Faktor - Faktor Terjadinya Batu Empedu Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusoda Makassar
Faktor - Faktor Terjadinya Batu Empedu Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusoda Makassar
Oleh:
Made Agus Dwianthara Sueta
Pembimbing:
Mappincara
Warsinggih
Burhanuddin Bahar
MAKASSAR
2014
2
Oleh:
Pembimbing:
Mappincara
Warsinggih
Burhanuddin Bahar
MAKASSAR
2014
3
Oleh:
Menyetujui
Pembimbing:
Prof. DR. Dr. Andi Asadul Islam, SpBS DR. Dr. Ronald E. Lusikooy, SpB-KBD
4
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
karya akhir ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini berjudul: FAKTOR - FAKTOR
TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODA
MAKASSAR, merupakan prasyarat dalam mengikuti Program Pendidikan Dokter Sub
Spesialis Bedah Digestif, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo
1. Prof. DR. Dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL (K), MARS, sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, atas
kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menempuh pendidikan
keahlian di rumah sakit yang beliau pimpin.
2. Prof. DR. Dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS, sebagai Ketua Departemen Ilmu
Bedah FK UH, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan sejak
awal sampai pada akhir pendidikan saya.
3. DR. Dr. Ronald E. Lusikooy, Sp. B-KBD, sebagai Ketua Divisi Bedah Digestif
Departemen Ilmu Bedah FK UH/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, yang
banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan untuk pelaksanaan
penelitian ini.
4. Dr. Mappincara, Sp. B-KBD, DR. Dr. Warsinggih, Sp.B-KBD dan DR. Dr.
Burhanuddin Bahar, MSc, sebagai pembimbing yang dengan tulus
membimbing, memberi arahan, memberi motifasi dari awal sampai karya akhir
ini selesai.
8. Ayahda dr. I Nyoman Sueta dan ibunda Ni Made Suartini yang telah
memberikan dorongan dan restu dalam mengikuti pendidikan ini.
10. Istri tercinta Luh Wayan Khrisna Devi Suarya, SE, Ananda Putu Savitri
Sueta, Made Anindya Sueta, Nyoman Tanessa Sueta dan Ketut
Uddhava Sueta atas segala pengertian, kesabaran dan pengorbanannya
serta dorongan semangat yang tiada henti selama saya menjalani
pendidikan ini.
11. Semua pihak yang telah membantu yang belum tercantum namanya
disini
Kami menyadari karya akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
saran untuk perbaikan karya akhir ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga karya
akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................. ............... ix
DAFTAR SINGKATAN........................................................................... .. x
DAFTAR LAMPIRAN.. .... ................................................... ................ xi
DAFTAR TABEL
Halaman
5.1 Karakteristik Sampel ……………………………………………… …. 41
5.2 Hubungan Umur dengan Batu Empedu……………………………. 42
5.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Batu Empedu…………………. 42
5.4 Hubungan Penderita DM dengan Batu Empedu…………………. 43
5.5 Hubungan Obesitas dengan Batu Empedu………………………… 44
5.6 Hubungan Kadar Trigliserida dengan Batu Empedu…………….... 44
5.7 Hubungan Kadar Kolesterol dengan Batu Empedu…………….... 45
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Gambaran Batu dalam Kandung Empedu ………...........………..…. 6
2.2 Gambaran Anatomi Kandung Empedu ….……………...................... 9
2.3 Kontraksi sfingter Oddi dan Pengisian Empedu ke Kandung Empedu. 12
2.4 Perbandingan Kolestrol, Lesithin, dan Garam Empedu dalam
hal Kelarutan.................. .................................................................................... 21
2.5 Klasifikasi Batu dalam Kandung Empedu…………………………........ .............23
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Pengumpulan Data Penelitian..................……….… 59
Lampiran 2 Hasil Analisa Statistik Penelitian…………………….............. 61
12
BAB I
PENDAHULUAN
berkembang, di Amerika Serikat lebih dari 20 juta orang menderita penyakit ini
dan ditemukan 1 juta pasien baru setiap tahunnya. Di Inggris lebih dari 5,5 juta
orang menderita batu empedu dengan lebih dari 50 ribu orang yang menjalani
penderita batu empedu 5–10% dari populasi dewasa. Secara klinis, insiden dari
pada kelompok umur 20-39 tahun baik pada pria ataupun wanita, keadaan ini
menunjukan adanya perubahan resiko tinggi dari kelompok umur pada kejadian
tinggi yang disebut ”5 Fs”: female, fertile, fat, fair dan forty. Di Amerika 10-
konstribusi pada kejadian batu empedu disamping obesitas, gender wanita, dan
batu empedu antara lain: jenis kelamin, usia lebih dari 40 tahun, obesitas,
sirosis hati, pankreatitis, kanker kandung empedu) (Maryan, 2008; Clinic staff,
2008)
terutama pada usia muda, dan baru mendapat perhatian secara klinis,
14
faktor yang terkait dengan batu empedu. Penelitian ini merupakan penelitian
empedu ?
