Anda di halaman 1dari 3

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN

BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


No. Dokumen : 132/SOP/PKM-S/IV/2023
No. Revisi : 00
SOP TanggalTerbit : 03 April 2023
Halaman : 1/3

UPTD
PUSKESMAS Ferry Fawzi Annor
SALIMBATU

1. Pengertian Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi.
2. Tujuan Menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan
rasional, meningkatkan kompetensi/kemapuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan system informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Salimbatu Nomor
025/SK/PKM-S/III/2023 tentang Pelayanan klinis
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Kefarmasian di Puskesmas;
2. Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian, Kemenkes RI
tahun 2019
5. Langkah- A. Perencanaan
langkah/Prosedur 1. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi
obat periode sebelumnya, data mutasiobat, dan rencana
pengembangan
2. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga
harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), Formularium Nasional dan Kebutuhan Puskesmas
3. Penanggung Jawab obat Puskesmas menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO pemakaian 1
tahun sebelumya dan dibuat dalam bentuk Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) tahunan dan mengajukan kebutuhan
tersebut ke IFPKF DKK.
B. Permintaan
1. Petugas mengajukan perencanaan kebutuhan obat dan
Bahan Medis Pakai berdasarkan data dari LPLPO setiap 3
bulan.
2. Petugas menuliskan permintaan obat dan BMHP dalam
LPLPO atau form permintaan yang sudah ditandatangani
oleh Kepala UPTD Puskesmas Salimbatu.
3. Petugas menyerahkan surat permintaan yang dibuat dan
dikirim ke IFPFK DKK
4. Penanggung Jawab Obat IFPKF DKK mengevaluasi
permintaan dengan memperhatikan sisa stok dan
pemakaian.
5. Petugas gudang menyiapkan Obat dan BMHP sesuai dengan
evaluasi Penanggung Jawab Obat IFPKF lalu
menginformasikan tanggal pendistribusian ke unit
pelayanan (Puskesmas)
C. Penerimaan
1. Petugas menerima dan menghitung kembali obat dan
BMHP yang diterima disesuaikan dengan SBBK, jika ada
kurang atau lebih item sediaan farmasi yang dikirim,
petugas farmasi langsung mengkonfirmasi ke IFPFK DKK
Tanjung Selor, lali petugas farmasi merubah sesuai yang
diterima dan menandatangani SBBK (Surat Bukti Barang
Keluar).
2. Petugas mencatat jumlah obat dan BMHP, No dokumen,
nomor batch dan tanggal kadaluarsa pada kartu stok
masing-masing obat dan BMHP.
D. Penyimpanan
1. Menyimpan obat dan BMHP berdasarkan penggolongan
bentuk dan sediaan, stabilitas (suhu, cahaya, kelembapan)
serta menggunakan system FEFO (first Expire First Out) /
FIFO (First In First Out), LASA, HIGH ALERT.
2. Menyiapkan Obat Golongan Narkotika dan Psikotropika
pada lemari khusus, pemegang kunci adalah apoteker dan
dokter penanggung jawab pelayanan medis.
3. Memastikan suhu penyimpanan diatur sebagai berikut
a. Suhu Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8⁰C. Lemari
pendingin mempunyai suhu 2⁰C - 8⁰C, lemari pembeku
mempunyai suhu antara -20⁰C dan -10⁰C.
b. Suhu Sejuk adalah suhu antara 8⁰C dan 15⁰C. kecuali
dinyatakan lain, bahaya yang harus disimpan pada suhu
sejuk dapat disimpan didalam lemari pendingin
c. Suhu kamar adalah suhu ruang kerja. Suhu kamar
terkendali adalah suhu yang diatur antara 15⁰C dan 30⁰C
d. Hangat adalah suhu antara 30⁰C - 40⁰C
E. Pendistribusian
1. Petugas Pustu / Poskesdes dan unit pelayanan, menuliskan
permintaan sediaan farmasi di buku yang tersedia
2. Petugas farmasi menerima dan menyiapkan sediaan farmasi,
dengan mempertimbangkan stok yang ada
3. Petugas farmasi menyerahkan sediaan farmasi ke unit
pelayanan dan petugas pustu / poskesdes, petugas unit
pelayanan, petugas pustu / poskesdes yang menerima
menandatangani di buku yang tersedia.
F. Pengendalian
1. Petugas farmasi membuat permintaan ke IFKP DKK
dengan melihat pemakaian 3 bulan ke belakang dan di
tambah 1 bulan untuk buffer stok
2. Petugas farmasi mengkaji stok obat yang tersedia di
Puskesmas apakah obat tersebut memenuhi kebutuhan satu
periode kedepan
3. Apabila ditemukan obat yang tidak memenuhi kebutuhan
satu periode maka koordinator Farmasi membuat panjar ke
IFPK dengan melihat stok yang ada di IFKP pada link yang
tersedia, jika di IFPK kosong petugas farmasi mengusulkan
rencana pembelian ke PBF (Pedagang Besar Farmasi)
kepada Kepala Puskesmas dengan menggunakan dana
kapitasi JKN.
G. Pencatatan dan Pelaporan
1. Petugas farmasi melakukan pencatatan dengan melakukan
Stok Opname Sediaan Farmasi setiap akhir bulan
2. Petugas farmasi mengirimkan hasil Stok Opname berupa
LPLPO ke IFK setiap bulan
3. Petugas farmasi mengarsipkan hasil Stok Opname setiap
bulan
H. Pemantauan dan Evaluasi
1. Petugas farmasi melakukan pemantauan dan evaluasi dari
data Stok Opname di setiap bulan
6. Unit Terkait 1. IFPFK DKK
2. Unit Pelayanan
3. Pustu / Poskesdes
No Tanggal Mulai
Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Rekam Histori Perubahan

Anda mungkin juga menyukai