Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ULUMUL HADIS

MADZHAB INKARUS SUNNAH


DAN KESALAHAN LOGIKANYA

DISUSUN OLEH:
WAHYU ADHI LUHUNG 33010200034
HKI SEMESTER 3

PROGRAM STUDY HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan atau
perbuatan dan atau persetujuan. Hadits berkedudukan sebagai sumber hukum Islam yang
kedua setelah Al-Qur’an. Adanya hadits berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat Al-Qur’an.
Akan tetapi dari disampaikannya hadits-hadits yang disandarkan pada Rasulullah SAW
tidak semua disetujui oleh semua ummat Islam. Terdapat golongan yang mengakui akan
ketidakbenaran kehadiran hadits-hadits tersebut. Dengan pemikiran-pemikiran yang
membuat kokohnya pendapat yang tidak mempercayai Sunnah tersebut, golongan-
golongan yang terlibat pun ikut andil untuk mengingkari segala yang sampai pada
mereka. Maka perlunya untuk membahas peristiwa Al-Inkar Al- Sunnah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok permasalahan yang dijadikan sebagai objek
pembahasan:
1. Pengertian Al-Inkar Al- Sunnah
2. Sebab Kemunculan Al-Inkar Al- Sunnah
3. Logika tentang AL Inkar al sunnah
4. Bentuk bentuk Al inkar al sunnah
5. Inkarussunnah diIndonesia
6. Argumen-Argumen Penguat Al-Inkar Al- Sunnah

C. Tujuan
Makalah ini ditulis untuk memberikan sebuah gambaran yang jelas mengenai dasar-dasar
pemikiran Al-Inkar Al- Sunnah, baik dilihat dari pengertian, sebab kemunculan, serta
logika logika,bentuk bentuk,inkarussunah diIndonesia, argument argument mengenai
inkarussunah yang ada; sehingga dapat digunakan untuk sarana pembelajaran dalam
pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ingkar Sunnah


Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata
“Ingkar” berasal dari akar kata bahasa Arab ‫ إِ ْن َك َرا يُ ْن ِك ُر إِ ْن َك َر‬yang mempunyai arti
diantaranya :”Tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau
tidak mengetahui sesuatu. Misalnya Firman Allah :
َ‫فَ َد َخلُوا َعلَ ْي ِه فَ َع َرفَهُ ْم َوهُ ْم لَهُ ُم ْن ِكرُون‬
“Lalu mereka (saudara saudara Yusuf) masuk ke (tempat) nya. Maka Yusuf mengenal
mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya kepadanya.(QS.Yusuf (12) :58).
َ‫ْرفُونَ نِ ْع َمةَ هَّللا ِ ثُ َّم يُ ْن ِكرُونَهَا َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال َكافِرُون‬
ِ ‫يَع‬
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mengingkarinya dan kebanyakan mereka
adalah orang orang yang kafir. (QS.An-Nahl (16) :83).
Al Askari membedakan antara makna An Inkar dan Al Juhdu. Kata Al Inkar terhadap
sesuatu yang tersembunyi dan tidak disertai pengetahuan, . Dari beberapa kata”Ingkar” di
atas dapat disimpulkan bahwa Ingkar secara etimologis diartikan menolak, tidak
mengakui, dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan batin atau lisan dan hati yang
dilatar belakangi oleh faktor ketidaktahuannya atau faktor lain.Orang yang menolak
sunnah sebagai hujjah dalam beragama oleh umumnya ahli hadits disebut ahli bid’ah.
Mereka itu, kaum Khawarij, Mu’tazilah dan lain lain karena mereka itu umumnya
menolak sunnah.
Ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yanng sifatnya masih sangat sederhana
pembatasannya diantaranya sebagai berikut :
a. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah sebagai
sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al Qur’an.
b. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar
hukum Islam dari Sunnah shahih baik sunnah praktis atau yang secara formal
dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas mutawatir atau ahad atau sebagian saja,
tanpa ada alasan yang diterima.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat
perorangan atau kelompok bukan gerakan atau aliran, ada kemungkinan paham ini dapat
menerima sunnah selain sebagai sumber hukum Islam, misalnya sebagai fakta sejarah,
budaya, tradisi dan lain lain. Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah
baik sunnah mutawatir dan ahad atau menolak yang ahad saja atau sebagian saja.
Demikian juga penolakan sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan alasan yang
dapat diterima oleh akal sehat, seperti seorang mujtahid yang menemukan dalil yang lebih
kuat daripada hadits yang ia dapatkan, atau hadits itu tidak sampai kepadanya.
2. Sejarah Ingkar Sunnah
Sejarah Ingkar Sunnah terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Ingkar Sunnah Klasik