empedu ?
empedu ?
empedu ?
pada penderita batu empedu yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat
empedu.
empedu.
empedu.
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung
tepat dibawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus,
infundibulum, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung nya buntu dari
Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu (Hunter, 2007; Tank,
2009).
saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan hati
Sistem biliaris disebut juga sistem empedu, sistem biliaris dan hati
tumbuh bersama berasal dari divertikulum yang menonjol dari foregut, dimana
tonjolan tersebut akan menjadi hepar dan sistem biliaris. Bagian kaudal dari
dengan panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus
umumnya menonjol sedikit keluar ke luar tepi hati, di bawah lengkung iga
kanan, di tepi lateral muskulus rectus abdominis. Sebagian korpus besar korpus
1-2 cm, diameter 2-3 mm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa yang
Heister, yang mengatur pasase bile ke dalam kandung empedu dan menahan
(Doherty, 2010).
saluran yang paling kecil yang disebut kanikulus empedu yang meneruskan
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm.
Tempat muaranya ini disebut Papilla Vatteri. Ujung distalnya dikelilingi oleh
sfingter Oddi, yang mengatur aliran empedu ke dalam duodenum (Tank, 2009;
Doherty, 2010).
2.3 Fisiologi
dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50%. Fungsi primer dari kandung
tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan
Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu:
lemak, karena asam empedu yang melakukan dua hal antara lain: asam
menjadi partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang
dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui
buangan yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir
hal ini terjadi ketika makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit
relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus
dirangsang kuat oleh serat-serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem
empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak yang adekuat
(90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam
anorganik. Garam empedu adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan
balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau diperlukan
menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos
yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan ampula relaksasi,
lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak
(Klingensmith, 2008)
Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu :
1. Hormonal :
Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
2. Neurogen :
2006)
Empedu
Komponen Empedu Gallbledder
Hati
Air 97,5 gm % 95 gm %
Elektrolit - -
24
1. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua
dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah menjadi
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-
kuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90
%) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa
lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium.
Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena
radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu (Townsend,
2. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan
globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi
bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma
terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain
merah berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat
25
dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat
terlarut yang kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan
2.4 Epidemiologi
dapat dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang disebut ”5 Fs” : female (wanita),
fertile (subur)khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), fair (kulit putih), dan
1. Genetik
batu empedu bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat penyakit ini sering
Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit
hitam. Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan
2. Umur
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat
sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu
3. Jenis Kelamin
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan
Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara lain:
obesitas, makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi parenteral yang
2.5 Patogenesis
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang
(Silbernagl, 2000).
pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu, terlalu
banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, terlalu banyak
ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis
kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk
alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam waktu beberapa
Townsend, 2004).
dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh
striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus sistikus
(Sjamsuhidayat, 2005).
2.6 Patofisiologi
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media
mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol
yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin,
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan
Bhangu, 2007).
1. Batu kolesterol
70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu dan lesitin. Ini dapat
b. Pembentukan nidus.
c. Kristalisasi/presipitasi.
30
Gambar 2.4. Perbandingan kolestrol, lesithin, dan garam empedu dalam hal
kelarutan
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis batu empedu yang
sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi
bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi (Lesmana,
2006). Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan
pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen
3. Batu campuran
kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk, berwarna coklat tua. Sebagian besar dari
1. Asimtomatik
nyeri bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual (Suindra,
2007). Studi perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan batu
rutin dalam semua pasien dengan batu empedu asimtomatik (Hunter, 2007).
