HASIL ORIENTASI
bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
unit pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Palembang
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
3) E-katalog LKPP
TPO.
62
63
berdasarkan pada :
Alokasi anggaran
Koordinator persediaan
Petugas Gudang
farmasi
Ka. IFRS
epidemiologi dianggap tidak akurat karena pola suatu penyakit selalu berubah-
kebutuhan ruangan.
IFRS.
menggunakan sistem tender terbuka yang bisa dilakukan secara online atau
65
disebut juga Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dengan anggaran dana
lebih besar atau sama dengan 200 juta. Sistem tender terbatas biasanya untuk
alkes yang telah diketahui spesifikasinya dan jelas sehingga tender bisa dilakukan.
seperti alkes, foto rontgen, kassa, betadin dalam jumlah besar, dan lain-lain.
diperkirakan 3-6 bulan kedepan sehingga dapat menghemat dana, waktu, tenaga
Tahap-tahapan tender :
Elektronik (LPSE).
ditenderkan.
f) Jika sesuai bisa diterima, namun jika tidak dibatalkan dan harus diberi
pengadaan.
66
sebelumnya.
jumlah ODHA yang mendapat terapi ARV dan infeksi Oportunistik (IO)
tiap bulan.
b) Petugas farmasi dari tim CST membuat perencanaan jumlah obat ARV
farmasi dengan harga yang layak dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan
1) E-purchasing
dikumpulkan ke dalam buku pesanan obat atau alat kesehatan. Setelah mendapat
persetujuan dari kepala Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin maka
dibuatlah surat pesanan yang ditujukan kepada distributor atau PBF. Tiap gudang
akan memesan obat dalam dua minggu sekali berdasarkan kebutuhan bangsal-
perencanaan tersebut.
menyetujuinya.
distributor.
Ka IFRS
pembelian kredit.
4.2.3 Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang diadakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) dilaksanakan oleh Panitia
(PPHP) telah terlibat tenaga apoteker. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP)
memeriksa sediaan farmasi yang dikirim oleh rekanan atau distributor sesuai surat
71
Bila barang yang tercantum dalam surat pesanan (SP) telah sesuai dengan
spesifikasi barang (tanggal kadaluarsa, merek, macam atau jenis, jumlah, dan
harga) dan faktur selanjutnya dibuat Berita Acara Penerimaan oleh Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) untuk sistem pengadaan secara tender dan E-
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diadakan
kesehatan dan bahan medis habis pakai harus dientri ke komputer SIRS (Sistem
Berita Acara Penerimaan Barang, faktur, dan Surat Pesanan akan digunakan
rekanan atau distributor untuk mengajukan tagihan kepada pihak rumah sakit.
dari distributor :
sehingga user dapat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai.
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
c. Menjaga ketersediaan.
LASA (Look Alike Sound Alike) adalah istilah yang dipakai untuk obat yang
mempunyai nama, tampilan dan ucapan yang mirip. Obat ini harus diletakkan
ditempat yang terpisah dengan obat yang lain mempunyai kemiripan. Untuk
pada satu area namun untuk obat yang mempunyai kemiripan diletakkan terpisah
satu sama lain dengan cara memisahkannya dengan obat lain yang berbeda. Stiker
LASA berwarna kuning cerah bertuliskan “LASA”. Contoh obat yang diberi label
2. High Alert
73
Obat yang berkategori High Alert adalah obat yang menimbulkan cedera
Misalnya :
blocking agents.
secara terpisah.
Stiker obat ini berwarna merah dan bertuliskan “High Alert”. Kategori obat
trombolitik (alteplase)
f. Dextrose 40%
k. Obat-obat Khusus seperti: insulin subcutan dan IV, KCl pekat untuk
3. Sitostatik
Adalah obat kanker yang mempunyai efek toksin dan perlu tindakan hati-
hati dalam penanganannya. Stiker obat ini berwarna ungu dan bertuliskan “obat
kanker tangani dengan hati-hati”. Contoh obat kanker yang diberi label ini yaitu
4. Trolly Emergensi
Penyimpanan pada kit emergensi diletakkan pada akses terdekat dan selalu
siap dipakai. Dipakai hanya untuk keadaaan emergensi dan setelah dipakai
petugas harus melapor untuk segera diganti. Obat pada kit emergensi di cek secara
5. Radio Aktif
Penyimpanan untuk bahan berbahaya dan beracun terpisah dari obat atau
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai lainnya. Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan pada gudang B3. Pada gudang B3 terdapat
Alert.