Ingkar Sunnah Klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (w. 204 H) yang menolak
kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagi sumber hukum Islam baik mutawatir atau
ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As Sunnah (pembela sunnah)
pernah didatangi oleh orang yang disebut sebagai ahli tentang mazhab teman temannya
yang menolak seluruh sunnah. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-
Syafi’i secara panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua
argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan
jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan
menerima sunnah Nabi.
Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada kelompok pengingkar Sunnah yang
berhadapan dengan Asy-Syafi’i yaitu :
1) Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Al Qur’an saja
yang dapat dijadikan hujjah.
2) Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Al Qur’an.
Kesimpulannya Ingkar Sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat Islam yang
dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte sekte dalam Islam,
kemudian di ikuti oleh para pendukungnya dengan cara saling mencaci para sahabat dan
melemparkan hadits palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan karakteristik
umat Islam. Semua umat Islam menerima kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda
dalam memberikan kriteria persyaratan kualitas sunnah.(Majid, Abdul Khon.2009.hal 27-
40).

b. Ingar Sunnah Modern


Al Mawdudi yang dikutip oleh Khadim Husein Ilahi Najasy seorang Guru Besar
Fakultas Tarbiyah Jamiah Ummi Al Qura Thaif, demikian juga dikutip beberapa ahli
Hadits juga mengatakan bahwa Ingkar Sunnah lahir kembali di India, setelah
kelahirannya pertama di Irak masa klasik. Tokoh tokohnya ialah Sayyid Ahmad Khan
(w.1897 M), Ciragh Ali (w.1898 M), Maulevi Abdullah Jakralevi (w.1918 M), Ahmad
Ad-Din Amratserri (w.1933M), Aslam Cirachburri (w.1955M), Ghulam Ahmad Parwez
dan Abdul Khaliq Malwadah, Sayyid Ahmad Khan sebagai penggagas sedang Ciragh Ali
dan lainnya sebagai pelanjut ide ide Abu Al Hudzail pemikiran Ingkar Sunnah tersebut.
Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam.
c.pokok pokok ajaran ingar sunnah
1) Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah. Menurut mereka hadits itu karangan
Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
2) Dasar Hukum Islam hanya Al Qur’an saja.
3) Syahadat mereka :Isyhadu bi anna muslimun.
4) Shalat mereka bermacam macam ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat dan ada
yang hanya eling saja.
5) Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram yaitu Muharram, Rajab,
Zulqa’idah, dan Zulhijah.
6) Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu waktu
mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa.
7) Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
8) Orang yang meninggal tidak dishalati karena tidak ada perintah dalam Al Qur’an.
Alasan Pengingkar Sunnah
Terdapat dua hal yang menjadi argumen besar para pengingkar sunnah sebagai alasan dan
landasan yang digunakan. Argumen-argumen Naqli dan argumen-argumen non-naqli.
(Ismail, Syuhudi. Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar, dan Pemalsunya.1995.
Jakarta: Gema Insani Press.)