2. Simtomatik
atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15
menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris,
33
berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam
dan kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik
biliaris. Mual dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris
(Beat, 2008)
3. Komplikasi
diantara wanita usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung
Gambaran tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam
dan konstan, baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh
rasa tidak nyaman di daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah
saat inspirasi atau dengan pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke
ujung skapula. Keluhan ini dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu
tanda toksemia, nyeri tekan pada kanan atas abdomen dan tanda klasik
”Murphy sign” (pasien berhenti bernafas sewaktu perut kanan atas ditekan).
Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya dalam 20% kasus. Kebanyakan
atau kronik. Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada
punggung dan bahu kanan (Murphy sign). Pasien dapat berkeringat banyak dan
berguling ke kanan-kiri saat tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri
2010).
nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Seringkali terdapat riwayat dispepsia,
intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama. Setelah
terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu
Komplikasi yang paling sering adalah infeksi kandung empedu (kolesistitis) dan
obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus. Obstruksi ini dapat
dan perut kanan atas disertai tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila
obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya kolangitis
bakterial non piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan
menggigil, nyeri didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya
berupa tiga gejala trias Charcot, ditambah syok, dan kekacauan mental atau
karena komplikasi mekanik dan infeksi yang mungkin mengancam nyawa. Batu
duktus koledokus disertai dengan bakterobilia dalam 75% persen pasien serta
dengan adanya obstruksi saluran empedu, dapat timbul kolangitis akut. Episode
parah kolangitis akut dapat menyebabkan abses hati. Migrasi batu empedu
kecil melalui ampula Vateri sewaktu ada saluran umum diantara duktus
2.8 Penatalaksanaan
Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau
1. Kolesistektomi terbuka
dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien.
Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%.
2. Kolesistektomi laparaskopi
banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan
kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis
3. Disolusi medis
batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,
kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien. Kurang dari 10% batu empedu
diameternya < 20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu
4. Disolusi kontak
kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan
manfaat pada saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas
6. Kolesistotomi
oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu
dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4
perut. ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran
(ERCP)
40
BAB III
Jenis kelamin
DM
Hiperlipidemia
3.2 Hipotesis
empedu.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3 Populasi
Semua pasien yang dirawat di ruang bedah di Rumah Sakit Umum Pusat
4.4 Sampel
Kriteria Inklusi:
Desember 2013
42
Kriteria eksklusi :
lengkap.
pemilihan jumlah sampel sesuai dengan rumus (dikutip dari Bambang Madiono,
2002).
n= zα2 p (1-p )
d2
Keterangan :
n : jumlah sampel
(0,05)2
n : 195,9 196
43
1. Variabel bebas
bentuk dan komposisi yang bervariasi (Dorland, 2005). Pada penelitian ini
penderita dengan batu empedu diketahui dari hasil operasi ditemukan batu
2. Usia pasien berdasarkan pada KTP atau usia yang tercantum pada rekam
medik pasien.
3. Jenis kelamin berdasarkan KTP atau jenis kelamin yang tertera pada rekam
medik pasien.
memiliki nilai BMI (Body Mass Index) lebih dari 25 kg/m2 pada penduduk
asia dewasa.
yaitu trigliserida atau kolesterol total dalam plasma atau keduanya, dengan
nilai trigliserida > 2,1 mmol/l (1 mmol/l = 88,57 mg/dl), sedangkan nilai
kolesterol total > 6,5 mmol/l (1 mmol/l = 38,67 mg/dl) ( Katzung, 2002)
44
Diabetes Association ) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil
• Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200
mg/dl
• Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126
mg/dl
• Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam
Variabel Bebas:
Jenis kelamin,
Variabel
Penderita DM. Tergantung:
Usia
Batu Empedu
Obesitas,
Hiperlipidemia
identitas, jenis kelamin, usia, BMI, hiperlipidemia dan DM. Data pasien yang
melalui telepon maupun home visite, bila data pasien masih tidak lengkap maka
akan dieksklusikan.
