DISUSUN OLEH:
WAHYU ADHI LUHUNG 33010200034
HKI SEMESTER 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan atau
perbuatan dan atau persetujuan. Hadits berkedudukan sebagai sumber hukum Islam yang
kedua setelah Al-Qur’an. Adanya hadits berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat Al-Qur’an.
Akan tetapi dari disampaikannya hadits-hadits yang disandarkan pada Rasulullah SAW
tidak semua disetujui oleh semua ummat Islam. Terdapat golongan yang mengakui akan
ketidakbenaran kehadiran hadits-hadits tersebut. Dengan pemikiran-pemikiran yang
membuat kokohnya pendapat yang tidak mempercayai Sunnah tersebut, golongan-
golongan yang terlibat pun ikut andil untuk mengingkari segala yang sampai pada
mereka. Maka perlunya untuk membahas peristiwa Al-Inkar Al- Sunnah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok permasalahan yang dijadikan sebagai objek
pembahasan:
1. Pengertian Al-Inkar Al- Sunnah
2. Sebab Kemunculan Al-Inkar Al- Sunnah
3. Logika tentang AL Inkar al sunnah
4. Bentuk bentuk Al inkar al sunnah
5. Inkarussunnah diIndonesia
6. Argumen-Argumen Penguat Al-Inkar Al- Sunnah
C. Tujuan
Makalah ini ditulis untuk memberikan sebuah gambaran yang jelas mengenai dasar-dasar
pemikiran Al-Inkar Al- Sunnah, baik dilihat dari pengertian, sebab kemunculan, serta
logika logika,bentuk bentuk,inkarussunah diIndonesia, argument argument mengenai
inkarussunah yang ada; sehingga dapat digunakan untuk sarana pembelajaran dalam
pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
5. Inkarussunah DiIndonesia
Tidak banyak yang bisa disampaikan tentang ingkarus Sunnah di Indonesia, namun pada
tahun delapan puluhan dan sebelumnya pernah meledak kepermukaan sebuah gerakan
ingkarus Sunnah dengan tokohnya antara lain Nazwar Syamsu. Mereka mempunyai tata
cara shalat sendiri. Shalat menurut mereka sama dengan dzikir. Dengan demikian jika
sekelompok orang duduk dalam majelis ilmu, sudah mereka anggap melaksanakan shalat
karena majelis ilmu merupakan majelis dzikir. Ini tentu akibat pengingkaran mereka
terhadap Sunnah atau akibat hawa nafsu dan kejahilan mereka. Sebab di dalam al-Qur’an,
menurut mereka tidak terdapat tata cara shalat secara khusus. Mengingkari Sunnah secara
demikian berarti telah mengingkari wahyu Allah dan itu adalah kufur. Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah berfirman: فَإِن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْى ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هللاِ َوال َّرسُو ِلKemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan
Rasul (sunnahnya). [An-Nisa/4 : 59]. ق َع ِن ْالهَ َوى إِ ْن هُ َو إِالَّ َوحْ ٌي يُو َحي ُ َو َما يَن ِطDan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [An-Najm/53 : 3-4]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
ُ أَالَ إِنِّي أُوْ تِيKetahuilah, bahwa aku telah diberi wahyu
wa sallam bersabda : ُْت ْالقُرْ آنَ َو ِم ْثلَهُ َم َعه
al-Qur’an dan yang semisal al-Qur’an (yakni Sunnah) datang bersamanya. [HR. Abu
Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad dengan sanad yang shahih. Lihat al-Hadits Hujjatun
binafsihi fi al-‘Aqaid wal Ahkam, Syeikh al-Albani, yang di bukukan oleh Muhammad Id
al-Abbasi, ad-Daar as-Salafiyah, cet. I 1406 H/1986 M. hal. 32-33, juga pada muqadimah
hal. 25]. Jadi mereka adalah golongan orang yang sebenarnya menentang al-Qur’an al-
Karim. Gerakan ini hingga kini masih ada, hanya suaranya tak begitu bergema. La haula
wala Quwwata illa Billah. Semoga kita dilindungi dari kejahatan-kejahatan gerakan
semacam ini.
