I. Pendahuluan
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat. Hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa angka kematian
balita di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan Negara-negara
di Asia Tenggara, yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut
data Riskesdeas 2007, penyebab utama kematian balita adalah diare
(25%) dan pneumonia (15%), sedangkan penyebab utama kematian bayi
adalah diare (42%) dan pneumonia (24%). Penelitian Sample
Registration System (SRS) tahun 2014 menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda. SRS menyebutkan bahwa penyebab utama kematian anak
balita adalah diare (17%) dan pneumonia (13%), disusul dengan penyakit
pneumonia (8%).
Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian balita
Antara lain melalui peningkatan keterampilan tenaga kesehatan di
puskesmas melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Metode MTBS telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun
1997. Walau pun sudah 20 tahun, namun implementasi di lapangan
masih belum optimal. Salah satu kendala yang dihadapi adalah masih
kurangnya jumlah tenaga yang dilatih karena untuk pelatihan MTBS
membutuhkan biaya yang cukup besar. Kelakarya Manajemen Terpadu
Balita Sakit termasuk salah satu standart pelayanan kesehatan anak di
tingkat pelayanan kesehatan dasar. Penerapan Pelayanan kesehatan
anak yang sesuai standart MTBS sejalan dengan Undang-Undang no. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes NO. 25 tahun 2014
tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standart Pelayanan Minimal
Kabupaten/Kota. Dengan menerapkan MTBS diharapkan terjadi
B. Sasaran:
Bidan, Perawat di Puskesmas Sei Tatas dan Bidan Perawat yang
bertugas di Pustu dan Poskesdes dalam wilayah kerja Puskesmas Sei
Tatas
VI. JADWAL KEGIATAN (Gambarkan dalam bagan Gantt untuk rencana satu
tahun)
2020
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Pelatihan Penilaian x
dan Klasifikasi serta
Pengobatan anak dan
bayi sakit