3. logika tentang Al-Inkar Al- Sunnah


Ingkar sunnah sebagai paham atau kelompok yang menolak sunah atau hadis Rasulullah
SAW schagai hujah dan sumber kedua ajaran Islam yang wajib ditaati dan diamalkan.
Imam Syafi'i menyatakan bahwa kelompok ini muncul di penghujung abad kedua atau
awal abad ketiga Hijriah.
4. Bentuk bentuk AL inkar AL sunnah
Bentuk Ingkarus Sunnah secara total sudah dapat terbaca gerakannya semenjak zaman
Imam Syafi’i rahmahullah (seperti telah dipaparkan serba sedikit di atas) hingga zaman
sekarang. Beberapa tokohnyapun sudah dipaparkan. Jika di Mesir lebih banyak bersifat
individual, maka di India dan Indonesia lebih merupakan gerakan jama’ah yang
terorganisir. Tetapi masing-masing memiliki daya sesatnya sendiri-sendiri. Karena itu,
dibawah ini hanya akan dipaparkan beberapa bentuk gerakan secara garis besar yang
sebenarnya merupakan bagian dari ingkarus Sunnah, namun yang tentu menolak jika
disebut ingkarus Sunnah. Sebab mereka beranggapan bahwa mereka tidak menolak
Sunnah. Hanya karena mereka bersandar pada logika, maka mereka menolak banyak
Sunnah dengan anggapan bahwa Sunnah tersebut mustahil berasal dari Nabi n . Jika
diperhatikan, penolakan terhadap Sunnah jenis ini, ada yang berbentuk individual dan ada
pula yang berbentuk jama’ah. Secara individual, gerakan ini dipelopori antara lain oleh
tokoh-tokoh pergerakan seperti yang telah dikemukakan di atas. Meskipun sebenarnya
tokoh-tokoh tersebut juga mewakili suatu jama’ah dan pada kenyatannya jama’ah yang
dipimpinnyapun menggunakan pola-pola tokoh-tokohnya ketika berbicara tentang Islam
dan perjuangan. Misalnya adalah Muhammad al-Ghazali, seorang tokoh pergerakan
kontemporer yang dilihat sepintas sepertinya ingin mengikatkan diri pada cara-cara Salaf.
Namun setelah diperhatikan ternyata berlawanan dengan cara-cara salaf, bahkan
manhajnya terlihat sangat bebas dan menghilangkan batas-batas pemisah antara haq dan
bathil. Di satu sisi sepertinya ingin mengembalikan pada manhaj al-Qur’an, tetapi di sisi
lain ternyata menghantam Sunnah dan Ahlu Sunnah. Syaikh Ahmad Salam dalam
karyanya “Maa ana ‘Alaihi wa Ashabi” (Daar Ibnu Hazm cet. I, hal. 194 dst) menukil
beberapa pernyataan Muhammad al-Ghazali dari beberapa tulisannya antara lain :
“Mengaitkan diri dengan Salaf merupakan tujuan para pelaku perbaikan pada zaman kita
sekarang…Tetapi apa yang kini disebut Salafiyah serta apa yang ditawarkannya sebagai
jalan kembali, sungguh merupakan sesuatu yang mengherankan, sebab penawaran itu
memuat sejumlah besar persoalan yang bersifat kekanak-kanakan yang semestinya harus
mati, dan generasi umat sekarang tidak perlu dibebani untuk mempelajarinya” [dinukil
oleh Syaikh Ahmad Salam dari buku karya Muhammad al-Ghazali: Dustur al-Wihdah
ats-Tsaqafiyah hal. 130] Pada buku lain Muhammad al-Ghazali mengatakan : “Para da’i
umat Islam, baik salaf maupun khalaf seharusnya berpegang pada metodologi al-Qur’an
dalam memaparkan persoalan-persoalan aqidah. Mereka hendaknya menyibukkan diri
dengan mengemukakan upaya-upaya solusi Islami bagi problem-problem masa kini serta
krisis-krisis moril dan materiil yang muncul. Sebab itulah sesungguhnya yang telah
dikerjakan oleh generasi Salaf yang pertama, sehingga hal itu sangat membantu bagi
penaklukan-penaklukan negeri-negeri Timur dan Barat. Adapun orang-orang yang kini
menyibukkan diri dengan mengumandangkan perang melawan Jahmiyah, Mu’tazilah dan
Asy’ariyah, maka bisa jadi mereka hanya memelihara kemenangan di medan yang tidak
ada musuhnya, kemenangan dalam khayalan belaka dan tidak akan memperoleh apa-apa
kecuali bayangan saja…” [dinukil dari buku Muhammad al-Ghazali “Humum ad-
Da’iyah” hal. 136].