2) Argumen Non-Naqli
a) Al Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui Malaikat Jibril)
dalam bahasa Arab. Orang orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab mampu
memahami Al Qur’an secara langsung, tanpa bantuan penjelasan dari hadits Nabi. Dengan
demikian hadits Nabi tidak diperlukan untuk memahami petunjuk Al Qur’an. (al-Syafi’i. juz
VII, h. 250)
b) Dalam sejarah umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam mundur karena
umat Islam terpecah pecah. Perpecahan itu terjadi karena umat Islam berpegang kepada
hadits Nabi. Jadi menurut para pengingkar sunnah, haditsNabi merupakan sumber
kemunduran umat Islam; Agar umat Islam maju, maka umat Islam harus meninggalkan hadits
Nabi.
c) Asal mula hadits Nabi yang terhimpun dalam kitab kitab hadits adalah dongeng
dongeng semata. Dinyatakan demikian, karena hadits Nabi lahir setelah lama Nabi wafat.
Dalam sejarah, sebagian hadits baru muncul pada zaman tabi’in dan atba’ al tabi’in (dibaca
atba’ut-tabi’in), yakni sekitar empat puluh atau lima puluh tahun sesudah Nabi wafat. Kitab
kitab hadits yang terkenal, misalnya Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, adalah kitab
kitab yang menghimpun berbagai hadits palsu. Disamping itu, banyak matan hadits yang
termuat dalam berbagai kitab hadits, isinya bertentangan dengan Al Qur’an ataupun logika.
(Ibid)
d) Menurut dokter Taufiq Sidqi, tiada satupun hadits Nabi yang dicatat pada zaman Nabi.
Pencatatan hadits terjadi setelah Nabi wafat. Dalam masa tidak tertulisnya hadits itu, manusia
berpeluang untuk mempermainkan dan merusak hadits sebagai mana yang telah terjadi.
e) Menurut pengingkar sunnah, kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits sangat lemah
untuk menentukan keshahihan hadits dengan alasan sebagai berikut :
(1) Dasar kritik sanad itu, yang dalam ilmu hadits dikenal dengan istilah ‘Ilm al-Jarh wa al-
Ta’dil (ilmu yang membahas ketercelaan dan keterpujian pada periwayat hadits), baru
muncul setelah satu setengah abad Nabi wafat. Dengan demikian, para periwayat generasi
sahabat Nabi, al-tabi’in, dan atba’ al- tabi’in tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi.
(2) Seluruh sahabat Nabi sebagai periwayat hadits pada generasi pertama dinilai adil oleh
ulama hadits pada akhir abad ketiga dan awal abad ke empat Hijriah. Dengan konsep ta’dil
al-shahabah, para sahabat Nabi dinilai terlepas dari kesalahan dalam melaporkan hadits.
D.Kesimpulan
Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau kelompok bukan gerakan
atau aliran, ada kemungkinan paham ini dapat menerima sunnah selain sebagai sumber
hukum Islam, misalnya sebagai fakta sejarah, budaya, tradisi dan lain lain.
Namun perlu ditekankan bahwa adanya Inkar Sunnah setidaknya mengharuskan
dilakukannya suatu pembelajaran kembali yang lebih matang mengenai tafsir Qur’an
yang benar dan adanya peninjauan kembali untuk menghadirkan analisa-analisa terhadap
kebenaran-kebenaran penyampaian hadits/sunnah yang tidak menekankan keterbukaan
pemikiran yang sebenarnya dapat membantu kehidupan. Sehingga hidup yang
dilandaskan pada Al-Qur’an dapat benar-benar terrealisasikan tanpa adanya kekakuan
pemikiran yang tidak terbuka terhadap pemahaman Al-Qur’an itu sendiri, sebab di dalam
Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang memerlukan penjelasan dari penerima wahyu
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA