yang sama. Peran ekonomi
dalam sebuah rumah tangga sangatlah besar, dengan kata lain keberlangsungan
kehidupan rumah tangga berkaitan erat dengan keadaan ekonomi rumah tangga itu
sendiri dan bagaimana mereka mampu memenuhi kebutuhan produksi dan konsumsinya
sendiri. Meski begitu, rumah tangga yang tinggal di daerah terpencil memiliki
perbedaan kebutuhan hidup dengan rumah tangga yang hidup di kota. Hal ini terjadi
disebabkan terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia untuk menghasilkan barang
dan jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pendekatan yang memahami
kehidupan ekonomi rumah tangga petani di pedasaan salah satunya adalah dengan
menggunakan pedekatan strategi nafkah (livelihood strategies). Studi tentang strategi
nafkah ini dilakukan agar lebih memahami tentang pilihan yang dilakukan oleh rumah
tangga agar mampu menyatukan atau menghubungan akses sumberdaya yang dimiliki
dan aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan sosial kemasyarakatan.
Sumberdaya yang tersedia yang dapat digunakan rumah tangga untuk bertahan hidup
dalam kondisi ekonomi yang kurang mampu atau masuk ke dalam taraf kemiskinan dan
rumah tangga harus mencari alternatif lain untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
rumah tangganya.
Kota Padangsidempuan merupakan salah satu kota yang letaknya berada di
Provinsi Sumatera Utara, dimana hasil utama dari perkebunan masyarakat di
Padangsidempuan adalah salak. Data 3 tahun terakhir produksi salak mengalami
penurunan. Pada tahun 2014 salak berproduksi sebesar 10.150,00/ton/tahun. Pada tahun
2015 produksi salak turun drastis menjadi 3040,75/ton/tahun. Kemudian di tahun 2016
produksi salak kembali menurun menjadi 2951,13/ton/tahun. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor seperti menuanya pohon salak tersebut, akibat iklim yang tak
menentu dan juga kurangnya perawatan yang dilakukan oleh petani salak itu sediri.
Rumah tangga petani salak yang berada di Kota Padangsidempuan tersebut mencari
solusi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dan melakukan beberapa
strategi seperti menjadi kuli bangunan, buruh harian lepas mengelolah sawah atau
kebun salak sehingga mampu bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan keluarga
mereka.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Februari -10 Februari 2020 di Desa
Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan,
Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kuisioner
singkat yang ditentukan secara purposive dengan menggunakan informan kunci sebagai
informan untuk menggali dan memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan jumlah
informan sebanyak 6 orang. Model analisis yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam aktivitas mencari nafkah yang
dilakukan rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan, Provinsi Sumatera Utara
memanfaatkan lima modal nafkah untuk kegiatan strategi nafkah rumah tangganya yang
terdiri dari : modal nafkah, modal sumber daya manusia, modal fisik, modal sosial dan
modal finansial. Dalam menjalankan modal nafkah tersebut, petani salak yang berada di
Desa Tinjoman Lama dihadapkan pada kerawanan struktural yang dapat mengganggu
aktivitas mereka. Bentuk kerawanan struktural tersebut terbagi menjadi beberapa bagian
yakni kerawanan ekologi, kerawanan monokultur, kerawanan sistem harga dan
kerawanan keseragaman sumber daya. Rumah tangga petani salak yang berada di Desa
Tinjoman Lama menggunakan strategi nafkah sebagai solusi dalam menghadapi bentuk
kerawanan struktural tersebut seperti cara rekayasa sumber nafkah pertanian, pola
nafkah ganda, perlibatan anggota keluarga, dan menghemat pengeluaran keluarga ketika
masa sulit.

Kata kunci : Rumah Tangga, Petani Salak, Strategi Nafkah


(Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu, 2021).
SUMMARY

LIVELIHOOD STRATEGIES FOR HOUSEHOLD FARMERS OF


ZALACCA IN TINJOMAN LAMA VILLAGE,
PADANGSIDEMPUAN HUTAIMBARU DIRTRICT,
PADANGSIDEMPUAN CITY, NORTH SUMATRA PROVINCE
(Joel Maruduttua Sinaga, supervised by Ir. Nyayu Neti Arianti, M.Si
and Indra S. Cahyadinata S.P., M.Si.).

A household is a collection of a group or individual living in a place where the


place has a physical or real building where they will eat together in the same kitchen.
The economic role of a household is very large, in other words the sustainability of
household life is closely related to the economic situation of the household itself and
how they are able to meet their own production and consumption needs. Even so,
households living in remote areas have different needs of life with households living in
cities. This occurs due to the limited facilities and infrastructure available to produce
goods and services that meet their daily needs. One approach that understands the
economic life of rural farmers is to use the livelihood strategies approach. This study on
livelihood strategies is carried out in order to better understand the choices made by
households in order to be able to unify or connect access to resources owned and
activities that are influenced by the ecological and social systems. Available resources
that can be used by households to survive in economic conditions that are less fortunate
or enter into poverty and households must look for other alternatives to improve the
economic welfare of their households.
Padangsidempuan City is one of the cities located in North Sumatra Province,
where the main product of community plantations in Padangsidempuan is zalacca. Data
for the last 3 years of zalacca production has decreased. In 2014 zalacca produced
10,150.00/ton/year. In 2015 the production of zalacca fell drastically to
3040.75/ton/year. Then in 2016 the production of zalacca decreased again to 2951.13 /
ton / year. This is due to several factors such as the aging of the zalacca trees, due to the
erratic climate and also the lack of care by the zalacca farmers themselves. The zalacca
farmer household in Padangsidempuan City is looking for solutions to solve the
problems they face and implementing several strategies such as becoming construction
workers, casual daily laborers managing rice fields or zalacca gardens so that they can
survive and provide for their families.
This research was conducted on February 20-February 10 2020 in Tinjoman
Lama Village, Padangsidempuan Hutaimbaru District, Padangsidempuan City, North
Sumatra Province. The data used in this study are primary data and secondary data.
Sampling in this study using a short questionnaire that was determined purposively by
using key informants as informants to explore and obtain the information needed by the
number of informants as many as 6 people. The analysis model used is descriptive
analysis method.
The results of this study indicate that in the activities of earning a living carried
out by zalacca farmer households in Tinjoman Lama Village, Padangsidempuan
Hutaimbaru District, Padangsidempuan City, North Sumatra Province, they use five
income capitals for their household livelihood strategy activities which consist of:
income capital, source capital. human resources, physical capital, social capital and
financial capital. In carrying out this living capital, zalacca farmers in Tinjoman Lama
Village are faced with structural vulnerabilities that can interfere with their activities.
The form of structural vulnerability is divided into several parts, namely ecological
vulnerability, monoculture vulnerability, price system vulnerability and resource
uniformity vulnerability. Zalacca farmer households in Tinjoman Lama Village use
livelihood strategies as a solution in dealing with these forms of structural vulnerability,
such as engineering for agricultural livelihoods, double income patterns, involving
family members, and saving family expenses when times are difficult.

Keywords : Households, Zalacca Farmers, Livelihood Strategies


(Agribusiness Study Program, Department of Agriculture Social Economic,
Faculty of Agriculture, University of Bengkulu, 2021)
KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI
KELAPA SAWIT DAN PADI PADA KAJIAN ALIH
FUNGSI LAHAN DARI KELAPA SAWIT MENJADI
PADI (STUDI KASUS KEC. LUBUK PINANG,
KAB. MUKOMUKO)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

Oleh :

Alex Robinson Siagian


NPM : E1D015106

Pembimbing :

Prof.Dr.Ir.Ketut Sukiyono, M.Ec.


Reswita, S.P., M.M.

Bengkulu
2021
KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI
KELAPA SAWIT DAN PADI PADA KAJIAN ALIH
FUNGSI LAHAN DARI KELAPA SAWIT MENJADI
PADI (STUDI KASUS KEC. LUBUK PINANG,
KAB. MUKOMUKO)

Oleh :

Alex Robinson Siagian


NPM : E1D015106

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada Tanggal :


23 November 2020

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec. Reswita, S.P., M.M.


NIP. 196210111987021003 NIP.198012182008012011

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan.

Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S.


NIP. 19631114 198803 2 012
KOMPARASI KELAYAKAN USAHATANI
KELAPA SAWIT DAN PADI PADA KAJIAN ALIH
FUNGSI LAHAN DARI KELAPA SAWIT MENJADI
PADI (STUDI KASUS KEC. LUBUK PINANG,
KAB. MUKOMUKO)

Oleh :

Alex Robinson Siagian


NPM : E1D015106

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada Tanggal :


07 Desember 2020

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ir. Musriyadi Nabiu, M.P. Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec.
NIP. 195906121986031002 NIP. 196210111987021003

Anggota, Anggota,

Dr.Ir. Satria Putra Utama, M.Sc Reswita, S.P., M.M.


NIP. 196006121986091001 NIP.198012182008012011

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan.

Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S.


NIP. 19631114 198803 2 012
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:
 “ Lakukan yang terbaik untuk menampilkan diri Anda kepada Tuhan sebagai orang yang disetujui,
pekerja yang tidak perlu malu dan yang dengan benar menangani firman kebenaran.
( 2 Timotius 2 :15 )”
 Bekerjalah dan terus belajar akan hal baru dan lakukan yang menurut mu benar dan jangan pernah
biarkan orang lain untuk mengubah mimpi mu ( Joel M.F. Sinaga)
 Hasta El Final ( Berjuang sampai akhir )

Persembahan
Dengan rasa syukur yang tak terhingga ku ucapakan terima kasih kepadaMu Tuhan Yesus Kristus
karena oleh kasih Mu dan kemurahan hatiMu saya mampu menyelesaikan sebuah karya kecil ini untuk
orang-orang yang luar biasa didalam hidupku. Skripsi ini akan kupersembahkan untuk :
 Bapak (S.Sinaga) selaku orang tua terhebat yang diturunkan oleh Tuhan Yesus di tengah-tengah
keluarga kami yang mampu merangkap menjadi seorang ibu buat kami. Engkau selalu sabar dan selalu
siap mendengarkan masalah yang saya hadapi selama di perkuliahan ini terutama ketika dalam
menyelesaikan skripsi saya ini dan selalu memberi dukungan dan motivasi ketika saya sedang terpuruk.
Doa dan dana yang selalu engkau beri kini telah terbayar dengan saya yang telah menyelesaikan skripsi
ini. Ku berterima kasih atas semua yang bapak beri untuk ku selama saya dalam menyelesaikan
perkuliahan ini.
 Kakak-kakak yang kusayangi Kak Debora, Kak Efrida, Kak Roma yang selalu memberikan doa dan
sebagai sumber dana
 Suami dari ketiga kakak-kakak saya, Lae Emly, Lae Al dan Lae Mhazes yang selalu membantu saya
ketika dalam kesulitan dan selalu memberikan solusi ketika saya ada masalah baik itu masalah skripsi
saya maupun perkuliahan saya
 Teman-teman Gerobak Pasir 2015 yang menjadi kawan selama diperkuliahan
 Almamaterku tercinta “ UNIB”
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan
pembuatan skripsi ini yang tentunya tidak dapat penulis sebut satu persatu, ucapan
terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Orang tua saya yakni Bapak S. Sinaga yang sangat saya cintai. Terima kasih telah
memberikan nasehat, kasih sayang, motivasi, dan pelajaran hidup kepada saya dan
terima kasih telah berjuang dengan sabar dan tanpa mengeluh untuk membantu saya
menyelesaikan perkuliahan ini. Semoga ilmu yang saya dapat selama perkulihan ini
berguna terutama untuk saya dan juga untuk orang lain.
2. Untuk ke tiga kakak-kakakku, Kak Debora, Kak Efrida dan Kak Roma terima kasih
telah ikut berjuang bersama saya selama diperkulihan ini dan terima kasih selama
kuliah kalian menjadi salah satu sumber dana untuk kebutuhan ku.
3. Untuk ke tiga suami dari kakak-kakakku, terima kasih telah ikut membantu saya
selama diperkuliahan ini baik itu dana maupun hal-hal lainnya
4. Teruntuk seseorang “ Maria Noppi Sitanggang S.Si” terima kasih telah ikut dalam
perjalanan dan perjuanganku selama perkuliahan ini baik itu dalam suka maupun
duka, kau bisa disebut sebagai kawan, lawan, teman, adek maupun sahabat dan
dibungkus menjadi satu yang biasa ku sebut Hasian.
5. Ibu Ir.Nyayu Neti Arianti, M.Si selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen
pembimbing akademik. Penulis ucapkan terima kasih telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi
ini sampai selesai sehingga memperoleh gelar sarjana pertanian.
6. Bapak Indra Cahyadinata, S.P.,M.Si selaku dosen pembimbing pendamping. .
Penulis ucapkan terima kasih telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini sampai selesai
sehingga memperoleh gelar sarjana pertanian.
7. Bapak Dr. M. Mustopa Romdhon, SP.,M.Si. selaku dosen penguji yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk menguji penulis dalam ujian skripsi serta
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
guna memperoleh gelar sarjana pertanian.
8. Ibu Ir. Ellys Yuliarti, M.Si. selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk menguji penulis dalam ujian skripsi serta memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar
sarjana pertanian.
9. Seluruh Dosen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
yang telah mengajarkan ilmu dan membimbing penulis salama menjadi mahasiswa
di Universitas Bengkulu.
10. Staf dan karyawan administrasi Lab Sosial Ekonomi Pertanian dan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
11. Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
12. Bapak Pendi Tanjung selaku Kepala Desa di Desa Tinjoman Lama yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di desa tersebut.
13. Seluruh informan yang telah ikut membantu saya dalam menyelesaikan penelitian
saya dan ingin membagikan pengalaman dan ilmunya untuk saya selaku sipenulis.
14. Bang Trio Berlian yang membantu saya lewat tulisannya yang saya jadikan sebagai
acuan untuk tulisan saya.
15. Debora Sinaga selaku adek dan keluarga saya selama di Bengkulu, orang yang
selalu ada ketika saya saat dalam kesulitan, semoga kuliahnya dilancarkan dan
selesai dengan tepat waktu.
16. Untuk seluruh teman-teman Angkatan 2015 Agribisnis Unib yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, terima kasih kalian telah menjadi teman terbaik yang saya
kenal, semoga suatu saat nanti kita dapat berkumpul lagi dalam keadaan sehat dan
sukses. Amin.
17. Family futsall yang telah menjadi bagian keseruan selama saya tinggal di Bengkulu.
Teruntuk untuk Leon, Rijal, Cristian, Yoel dan juga Lery semoga perkuliahannya
cepat selesai dan segala urusannya di lancarkan
18. Himaseta-Ku Jaya Selalu.
19. Almamaterku tercinta “ UNIVERSITAS BENGKULU”.
RIWAYAT HIDUP

Joel Maruduttua Sinaga dilahirkan di Padangsidempuan,


Sumatera Utara pada tanggal 24 Juni 1995 dari pasangan yang
bernama Bapak Sopar Sinaga dan Ibu Nurbaiya Hasibuan.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN
200413 Tinjoman pada tahun 2008, Sokolah Menengah Pertama
di SMPS Kampus Padangsidempuan pada tahun 2011 , dan
Sekolah Menengah Atas di SMA N 6 Padangsidempuan tahun
2014.
Tahun 2014 penulis mengikuti test SNMPTN dan SBMPTN di beberapa
universitas termasuk Universitas Bengkulu, namun gagal, akhirnya pada tahun 2015
penulis mencoba SBMPTN lagi di universitas Bengkulu dan diterima menjadi
mahasiswa pada Prodi Agribisnis jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
Untuk memenuhi gelar sebagai Sarjana, Penulis Melakukan penelitian di Desa
Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan
Bulan Februari 2020 dengan judul “Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Salak di
Desa Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota
Padangsidempuan, Provinsi Sumatera Utara.
Pengalaman Kegiatan dan Organisasi :
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASETA) Fakultas
Ekonomi Pertanian Universitas Bengkulu.
2. Peserta Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK) Universitas Bengkulu tahun 2015.
3. Peserta Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK) Fakultas PertanianUniversitas
Bengkulu tahun 2015.
4. Peserta Friendship Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASETA)
Universitas Bengkulu tahun 2015
5. Anggota Paduan Suara Mahasiswa Universitas Bengkulu tahun 2015.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi
Nafkah Rumah Tangga Petani Salak Di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara”
akhirnya dapat terselesaikan.
Terselesaikannya skripsi ini tidak mungkin tanpa berkat Tuhan Yang Maha Esa dan
bantuan berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, dengan diiringi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Nyayu Neti Arianti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing serta mengarahkan
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Indra Cahyadinata, S.P., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang juga telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing
serta mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Dan kepada seluruh anggota keluarga maupun teman-teman yang selalu
memberikan motivasi serta semangat bagi penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas semua kebaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Diharapkan tulisan ini dapat
bermanfaat. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk penulisan-
penulisan selanjutnya.

Bengkulu, Januari 2021

Joel Maruduttua Sinaga


NPM : E1D015125

vi
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... x
I. PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Salak.................................................................................................... 5
2.2 Konsep Modal Nafkah Rumah Tangga Petani.................................... 6
2.3 Konsep Bentuk Kerawanan Struktural................................................ 7
2.4 Konsep Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani.................................. 8
2.5 Penelitian Terdahulu............................................................................ 11
2.6 Kerangka Pemikiran............................................................................ 13
III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................
3.1 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu................................................. 16
3.2 Penentuan Responden.......................................................................... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................. 20
3.4 Metode Analisis Data.......................................................................... 21
3.5 Konsep dan Operasional...................................................................... 23
IV. GAMBARAN UMUM DESA TINJOMAN LAMA...................................
4.1 Keadaan Wilayah di Desa Tinjoman Lama.......................................... 25
4.2 Keadaan Penduduk di Desa Tinjoman Lama....................................... 25
4.3 Sarana dan Prasarana........................................................................... 27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................
5.1 Karekteristik Rumah Tangga Petani Salak......................................... 30
5.2 Modal Nafkah Rumah Tangga Petani................................................ 34
5.3 Bentuk Kerawanan Struktural............................................................ 43

vii
5.4.Srategi Nafkah Rumah Tangga Petani .............................................. 52
VI. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 65
6.1 Kesimpulan........................................................................................ 65
6.2 Saran.................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Produksi Buah-buahan Menurut Jenis Tanaman (Ton) BPS.......................... 2


3.1. Kategori Informasi Kunci............................................................................... 18
4.1. Jumlah Penduduk............................................................................................ 25
4.2. Tingkat Pendidikan......................................................................................... 26
4.3. Mata Pencaharian Penduduk.......................................................................... 26
4.4. Kondisi Sarana dan Prasarana........................................................................ 28
5.1. Karakteristik Responden................................................................................ 31
5.2. Modal Alam Rumah Tangga Petani Salak..................................................... 35
5.3. Modal Fisik Rumah Tangga Petani Salak...................................................... 37
5.4. Modal Manusia Rumah Tangga Petani Salak................................................ 38
5.5. Modal Sosial Rumah Tangga Petani Salak.................................................... 40
5.6. Modal Finansial Rumah Tangga Petani Salak................................................ 42
5.7. Kerawanan Struktural..................................................................................... 44
5.8. Kalender Cuaca.............................................................................................. 45
5.9. Jenis Penyakit Pengganggu Tanaman............................................................ 49
5.10. Hama Penggangu Tanaman.......................................................................... 51
5.11. Kalender Musim Tanam Padi....................................................................... 57
5.12. Modal nafkah, kerawanan struktural dan solusi petani salak dengan menggunakan
strategi nafkah....................................................................................................... 62

ix
DAFTAR GAMBAR

Lampiran Halaman
1. Kerangka pemikiran.................................................................................. 15

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan Penelitian...................................................................... 68
2. Kuisioner Penelitian.................................................................................. 69

xi
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Rumah tangga merupakan kumpulan suatu kelompok atau individu yang tinggal
disuatu tempat yang mana tempat tersebut memiliki sebuah fisik atau bangunan nyata
dimana mereka akan makan bersama dalam satu dapur yang sama. Disini dalam satu
dapur memiliki arti tersendiri yang berarti dalam keluarga tersebut mereka memiliki
peran masing-masing dan mengurus segala suatu perkerjaan sehari-hari secara bersama
menjadi satu (BPS,2016).
Peran ekonomi dalam sebuah rumah tangga sangatlah besar, dengan kata lain
keberlangsungan kehidupan rumah tangga berkaitan erat dengan keadaan ekonomi
rumah tangga itu sendiri dan bagaimana mereka mampu memenuhi kebutuhan produksi
dan konsumsinya sendiri (Bryant, 2006).
Rumah tangga yang tinggal di daerah terpencil memiliki perbedaan kebutuhan hidup
dengan rumah tangga yang tinggal di kota. Hal ini terjadi disebabkan terbatasnya sarana
dan prasarana yang tersedia untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa yang memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Dengan Tidak terpenuhinya kebutuhan rumah tangga mereka
tersebut, maka mau tidak mau rumah tangga tersebut harus mempunyai opsi lain
sebagai solusi yang tepat atau memilih sebuah pilihan yang mana pilihan tersebut
memerlukan pengorbanan yang sangat kecil diantara pilihan-pilihan yang lain untuk
pemenuhan kebutuhan rumah tangga tersebut (Bayu,2012).
Pendekatan yang memahami kehidupan ekonomi rumah tangga petani di pedasaan
salah satunya adalah dengan menggunakan pedekatan strategi nafkah (livelihood
strategies). Pendekatan ini tidak hanya dilakukan dengan dengan hanya berbicara
tentang pendapatan petani dan pekerjaannya tetapi lebih memahami kepada kehidupan
rumahtangga petani tersebut, apa prioritas hidup mereka dan apa saja yang dapat
membantu kehidupan mereka sehingga dapat bertahan hidup.
Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan agar lebih memahami tentang pilihan
yang dilakukan oleh rumahtangga agar mampu menyatukan atau menghubungan akses
sumberdaya yang dimiliki dan aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan
sosial kemasyarakatan. Sumberdaya yang tersedia yang dapat digunakan rumahtangga
untuk bertahan hidup dalam kondisi ekonomi yang kurang mampu atau masuk ke dalam
taraf kemiskinan dan rumahtangga harus mencari alternatif lain untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi rumahtangganya (Ellis, 2000).

1
Kota Padangsidempuan merupakan salah satu kota yang letaknya berada di Provinsi
Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar yang ada di daerah Tapanuli. Kota
Padangsidempuan terkenal dengan sebutan “Kota Salak”.Gelar ini diberikan karna
petani salak yang berada di Kota Padangsidempuan terutamayang tinggal dibawah kaki
Gunung Lubuk Raya menjual semua hasil dari panen mereka ke pusat kota. Penghasilan
masyarakat Kota Padangsidempuan sebagian besar bertani yang mana meliputi
persawahan dan perkebunan. Hasil utama dari perkebunan masyarakat di
Padangsidempuan yakni salak. Selain dari salak, hasil dari perkebunan masyarakat
Padangsidempuan masih ada beberapa diantaranya karet, kopi, kelapa, kakao, cengkeh,
kulit manis dan kemiri.
Tabel 1.1 Produksi Buah-buahan Menurut Jenis Tanaman Kota Padangsidempuan, 2016
(Ton)
Jenis Tanaman 2014 2015 2016
1.Alpukat 50,87 15,41 20,36
2. Jeruk 60,95 3,21 3,65
3.Alpukat 2360,00 12,47 6,60
4.Rambutan 62,40 35,06 38,10
5.Duku/Langsat 239,80 91,71 21,49
6.Durian 775,40 481,61 497,96
7.Jambu Biji 590,00 6,26 7,12
8.Sawo 100,50 42,71 15,61
9.Pepaya 390,50 30,08 23,98
10.Pisang 310,20 4,14 5,68
11.Nenas 21,40 6,25 5,00
12.Salak 10.150,00 3.040,75 2.951,13
13.Manggis 148,35 27,60 17,00
14.Nangka/Cempedak 320,25 91,89 95,55
15.Sirsak 145,25 14,90 13,80
16.Belimbing 170,35 11,06 12,35
Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Daerah Kota
Padangsidempuan, 2016

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa salak merupakan buah yang paling banyak
berproduksi di Kota Padangsidempuan diantara buah-buah yang lain. Data 3 tahun
terakhir produksi buah salak menurun. Pada tahun 2014 salak berproduksi sebesar
10.150,00/ton/tahun. Pada tahun 2015 produksi salak turun drastis menjadi
3040,75/ton/tahun. Kemudian di tahun 2016 produksi salak kembali menurun menjadi
2951,13/ton/tahun. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti menuanya
pohon salak tersebut, akibat iklim yang tak menentu dan juga kurangnya perawatan
yang dilakukan oleh petani salak itu sediri.

2
Rumah tangga petani salak yang berada di Kota Padangsidempuan tersebut mencari
solusi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dan melakukan beberapa
strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara seperti mempekerjakan
anggota keluarganya diluar pertanian serta menjual hasil kebun mereka diluar dari
panen salak tersebut sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Desa Tinjoman Lama Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota
Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara merupakan desa yang tepat untuk dilakukan
penelitian ini. Hal tersebut didukung oleh data yang diperoleh dari berbagai sumber
sehingga desa ini mampu memberikan fakta-fakta yang membantu berjalannya
penelitian ini. Desa Tinjoman Lama ini menjadi salah satu desa terbesar pemasok
produksi salak di Kota Padangsidempuan yang mana hasil dari panen mereka langsung
diambil atau dikumpulkan oleh seorang pengumpul yang langsung ke lahan salak
tersebut.
Rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara
memiliki masalah yang sama dengan petani salak lainnya yang berada di Kota
Padangsidempuan yang mana sumber nafkah meraka mengalami kendala sehingga
mereka harus mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya seperti
membuka lahan pertanian di Gunung Lubuk Raya mempekerjakan anggota keluarganya
baik sebagai buruh diluar pertanian maupun buruh harian lepas atau buruh borongan
untuk mengelolah sawah atau kebun salak petani salak lainnya sehingga meraka mampu
bertahan hidup dan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga petani salak tersebut.
Kajian tentang strategi nafkah ini menjadi suatu penelitian yang penting dilakukan
agar mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman
Lama Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi
Sumatera Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana modal nafkah rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi
Sumatera Utara ?
2. Bagaimana kerawanan struktural rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi
Sumatera Utara ?

3
3. Bagaimana strategi nafkah rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi
Sumatera Utara ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Modal nafkah rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara
2. Kerawanan struktural rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara
3. Strategi nafkah rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantara lain :
1. Untuk memberi gambaran tentang karakteristik petani salak di Desa Tinjoman Lama
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi
Sumatera Utara
2. Bagi pengembangan ilmu penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
memperkaya bahan acuan (pustaka) tentang strategi nafkah
3. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat berguna sebagai bahan
tambahan informasi dan referensi.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Salak
Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini akan
tumbuh subur dan bagus di daerah tropis. Tanaman ini juga termasuk kedalam keluarga
Palmae yang diperkirakan dari Pulau Jawa. Salak juga bisa tumbuh dan menyebar di
negara asia tenggara lainnya seperti Malaysia, Filipina, Brunei, dan Thailand
(Widyastuti, 1996).
Salak yang di Indonesia terbagi menjadi 3 perbedaan yang sangat mencolok, yakni :
Salak Jawa (Salacca zalacca (Gaertner)Voss) yang berbiji 2-3 biji, salak Bali (Salacca
amboinensis (Becc) Mogea) yang berbiji 1-2 biji, dan salak Padangsidempuan (Salacca
sumatrana (Becc) Mogea) yang berdaging merah (Fransiskus, 2010).
Tanaman salak mampu tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun pegunungan
sampai ketinggian 900 m di atas permukaan laut (dpl), dengan pertumbuhan yang
optimal pada ketinggian 500 m dpl. Tanaman ini menghendaki curah hujan merata
yakni sekitar 200 – 400 mm/bulan, dengan suhu berkisar 20 – 30 ºC, pH 5 – 7 dan
mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Tanaman salak termasuk dalam family Palmae yang tumbuh berumpun, berumah
dua, perakaranya dangkal, dan batangnya sangat sulit untuk dilihat karena tertutup oleh
pelepah daun salak yang tersususn roset dan rapat. Salak merupakan tanaman tahunan
yang memiliki tinggi yang bisa mencapai 7 m, tetapi pada umumnya tingginya tidak
lebih dari 4.5 m. Daun salak terdiri dari pelepah, tangkai dan helaian anak daun.
Perbungaannya muncul dari tengah punggung pelepah daun. Bunga jantan terdiri atas 9
– 14 tongkol dan bunga betina terdiri atas 1 – 4 tongkol. Penyerbukan umumnya
dilakukan oleh serangga bersayap moncong (Curcullinoidae), namun ada juga yang
dilakukan oleh manusia. Buah salak berwarna kuning kehijauan hingga coklat
kehitaman. Daging buahnya ada yang masir, ada juga yang tidak masir, rasanya manis
atau sepat, berbiji 1 – 3 (Verheij dan Coronel, 1997).
Umur buah salak dari saat penyerbukan sampai buah siap panen 5 sampai 7 bulan
sejak hari penyerbukannya. Cara pemanenan buah salak biasanya dilakukan dengan dua
cara, yakni cara pertama dengan memotong tangkai tandannya menggunakan sabit dan
cara kedua dengan memetik langsung buah salak dari tandannya tanpa harus memotong
tangkainya.

5
Buah salak dalam satu tandan memiliki kematangan yang berbeda-beda atau tidak
seragam, maka dari itu dilakukan petik pilih dari tandannya. Buah salak yang sudah
matang ditandai dengan sisik yang jarang, memiliki warna kulit buah merah kehitaman
atau kuning tua dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang
meruncing) bila ditekan terasa lunak, memiliki warna yang mengkilat dan mudah
terlepas bila dipetik dari tandannya (Mandiri, 2010).
Salak Padangsidempuan berbeda dengan jenis salak lainnya dan hal tersebut bisa
dilihat dari kulit buah salak yang memiliki warna hitam kecokelatan dan bersisik besar.
Ciri khas utama salak ini yakni memiliki daging buahnya yang berwarna kuning tua
berserabut merah. Rasa daging buahnya manis bercampur asam dan pada buah yang
sudah tua rasa sepatnya hampir tidak ada.
2.2. Konsep Modal Nafkah
Sumber nafkah adalah berbagai sumberdaya yang dapat digunakan oleh individu
maupun keseluruhan anggota rumah tangga petani untuk melaksanakan strategi nafkah
guna mempertahankan keberlangsungan hidupnya paling tidak untuk memenuhi
kebutuhan subsisten ataupun dalam rangka meningkatkan kualitas hidup suatu rumah
tangga petani. Frank (1998) menjelaskan bahwa modal nafkah terbagi menjadi 5 bagian
yakni modal sumber daya alam (natural capital), modal fisik (physical capital), modal
sumber daya manusia (human capital), modal finansial (financial capital and
substitutes), dan modal sosial (social capital).
a. Modal Sumber Daya Alam (Natural Capital)
Alam menjadi faktor yang utama bagi masyarakat yang dimana mata
pencahariannya sebagian besar dari bertani sehingga mereka sangat bergantung
terhadap alam. Sumber daya ini memiliki peran sangat penting bagi masyakat, hal ini
dikarenakan masyarakat mengandalkan perekonomian rumah tangga mereka dari
pertanian.
Natasha (2015) mengatakan lahan menjadi modal utama bagi rumah tangga petani
untuk dimanfaatkan dengan baik dan dengan segala cara untuk mempertahankan
kehidupannya. Modal alam ini terdiri dari beberapa seperti lahan, air, pohon dan hutan.
b. Modal Fisik (Physical Capital)
Modal fisik dapat juga dimasukkan kedalam kategori sumber daya yang berupa
sarana dan prasarana yang dapat mempermudah aktivitas petani rumah tangga tersebut.
Modal fisik terdiri dari jalan, irigasi, mesin dan alat-alat pertanian lainnya seperti
parang, karung, sarung tangan, gerobak sorong dan tali rafia.

6
c. Modal Sumber Daya Manusia (Human Capital)
Scoones (1998) berpendapat bahwa modal sumber daya manusia terdiri dari
beberapa seperti keterampilan, kemampuan untuk bekerja, pengetahuan, kesehatan yang
baik, serta kemampuan fisik untuk mencapai keberhasilan dalam strategi nafkah.Modal
ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seorang petani maka
akan semakin banyak variasi-variasi aktivitas nafkah yang diterapkan didalam rumah
tangga. Sembiring (2014) juga berpendapat bahwa petani yang masuk kedalam ketegori
sedang dan tinggi cenderung memiliki variasi yang bermacam-macam untuk aktivitas
nafkahnya seperti menjadi guru PAUD dan SD, serta menjadi perangkat desa.
Tingkat pendidikan tentu akan sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan
usahatani, karna semakin tinggi pendidikan seorang petani tersebut maka semakin
mudah untuk menyerap ilmu yang mereka dapatkan.
d. Modal Finansial (Financial Capital and Substitutes)
Tabungan merupakan sebuah investasi keuangan bagi keluarga petani yang bisa
dimanfaatkan petani jika sewaktu-waktu mereka membutuhakannya. Modal ini berupa
tabungan, uang tunai dan pinjaman.
e. Modal Sosial (Social Capital)

Modal sosial yang dimaksud disini adalah hubungan masyarakat yang berinteraksi
satu sama lain sehingga mampu memberikan keuntungan bagi satu sama lain. Modal
sosial ini sangat penting dilakukan para petani rumah tangga jika terjadi fluktuasi harga
maka petani rumah tangga akan melakukan peminjaman melalui kerabat dan tanpa
harus memilik persyaratan dan jaminan.
2.3. Konsep Kerawanan Struktural
Kerawanan struktural merupakan suatu hal yang harus dihadapi petani dalam
menjalankan aktivitas pertaniannya yang mana kondisi ini sangat berpengaruh besar
terhadap perekonomian rumah tangga petani itu sendiri dan dapat mengancam langsung
terhadap subsistem ekonomi rumah tangga itu sendiri. Kerawanan struktural terbagi
menjadi empat : yakni Kerawanan ekologi, kerawanan system harga, kerawanan
monokultur dan kerawanan keseragaman sumber daya.
a. Kerawanan Ekologi
Kerawanan ekologi merupakan keadaan dimana cuaca akan sangat
mempengaruhi aktivitas pertanian yang berdampak besar terhadap
perekonomian rumah tangga petani itu sendiri.

7
b. Kerawanan Sistem Harga
Kerawanan sistem harga memiliki dampak besar terhadap petani itu sendiri
dimana sistem harga yang tidak menentu membuat para tengkulak menetapkan
harga yang berbeda-beda tiap musimnya dan hal tersebut membuat petani hanya
bisa menerima harga yang telah ditetapkan ole tengkulak meskipun mereka
pihak petani tersebut.
c. Kerawanan Monokultur
Kerawanan monokultur adalah keadaan dimana jika para petani hanya memiliki
satu jenis tanaman yang berada dalam satu area dan akan rawan terhadap
serangan hama dan penyakit.
d. Kerawanan Keseragaman Sumber Daya
Keseragaman sumber daya akan menyebabkan kerugian tersendiri terhadap
petani tersebut dimana ketika petani tersebut memetik hasil dari kebun mereka
secara bersamaan maka harga yang ada di pasar akan jauh lebih murah
dibandingkan ketika mereka memiliki hasil panen yang berbeda.
2.4 Konsep Strategi Nafkah RumahTangga Petani
Rumah tangga petani adalah masyarakat yang mampu bekerja baik itu sebagai
petani maupun bekerja di sektor non-farm (pola nafkah ganda). Rumah tangga petani
memiliki beberapa ciri-ciri yakni sebagai berikut: manusia hidup secara bersama, saling
berinteraksi, dan bekerja sama sebagai suatu kesatuan.
Rumah tangga petani merupakan suatu lembaga atau organisasi berupa keluarga
dengan nafkah sebagai petani dalam pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan hidup
mereka. Rumah tangga petani merupakan suatu kelompok yang unik, yang memiliki
wujud dan unsur kebudayaan yang spesifik (Amanah, 2014).
Strategi penghidupan merupakan cara petani guna memperbaiki penghidupan
mereka menjadi lebih baik. Strategi adalah suatu proses perencanaan yang berfokus
pada suatu tujuan jangka panjang yang diikuti dengan penyusunan beberapa cara dan
upaya agar tujuan tersebut dapat tercapai. Definisi khusus strategi merupakan tindakan
yang dilakukan secara terus menerus dan bersifat incremental (senantiasa meningkat)
(Wardani dan Hari, 2014).
Strategi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh seseorang atau kelompok
untuk mencapai sebuah tujuan yang diingingkan dan bertahan terus-menerus. Oleh
karna itu maka petani harus melakukan strategi penghidupan yang baik.

8
Penghidupan adalah suatu kehidupan yang berkelanjutan yang terdiri dari
kemampuan, asset atau sumberdaya, dan aktivitas sebagai cara untuk mencapai
kehidupan (Baiquni 2007). Menurut Abdurrahim (2015) ada tiga inti dari pengertian
tersebut yakni sebagai penghidupan yang berkelanjutan berarti harus mampu :
1. Mengatasi dan beradaptasi terhadap goncangan dan tekanan
2. Memelihara aset yang dimiliki
3. Menjamin penghidupan untuk generasi berikutnya.
Yuliandani (2011) juga memberikan pendapat bahwa strategi nafkah lebih terfokus
kepada cara orang untuk meningkatkan dan memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka
sehingga mereka mampu untuk memperbaiki kehidupan mereka. Pengertian strategi
nafkah lebih besar dibanding hanya sekedar aktivitas mencari nafkah belaka. Sebagai
strategi dalam membangun sistem penghidupan yang lebih baik, maka strategi nafkah
bisa dilakukan melalui berbagai cara atau dengan manipulasi aksi individual maupun
kolektif.
Strategi nafkah dalam artian luas berarti cara bertahan hidup ataupun memperbaiki
status kehidupan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Strategi nafkah atau livelihood
sendiri diartikan oleh Chamber dan Conway (1992) mengatakan bahwa nafkah terdiri
dari kemampuan, aset (termasuk bahan dan sumber daya sosial) dan kegiatan yang
dibutuhkan sebagai sarana hidup. Sehingga strategi nafkah dapat diartikan sebagai cara
masyarakat dalam bertahan hidup dan mengelola sumber daya yang ada atau aset sesuai
kemampuannya dalam suatu kegiatan untuk mempertahankan hidupnya.
Pandangan yang sangat sederhana livelihood bisa dilihat sebagai aliran
pendapatan berupa uang atau sumberdaya yang dapat digunakan oleh sekelompok
orang/individu sebagai cara untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Ellis
(2000) juga berpendapat bahwa livelihood merangkul atau mencakup pendapatan cash
(berupa uang) dan pembayaran dengan barang atau hasil bumi maupun dalam
bentuk lainnya seperti institusi (saudara, kerabat, tetangga, desa), relasi gender, dan
hak milik yang dibutuhkan untuk mendukung keberlangsungan standar hidup yang
sudah ada.
Dharmawan (2006) menjelaskan dalam sosiologi nafkah bahwa livelihood memiliki
defenisi yang lebih lembut dari pada sekedar means of living yang bermakna sempit
yakni sebagai mata pencaharian. Dalam sosiologi nafkah, pengertian strategi nafkah
lebih menuju pada pengertian livelihood strategy (strategi kehidupan) dari pada
means of living strategy (strategi cara hidup).

9
Pengertian livelihood strategy juga dapat diartikan menjadi strategi nafkah (dalam
bahasa Indonesia), sesungguhnya makna tersebut lebih luas dibanding dengan hanya
sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Sebagai strategi membangun sistem
penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui beberapa cara atau dengan
manipulasi aksi individual maupun kolektif.
Merujuk pada Scoones (1998), terdapat tiga penggolongan strategi nafkah
(livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yakni:
a. Rekayasa sumber nafkah pertanian, ini dilakukan dengan cara memanfaatkan sektor
dibidang pertanian secara efektif dan juga efisien baik itu melalui penambahan input
eksternal seperti tenaga kerja (intensifikasi) dan juga teknologi, maupun dengan cara
memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).
b. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan
keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk
menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan
anak) untuk ikut bekerja selain pertanian dan memperoleh pendapatan.
c. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan
pergerakan atau mencari pekerjaan ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen
maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.
Suryadi dan Agussabti (2013) para petani memiliki cara dan sistem nafkah
tersendiri untuk bertahan hidup dan melakukan strategi produksi, hal ini merupakan
cara petani agar mampu beradaptasi terhadap kondisi ekologi yang mereka hadapi
maupun upaya mereka untuk mengurangi atau meminimalisir pengeluaran biaya rumah
tangga mereka dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Sistem strategi produksi menjadi jalan untuk membuka peluang masuknya inovasi-
inovasi baru yang membuat para petani menjadi memiliki ide lain untuk meningkatkan
pendapatan dengan usaha tani lain dengan melakukan perubahan komoditas usaha tani
misalkan dari jagung menjadi tomat, perubahan dari tidak adanya penggunaan pupuk
menjadi pada tahap penggunaan pupuk sehingga petani memiliki kesadaran akan
pentingnya menjaga kesehatan dan menyeimbangkan ekosistem dengan penggunaan
pupuk organik dan pembasmi hama organik.
Ketika pada situasi sulit, strategi ini dikategorikan dalam strategi coping dan
kondisi ini akan timbul respon dan upaya petani untuk menyesuaikan diri terhadap
krisis yang dialami. Ada dua proses penting yang menyangkut respon individu atau
rumah tangga dalam menghadapi krisis, yaitu coping dan adaptasi. Coping lebih tertuju

10
kepada strategi nafkah untuk mengatasi masalah yang sedang berlangsung atau yang
dialami. Adaptasi menyamakan sistem nafkah dalam merespon perubahan yang bersifat
jangka panjang yang berhubungan dengan sumberdaya dan kesempatan.
Fridayanti mengatakan (2013) strategi non-pertanian yang sering dilakukan oleh
para petani adalah melakukan kegiatan seperti pedagang, buruh dan lainnya. Hal
tersebut dilakukan para petani untuk menambah pendapatan rumah tangga mereka.
2.5 Penelitian Terdahulu
Trio Berlian (2017) dengan judul penelitian Pola Migrasi dan Strategi Nafkah
Rumah Tangga Petani Kopi Migran Musiman di Desa Pungguk Meranti Kecamatan
Ujan Mas Kabupaten Kepahiang penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola
migrasi musiman petani kopi di Desa Meranti Kabupaten Kepahiang, menganalisis
profil modal nafkah petani kopi migran musiman di Desa Pungguk Meranti Kabupaten
Kepahiang, dan menganalisis strategi nafkah petani kopi migran musiman Kabupaten
Kepahiang. Penelitian ini dilakukan di Desa Pungguk Meranti Kecamatan Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, dengan menggambarkan pola
migrasi, profil modal nafkah dan strategi nafkah rumah tangga petani kopi musiman
migran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola migrasi memiliki peran penting
dalam kegiatan strategi nafkah yang dilakukan oleh petani kopi musiman. Hal ini
dikarenakan sumber utama pendapatan rumah tangga berasal dari kebun kopi dengan
cara migrasi dan strategi nafkah yang dilakukan petani kopi migran musiman dilakukan
di daerah migrasi dan di daerah asalnya.
Kegiatan nafkah petani kopi migran musiman melibatkan lima modal nafkah, yakni
modal alam, modal sosial, modal fisik, modal finansial, dan juga modal manusia. Modal
alam, hutan, sungai, tanah, hewan, dan sawah. Modal sosial berupa tindakan kolektif,
jaringan kekerabatan, jaringan tengkulak, solidaritas dan kepercayaan. Modal fisik
berupa sarana produksi, lahan pertanian, tempat tinggal dan infrastruktur. Modal
manusia pendidikan, keterampilan, dan kesehatan. Modal finansial tengkulak dan
tabungan. Strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga petani kopi migrant
musiman yaitu rekayasa sumber nafkah pertanian intensifikasi dan extensifikasi, pola
nafkah ganda, melibatkan anggota keluarga dan strategi untuk menghadapi masa-masa
sulit.
Slamet Widodo (2011) dengan judul penelitian Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi
Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

11
penyebab kemiskinan, strategi nafkah yang dijalankan oleh rumah tangga miskin serta
menyusun strategi nafkah berkelanjutan berdasarkan kondisi yang ada di masyarakat.
Penelitian dilakukan di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode PRA, FGD dan pengamatan
berpartisipasi dengan melibatkan rumah tangga miskin di daerah penelitian. Data
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya akses terhadap modal terutama
modal finansial merupakan penyebab kemiskinan. Akses yang terbatas terhadap modal
finansial menyebabkan nelayan tidak mampu mengakses modal fisik berupa teknologi
penangkapan yang lebih modern. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya
konflik perebutan sumber daya dengan nelayan dari daerah lain.
Strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan miskin terdiri atas
strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi dilakukan dengan cara melakukan
pola nafkah ganda, pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga dan migrasi. Sedangkan
strategi sosial dilakukan dengan memanfaatkan ikatan kekerabatan yang ada. Lembaga
kesejahteraan tradisional juga mempunyai peran yang penting bagi rumah tangga
miskin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Modal sosial mempunyai peran yang cukup penting dalam strategi nafkah rumah
tangga miskin dan dapat menjadi salah satu pokok perhatian dalam upaya penyusunan
strategi nafkah berkelanjutan.
Novia Fridayanti dan Arya Hadi Dharmawan(2013) dengan judul Analisis Struktur
dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Sekitar Kawasan Hutan Konservasi di Desa
Cipeuteuy Kabupaten Sukabumi mengatakan dalam penelitian ini bahwa strategi nafkah
warga yang tinggal di desa ini tidak hanya dari sektor pertanian, tapi juga sektor non
pertanian. Terdapat berbagai cara penerapan struktur strategi penghidupan, mulai dari
intensifikasi satu sektor, diversifikasi pendapatan atau pola nafkah ganda, rekayasa
spasial atau migrasi.
Sektor pendapatan tetap menggunakan modal dan kelima modal tersebut adalah
modal sumberdaya alam, modal sosial, modal manusia, modal finansial, dan modal fisik
digunakan sebagai cara untuk mendukung keberlanjutan strategi nafkah mereka. Bahkan
semakin lama, warga cenderung lebih bergantung pada sektor non petanian. Namun
basis nafkah mereka adalah sebagai petani. Hal ini dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi transformasi sosial dimana nilai pertanian terhadap masyarakat telah menurun.

12
2.6 Kerangka Pemikiran
Desa Tinjoman Lama terletak di Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota
Padangsidempuan, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu desa yang mana salak
menjadi sumber nafkah utama masyarakatnya. Namun, saat ini para petani salak
mengalami beberapa masalah yang mempengaruhi pendapatan keluarganya.
Masalah utama para petani rumah tangga tersebut disebabkan karna menurunnya
produktivitas salak diakibatkan berbagai hal seperti umur salak yang sudah menua.
Umur tanaman yang sudah tua akan berimbas kepada produktivitas tanaman itu sendiri
dibandingkan ketika tanaman salak tersebut masuk kedalam kategori produktif. Hal ini
sangat merugikan rumah tangga petani salak itu sendiri dimana ketika mereka panen
tiap 2 minggu sekali membuat hasil panen mereka menurun dan membuat pendapatan
mereka semakin sedikit dan berpengaruh kepada pendapatan rumah tangga petani salak
tersebut.
Kondisi cuaca juga sangat mempengaruhi produktivitas tanaman salak tersebut.
Dimana ketika terjadi musim kemarau maka buah salak tersebut akan menjadi lebih
kecil dan buahnya pertandan akan berkurang tetapi memiliki rasa yang lebih manis dan
ketika musim penghujan maka buah salak akan lebih banyak dan memiliki rasa yang
sepat. Kondisi yang tidak menentu ini sangat mempengaruhi pendapatan rumah tangga
petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan
Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Utara Sumatera Utara.
Masalah selanjutnya yang dihadapi petani salak tersebut yakni kurangnya daya
saing dengan buah lain yang membuat para petani salak harus mencari cara lain untuk
mendapatkan penghasilan untuk menutupi dan mampu bertahan hidup.
Faktor harga yang tidak menentu juga menjadi salah satu masalah yang harus
dihadapi oleh rumah tangga petani salak itu sendiri. Hal tersebut terjadi dikarenakan
kurangnya informasi yang didapat oleh petani salak tersebut yang membuat mereka mau
tidak mau harus menerima berapa pun harga yang sudah di patok atau ditetapkan oleh
pengumpul.
Rumah tangga petani salak juga harus menghadapi masalah lain diluar tiga faktor
tersebut yang membuat hasil panen petani salak tersebut sering gagal dikarenakan oleh
tingkah laku masyarakat lain yang mencuri hasil panen salak petani lainnya yang
berimbas kepada pendapatan rumah tangga petani salak tersebut.
Rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara

13
mencari cara lain untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi dengan cara
mencari penghidupan lain baik itu diluar pertanian ataupun juga didalam pertanian dan
mempekerjakan anggota keluarga lainnya dibidang-bidang tertentu lainnya sehingga
mampu membuat pendapatan rumah tangga petani salak tersebut bisa mencukupi
kebutuhan rumah tangga petani salak itu sendiri seperti menjadi buruh bangunan,
penggarap sawah, pedagang, dan menanam tanaman lain seperti cabe, kopi dan lainnya.

14
Petani Salak

1. Kondisi cuaca
2. Kalah bersaing dengan
komoditi lain
3. Umur yang sudah melebihi
batas

Modal Nafkah
1. Modal Sumber Daya Alam :
Lahan
2. Modal Fisik :
Jalan ,
alat-alat pertanian,
mesin
3. Modal Sumber Daya Manusia :
Pendidikan,
Keterampilan,
Kesehatan,
Umur
4. Modal Finansial :
Uang Tunai,
Tabungan
5. Modal Sosial :
Kerja sama dengan petani lain

Kerawanan Struktural : Strategi Nafkah :


1. Kerawanan Ekologi 1. Rekayasa Sumber Nafkah Pertanian
2. Kerawanan Sistem Harga 2. Pola Nafkah Ganda
3. Kerawanan Monokultur 3. Perlibatan Anggota Keluarga
4. Kerawanan Keseragaman 4. Menghemat Pengeluaran Keluarga
Sumber Daya Ketika Masa Sulit

15
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di Desa Tinjoman Lama Kecamatan Padangsidempuan
Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa
Tinjoman Lama memiliki lahan kebun salak seluas 52 Ha (Dinas Ketahanan Pangan
Kota Padangsidempuan, 2014). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari
2020 sampai dengan 10 Februari 2020.
3.2 Penentuan Responden
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan memasukkan apa saja
gambaran usaha-usaha kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga petani
salak untuk mempertahankan kehidupan rumah tangganya. Pendekatan kualitatif ini
dilakukan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
masalah-masalah penelitian yang berdasarkan pada pemahaman yang berkembang
diantara orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus. Melalui metode studi kasus pada rumah tangga petani
salak di Desa Tinjoman Lama peneliti melakukan pemeriksaan atau mengkaji lebih
mendalam sehingga menemukan realitanya tentang permasalahan dalam penelitian.
Yin (1997) berpendapat bahwa studi kasus merupakan sebuah metode yang tepat
untuk sebuah studi yang berhubungan dengan “how” dan “why”, serta mampu peneliti
yang memiliki peluang sangat kecil atau tidak memiliki peluang untuk melakukan
control terhadap peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus
intrinsik karena peneliti ingin memahami lebih mendalam tentang studi kasus yang
sedang dikaji. Dalam penelitian ini akan mengkaji modal nafkah rumah tangga petani
salak dan strategi nafkah petani salak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Tahapan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti akan turun langsung ke lapangan untuk mencari informasi dan fakta
sebenarnya dan kemudian mengkajinya dan membuat gambaran tentang modal
nafkah rumah tangga petani salak, kerawanan struktural, dan strategi nafkah rumah
tangga petani salak yang akan dilaksanakan pada 20 Januari 2020 sampai dengan 10
Februari 2020.

16
b. Selanjutnya peneliti akan melihat langsung ke lahan dimana tanaman salak yang
belum menghasilkan buah yang masuk kedalam kategori umur 0-3 tahun yang
dimiliki informan kunci dan mana tanaman yang salak yang sudah menghasilkan
yang masuk kedalam kategori 4-23 tahun (Purnomo, 2001).
c. Peneliti akan mengkaji dan menentukan siapa saja informan yang dibutuhkan untuk
menggali dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian yang
dijadikan informan kunci ini ada beberapa kategori seperti pada tabel berikut :

17
Tabel. 3.1. Kategori Informasi Kunci
No. Nama Pekerjaan Umur Salak Data informasi yang didapat
(Tahun)
1. E.L  Penggarap 0-3 tahun  Mengetahui bagaimana cara
Sawah informan untuk mencukupi
 Berjualan kebutuhan hidupnya sebelum
tanaman salak tersebut
menghasilkan
2. H.S  Petani Salak 4-7 tahun  Mengetahui bagaimana cara
 Penggarap informan dalam mencukupi
Sawah kebutuhan rumah tangganya dalam
kondisi tanaman salak masih dalam
tahap awal panen
3. A.P  Petani Salak 8-11 tahun  Mengetahui bagaimana cara
 Kontraktor informan mencari tambahan
Bangunan pendapatan untuk kebutuhan rumah
tangganya meskipun produksi salak
miliknya dalam kondisi yang baik
4. O.S  Petani Salak 12-15 tahun  Mengetahui bagaimana cara
 Kuli Bangunan informan mencari tambahan
pendapatan untuk kebutuhan rumah
tangganya meskipun produksi salak
miliknya dalam kondisi yang baik
5. B. S  Petani Salak 16-19 tahun  Mengetahui bagaimana cara
informan mencari tambahan
pendapatan untuk kebutuhan rumah
tangganya meskipun produksi salak
miliknya dalam kondisi yang baik
6. T.H  Berjualan 20-23 tahun  Mengetahui bagaimana cara
 Petani Salak informan untuk bertahan hidup
dengan kondisi tanaman salak yang
sudah tidak bisa dijadikan sebagai
penopang ekonomi rumah tangga
mereka

 Informan pertama yang masuk kedalam kategori tanaman belum


menghasilkan yakni Bapak E.L. Informan kunci yang pertama ini memiliki
umur tanaman salak 0-3 tahun yang belum menghasilkan buah sama sekali
setelah ditanam dan menggali informasi lebih dalam tentang modal nafkah,

18
bentuk kerawanan, dan strategi nafkah rumah tangga petani salak untuk
mencukupi kehidupan sehari-harinya
 Informan yang kedua yakni tanaman salak yang sudah menghasilkan dan
memiliki umur tanaman salak 4-7 tahun yakni Bapak H.S dan menggali lebih
mendalam tentang modal nafkah, lokasi keberadaan kebun salak tersebut,
bentuk kerawanan dan strategi nafkah rumah tangga petani salak untuk
mencukupi kehidupan sehari-harinya
 Informan yang ketiga masuk kedalam ketegori tanaman sudah menghasilkan
yang memiliki umur tanaman 8-11 tahun yakni Bapak A. P dan menggali
informasi tentang strategi rumah tangga petani salak tersebut, lokasi
keberadaan lahan salak, bentuk kerawanan, modal nafkah dan juga melihat
pendapatan dari sisi non-pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya.
 Informan keempat yakni Bapak O.S yang memiliki umur tanaman 12-15
tahun dan salah satu petani salak yang sudah lama berdomisili di Desa
Tinjoman Lama dan petani salak tersebut akan digali lebih mendalam
informasi tentang modal nafkah, bentuk kerawanan, lokasi keberadaan kebun
salak tersebut dan strategi nafkah rumah tangga petani salak untuk bertahan
hidup
 Informan kelima yakni Ibu B.S yang memiliki umur tanaman salak 16-19
tahun dan juga salah satu petani salak yang sudah lama tinggal di Desa
Tinjoman Lama dan petani salak tersebut akan digali lebih mendalam
informasi tentang modal nafkah, bentuk kerawanan, lokasi keberadaan kebun
salak tersebut dan strategi nafkah rumah tangga petani salak untuk bertahan
hidup.
 Informan keenam yakni Ibu T.H yang memiliki umur tanaman salak 20-23
tahun dan juga menjadi salah satu petani salak yang sudah lama tinggal di
Desa Tinjoman Lama dan petani salak tersebut akan digali lebih mendalam
informasi tentang modal nafkah, bentuk kerawanan, lokasi keberadaan kebun
salak tersebut dan strategi nafkah rumah tangga petani salak untuk bertahan
hidup.
 Informan terakhir yang akan digali infromasi yang mendalam yakni kepala
desa sebagai pembanding