5. Inkarussunah DiIndonesia

Tidak banyak yang bisa disampaikan tentang ingkarus Sunnah di Indonesia, namun pada
tahun delapan puluhan dan sebelumnya pernah meledak kepermukaan sebuah gerakan
ingkarus Sunnah dengan tokohnya antara lain Nazwar Syamsu. Mereka mempunyai tata
cara shalat sendiri. Shalat menurut mereka sama dengan dzikir. Dengan demikian jika
sekelompok orang duduk dalam majelis ilmu, sudah mereka anggap melaksanakan shalat
karena majelis ilmu merupakan majelis dzikir. Ini tentu akibat pengingkaran mereka
terhadap Sunnah atau akibat hawa nafsu dan kejahilan mereka. Sebab di dalam al-Qur’an,
menurut mereka tidak terdapat tata cara shalat secara khusus. Mengingkari Sunnah secara
demikian berarti telah mengingkari wahyu Allah dan itu adalah kufur. Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah berfirman: ‫ فَإِن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْى ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هللاِ َوال َّرسُو ِل‬Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan
Rasul (sunnahnya). [An-Nisa/4 : 59]. ‫ق َع ِن ْالهَ َوى إِ ْن هُ َو إِالَّ َوحْ ٌي يُو َحي‬ ُ ‫ َو َما يَن ِط‬Dan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [An-Najm/53 : 3-4]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
ُ ‫ أَالَ إِنِّي أُوْ تِي‬Ketahuilah, bahwa aku telah diberi wahyu
wa sallam bersabda : ُ‫ْت ْالقُرْ آنَ َو ِم ْثلَهُ َم َعه‬
al-Qur’an dan yang semisal al-Qur’an (yakni Sunnah) datang bersamanya. [HR. Abu
Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad dengan sanad yang shahih. Lihat al-Hadits Hujjatun
binafsihi fi al-‘Aqaid wal Ahkam, Syeikh al-Albani, yang di bukukan oleh Muhammad Id
al-Abbasi, ad-Daar as-Salafiyah, cet. I 1406 H/1986 M. hal. 32-33, juga pada muqadimah
hal. 25]. Jadi mereka adalah golongan orang yang sebenarnya menentang al-Qur’an al-
Karim. Gerakan ini hingga kini masih ada, hanya suaranya tak begitu bergema. La haula
wala Quwwata illa Billah. Semoga kita dilindungi dari kejahatan-kejahatan gerakan
semacam ini.

