Anda di halaman 1dari 12

Jurnal EduMatSains, 1 (2) Januari 2017, 165-176

Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk Menentukan Koefisien Konveksi


Udara dengan Metode Pendinginan Air

Taat Guswantoro*
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Kristen Indonesia
Jln. Mayjend Sutoyo, No.2, Cawang, Jakarta Timur, 13630
*e-mail: taat_toro@yahoo.co.id

Abstract
Water cooling occurs since the heat energy of water is transferred to the air. Water is placed in a thin
transparant vessel can reduce the effects of heat transfer by radiation and conduction, so the most
dominant heat transfer is convection. Newton's law of cooling states that the rate of cooling is directly
proportional to the temperature difference between the object and room temperature. By knowing the
value of constant cooling, the air convection coefficient can be calculated. This study using three
different sizes of cups, each of which is filled with hot water. In each glass inserted temperature
sensors that connected to the interface, recording the temperature every 60 seconds using pasco
capstone 14.1. The resulting graph was analyzed by exponential regression, in order to find the value
of constant cooling, from this value can be calculated the air convection coefficient. The research
result shows air convection coefficient value of h  19,9  0, 6 W/m2OC, that mean if there is an
object that has an area of 1 m2 and 1OC higher than room temperature, the thermal energy of the
object will be lost of 19.9 J for each second.

Keywords: Water cooling, heat transfer, air convection coefficient.

PENDAHULUAN konveksi paksa lebih dari 31% (Putra,


Benda bersuhu tinggi ketika berada di 2005).
udara bebas akan kehilangan energi panas Proses transfer panas secara konveksi
karena energi panasnya ditransfer oleh menyebabkan benda panas akan menjadi
partikel-partikel udara disekitar benda dingin. Sebuah sistem pendingin dengan
tersebut secara konveksi. Transfer panas memanfaatkan konveksi alami akan lebih
secara konveksi dapat terjadi secara baik efektif ketika menggunakan penukar panas
alami maupun secara paksaan yaitu dengan berupa pipa dan kawat, seperti penukar
mengalirkan fluida pada benda panas agar panas pada lemari pendingin. Efisiensi dari
fluida tersebut mengambil panas dari benda. penukar panas yang memanfaatkan
Koefisien konveksi paksa suatu fluida akan konveksi bergantung pada geometri
meningkat ketika fluida tersebut diberikan penukar panas, Ma’sum pada tahun 2012
suspensi partikel padat berukuran nano. berhasil meningkatkan efisiensi penukar
Fluida air bersuspensi partikel nano Al2O3 panas sebesar 4% dengan massa penukar
dan mendapatkan peningkatan koefisien panas berkurang 19%.

