Anda di halaman 1dari 53

BAB IV

HASIL ORIENTASI

4.1. Instalasi Farmasi RSUP M.Hoesin Palembang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 pasal 3

ayat 2 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, menyebutkan

bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan

administrasi. Permenkes inilah yang menjadi acuan kegiatan di Instalasi Farmasi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam melaksanakan tugasnya sebagai

unit pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

4.2 Manajemen Persediaan Farmasi RSUP dr. Mohammad Hoesin

Palembang

4.2.1 Perencanaan Perbekalan Farmasi

Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan

jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan

kesehatan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Pemilihan obat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin, diantaranya :

1) Daftar formularium nasional dan e-katalog.

2) Formularium rumah sakit.

3) E-katalog LKPP

Pemesanan obat dilakukan oleh koordinator atau kepala tim masing-masing

TPO.

62
63

Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi di RSMH untuk

merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui proses

pembelian secara langsung dan tender terbuka.

1) Perencanaan Perbekalan Farmasi (Pembelian Langsung)

a) Petugas gudang mengumpulkan data untuk perencanaan awal

berdasarkan pada :

 Formularium atau standar lain yang berlaku.

 Jumlah pemakaian perbekalan farmasi obat atau alkes sebelumnya.

 Alokasi anggaran

 Penetapan prioritas obat

 Waktu tunggu pemesanan obat

a) Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa dan disusun sebagai

bahan untuk pengajuan ke koordinator persediaan farmasi.

b) Berdasarkan pengajuan dari gudang, koordinator persediaan farmasi

mengolah dan menganalisa kemudian membuat perencanaan.

c) Koordinator persediaan farmasi mengajukan ke Ka IFRS.

d) Ka IFRS menganalisa dan setelah perencanaan tersebut disempurnakan

dan disimpulkan tepat akan menyetujui dan menandatangani

Koordinator persediaan
Petugas Gudang
farmasi

Ka. IFRS

Gambar 1. Alur Perencanaan Perberkalan Farmasi (Pembelian Langsung)


64

Perencanaan perbekalan farmasi pembelian langsung di instalasi farmasi

RSMH menggunakan metode konsumsi. Hal ini dikarenakan metode konsumsi

dinilai lebih sesuai dibandingkan dengan metode epidemiologi. Metode

epidemiologi dianggap tidak akurat karena pola suatu penyakit selalu berubah-

ubah sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakakuratan dalam proses

perencanaan perbekalan farmasi, sehingga bisa menyebabkan terjadi penimbunan

dan juga kekurangan serta kekosongan stok perbekalan farmasi. Perencanaan

dengan menggunakan pembelian secara langsung untuk kebutuhan dua minggu

dilihat dari data penggunaan sebelumnya.

2) Perencanaan Perbekalan Farmasi (Tender)

a) Koordinator persediaan farmasi merekapitulasi data yang sudah dibuat

oleh petugas gudang berdasarkan kebutuhan pelayanan pasien terutama

kebutuhan ruangan.

b) Selanjutnya data-data tersebut diolah dan dianalisa kemudian disusun

sebagai bahan Rencana Anggaran Belanja (RAB) untuk pengajuan ke Ka

IFRS.

c) Ka IFRS menganalisa dan setelah perencanaan tersebut disempurnakan

dan disimpulkan tepat akan menyetujuinya.

d) Selanjutnya RAB diajukan kepada direktur dan Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) untuk mendapat persetujuan.

e) RAB yang telah disetujui dikirim ke Unit Layanan Pengadaan.

Sistem pengadaan perbekalan farmasi yang dilakukan adalah dengan

menggunakan sistem tender terbuka yang bisa dilakukan secara online atau
65

disebut juga Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dengan anggaran dana

lebih besar atau sama dengan 200 juta. Sistem tender terbatas biasanya untuk

alkes yang telah diketahui spesifikasinya dan jelas sehingga tender bisa dilakukan.

Barang-barang yang ditenderkan adalah barang yang secara kontinue dipakai

seperti alkes, foto rontgen, kassa, betadin dalam jumlah besar, dan lain-lain.

Metode tender digunakan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi

diperkirakan 3-6 bulan kedepan sehingga dapat menghemat dana, waktu, tenaga

hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia.

Tahap-tahapan tender :

a) Pengumuman acara tender melalui sistem Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE).

b) Distributor mendaftar di ULP.

c) Dari distributor yang mendaftar dilakukan evaluasi dengan dokumentasi

yang dilampirkan oleh distributor.

d) Diambil distributor yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan

dengan harga yang relatif sesuai.

e) Distributor terpilih dipanggil untuk dievaluasi bersama barang yang akan

ditenderkan.

f) Jika sesuai bisa diterima, namun jika tidak dibatalkan dan harus diberi

alasan dan dipilih distributor lain.

g) Spesifikasi barang yang ditenderkan didokumentasikan oleh panitia

pengadaan.
66

3) Perencanaan perbekalan farmasi yang tergolong bahan-bahan


berbahaya dan beracun (pembelian langsung)
a) Petugas gudang mengumpulkan data untuk perencanaan awal yang

didasarkan kepada jumlah pemakaian perbekalan farmasi bulan

sebelumnya.

b) Selanjutnya data-data tersebut diolah dan dianalisa dan disusun

sebagaibahan untuk pengajuan.

c) Berdasarkan pengajuan dari gudang, koordinator persediaan farmasi

mengolah dan menganalisa kemudian membuat perencanaan.

d) Koordinator persediaan farmasi mengajukan ke Ka IFRS.

e) Ka IFRS menganalisa, setelah perencanaan tersebut disempurnakan dan

disimpulkan tepat, akan menyetujui dan menandatanganinya.

4) Perencanaan obat Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)

a) Petugas farmasi dari tim DOTS menentukan jumlah pasien yang

mendapat terapi TB paru tiap bulan.

b) Petugas farmasi dari tim DOTS membuat perencanaan jumlah obat

DOTS untuk kebutuhan 3 bulan dengan memperhitungkan jumlah pasien

untuk tiap-tiap rejimennya dan diajukan ke Ka IFRS.

c) Ka IFRS menganalisa dan setelah menyetujui menandatanganinya,

kemudian diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Palembang .

Petugas farmasi Ka IFRS

Dinas Kesehatan Kota


Palembang

Gambar 2. Alur Perencanaan Obat DOTS


67

5) Perencanaan obat Anti Retro Viral (ARV)

a) Petugas farmasi dari tim Care Support Therapy (CST) menentukan

jumlah ODHA yang mendapat terapi ARV dan infeksi Oportunistik (IO)

tiap bulan.

b) Petugas farmasi dari tim CST membuat perencanaan jumlah obat ARV

untuk kebutuhan 3 bulan dengan memperhitungkan jumlah pasien untuk

tiap-tiap rejimennya dan diajukan ke Ka IFRS.

c) Ka IFRS menganalisa dan setelah menyetujui menandatanganinya,

kemudian diajukan ke Direktur Utama RSMH.

d) Setelah disetujui oleh Direktur Utama RSMH diajukan ke Kementerian

Kesehatan Pusat c.q. Ka Sub dit AIDS

Petugas farmasi Ka IFRS Direktur Utama RSMH

Kementerian Kesehatan Pusat c.q.


Ka Sub dit AIDS

Gambar 3. Alur Perencanaan Obat ARV

4.2.2 Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan

farmasi dengan harga yang layak dengan mutu yang baik, pengiriman barang

terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan

waktu yang berlebihan.


68

Pengadaan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin melalui :

1) E-purchasing

Pengadaaan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin dibuat berdasarkan kebutuhan dari masing-masing TPO yang

dikumpulkan ke dalam buku pesanan obat atau alat kesehatan. Setelah mendapat

persetujuan dari kepala Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin maka

dibuatlah surat pesanan yang ditujukan kepada distributor atau PBF. Tiap gudang

akan memesan obat dalam dua minggu sekali berdasarkan kebutuhan bangsal-

bangsal yang merujuk pada pedoman diatas.

2) Pengadaan perbekalan farmasi (pembelian langsung ke distributor)

a) Berdasarkan pengajuan perencanaan perbekalan farmasi dari Ka Instalasi

Farmasi, Pejabat Pembuat Komitmen membuat dan menganalisa

perencanaan tersebut.

b) Setelah perencanaan tersebut disempurnakan dan disimpulkan tepat

sesuai peraturan yang berlaku, maka Pejabat Pembuat Komitmen akan

menyetujuinya.

c) Koordinator persediaan farmasi menuliskan hasil analisa perbekalan

farmasi yang telah disetujui ke surat pesanan.

d) Selanjutnya diajukan ke Direktur Umum SDM dan Pendidikan untuk

disempurnakan tepat sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka

Direktur Umum SDM dan Pendidikan akan menyetujuinya.


69

e) Setelah mendapat persetujuan, surat pesanan tersebut diserahkan ke

distributor.
Ka IFRS

Pejabat Pembuat Komitment


(PPK)

Ka. Sub Instalasi Surat Pesanan


Administrasi Penunjang

Dirut SDM dan


Distributor
Pendidikan

Gambar 4. Alur Pembelian Langsung

3) Pengadaan perbekalan farmasi pembelian kredit ke apotik yang

kerjasama dengan RSUP Dr. Mohammad Hoesin

a) Petugas gudang menuliskan perbekalan farmasi yang dibutuhkan ke buku

pembelian kredit.

b) Selanjutnya koordinator persediaan farmasi mengajukan ke Ka IFRS

untuk dianalisa, jika disetujui petugas gudang membuat copy resep.

c) Petugas gudang menelepon apotek kerjasama yang menyediakan

perbekalan farmasi yang dibutuhkan dan petugas apotek tersebut

mengantarkannya ke gudang IFRS beserta nota pembelian kredit.

d) Petugas gudang menerima perbekalan farmasi sesuai prosedur

penerimaan perbekalan farmasi.

4) Pengadaan perbekalan farmasi (pembelian tunai)


70

a) Petugas gudang menuliskan perbekalan farmasi yang dibutuhkannya ke

buku pembelian tunai.

b) Selanjutnya koordinator persediaan farmasi mengajukan ke Ka IFRS

untuk dianalisa, jika disetujui petugas gudang membuat copy resep.

c) Petugas gudang menelepon apotek yang mnyediakan perbekalan farmasi

yang dibutuhkan dan langsung membeli ke apotek tersebut dengan

membawa copy resep.

d) Petugas gudang menerima perbekalan farmasi yang dibeli beserta

kwitansi rangkap 3 bermaterai cukup.

5) Pengadaan perbekalan farmasi yang belum pernah diadakan

a) Petugas gudang mencari informasi produk dan melaporkan ke Ka IFRS.

b) Ka IFRS memanggil principal perbekalan farmasi untuk melakukan

donasiperbekalan farmasi tersebut.

c) Ka IFRS berkoordinasi dengan PFT / Koordinator Pelayanan Medik

untuk memasukkanke dalam Formularium Rumah Sakit / DOPD (Daftar

Obat Pilihan Departement).

4.2.3 Penerimaan

Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

yang diadakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) dilaksanakan oleh Panitia

Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Di dalam Panitia Penerima Hasil Pekerjaan

(PPHP) telah terlibat tenaga apoteker. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP)

memeriksa sediaan farmasi yang dikirim oleh rekanan atau distributor sesuai surat
71

pesanan dan persyaratan – persyaratan yang mengikat misalnya sertifikat analisis.

Bila barang yang tercantum dalam surat pesanan (SP) telah sesuai dengan

spesifikasi barang (tanggal kadaluarsa, merek, macam atau jenis, jumlah, dan

harga) dan faktur selanjutnya dibuat Berita Acara Penerimaan oleh Panitia

Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) untuk sistem pengadaan secara tender dan E-

Purchasing. Untuk pengadaan langsung dibuat SP dan Kuitansi. Penerimaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diadakan

langsung dilakukan melalui gudang. Setiap penerimaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai harus dientri ke komputer SIRS (Sistem

Informasi Rumah Sakit).Kelengkapan berkas seperti Berita Acara Pemeriksaan,

Berita Acara Penerimaan Barang, faktur, dan Surat Pesanan akan digunakan

rekanan atau distributor untuk mengajukan tagihan kepada pihak rumah sakit.

Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan dalam penerimaan sediaan farmasi

dari distributor :

1) Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa (untuk mengetahui

kebenaran dan kemurnian produk)

2) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)

3) MSDSmenyertakan informasi mengenai penanganan jika terjadi

kecelakaan kerja. Informasi tersebut harus diteruskan kepada user

sehingga user dapat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai.

4) Expired date, berdasarkan Permenkes No 58 Tahun 2014 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit mencantumkan syarat pengadaan

perbekalan farmasi harus memilki nilai expired date minimal 2 tahun.


72

4.2.4 Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman

dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Tujuan penyimpanan adalah :

a. Memelihara mutu sediaan farmasi

b. Menghindari penggunaan-penggunaan yang tidak bertanggungjawab.

c. Menjaga ketersediaan.

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin sudah berlaku sistem penyimpanan

dengan pemberian label khusus berdasarkan kategori obat, yaitu :

1. LASA (Look Alike Sound Alike)

LASA (Look Alike Sound Alike) adalah istilah yang dipakai untuk obat yang

mempunyai nama, tampilan dan ucapan yang mirip. Obat ini harus diletakkan

ditempat yang terpisah dengan obat yang lain mempunyai kemiripan. Untuk

mempermudah agar selalu meningkatkan kehati-hatian tenaga kefarmasian dalam

mengambil obat di Dr. Mohammad Hoesin obat berkategori LASA ditempatkan

pada satu area namun untuk obat yang mempunyai kemiripan diletakkan terpisah

satu sama lain dengan cara memisahkannya dengan obat lain yang berbeda. Stiker

LASA berwarna kuning cerah bertuliskan “LASA”. Contoh obat yang diberi label

LASA depakote-depakone, glucobay-glucodex dan piroxicam-piracetam.

2. High Alert
73

Obat yang berkategori High Alert adalah obat yang menimbulkan cedera

jika terjadi kesalahan pengambilan dan pemberian, simpan ditempat khusus.

Misalnya :

a. Menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCL injeksi, heparin,

warfarin, insulin, kemoterapi, narkotik opiat dan neuromuscular

blocking agents.

b. Kelompok obat antidiabetes sperti levemir dan novorapid jangan

disimpan tercampur dengan obat lain secara alfabetis, tetapi tempatkan

secara terpisah.

Stiker obat ini berwarna merah dan bertuliskan “High Alert”. Kategori obat

yang diberi label High Alert yaitu:

a. Agonis adrenergic : epinefrin

b. Anastesi umum, inhalasi, intravena : Propofol, ketamin

c. Antiaritmia : lidokain, amiodarone

d. Antitrombotik (antikoagulan) termasuk warfarin, heparin intravena,

trombolitik (alteplase)

e. Obat-obat kemoterapi, parenteral, dan oral

f. Dextrose 40%

g. Obat inotropik intravena : digoxin

h. Obat-obatan sedasi sedang intravena : midazolam

i. Obat-obatan sedasi sedang oral untuk anak-anak : kloralhidrat


74

j. Obat-obatan narkotika/opiate IV, transdermal dan oral termasuk cairan

konsentrat, formulasi: pethidin, fentanil, morfin,codein, MST tablet,

durogesic patch, codipront

k. Obat-obat Khusus seperti: insulin subcutan dan IV, KCl pekat untuk

injeksi, NaCl untuk hipertonik > 0,9%.

3. Sitostatik

Adalah obat kanker yang mempunyai efek toksin dan perlu tindakan hati-

hati dalam penanganannya. Stiker obat ini berwarna ungu dan bertuliskan “obat

kanker tangani dengan hati-hati”. Contoh obat kanker yang diberi label ini yaitu

paxus dan brexel.

4. Trolly Emergensi

Penyimpanan pada kit emergensi diletakkan pada akses terdekat dan selalu

siap dipakai. Dipakai hanya untuk keadaaan emergensi dan setelah dipakai

petugas harus melapor untuk segera diganti. Obat pada kit emergensi di cek secara

berkala apakah ada yang rusak atau kadaluarsa.

5. Radio Aktif

Penyimpanan bahan radio aktif dilakukan di Instalasi Radiologi.

6. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Penyimpanan untuk bahan berbahaya dan beracun terpisah dari obat atau

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai lainnya. Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan pada gudang B3. Pada gudang B3 terdapat

alat pemadam kebakaran untuk menanggulngi terjadinya kebakaran.

Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan:


75

a. Jenis sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

b. LASA dan High

Alert.

c. Bentuk sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

d. Disusun secara

alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First

Expired First Out (FEFO)

Terdapat 4 gudang penyimpanan di RSUP Mohammad Hoesin :

1. Gudang Reguler

Gudang Reguler melayani permintaan obat dari TPO Rawat Inap, TPO Rawat

jalan, TPO Instalasi Bedah sentral meliputi TPO COT (Central Operation

Theater) atas dan bawah, TPO Graha Speasialis, TPO Brain and Heart Center,

TPO Instalasi Gawat Darurat atas/bawah, dan TPO Kemoterapi. Seluruh obat di

gudang reguler adalah obat bermerek dagang yang mengacu pada Formularium

Rumah Sakit. Penyimpanannya disusun berdasarkan alpabetis dan berdasarkan

bentuk sediaan, serta kategori obat (LASA, High Alert, Kanker). Vaksin disimpan

pada lemari es pada suhu 2 – 8 °C yang dicek pada pagi dan sore. Di tiap gudang

menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First

Out). Suhu gudang terjaga dengan baik karena penggunaan AC.

2. Gudang BPJS
76

Gudang BPJS mulai berjalan sejak berlakunya era BPJS awal tahun 2014,

gudang ini merupakan gabungan dari gudang ASKES dan Jamkesmas. Gudang

BPJS melayani seluruh TPO sama seperti gudang lainnya. Sebagian besar obat-

obat di BPJS adalah obat generik, namun ada juga obat bermerek dagang dan obat

sitostatik (kanker). Pedomannya Formularium Nasional. Penyimpanannya disusun

berdasarkan alpabetis dan berdasarkan bentuk sediaan, serta kategori obat (LASA,

High Alert, Kanker). Untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan obat

maka obat yang berkategori LASA seperti asam traneksamat ampul yang

memiliki dosis sediaan berbeda misalnnya 250 mg dan 500 mg, maka boleh

diletakkan tidak berdampingan, dipisah oleh obat lain agar tidak terjadi kesalahan

pengambilan obat.

3. Gudang kebutuhan Ruangan

Gudang ini melayani kebutuhan khusus ruangan yang menyediakan alat

kesehatan dan perlengkapan kesehatan seperti masker, underpad, handscoon dan

lain-lain untuk. Selain itu di ruangan ini terdapat lemari khusus menyimpan

narkotik dan psikotropika seperti codipront sirup, petidin injeksi dan lain-lain.

Suhu gudang terjaga dengan baik karena penggunaan AC.

4. Gudang B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Di gudang ini adalah tempat memproduksi sediaan non steril yang akan

didistribusikan ke TPO, contohnya ,larutan asam salisilat, larutan H2O2 dan lain-

lain. Ruangan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan etanol dalam jerigen.

Selain itu, tempat penyimpanan bahan baku serta alat untuk produksi, contohnya
77

serbuk KCL, gliserin. Untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran, di gudang

farmasi terdapat alat pemadam kebakaran.

4.2.5 Distribusi Perbekalan Farmasi

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah

sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.Tujuan pendistribusian adalah

tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, jenis

dan jumlah.

Distribusi perbekalan farmasi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin ada empat

sistem :

1) Distribusi dari instalasi farmasi ke TPO

Sistem distribusi obat dan alat kesehatan dari instalasi farmasi ke TPO

menggunakan sistem disentralisasi yaitu pelayanan resep atau obat diapotek satelit

yang ada diunit masing-masing bagian atau instalasi. Penyaluran obat dari

instalasi farmasi ke masing-masing TPO disesuaikan dengan kebutuhan dan

permintaan obat menggunakan sistem informasi manajemen (SIM) secara online

sehingga efesien dan efektif. Kemudian yang mengambil obat ke gudang instalasi

farmasi adalah tenaga teknis kefarmasian masing-masing TPO. Distribusi obat di

RSUP Dr. Mohammad Hoesin menggunakan sistem satu pintu artinya semua TPO

hanya dapat mengambil obat dari satu tempat yaitu gudang instalasi farmasi.

Cara distribusi narkotika dan psikotropika ke TPO sama dengan

pendistribusian obat-obat lainnya. Narkotika dan psikotropika dientri secara

komputerisasi ke gudang untuk dipesan, lalu pihak gudang akan memberikan


78

faktur tanda bukti penyerahan obat untuk ditandatangani dan obat akan diberikan

kepada tenaga teknis kefarmasian TPO tersebut.

2) Distribusi dari TPO ke bangsal

Pendistribusian obat dan alat kesehatan dari TPO ke bangsal dilakukan

dengan cara One Day Dose Dispensing (ODD). Pemberian obat secara ODD

hanya khusus untuk pasien rawat inap. Dalam sistem ini dokter menuliskan resep

untuk pasien rawat inap yang berlaku untuk tiga hari namun dalam obat yang

diberikan ke pasien dilakukan perhari. Obat tersebut diantarkan di tiap-tiap

bangsal rumah sakit sesuai dengan resep oleh tenaga teknis kefarmasian di

masing-masing TPO. Cara ini dilakukan di TPO rawat inap, TPO brain heart

center, TPO bedah sentral dan COT bawah.

3) Sistem persediaan lengkap ruangan atau floor stock

Distribusi ini adalah sistem dengan menyediakan obat dalam ruangan

tertentu untuk mempermudah perawat dan dokter dalam menggunakan obat

tersebut. Sistem ini banyak digunakan di ruangan bedah tetapi cara ini tidak

diterapkan oleh RSUP Dr. Mohammad Hoesin.

4) Sistem resep perorangan

Sistem resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter langsung untuk

tiap pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan

oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan resep. Sistem ini dilakukan oleh
79

TPO graha spesialis dan TPO rawat jalan. Pasien membawa resep dari dokter dan

memberikan kepada petugas farmasi di TPO tersebut dan obat langsung dapat

diterima oleh pasien. Tetapi untuk TPO kemoterapi, perawat akan membawa

resep obat yang akan dicampurkan untuk pasien kemoterapi, petugas farmasi akan

menyiapkan obat, obat akan didistribusikan.

Cara distribusi individual dari TPO langsung ke dokter dilakukan oleh TPO

instalasi gawat darurat dan TPO bedah sentral dan COT bawah. Dokter menulis

obat dan alat kesehatan di kartu instruksi medis dan mendapatkan obat serta alat

kesehatan secara langsung untuk keperluan pasien, apabila pasien akan pindah

ruangan kartu instruksi medis akan diberikan kepada pasien. Kemudian apabila

pasien pulang, kartu instruksi medis tersebut diberikan ke administrasi dan pasien

membayar obat di kasir lalu mendapatkan obat lanjutan di TPO instalasi gawat

darurat. Ada juga cara yang distribusi yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pasien apabila kekurangan di TPO yaitu meminjam dari TPO ke TPO

lain.

Cara distribusi obat atau alat kesehatan dari TPO ke TPO lain adalah untuk

memenuhi kebutuhan pasien. Misal TPO rawat inap membutuhkan obat

Dormicum tiga namun stok di TPO habis, maka TPO rawat inap akan meminta

obat Dormicum ke TPO COT bawah. Prosedurnya adalah petugas TPO rawat inap

mendatangi TPO COT bawah, nantinya obat Dormicum akan dientri ke komputer

dan diprint. Bukti permintaan yang diprint dua lembar diberikan ke TPO rawat

inap, dua lembar lagi ke COT bawah. Obat diberikan ke petugas TPO rawat inap,

stock obat Dormicum di COT bawah akan berkurang tiga.


80

4.2.6 Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi

1. Pencatatan perbekalan farmasi di gudang

Pencatatan perbekalan farmasi secara umum dilakukan masing-masing

gudang, yang mencatat adalah petugas gudang. Pada saat barang masuk dan

barang keluar dicatat di kartu stok masing-masing obat. Apabila masing-masing

TPO memesan obat maka secara otomatis jumlah obat akan berkurang

dikomputer. Untuk obat yang diretur dari TPO ke gudang dilakukan lewat SIMRS

(posting balik).

2. Pencatatan perbekalan farmasi di TPO

Semua TPO tidak menggunakan kartu stok, namun menggunakan sistem

informasi manajemen (SIM) secara otomatis apabila obat dikeluarkan untuk

pasien, maka jumlah obat akan berkurang di komputer. Jadi sebelum resep

dikerjakan, petugas terlebih dahulu akan memeriksa ketersediaan obat serta

mengentry obat yang dikeluarkan.

3. Pelaporan narkotika

Seluruh resep atau copy resep narkotika tiap-tiap TPO akan dikumpulkan

dan diberikan ke gudang logistik dan dilaporkan ke Dinkes Provinsi, Dinkes Kota

dan BPOM.

4.3 Pelayanan Farmasi di Tempat Pelayanan Obat Rumah Sakit

Tempat pelayanan obat (TPO) adalah suatu tempat melakukan pekerjaan

dan kegiatan kefarmasian yang meliputi peracikan, penyimpanan, pengemasan,

pemberian obat atau alkes dan pelayanan kefarmasian lainnya. Keberhasilan


81

pengobatan pasien sangat bergantung dari proses pelayanan obat, karena di TPO

tenaga farmasi dapat berkomunikasi langsung dengan pasien. Interkasi yang baik

antara petugas kesehatan dan pasien akan sangat membantu terlaksananya

kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat yang benar dan tepat.

Instalasi farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin memiliki tempat pelayanan

obat (TPO) antara lain rawat inap, rawat jalan, instalasi bedah sentral (COT atas

dan bawah), graha spesialis, IRD, OK IRD, BHC, kemoterapi, DOTS dan ARV.

Proses pelayanan obat di masing-masing TPO berbeda satu sama lain, karena

masing-masing TPO memiliki fungsi tersendiri sesuai tempat dan situasi pasien

yang dilayani. Berikut adalah uraian masing-masing TPO RSUP Dr. Mohammad

Hoesin:

1. TPO Rawat Inap

TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk seluruh pasien rawat inap

baik BPJS maupun umum. Pelayanan obat dan alat kesehatan di TPO ini

dilakukan oleh petugas dengan cara mengantarkan langsung obat dan alat

kesehatan keruang perawat berdasarkan catatan pemberian obat.