19
Penelitian ini untuk mengkaji lebih mendalam tentang rumah tangga petani salak,
maka dilakukan studi kasus terhadap objek penelitian yaitu empat rumah tangga petani
salak untuk mengkaji tentang modal nafkah, bentuk kerawanan struktural, jaringan
sosial, kondisi kehidupan di desa, ekonomi rumah tangga dan strategi nafkah rumah
tangga petani salak.
Lincoln dan Guba (1985), berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif ini,
jumlah sampel (informan kunci dan responden kasus) yang dilakukan secara purposive
dengan jumlah kecil hal tersebut dilakukan karena penelitian ini lebih mengutamakan
kelengkapan dan kedalaman pemahaman atas masalah yang dikaji. Dalam menentukan
jumlah informan kunci ataupun responden kasus tidak ada rincian berapa jumlah dan
tipe secara pasti karena penelitian ini bersifat luwes sehingga ketika berada dilapangan
responden kasus dan jumlah informan kunci bisa berubah.
d. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah mengolah data-data yang sudah
didapatkan dan selanjutnya untuk ditafsirkan sehingga tersaji secara baik dan benar.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer didapat ketika peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap
informan kunci yang kemudian akan mengkaji data yang telah didapat lebih mendalam
dan melakukan studi kasus terhadap enam rumah tangga petani salak yang menjadi
responden kasus dengan menggunakan kuisioner singkat yang ditentukan secara
purposive. Rumah tangga petani salak yang dijadikan sebagai responden kasus tidak
harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti kondisinya akan
disesuaikan ketika berada dilapangan dan jika ada strategi nafkah lain diluar kriteri
tersebut maka peneliti akan memasukkanya sebagai salah satu strategi nafkah lain untuk
menghadapi tekanan ekonomi didalam rumah tangga petani salak tersebut.
1. Wawancara mendalam
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya. Wawancara mendalam akan dilakukan terhadap informan
kunci dan responden kasus yang telah ditetapkan. Dalam wawancara ini, peneliti akan
membawa panduan wawancara informan kunci serta kuisioner responden kasus yang
telah disiapkan dan kembali akan mengecek ulang informasi yang telah didapat dari
responden. Hasil wawancara ini akan dipindahkan kedalam catatan harian.
2. Pengamatan (Observasi)

20
Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah untuk mencocokkan kembali hasil
wawancara dengan fakta yang terjadi dilapangan. Selain itu, dengan dilakukannya
pengamatan ini maka akan terungkap kenyataan yang tidak didapatkan ketika
wawancara dilakukan.
3. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang menyangkut permasalahan penelitian dari
berbagai instansi maupun sumber lain yang telah didapat. Data sekunder ini akan
diperoleh melalui studi dokumen dengan cara dokumentasi foto dan video. Video yang
didokumentasikan ialah berupa hasil ketika responden, serta kegiatan lainnya yang
menyangkut dengan penelitian. Dokumentasi foto berupa bukti-bukti data yang
didapatkan dilapangan yang menyangkut dengan objek penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif.
Analisis deskriptif tabulasi dan narasi bertujuan untuk membuat gambaran-gambaran
secara aktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan, permasalahan
yang dihadapi petani itu sendiri, fenomena yang mereka hadapi, layanan atau program
yang mereka terima, ataupun menyediakan informasi, seperti halnya kondisi kehidupan
masyarakat di daerah itu sendiri.
3.4.1 Analisis Modal Nafkah
Aktivitas nafkah rumah tangga petani Desa Tinjoman Lama adalah serangkaian
kegiatan penggunaan modal yang dimiliki rumah tangga petani guna untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga tersebut. Modal nafkah tersebut yaitu, modal sumber daya
alam, modal fisik, modal sumber daya manusia, modal finansial, dan modal sosial.
1. Modal Sumber Daya Alam
Modal alam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemudahan masyarakat
untuk mengakses dan mengelolah sumber daya alam tersebut mampu menopang
perekonomian rumah tangga petani dan memaksimalkan hasil dari sumber daya alam
tersebut dengan baik dan tanpa harus merusak ekosistem.
2. Modal Fisik
Modal fisik merupakan modal sumber daya yang berupa sarana dan prasarana yang
dapat membantu dan mempermudah para petani dalam melaksanakan aktivitasnya serta
memanfaatkan sumber daya tersebut dengan baik sehingga para petani mampu
menjalankan usahataninya dengan maksimal sehingga mendapatkan keuntungan yang
besar. Ada beberapa contoh modal fisik yakni akses jalan dan akses jembatan untuk

21
mempermudah pekerjaan para petani dan lebih mudah untuk memasarkan hasil dari
pertaniannya.
3. Modal Sumber Daya Manusia
Modal sumber daya manusia adalah modal manusia menurut Scoones (1998)
adalah keterampilan, pengetahunan, kemampuan untuk tenaga kerja dan kesehatan yang
baik serta kemampuan fisik untuk mengejar keberhasilan dalam strategi nafkah. Modal
manusia yang akan dibahas dalam penelitian adalah tingkat pendidikan.
4. Modal Finansial
Modal finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana cara
petani untuk mendukung kebutuhan keluarga mereka disamping biaya yang dikeluarkan
oleh keluarga petani itu untuk memenuhikebutuhan teknologi dan tenaga kerja
pertaniannya.
5. Modal Sosial
Modal sosial ialah modal dimana hubungan para petani menjadi hal yang paling
penting di dalam masyarakat dan sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga petani
itu sendiri.
3.4.2. Analisis Kerawanan Struktural
Kerawanan struktural adalah sesuatu hal yang dihadapi oleh petani salak yang
berada di Desa Tinjoman Lama dalam menjalankan aktivitasnya yang mana petani salak
tersebut harus mampu mencari solusi untuk menghadapi masalah kerawanan struktural
tersebut seperti kerawanan ekologi, kerawanan sistem harga, kerawanan monokultur
dan kerawanan keseragaman sumber daya.
3.4.3. Analisis Strategi Nafkah
Strategi nafkah adalah suatu hal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
untuk bertahan hidup ataupun memperbaiki status kehidupan menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Untuk mengetahui analisis strategi nafkah ini maka dilakukan analisis
deskriptif.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam pemilihan data. Pada
tahap ini peneliti akan memilih data secara relevan dan tidak relevan dengan tujuan
penelitian dan kemudian mengelompokkanya dengan aspek yang diteliti (Miles,1984).
Dalam penelitian ini, data yang tidak dibutuhkan akan dihilangkan ketika
dipembahasan.
2. Penyajian Data

22
Peneliti harus menyajikan dan memberikan sekumpulan infomasi yang secara
tersusun sehingga bisa ditarik kesimpulan. Data yang telah didapatkan dari wawancara
dan pengamatan direduksi yaitu disajikan dalam bentuk uraian deskriptif kemudian
dianalisis dengan teori.
3. Menarik kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan yang
didapatkan dari lapangan sebagaimana makna yang muncul dari data yang diuji
kebenarannya.
3.5 Konsep dan Operasional
1. Modal nafkah adalah berbagai sumberdaya yang dapat digunakan rumah tangga
petani salak untuk melaksanakan strategi nafkah guna mempertahankan
keberlangsungan hidupnya.
2. Modal alam adalah segala sumber daya alam yang dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia untuk keberlangsungan hidupnya, seperti air, lahan, pohon dan sebagainya.
3. Modal fisik adalah sumberdaya yang berupa sarana dan prasarana yang dimanfaatkan
manusia untuk mempermudah pekerjaanya, seperti jalan, irigasi, dan mesin
4. Modal sumber daya manusia adalah berupa tingkat pendidikan, keahlian yang
dimiliki, dan juga kesehatan
5. Modal finansial adalah berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa digunakan
jika sewaktu-waktu diperlukan
6. Modal sosial adalah hubungan masyarakat yang berinteraksi dengan masyarakat
lainnya sehingga mampu memberikan keuntungan bagi satu sama lainnya.
7. Kerawanan struktural adalah kodisi dimana suatu kegiatan yang dapat menggangu
kegiatan nafkah petani salak itu sendiri sehingga mampu mengancam secara
langsung perekonomian rumah tangga petani salak tersebut.
8. Kerawanan ekologis adalah keadaan dimana petani salak yang berada di Desa
Tinjoman Lama mengalami fluktuasi-fluktuasi yang menggangu kehidupannya yang
disebabkan oleh keadaan atau kondisi cuaca dan musim yang tidak menentu
9. Kerawanan sistem harga adalah kondisi dimana petani salak tidak memiliki kapasitas
dalam menentukan harga hasil panennya sendiri.
10. Kerawanan monokultur adalah keadaan dimana petani salak memiliki satu jenis
tanaman saja dan tanpa mengembakan hasil salak tersebut menjadi produ lain
sehingga ketika masa panen secara bersamaan maka kemerosotan harga salak akan
menimbulkan masalah kepada petani salak tersebut.

23
11. Strategi adalah suatu hal yang dilakukan oleh rumah tangga petani salak untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan mampu bertahan dalam jangka waktu
yang lama.
12. Penghidupan adalah suatu cara rumah tangga petani salak agar bisa memiliki
kehidupan yang berkelanjutan dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki
rumah tangga petani salak tersebut yang terdiri dari kemampuan, asset, sumberdaya
dan aktivitas lainnya untuk mencapai suatu kehidupan.
13. Strategi nafkah adalah cara bertahan hidup rumah tangga petani salak untuk dapat
memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik dan menfaatkan sumber daya yang
rumah tangga petani salak yang dimilikinya agar mampu bertahan hidup.

24
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Wilayah di Desa Tinjoman Lama


Desa Tinjoman Lama merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Hutaimbaru Kota Padangsidempuan Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 167
Ha. Secara administratif Desa Tinjoman terdiri dari 4 dusun.
Adapun mengenai batas-batas administrasi Desa Tinjoman Lama adalah sebagai
berikut :
 Sebelah Timur Raya : Kelurahan Lubuk raya
 Sebelah Selatan Sipabangun : Desa Sabungan Sipabangun
 Sebelah Barat : Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan
 Sebelah Utara : Kelurahan Lubuk Raya
4.2. Keadaan Penduduk di Desa Tinjoman Lama
Penduduk adalah orang-orang yang tinggal di suatu wilayah yang terikat akan
aturan-aturan yang telah ditetapkan dan wajib dipatuhi dan dilaksanakan dan saling
berinteraksi satu sama lain secara terus menerus (Risa dan Ruri, 2012).
Penduduk asli di Desa Tinjoman Lama adalah suku Batak Angkola tetapi dengan
berjalannya waktu ada beberapa pendatang dari luar yang memiliki suku yang berbeda
dengan penduduk aslinya seperti suku Jawa dan juga suku Nias. Meskipun kini Desa
Tinjoman Lama memiliki suku yang berbeda-beda tetapi masyarakat yang tinggal di
Desa Tinjoman Lama tidak pernah membeda-bedakan satu sama lain dan masyarakat
saling bahu membahu jika mengalami kesulitan. Desa Tinjoman Lama memiliki jumlah
penduduk kurang lebih sekitar 907 jiwa yang terbagi menjadi 4 dusun yang memiliki
rincian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tinjoman Lama menurut Dusun
No. Wilayah Desa Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Dusun I 264 29,10
2. Dusun II 318 35,06
3. Dusun III 127 14,00
4. Dusun IV 198 21,83
Jumla 907 99,99
h
Sumber : Profil Desa Tinjoman Lama 2019
Jumlah penduduk yang tinggal di dusun I memiliki jumlah sebesar 264 jiwa atau
jika di persenkan menjadi 29,10 %, kemudian jumlah penduduk yang berada di dusun II
berjumlah 318 jiwa dan jika dimasukkan kedalam persenan maka penduduk yang

25
tinggal di dusun II berjumlah 35,06 %, penduduk yang berada di dusun III berjumlah
127 jiwa atau 14,00 % dan jumlah penduduk yang tinggal di dusun IV berjumlah 198
jiwa dan jika dipersenkan menjadi 21,83 %.
Tingkat pendidikan formal menjadi faktor utama dan paling penting dalam
membangun sumber daya manusia dan hal tersebut sangat mempengaruhi penguasaan
terhadap IPTEK yang diberikan dan mempermudah masyarakat menangkap dan
menerima inovasi baru guna untuk mendukung dan mempermudah usaha tani mereka.
Keadaan penduduk di Desa Tinjoman Lama berdasarkan pendidikan yang mereka
tempuh sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Tinjoman Lama
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 218 24,03
2. SD 168 18,52
3. SMP 215 23,70
4. SMA 253 27,89
5. Sarjana 53 5,84
Jumlah 907 99,98
Sumber : Profil Desa Tinjoman Lama 2019
Tabel 4.2 diatas bisa ditarik kesimpulan jika penduduk yang tinggal di Desa
Tinjoman Lama memiliki kesadaran akan perlunya pendidikan bagi mereka. Hal
tersebut bisa dilihat dari tabel 3 diatas bahwasanya masyarakat yang lulus SMA
mencapai 27,89 % dan menjadi angka tertinggi dibanding yang lainnya. Masyarakat
menganggap jika lulus SMA akan mempermudah mereka mencari pekerjaan
dibandingkan dengan mereka yang tidak menyelesaikannya sampai kejenjang SMA.
Ada beberapa alasan penduduk di Desa Tinjoman Lama tidak melanjutkan
pendidikannya sampai kejenjang yang lebih tinggi hal tersebut disebabkan karena tidak
adanya niat untuk melanjutkan lagi atau lebih memilih untuk bekerja, kemudian ada
juga terhambat oleh perekonomian keluarganya yang tidak mampu.
Penduduk yang tinggal di Desa Tinjoman Lama memiliki berbagai macam-macam
pekerjaan untuk menafkahi keluarganya dan membiayai seluruh anggota keluarganya
sehingga mampu bertahan hidup. Berikut tabel mata pencaharian penduduk di Desa
Tinjoman Lama :
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Tinjoman Lama
No. Mata Pencarian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Petani 345 79,86
2. Pedagang 30 6,94
3. Buruh 40 9,25
4. PNS 17 3,93

26
Jumlah 432 99,98
Sumber : Profil Desa Tinjoman Lama 2019
Penduduk yang tinggal di Desa Tinjoman Lama sebagian besar mencari nafkah dan
memenuhi kehidupan rumah tangganya dengan cara bertani. Hal tersebut bisa dilihat
dari besarnya persentase jumlah penduduk yang bergelut dibidang tersebut dengan
memiliki persentase sebesar 79,86 % atau jika diubah kedalam jumlah penduduk yakni
sekitar 345 jiwa.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang lain yang membuat mereka lebih
memilih untuk menjadi seorang petani dan mengolah lahan yang ada baik itu harta
warisan maupun sewaan.
4.3. Sarana dan Prasarana di Desa Tinjoman Lama
Masyarakat yang tinggal di Desa Tinjoman Lama membutuhkan sarana dan
prasarana pendukung untuk membantu dan mempermudah mereka dalam berbagai hal
baik itu di bidang ekonomi maupun non-ekonomi. Jika sarana dan prasarana tersebut
tidak ada ataupun kurang memadai maka hal tersebut akan sulit bagi masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan yang mereka lakukan dan akan sulit bagi mereka untuk
mencapai target yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa sarana dan prasarana
yang tersedia di Desa Tinjoman Lama ini dan dapat dilihat pada tabel berikut :

27
Tabel 4.4 Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Tinjoman Lama
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
1. Balai Desa 1 Unit Baik
2. Polides 1 Unit Baik
3. Masjid 1 Unit Baik
4. Musholla 1 Unit Baik
5. Gereja 2 Unit Baik
6. Pos Kamling 3 Unit Baik
7. PAUD 1 Unit Baik
8. Taman Kanak-kanak 1 Unit Baik
9. Sekolah Dasar Negeri 1 Unit Baik
10. Cek Dam 500 M Baik
11. Tempat Pemakaman Umum 2 Lokasi Baik
12. Jalan Aspal 2000 M Baik
13. Jalan Koral 700 M Kurang Baik
Sumber : Profil Desa Tinjoman Lama 2019
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tinjoman Lama memiliki jumlah 13 unit.
Jika dilihat dari semua kondisi sarana dan prasaran yang tersedia bisa disimpulkan
kondisi semuanya dalam keadaan baik atau layak pakai. Adanya sarana dan prasarana di
Desa Tinjoman Lama yang memadai baik itu sarana pemerintahan desa, sarana
pendidikan, TPU dan penunjang pendidikan berada dalam keadaan baik sehingga
membantu penduduk desa dalam menjalankan aktifitasnya dengan baik dan
mendapatkan pelayanan masyarakat yang baik dan mudah. Hanya saja jalan koral yang
berada di sekitar kebun yang memiliki kondisi yang kurang baik.

