Anda di halaman 1dari 4

Pembacaan Alkitab Yohanes 3:14-21 (berdiri, baca bersama”)

Renungan

”Arti Sebuah Pengorbanan”

Banyak orang yang berkata, "Aku mencintai Yesus dengan segenap hatiku." Bahkan
merelakan seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan. Bukan hanya itu, seluruh harta dan
kekayaannya direlakan untuk membantu pekerjaan Tuhan.

Namun, pernahkah Anda berpikir kepada siapakah Anda berkorban? Mengapa Anda mau
berkorban? Untuk apa Anda berkorban? Kekristenan tidak pernah lepas dari pengorbanan.
Melayani Tuhan berarti merelakan diri untuk siap berkorban. Baik korban tenaga, korban
waktu, korban perasaan, korban uang, dan mungkin juga korban nyawa.

Saat ini saya ingin mengajak Anda untuk melihat contoh pengorbanan sejati yang dilakukan
oleh Pribadi, yang namanya Yesus Kristus. Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan di atas segala tuhan, sementara manusia -- telah jatuh dalam dosa dan upah dosa
adalah maut. Tuhan Yesus tidak tega melihat manusia binasa dan mati karena dosa-dosanya.
Oleh karena itu, Tuhan Yesus memilih untuk datang ke dalam dunia untuk memulihkan
hubungan manusia dengan Allah yang telah terputus akibat dosa.

Salah satu sifat Allah yang kita baca dalam Kitab Suci adalah kudus, ini berarti orang berdosa
harus dihukum. Dalam kondisi seperti itu, Kristus yang berada di surga harus berinkarnasi
menjadi manusia dan menjadi korban tebusan bagi umat manusia. Alkitab menjelaskan:
"yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraannya dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."
Yesus yang adalah Allah rela mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan
manusia. Perlu dicatat bahwa pada masa pemerintahan Romawi, hamba adalah pribadi yang
dianggap rendah, alias tidak bernilai. Hamba dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh
majikannya. Dari sini kita mengetahui pengorbanan sejati yang dilakukan oleh Yesus Kristus
bagi seluruh umat manusia.

Yang menjadi pertanyaan adalah, atas dasar apakah Yesus melakukan pengorbanan itu?
Apakah supaya menjadi populer dan dikenal oleh dunia, serta dianggap sebagai pahlawan
yang berjasa? Sama seperti yang dilakukan oleh para pemimpin dunia masa kini?
Jawabnya adalah tidak!

Lantas atas dasar apa? Alkitab memberi jawaban sebagai berikut:

1. Pengorbanan-Nya dibangun atas dasar kasih (Yohanes 3:16).


Dalam bahasa Yunani kata kasih yang dipakai adalah "Agape" yang berarti kasih yang
tulus, tanpa pamrih, tanpa syarat, tidak ada motivasi yang terselubung, dan tidak ada
udang di balik batu. Inilah ketulusan sebuah pengorbanan.

Hendaknya kita meneladani Kristus dalam setiap tindakan dan pengorbanan kita untuk
Tuhan. Alkitab memberitahukan, apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah itu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

2. Pengorbanan-Nya dibangun atas dasar agar Bapa dimuliakan dan janji Allah
digenapi melalui hidup-Nya.
Seluruh pengorbanan dan pelayanan Yesus di dunia ini diarahkan pada satu gol yang
jelas, yaitu Bapa dimuliakan dan genaplah janji Bapa tentang karya keselamatan bagi
dunia ini.

Dalam kitab Injil, Yesus melakukan banyak mukjizat. Yesus tidak pernah melakukan
semuanya itu agar Dia dimuliakan atau disanjung tinggi oleh para pengagum-Nya,
melainkan supaya Bapa-Nya dimuliakan.
Bagaimana dengan kita? Adakah tujuan hidup kita hanya untuk memuliakan Allah
saja? Semoga demikian.

Teman-teman yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus ada sebuah ilustrasi singkat
tentang “3 Buah Pohon”

Pada suatu ketika adalah tiga buah pohon yang tumbuh di lereng suatu bukit. Mereka
membicarakan harapan dan impian mereka. Pohon yang pertama berkata, “Saya berharap
saya akan menjadi suatu kotak harta yang berharga. Saya akan diisi dengan emas, perak dan
barang berharga lainnya. Saya akan diukir dengan indah dan setiap orang dapat melihat
keindahan saya.”

Kemudian pohon kedua berkata, “Pada suatu ketika saya akan menjadi sebuah kapal yang
perkasa. Saya akan membawa para raja dan ratu mengarungi samudera dan berlayar ke ujung
dunia. Setiap orang akan merasa aman di dalam diri saya.”
Akhirnya pohon yang ketiga berkata, “Saya ingin tumbuh menjadi pohon yang paling tinggi
dan paling tegak di daerah ini. Orang dapat melihat saya di puncak sebuah bukit dan melihat
ke cabang-cabang saya, dan berpikir betapa dekatnya saya dengan sorga dan Tuhan hingga
bisa meraihnya. Saya akan menjadi pohon yang terbesar sepanjang zaman dan orang akan
selalu ingat akan saya.”

Setelah beberapa tahun mereka berdoa agar impiannya menjadi kenyataan, sekelompok
penebang kayu datang ke situ. Ketika salah seorang penebang kayu datang ke pohon yang
pertama ia berkata, “Ini tampaknya pohon yang kuat, saya kira saya dapat menjual kayunya
pada seorang tukang kayu”. Ia pun mulai menebang pohon itu. Pohon itu merasa bahagia,
karena ia merasa tukang kayu itu akan membuatnya menjadi kotak harta yang berharga.

Pada pohon kedua salah seorang penebang kayu berkata, “Ini tampaknya pohon yang kuat,
saya tentu bisa menjualnya pada seorang tukang pembuat kapal.”

Pohon kedua juga merasa bahagia karena dengan cara itu ia mengira akan menjadi kapal yang
perkasa.

Ketika penebang kayu itu sampai ke pohon yang ketiga, pohon itu merasa cemas karena
kalau ia ditebang maka impiannya tak akan menjadi kenyataan. Salah seorang tukang kayu
berkata, “Saya tidak memerlukan hal-hal istimewa pada pohon saya, maka saya akan ambil
saja pohon ini,” ia pun menebangnya.

Ketika pohon pertama tiba di tempat tukang kayu, tukang kayu itu membuatnya menjadi
kotak makanan untuk hewan. Ia menaruhnya di sebuah kandang dan mengisinya dengan
jerami. Pohon tu kecewa, ini sama sekali bukan hal yang dimohonnya dalam doa.

Pohon kedua dipotong-potong dan dijadikan sebuah perahu nelayan yang kecil. Impiannya
untuk menjadi sebuah kapal yang perkasa yang membawa para raja haruslah berakhir.

Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan yang besar dan ditinggalkan dalam
kegelapan.

Tahun-tahun pun berlalu, dan pohon-pohon itu sudah melupakan impian mereka. Pada suatu
hari, seorang laki-laki dan perempuan masuk ke kandang dan meletakkan seorang bayi di atas
jerami dalam kotak makanan yang dibuat dari pohon yang pertama. Orang laki-laki itu
hendak membuat sebuah tempat tidur bayi dan palungan itu cocok untuk itu. Pohon itu pun
dapat merasakan pentingnya peristiwa itu dan tahu bahwa ia pernah digunakan untuk
menaruh sesuatu yang paling mulia sepanjang segala zaman.

Beberapa tahun kemudian, sekelompok orang menumpang kapal nelayan yang dibuat dari
pohon yang kedua. Salah seorang di antaranya lelah dan tertidur. Ketika mereka sedang
berada di tengah danau, mereka diterjang badai dan pohon itu merasa tidak cukup kuat
melindungi orang-orang itu. Orang-orang itu membangunkan orang yang tertidur itu, dan Ia
berdiri dan berkata, “Tenanglah” dan badai pun berhenti. Pada saat itu juga tahulah pohon itu
bahwa ia telah membawa Raja dari segala raja di perahu itu.

Akhirnya, datanglah seorang yang mengambil pohon yang ketiga. Kayu itu dibawa sepanjang
jalan oleh seorang dan orang-orang mengolok-olok orang yang membawa kayu itu. Ketika
sampai di tujuan, orang itu dipaku pada pohon itu, ditegakkan dan Ia mati di puncak bukit.
Ketika Minggu tiba, pohon itu menyadari bahwa ia cukup kuat berdiri di atas bukit itu dan
berada sangat dekat dengan Tuhan, karena Yesus telah disalibkan di pohon itu.

Moral dari cerita ini adalah, bila sesuatu tampaknya tidak berjalan sesuai dengan kehendak
Anda, ketahuilah bahwa Tuhan mempunyai rencana untuk Anda. Bila Anda menaruh
kepercayaan pada Dia, Ia akan memberi Anda anugerah besar. Setiap pohon memperoleh hal
yang diinginkan, hanya bukan dengan cara yang mereka bayangkan. Kita tidak selalu
mengerti rencana Tuhan untuk kita. Kita hanya tahu bahwa caraNya bukan cara kita, tetapi
kita tahu bahwa caraNya selalu yang terbaik.

Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

Semoga dihari natal ini kita mendapatkan makna dari arti natal yang sesungguhnya.
Amin. Tuhan Memberkati kita semua

Anda mungkin juga menyukai