46
Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi
Egleable sample
Jenis kelamin
Umur
Obesitas Batu Empedu
Hiperlipidemia
DM
Ya Tida
Analisis data
47
diolah dengan memakai SPSS 17.0 for Windows, uji statistik untuk mengetahui
hubungan faktor resiko dengan kejadian batu empedu dan untuk menilai
tergantung (nominal) akan dilakukan analisa Chi square test tabel 2x2 dan rasio
BAB V
HASIL PENELITIAN
Sebanyak 196 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada
penelitian ini. Dari 196 orang tersebut sebanyak 114 (58,5 %) orang dengan
batu empedu, 101 orang perempuan (51.5 %) dan 95 orang laki-laki (48.5 %).
Usia termuda pada penelitian ini 22 tahun dan usia tertua 58 tahun dimana
(22.8 %) penderita laki – laki dengan batu empedu dan sebanyak 88 (77.2 %)
Tabel 5.1
Karakteristik Sampel (n=196)
Karakteristik Rerata ± SB
Jenis kelamin
Laki-laki, n(%) 82 (41,8 %)
Perempuan, n(%) 114 (58,2 %)
Dilihat dari hubungan antara umur dengan kejadian batu empedu (tabel
hubungan yang bermakna (p= 0,001) antara umur kurang dari 40 tahun
dengan kejadian batu empedu dimana nilai rasio prevalensi 2,05. Ini berarti
bahwa umur kurang dari 40 tahun merupakan resiko potensial untuk terjadinya
batu empedu, dimana umur kurang dari 40 tahun mempunyai resiko potensial
menderita batu empedu 2 kali lebih besar dari orang yang berumur diatas 40
tahun.
50
Tabel 5.2
Hubungan Umur dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Umur ≤ 40 th 95 44 139
> 40 th 19 38 57
114 82 196
TOTAL
Rasio prevalensi 2.05, dan P= 0,008 ,
yang bermakna (p= 0,001) antara jenis kelamin perempuan dengan kejadian
batu empedu dimana nilai rasio prevalensi 3.38, ini berarti jenis kelamin
Tabel 5.3
Hubungan Jenis Kelamin dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
kejadian batu empedu ( tabel 5.4 ), dimana nilai rasio prevalensi 5.81, hal ini
batu empedu 5 kali lebih besar dari orang yang tidak menderita DM.
Tabel 5.4
Hubungan Penderita DM dengan Batu Empedu
DM DM 103 18 121
Normal 11 64 75
114 50 169
TOTAL
Rasio prevalensi 5.81 dan P=0,001
hubungan yang bermakna (p= 0,001) pada tabel 5.5 antara penderita dengan
obesitas dengan kejadian batu empedu dimana nilai rasio prevalensi 4.02, ini
Tabel 5.5
Hubungan Obesitas dengan Batu Empedu
Normal 17 64 81
114 82 196
TOTAL
Rasio prevalensi 4.02 dan P=0,001
bermakna (p= 0,001) antara kadar trigliserida yang meningkat dengan kejadian
batu empedu (tabel 5.6), dimana nilai rasio prevalensi 2,14, ini berarti
resiko potensial menderita batu empedu 2 kali lebih besar dari orang yang
Tabel 5.6
Hubungan Kadar Trigliserida dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Normal 26 50 76
114 82 1196
TOTAL
Rasio prevalensi 2.14 dan P=0,001
53
dengan kejadian batu empedu ( tabel 5.7 ), dimana nilai rasio prevalensi 2.05,
untuk terjadinya batu empedu, dimana orang yang memiliki peningkatan kadar
Tabel 5.7
Hubungan Kadar Kolesterol dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Normal 19 38 57
114 82 196
TOTAL
Rasio prevalensi 2.05 dan P=0,001
54
BAB VI
PEMBAHASAN
penderita batu empedu 5–10% dari populasi dewasa. Secara klinis, insiden dari
berlemak, dan penurunan asupan makanan berserat pada populasi Asia (Park,
2009).