28
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Rumah Tangga Petani Salak

Rumah tangga petani salak merupakan sebagai informan dalam penelitian ini dan
memiliki karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan untuk melengkapi pembahasan
dalam penelitian ini. Karakteristik tersebut dibagi menjadi beberapa bagian yakni
berdasarkan umur salak, tanggungan keluarga, pendidikan dan cara bertahan hidup
rumah tangga tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif,
dalam arti kata dimana dalam pembahasan karakteristik rumah tangga petani salak ini
akan dibahas secara deskriptif terperinci dan mendalam dalam bentuk narasi.
5.1.1 Umur
Umur informan rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama
berbeda-beda mulai dari informan paling mudah yakni 40 tahun sampai dengan paling
tua yakni 62 tahun. Para informan tersebut sudah dipilih dengan kriteria yang sudah
ditetapkan. Dalam aktivitas perawatan kebun salak para petani salak tidak terlalu
banyak dalam mengeluarkan tenaga lebih dibanding dengan komoditi lain seperti
tanaman kopi. Dalam hal ini, rentang umur petani salak dari umur 40 tahun sampai
dengan 55 tahun masih masuk bisa masuk kedalam golongan produktif.
Tabel ini akan dijelaskan secara rinci kedalam dua golongan yakni yang belum
menghasilkan dan sudah menghasilkan buah, sebagai berikut :

29
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Petani Salak.
Karakteristik Jumlah Jiwa Persentase (%)
1. Belum Menghasilkan
A. Umur (Tahun)
 35-44
 45-54
 55-64 1 100
Jumlah 1 100
B. Tingkat Pendidikan
 SD 1 100
 SMP
 SMA
Jumlah 1 100
C. Jumlah Tanggungan (orang)
 1-3 1 100
 4-6
 7-9
Jumlah 1 100
2. Sudah Menghasilkan
A. Umur (Tahun)
 35-44 2 40
 45-54 2 40
 55-64 1 20
Jumlah 5 100
B. Tingkat Pendidikan
 SD 1 20
 SMP 1 20
 SMA 3 60
Jumlah 5 100
C. Jumlah Tanggungan (orang)
 1-3 4 80
 4-6 1 20
 7-9
Jumlah 1 100

30
5.1.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan para petani salak rumah tangga di Desa Tinjoman Lama ini
bermacam-macam mulai dari yang tidak bersekolah, hanya lulusan Sekolah Dasar (SD),
ada juga Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan ada sampai menyelesaikan
pendidikannya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan sampai Sarjana
(S1). Tingkat pendidikan petani salak tersebut paling tinggi yakni Sarjana (S1) dan
paling rendah tidak bersekolah. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Desa Tinjoman
Lama selaku orang yang memiliki jabatan paling tinggi di Desa Tinjoman Lama
tersebut.
Kurangnya pendidikan yang dimiliki para rumah tangga petani salak tersebut
mempengaruhi kualitas hidup mereka baik itu di segi keterampilan yang mereka miliki
dan kurangnya ilmu yang mereka kuasai sehingga para petani salak tersebut terlalu
menoton dalam memelihara kebun salak mereka dan sesekali para petani salak tersebut
beralih profesi sebagai buruh kasar untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka.
5.1.3 Tanggungan Keluarga
Petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama memiliki keluarga seperti halnya
keluarga biasa yang lainnya dan keluarga tersebut memiliki tanggungan yang harus
dipenuhi. Agar keluarga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama bisa
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya maka para petani salak
tersebut memiliki cara yang berbeda satu sama lain untuk bisa lebih dari sekedar
bertahan hidup dan masuk kedalam kategori keluarga sejahtera.
Tanggungan keluarga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama berbeda-
beda, ada kepala keluarga yang harus menafkahi istri dan anak-anaknya dan ada juga
istri menjadi kepala keluarga dikarenakan suaminya telah meninggal dunia.
Peristiwa 1
Kasus yang dirasakan Bapak H.S
Bapak H.S sebagai kepala keluarga memiliki 6 tanggungan anggota keluarga yakni
terdiri dari 5 orang anak dan 1 istri. Bapak H.S memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap anggota keluarganya segala kebutuhan istri dan anak-anaknya baik itu pangan,
sandang dan papan. Seperti hasil wawancara dengan Bapak H.S menuturkan :

31
“Au sebagai kepala keluarga ikkon bisa menutupi sude kebutuhan ni
daganakku dohot halak bagas nami. Ikkon bisa ma ditutupi sude baik I di bagian
kebutuhan dapur, kebutuhan tu sikkola ni dakdanak dohot kebutuhan na lain-
lain. Apalagi mur tuson mur susa doma manajalaki parngoluan, sude arga, na
pedo naron daganak niba mur godang. 5 na giot di pasikkola tu jae an. Ikkon
bisa ma di tiop hepeng tiap ari paling saotik Rp. 100.000 aso bisa di ttuupi
kebutuhan na. harana ongkos ni dakdanak 2 tu jae an giot sikkola, 3 di hutaon,
na pedo naron tu kebutuhan dapur dohot sigaret niba makana mur borat urasa
na mangolui. Jadi hu suru doma na halak bagas I dohot karejo aso adong tamba-
tamba ni parhepengon kadang na godang nai pe di suruh karejo molo dung
mulak sikkola ia aso bisa lepas ongkos nia tu jae an pagi nai. Anggo na songon I
dibaen na tolap iba molo main sada makana tu halai doma di andalkon.
Memang dabo sebelumna on hami tinggal di Bagan Batu, Rokan Hilir,
Provinsi Riau do tapi waktu I menek-menek dope sude daganak I. tapi sidung
nadong be dapot au karejoi di san makana jadi mulak tu huta doma nia ma aso
lek tarselamatkon parngoluan i. madung sude ma au karejohon karejo di Bagan
Batu an mulai sian na marbeca, marjualan dohot karejo dalan tapi na bisa di
imbangi kehidupan di si makana bope borat di rasa ikkon mulak tu huta doma
dalan na terbaik dohot bagas pe di si di gadis bia ma aso adong modal di son
marsaba iba dohot mangurus salak na adong di son.”

( Saya sebagai kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab yang besar dan
memenuhi segala kebutuhan rumah tangga baik itu kebutuhan dapur, kebutuhan sekolah
anak-anak dan kebutuhan lainnya. Apalagi di zaman sekarang ini mencari nafkah sangat
sulit yang dibarengin kebutuhan yang begitu mahal ditambah anaka-anak yang sudah
makin dewasa dan ke 5 anak saya harus di sekolahkan. Hal tersebut membuat saya
harus bisa memenuhi kebutuhan mereka dan paling tidak saya harus mengeluarkan
biaya untuk kebutuhan rumah tangga kami Rp. 100.000 tiap harinya baik itu untuk
kebutuhan dapur dan juga kebutuhan sekolah anak. Besarnya kebutuhan rumah tangga
kami membuat saya sebagai kepala keluarga mengambil sikap dan keputusan dengan
menyuruh istri dan anak sulung saya agar ikut membantu perekonomian keluarga kami.
Kami sebelumnya tinggal di Bagan Batu, Rokan Hilir, Provinsi Riau ketika anak-
anak masih kecil. Setelah kehidupan di sana semakin susah dan mencari pekerjaan sulit
kami memustuskan untuk kembali kekampung asal kami. Segala pekerjaan sudah saya
32
lakukan sebagi kepala keluarga baik itu sebagai penarik becak, buruh bangunan dan
juga berjualan tetapi hal tersebut tidak membuat kami mampu lebih lama lagi untuk bisa
bertahan di sana dan gaya kehidupan di sana tidak bisa kami ikuti. Hal tersebut menjadi
alas an utama kami untuk kembali kekampung halaman dan menjual harta kami satu-
satunya yakni rumah agar kami memiliki modal ketika memulai hidup baru dikampung
halaman dan kembali merawat kebun salak yang sudah lama kami titipkan kepada
sepupu kami di kampung. ) Wawancara tanggal 8 februari 2020.
5.2. Modal Nafkah
Strategi mancari nafkah para petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama
melakukan aktivitas nafkah seperti pada sektor pertanian dan non-pertanian. Dalam
kegiatan aktivitas strategi nafkah ini para petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama harus melibatkan modal nafkah untuk mencapai tujuan rumah tangga mereka.
Lima modal yang harus dikuasai oleh rumah tangga petani salak tersebut untuk
mencapai tujuannya, seperti :
1. Modal sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan hidup
berupa air, tanah, udara dan sebagainya.
2. Modal fisik merupakan alat-alat dan benda untuk membantu dan memudahkan
pekerjaan para petani salak baik itu ketika sedang panen maupun perawatan,
seperti mesin, alat-alat saprodi, dan benda fisik lainnya.
3. Modal sumber daya manusia meliputi pendidikan, kesehatan dan keahlian yang
dimiliki
4. Modal finansial merupakan tabungan dan persediaan uang tunai untuk kebutuhan
konsumsi dan produksi
5. Modal sosial merupakan dimana seorang petani salak memiliki interaksi dan
komunikasi yang baik dengan petani salak lainnya sehingga mempermudah untuk
berkerja sama satu sama lain.
Hasil wawancara dilapangan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sumber-sumber nafkah petani salak yang berada di Desa Tinjoman meliputi modal
sumber daya alam, modal fisik, modal sumber daya manusia, modal finasial, dan modal
sosial. Kegiatan petani salak dalam mencari nafkah, bisa dilihat dari modal nafkah apa
saja yang dimanfaatkan untuk bertahan hidup.
5.2.1 Modal Sumber Daya Alam
Modal alam yakni meliputi segala sesuatu sumber daya alam yang bisa di
manfaatkan oleh para petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama untuk

33
memenuhi kebutuhan hidupnya. Wujudnya seperti tanah, udara, air, hewan, tumbuhan,
pepohanan dan lainnya.
Tabel 5.2 Modal Alam Rumah Tangga Petani Salak
No Modal Alam Pemanfaatan
1 Lahan Ditanami pohon salak, durian dan karet kemudian
memanfaatkan ranting pohonnya untuk kayu bakar dan
getah karetnya untuk menambah penghasilan
keluarganya
2 Sawah Untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya dan
membantu petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama untuk mengurangi biaya untuk membeli beras
kebutuhan sehari-hari
3 Sungai sebagai sumber air untuk kehidupan baik itu untuk
mandi, memasak, mencuci, mengairi persawahan dan
mencari ikan
4 Hewan Bagi sebagian petani salak, babi hutan untuk di
konsumsi dan menjualnya kepada pedagang
pengumpul. Tetapi sebagian lain tidak
mengkonsumsinya karena kepercayaan yang mereka
anut.
5 Hutan Sebagai lahan pertanian dan memanfaatkan kayu
sebagai bahan untuk membangun pondok

34
5.2.2. Modal Fisik
Modal fisik merupakan salah satu modal yang harus dimiliki rumah tangga petani
salak yang berada di Desa Tinjoman Lama untuk mencapai tujuannya. Proses
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi rumah tangga petani salak harus memiliki
kombinasi antara modal manusia dan modal fisik sehingga hal tersebut mampu
mencapai target yang sudah dirancang oleh rumah tangga petani salak tersebut dan
mampu bertahan hidup. Modal fisik meliputi asset lahan pertanian, asset produksi,
infrastruktur dan tempat tinggal.

35
Tabel 5.3 Modal Fisik Rumah Tangga Petani Salak
No Modal Fisik Keterangan
1 Asset lahan pertanian Petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama memiliki lahan pertanian seluas 1 ha
sampai 2 ha
2 Alat produksi  Motor: untuk mengangkut hasil pertanian
 Parang : untuk memangkas dahan salak
dan menebang pohon salak yang jantan
 Kadangan/Keranjang : untuk tempat hasil
panen salak
 Arit : memotong gulma
 Hand Sprayer : sebagai alat/mesin yang
berfungsi untuk pemberantasan dan
pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman salak
 Mesin babat : untuk membersihkan
gulma
 Jarum karung : untuk merajut karung
yang sudah diisi saalak
 Tali rafia : untuk mengikat salak yang
sudah dimasukkan kedalam karung
 Sarung tangan : untuk melindungi tangan
dari duri salak ketika pemanenan
3 Infrastruktur Petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama masih banyak memanfaatkan jalan setapak
sebagai jalur utama menuju kebun miliknya hal
tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian
dari pemerintah.
4 Tempat tinggal Petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama sudah memiliki tempat tinggal sendiri
yang bersifat permanen untuk ditempati bersama
keluarga

5.2.3. Modal Manusia

36
Modal manusia merupakan salah satu modal yang memiliki peran yang sangat
penting untuk mencapai keberlangsungan hidup yang lebih layak. Jika semakin tinggi
pendidikan, kesehatan, dan keterampilan manusia tersebut maka orang tersebut akan
memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dan memiliki kehidupan yang berkualitas.
Modal manusia memiliki peran yang sangat penting bagi rumah tangga petani salak di
Desa Tinjoman Lama dalam memenuhi kebutuhan keluarganya
Tabel 5.4 Modal Manusia Rumah Tangga Petani Salak
No Modal Manusia Keterangan
1 Pendidikan Tingkat pendidikan rumah tangga petani salak yang
berada di Desa Tinjoman Lama memiliki ragam mulai
dari yang tidak lulus SD, ada juga duduk sampai
bangku SMP, dan ada yang sampai lulus SMA.
2 Kesehatan Petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama
memiliki kesehatan dan daya tahan tubuh yang baik
karena tidak pernah menderita penyakit yang serius
yang membuat petani salak tersebut tidak bisa mencari
nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarganya
3 Keterampilan Umumnya petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama hanya memiliki keterampilan sebagai buruh

Umumnya rumah tangga petani salak memanfaatkan anggota keluarganya untuk


membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut dilakukan agar mengurangi
pengeluaran biaya dan memanfaatkan hasil salak tersebut dengan baik dan maksimal.
Seperti jika sedang panen salak maka anggota keluarga akan ikut membantu memanen
hasil salak tersebut dan dengan adanya bantuan dari anggota keluarga tersebut maka
rumah tangga petani salak tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa
jasa petani salak lainnya.
5.2.4. Modal Sosial
Modal sosial yakni modal dimana seseorang berada di dalam lembaga atau
komunitas sosial yang ikut berpartisipasi di dalamnya dan memperoleh dorongan atau
dukungan untuk keberlangsungan hidupnya. Hal tersebut terbentuk dari kegiatan yang
biasa yang dilakukan petani salak dalam kehidupan sehari-harinya. Bentuk modal sosial
yang dilakukan petani salak berupa :

37
Tabel 5.5 Modal Sosial Rumah Tangga Petani Salak
No Modal sosial Keterangan
1 Solidaritas Para petani salak yang berada di Desa Tinjoman akan
saling bahu membahu untuk membantu rumah tangga
petani salak lain yang sedang membutuhkan bantuan
baik itu acara nikahan, meninggal dan selamatan.
2 Kekerabatan Informasi tentang adanya lowongan pekerjaan
3 Tindakan kolektif Gotong royong untuk jalan dan pengairan usaha tani
yang biasanya dilakukan minimal dua kali dalam
setahun tetapi bisa juga lebih dari jadwal yang
ditentukan jika terjadi masalah seperti jebolnya
saluran irigasi yang membuat aktivitas para petani
jadi terganggu dan rusaknya jalan utama menuju
kebun salak disebabkan berbagai hal yang membuat
jalan tersebut menjadi susah untuk dilalui para
petani.
4 Kepercayaan Para petani salak akan memberi pinjaman kepada
petani salak lainnya yang membutuhkan tanpa
jaminan.

1. Solidaritas
Petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama akan saling tolong menolong
kepada sesama yang sedang membutuhkan baik itu acara pernikahan, hajatan maupun
meninggal. Seperti halnya ketika terjadi kemalangan kepada satu keluarga petani salak
tersebut maka seluruh petain salak tersebut akan membayar iuran perrumah tangga
sebesar Rp. 25.000 rupiah dan memberikan sumbangan beras 1 cupak per kepala rumah
tangga petani salak tersebut. Sama halnya terjadinya kemalangan, acara pernikahan dan
juga hajatan para petani salak biasanya akan memberikan sumbangan berupa uang yang
biasanya seiklas hati tanpa adanya patokan dan mewajibkan para undangan memberikan
berupa kado kepada orang yang melakukan resepsi pernikahan tersebut dan para karang
taruna yang ada di Desa Tinjoman Lama tersebut akan menyumbangkan tenaga mereka
untuk melancarkan acara tersebut.
2. Kekerabatan
Petani salak sangat memanfaatkan kekerabatan yang mereka bangun untuk
mendapatkan informasi pekerjaan untuk menambah pendapatan rumah tangga mereka.

38
Hal tersebut juga tidak jarang mereka lakukan untuk saling membantu mereka
membersihkan kebun salak dan menggarap sawah yang mereka miliki dan tanpa harus
mengeluarkan biaya dan hanya saling tukar tenaga seperti menentukan jadwal siapa
yang lebih dahulu dibantu untuk mengerjakan kebun salak mereka dan sebaliknya jika
salah satu kebun petani salak tersebut sudah selesai maka petani salak akan melakukan
hal yang sama kepada petani salak yang telah membantunya atau bahasa daerahnya
marsialap ari.
3. Tindakan kolektif
Petani salak akan mengikuti kegiatan gotong royong pembangunan akses jalan
menuju kebun salak dan pengairan yang sudah mereka musyawarakan sebelumnya. Hal
ini akan lebih mempermudah pekerjaan para petani dan biasanya kegiatan ini akan
dipimpin oleh kepala Desa Tinjoman Lama.
4. Kepercayaan
Petani salak yang sedang membutuhkan biaya tambahan atau sedang terdesak akan
meminta tolong kepada kerabat petani salak lainnya dan tanpa harus memikirkan
jaminan. Mereka akan saling percaya satu sama lain karena para petani salak masih
menjunjung tinggi norma-norma yang baik sehingga rasa solidaritas di dalam diri para
petani salak masih tinggi.
Modal sosial harus terus dijaga agar tetap harmonis agar ketika dalam keadaan sulit
sekalipun para petani salak akan saling bahu membahu dan bisa menghadapi masa-masa
tersulit baik itu masalah sosial maupun ekonomi.
5.2.5. Modal finansial
Modal finansial merupakan salah satu hal penting untuk mencapai keberlangsungan
hidup yang layak. Modal finansial berupa tabungan, kredit, investasi, modal usaha dan
uang yang mudah digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dalam menjalankan modal
finansial harus memiliki perencanaan yang baik dan harus dikelola dengan benar. Jika
hal tersebut tidak dijalankan maka rumah tangga tersebut akan masuk kedalam garis
kemiskinan. Modal finansial tidak dapat dipisahkan dengan modal manusia karena
semakin tinggi kualitas manusia tersebut maka pengelolaan keuangannya akan bisa
dikelola dengan baik.