165
Taat Guswantoro Jurnal EduMatSains, Januari 2017|Vol. 1| No.2

Hukum Newton tentang pendinginan konveksi alami udara di dalam lingkungan


menyebutkan bahwa laju pendinginan Laboratorium Fisika Dasar, UKI, Jakarta
berbanding lurus dengan selisih suhu benda Timur.
dengan suhu ruangan. Penurunan suhu pada
pendinginan mengikuti kurva peluruhan, KAJIAN TEORITIS
dengan mengetahui konstanta waktu Kalor dan Kalor Jenis
peluruhan maka dapat ditentukan koefisien Kalor adalah satu bentuk energi yang
konveksi suatu fluida. Penggunaan dapat berpindah dari satu benda ke benda
perangkat lunak akan memudahkan dalam yang lain karena adanya perbedaan suhu.
perhitungan koefisien konveksi ini, Ketika dua benda yang memiliki perbedaan
Ramadhanti menggunakan Coachlab II+ dua suhu bertemu maka kalor akan
untuk menentukan koefisien konveksi berpindah (dari yang suhu tinggi ke suhu
bahan-bahan tertentu. yang rendah). Misalnya kita mencampurkan
Software pasco capstone dapat air panas dengan air dingin maka kita akan
digunakan untuk mencatat data temperatur mendapatkan air yang hangat. Pemberian
dan tekanan secara realtime dan otomatis, kalor pada benda mengakibatkan dua hal
dengan sensor dan interface yang telah yaitu, kenaikan suhu dan perubahan wujud.
terkalibrasi dengan akurat. Disamping Banyak kalor yang di gunakan untuk
mampu mencatat suhu dan tekanan pada menaikan suhu di rumuskan sebagai berikut:
software pasco capstone juga dibekali plot Q = m.c.∆T (1)
grafik dan analisis regresi, sehingga Banyak kalor yang di gunakan untuk
memudahkan dalam menganalisa data. mengubah wujud adalah
Penggunaan program pasco capstone dapat Q = m.L (2)
digunakan untuk mencatat penurunan suhu Q = m.U (3)
pada air yang dibiarkan mendingin, serta Dengan c adalah kalor jenis zat (J/kg °C),
dapat langsung menganalisis persamaan Q adalah banyaknya kalor (J), m adalah
suhu terhadap waktu dari hasil pencatatan, massa benda (kg), ∆T adalah besarnya
dengan kemudahan ini peneliti perubahan suhu (°C), L adalah kalor lebur
menggunakan data-data dan analisis hasil (J/kg) dan U adalah kalor uap (J/kg)
sofware pasco untuk mendapatkan nilai (Giancoli, 2001).
koefisien konveksi udara. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan koefisien

166
Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk

Perpindahan Panas Secara Konveksi Dengan TΔ adalah selisih suhu awal air
Panas dapat berpindah secara konveksi panas dengan suhu ruangan (oC) (Margenau,
yaitu dengan aliran partikel-partikel 1953).
pembawa panas. Perpindahan panas secara Jumlah panas yang ditransfer oleh
konveksi dapat terjadi secara alami maupun benda ke lingkungan secara konveksi
paksaan. Besarnya panas yang dipindahkan dirumuskan sebagai :
karena secara konveksi dirumuskan sebagai Q
 hA T  T0  (7)
berikut: t

Q Q
 hA T  T0  (4) dengan
t
adalah jumlah kalor yang
t
Q ditransfer tiap satuan waktu (J/s), h
dengan adalah jumlah kalor yang
t koefisien konveksi (W/m2oC), A luas
dipindahkan tiap satuan waktu (J/s), h penampang (m2), T adalah suhu benda (oC)
adalah koefisien konveksi (W/m2oC), A dan T0 adalah suhu lingkungan (oC).
adalah luas penampang (m2), T adalah suhu Banyaknya kalor yang hilang akibat
benda (oC) dan T0 adalah suhu lingkungan penurunan suhu benda dirumuskan sebagai:
(oC) (Tipler, 1998). Q  mcT (8)
dengan m adalah massa benda (kg), c
Hukum Newton Tentang Pendinginan adalah kalor jenis benda (J/kgoC) dan ΔT
Hukum Newton tentang pendinginan adalah perubahan suhu benda (oC).
air menyatakan bahwa laju penurunan suhu Air panas di dalam sebuah wadah
berbanding lurus dengan selisih suhu air dibiarkan di udara bebas maka akan
dan ruangan, secara matematis dirumuskan mengalami penurunan suhu, dengan energi
sebagai: panas yang hilang sebagai berikut:
dT
  T  T0  (5) Q    maca  mwcw  T (9)
dt
dengan ma adalah massa air, ca adalah kalor
dengan α adalah konstanta pendinginan air
jenis air, mw adalah masa wadah dan cw
(s-1), T adalah suhu air (oC) dan T0 adalah
adalah kalor jenis wadah.
suhu ruangan (oC). Penurunan persamaan (1)
Penurunan suhu air ini disebabkan
akan menghasilkan persamaan:
karena terjadinya transfer panas dari air ke
T  t   T0  Tet (6)
udara secara konveksi, sehingga dengan