Tempat Pelayanan Obat (TPO) Rawat Inap yang melayani Ruang Rawat

Inap dan TPO lain. Buka 24 jam (Senin-Minggu) dengan pembagian kerjamenjadi

3 Shift (Pagi jam 08:00 – 14:00, Siang jam 14:00 – 21:00, dan Malam jam 21:00 –

08:00.
Ka. IFRS

Ka.Tim TPO Rawat inap

Koordinator pelayanan Farmasi


82

Tenaga teknis kefarmasian

Gambar 5. Struktural TPO Rawat Inap


83

Sistem Managemen mulai dari penerimaan sampai distribusi ke pasien:

A. Perencanaan

Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai

menyesuaikan terhadap banyaknya kebutuhan peresepan yang ada. Perbekalan

farmasi yang tidak tersedia/hampir habis langsung dicatat didalam buku amprah

sementara kemudian diinput ke SIM-RS Gudang Regular IFRS. Gudang Regular

IFRS akan mengkonfirmasi pesanan melalui SIM-RS. Perencanaan dilakukan

setiap hari.

B. Pengadaan

Sistem Pengadaan TPO Rawat Inap menggunakan sistem pemesanan

langsung ke Gudang IFRS. Mekanismenya sudah menggunakan sistem online

dimana TPO Rawat Inap membuat surat permintaan perbekalan farmasi yang akan

dipesan dengan program komputerisasi. Tenaga Teknis Kefarmasian TPO Rawat

Inap mengambil perbekalan farmasi yang dipesan ke Gudang IFRS. Sistem

pengadaan setiap hari (tidak ada laporan tertentu), perbekalan farmasi yang

diperlukan langsung diminta ke gudang. (laporan penggunaan/pemesanan

perbekalan farmasi di seluruh TPO sudah tercatat pada gudang farmasi).

Pengadaan Obat-Obatan Narkotik sama saja dengan pengadaan perbekalan

farmasi lainnya.

C. Penerimaan

Penerimaan Perbekalan farmasi Dari Gudang Farmasi ke TPO Rawat Inap:

Sistem Penerimaan perbekalan farmasi yang datang dari gudang IFRS, langsung

diterima oleh Tenaga Teknis Kefarmasian TPO Rawat Inap, dan


84

dilakukanpengecekan barang yang disesuaikan dengan amprah permintaan dari

TPO dengan Surat Distribusi Barang dari gudang farmasi. Kesesuaian hanya dari

nama perbekalan farmasi dan Jumlahnya. Kemudian dilakukan serah terima

dengan menandatangani bukti distribusi.

Penerimaan Perbekalan Farmasi Dari TPO lain ke TPO Rawat Inap.Karena

sudah menganut sistem online, maka sistem penerimaan barang bukan saja dari

Gudang Farmasi, obat yang dibutuhkan juga bisa diperoleh dari TPO lain yang

ada di rumah sakit. Karena mudahnya mengakses data, sehingga perbekalan

farmasi tersebut juga bisa dipesan ke TPO lain. (Adanya surat permintaan ke TPO

yang dituju). Permintaan perbekalan farmasi ke TPO lain sama halnya dengan

permintaan obat dari TPO ke Gudang Farmasi.

D. Penyimpanan

Metode Penyimpanan dilakukan berdasarkan jenis obat generik dan nama

dagang, kemudian disusun kembali beradasarkan bentuk sediaan dan alfabetis,

dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang

selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan

perbekalan farmasi pada rak besar yang mampu menampung lebih dari 200 item

perbekalan farmasi. Obat narkotik dan psikotropika disimpan pada rak kayu yang

digantung kuat pada dinding namun mudah dijangkau dan tidak bisa diangkat

dengan sistem keamanan double lock. Perbekalan farmasi high alert di simpan

pada tempat tertentu diletakkan pada rak tersendiri yang diberi tanda garis merah,

agar petugas berhati-hati dalam mengambil dan memindahkannya. Ada obat-obat

Look Alike Sound Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang
85

mirip atau cara menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya

berbeda sehingga rentan untuk terjadi kesalahan diberi sticker berwarna kuning

bertuliskan “ LASA”.

E. Pendistribusian

Semua obat didistribusikan dengan sistem pengemasan Unit Dose

Dispensing (UDD) dan diberikan dengan sistem One Daily DoseDispensing

(ODDD).

Prosedur :

1. Petugas melihat catatan pemberian obat yang telah ditulis dokter di

masing-masing bangsal.

2. Kemudian ditulis di lembar Catatan Permintaan Perbekalan Farmasi

(CPPF) sesuai dengan permintaan dan aturan pakai yang ditulis dokter.

3. Penyiapan perbekalan farmasi dengan mengemas per unit satuan terkecil

(persekali makan).

4. Perbekalan farmasi yang telah disiapkan kemudian dicek (nama pasien,

aturan pakai, jumlah perbekalan farmasi).

5. Setelah perbekalan farmasi diperikasa, perbekalan farmasi dimasukkan

ke dalam trolley kemudian diantar ke masing-masing ruang keperawatan

disertai bukti serah terima.

6. Perbekalan farmasi yang didistribusikan mencukupi kebutuhan pasien

sampai pagi hari berikutnya.

7. Petugas mengentri data perbekalan farmasi yang didistribusikan ke

pasien sesuai dengan data yang ada di CPPF.


86

Untuk pemakaian obat pada siang hari, TTK langsung menyerahkan obat ke

masing-masing pasien di setiap ruang rawat.

Perbekalan farmasi khususnya obat yang tidak lagi digunakan oleh pasien

misal pasien tersebut obatnya diganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke

TPO sesuai dengan prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada

menu retur yang ada dalam SIM RS.

F. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai

karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO Rawat Inap tidak

melakukan Pemusnahan perbekalan farmasi. Semua perbekalan farmasi tersebut

ditangani dengan cara mendokumentasikan dan mencatat lalu melaporkan ke

IFRS. IFRS melakukan prosedur pemusnahan sesuai dengan prosedur

pemusnahan barang.

G. Pengendalian

1) Catatan Permintaan Perbekalan Farmasi (CPPF)

Catatan Permintaan Perbekalan Farmasi adalah formulir yang digunakan

farmasis untuk menyiapkan obat sebelum di serahkan pada perawat. Melalui

CPPF ini dapat di lihat jenis perbekalan farmasi yang telah di berikan kepada

pasien,serta waktu pemberian perbekalan farmasi tersebut.Dengan demikian

pemantauan pemberian perbekalan farmasi akan lebih terkendali

2) Pengembalian obat yang tidak digunakan

Perbekalan farmasi khususnya obat yang tidak lagi digunakan oleh pasien

misal pasien tersebut obatnya di ganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan
87

ke TPO sesuai dengan prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat

pada menu retur yang ada dalam SIM RS.

H. Pencatatan Dan Pelaporan

1) Pencatatan :

a. Semua data atau pencatatan yang dilakukan di TPO Rawat Inap

menggunakan sistem komputerisasi dan menggunakan kartu stok

manual yang berfungsi sebagai kontrol. Hal ini dimaksudkan agar

pencatatan lebih terkontrol dengan baik.

2) Pelaporan :

Jenis laporan yang dibuat di TPO Rawat Inap adalah :

b. Laporan harian, yaitu :

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

c. Laporan bulanan, yaitu :

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

 Laporan medication safety.

d. Laporan stok opname.

 Laporan stok opname tiap enam bulan.

 Laporan stok opname tahunan.


88

2. TPO Rawat Jalan

Tempat Pelayanan Obat di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) merupakan

pelayanan pendistribusian persediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

rawat jalan di Rumah Sakit. Sistem permintaan obat di TPO IRJ adalah sistem

resep perorangan yang secara langsung bertatap muka dan memberikan pelayanan

kefarmasian yang dibutuhkan pasien. Pada Instalasi Rawat Jalan terdapat

beberapa TPO yang dibagi berdasarkan status penjamin pasien antara lain TPO

BPJS lantai I, TPO Graha Spesialis lantai I. Pelayanan di TPO IRJ buka dari

pukul 08.00 sampai 15.30 WIB setiap hari Senin-Jum’at.

A. Perencanaan

Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai

menyesuaikan terhadap banyaknya kebutuhan peresepan yang ada. Perbekalan

farmasi yang tidak tersedia/hampir habis langsung dicatat kemudian diinput ke

SIM-RS Gudang Regular IFRS. Gudang Regular IFRS akan mengkonfirmasi

pesanan melalui SIM-RS. Perencanaan dilakukan setiap hari.

B. Pengadaan

Sistem pengadaan di TPO Rawat Jalan menggunakan sistem pemesanan

langsung ke gudang IFRS. Mekanisme pemesanan atau permintaan bahan

perbekalan farmasi di RSMH sudah menggunakan sistem komputerisasi Online

melalui SIM-RSMH. Perbekalan farmasi yang akan di pesan atau diminta dapat di

cek melalui komputer online, apakah perbekalan farmasi tersebut tersedia atau

tidak di gudang IFRS. Apabila perbekalan farmasi tersebut tersedia di gudang

maka karyawan gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan
89

TTK dari TPO akan mengambil perbekalan farmasi ke gudang.. Sistem pengadaan

dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan.