39
Tabel 5.6 Modal Finansial Rumah Tangga Petani Salak
No Modal Finansial Keterangan
1 Modal Usaha Tengkulak : para petani salak tidak jarang datang
kepada tengkulak untuk meminjam uang untuk
kebutuhan yang mendesak dan biasanya ketika
pengembalian akan disertakan dengan bunga atau
hasil panen salak petani akan diberikan seluruhnya
kepada tengkulak
2 Tabungan Petani salak di Desa Tinjoman biasanya menyimpan
uangnya dengan cara membeli emas dan kebanyakan
menabung di rumah sendiri dan sebagian juga
menabung di BANK

Rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama melakukan dua hal
dalam memaksimalkan modal finansial yang mereka miliki, seperti :
1. Petani salak yang biasanya meminjam uang kepada tengkulak dan akan
mengembalikannya ketika petani salak sudah panen. Ada yang mengembalikanya
dengan cara dipotong ketika menjual hasil panen salak dan ada juga langsung semua
hasil panen diberikan kepada tengkulak. Biasanya tengkulak memberikan pinjaman
kepada para petani salak dari modal usahanya dan petani salak menggunakan baiya
tersebut untuk menutupi kebutuhan mendesak mereka dan juga sebagai modal usaha
mereka.
Hubungan tengkulak dengan para petani sangat beragam, seperti ada yang memiliki
ikatan keluarga dekat dengan tengkulak, ada yang hanya memiliki satu marga dengan
tengkulak yang membuat petani dan tengkulak menjadi sangat dekat dan mereka
menganggap mereka seperti saudara kandung dan ada yang memiliki hubungan dengan
tengkulak karena sudah belasan tahun sehingga petani dan tengkulak sudah sangat
mengenal satu sama lain dan ketika petani salak membutuhkan bantuan maka tengkulak
tersebut tidak meminta jaminan lagi kepada petani salak tersebut.
2. Petani salak biasanya memanfaatkan rumahnya sebagai tempat menabung dan
mengubah tabunganya dengan cara membelikan emas sebagai gantinya dan sebagian
para petani salak juga menabung langsung ke BANK. Hal terseut dikarenaka para petani
merasa lebih nyaman dan aman ketika menyimpan uangnya di rumah dan lebih mudah
memakainya ketika ada kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak harus pergi kekota
lagi. Sangat jarang para petani salak menggunakan tabungannya untuk keperluan sehari-
40
hari meskipun sedang sangat membutuhkan bahkan mereka lebih sering mengambil
jalan lebih memilih meminjam ke tengkulak dari pada harus mengambil tabungan
mereka. Tetapi jika sudah sangat mendesak petani salak akan menjual emas mereka
untuk menutupi kebutuhan rumah tangga mereka yang sangat mendesak tersebut.
5.3 Bentuk Kerawanan Struktural
Para petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama tidak mampu memanfaatkan
sumber daya yang ada secara maksimal sehingga para petani tidak bisa mengelola buah
salak menjadi produk lain yang membuat hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi
ekonomi rumah tangga mereka. Hal tersebut merupakan sebagian dari faktor-faktor
yang membuat kondisi ekonomi rumah tangga petani tersebut menjadi terganggu.
Permasalahan yang sering dihadapi sehingga mengganggu kondisi ekonomi rumah
tangga petani salak yakni harga yang tidak stabil dan kurangnya pengetahuan para
petani terhadap teknologi yang membuat mereka seperti pasrah dengan keadaan yang
ada sekarang.
Berbagai bentuk kerawanan yang membuat ekonomi rumah tangga para petani
salak menjadi terganggu. Faktor alam (ekologi) menjadi salah satu faktor utama yang
menggangu dan membuat ekonomi rumah tangga petani salak menjadi terganggu. Hal
tersebut bisa dilihat jika dalam keadaan cuaca sedang musim panas maka buah salak
akan berkurang produksinya tetapi rasa dari buah salak tersebut akan lebih manis
dibanding dengan ketika sedang musim penghujan yang memiliki rasa yang lebih sepat
tetapi produksi buahnya berbanding terbalik ketika sedang musim kemarau.
Ketergantungan para petani salak tersebut terhadap kondisi cuaca memberikan dampak
yang begitu besar bagi ekonomi rumah tangganya sehingga mereka harus lebih jeli lagi
untuk mencari peluang kerja untuk mampu mambantu kebutuhan rumah tangga mereka.
Pada tabel ini akan dijelaskan jenis dan ciri-ciri kerawanan yang dihadapi petani salak
yang berada di Desa Tinjoman Lama dan solusi untuk menghadapi kerawanan tersebut.

41
Tabel 5.7 Kerawanan struktural
No. Jenis Kerawanan Ciri-ciri kerawanan Solusi
1. Kerawanan  Cuaca yang tidak Mencari pekerjaan lain
ekologi menentu untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga petani salak
tersebut
2. Kerawanan sistem  Kurangnya informasi Mencari informasi tentang
harga yang didapat petani harga salak dengan
salak tersebut membandingkan harga salak
dengan harga salak di
tempat lain
3. Kerawanan  Penyakit dan hama Dengan membasmi penyakit
monokultur yang menyerang dan hama yang menyerang
tanaman salak tanamana salak
4. Kerawanan  Persaingan sesama Dengan mengelolah hasil
keseragaman petani secara tidak panen salak menjadi produk
sumber daya langsung disebabkan lain seperti mengubahnya
karena petani salak menjadi sirup salak, keripik
memiliki jenis salak, dodol salak dan biji
komoditi yang sama salak dikelolah menjadi kopi
tanpa mengelolah biji salak
salak tersebut menjadi
produk lain

5.3.1 Kerawanan Ekologi


Keadaan cuaca dan permasalahan musim yang tidak menentu menjadi hal yang
mutlak yang tidak dapat dihindari oleh seluruh para petani dan akan mengganggu
aktivitas dan produksinya. Seperti halnya yang dirasakan oleh petani salak yang berada
di Desa Tinjoman, Kecamatan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan merasakan dampak
yang begitu nyata terhadap perekonomian rumah tangga mereka. Apabila sedang terjadi
kemarau yang panjang maka produksi salak yang didapat oleh para petani ketika panen
akan mengalami penurunan yang sangat drastis dan langsung mempengaruhi kondisi
ekonomi rumah tangga mereka.

Tabel 5.8 Kalender Cuaca pada Umumnya di Desa Tinjoman Lama

42
Bulan
Keadaa
n Cuaca Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ags Se Ok No
n b r r i n l t p t v Des
Baik                        
Buruk                        
Peristiwa 2
Kasus yang dirasakan Ibu B.S
Ibu B.S merupakan salah satu petani salak yang sudah cukup lama berkebun salak
di Desa Tinjoman Lama. Umur salak yang dimiliki oleh beliau saat ini memasuki tahun
ke 19 semenjak ditanam. Kejadian tersebut terjadi sekitar pada bulan maret sampai
dengan juni 2019 dimana terjadi kemarau yang panjang yang membuat penurunan
produksi salak yang meningkat tajam yang biasanya dalam 1 Ha mampu menghasilkan
7-9 karung salak tiap sekali panennya atau 2 minggu sekali panen tetapi ketika musim
kemarau Ibu B.S hanya mendapatkan 3-4 karung sekali panennya. Hal tersebut
langsung berdampak besar bagi kehidupan keluarganya yang membuat Ibu B.S harus
mencari penghasilan tambahan seperti bekerja sebagai petani serabutan untuk menutupi
kehidupan sehari-harinya dan mengandalkan sedikit pensiunan suaminya (almarhum)
untuk menutupi biaya sekolah anaknya. Wawancara tanggal 5 Februari 2020
B.S juga mengatakan bahwasanya beliau melakukan hal lain atau mencari
pekerjaaan lain untuk menutupi kebutuhan sehari-hari keluarga rumah tangga mereka
dengan berkerja sebagai buruh harian dikebun atau sawah petani lainnya dengan upah
Rp. 50.000 per harinya. Selain itu ketika Ibu B.S tidak memiliki biaya untuk mengupah
petani lain atau rekannya maka beliau akan menjalankan konsep lain yakni dengan
melakukan konsep marsiadapari/marsiurupan atau dalam bahasa Indonesia saling
membantu satu sama lain dengan konsep ketika Ibu B. br. Sinaga mengajak petani lain
bekerja ke kebun atau sawah milik beliau maka Ibu B.S akan melakukan hal yang sama
kepada rekan beliau dikemudian hari ketika dibutuhkan tanpa harus membayar upahnya.
Marsiadapari atau dikenal dengan sebutan saling tolong menolong merupakan
konsep yang sudah lama dijalani oleh petani salak yang ada di Desa Tinjoman Lama
dan hal tersebut sangat membantu pekerjaan dan perekonomian rumah tangga petani
salak yang berada disana.
Fakta dan hasil wawancara dilapangan Ibu B.S sebagai petani salak mengatakan
beliau harus mencari tambahan lain untuk menutupi kebutuhan keluarganya dan
sesekali beliau meminta bantuan kepada 2 anaknya agar mereka membantu beliau yang
membutuhkan biaya tambahan yang mendesak.

43
5.3.2. Kerawanan Sistem Harga
Harga menjadi salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh para petani
salak yang berada di Desa Tinjoman Lama. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya
penetapan harga secara pasti yang membuat petani salak seperti dirugikan oleh
pedagang pengumpul. Biasanya harga salak akan turun jika sedang musim penghujan
dikarenakan ketika sedang musim hujan salak akan mengalami peningkatakan produksi
yang membuat buah salak akan melimpah atau dengan istilah di Desa Tinjoman Lama
disebut banjir. Biasanya ketika sedang mengalami hal ini si pedagang pengumpul akan
memberi harga kepada petani antara Rp. 50.000 sampai dengan Rp.65.000 per karung.
Tetapi jika buah salak sedang dalam keadaan sulit atau produksi menurun maka si
pedagang pengumpul berani membayar salak di kisaran Rp.75.000 sampai dengan
Rp.100.000 per karung. Dengan kondisi seperti ini jelas sangat merugikan para petani
salak tersebut.
Fluktuasi harga salak tersebut sangat sering terjadi di Desa Tinjoman yang
membuat para petani merasa sangat dirugikan oleh si pedagang pengumpul. Biasanya si
pedagang pengumpul langsung membeli salak tersebut ke kebun si petani bahkan tidak
sedikit si pedagang pengumpul ikut memananen buah salak bersama para petani.
Dengan kurangnya pengetahuan para petani salak soal harga salak, maka mau tidak mau
mereka menerima berapa pun harga yang ditentukan oleh si pedagang pengumpul.

44
Peristiwa 3
Kasus yang dirasakan Bapak A.P
Peristiwa ini juga di sampaikan oleh salah satu informan kunci yakni Bapak A.P
seperti penuturuan beliau :
“kadang attong harga ni salak I na manottu. Molo pade cuaca sanga lagi logo
di baen halak I ma arga ni salak I di sekitaran 75.000 sampe tu 100.000
perkarung na. Tapi olo pas jeges bunga ni salak I di si ma hami rugi. Kadang ra
do da dapot salak I 10-14 karung sakali panen per HA tapi arga nai ma ra kehe
tu toru an. Na sesuai be kadang dohot arga biasana. Tapi mau tidak mau ma
ikkon di terimo doi harga nai dari pada nadong naron na giot tu salak ni ba I”

( Harga salak juga sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga kami. Jika cuaca
sedang mengalami musim kemarau maka para pedagang pengumpul akan memberikan
harga salak dikisaran Rp.75.000 sampai Rp.100.000 per karung. Tetapi jika sebaliknya
atau sedang dalam musim penghujan maka buah salak akan berproduksi lebih banyak
dibandingkan ketika sedang musim kemarau yang membuat kami akan rugi. Terkadang
dalam sekali panen kami mampu menghasilkan 10-14 karung per Ha tetapi biasanya
harga salak juga akan jatuh. Kami tidak mempunyai pilihan lain selain menerima harga
yang telah ditetapkan oleh pedagang pengumpul tersebut dari pada hasil panen salak
kami tidak ada yang membelinya). Wawancara pada tanggal 8 Februari 2020.
Bapak A.P adalah salah satu informan yang memiliki umur salak di kisaran 10-11
tahun yang mana bapak ini masuk kedalam kategori informan ke 3 dan Bapak A.P
termasuk kedalam tingkat ekonomi sedang. Bapak A.P mengatakan permasalahan yang
paling sering beliau hadapi adalah masalah harga yang tidak stabil.
Instabilitas harga menjadi hal yang paling sering terjadi dan sangat merugikan para
petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama. Seperti fakta dan hasil wawancara
yang didapat dari informan menuturkan bahwasanya harga yang tidak menentu atau
instabilisasi membuat para petani salak semakin terjepit perekonomian keluarganya dan
membuat para petani mencari jalan keluar untuk menutupi kebutuhan keluarganya.
Bapak A.P menuturkan bahwa masalah harga yang tidak stabil atau instabilitas
harga salak sudah dari dulu adanya tetapi para petani tidak bisa berbuat banyak
dikarenakan para pedagang pengumpul sering membantu Bapak A.P dan petani salak
lainnya ketika mereka membutuhkan dana yang mendesak yang membuat mereka
seperti berhutang budi atas bantuan para pedagang pengumpul atau tauke tersebut.

45
Rumah tangga petani salak melakukan hal tersebut agar hubungan antara petani
salak dengan pedagang pengumpul tersebut tidak renggang dan jika hal tersebut terjadi
maka petani salak yang akan dirugikan dikarenakan salak yang memiliki sifat
perishability atau sifat salak yang tidak tahan lama yang membuat salak tersebut cepat
membusuk dan berair sehingga tidak memiliki umur ekonomis lagi. Meskipun para
petani salak sering dirugikan dengan harga yang dipatok oleh pedagang pengumpul mau
tidak mau mereka harus menerimanya.
Bapak A.P juga menuturkan jika rumah tanggannya hanya mengandalkan
pendapatan dari kebun salak maka kebutuhan keluarga mereka tidak akan tercukupi. Hal
tersebut dikarenakan Bapak A.P memiliki kebun musiman yang harus dirawat setiap
harinya dan terkadang beliau menyewa 2 orang untuk merawat kebun miliknya.
Bapak A.P juga memiliki pekerjaan lainnya selain merawat kebun miliknya yakni
sebagai seorang kontraktor. Ketika beliau sedang ada proyek maka beliau akan
memberikan tugas kepada istrinya untuk merawat dan mengambil hasil dari kebun salak
tersebut.
5.3.3. Kerawanan Monokultur
Dalam kegiatan usaha tani tentunya akan ada kendala penyakit dan hama yang
harus dihadapi para petani tak terkecuali petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama tersebut. Penyakit yang sering menyerang tanaman salak yakni:

46
Tabel 5.9 Jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Salak
No Jenis Penyakit Akibat yang ditimbulkan
.
1. Cendawan Air Buah salak menjadi busuk dan berair
2. Cendawan Pestalotia sp., Bercak hitam pada daun tanaman salak
3. Cendawan Cercospora sp., Buah dan batang salak menjadi busuk

 Busuk buah penyakit yang menyerang tanaman salak yang disebabkan oleh
candawan putih yang membuat buah menjadi busuk berair dan tidak dapat
dikomsumsi lagi dan memiliki tampilan yang tidak menarik sehingga buah
salak. Penyebab terjadinya peristiwa ini dipicu oleh kelembapan yang
terlalu tinggi. Untuk menangani permasalahan ini biasanya petani salak
melakukan pengurangan daun salak dan daun tanaman pelindung.
 Cendawan Pestalotia sp., menyebabkan adanya bercak hitam pada bagian
daun tanaman salak baik itu pada daun yang masih muda maupun yang
sudah tua. Jamur ini muncul disebabkan karena kondisi lingkungan yang
lembab. Untuk menangani masalah ini para petani salak biasanya
melakukan pemangkasan secara rutin dan melakukan pengaturan jarak
tanam serta melakukan pengendalian gulma. Jika tanaman sudah sempat
terinfeksi jamur ini biasanya bagian daun yang terkena akan dipangkas dan
dimusnahkan agar tidak menyebar.
 Cendawan Cercospora sp., biasanya menyerang bagian batang dan buah
salak yang menyebabkan buah salak dan batang menjadi busuk dan
biasanya tanda-tanda bagian tanaman yang terserang penyakit ini memiliki
warna merah. Petani salak melakukan hal yang sama seperti ketika
pengendalian terhadap penyakit bercak hitam.
Gangguan hama juga sering menjadi musuh bagi para petani dan tidak terkecuali
petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama. Gangguan hama dapat merusak buah
salak yang menyebabkan petani tersebut menjadi rugi. Hama yang sering menyerang
buah salak yakni:

47
Tabel 5.10 Hama Pengganggu Tanaman Salak
No Jenis Hama Kerusakan yang ditimbulkan
.
1. Tupai dan Tikus Kerusakan pada buah
2. Monyet dan Babi Kerusakan pada tanaman salak dan menjatuhkan
buah dari tandanya
3. Uret atau Larva Batang berlobang
4. Rayap Tanaman salak menjadi rusak dan bahkan mati
karena menyerang akar, batang, daun dan buah
5. Kutu Putih Warna daun menjadi kekuning-kuningan dan daun
menjadi layu
6. Pencuri Kehilangan hasil panen petani

Tabel 5.10 diatas menjelaskan bahwa hama menjadi salah satu penggangu
tanaman salak yang ada di Desa Tinjoman Lama yang membuat para petani menjadi
rugi. Hama menyebabkan beberapa kerusakan dan kerugian pada petani salak, seperti :
 Tupai dan tikus sering menyebabkan kerusakan pada buah yang
dimakannya sehingga bauh tersebut tidak bisa dipasarkan lagi.
 Monyet dan babi merupakan hewan liar yang sering merusak tanaman salak
petani dan biasanya hewan liar tersebut memakan buah salak dan
menjatuhkan buah salak dari tandanya sehingga pertani kewalahan untuk
menanganinya.
 Uret atau larva kumbang merupakan hama yang paling sering menyerang
tanaman salak yang masih muda. Cara penyebaran hama ini biasanya
melalui telur yang terbawa oleh pupuk kandang.Uret yang baru menetas
akan langsung mengerek batang dan sebagian akar tanaman salak tersebut
sampai berlobang dan hama ini sering terjadi ketika pergantian musim dari
penghujan ke musim kemarau.
 Rayap juga sering menggangu tanaman salak dan biasanya rayap
menyerang seluruh bagian salak mulai dari daun, batang, buah sampai akar.
Serangan rayap pada akar dan batang bisa menyebabkan tanaman salak
tersebut mati. Para petani salak biasanya mengetahui adanya hama
gangguan hama inidari adanya rumah rayap dan juga adanya bekas jalan
rayap yang terbuat dari tanah.
 Kutu putih juga sering menjadi ancaman bagi tanaman salak yang membuat
rugi para petani salak. Kerugian yang disebabkan oleh kutu putih ini yakni

48
menghisap cairan pada daun salak yang menyebabkan daun akan berubah
warna menjadi kekuningan dan menyebabkan daun menjadi layu. Biasanya
hama ini ditemukan pada permukaan daun bagian bawah.
Tiga hama tersebut ada juga hal yang paling merugikan dan sangat meresahkan para
petani salak yakni pencuri. Pencuri salak sangat meresahkan para petani karena mereka
sering gagal panen yang disebabkan oleh ulah manusia tersebut yang membuat ekonomi
keluarga mereka menjadi semakin merosot ke bawah dan sesekali para pelaku
tertangkap basah oleh si pemilik kebun dan menyelesaikannya masalahnya secara
kekeluargaan.
5.3.4. Kerawanan Keseragaman Sumber Daya
Keseragaman sumber daya menyebabkan terjadinya persaingan sesama petani dan
secara tidak langsung hal tersebut merugikan petani itu sendiri. Selain permasalahan
tersebut, kerawanan keseragaman sumber daya juga memiliki dampak lain seperti harga
suatu komoditi akan menurun jika sesama petani memasarkan hasil dari pertanian
mereka secara besar-besaran atau dengan istilah banjir di tempat yang sama atau ke
tujuan yang sama dan akan membuat para konsumen lebih diuntungkan. Misalnya
seperti kasus yang terjadi di Desa Tinjoman Lama, ketika sedang musim durian maka
mayoritas petani salak yang ada di Desa Tinjoman Lama akan fokus ke buah durian
tersebut yang membuat harga durian tersebut akan jauh lebih murah dari sebelumnya.
Kerawanan keseragaman sumber daya merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk
dipecahkan permasalahannya, hal tersebut disebabkan karena hasil dari pertanian para
petani mampu menghasilkan atau panen dalam waktu yang bersamaan sehingga harga
dari produk tersebut menjadi tidak stabil dan lebih condong ke bawah yang merugikan
petani itu sendiri.