167
Taat Guswantoro Jurnal EduMatSains, Januari 2017|Vol. 1| No.2

mensubtitusikan persamaan (7) ke dengan interface pasco. Pencatatan suhu


persamaan (9) diperoleh: dilakukan dengan software pasco capstone
T hA versi14.1 yang terinstall dalam Acer All in
 T  T0  (10)
t ma ca  mwcw one PC, pencatatan suhu dilakukan setiap
Berdasar persamaan (10) laju penurunan 60 s selama masing-masing 2 jam. Setelah
suhu dapat dituliskan sebagai berikut: selesai proses pendinginan massa gelas
dT hA berisi air ditimbang, sehingga diperoleh
 T  T0  (11)
dt ma ca  mwcw massa air (ma).
Persamaan (11) sesuai dengan persamaan Data yang diperoleh diplotkan dalam
(5), dengan: grafik dengan menggunakan software pasco
hA capstone versi 14.1, selanjutnya dianalisis
 (12)
ma ca  mwcw pola grafik yang diperoleh dengan
atau menggunakan analisis regresi natural
  ma ca  mwcw  eksponensial, sehingga diperoleh nilai
h (13)
A konstanta pendinginan air dari masing-
masing gelas. Untuk mendapatkan nilai
Dari persamaan (13) dapat diketahui yang koefisien konveksi udara digunakan
mempengaruhi kecepatan pendinginan air persamaan (13) dengan data tambahan yaitu
adalah koefisien konveksi, luas penampang, massa air, massa gelas, kalor jenis air dan
masa air, masa wadah dan bahan dari kalor jenis gelas.
wadah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan tiga buah
gelas yang berbeda ukuran, timbangan,
sensor suhu, interface dan PC. Masing-
masing gelas dalam keadaan kosong
ditimbang untuk mendapatkan massa gelas
(mw), kemudian diisi dengan air panas dan
dibiarkan mendingin karena proses transfer
panas ke udara. Sensor suhu diletakkan
pada masing-masing gelas, terhubung Gambar 1. Peralatan Penelitian

168
Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk

Analisis grafik yang diperoleh dari dengan air panas 130 gram. Hasil plot dan
sorftware pasco capstone 14.1, dianalisis analisis grafik pada gelas I diperoleh seperti
dengan metode regresi linier untuk pada gambar 2. Dari gambar 2 terlihat
mendapatkan persamaan empiris dari grafik bahwa penurunan suhu air mengikuti
yang dibentuk, dari persamaan empiris ini eksponensial peluruhan, hal ini sesuai
diperoleh nilai konstanta pendinginan air α. dengan pernyataan hukum Newton tentang
Untuk mendapatkan nilai koefisien pendinginan. Pada saat awal perbedaan
konveksi udara digunakan persamaan (12), suhu antara air dan udara lebih besar
dengan memasukkan nilai ca dan cw dari sehingga penurunan suhu akan berlangsung
referensi, yaitu ca  4200 J/kgOC dan cepat, setelah suhu air menurun, maka

cw  840 J/kgOC. perbedaan dengan suhu udara akan semakin


kecil, sehingga penurunan suhu air akan
menjadi lebih lama. Hasil regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
menghasilkan persamaan eksponensial
Pendinginan Air pada Gelas I
peluruhan sebagai berikut:
Tabel 1 Merupakan data yang
4

diperoleh dari pencatatan dengan software T  37,4e4,87t10  28,9 (14)