C. Penerimaan

Penerimaan perbekalan farmasi dari gudang, langsung diambil oleh TTK

TPO Rawat Jalan. Pengecekan barang yang diterima disesuaikan dengan daftar

perbekalan farmasi yang tercatat di surat distribusi barang dari gudang maupun

TPO lain. Kesesuaian hanya dilihat dari nama dan jumlah perbekalan farmasi

yang diminta.

D. Penyimpanan

Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun

secara alfabetis. Perbekalan farmasi diletakkan pada tempat yang telah disiapkan

yaitu berupa rak untuk perbekalan farmasi dan lemari khusus untuk obat

narkotika.Obat-obat sitostatik disimpan dalam kotak yang diberi tanda list

berwarna ungu. Sedangkan perbekalan farmasi yang stabil pada suhu rendah

disimpan pada lemari pendingin khusus obat. Ada obat-obat LookAlike Sound

Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang mirip atau cara

menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya berbeda sehingga

rentan untuk terjadi kesalahan diberi sticker berwarna kuning bertuliskan “

LASA”. Perbekalan farmasi high alert di simpan pada tempat tertentu diletakkan

pada rak tersendiri yang diberi tanda label merah bertuliskan ”high alert”, agar

petugas berhati-hati dalam mengambil dan memindahkannya.

E. Pendistribusian
90

Sistem distribusi yang digunakan pada TPO IRJ berupa

IndividualPrescription. Sistem IndividualPrescription disertai dengan

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien.

Tahapan dari penyerahan obat di TPO rawat jalan:

a. Pasien menyerahkan resep kepada petugas farmasi, petugas farmasi akan

mengecek kelengkapan seperti jaminan BPJS, persetujuan komite medik

untuk obat-obat yang tidak ditanggung oleh BPJS, hasil laboratorium

untuk pasien dengan kondisi tertentu seperti pasien talasemia

b. Petugas farmasi akan mengentry obat ke SIM-RS khusus untuk obat 28

hari, untuk melihat obat yang diambil sudah jadwal atau belum.

c. Petugas lain akan menyiapkan etiket, menyiapkan obat, obat tersebut akan

dicek kembali untuk menghindari kesalahan, yang terakhir obat akan

diserahkan kepada pasien beserta KIE

F. Pengendalian

Pengembalian obat yang tidak digunakan. Perbekalan farmasi khususnya

obat yang tidak lagi digunakan oleh pasien misal pasien tersebut obatnya diganti

atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke TPO sesuai dengan prosedur

pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada menu retur yang ada dalam

SIM RS.

G. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai

karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO Rawat Jalan tidak
91

melakukan Pemusnahan perbekalan farmasi. Semua perbekalan farmasi tersebut

ditangani dengan cara mendokumentasikan dan mencatat lalu melaporkan ke

IFRS. IFRS melakukan prosedur pemusnahan sesuai dengan prosedur

pemusnahan barang.

H. Pencatatan Dan Laporan

1) Pencatatan :

a) Semua data atau pencatatan yang dilakukan di TPO rawat jalan

menggunakan sistem komputerisasi dan menggunakan kartu stok manual.

Hal ini dimaksudkan agar pencatatan lebih terkontrol dengan baik.

b) Pemasukan data obat dilakukan dengan cara :

 Dilakukan oleh tim verifikasi TPO Rawat Jalan

Tujuannya memeriksa apakah jadwal pengambilan obat sudah tepat.

 Dilakukan oleh petugas TPO Graha Spesialis

Tujuannya untuk mutasi perbekalan farmasi yang ada di TPO sesuai

dengan jumlah perbekalan farmasi yang masuk ataupun yang keluar.

 Dilakukan oleh petugas administrasi TPO Graha Spesialis

2) Pelaporan :

Jenis laporan yang dibuat di TPO adalah :

a. Laporan harian, yaitu :

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

b. Laporan bulanan, yaitu :


92

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

 laporan medication safety.

c. Laporan stok opname.

 Laporan stok opname tiap enam bulan.

 Laporan stok opname tahunan.

Dalam kegiatan orientasi ini, dilakukan evaluasi terhadap pencapaian

pelayanan farmasi sesuai standar pelayanan kefarmasian rumah sakit. Evaluasi

tersebut dilakukan melalui pengkajian resep yaitu pengkajian administrasi,

farmasetis dan farmasi klinik. Pengkajian administrasi meliputi terteranya nama

pasien, jenis kelamin, berat badan, umur, alamat, nama dan paraf dokter, tanggal

resep, ruangan/poli dan stempel, dan terpenuhinya persyaratan sesuai status

jaminan kesehatan pasien. Pengkajian farmasetis diketahui dari ada atau tidaknya

nama, bentuk, kekuatan, dan jumlah obat dalam resep, signa dan aturan pakai,

stabilitas obat, ketersediaan obat dan aturan atau cara dispensing. Sementara data

kelengkapan resep secara farmasi klinik meliputi kesesuaian obat dengan

formularium, riwayat alergi, efek aditif, efek samping obat, dan ada atau tidaknya

DRPs (Drug RelatedProblems) pada sejumlah obat yang diresepkan. Beberapa

obat penting atau high alert yang dalam penggunaannya memerlukan cara khusus

akan diserahkan di ruang konsultasi obat dengan disertai edukasi dan informasi

yang memadai agar terapi dapat tercapai.


93

3. TPO Graha Spesialis

TPO ini merupakan apotek rumah sakit yang melayani obat atau alat

kesehatan sesuai resep dokter spesialis RSMH yang pembayarannya dilakukan

secara tunai bagi pasien umum atau kredit bagi pasien jaminan/perusahaan.

Sistematis kerja di TPO ini dibagi berdasarkan 2 shift, yaitu shift pagi (pukul

07.30 - 14.00) dan shift sore (pukul 14.00 - 20.00)

A. Perencanaan

Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai

menyesuaikan terhadap banyaknya kebutuhan peresepan yang ada. Perbekalan

farmasi yang tidak tersedia/hampir habis langsung dicatat kemudian diinput ke

SIM-RS Gudang Regular IFRS. Gudang Regular IFRS akan mengkonfirmasi

pesanan melalui SIM-RS. Perencanaan dilakukan setiap hari.

B. Pengadaan

Sistem pengadaan di TPO Graha Spesialis menggunakan sistem pemesanan

langsung ke gudang IFRS. Mekanisme pemesanan atau permintaan bahan

perbekalan farmasi di RSMH sudah menggunakan sistem komputerisasi Online

melalui SIM-RSMH. Perbekalan farmasi yang akan di pesan atau diminta dapat di

cek melalui komputer online, apakah perbekalan farmasi tersebut tersedia atau

tidak di gudang IFRS. Apabila perbekalan farmasi tersebut tersedia di gudang

maka karyawan gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan

TTK dari TPO akan mengambil perbekalan farmasi ke gudang. Apabila


94

persediaan digudang kosong, TPO dapat meminta perbekalan farmasi ke TPO lain

dengan cara meminjam, tapi data perbekalan farmasi yang di pinjam dari TPO

tersebut akan pindah ke TPO yang meminjam perbekalan farmasi. Sistem

pengadaan dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan dan TPO menyimpan lembaran

bukti permintaan distribusi barang dari gudang maupun TPO lain.

C. Penerimaan

Penerimaan perbekalan farmasi dari gudang, langsung diambil oleh TTK

TPO graha spesialis. Pengecekan barang yang diterima disesuaikan dengan daftar

perbekalan farmasi yang tercatat dibuku amprah dan surat distribusi barang dari

gudang maupun TPO lain. Kesesuaian hanya dilihat dari nama dan jumlah

perbekalan farmasi yang diminta.

D. Penyimpanan

Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun

secara alfabetis. Perbekalan farmasi diletakkan pada tempat yang telah disiapkan

yaitu berupa rak untuk perbekalan farmasi biasa dan lemari khusus untuk obat

narkotika.Obat-obat sitostatik disimpan dalam kotak yang diberi tanda list

berwarna ungu. Sedangkan perbekalan farmasi yang stabil pada suhu rendah

disimpan pada lemari pendingin khusus obat. Ada obat-obat Look Alike Sound

Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang mirip atau cara

menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya berbeda sehingga

rentan untuk terjadi kesalahan diberi sticker berwarna kuning bertuliskan “

LASA”. Perbekalan farmasi high alert di simpan pada tempat tertentu diletakkan
95

pada rak tersendiri yang diberi tanda label merah bertuliskan ”high alert”, agar

petugas berhati-hati dalam mengambil dan memindahkannya.