c. Bentuk sediaan
d. Disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First
1. Gudang Reguler
Gudang Reguler melayani permintaan obat dari TPO Rawat Inap, TPO Rawat
jalan, TPO Instalasi Bedah sentral meliputi TPO COT (Central Operation
Theater) atas dan bawah, TPO Graha Speasialis, TPO Brain and Heart Center,
TPO Instalasi Gawat Darurat atas/bawah, dan TPO Kemoterapi. Seluruh obat di
gudang reguler adalah obat bermerek dagang yang mengacu pada Formularium
bentuk sediaan, serta kategori obat (LASA, High Alert, Kanker). Vaksin disimpan
pada lemari es pada suhu 2 – 8 °C yang dicek pada pagi dan sore. Di tiap gudang
menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
2. Gudang BPJS
76
Gudang BPJS mulai berjalan sejak berlakunya era BPJS awal tahun 2014,
gudang ini merupakan gabungan dari gudang ASKES dan Jamkesmas. Gudang
BPJS melayani seluruh TPO sama seperti gudang lainnya. Sebagian besar obat-
obat di BPJS adalah obat generik, namun ada juga obat bermerek dagang dan obat
berdasarkan alpabetis dan berdasarkan bentuk sediaan, serta kategori obat (LASA,
maka obat yang berkategori LASA seperti asam traneksamat ampul yang
memiliki dosis sediaan berbeda misalnnya 250 mg dan 500 mg, maka boleh
diletakkan tidak berdampingan, dipisah oleh obat lain agar tidak terjadi kesalahan
pengambilan obat.
lain-lain untuk. Selain itu di ruangan ini terdapat lemari khusus menyimpan
narkotik dan psikotropika seperti codipront sirup, petidin injeksi dan lain-lain.
Di gudang ini adalah tempat memproduksi sediaan non steril yang akan
didistribusikan ke TPO, contohnya ,larutan asam salisilat, larutan H2O2 dan lain-
lain. Ruangan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan etanol dalam jerigen.
Selain itu, tempat penyimpanan bahan baku serta alat untuk produksi, contohnya
77
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
dan jumlah.
sistem :
Sistem distribusi obat dan alat kesehatan dari instalasi farmasi ke TPO
menggunakan sistem disentralisasi yaitu pelayanan resep atau obat diapotek satelit
yang ada diunit masing-masing bagian atau instalasi. Penyaluran obat dari
sehingga efesien dan efektif. Kemudian yang mengambil obat ke gudang instalasi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin menggunakan sistem satu pintu artinya semua TPO
hanya dapat mengambil obat dari satu tempat yaitu gudang instalasi farmasi.
faktur tanda bukti penyerahan obat untuk ditandatangani dan obat akan diberikan
dengan cara One Day Dose Dispensing (ODD). Pemberian obat secara ODD
hanya khusus untuk pasien rawat inap. Dalam sistem ini dokter menuliskan resep
untuk pasien rawat inap yang berlaku untuk tiga hari namun dalam obat yang
bangsal rumah sakit sesuai dengan resep oleh tenaga teknis kefarmasian di
masing-masing TPO. Cara ini dilakukan di TPO rawat inap, TPO brain heart
tersebut. Sistem ini banyak digunakan di ruangan bedah tetapi cara ini tidak
Sistem resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter langsung untuk
tiap pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan
oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan resep. Sistem ini dilakukan oleh
79
TPO graha spesialis dan TPO rawat jalan. Pasien membawa resep dari dokter dan
memberikan kepada petugas farmasi di TPO tersebut dan obat langsung dapat
diterima oleh pasien. Tetapi untuk TPO kemoterapi, perawat akan membawa
resep obat yang akan dicampurkan untuk pasien kemoterapi, petugas farmasi akan
Cara distribusi individual dari TPO langsung ke dokter dilakukan oleh TPO
instalasi gawat darurat dan TPO bedah sentral dan COT bawah. Dokter menulis
obat dan alat kesehatan di kartu instruksi medis dan mendapatkan obat serta alat
kesehatan secara langsung untuk keperluan pasien, apabila pasien akan pindah
ruangan kartu instruksi medis akan diberikan kepada pasien. Kemudian apabila
pasien pulang, kartu instruksi medis tersebut diberikan ke administrasi dan pasien
membayar obat di kasir lalu mendapatkan obat lanjutan di TPO instalasi gawat
darurat. Ada juga cara yang distribusi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pasien apabila kekurangan di TPO yaitu meminjam dari TPO ke TPO
lain.
Cara distribusi obat atau alat kesehatan dari TPO ke TPO lain adalah untuk
Dormicum tiga namun stok di TPO habis, maka TPO rawat inap akan meminta
obat Dormicum ke TPO COT bawah. Prosedurnya adalah petugas TPO rawat inap
mendatangi TPO COT bawah, nantinya obat Dormicum akan dientri ke komputer
dan diprint. Bukti permintaan yang diprint dua lembar diberikan ke TPO rawat
inap, dua lembar lagi ke COT bawah. Obat diberikan ke petugas TPO rawat inap,
gudang, yang mencatat adalah petugas gudang. Pada saat barang masuk dan
TPO memesan obat maka secara otomatis jumlah obat akan berkurang
dikomputer. Untuk obat yang diretur dari TPO ke gudang dilakukan lewat SIMRS
(posting balik).
pasien, maka jumlah obat akan berkurang di komputer. Jadi sebelum resep
3. Pelaporan narkotika
Seluruh resep atau copy resep narkotika tiap-tiap TPO akan dikumpulkan
dan diberikan ke gudang logistik dan dilaporkan ke Dinkes Provinsi, Dinkes Kota
dan BPOM.
pengobatan pasien sangat bergantung dari proses pelayanan obat, karena di TPO
tenaga farmasi dapat berkomunikasi langsung dengan pasien. Interkasi yang baik
obat (TPO) antara lain rawat inap, rawat jalan, instalasi bedah sentral (COT atas
dan bawah), graha spesialis, IRD, OK IRD, BHC, kemoterapi, DOTS dan ARV.
Proses pelayanan obat di masing-masing TPO berbeda satu sama lain, karena
masing-masing TPO memiliki fungsi tersendiri sesuai tempat dan situasi pasien
yang dilayani. Berikut adalah uraian masing-masing TPO RSUP Dr. Mohammad
Hoesin:
TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk seluruh pasien rawat inap
baik BPJS maupun umum. Pelayanan obat dan alat kesehatan di TPO ini
dilakukan oleh petugas dengan cara mengantarkan langsung obat dan alat
Tempat Pelayanan Obat (TPO) Rawat Inap yang melayani Ruang Rawat
Inap dan TPO lain. Buka 24 jam (Senin-Minggu) dengan pembagian kerjamenjadi
3 Shift (Pagi jam 08:00 – 14:00, Siang jam 14:00 – 21:00, dan Malam jam 21:00 –
08:00.
Ka. IFRS
A. Perencanaan
Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai
farmasi yang tidak tersedia/hampir habis langsung dicatat didalam buku amprah
setiap hari.
B. Pengadaan
dimana TPO Rawat Inap membuat surat permintaan perbekalan farmasi yang akan
pengadaan setiap hari (tidak ada laporan tertentu), perbekalan farmasi yang
farmasi lainnya.
C. Penerimaan
Sistem Penerimaan perbekalan farmasi yang datang dari gudang IFRS, langsung
TPO dengan Surat Distribusi Barang dari gudang farmasi. Kesesuaian hanya dari
sudah menganut sistem online, maka sistem penerimaan barang bukan saja dari
Gudang Farmasi, obat yang dibutuhkan juga bisa diperoleh dari TPO lain yang
farmasi tersebut juga bisa dipesan ke TPO lain. (Adanya surat permintaan ke TPO
yang dituju). Permintaan perbekalan farmasi ke TPO lain sama halnya dengan
D. Penyimpanan
dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang
perbekalan farmasi pada rak besar yang mampu menampung lebih dari 200 item
perbekalan farmasi. Obat narkotik dan psikotropika disimpan pada rak kayu yang
digantung kuat pada dinding namun mudah dijangkau dan tidak bisa diangkat
dengan sistem keamanan double lock. Perbekalan farmasi high alert di simpan
pada tempat tertentu diletakkan pada rak tersendiri yang diberi tanda garis merah,
Look Alike Sound Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang
85
mirip atau cara menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya
berbeda sehingga rentan untuk terjadi kesalahan diberi sticker berwarna kuning
bertuliskan “ LASA”.