Pasco Capstone 14.1, yaitu waktu (t), Dengan t dalam s dan T dalam OC.
temperatur air pada gelas I (T1), temperatur Dari persamaan (14) ketika disesuaikan
air pada gelas II (T2), temperatur air pada dengan persamaan (6) diperoleh suhu di
gelas III (T3), dan suhu ruangan lingkungan sekitar gelas I sebesar T0  28,9
laboratorium (T0). Rata-rata suhu ruangan O
C, suhu awal air sebesar
O
laboratorium sebesar 27,371 C. Ti  37, 4  28,9  66,3 O
C dan
Gelas I memiliki ukuran diameter 5,13
koefisien pendinginan air   4,87  104 s-1.
cm, tinggi 8,06 cm, massa 58 gram dan diisi
Tabel 1. Waktu vs suhu air pada gelas I, II, III dan suhu ruangan.
t (s) T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T0 (°C)
0 67,245 67,151 69,526 27,750
60 65,703 66,287 68,570 27,608
120 64,383 64,746 67,583 27,522
180 63,123 63,818 66,638 27,619
240 61,935 63,494 65,715 27,549
300 60,822 61,955 64,953 27,576
360 59,740 61,137 64,224 27,598
420 58,691 60,216 63,316 27,552
... ... ... ... ...

169
Taat Guswantoro Jurnal EduMatSains, Januari 2017|Vol. 1| No.2

Gambar 2. Grafik hubungan waktu dan suhu air pada gelas I.

Pendinginan Air pada Gelas II dan III bahwa pada gelas II juga sesuai dengan
Gelas II memiliki ukuran diameter 6,40 pernyataan hukum Newton tentang
cm, tinggi 9,15 cm, massa 101 gram dan pendinginan yang menghasilkan grafik
diisi dengan air panas 233 gram. Hasil plot berupa grafik peluruhan sesuai persamaan
dan analisis grafik pada gelas II diperoleh (6). Hasil regresi menghasilkan persamaan
seperti pada gambar 3. Gelas III memiliki eksponensial peluruhan sebagai berikut:
4
ukuran diameter 8,82 cm, tinggi 11,73 cm, T  36,7e4,14t10  29,5 (15)
massa 139 gram dan diisi dengan air panas
Dengan t dalam s dan T dalam OC.
488 gram. Hasil plot dan analisis grafik
Dari persamaan (15) ketika disesuaikan
pada gelas II diperoleh seperti pada gambar
dengan persamaan (6) diperoleh suhu di
4.
lingkungan sekitar gelas II sebesar
Dari gambar 3 terlihat bahwa
T0  29,5 O
C, suhu awal air sebesar
penurunan suhu air mengikuti eksponensial
Ti  36, 7  29,5  66, 2 O
C dan koefisien
peluruhan, serupa dengan penurunan suhu
pada gelas I, sehingga dapat dikatakan pendinginan air   4,14 104 s-1.

170
Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk

Gambar 3. Grafik hubungan waktu dan Suhu air pada gelas II.
Dari gambar 4 terlihat bahwa penurunan pernyataan hukum Newton tentang
suhu air mengikuti eksponensial peluruhan, pendinginan yang menghasilkan grafik
serupa dengan penurunan suhu pada gelas I berupa grafik peluruhan sesuai persamaan
dan II, sehingga dapat dikatakan bahwa (6).
pada gelas III juga sesuai dengan

Gambar 4. Grafik hubungan waktu dan Suhu air pada gelas III.