batu empedu, dimana umur kurang dari 40 tahun memiliki hubungan bermakna
dengan kejadian batu empedu, hasil yang sama dilaporkan pada penelitian di
Taiwan terjadi peningkatan penderita batu empedu pada kelompok umur 20-39
tahun baik pada pria ataupun wanita, keadaan ini menunjukan adanya
perubahan resiko tinggi dari kelompok umur pada kejadian batu empedu (Park,
mendapatkan umur lebih dari 40 tahun lebih bermakna dengan kejadian batu
kejadian batu empedu pada populasi di Arab Saudi. Peningkatan kejadian batu
empedu pada usia kurang dari 40 tahun pada penelitian ini kemungkinan
disebabkan interaksi dari berapa faktor yang lain yang mempengaruhi kejadian
55
batu empedu seperti wanita atau laki-laki pada usia dibawah 40 tahun juga
dilakukan terhadap 20 juta pasien kolelitiasis dengan 1 juta kasus baru terjadi
setiap tahunnya. Penelitian dari Mittal juga mengatakan sekitar 10-15% dewasa
di Amerika memiliki batu empedu dan pada Negara Amerika Latin, prevalensi
Kakar dari Amerika mewawancarai 102 wanita berusia 41-74 tahun yang
terdiagnosa kolelitiasis dalam kurun waktu Januari 1979 dan September 1980
batu empedu pada wanita yang menggunakan estrogen minimal satu tahun
20-44 tahun.
untuk resiko terjadinya batu empedu dibandingkan dengan umur, jenis kelamin,
di Amerika, dan Canada. Penelitian di Nigeria dengan jumlah sampel 100 orang
sampel 599 yang masuk kriteria inklusi, sebanyak 12 orang (2%) pasien DM
dan 4 orang dari mereka (33.3%) dengan batu empedu, pada penelitian ini
hubungan antara diabetes mellitus dan penyakit batu empedu ( Rupali, 2005)
empedu dalam analisis univariat faktor risiko individu pada kedua jenis kelamin.
mudah jenuh dengan kolesterol, volume kandung empedu pada keadaan puasa
lebih besar pada pasien dengan DM, ejeksi fraksi kandung empedu berkurang
57
pada kasus diabetes, serta terdapat faktor yang memodifikasi nukleasi kristal
dan sekresi lendir dari kandung empedu yang dapat membentuk batu empedu (
Rupali, 2005).
kemungkinan 3 kali lebih banyak menderita batu empedu daripada orang tanpa
obesitas. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh beberapa penelitian
di Asia, Amerika, dan Inggris, dimana terjadi peningkatan prevalensi dari batu
perempuan dengan BMI 24 atau 25, dan perempuan dengan BMI lebih dari 45
HMGCoA.
dengan kejadian batu empedu, hal yang sama didapatkan pada penelitian di
China selama 1 tahun dari bulan januari- desember 2007, melibatkan 3573
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dimana 384 pasien dengan batu, dari
384 tersebut sebanyak 142 orang (37 %) dengan hiperlipidemia (Huang, 2007).
Penelitian Henry (2005) di Jerman dengan jumlah sampel 4000 orang, 900
secara statistik pada trigliserida serum dan empedu. Ada peningkatan signifikan
pada kedua density lipoprotein serum yang tinggi (HDL) dan low density
<0,01), HDL (p <0,01) dan LDL (p <0,01) secara signifikan ketika dibandingkan
menunjukkan tingkat yang sangat signifikan HDL (p<0,001) dan LDL (p <0,001)
dalam serum, dan kolesterol total (p <0,001), HDL (p<0,001) dan LDL (p
59
yang signifikan secara statistik tetapi ini tidak terjadi dengan LDL empedu (p
<0,05). Seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini, ada hubungan antara
profil lipid serum dan empedu dalam menyebabkan batu empedu pada populasi
dipengaruhi oleh faktor genetik dan atau lingkungan. Proses pertama dalam
oleh hati. Langkah kedua dalam pembentukan batu empedu adalah kristalisasi.
empedu pada kandung empedu menjadi jenuh dengan kolesterol, maka terjadi
kristalisasi yang berlebihan dan kekurangan relatif dari inhibitor kristalisasi juga
Promotor dan inhibitor sebagian besar berupa protein seperti glikoprotein lender
(Chang, 2011.).
empedu jenuh yang tinggi pada kandung empedunya meskipun pasien tersebut
kurus, hal ini mungkin merupakan salah satu penyebab meningkatnya kejadian
antara umur kurang dari 40 tahun, jenis kelamin perempuan, obesitas, DM, dan
kelemahan pada penelitian ini terutama dalam jumlah sampel. Dimana jumlah
sampel yang ikut dalam penelitian ini masih kecil, masih memungkinkan adanya
interaksi antara beberapa faktor resiko untuk terjadinya batu empedu, dan
penelitian kohort.
61
BAB VII
7.1 Simpulan
2,05 kali).