49
5.4 Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani
Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah lebih tertuju kepada
pengertian livelihood strategi atau dikenal dengan strategi penghidupan dibandingkan
dengan means of living strategi atau dengan pengertian strategi bertahan hidup.
Scoones (1998) juga mengatakan bahwasanya strategi rumah tangga petani dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yakni :
1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, diartikan sebagai pemanfaatan usaha di
sektor pertanian dan mengubahnya menjadi lebih efektif dan lebih efisien
sehingga dengan adanya rekayasa sumber nafkah ini membuat petani
menjadi lebih untung dan menambahkan teknologi di dalamnya sehingga
mempermudah pekerjaan para petani dan jauh lebih menguntungkan
2. Pola nafkah ganda merupakan cara para petani untuk menambah pendapatan
rumah tangga mereka dari sektor lain sehingga menguntungkan rumah
tangga mereka sendiri.
3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan
melakukan pergerakan atau mencari pekerjaan ke daerah lain di luar
desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh
pendapatan.
Permasalahan ekonomi menjadi permasalahan yang utama yang dihadapi oleh para
petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama. Berbagai bentuk kerawanan yang
harus dihadapi rumah tangga petani salak membuat perekonomian rumah tangga
mereka menjadi lebih sulit dan cenderung terganggu tetapi tiap-tiap mereka mampu
mengatasi bentuk-bentuk kerawanan tersebut dengan cara mereka masing-masing.
Berdasarkan fakta yang ada dilapangan rumah tangga petani salak berbagi upaya
strategi nafkah untuk mampu bertahan hidup seperti menggunakan peran anggota
keluarga untuk menambah pendapatan perekonomian keluarga mereka, merekayasa
sumber nafkah pertanian sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih besar kemudian
memanfaatkan jaringan sosial yang sudah lama terjalin ketika terjadi masa-masa sulit.
Kegiatan strategi nafkah rumah tangga petani salak berjalan dengan baik, maka
para petani salaka tersebut harus melibatkan modal nafkah yang sudah mereka sediakan
sebelumnya dan memanfaatkan sumber-sumber nafkah yang ada di Desa Tinjoman
Lama tersebut. Hal ini dilakukan agar perekonomian rumah tangga petani salak yang
berada di Desa Tinjoman Lama menjadi lebih baik dari sebelumnya dan mampu

50
menjadi pondasi untuk perekonomian rumah tangga mereka untuk jangka waktu yang
lama.
Bentuk-bentuk strategi nafkah yang dilakukan rumah tangga petani salak untuk
menyokong perekonomian keluarganya ada beberapa hal, meliputi rekayasa sumber
nafkah pertanian, pola nafkah ganda, perlibatan anggota keluarga, dan melakukan
penghematan pengeluaran keluarga ketika masa sulit:
5.4.1 Rekayasa Sumber Nafkah Pertanian
Kegiatan peningkatan hasil pertanian dilakukan oleh para petani salak untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dengan cara pemberian pupuk terhadap salak agar
mendapatkan hasil yang melimpah dan membunuh gulma yang menggangu tanaman
salak dan menambah tenaga kerja dari luar keluarga sebagai tenaga tambahan. Biasanya
tenaga kerja luar keluarga dilakukan ketika salak ingin dipanen sehingga rumah tangga
petani salak membersihkan gulma tersebut dan biasanya pohon salak akan dibersihkan
dahannya agar buah salak tidak terjebit sehingga tidak merusak bentuk salak yang
nantinya akan mengubah harga salak tersebut.
Petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama melakukan berbagai hal untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Biasanya para petani salak yang berada di Desa
Tinjoman Lama memberi pupuk pada tanaman salak 5 sampai dengan 6 kali dalam satu
tahunnya atau sekitaran kurang lebih 1 kali dalam kurun waktu 2 bulan. Hal tersebut
mereka lakukan agar hasil panen dari kebun tersebut sesuai dengan pendapatan yang
mereka peroleh dan tidak membebani mereka.
Rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama tersebut
melakukan intensifikasi terhadap usaha taninya agar mereka mendapatkan hasil yang
lebih maksimal dan kemudian hasil dari panen raya tersebut akan dijual langsung ke
tungkulak. Pemberian pupuk dan pencegahan akan gangguan gulma adalah salah satu
hal yang dilakukan mereka sehingga mampu memaksimalkan sumber daya tani yang
mereka miliki.
Pemberian pupuk pada tanaman salak memiliki keuntungan dan kerugian kepada
para petani seperti meningkatnya hasil panen yang mereka peroleh dan kerugian yang
petani salak hadapi yakni harga pupuk yang lumayan mahal dan pelepah salak menjadi
lebih besar yang membuat buah salak menjadi terjepit dan sulit untuk berkembang
dibandingkan pelepah salak yang tidak diberi pupuk sehingga ketika salak ingin
dipangkas atau di rawat maka para petani lebih kesulitan untuk memotong pelepah salak
tersebut.

51
Rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama juga melakukan
perawatan lainnya seperti melakukan kegiatan penyemprotan gulma dan perawatan
terhadap gangguan hama. Hal tersebut dilakukan agar tanaman salak bisa berproduksi
dengan baik dan menghasilkan buah yang berkualitas dan mampu bersaing dipasaran.
Peristiwa 4
Kasus yang dirasakan Bapak O.S
“ ima memang na seringan dabo bodat ro manyega-nyegai salak I. Ra di segai
halai pas menek-menek dope salak nai. Na pedo malamun tapi madung di putiki
bodat. Jadi na bisa be di buat be hasilna. Babi pe songoni. Di segai pas menek-
menek dope batuna. Matcot madung adong binatang na manggagnggu ro buse
ma panakko salak. Ra a 2 minggu I sian kobun 2 harung ma ia dapot gara-gara
ni panakko i. jadi sogo ma roha tu halai. Na rap susah do tapi tega dope deba
jolma I manakkoi salak niba. Makana akkon tiop ari ma di ligin tu kobun an pas
giot mamutik aso unang di buati halak salak I tapi lek ra dope mago. Panakko nai
masuk pas dung borngin. Makana sogo roha.”

(Memang benar hewan seperti monyet datang ke sini untuk merusak tanaman salak.
Terkadang buah yang masih muda sudah dirusak. Jadi kami tidak bisa memanen salak
yang sudah dirusak oleh monyet tersebut. Babi juga sering datang untuk merusak tandan
salak yang masih muda. Selain hewan liar tersebut masalah yang sering kami hadapi
yakni pencuri salak. Biasanya kami panen tiap sekali per dua minggu tapi kadang
hasilnya mengecewakan disebabkan adanya pencuri salak. Hal tersebut membuat kami
jadi sangat geram padahal kami sama-sama dalam keadaan susah tapi pencuri tersebut
masih sanggup melakukannya. Hal tersebut membuat saya menjadi waspada dan hampir
tiap hari melakukan pengawasan seminggu sebelum panen tapi si pencuri masih bisa
lolos dan berhasil mencuri salak saya dan kemungkinan si pencuri tersebut melakukan
aksinya ketika saya sudah kembali kerumah atau melakukanya pada malam hari).
Wawancara tanggal 8 Februari 2020.
Fakta dilapangan dan hasil wawancara dengan informan ke 4 yakni Bapak O.S
mengatakan bahwa beliau sering mengalami gangguan hama yang membuat produksi
buah salak menjadi menurun dan bahkan dia juga sering kehilangan salak ketika mau di
panen. Hal tersebut membuat beliau sering menyiapkan senapan untuk menakut-nakuti
hama seperti monyet dan tupai agar buah salak tersebut tidak diganggu dan mambuat
sebuah perangkap untuk menangkap babi yang sering merusak buah salak yang siap

52
untuk dipanen. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk menakut-nakuti hama
pengganggu tersebut.
Bapak O.S juga harus membasmi hama lain selain dari ke tiga hama tersebut,
seperti rayap yang menggangu tanaman salak tersebut dan melobangi pohon salak
tersebut sehingga lama kelamaan pohon tersebut akan busuk. Biasanya untuk mengatasi
hama tersebut Bapak O.S menyemprotkan inteksida dibagian tanaman salak atau
sekeliling media tumbuh tanaman salak.
Bapak O.S juga melakukan berbagai cara untuk mengatasi hama lainnya seperti
membuat perangkap pada tikus atau memberikan racun tikus disekitar tanaman salak.
Kemudian Bapak O.S juga memberikan inteksida Furadan 3G sesuai dosis untuk
mencegah serangan hama seperti uret. Terakhir Bapak O.S memiliki cara unik dan
cukup berhasil untuk mengatasi kutu putih dan tanpa harus mengeluarkan biaya
tambahan yakni dengan cara memotong daun yang diserang oleh hama tersebut
kemudian dibagar agar tanaman lain tidak diserang oleh hama tersebut.
Hama yang paling sulit untuk diatasi oleh Bapak O.S yakni pencuri. Pencuri salak
kerap merugikan para petani salak seperti yang dirasakan keluarga Bapak O.S yang
mempengaruhi perekonomian rumah tangga mereka. Untuk mengatasi pencuri tersebut
Bapak O.S sering melakukan ronda malam agar tidak gagal panen lagi.
Pelaku pencuri salak tersebut terjadi dikarenakan besarnya tanggungan yang dia
miliki sehingga mencari cara lain untuk menutupinya meskipun dia harus menanggung
akibatnya. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak O.S ketika menangkap basa pelaku
tersebut dan dari pengakuan si pencuri itu di lakukan disebabkan karena adanya desakan
ekonomi yang begitu besar dan tidak sesuai dengan pendapatan keluarganya sehingga
mereka menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan dan di hadiri oleh
kepala desa dan tetua Tinjoman Lama tersebut dan pelaku berjanji tidak akan
melakukan aksinya tersebut. Meskipun demikian, Bapak O.S masih saja kehilangan
salak miliknya ketika salak tersebut sudah siap untuk dipanen. Sampai saat ini, Bapak
O.S dan petani salak lainnya masih belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasi
maslah ini dan menjadi hama yang paling mengganggu hasil panen mereka dan sangat
berpengaruh terhadap perekonomian rumah tangga mereka.
5.4.2 Pola Nafkah Ganda
Rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman menjadikan pola nafkah
ganda menjadi salah satu strategi nafkah untuk mengatasi masalah perekonomian
keluarganya. Seperti halnya tanaman salak yang sudah menua dan tanaman salak yang

53
baru ditanam atau belum menghasilkan buah yang berada di Desa Tinjoman Lama
membuat beberapa petani salak mengambil cara lain atau menjalankan strategi pola
nafkah ganda sebagai cara untuk menyambung hidup.
Pola nafkah ganda dijalankan atau dilakukan oleh petani salak disebabkan karena
tanaman salak yang belum menghasilkan dan tanaman salak yang sudah berumur yang
selama ini mereka andalkan sebagai sumber perekomonian dalam menghidupi
kebutuhan keluarga mereka sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai penopang
perekomonian keluarga mereka disebabkan umur salak yang sudah melewati batas
produktifnya. Dalam hal ini, ada beberapa diversifikasi yang dilakukan oleh rumah
tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama untuk menghidupi rumah
tangganya, seperti:
a. Menggarap Sawah
Rumah tangga petani salak juga menggarap sawah sebagai salah satu bentuk nafkah
ganda untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka dan tidak jarang dari mereka
menjual hasil panen raya mereka sehingga bisa menggunakan uang yang mereka
dapatkan untuk kebutuhan lainnya. Terkadang hasil yang diperoleh dari menggarap
sawah tersebut tidak sebanding dengan apa yang sudah mereka lakukan baik itu dari
segi modal, waktu dan tenaga yang sudah mereka keluarkan. Meskipun hasil dari
menggarap sawah tersebut tidak memuaskan, tetapi sudah cukup untuk membantu
kebutuhan pangan mereka.
Petani salak mulai menggarap sawah mereka maka mereka akan meninggalkan
kebun salak mereka sehingga pekerjaan mereka menajadi lebih mudah. Hal tersebut
terjadi dikarenakan tidak banyaknya waktu yang terkuras untuk mengurus kebun salak
tersebut sehingga waktu luang yang dimiliki petani salak tersebut dipakai untuk
menggarap sawah.
Proses penggarapan sawah tersebut, mulai dari pembajakan, penanaman bibit
sampai dengan panen biasanya dilakukan dengan cara marsialap ari atau saling tolong
menolong. Hal tersebut sangat membantu petani salak yang tidak memiliki biaya lebih
untuk membayar jasa buruh tani lainnya. Dalam sistem marsialap ari ini, biasanya
pemilik sawah akan menyediakan makan dan juga cemilan untuk para pekerjanya.
Meskipun demikian tidak jarang juga para buruh tani lepas menolak ajakan marsialap
ari dan mereka meminta jasa mereka dibayarkan dengan uang tunai agar bisa mereka
pergunakan untuk kebutuhan lainnya.

54
Tabel 5.11 Kalender Musim Tanam Padi di Desa Tinjoman Lama
Februari Maret April Mei
Kegiatan I II I II I II I
I I I IV I I I IV I I I IV I I III IV
Penggarapan                                
Penanaman                                
Perawatan:                                
Pemupukan                                
Penyemprotan                                
Penyiangan                                
Pemanenan                                

Peristiwa 5
Kasus yang dirasakan Bapak E. L
“ songon na ta ligin sonnarion attong madung taboto sanga bia pargodang ni
salak on. On ma salak na baru di suan dope na kira-kira 3 taon ma. Na pedo
adong batu na paling naron taon depan ma aso marsiajar-siajar salak on aso
marbatu. Makana anggo sonnari na bisa dope iba margogo tu son. Alasan ku
mananom on aso adong buat-buaton hasil na bope na saotik apalgi iba madung
matobang jadi molo giot marjualan dope naron tu luar kota na lobas badan ibe.
Madung momo sonnari ro sahit I makana jadi marsalak doma dohot marlopo.
Selain on attong adong dope saba bope inda luas cuman bisa ma anggo giot di
hami sajo ma ia apalagi sonnari sude dakdanak I madung markawinan jadi hami
na dua doma dohot halak bagasna giot di hidupi sekalian aso adong tokkin nai di
daganak niba.”
Wawancara tanggal 4 februari 2020.
( Seperti apa yang kita lihat sekarang, bisa dilihat bagaimana kondisi salak saat ini
yang masih berumur 3 tahun dan belum memiliki buah dan salak ini akan mulai berbuah
pada tahun ke 4 meskipun belum menghasilkan produksi yang maksimal. Hal ini
membuat saya belum bisa menjadikan kebun salak ini sebagai penghasilan utama
keluarga saya. Saya menanam salak sekarang dikarenakan oleh tidak mampunya fisik
saya untuk berjualan keluarga kota lagi disebabkan umur dan fisik yang sudah termakan
usia yang membuat kami berdua sudah rentan terhadap penyakit dan itu adalah alas an
saya untuk bertani salak. Selain kebun salak ini, saya masih memiliki sawah yang bisa
untuk digarap yang mana hasil dari panennya akan sangat membantu kebutuhan rumah
tangga kami dan kami juga memiliki warung sekedar untuk pendapatan sehari-hari
kami. Sekrang kami tinggal hanay berdua dengan istri saya dan semua anak saya sudah
55
menikah dan merantau dan mungkin kebun ini saalh satu dari mereka akan
mengurusnya.)
b. Menjadi kuli bangunan
Kepala rumah tangga petani salak sebagian mencari pekerjaan lain untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya yakni bekerja sebagai buruh bangunan. Hal tersebut mereka
lakukan apabila mereka sedang tidak ada kegiatan usaha tani. Namun bekerja sebagai
buruh bangunan pendapatan yang mereka miliki tidak menentu dan juga tergantung
dengan pekerjaan yang mereka lakukan dan posisi mereka jadi apa ketika menjadi kuli
tersebut. Jika mereka hanya sebagai anak buah/kernet maka mereka akan mendapatkan
gaji sekitar Rp.80.000,- per hari kerjanya tetapi jika petani salak tersebut memiliki
kemampuan dan bisa menjadi tukang maka dia akan mendapatkan gaji hampir 2 kali
lipat dari anak buah/kernet tersebut yakni sekitaran Rp. 150.000,- per hari. Adanya
pekerjaan kuli bangunan ini sangat membantu perekonomian rumah tangga petani salak
tersebut, tetapi pekerjaan ini tidak setiap saat adanya dan mereka hanya menunggu
ajakan dari kerabat atau keluarga mereka.
Aktivitas sebagai buruh bangunan merupakan strategi mencari nafkah untuk
menunjang perekonomian keluarga petani salak tersebut. Meskipun hasil yang diperoleh
dari pekerjaan tersebut harus dibagi-bagi dengan pengeluaran pada saat bekerja, hal
tersebut tidak membuat mereka untuk jerah akan pekerjaan tersebut dan masih bisa
menyimpan sebagian hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan.
Pola nafkah ganda ini dilakukan petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama
sebagai cara mereka untuk bertahan hidup dan mampu melewati masalah ekonomi yang
mereka hadapi dengan beberapa hal seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan yang
termasuk ke dalam pola nafkah ganda ini adalah sesuatu hal atau pekerjaan yang
menguntungkan semua pihak dan tanpa merugikan pihak lain.

56
5.4.3 Perlibatan Anggota Keluarga
Perlibatan anggota keluarga sangat membantu dalam peningkatan perekonomian
rumah tangga petani salak. Hal ini sering dilakukan para petani salak yang berada di
Desa Tinjoman Lama dengan mengandalkan dan mengajak anggota keluarganya (istri
dan anak) untuk ikut serta dalam mengangkat perekonomian keluarganya sehingga
persoalan perekonomian keluarga yang dihadapi rumah tangga petani salak lebih mudah
diatasi dibandingkan ketika anggota keluarga lainnya tidak ikut terlibat didalamnya.
Peran anggota keluarga sangat besar dalam hal ini sehingga sesuatu hal yang ingin
dicapai oleh rumah tangga petani salak tersebut lebih mudah didapatkan dibandingkan
ketika hanya kepala rumah tangga petani salak saja yang bekerja di dalam rumah tangga
tersebut.
5.4.4. Menghemat Pengeluaran Keluarga Ketika Masa Sulit
Harga salak yang tidak stabil atau tidak menentu berdampak kepada rumah tangga
petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama. Jika keadaan cuaca sedang penghujan
maka harga salak akan ikut anjlok dan jika sedang musim buah lain seperti durian,
rambutan dan lainnya maka petani salak akan terkena dampaknya dan membuat harga
salak akan menurun sehingga berdampak pada perekonomian rumah tangga petani salak
tersebut. Ketika petani salak menghadapi periode ini maka rumah tangga petani salak
akan mengambil cara lain agar keuangan rumah tangga mereka tetap stabil seperti
mengurangi pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang berlebihan dan mengganti
kebutuhan yang memiliki fungsi yang sama dengan harga yang lebih murah seperti
mengganti daging menjadi telur.

