1. Pengertian Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. 2. Tujuan Menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemapuan tenaga kefarmasian, mewujudkan system informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Salimbatu Nomor 025/SK/PKM-S/III/2023 tentang Pelayanan klinis 4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Kefarmasian di Puskesmas; 2. Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian, Kemenkes RI tahun 2019 5. Langkah- A. Perencanaan langkah/Prosedur 1. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasiobat, dan rencana pengembangan 2. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional dan Kebutuhan Puskesmas 3. Penanggung Jawab obat Puskesmas menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO pemakaian 1 tahun sebelumya dan dibuat dalam bentuk Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tahunan dan mengajukan kebutuhan tersebut ke IFPKF DKK. B. Permintaan 1. Petugas mengajukan perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Pakai berdasarkan data dari LPLPO setiap 3 bulan. 2. Petugas menuliskan permintaan obat dan BMHP dalam LPLPO atau form permintaan yang sudah ditandatangani oleh Kepala UPTD Puskesmas Salimbatu. 3. Petugas menyerahkan surat permintaan yang dibuat dan dikirim ke IFPFK DKK 4. Penanggung Jawab Obat IFPKF DKK mengevaluasi permintaan dengan memperhatikan sisa stok dan pemakaian. 5. Petugas gudang menyiapkan Obat dan BMHP sesuai dengan evaluasi Penanggung Jawab Obat IFPKF lalu menginformasikan tanggal pendistribusian ke unit pelayanan (Puskesmas) C. Penerimaan 1. Petugas menerima dan menghitung kembali obat dan BMHP yang diterima disesuaikan dengan SBBK, jika ada kurang atau lebih item sediaan farmasi yang dikirim, petugas farmasi langsung mengkonfirmasi ke IFPFK DKK Tanjung Selor, lali petugas farmasi merubah sesuai yang diterima dan menandatangani SBBK (Surat Bukti Barang Keluar). 2. Petugas mencatat jumlah obat dan BMHP, No dokumen, nomor batch dan tanggal kadaluarsa pada kartu stok masing-masing obat dan BMHP. D. Penyimpanan 1. Menyimpan obat dan BMHP berdasarkan penggolongan bentuk dan sediaan, stabilitas (suhu, cahaya, kelembapan) serta menggunakan system FEFO (first Expire First Out) / FIFO (First In First Out), LASA, HIGH ALERT. 2. Menyiapkan Obat Golongan Narkotika dan Psikotropika pada lemari khusus, pemegang kunci adalah apoteker dan dokter penanggung jawab pelayanan medis. 3. Memastikan suhu penyimpanan diatur sebagai berikut a. Suhu Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8⁰C. Lemari pendingin mempunyai suhu 2⁰C - 8⁰C, lemari pembeku mempunyai suhu antara -20⁰C dan -10⁰C. b. Suhu Sejuk adalah suhu antara 8⁰C dan 15⁰C. kecuali dinyatakan lain, bahaya yang harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan didalam lemari pendingin c. Suhu kamar adalah suhu ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15⁰C dan 30⁰C d. Hangat adalah suhu antara 30⁰C - 40⁰C E. Pendistribusian 1. Petugas Pustu / Poskesdes dan unit pelayanan, menuliskan permintaan sediaan farmasi di buku yang tersedia 2. Petugas farmasi menerima dan menyiapkan sediaan farmasi, dengan mempertimbangkan stok yang ada 3. Petugas farmasi menyerahkan sediaan farmasi ke unit pelayanan dan petugas pustu / poskesdes, petugas unit pelayanan, petugas pustu / poskesdes yang menerima menandatangani di buku yang tersedia. F. Pengendalian 1. Petugas farmasi membuat permintaan ke IFKP DKK dengan melihat pemakaian 3 bulan ke belakang dan di tambah 1 bulan untuk buffer stok 2. Petugas farmasi mengkaji stok obat yang tersedia di Puskesmas apakah obat tersebut memenuhi kebutuhan satu periode kedepan 3. Apabila ditemukan obat yang tidak memenuhi kebutuhan satu periode maka koordinator Farmasi membuat panjar ke IFPK dengan melihat stok yang ada di IFKP pada link yang tersedia, jika di IFPK kosong petugas farmasi mengusulkan rencana pembelian ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) kepada Kepala Puskesmas dengan menggunakan dana kapitasi JKN. G. Pencatatan dan Pelaporan 1. Petugas farmasi melakukan pencatatan dengan melakukan Stok Opname Sediaan Farmasi setiap akhir bulan 2. Petugas farmasi mengirimkan hasil Stok Opname berupa LPLPO ke IFK setiap bulan 3. Petugas farmasi mengarsipkan hasil Stok Opname setiap bulan H. Pemantauan dan Evaluasi 1. Petugas farmasi melakukan pemantauan dan evaluasi dari data Stok Opname di setiap bulan 6. Unit Terkait 1. IFPFK DKK 2. Unit Pelayanan 3. Pustu / Poskesdes No Tanggal Mulai Yang Dirubah Isi Perubahan Diberlakukan