6. Argumen-Argumen Penguat Al-Inkar Al- Sunnah


1) Argumen-Argumen Naqli
Yang dimaksud dengan argumen-argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat Al-Qur’an saja,
tetapi juga berupa sunnah atau hadits Nabi.
a) Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 89
...)٨٩( َ‫َاب تِ ْبيَانًا لِ ُكلِّ َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َرى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬
َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬
... Dan Kami turunkan Kitab (Al Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.
b) Al Qur’an Surat Al An’am ayat 38
ْ ‫ َما فَر‬.....
ِ ‫َّطنَا فِي ْال ِكتَا‬
‫ب ِم ْن َش ْي ٍء‬
... Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab
Menurut para pengingkar sunnah kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Al Qur’an telah
mencangkup segala sesuatu berkenaan dengan agama. Menurut mereka salat lima waktu
sehari semalam yang wajib didirikan dan yang sehubungan dengannya, dasarnya bukanlah
sunnah atau hadits, melainkan ayat ayat Al Qur’an, misalnya QS.Al Baqarah : 238, Al
Hud:144, Al Isra:78 dan 110,Taha:130,Al Hajj:7, An Nur:58, Ar Rum 17-18. (ibid.)
Dalam kaitannya dengan tata cara shalat Kassim Ahmad pengingkar Sunnah dari Malaysia
menyatakan dalam bahasa Malaysia :
“Kita telah membuktikan bahwa perintah sembahyang telah diberi oleh Tuhan kepada Nabi
Ibrahim dan kaumnya dan amalan ini telah diperuntukkan generasi demi generasi, hingga
Muhammad dan umatnya.....(Kassim Ahmad), h. 104.
Ada hikmahnya yang besar mengapa Tuhan tidak memperincikan bentuk dan kaidah salat
dalam Al Qur’an. Pertama, karena bentuk dan kaidah ini telah diajar kepada Nabi Ibrahim
dan pengikut pengikutnya dan di sahkan untuk di ikuti oleh umat Muhammad. Kedua, karena
bentuk dan kaidah ini tidak begitu penting dan Tuhan ingin memberi kelonggaran kepada
umat Muhammad supaya mereka boleh melakukan salat mereka dalam keadaan apajuga
seperti dalam perjalanan jauh, peperangan, di Kutub Utara, atau di angkasa lepas,mengikuti
cara yang sesuai....(Ibid, h.47)
Dengan demikian menurut pengingkar sunnah tata cara salat tidaklah penting. Para
pengingkar sunnah adalah orang orang yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad tidak
berhak sama sekali untuk menjelaskan Al Qur’an kepada umatnya. Nabi Muhammad hanya
bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada para pengikutnya.
Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk patuh kepada
Rasulullah. Hal itu menurut para pengingkar sunnah hanya berlaku sewaktu Rasulullah masih
hidup, yakni tatkala jabatan ulul amri masih ditangan beliau. Setelah beliau wafat maka
jabatan ulul amri berpindah kepada orang lain dan karenanya kewajiban patuh orang yang
beriman kepada Nabi Muhammad menjadi gugur. (Ibid, h.40-44)
c) QS. Al Fathir :31
ُّ ‫ب ه َُو ْال َح‬
‫ق‬ ِ ‫َوالَّ ِذي أَوْ َح ْينَا إِلَ ْيكَ ِمنَ ْال ِكتَا‬
Artinya : Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur'an) itulah
yang benar.
d) Sejumlah riwayat hadist yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
ُ ِ‫ َواِن َّما اَنا َ ُم َو اف‬.ُ‫َاب هللاِ فَلَ ْم اَقُ ْله‬
ُ‫ق ِكتَا باَهللاِ َو بِ ِه هَدَا نِى هللا‬ ِ ‫ َما اَتا َ ُك ْم َعنِّ ْي فَا َ ْع ِرضُوْ هُ عَل َى ِكتَا‬.
َ َ‫ب هللاِ فَإ ِ ْن َواف‬
َ ‫ق ِكت‬
Artinya : Apa yang datang kepadamu dari saya, maka konfirmasikanlah dengan Kitabullah;
Jika sesuai dengan Kitabullah, maka hal itu berarti saya telah mengatakannya; Dan jika
ternyata menyalahi Kitabullah, maka hal itu bukanlah saya yang mengatakannya. Dan
sesungguhnya saya (selalu) sejalan dengan Kitabullah dan dengannya Allah telah memberi
petunjuk kepada saya.