E. Pendistribusian
(ODDD).
Prosedur :
masing-masing bangsal.
(CPPF) sesuai dengan permintaan dan aturan pakai yang ditulis dokter.
(persekali makan).
Untuk pemakaian obat pada siang hari, TTK langsung menyerahkan obat ke
Perbekalan farmasi khususnya obat yang tidak lagi digunakan oleh pasien
misal pasien tersebut obatnya diganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke
TPO sesuai dengan prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada
F. Pemusnahan
karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO Rawat Inap tidak
pemusnahan barang.
G. Pengendalian
CPPF ini dapat di lihat jenis perbekalan farmasi yang telah di berikan kepada
Perbekalan farmasi khususnya obat yang tidak lagi digunakan oleh pasien
misal pasien tersebut obatnya di ganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan
87
1) Pencatatan :
2) Pelaporan :
rawat jalan di Rumah Sakit. Sistem permintaan obat di TPO IRJ adalah sistem
resep perorangan yang secara langsung bertatap muka dan memberikan pelayanan
beberapa TPO yang dibagi berdasarkan status penjamin pasien antara lain TPO
BPJS lantai I, TPO Graha Spesialis lantai I. Pelayanan di TPO IRJ buka dari
A. Perencanaan
Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai
B. Pengadaan
melalui SIM-RSMH. Perbekalan farmasi yang akan di pesan atau diminta dapat di
cek melalui komputer online, apakah perbekalan farmasi tersebut tersedia atau
maka karyawan gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan
89
TTK dari TPO akan mengambil perbekalan farmasi ke gudang.. Sistem pengadaan
C. Penerimaan
TPO Rawat Jalan. Pengecekan barang yang diterima disesuaikan dengan daftar
perbekalan farmasi yang tercatat di surat distribusi barang dari gudang maupun
TPO lain. Kesesuaian hanya dilihat dari nama dan jumlah perbekalan farmasi
yang diminta.
D. Penyimpanan
secara alfabetis. Perbekalan farmasi diletakkan pada tempat yang telah disiapkan
yaitu berupa rak untuk perbekalan farmasi dan lemari khusus untuk obat
berwarna ungu. Sedangkan perbekalan farmasi yang stabil pada suhu rendah
disimpan pada lemari pendingin khusus obat. Ada obat-obat LookAlike Sound
Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang mirip atau cara
menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya berbeda sehingga
LASA”. Perbekalan farmasi high alert di simpan pada tempat tertentu diletakkan
pada rak tersendiri yang diberi tanda label merah bertuliskan ”high alert”, agar
E. Pendistribusian
90
hari, untuk melihat obat yang diambil sudah jadwal atau belum.
c. Petugas lain akan menyiapkan etiket, menyiapkan obat, obat tersebut akan
F. Pengendalian
obat yang tidak lagi digunakan oleh pasien misal pasien tersebut obatnya diganti
pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada menu retur yang ada dalam
SIM RS.
G. Pemusnahan
karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO Rawat Jalan tidak
91
pemusnahan barang.
1) Pencatatan :
2) Pelaporan :
pasien, jenis kelamin, berat badan, umur, alamat, nama dan paraf dokter, tanggal
jaminan kesehatan pasien. Pengkajian farmasetis diketahui dari ada atau tidaknya
nama, bentuk, kekuatan, dan jumlah obat dalam resep, signa dan aturan pakai,
stabilitas obat, ketersediaan obat dan aturan atau cara dispensing. Sementara data
formularium, riwayat alergi, efek aditif, efek samping obat, dan ada atau tidaknya
obat penting atau high alert yang dalam penggunaannya memerlukan cara khusus
akan diserahkan di ruang konsultasi obat dengan disertai edukasi dan informasi
TPO ini merupakan apotek rumah sakit yang melayani obat atau alat
secara tunai bagi pasien umum atau kredit bagi pasien jaminan/perusahaan.