E. Pendistribusian

Perbekalan farmasi didistribusikan kepada pasien rawat jalan dari dokter

spesialis. Dengan mekanismenya yaitu resep yang diterima oleh Tenaga teknis

kefarmasian dari pasien di cek ketersediaan dan harganya apabila pasien

menyetujui untuk menebus perbekalan farmasi, pasien akan dibuatkan surat yang

berisi total harga perbekalan farmasi yang dapat langsung dibayar pada bagian

administrasi. Bukti pembayaran terdiri dari 2 lembar yaitu lembar pertama untuk

bagian administrasi dan lembaran kedua untuk pihak apotik. Apabila pasien telah

menyelesaikan pembayaran dengan membawa bukti tanda lunas maka pasien

dapat mengambil perbekalan farmasi yang diresepkan di TPO Graha Spesialis.

F. Pengendalian

Pengembalian obat yang tidak digunakann oleh pasien misal pasien tersebut

obatnya diganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke TPO sesuai dengan

prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada menu retur yang ada

dalam SIM RS.

G. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai

karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO Graha Spesialis

tidak melakukan pemusnahan perbekalan farmasi. Semua perbekalan farmasi

tersebut ditangani dengan cara mendokumentasikan dan mencatat lalu melaporkan


96

ke IFRS. IFRS melakukan prosedur pemusnahan sesuai dengan prosedur

pemusnahan barang.

H. Pencatatan Dan Laporan

1) Pencatatan :

a. Semua data atau pencatatan yang dilakukan di TPO Graha Spesialis

menggunakan sistem komputerisasi dan menggunakan kartu stok manual

yang berfungsi sebagai kontrol. Hal ini dimaksudkan agar pencatatan

lebih terkontrol dengan baik.

b. Pemasukan data obat dilakukan dengan cara :

Dilakukan oleh petugas TPO Graha Spesialis tujuannya untuk mutasi

perbekalan farmasi yang ada di TPO sesuai dengan jumlah perbekalan farmasi

yang masuk ataupun yang keluar.

2) Pelaporan :

Jenis laporan yang dibuat di TPO adalah :

1) Laporan harian, yaitu :

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

2) Laporan bulanan, yaitu :

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

 Laporan medication safety.


97

3) Laporan stok opname.

 Laporan stok opname tiap enam bulan.

 Laporan stok opname tahunan.

4. Instalasi Rawat Darurat

TPO ini adalah tempat atau pengambilan obat dan alat kesehatan untuk

pasien yang membutuhkan pertolongan pertama dan cepat. TPO ini mempunyai

jam kerja 24 jam melayani obat dan alat kesehatan secara tunai dan kredit serta

dapat melayani permintaan obat dengan resep maupun kartu instruksi medis.

Sistem kerja di TPO Rawat Darurat ini dibagi menjadi 3 shift yaitu shift 1 (pk

08.00 sd pk 14.00), shift 2 ( pk 14.00 sd pk 20.00), dan sgift 3 (pk 20.00 sd pk

08.00 besok paginya).

Pelayanan kefarmasian dalam Tempat Pelayanan Obat (TPO) di IRD

terdapat di dua lantai IRD, yaitu di IRD lantai 1 dan 2. Pelayanan kefarmasian di

lantai 1 menggunakan sistem Individual Prescribing (IP) terutama di ruang

resusitasi dengan tujuan untuk mempercepat pelayanan kefarmasian untuk pasien

dengan kondisi yang tidak stabil sehingga memerlukan penanganan yang cepat.
98

A. Perencanaan

Sistem Perencanaan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan dipakai

menyesuaikan terhadap banyaknya kebutuhan peresepan yang ada. Perbekalan

farmasi yang tidak tersedia/hampir habis langsung dicatat kemudian diinput ke

SIM-RS Gudang Regular IFRS. Gudang Regular IFRS akan mengkonfirmasi

pesanan melalui SIM-RS. Perencanaan dilakukan setiap hari.

B. Pengadaan

Sistem pengadaan di TPO IRD menggunakan sistem pemesanan langsung

ke gudang IFRS. Mekanisme pemesanan atau permintaan bahan perbekalan

farmasi di RSMH sudah menggunakan sistem komputerisasi Online melalui SIM-

RSMH. Perbekalan farmasi yang akan di pesan atau diminta dapat di cek melalui

komputer online, apakah perbekalan farmasi tersebut tersedia atau tidak di gudang

IFRS. Apabila perbekalan farmasi tersebut tersedia di gudang maka karyawan

gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan TTK dari TPO

akan mengambil perbekalan farmasi ke gudang. Apabila persediaan digudang

kosong, TPO dapat meminta perbekalan farmasi ke TPO lain dengan cara

meminjam, tapi data perbekalan farmasi yang di pinjam dari TPO tersebut akan

pindah ke TPO yang meminjam perbekalan farmasi. Sistem pengadaan dilakukan

setiap hari sesuai kebutuhan dan TPO menyimpan lembaran bukti permintaan

distribusi barang dari gudang maupun TPO lain.

C. Penerimaan

Penerimaan perbekalan farmasi dari gudang, langsung diambil oleh TTK

TPO IRD. Pengecekan barang yang diterima disesuaikan dengan daftar


99

perbekalan farmasi yang tercatat dan pada surat distribusi barang dari gudang

maupun TPO lain. Kesesuaian hanya dilihat dari nama dan jumlah perbekalan

farmasi yang diminta.

D. Penyimpanan

Perbekalan farmasi diletakkan pada tempat yang telah disiapkan yaitu

berupa rak untuk perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang stabil pada suhu

rendah disimpan pada lemari pendingin khusus obat. Ada obat-obat Look Alike

Sound Alike(LASA) yang sering tertukar karena nama dagang yang mirip atau

cara menyebutnya yang mirip atau nama yang sama tetapi dosisnya berbeda

sehingga rentan untuk terjadi kesalahan diberi sticker berwarna kuning bertuliskan

“LASA”. Perbekalan farmasi high alert di beri tanda label merah bertuliskan

”high alert”, agar petugas berhati-hati dalam mengambil dan memindahkannya.

E. Pendistribusian

Mekanisme distribusi obat di TPO instalasi rawat darurat. Pasien datang

diperiksa dan diberikan tindakan medis oleh dokter, kemudian dokter akan

menuliskan obat dan alat kesehatan yang diperlukan di Form Permintaan

Perbekalan farmasi. Masing-masing dokter mengisi Form Permintaan Perbekalan

Farmasi sesuai dengan kasus pasien seperti bedah, obgyn dll. setiap obat yang

diberikan kepada dokter atau perawat yang bersangkutan akan dientry ke

komputer. Setelah pasien selesai menjalani operasi, Catatan pemberian obat

diambil dan dibawa untuk proses pemindahan kamar, khusus untuk pasien yang

tidak akan menjalani rawat inap maka catatan pemberian obat akan diminta di

TPO instalasi rawat darurat dan akan dibayar dibagian administrasi.


100

F. Pengendalian

Pengembalian obat yang tidak digunakann oleh pasien misal pasien tersebut

obatnya diganti atau dihentikan maka dapat dikembalikan ke TPO sesuai dengan

prosedur pengembalian perbekalan farmasi dan dicatat pada menu retur yang ada

dalam SIM RS.

G. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai

karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. TPO IRD tidak

melakukan pemusnahan perbekalan farmasi. Semua perbekalan farmasi tersebut

ditangani dengan cara mendokumentasikan dan mencatat lalu melaporkan ke

IFRS. IFRS melakukan prosedur pemusnahan sesuai dengan prosedur

pemusnahan barang.

H. Pencatatan Dan Laporan

a) Pencatatan :

1) Semua data atau pencatatan yang dilakukan di TPO IRD menggunakan

sistem komputerisasi.

2) Pemasukan data obat dilakukan dengan cara :

 Dilakukan oleh petugas TPO Graha Spesialis

Tujuannya untuk mutasi perbekalan farmasi yang ada di TPO sesuai dengan

jumlah perbekalan farmasi yang masuk ataupun yang keluar.

b) Pelaporan :

Jenis laporan yang dibuat di TPO adalah :

1)Laporan harian, yaitu :


101

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

2)Laporan bulanan, yaitu :

 Laporan jumlah resep.

 Laporan pendapatan (dalam nilai rupiah).

 Laporan penerimaan barang (dalam nilai rupiah).

 laporan medication safety.

3)Laporan stok opname.

 Laporan stok opname tiap enam bulan.

 Laporan stok opname tahunan.

5. Instalasi Bedah Sentral atau COT

TPO bedah sentral adalah tempat pengambilan obat dan alat kesehatan yang

dibutuhkan selama operasi pembedahan. TPO ini melayani obat atau alat

kesehatan selama 24 jam serta yang dibutuhkan berdasarkan kartu instruksi medis.

penggunaan obat selama operasi yang belum tertulis dalam kartu instruksi medis
102

akan diberitahukan kepada keluarga pasien setelah operasi dilakukan. TPO bedah

sentral terbagi dua yaitu : COT atas dan bawah.