171
Taat Guswantoro Jurnal EduMatSains, Januari 2017|Vol. 1| No.2

Hasil regresi menghasilkan persamaan ini dikarenakan udara di sekitar gelas akan
eksponensial peluruhan sebagai berikut: menerima tambahan kalor dari air panas.
4
T  38,4e3,56t10  30,3 (16) Perbedaan suhu terkecil pada gelas I dan
terbesar pada gelas III, hal ini disebabkan
Dengan t dalam s dan T dalam OC.
oleh jumlah air terbesar ada pada gelas III,
Dari persamaan (16) ketika disesuaikan
sehingga udara disekitar gelas III lebih
dengan persamaan (6) diperoleh suhu di
banyak menerima kalor dibandingkan
lingkungan sekitar gelas III sebesar
dengan gelas II dan gelas I.
T0  30,3 O
C, suhu awal air sebesar
Dari persamaan (1), (2) dan (3) dapat
Ti  38, 4  30,3  68, 7 O
C dan koefisien
dilihat bahwa suhu awal air hasil analisis
pendinginan air   3,56 104 s-1. selalu lebih kecil dari suhu awal air yang
tercatat oleh sensor, ini karena sistem
Perbandingan Suhu Lingkungan dengan merupakan perpaduan antara air dan gelas,
Suhu Sekitar Gelas I, II dan III sedangkan yang tercatat oleh sensor hanya
Tabel 2 adalah perbandingan suhu suhu air. Perbedaan hasil analisis dan hasil
lingkungan dengan suhu sekitar gelas I, II pembacaan pada sensor ini merupakan
dan III. Data yang tertera pada tabel 2 konsekuensi dari kesetaraan dengan
diambil dari hasil pencatatan oleh sensor komponen-komponen penyusun sistem
dan hasil analisis menggunakan software tersebut.
Pasco Capstone 14.1.
Dari tabel 2 suhu sekitar gelas yang Perbandingan Konstanta Pendinginan
diperoleh dari hasil analisis menunjukkan Air Pada Gelas I, II dan III.
angka yang lebih tinggi dibandingkan Tabel 3 menyajikan perbandingan
dengan suhu lingkungan laboratorium, hal konstanta pendinginan air (α) dan umur
panas (τ) dari gelas I, II dan III. Umur panas
Tabel 2. Perbandingan suhu lingkungan memiliki persamaan    1 , didefinisikan
dan suhu sekitar gelas I, II dan III. sebagai waktu energi panas dapat
O
T0 ( C) Gelas I Gelas II Gelas III terperangkap di dalam air, atau waktu yang
Analisis 28,4 29,5 30,3 dibutuhkan air panas untuk menjadi dingin.
Sensor 27,4 27,4 27,4
ΔT0 1,0 2,1 2,9

172
Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk

Tabel 3. Perbandingan konstanta pendinginan air (α) dan umur panas (τ)
dari gelas I, II dan III.
Konstanta Gelas I Gelas II Gelas III
α (s-1) 4,87 104 4,14 104 3,56  104
τ (s) 2053 2415 2808
Konstanta pendinginan air pada gelas I panas pada gelas III adalah yang paling
adalah yang terbesar dan untuk gelas III lama, hal ini juga ditunjukkan pada tabel 3.
adalah yang terkecil, hal ini menunjukkan Koefisien Konveksi Udara
bahwa pada air pada gelas I akan Air panas di dalam gelas berangsur-
mendingin paling cepat, dan air pada gelas angsur akan mengalami penurunan suhu
ke III kan mendingin paling lambat, hal ini karena energi panas dari air dan kaca
ditunjukkan oleh gambar 5 grafik pada dipindahkan ke udara melalui proses
gelas I paling curam peluruhannya dan konveksi. Air mengalami pengurangan
grafik pada gelas III paling landai energi panas sehingga suhunya akan turun
peluruhannya. Air pada gelas I adalah yang dan ketika suhu air, gelas dan udara berada
paling cepat mendingin sehingga umur pada keseimbangan maka tidak terjadi lagi
panasnya paling singkat sedangkan umur perpindahan panas, sehingga suhu air, kaca
dan udara tidak berubah.

Gambar 5. Perbandingan peluruhan suhu air dalam gelas I, II dan III

173
Taat Guswantoro Jurnal EduMatSains, Januari 2017|Vol. 1| No.2

Tabel 4. Perhitungan koefisien konveksi dari gelas I, II dan III.


α (s-1) mw (kg) ma (kg) A (m2) h (W/m2.OC)
Gelas I 4,87 104 0,058 0,130 1,50  10 2 19,3
Gelas II 4,14 104 0,101 0,233 2,16 102 20,4
4 2
Gelas III 3,56  10 0,139 0,488 3,86 10 20,0
h  19,9  0, 6 W/m2.OC

Perpindahan secara konveksi dapat ruangan laboratorium sebesar


terjadi secara alami maupun dengan h  19,9  0, 6 W/m2.OC. Jika terdapat
paksaan. Konveksi secara alami pergerakan sebuah benda seluas 1 m2 yang memiliki
partikel pemindai panas terjadi karena suhu 1OC lebih tinggi dari suhu ruangan
perubahan massa jenis partikel tersebut maka energi panas benda tersebut akan
setelah menerima panas, sedangkan pada hilang sebesar 19,9 J tiap detiknya.
konveksi paksa partikel pemindai panas
dengan sengaja dialirkan untuk mengambil KESIMPULAN
panas. Pada penelitian ini partikel pemindai Pendinginan air dapat terjadi karena
panas adalah udara di ruangan laboratorium adanya perpindahan panas secara konveksi
tidak dengan sengaja dialirkan ke air dan dari air panas ke udara. Pada proses
gelas, sehingga proses konveksi pada pendinginan air persamaan suhu terhadap
penelitian ini adalah konveksi secara alami. waktu merupakan persamaan eksponensial
Perhitungan koefisien konveksi alami peluruhan, sesua dengan hukum Newton
dari penelitian ini dengan menggunakan tentang pendinginan. Besarnya konstanta
persamaan (11) yang disajikan pada tabel 4. pendinginan menunjukkan seberapa cepat
Luas penampang A diperoleh dengan air akan menjadi dingin ketika dibiarkan
mengasumsikan bahwa gelas berbentuk bebas di udara. Besarnya konstanta
silinder dan bagian bawah gelas tidak pendinginan tidak lepas dari besarnya
mengalami kontak dengan udara, sehingga koefisien konveksi udara. Dari penelitian
perhitungan luas adalah luas penampang diperoleh nilai koefisien konveksi udara
lingkaran gelas ditambah dengan luas sebesar h  19,9  0, 6 W/m2.OC, yang
selimut silinder. berarti jika terdapat sebuah benda seluas 1
Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa m2 yang memiliki suhu 1OC lebih tinggi
besarnya koefisien konveksi udara di dalam dari suhu ruangan maka energi panas benda

174
Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk

tersebut akan hilang sebesar 19,9 J tiap Penukar Panas Jenis Pipa dan
detiknya. Kawat, Jurnal Teknik Kimia Vol.7,
No.1, September 2012
UCAPAN TERIMAKASIH Putra, Nandy., Maulana, Syahrial., Koestoer,
Penulis mengucapkan terimakasih R.A., Danardono A.S., 2005,
kepada rekan-rekan dosen Program Studi Pengukuran Koefisien Perpindahan
Pendidikan Fisika, Universitas Kristen Kalor Konveksi Fluida Air
Indonesia dan kepada Pimpinan Fakultas Bersuspensi Nano Partikel(Al2O3)
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas pada Fintube Heat Exchanger,
Kristen Indoneisa. Jurnal Teknologi, Edisi No. 2,
Tahun XIX, Juni 2005, 116-125
DAFTAR PUSTAKA ISSN 0215-1685
Giancolli, Douglas C.2001.FISIKA Jilid 1 Ramadhanti, Putri., Fathurohman, Apit.,
Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga. 2014, Penggunaan Coachlab II+
Margenau, Henry., Watson, William W., dalam Menentukan Koefisien
Montgomery, C.G., 1953, Physics: Konveksi, diakses pada tanggal 4
Principles and Application Second april 2016 dari
Edition, McGraw Hill. http://ejournal.unisri.ac.id/index.php
Ma’sum, Zuhdi., Arsana, Made., Malik, /jipf/view/1806/751.
Fathurrahman., Priyono, Wahyudi., Tipler, P.A., 1998, Fisika untuk Sains dan
Altway, Ali., 2012. Analisis Teknik Jilid 1 (Terjemahan),
Perpindahan Panas dengan Jakarta : Erlangga
Konveksi Bebas Dan Radiasi pada

175
Taat Guswantoro Jurnal EduMatSains, Januari 2017|Vol. 1| No.2

176

Anda mungkin juga menyukai