57
Peristiwa 6
Kasus yang dirasakan Ibu T. H
Hasil dari wawancara dilapangan terhadap responden ibu T.H yang memiliki umur
salak 23 tahun mengatakan:
“Gara ni salak sonnari nadong be buah na anggo terlalu mangharapkon tu
hasil ni salak I na bisa be harana nadong be batu na jadi jalan satu-satunya
kehema tu luar kota marjualan dibantu 2 anak niba ma.makana jadi marrengge-
rengge doma na iba aso bisa lek jalan pendapatan i. Sakalian ma attong
mangajar-ajari halai aso bisa naron mandiri manjalaki di halai na be. Tapi molo
giot mandapotkon hasil na jeges ra ma iba mamio jolma tu kobun saminggu
sebelum mamutik aso jeges dapot hasil ni salak i. Di suru ma halai manajak,
mambakkari baru 2 ari nai manganapui ma. Harana molo ias dabo kobun i ra do
jeges hasil ni salak i jadi adong tamba-tamba ni modal niba marjulan dohot
salak super nai naro diboan buse aso bisa di gadis harana arga na pe naron beda
doi dohot salak biasa.”

( Buah salak tidak bisa lagi diandalkan membuat keluarga kami harus mencari
jalan lain sebab jika terlalu mengharapkan hasil panen salak tidak bisa lagi dan jalar
keluar dari masalah ini yakni jualan keluar kota dibantu 2 anak saya sekalian mengajar
mereka agar bisa mandiri. Hasil dari jualan tersebut sangat membantu pendapatan
keluarga kami dan penghasilan kami tetap berjalan. Biasanya seminggu sebelum panen
saya mengajak orang lain untuk menyemprot, membersihkan kebun, merapikan pelepah
salak dan memberi pupuk 2 hari setelah kebun dibersihkan. Karena jika kebun salak
sudah bersih biasanya hasil panennya akan lebih baik dari sebelumnya dan menambah
modal untuk bisa berjualan dan membawa hasil panen salak super (yang memiliki rasa
manis dan memiliki bentuk yang besar dibandingkan buah salak biasanya) untuk
dipasarkan karna harga salak tersebut jauh lebih mahal dibandingkan salak biasa).
Wawancara tanggal 7 Februari 2020
Hasil dari wawancara dengan Ibu T.H mengatakan bahwa sebelum panen biasanya
beliau membayar upah orang untuk membersihkan kebun miliknya dan memberi pupuk
sebelum panen agar ketika nanti panen hasilnya akan menjadi lebih baik dibandingkan
dengan petani salak yang tidak memberi pupuk.
Ibu T.H melihat peluang pola nafkah ganda untuk bertahan hidup menjadi pilihan
yang tepat. Hal tersebut dikarenakan hasil dari panen beliau sudah tidak bisa dijadikan

58
menjadi tumpuhan utama ekonomi rumah tangganya disebabkan pohon salak milikya
sudah jauh dari kata produksi dan sudah memasuki umur ke 23 tahun semenjak
ditanam.

59
Tabel 5.12 Modal Nafkah, Kerawanan Struktural dan Solusi Petani Salak dengan
Menggunakan Strategi Nafkah
No Jenis Modal Kerawanan Solusi dalam Strategi Nafkah
.
1. Sumber daya alam Ekologi Pola nafkah ganda dan perlibatan
anggota keluarga
2. Fisik Ekologi Perlibatan anggota keluarga
3. Sumber daya manusia Monokultur Perlibatan anggota keluarga

4. Finansial Keseragaman Menghemat pengeluaran keluarga


sumber daya ketika masa sulit

5. Sosial Sistem harga Rekayasa sumber nafkah


pertanian

Jenis modal, kerawanan yang dihadapi petani salak dan solusi yang digunakan
untuk mengatasi persoalan yang dihadapi rumah tangga petani salak yang berada di
Desa Tinjoman Lama ada beberapa yakni :
1. Modal sumber daya alam
Modal sumber daya alam yang dimaksud disini yakni modal alam yang dapat
digunakan petani salak tersebut dan dikelolah dengan baik sehingga mampu menopang
perekonomian rumah tangga petani salak tersebut dan mampu memaksimalkan hasilnya
dengan baik dan tanpa harus merusak ekosistem yang ada. Dalam mengelolah modal
alam tersebut petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama harus menghadapi
kerawanan ekologi, dimana kerawanan ekologi tersebut mampu mempersulit dan
mengganggu aktivitas para petani salak tersebut. Kerawanan ekologi ini memiliki ciri-
ciri yakni membuat keadaan cuaca yang tidak menentu sehingga hasil produksi salak
petani tersebut menjadi menurun. Hal ini akan sangat mempengaruhi pada kondisi
perekonomian rumah tangga petani salak itu sendiri.
Untuk mengatasi permasalahan ini, pola nafkah ganda dan perlibatan anggota
keluarga menjadi solus untuk mengatasi kerawanan ekologi tersebut. Dengan
melibatkan anggota keluarga (anak dan istri) ikut serta dalam mengangkat permasalahan
perekonomian keluarga petani salak tersebut akan jauh lebih mudah dibandingkan
ketika hanya kepala keluarga yang berperan didalamnya dan peran pola nafka ganda
juga sangat mempengaruhi perekonomian keluarga petani salak tersebut dengan
mencari pekerjaan lain diluar dari hasil produksi salak tersebut sehingga hasil dari pola
nafka ganda tersebut bisa menutupi kebutuhan rumah tangga petani salak itu sendiri.
2. Modal fisik

60
Modal fisik merupakan modal sumber daya yang berupa sarana dan prasarana yang
mempermudah petani salak tersebut dalam melakukan aktivitasnya dengan baik dan
mampu menjalakan usahataninya dengan semaksimal mungkin sehingga petani salak
tersebut mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil produksi salaknya. Dalam
menjalankan modal fisik, petani salak dihadapkan pada kerawanan ekologi, dimana
kerawanan ekologi ini mampu mempengaruhi hasil dari produksi salak tersebut.
Keadaan cuaca yang tidak menentu seperti hujan lebat yang berhari-hari akan membuat
akses menuju kebun salak tersebut menjadi lebih sulit yang berakibat pada harga salak
yang jauh lebih murah dari harga biasanya dan biaya untuk mengangkut hasil produksi
salak tersebut akan bertambah yang disebabkan akses jalan yang tidak seperti biasanya
(rusak).
Dalam mengatasi masalah tersebut, para petani salak melibatkan anggota keluarga
sebagai solusi untuk menghadapi kerawanan ekologi tersebut dengan mengajak istri dan
anak untuk memperbaiki akses menuju kebun yang sudah dirusak oleh hujan tersebut
dengan cara memperbaikinya sehingga ketika panen maka kepala keluarga akan
mengantar sendiri ke lokasi atau ke tempat yang sudah ditentukan oleh sipedagang
pengumpul.
3. Modal sumber daya manusia
Modal sumber daya manusia adalah dimana keterampilan, pendidikan,
pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan kesehatan fisik sangat mempengaruhi
keberhasilan petani salak tersebut dalam mencapai tujuanya. Keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh petani salak tersebut mampu untuk mengatasi berbagai
masalah monokulutur yang menggangu produktivitas tanaman salak mereka, seperti
melakukan pembasmian terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman salak
tersebut dengan menggunakan pestisida dan mampu menyelesaikan masalah dengan
hama seperti pencuri dengan cara secara kekeluargaan dan tanpa harus ada kontak fisik
didalamnya.
4. Modal finansial
Modal finansial adalah dimana para petani salak mampu menggunakan uang hasil
dari produksi salak mereka dengan baik dan mampu mengelolah pengeluaran rumah
tangga tersebut dengan sebaik mungkin dan masih bisa menyimpan sebagaian dari
pendapatan mereka untuk kebutuhan lainnya di masa yang akan datang baik itu
tabungan berbentuk emas maupun uang simpanan di bank. Dalam hal ini, kerawanan
yang dapat menggangu modal finansial para petani salak yakni kerawanan keseragaman

61
sumber daya. Keseragaman sumber daya memiliki pengaruh yang sangat buruk
terhadap perekonomian rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama yang
disebabkan oleh persaingan antar sesama petani salak itu sendiri yang mengakibatkan
berpengaruh pada pendapatan rumah tangga mereka sendiri. Dalama mengatasi masalah
tersebut, rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman Lama menghemat
pengeluaran keluarganya ketika dalam masa sulit tersebut sehingga biaya yang harus
dikeluarkan bisa dialihkan ke produk lain atau kebutuhan lainnya tetapi tanpa harus
mengganti peran produk tersebut contohnya seperti daging dan ikan diganti dengan telur
dan tempe dan mampu memperkecil biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga
petani salak tersebut.
5. Modal sosial
Modal sosial adalah modal dimana hubungan para petani dengan petani lainnya menjadi
hal yang sangat penting sehingga sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga petani
salak itu sendiri. Dalam menjalankan modal sosial ini, rumah tangga petani salak
dihadapkan pada kerawanan sistem harga dimana hal ini akan sangat mempengaruhi
perekonomian rumah tangga petani salak itu sendiri dan akan merugikan hanya mereka
sedangkan si pedagang pengumpul akan diuntungkan. Dalam mengatasi masalah ini,
para petani salak mencari solusi agar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik
dan tanpa harus merugikan atau menguntungkan satu pihak saja yakni dengan
melakukan rekayasa sumber nafkah pertanian. Cara tersebut dilakukan para petani agar
mendapatkan buah dan hasil salak yang jauh lebih baik dari sebelumnya sehingga si
pedagang pengumpul berani membayar harga salak tersebut lebih tinggi dari
sebelumnya dan mampu membantu perekonomiannya

62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Aktivitas mencari nafkah yang dilakukan rumah tangga petani salak yang
berada di Desa Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru,
Kota Padangsidempuan, Provinsi Sumatera Utara memanfaatkan 5 (lima)
modal nafkah untuk kegiatan strategi nafkah rumah tangganya yang terdiri
dari : modal alam, modal sumber daya manusia, modal fisik, modal sosial dan
modal finansial.
2. Bentuk kerawanan struktural yang dihadapi petani salak yang berada di Desa
Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota
Padangsidempuan, Provinsi Sumatera Utara yakni : kerawanan ekologi,
kerawanan monokultur, kerawanan sistem harga dan kerawanan keseragaman
sumber daya.
3. Strategi nafkah yang dilakukan rumah tangga petani salak yang berada di Desa
Tinjoman Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota
Padangsidempuan, Provinsi Sumatera Utara terwujud dalam bentuk yakni :
Rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda, perlibatan anggota
keluarga, dan menghemat pengeluaran keluarga ketika masa sulit.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan di Desa Tinjoman Lama
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan, Provinsi Sumatera
Utara, maka saran yang dapat diajukan adalah :
1. Sebaiknya para rumah tangga petani salak yang berada di Desa Tinjoman
Lama, Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan,
Provinsi Sumatera Utara lebih lebih meningkatkan dan memberikan perhatian
lebih terhadap modal manusia di bidang pendidikan dan keterampilan sehingga
akan mampu mengelola salak menjadi produk lain seperti sirup salak, keripik
salak, dodol salak dan biji kopi salak. Pengolahan buah salak tersebut menjadi
berbagai produk akan meningkatkan pendapatan petani dan dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarganya.

63
DAFTAR PUSTAKA
Amanah.2014. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan
Dividen dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi. 3:9
Anwar, Sakaria Anwar. 2013. Strategi Nafkah (Livelihood) Masyarakat Pesisir Berbasis
Modal Sosial. Jurnal Sosiologi 13(1):1-21
Aris Pratomo. 2009. Identifikasi dan Pengendalian Jamur Busuk Putih Buah Salak
Dengan Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa). Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia 15(2):65-70
Baiquni.M.2007. Strategi Penghidupan Masa Krisis.Ide As Media.Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Padangsidempuan. 2016. Padangsidepuan Dalam Angka.
Padangsidempuan
Dharmawan A.H. 2006. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan Pandangan:
Sosiologi Nafkah (livelihood Sociology) Mahzad Barat dan Mahzad Bogor.Tesis
Magister Sosiologi Pedesaan.IPB.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Padangsidempuan.2013.Profil
Perkembangan Kependudukan Kota Padangsidempuan Semester I.
Padangsidempuan.
Ellis, F. 2000. The Determinants of Rural Livelihood Diversification in Developing
Countries. Journal of Agricultural Economics. 51(2):289-302.
Frank, E. 1998.Rural livelihood diversity indeveloping country.OxfordUniversity Press.
London.
Fridayanti N. 2013. Analisis Struktur dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani
Sekitar Kawasan Hutan Konservasi di Desa Cipeuteuy Kabupaten
Sukabumi.Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Khoirunnisa P. 2015.Tingkat Kesejahteraan Petani Salak di Desa Tinjoman Lama
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota Padangsidempuan.Jom FISIP.
2(2):2-4.
Lidia Yuliana, Septri Widiono, Indra Cahyadinata. 2016. Strategi Nafkah Rumah
TanggaNelayanTradisional dan Modren pada KomunitasNelayan Sekunyit, Kaur,
Provinsi Bengkulu. Jurnal Agrisep.15(2): 163-175.
Lina Asnawati. 2016. Strategi Pola Nafkah Islam Masyarakat Daerah Tertinggal di
Provinsi Bengkulu.Jurnal Madania. 20(1):85-99
Lincoln, Y. S. and Guba, E. G. 1985. Effective Evaluation. San Fransisco: Josey-Bass
Publishers
Ma’mun.S.R. 2016. Pertambangan Emas dan Sistem Penghidupan Petani: Studi
Dampak Penerbangan Emas di Bombana Sulawesi Tenggara. Jurnal Sosiologi
Pedesaan. 4(3): 274-280.
Novia Fridayanti, Arya Hadi Dharmawan.2013. Analisis Struktur dan Strategi
NafkahRumah Tangga Petani Sekitar Kawasan Hutan Konservasi di Desa
Cipeuteuy Kabupaten Sukabumi.ISSN :01(01): 2302– 7517.
Pertiwi, Kartini Putri, dan Nurhamlin. 2014. “Strategi Bertahan Hidup Petani Penyadap
Karet di Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar.
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Politik. 1(2):1-15
Purnomo, H. 2001. Budidaya Salak Pondoh. Aneka Ilmu. Semarang
Risa, R.I, dan Risni, J.Y, 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penundaan
Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Pedesaan Indonesia : Analisis Data SDKI
2012. Jurnal Kependudukan Indonesia.12(1):1-12
Scoones, Ian. 1998. Sustainable Rural Livelihood: A Framework for Analysis.
IDS Discussion Paper 72.Institute for Development Studies.Brighton.

64
Sembiring, Sylsilia Trinova. 2014. Resiliensi Nafkah Rumah Tangga Petani di
Kawasan Rawan Bencana Rob Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten
Cilacap.Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Slamet Widodo. 2013.StrategiNafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di
Daerah Pesisir.Makara,Sosial Humaniora. 15(1):10-20
Sumarti, Titik. 2007. Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumah Tangga
Pedesaan.Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia. 1(2):217-232
Suryadi., Hamid, A.H, dan Agussabti.2013. Strategi Bertahan Hidup Petani Kopi Pasca
Konflik (Studi Kasus di Kecamatan Kute Panang Kabupaten Aceh
Tengah).Jurnal Agrisep.14(1): 45-50
Trio Berlian. 2017. Pola Migrasi dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Kopi
Migran Musiman di Desa Pungguk Meranti Kecamatan Ujan Mas Kabupaten
Kepahiang.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu
Wardani.F.K dan Hari.N.2014.Strategi Penghidupan Berkelanjutan Keluarga Petani
Sawah Terhadap Bencana Banjir Begawan Solo (Di Desa Mulyorejo, Kecamatan
Balen, Kabupaten Bojonegoro.Jurnal Swara Bhumi. 3(1):219-228.
Widyastuti, Y.E. 1996. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya,Jakarta.
Yuliandani R.2011.Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan Rumahtangga Pekerja
Batik Tulis Tradisional (Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota
Pekalongan Provinsi Jawa Tengah).Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Verheij, E. W. M. Dan Coronel, R. E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2
Buah – Buahan yang dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yin, Robert K.1997.Studi Kasus. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

65
LAMPIRAN

66
Panduan wawancara informan kunci

A. Profil informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Jenis Kelamin:
5. Luas Lahan :

B. Riwayat rumah tangga petani salak di Desa Tinjoman Lama


1. Dari mana petani salak berasal ?
2. Berasal dari suku mana ?
3. Berasal dari tingkat ekonomi yang bagaimana?
4. Sudah berapa lama petani salak berada di Desa Tinjoman Lama ?
5. Permasalahan yang muncul dalam melakukan dalam usaha tani salak ?
C. Kondisi kehidupan rumah tangga petani salak
1. Pola hubungan kerja
2. Sistem pemasaran
3. Skala usaha tani
4. Tingkat pendapatan
D. Pemanfaatan Modal nafkah
1. Bentuk aktivitas pemanfaatan modal alam yang meliputi segala sumber daya
yang bisa dimanfaatkan oleh rumah tangga petani salak untuk keberlangsungan
kehidupannya, seperti air, udara, tanah dan lainnya.
2. Bentuk aktivitas pemanfaatan modal sosial berupa jaringan sosial dimana rumah
tangga petani salak tersebut dapat saling bekerja sama dan saling berinteraksi di
dalamnya
3. Bentuk aktivitas pemanfaatan modal finansial yang terdiri dari kredit, tabungan
dan persediaan uang tunai yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari
baik itu untuk kebutuhan produksi maupun konsumsi
4. Bentuk aktivitas pemanfaatan modal fisik yakni pemanfaatan berbagai benda
yang dibutuhkan oleh rumah tangga petani salak saat proses produksi, seperti
mesin, alat-alat pertanian, jalan, dan juga benda fisik lainnya

67
5. Bentuk aktivitas pemanfaatan modal manusia yang meliputi pendidikan,
keterampilan dan kesehatan
E. Bentuk-bentuk kerawanan struktural
1. Apa saja permasalahan umum dalam hal kerawanan yang sering dihadapi dan
menghambat sistem nafkah rumah tangga petani salak ?
2. Kerawanan ekologis, keadaan fisik tertentu yang menyebabkan petani harus
mengalami fluktuasi-fluktuasi yang dapat menggangu kehidupan rumah tangga
petani salak, dalam hal ini menyangku kondisi cuaca dan musim
3. Kerawanan sistem harga, petani hanya mempunyai posisi sebagai penerima
harga. Keharusan memenuhi kebutuhan subsistensi keluarga yang mengatasi
segala-galanya, sering kali memaksa petani salak menjual hasil usaha taninya
dengan harga yang sudah ditentukan tengkulak
4. Kerawanan monokultur, hama dan penyakit yang menyerang tanaman salak
5. Kerawanan keseragaman sumber daya, dimana petani salak itu sendiri secara
langsung maupuntidak langsung merugikan mereka sendiri dikarenakan
komoditi yang sama
6. Bagaimana upaya rumah tangga petani salak dalam mengatasi bentuk kerawanan
tersebut ?
F. Apa saja bentuk strategi nafkah yang dilakukan petani salak untuk mampu bertahan
hidup dan memenuhi kebutuhan rumah tangga itu sendiri ?

68

Anda mungkin juga menyukai