Sistematis kerja di TPO ini dibagi berdasarkan 2 shift, yaitu shift pagi (pukul
A. Perencanaan
Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai
B. Pengadaan
melalui SIM-RSMH. Perbekalan farmasi yang akan di pesan atau diminta dapat di
cek melalui komputer online, apakah perbekalan farmasi tersebut tersedia atau
maka karyawan gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan
persediaan digudang kosong, TPO dapat meminta perbekalan farmasi ke TPO lain
dengan cara meminjam, tapi data perbekalan farmasi yang di pinjam dari TPO
pengadaan dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan dan TPO menyimpan lembaran
C. Penerimaan
TPO graha spesialis. Pengecekan barang yang diterima disesuaikan dengan daftar
perbekalan farmasi yang tercatat dibuku amprah dan surat distribusi barang dari
gudang maupun TPO lain. Kesesuaian hanya dilihat dari nama dan jumlah
D. Penyimpanan
secara alfabetis. Perbekalan farmasi diletakkan pada tempat yang telah disiapkan
yaitu berupa rak untuk perbekalan farmasi biasa dan lemari khusus untuk obat
berwarna ungu. Sedangkan perbekalan farmasi yang stabil pada suhu rendah
disimpan pada lemari pendingin khusus obat. Ada obat-obat Look Alike Sound
Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang mirip atau cara
menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya berbeda sehingga
LASA”. Perbekalan farmasi high alert di simpan pada tempat tertentu diletakkan
95
pada rak tersendiri yang diberi tanda label merah bertuliskan ”high alert”, agar
E. Pendistribusian
spesialis. Dengan mekanismenya yaitu resep yang diterima oleh Tenaga teknis
menyetujui untuk menebus perbekalan farmasi, pasien akan dibuatkan surat yang
berisi total harga perbekalan farmasi yang dapat langsung dibayar pada bagian
administrasi. Bukti pembayaran terdiri dari 2 lembar yaitu lembar pertama untuk
bagian administrasi dan lembaran kedua untuk pihak apotik. Apabila pasien telah
F. Pengendalian
Pengembalian obat yang tidak digunakann oleh pasien misal pasien tersebut
obatnya diganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke TPO sesuai dengan
prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada menu retur yang ada
G. Pemusnahan
karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO Graha Spesialis
pemusnahan barang.
1) Pencatatan :
perbekalan farmasi yang ada di TPO sesuai dengan jumlah perbekalan farmasi
2) Pelaporan :
TPO ini adalah tempat atau pengambilan obat dan alat kesehatan untuk
pasien yang membutuhkan pertolongan pertama dan cepat. TPO ini mempunyai
jam kerja 24 jam melayani obat dan alat kesehatan secara tunai dan kredit serta
dapat melayani permintaan obat dengan resep maupun kartu instruksi medis.
Sistem kerja di TPO Rawat Darurat ini dibagi menjadi 3 shift yaitu shift 1 (pk
terdapat di dua lantai IRD, yaitu di IRD lantai 1 dan 2. Pelayanan kefarmasian di
dengan kondisi yang tidak stabil sehingga memerlukan penanganan yang cepat.
98
A. Perencanaan
Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai
B. Pengadaan
RSMH. Perbekalan farmasi yang akan di pesan atau diminta dapat di cek melalui
komputer online, apakah perbekalan farmasi tersebut tersedia atau tidak di gudang
gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan TTK dari TPO
kosong, TPO dapat meminta perbekalan farmasi ke TPO lain dengan cara
meminjam, tapi data perbekalan farmasi yang di pinjam dari TPO tersebut akan
setiap hari sesuai kebutuhan dan TPO menyimpan lembaran bukti permintaan
C. Penerimaan
perbekalan farmasi yang tercatat dan pada surat distribusi barang dari gudang
maupun TPO lain. Kesesuaian hanya dilihat dari nama dan jumlah perbekalan
D. Penyimpanan
berupa rak untuk perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang stabil pada suhu
rendah disimpan pada lemari pendingin khusus obat. Ada obat-obat Look Alike
Sound Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang mirip atau
cara menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya berbeda
sehingga rentan untuk terjadi kesalahan diberi sticker berwarna kuning bertuliskan
“LASA”. Perbekalan farmasi high alert di beri tanda label merah bertuliskan
E. Pendistribusian
diperiksa dan diberikan tindakan medis oleh dokter, kemudian dokter akan
Farmasi sesuai dengan kasus pasien seperti bedah, obgyn dll. setiap obat yang
diambil dan dibawa untuk proses pemindahan kamar, khusus untuk pasien yang
tidak akan menjalani rawat inap maka catatan pemberian obat akan diminta di
F. Pengendalian
Pengembalian obat yang tidak digunakann oleh pasien misal pasien tersebut
obatnya diganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke TPO sesuai dengan
prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada menu retur yang ada
G. Pemusnahan
karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO IRD tidak
pemusnahan barang.
a) Pencatatan :
sistem komputerisasi.
Tujuannya untuk mutasi perbekalan farmasi yang ada di TPO sesuai dengan
b) Pelaporan :
TPO bedah sentral adalah tempat pengambilan obat dan alat kesehatan yang
dibutuhkan selama operasi pembedahan. TPO ini melayani obat atau alat
kesehatan selama 24 jam serta yang dibutuhkan berdasarkan kartu instruksi medis.
penggunaan obat selama operasi yang belum tertulis dalam kartu instruksi medis
102
akan diberitahukan kepada keluarga pasien setelah operasi dilakukan. TPO bedah
A. COT atas
Tempat Pelayanan Obat (TPO) COT Atas merupakan salah satu dari dua
belas tempat pelayanan obat yang ada di IFRS RSMH. TPO ini melayani semua
pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan (operasi) yang sudah terjadwal
Jam Kerja
permintaan tertulis dari dokter menggunakan kartu instruksi medis (KIM). Khusus
di KIM, petugas TPO menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan langsung
diserahkan kepada dokter yang meminta. Setelah selesai operasi, petugas meng-
entri perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien kedalam SIM RS, setelah
pasien selesai operasi dan pindah ruangan, kartu instruksi medis dicek dan
B. COT bawah
TPO COT bawah adalah tempat pelayanan obat di Instalasi farmasi RSMH
yang melayani3 ruang rawat inap :Ruang GICU (General Intensive Care Unit),
103
Ruang PICU (Pediatrik Intensive Care Unit), Ruang NICU (Neonatus Intensive
Care Unit)Serta melayani proses operasi yang tidak terjadwal. Jam kerja terdiri
dari 3 shift yaitu Pagi (07.00 - 14.00 WIB), Sore (14.00 - 21.00 WIB), Malam
Semua obat didistribusikan dengan sistem pengemasan ODDD (One Day Dose
Farmasi
unit terkecil (persekali pemberian, misalnya pagi hari, siang dan malam),
dengan perawat.
104
6. TPO Kemoterapi
pemberian, pelarut yang akan digunakan, data berat badan, tinggi badan,
d. Obat dan Protokol permintaan yang sudah diperiksa lalu dicatat pada
e. Setelah obat dan cairan dihitung jumlahnya dan siap untuk dimasukkan
g. Obat yang sudah di-handling dimasukkan dalam pass box lagi, kemudian
dilakukan serah terima obat oleh petugas TPO kemoterapi dengan perawat
ruangan.
dinding, lantai, dan langit–langit permukaannya halus tidak ada celah dengan
APD serta BSC. Ada 2 tipe aliran Laminar Air Flow (LAF) yakni horizontalair
106
flow dan vertical air flow. Horizontal air flow merupakan aliran udara yang
langsung mengarah ke petugas. Alat ini digunkan untuk pencampuran obat steril
non toksik sedangkan vertical air flow merupakan aliran udara yang langsung
sitostatika digunakan BSC yang merupakan LAF (vertical air flow) memiliki
(horizontal air flow) memiliki tekanan positif di dalam LAF dibandingkan di luar
ruangan.
Passbox adalah tempat masuknya keluarnya alat dan bahan obat sebelum
pintu pass box harus dibuka secara bergantian. Meminimalisir kontaminasi juga
dapat dilakukan dengan menyediakan ruang antara yang digunakan petugas untuk
menggunakan kertas karbon atau kantong plastik berwarna hitam atau dengan
aluminum foil dan suhu penyimpanan 2-8˚ C disimpan dalam lemari pendingin
atau sesuai dengan suhu stabilitas masing-masing sediaan. Sediaan yang sudah
siap akan didistribusikan pada TPO yang telah melakukan permintaan dan
waktu pengiriman dan rute pengiriman. Wadah harus tertutup rapat dan terlindung
cahaya dan obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu
sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur umum atau ramai untuk
lingkungan.
SPO, antara lain menggunakan alat pelindung diri (APD), menempatkan limbah
pada container buangan tertutup, memberi label peringatan pada bagian luar
pasien rawat inap dilakukan oleh TPO Rawat Inap. Sedangkan untuk pasien rawat
jalan dilayani TPO Rawat Jalan. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama
dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan
farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan
indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan
ESO, kontra indikasi dan efek aditif) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Setelah resep ditelaah oleh apoteker, bila ditemukan masalah terkait obat
apoteker mengkonsultasikan kepada dokter penulis resep. Untuk resep yang tidak
tepat akan dicatat pada lembar telaah lalu diarsipkan di setiap unit.
b. Duplikasi terapeutik
c. Alergi
d. Interaksi Obat
e. Kontra Indikasi
pada saat asesemen awal pasien rawat inap, dokter mengidentifikasi apakah pasien
membawa obat dari luar yang sedang digunakan (obat dari rumah sakit
pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dan untuk antar ruang perawatan
dokter menuliskan obat yang telah digunakan pada form transfer pasien. Jika
pasien membawa obat dari luar, maka dokter menuliskan pada Form Rekonsiliasi
109
tersebut ke dalam CPPF dengan menggunakan tinta merah dan obat tersebut
akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain
kesehatan dan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit
Apoteker.
penyuluhan
sesuai jadwal
pengawasan mutu data atau informasi obat dan keputusan professional. Informasi
secara aktif diberikan dalam bentuk seperti leaflet yang dibuat setiap tahun yang
memberikan jawaban atas setiap pertanyaan yang masuk sesuai dengan kebutuhan
baik.
4.4.5 Konseling
lantai I dan II, sedangkan konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang
yang memberikan informasi obat kepada pasien dan keluarga pasien dengan
seorang Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian yang memiliki keahlian spesifik
Informasi yang diberikan pada pasien saat konseling adalah terkait dengan
nama obat, dosis, indikasi obat, tujuan pemakaian obat, cara pemakaian, saat
pemakaian obat, aturan pakai obat, lama pemakaian obat, yang harus dilakukan
kalau lupa, risiko kalau aturan pemakaian tidak dipatuhi, ESO yang umum terjadi,
pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Selain itu konseling juga ditujukan
sasaran yang dikonseling adalah pasien dan keluarga pasien, farmasis perlu
gejala-gejala yang timbul bila terjadi ESO, serta mengkonfirmasi kepada pasien
apakah gejala-gejala yang telah disebutkan terjadi pada pasien atau tidak.
Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian juga perlu menjelaskan cara untuk
mengatasi bila terjadi ESO agar pasien memahami hal yang harus dilakukan bila
mengalami ESO. Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian perlu menjelaskan cara
112
penggunaan obat mulai dari cara pakainya misalnya memasang alat sampai cara
Tenaga teknis kefarmasian perlu mengatur jadwal minum obat dengan melibatkan
minum obat sehingga tercapai efek terapi yang diharapkan, jadwal minum obat
yang teratur tergantung pada jam makan pasien sehingga untuk memudahkan
maka disepakati jam makan, terutama makan pagi, siang dan malam, kemudian
ditulis pada etiket jadwal minum obat agar pasien mengingatnya. Informasi lain
yang perlu disampaikan adalah tentang gaya hidup, misalnya perubahan pola
dibatasi dan lain lain, hal ini untuk menunjang terapi yang didapatkan oleh pasien
4.4.6 Visite
dilakukan oleh Apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan
pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat. Visite di RSUP
M.Hoesin masih dilakukan secara mandiri, belum melakukan visite tim bersama
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Bila tenaga
kesehatan menemukan Efek Samping Obat (ESO) yang tidak lazim, maka farmasi
klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika
kasus yang didapat ternyata memang Efek Samping Obat (ESO) yang tidak lazim
dan berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir Efek
Samping Obat (ESO) dan selanjutnya dikirim ke pusat MESO Nasional melalui
a. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping
Dr. Mohammad Hoesin telah dilakukan oleh farmasi, yaitu Apoteker dan TTK
pencampuran obat suntik non sitostatika dan nutrisi parenteral dilakukan oleh
perawat.
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Namun
pelaksanaan pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
belum dilakukan, karena fasilitas alat belum tersedia. Sebaiknya segera diterapkan
pemantauan kadar obat dalam darah guna meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), sehingga dapat