2) Argumen Non-Naqli

a) Al Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui Malaikat Jibril)
dalam bahasa Arab. Orang orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab mampu
memahami Al Qur’an secara langsung, tanpa bantuan penjelasan dari hadits Nabi. Dengan
demikian hadits Nabi tidak diperlukan untuk memahami petunjuk Al Qur’an. (al-Syafi’i. juz
VII, h. 250)
b) Dalam sejarah umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam mundur karena
umat Islam terpecah pecah. Perpecahan itu terjadi karena umat Islam berpegang kepada
hadits Nabi. Jadi menurut para pengingkar sunnah, haditsNabi merupakan sumber
kemunduran umat Islam; Agar umat Islam maju, maka umat Islam harus meninggalkan hadits
Nabi.
c) Asal mula hadits Nabi yang terhimpun dalam kitab kitab hadits adalah dongeng
dongeng semata. Dinyatakan demikian, karena hadits Nabi lahir setelah lama Nabi wafat.
Dalam sejarah, sebagian hadits baru muncul pada zaman tabi’in dan atba’ al tabi’in (dibaca
atba’ut-tabi’in), yakni sekitar empat puluh atau lima puluh tahun sesudah Nabi wafat. Kitab
kitab hadits yang terkenal, misalnya Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, adalah kitab
kitab yang menghimpun berbagai hadits palsu. Disamping itu, banyak matan hadits yang
termuat dalam berbagai kitab hadits, isinya bertentangan dengan Al Qur’an ataupun logika.
(Ibid)
d) Menurut dokter Taufiq Sidqi, tiada satupun hadits Nabi yang dicatat pada zaman Nabi.
Pencatatan hadits terjadi setelah Nabi wafat. Dalam masa tidak tertulisnya hadits itu, manusia
berpeluang untuk mempermainkan dan merusak hadits sebagai mana yang telah terjadi.
e) Menurut pengingkar sunnah, kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits sangat lemah
untuk menentukan keshahihan hadits dengan alasan sebagai berikut :
(1) Dasar kritik sanad itu, yang dalam ilmu hadits dikenal dengan istilah ‘Ilm al-Jarh wa al-
Ta’dil (ilmu yang membahas ketercelaan dan keterpujian pada periwayat hadits), baru
muncul setelah satu setengah abad Nabi wafat. Dengan demikian, para periwayat generasi
sahabat Nabi, al-tabi’in, dan atba’ al- tabi’in tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi.
(2) Seluruh sahabat Nabi sebagai periwayat hadits pada generasi pertama dinilai adil oleh
ulama hadits pada akhir abad ketiga dan awal abad ke empat Hijriah. Dengan konsep ta’dil
al-shahabah, para sahabat Nabi dinilai terlepas dari kesalahan dalam melaporkan hadits.

D.Kesimpulan
Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau kelompok bukan gerakan
atau aliran, ada kemungkinan paham ini dapat menerima sunnah selain sebagai sumber
hukum Islam, misalnya sebagai fakta sejarah, budaya, tradisi dan lain lain.
Namun perlu ditekankan bahwa adanya Inkar Sunnah setidaknya mengharuskan
dilakukannya suatu pembelajaran kembali yang lebih matang mengenai tafsir Qur’an
yang benar dan adanya peninjauan kembali untuk menghadirkan analisa-analisa terhadap
kebenaran-kebenaran penyampaian hadits/sunnah yang tidak menekankan keterbukaan
pemikiran yang sebenarnya dapat membantu kehidupan. Sehingga hidup yang
dilandaskan pada Al-Qur’an dapat benar-benar terrealisasikan tanpa adanya kekakuan
pemikiran yang tidak terbuka terhadap pemahaman Al-Qur’an itu sendiri, sebab di dalam
Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang memerlukan penjelasan dari penerima wahyu
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Azami, M.2004.Menguji Keaslian Hadis Hadis Hukum.Jakarta :Pustaka Firdaus.


Majid, Khon Majid. 2009. Ulumul Hadis.Jakarta : Bumi Aksara.
Rahman Fazlur.2002.Wacana Studi Hadis Kontemporer.Yogyakarta: Tiara Wacana.
https://almanhaj.or.id/2925-bentuk-bentuk-ingkarus-sunnah.html
epublika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/11/19/mdqln1-aliran-ingkarus-sunnah-2

Anda mungkin juga menyukai