A. COT atas

Tempat Pelayanan Obat (TPO) COT Atas merupakan salah satu dari dua

belas tempat pelayanan obat yang ada di IFRS RSMH. TPO ini melayani semua

pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan (operasi) yang sudah terjadwal

Jam Kerja

Jam kerja di TPO COT Atas terbagi dalam 2 shift ,yaitu :

Pagi : 08.00 -14.00 WIB

Sore : 14.00 - 20.00 WIB

TPO COT Atas menggunakan sistem distribusi menggunakan sistem

individual prascription.Perbekalan farmasi yang diberikan berdasarkan

permintaan tertulis dari dokter menggunakan kartu instruksi medis (KIM). Khusus

untuk obat anastesi menggunakan formulir khusus anastesi (lampiran)

Mekanisme Pendistribusian: Dokter menulis permintaan perbekalan farmasi

di KIM, petugas TPO menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta dan langsung

diserahkan kepada dokter yang meminta. Setelah selesai operasi, petugas meng-

entri perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien kedalam SIM RS, setelah

pasien selesai operasi dan pindah ruangan, kartu instruksi medis dicek dan

dipisahakan untuk dibawa ke COT bawah untuk dibayar di administrasi.

B. COT bawah

TPO COT bawah adalah tempat pelayanan obat di Instalasi farmasi RSMH

yang melayani3 ruang rawat inap :Ruang GICU (General Intensive Care Unit),
103

Ruang PICU (Pediatrik Intensive Care Unit), Ruang NICU (Neonatus Intensive

Care Unit)Serta melayani proses operasi yang tidak terjadwal. Jam kerja terdiri

dari 3 shift yaitu Pagi (07.00 - 14.00 WIB), Sore (14.00 - 21.00 WIB), Malam

(21.00 – 07.00 WIB)

Semua obat didistribusikan dengan sistem pengemasan ODDD (One Day Dose

Dispensing) dan diberikan dengan sistem UDD (Unit Dose Dispensing).

Prosedur pendistribusian barang

1. Dokter atau perawat menulis permintaan di Form Permintaan Perbekalan

Farmasi

2. Petugas menulis di lembar Catatan Pemerian Perbekalan Farmasi (CPPF)

sesuai dengan permintaan dan aturan pakai yang di tulis dokter.

3. Petugas menyiapkan perbekalan farmasi dengan mengemas per satuan

unit terkecil (persekali pemberian, misalnya pagi hari, siang dan malam),

lengkap dengan etiketnya.

4. Perbekalan farmasi yang telah disiapkan kemudian dicek kembali oleh

petugas (nama pasien, aturan pakai, jumlah perbekalan farmasi, nama

perbekalan farmasi, tanggal kadaluarsa).

5. Setelah semua telah sesuai dan benar, maka perbekalan farmasi

dimasukkan ke dalam trolley kemudian diantar ke masing-masing ruang

rawat (NICU, PICU dan GICU)

6. Petugas melakukan serah terima kepada perawat di ruangan dan

menandatangani CPPF, sesuai prosedur serah terima perbekalan farmasi

dengan perawat.
104

6. TPO Kemoterapi

TPO Kemoterapi adalah tempat pengambilan obat khusus untuk

pencampuran obat sitostatika.Mekanisme penyerahan resep sampai penyerahan

obat di TPO kemoterapi adalah sebagai berikut :

a. Resep masuk ke TPO, petugas akan memeriksa kelengkapan berkas untuk

syarat pencampuran obat kemoterapi seperti resep kemoterapi, formulir

Permintaan Persetujuan Obat dan Alat Kesehatan, copy hasil patologi,

copy surat elegabilitas peserta (jaminan) dan protokol obat kemoterapi.

b. Jika persyaratan sudah lengkap petugas akan mengambil obat-obat dan

cairan sesuai resep (dokter menuliskan dosis yang diberikan, siklus

pemberian, pelarut yang akan digunakan, data berat badan, tinggi badan,

dan luas permukaan tubuh.),

c. Apoteker di ruangan akan melakukan telaah resep sitostatika

injeksi/parenteral dengan cara memeriksa kelengkapan, pengkajian dosis,

kompatibilitas, rekonstitusi dan dilusi bahan sitostatika.


105

d. Obat dan Protokol permintaan yang sudah diperiksa lalu dicatat pada

catatan pemakaian perbekalan farmasi (CPPF), membuat etiket per paket

dan per obat.

e. Setelah obat dan cairan dihitung jumlahnya dan siap untuk dimasukkan

dalam kotak sitostatika sesuai ruang perawatan. Kotak sitostatika diterima

petugas handling melalui passbox.

f. Handling cytotoxic dilakukan dengan teknik aseptik dalam Biological

Safety Cabinet (BSC) dengan operator yang sudah diberikan pelatihan

khusus dan dilengkapi alat perlindungan diri yang lengkap.

g. Obat yang sudah di-handling dimasukkan dalam pass box lagi, kemudian

dilakukan serah terima obat oleh petugas TPO kemoterapi dengan perawat

ruangan.

Untuk ruangan aseptic dispensing dan produksi di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang telah sesuai dengan persyaratan di dalam Kepmenkes No. 58

tahun 2014 tentang Standar Pelayananan Kefarmasian di Rumah Sakit, yaitu

dinding, lantai, dan langit–langit permukaannya halus tidak ada celah dengan

dilapisi epoksi/enamel dan dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF).

Secara keseluruhan kegiatan aseptic dispensing di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang sudah sesuai dengan Pedoman Dasar Dispensing Sediaan

Steril dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009 meliputi personel,

peralatan, teknis aseptis, penyimpanan, distribusi, dan penanganan limbah.

Peralatan yang digunakan untuk melakukan pencampuran sediaan steril adalah

APD serta BSC. Ada 2 tipe aliran Laminar Air Flow (LAF) yakni horizontalair
106

flow dan vertical air flow. Horizontal air flow merupakan aliran udara yang

langsung mengarah ke petugas. Alat ini digunkan untuk pencampuran obat steril

non toksik sedangkan vertical air flow merupakan aliran udara yang langsung

mengalir dari atas ke bawah sehingga dapat meminimalkan kontaminasi dan

paparan kepada petugas serta lingkungan kerja. Pada penanganan sediaan

sitostatika digunakan BSC yang merupakan LAF (vertical air flow) memiliki

tekanan negatif di dalam BSC dibandingkan di luar ruangan sedangkan LAF

(horizontal air flow) memiliki tekanan positif di dalam LAF dibandingkan di luar

ruangan.

Passbox adalah tempat masuknya keluarnya alat dan bahan obat sebelum

dan sesudah dilakukan pencampuran. Passbox terletak diantara ruang persiapan

dan ruang steril. Passbox ditujukan untuk meminimalkan kontaminasi sehingga

pintu pass box harus dibuka secara bergantian. Meminimalisir kontaminasi juga

dapat dilakukan dengan menyediakan ruang antara yang digunakan petugas untuk

memakai pakaian steril lengkap sebelum masuk ruang steril.

Penyimpanan sediaan steril sitostatika dan nonstatika setelah dilakukan

pencampuran tergantung pada stabilitas masing-masing obat. Kondisi khusus

penyimpanannya ada 2 yaitu terlindung dari cahaya langsung dengan

menggunakan kertas karbon atau kantong plastik berwarna hitam atau dengan

aluminum foil dan suhu penyimpanan 2-8˚ C disimpan dalam lemari pendingin

atau sesuai dengan suhu stabilitas masing-masing sediaan. Sediaan yang sudah

siap akan didistribusikan pada TPO yang telah melakukan permintaan dan

dilakukan sesuai SPO. Pengiriman sediaan steril yang telah dilakukan


107

pencampuran harus terjamin sterilitas dan stabilitasnya dengan persyaratan wadah,

waktu pengiriman dan rute pengiriman. Wadah harus tertutup rapat dan terlindung

cahaya dan obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu

ditempatkan dalam wadah yang mampu menjaga konsistensi suhunya. Obat-obat

dengan waktu stabilitas pendek menjadi prioritas utama pengiriman. Pengiriman

sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur umum atau ramai untuk

menghindari terjadinya tumpahan obat yang akan membahayakan petugas dan

lingkungan.

Untuk penanganan limbah sediaan steril harus dimasukkan dalam wadah

tertentu, khusus penanganan limbah sediaan sitostatika dilakukan sesuai dengan

SPO, antara lain menggunakan alat pelindung diri (APD), menempatkan limbah

pada container buangan tertutup, memberi label peringatan pada bagian luar

kantong, membawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup,

memusnahkan limbah tersebut dengan insenerator 10.000 °C dan mencuci tangan.

4.4 Pelayanan farmasi klinik

4.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep

Pengkajian dan pelayanan resep di RSUP Dr. Mohammad Hoesin untuk

pasien rawat inap dilakukan oleh TPO Rawat Inap. Sedangkan untuk pasien rawat

jalan dilayani TPO Rawat Jalan. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai

persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama

dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan

farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan

ketersediaan, aturan dan cara pemakaian) dan persyaratan klinis (ketepatan


108

indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan

ESO, kontra indikasi dan efek aditif) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan. Setelah resep ditelaah oleh apoteker, bila ditemukan masalah terkait obat

apoteker mengkonsultasikan kepada dokter penulis resep. Untuk resep yang tidak

tepat akan dicatat pada lembar telaah lalu diarsipkan di setiap unit.