62
7.2 Saran
kejadian batu empedu dengan sampel yang lebih besar dan variabel yang lebih
dengan kejadian batu empedu sebagai bahan acuan para klinisi untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alina ,D., Hobart ,W, H.,et al. 2008. Biliary System. In:Norton,J.A.,Barie, P.S.,
Bollinger, R., Chang, A.E., Lowry, S.F., Mulvihill, S.J., Pass,H.I., Thompson,
R.W., editors. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2nd. Ed. New York:
McGraw Hill.p. 911-925.
Bateson, M. 1991. Batu Empedu. In: Bateson, M., editor. Batu Empedu dan
Penyakit Hati. Jakarta: Arcan.p. 35-41.
Beat, M., et al. 2008. Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts Diagnosis and
Treatment.In: Beat, M., editor. Clinical Surgery. New York : McGraw Hill.p. 219-
230
Bhangu, A.A. 2007. Cholelitiasis and Cholesistitis. In: Bhangu, A.A., editor.
Flesh and Bones of Surgery. China: Elseiver.p.123-128.
Doherty, G.M. 2010. Biliary Tract. In : Doherty, G.M., editor. Current Diagnosis
& Treatment Surgery. 13 th. Ed. New York: McGraw-Hill.p. 544-55
64
Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson,
J.L., Looscalzo, J.2008.Cholelithiasis. In: Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper,
D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L., Looscalzo,editors. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th.Ed. New York: McGraw-Hill.p. 278-280.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 1997. Sistem Saluran Empedu. In: Guyton, A.C., Hall,
J.E., editors. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th. Ed.Jakarta: EGC. p.1028-
1029.
Park, Y.H., Park, S.J., Jang, J.Y. 2009. Changing Patterns of Gallstone Disease
in Korea. World J Gastroenterol.,10.3748/wjg.14.5282.
Peela,J.R.,Abdalla,J.2012. Lipid Profile in Bile and Serum of Cholelithiasis
Patients– A Comparative Study. Journal of Basic Medical and Allied Sciences
1:2.
Price, S.A., Wilson, L.M. 1995. Kolelitiasis dan Kolesistisis. In: Prince, S.A.,
editor. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4th. Ed. Jakarta: EGC. p. 430-
444.
Reeves, C.J. 2001. Penyakit Kandung. In: Reeves, C.J., editor. Keperawatan
Medika Bedah. Jakarta: Salemba Medika.p.149-151.
Sarr, M.G., Cameron, J.L. 1996. Sistem empedu. In: Cameron, J.L., editor.
Esentials of Surgery. 2nd. Ed. Jakarta: EGC.p.121-123.
Tank, P. W., Gest, T. R.. 2009.The Abdomen. In: Tank, P,W., Gest,T.R.,
editors. Atlas of Anatomy. New York: Lippincott Williams & Wilkins. p.653-661
Tjandra, J. J., Gordon, A.J.2006. Cholelitiasis. In: Gordon, A.J., editor. Textbook
Of Surgery. 3 th. Ed. New Delhi:Blackwell.p.206-230.
Townsend, C.M., Beauchamp, R.D., Evers. B,M., Mattox, K.L. 2004. Biliary
Tract. In: Townsend, C.M., editor. Sabiston Textbook of Surgery.17th. Ed. New
York: Elsevier. p.300-3010.
66
LAMPIRAN
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Identitas penderita
0g
>0–20 g
>20–60 g
>60 g
1–2 gelas:
3–4 gelas:
Jenis kopi :
Minum obat antihiperlipidemia : 1. Ya: 2. Tidak:
Jika ya jenis:
Kebiasaan merokok : tidak pernah merokok
Pemakaian obat kontarasepsi: 1. Ya: 2. Tidak:
Jika ya jenisnya:
Oral: --------------------------------------------------------
Suntik: -----------------------------------------------------
Implant: ----------------------------------------------------
Lain2 : ----------------------------------------------------
Jenis Batu empedu :
69
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.74.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
>40 Count 28 17 45
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.83.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.74.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
Normal Count 17 64 81
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.89.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
Normal Count 26 50 76
Chi-Square Tests
75
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.80.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
Normal Count 19 18 37
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.48.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
BatuGB
ya tidak Total
normal Count 11 64 75
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.38.
Risk Estimate