Adapun poin-poin yang ditelaah adalah:

a. Ketepatan Obat, dosis, frekwensi dan rute pemberian obat.

b. Duplikasi terapeutik

c. Alergi

d. Interaksi Obat

e. Kontra Indikasi

f. Kesesuaian dengan formularim.

4.4.2 Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat di dilakukan dengan melihat Catatan

Penggunaan Perbekalan Farmasidan wawancara langsung dengan pasien.

4.4.3 Rekonsiliasi obat

Rekonsiliasi obat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin dilakukan oleh dokter

pada saat asesemen awal pasien rawat inap, dokter mengidentifikasi apakah pasien

membawa obat dari luar yang sedang digunakan (obat dari rumah sakit

sebelumnya) untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan pada pemindahan

pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dan untuk antar ruang perawatan

dokter menuliskan obat yang telah digunakan pada form transfer pasien. Jika

pasien membawa obat dari luar, maka dokter menuliskan pada Form Rekonsiliasi
109

Obat dan diinformasikan ke TTK kemudian TTK menyalin FormRekonsiliasi

tersebut ke dalam CPPF dengan menggunakan tinta merah dan obat tersebut

nantinya akan diberikan ke pasien.

4.4.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat (PIO) di RSUP Dr. Mohammad Hoesin adalah

pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara

akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain

diluar Rumah Sakit. Prosedur PIO ini adalah :

a. PIO Berupa Pertanyaan

- Apoteker menerima pertanyaan dari dokter, apoteker, perawat, profesi

kesehatan dan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit

baik secara lisan, tulisan, melalui telepon atau secara langsung.

- Apoteker memberikan jawaban dan informasi berdasarkan evidence

baseddan literatur secara akurat,tidak bias,terkini dan komprehensif.

- Apoteker mengisi formulir PIO dan mencatat dalam buku kegiatan

Apoteker.

b. PIO Berupa Leaflet dan Poster

- Apoteker bekerja sama dengan Instalasi Pelayanan Pelanggan, PKRS dan

Humas (IP3H) menerbitkan leaflet dan poster

- Leaflet dan poster diletakkan ditempat-tempat pelayanan agar dapat

diambil oleh pasien yang membutuhkan informasi atau dibagikan kepada

pasien yang bertanya

c. PIO dengan Melakukan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit


110

- Instalasi Pelayanan Pelanggan, PKRS Dan Humas (IP3H) berkoordinasi

dengan Instalasi Farmasi untuk menetapkan jadwal dan tempat

dilakukannya penyuluhan kesehatan rumah sakit

- Kepala Instalasi Farmasi merujuk Apoteker yang akan melakukan

penyuluhan

- Apoteker memberikan penyuluhan kesehatan dengan tema yang dipilih

sesuai jadwal

Ruang lingkup PIO meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian dan

pengawasan mutu data atau informasi obat dan keputusan professional. Informasi

secara aktif diberikan dalam bentuk seperti leaflet yang dibuat setiap tahun yang

memuat tentang pemakaian obat. Sedangkan informasi secara pasif dengan

memberikan jawaban atas setiap pertanyaan yang masuk sesuai dengan kebutuhan

penanya. PIO di RSUP Dr. Mohammad Hoesin belum terdokumentasi dengan

baik.

4.4.5 Konseling

Pelaksanaan konseling di rawat inap RSUP Dr. Mohammad Hoesin baru

dilaksanakan sebagian yaitu pada pasien anak di ruang perawatan Kemuning

lantai I dan II, sedangkan konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang

konseling TPO Rawat Jalan.

Kegiatan konseling obat terhadap penderita merupakan salah satu bentuk

kegiatan pelayanan farmasi klinik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

yang memberikan informasi obat kepada pasien dan keluarga pasien dengan

tujuan menunjang tercapainya efektifitas dan keamanan terapi obatyang optimal


111

serta meminimalkan efek samping yang terjadi.Kegiatan ini dilakukan oleh

seorang Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian yang memiliki keahlian spesifik

dalam bidang obat.

Informasi yang diberikan pada pasien saat konseling adalah terkait dengan

nama obat, dosis, indikasi obat, tujuan pemakaian obat, cara pemakaian, saat

pemakaian obat, aturan pakai obat, lama pemakaian obat, yang harus dilakukan

kalau lupa, risiko kalau aturan pemakaian tidak dipatuhi, ESO yang umum terjadi,

obat-obat bebas (OTC) yang harus dibatasi/dihindari, aktifitas yang harus

dibatasi/dihindari, makanan dan minuman yang harus dikurangi, cara

penyimpanan obat, serta cara pembuangan obat.

Kegiatan konseling di Instalasi Rawat Inap ditujukan kepada keluarga

pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Selain itu konseling juga ditujukan

kepada pasien-pasien pulang yang membawa beberapa obat sebagai terapi

lanjutan yang diminum saat di rumah. Farmasis memberikan informasi terkait

obat serta memberikan motivasi kepada keluarga pasien.

Konseling di Rawat Jalan dilakukan di ruang konseling TPO Rawat Jalan,

sasaran yang dikonseling adalah pasien dan keluarga pasien, farmasis perlu

memberitahukan ESO dari obat-obatan yang diterima pasien dengan menjelaskan

gejala-gejala yang timbul bila terjadi ESO, serta mengkonfirmasi kepada pasien

apakah gejala-gejala yang telah disebutkan terjadi pada pasien atau tidak.

Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian juga perlu menjelaskan cara untuk

mengatasi bila terjadi ESO agar pasien memahami hal yang harus dilakukan bila

mengalami ESO. Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian perlu menjelaskan cara
112

penggunaan obat mulai dari cara pakainya misalnya memasang alat sampai cara

penyuntikan insulin. Untuk pasien yang menerima polifarmasi, Apoteker dan

Tenaga teknis kefarmasian perlu mengatur jadwal minum obat dengan melibatkan

pasien dalam mengambil keputusan dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan

minum obat sehingga tercapai efek terapi yang diharapkan, jadwal minum obat

yang teratur tergantung pada jam makan pasien sehingga untuk memudahkan

maka disepakati jam makan, terutama makan pagi, siang dan malam, kemudian

ditulis pada etiket jadwal minum obat agar pasien mengingatnya. Informasi lain

yang perlu disampaikan adalah tentang gaya hidup, misalnya perubahan pola

makan, aktivitas yang sebaiknya dilakukan/ dihindari, makanan yang harus

dibatasi dan lain lain, hal ini untuk menunjang terapi yang didapatkan oleh pasien

sehingga kualitas hidup pasien meningkat.

4.4.6 Visite

Sebelum melakukan visite terlebih dahulu apoteker menelaah resep yang

ada di CPPF dan melihat interaksi obat dari masing-masing pasien.Visite

dilakukan oleh Apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan

Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi pada kolom farmasi.

Apoteker menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaannya, aturan

pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat. Visite di RSUP

M.Hoesin masih dilakukan secara mandiri, belum melakukan visite tim bersama

tenaga kesehatan lain seperti dokter dan perawat.

4.4.7 Pemantauan terapi obat (PTO)


113

Pemantauan terapi obat dilakukan bersamaan dengan visite untuk

memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

4.4.8 Monitoring efek samping obat (MESO)

Kegiatan monitoring efek samping obat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Bila tenaga

kesehatan menemukan Efek Samping Obat (ESO) yang tidak lazim, maka farmasi

klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika

kasus yang didapat ternyata memang Efek Samping Obat (ESO) yang tidak lazim

dan berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir Efek

Samping Obat (ESO) dan selanjutnya dikirim ke pusat MESO Nasional melalui

Sub Komite Farmasi & Terapi.

Adapun jenis MESO yang dilaporkan adalah:

a. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping

yang selama ini belum pernah terjadi

b. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat

c. Setiap reaksi efek samping obat yang serius

4.4.9 Evaluasi penggunaan obat (EPO)

Evaluasi penggunaan obat dilakukan tiap kurun waktu untuk mengetahui

pola penggunaan obat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin.

4.4.10 Dispensing sediaan steril

Penanganan sediaan sitostatika seperti pencampuran sitostatika di RSUP

Dr. Mohammad Hoesin telah dilakukan oleh farmasi, yaitu Apoteker dan TTK

yang terlatih dan telah mmemiliki sertifikat.Sedangkan untuk dispensing


114

pencampuran obat suntik non sitostatika dan nutrisi parenteral dilakukan oleh

perawat.

4.4.11 Pemantauan kadar obat dalam darah (PTO)

Pemantauan kadar obat merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan

untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Namun

pelaksanaan pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

belum dilakukan, karena fasilitas alat belum tersedia. Sebaiknya segera diterapkan

pemantauan kadar obat dalam darah guna meningkatkan efektivitas terapi dan

meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), sehingga dapat

meningkatkan kualitas pelayanan terhadap hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai