Anda di halaman 1dari 18

“INGKAR AS-SUNNAH”

A. Pengertian Ingkar Sunnah

Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”.
Kata “Ingkar” berasal dari akar kata bahasa Arab ‫ ِإْﻧَﻜَﺮا ُﻳْﻨِﻜُﺮ ِإْﻧَﻜَﺮ‬yang mempunyai arti
diantaranya :”Tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh
atau tidak mengetahui sesuatu.1

Al-Askari membedakan antara makna Al-Inkar dan Al Juhdu. Kata Al-


Inkar terhadap sesuatu yang tersembunyi dan tidak disertai pengetahuan, sedang Al-
Juhdu terhadap sesuatu yang nampak dan disertai dengan pengetahuan. yang dilatar
belakangi oleh faktor ketidak tahuannya atau faktor lain.

Orang yang menolak sunnah sebagai hujjah dalam beragama oleh umumnya
ahli hadits disebut ahli bid’ah. Mereka itu, kaum Khawarij, Mu’tazilah dan lain lain
karena mereka itu umumnya menolak sunnah. Ada beberapa definisi Ingkar Sunnah
yanng sifatnya masih sangat sederhana pembatasannya diantaranya sebagai berikut :

a) Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah
sebagai sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al Qur’an.

b) Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar
hukum Islam dari Sunnah shahih baik sunnah praktis atau yang secara formal
dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas mutawatir atau ahad atau

1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta, AMZAH, 2013) Hal 31

1
Sejarah Perkembangan Ingkar Sunnah

1. Ingkar As-Sunnah Klasik

Pada masa sahabat, seperti dituturkan oleh Al-Hasan Al-Basri (w. 110 H), ada
sahabat yang kurang begitu memperhatikan kedudukan sunnah Nabi SAW., yaitu
ketika sahabat Nabi SAW ‘Imran bin Husain (w. 52 H) sedang mengajarkan hadis.
Tiba-tiba ada seorang yang meminta agar ia tidak usah mengajarkan hadis, tetapi
cukup mengajarkan Al-Quran saja. Jawab ‘Imran, “tahukah anda, seandainya
anda dan kawan-kawan anda hanya memakai Al-Quran, apakah anda dapat
menemukan dalam Al-Quran bahwa salat dhuhur itu empat rakaat, salat ashar
empat rakaat, dan salat magrib tiga rakaat?” apabila anda hanya me

makai Al-Quran, dari mana anda tahu tawaf (mengelilingi kabah)


dan sa’i antara safa dan marwa itu tujuh kali?, jawaban itu, orang tersebut
berkata, anda telah menyadarkan saya. Mudah-mudahan, Allah selalu
menyadarkan anda. Akhirnya sebelum wafat, orang itu menjadi ahli Fiqh.2

Gejala-gejala ingkar as-sunnah seperti diatas, masih merupakan sikap-sikap


individual, bukan merupakan sikap kelompok atau mahzab, meskipun jumlah
mereka dikemudian hari semakin bertambah. Suatu hal yang patut dicatat,
bahwa gejala-gejala itu tidak terdapat di negeri Islam secara keseluruhan,
melainkan secara umum terdapat di Irak. Karena ‘Imran bin Hushain dan
Ayyub As-Sakhtiyani, tinggal di Basrah Irak. Demikian pula, orang-orang yang
disebutkan oleh imam Syafi’i sebagai pengingkar sunnah juga tinggal di Basrah.
Karena itu, pada masa itu di Irak terdapat faktor-faktor yang menunjang
timbulnya faham ingkar as-sunnah. Dan itulah gejala-gejala ingkar as-
sunnah yang timbul dikalangan para sahabat. Sementara menjelang akhir abat
kedua hijriah muncul pula kelompok yang menolak sunnah sebagai salah satu
sumber syariat Islam, disamping ada pula yang menolak sunnah yang
bukan mutawatir saja.

a) Khawarij dan Sunnah

Dari sudut kebahasaan, kata khawarij merupakan bentuk jamak dari

2
Ibid.

2
katakharij, yang berarti ‘sesuatu yang keluar’. Sementara menurut pengertian
terminologis, khawarij adalah kelompok atau golongan yang tidak loyal kepada
pimpinan yang sah. Dan yang dimaksud dengan khawarij disini adalah golongan
tertentu yang memisahkan diri dari kepemimpinan Ali bin Abu Thalib r.a.
Apakah khawarij menolak sunnah ? ada sebuah sumber yang menuturkan
bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat sebelum kejadian
fitnah (perang sudara antara Ali bin Abu Thalib r.a. dan Mu’awiyah r.a.)
diterima oleh kelompok khawarij. Degan alasan bahwa sebelum kejadian itu
para sahabat dinilai sebagian orang-orang yang adil (muslIm yang sudah akil-
balig, tidak suka berbuat maksiat, dan selalu menjaga martabatnya). Namun,
sesudah kejadian fitnah tersebut, kelompok khawaarij menilai mayoritas
sahabat Nabi SAW sudah keluar dari Islam. Akibatnya, hadis-hadis yang
diriwayatkan para sahabat sesudah kejadian itu ditolak kelompok khawarij.

b) Syi’ah dan Sunnah

Kata syi’ah berarti ‘para pengikut’ atau ‘para pendukung’. Sementara


menurut pengertian terminologis, syi’ah adalah golongan yang menganggap
bahwa ‘Ali bin Abu thalib r.a. lebih utama daripada khalifah sebelumnya (Abu
Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman), dan beroendapat bahwa Ahl-Bait (keluarga Nabi
SAW) lebih berhak menjadi khalifah daripada yang lain. Golongan Syi’ah ini
terdiri dari berbagai kelompok dan tiap-tiap kelompok menilai kelompok lain
sudah keluar dari Islam. Sementara kelompok yang masih eksis hingga sekarang
adalah kelompok Itsna ‘Asyariyah. Kelompok ini menerima hadis
Nabawi sebagai salah satu sumber syariat Islam. Hanya saja, ada perbedaan
mendasar antara kelompok syi’ah ini dengan golongan Ahl-AlSunnah (golongan
mayoritas umat Islam), yaitu dalam hal penetapan hadis. Golongan syi’ah
menganggap bahwa sepeninggal Nabi SAW., mayoritas para sahabat sudah
murtad (keluar dari Islam),kecuali beberapa orang saja yang menurut mereka
masih tetap muslim. Karena itu golongan syi’ah menolak hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh mayoritas para sahabat tersebut. Syi’ah hanya menerima
3
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ahl Al-Bait saja.

c) Mu’tazilah dan Sunnah

3
Ibid. hal 212

3
Arti kebahasaan dari mu’tazilah adalah “sesuatu yang mengasingkan diri”.
Sementara yang dimaksudkan disini adalah golongan yang mengasingkan diri
dari mayoritas umat Islam karena mereka berpendapat bahwa seorang muslim
yang fasiq (berbuat maksiat) tidak dapat disebut mukmin atau kafir. Adapun
golongan Ahl As-Sunnah berpendapat bahwa orang Muslim yang berbuat
maksiat tetap sebagai mukmin, meskipun ia berdosa. Pendapat mu’tazilah ini
muncul pada masa Al-Hasan Al-Basri, dan dipelopori oleh Washil bin ‘Ata (w.
131 H). Apakah mu’tazilah menolak sunnah? Syekh MuhammadAl-Khudari
Beik berpendapat bahwa mu`tazilah menolak sunnah. pendapat ini berdasarkan
adanya diskusi antara Imam Asy-Syafi’i (w. 204 H) dan kelompok yang
mengingkari sunnah. Sementara kelompok atau aliran pada waktu itu di
Bashrah Irak adalah Mu’tazilah. Prof. Dr. Al- Siba’i tampaknya sependapat
dengan pendapat Al-Khudari ini. Imam As-Syafi’i memang menuturkan
perdebatannya dengan orang yang menolak sunnah, namun beliau tidak
menjelaskan siapa orang yang menolak sunnah itu. Sementara sumber-sumber
yang menerangkan sikap mu’tazilah terhadap Sunnah masih terdapat
kerancuan, apakah mu’tazilah menerima Sunnah secara keseluruhan, menolak
seluruhnya, atau hanya menerima sebagian Sunnah saja. Ada sebagian Ulama
Mu’tazilah yang tampaknya menolak Sunnah, yaitu Abu Ishak Ibrahimbin
Sajyar, yang populer dengan sebutan Al-Nadhdham (w. 221-223 H). Ia
mengingkari kemukjizatan Al-Quran dari segi susunan bahasanya,
mengingkari mu’jizat Nabi Muhammad SAW., dan mengingkari hadis-hadis
yang tidak dapat memberikan pengertian yang pasti untuk dijadikan sebagai
sumber syari’at Islam.

d) Pembela Sunnah

Pada masa klasik, Imam As-Safi’i telah memainkan perannya dalam


menundukkan kelompok pengingkar Sunnah. Seperti telah disebutkan, dalam
kitabnya Al-Umm, beliau menuturkan pendapatnya dengan orang yang menolak
hadis. Setelah melalui perdebatan yang panjang, rasional, dan ilmiah,
pengingkar sunnah akhirnya tunduk dan menyatakan menerima hadis. Oleh
karena itu Imam As-Syafi’i kemudian diberi julukan sebagai Nashir As-
Sunnah (pembela Sunnah).

4
2. Ingkar As-Sunnah Masa Kini

Sejak abat ketiga sampai abat keempat belas Hijriah, tidak ada kalangan
yang menunjukkan bahwa di kalangan orang Islam terdapat pemikiran-
pemikiran untuk menolak Sunnah sebagai salah satu sumber syariat Islam, baik
secara perorangan maupun kelompok. Pemikiran untuk menolak Sunnah yang
muncul pada abad 1 Hijriah (ingkar As-Sunnah Klasik) sudah lenyap ditelan
masa pada abad III H. Pada abad keempat belas Hijriah, pemikiran seperti itu
muncul kembali kepermukaan, dan kali ini dengan bentuk dan penampilan yang
berbeda dari Ingkar As-Sunnah klasik. Apabila Ingkar As-Sunnah klasik muncul
di Basrah, Irak akibat ketidaktahuan sementara orang terhadap fungsi dan
kedudukan Sunnah, Ingkar As-Sunnah modern muncul di Kairo Mesir akibat
pengaruh pemikiran kolonialisme yang ingin melumpuhkan dunia Islam. Apabila
ingkar As-Sunnah klasik masih banyak yang bersifat perorangan dan tidak
menamakannya mujtahid atau pembaharu, ingkar As-Sunnah modern banyak
yang bersifat kelompok yang terorgnisasi, dan tokoh-tokohnya banyak yang meng
klaim dirinya sebagai mujtahid dan pembaharu. Apabila para pengingkar Sunnah
pada masa klasik mencabut pendapatnya setelah mereka menyadari
kekeliruannya, para pengingkar sunnah pada masa modern banyak yang
bertahan pada pendiriannya, meskipun pada meraka yang telah yang diterangkan
urgesi Sunnah dalam Islam. Bahkan, diantara mereka, ada yang tetap
menyebarkan pemikiran secara diam-diam, meskipun penguasa setempat telah
mengeluarkan larangan resmi terhadap aliran tersebut. Kapan aliran Ingkar As-
Sunnah modern itu lahir? Muhammad Mustafa Azami menuturkan bahwa ingkar
As-Sunnah modern lahir di Kiro Mesir pada masa Syekh Muhammad Abduh
(1266-1323 H/ 1849-1905 M). Dengan kata lain, Syekh Muhammad Abduh adalah
orang yang pertama kali melontarkan gagasan ingkar As-Sunnah pada masa
modern. Pendapat Azami ini masih diberi catatan, apabila kesimpulan Abu
Rayyah dalam kitab nya Adhwa ‘ala As-Sunnah al-Muhammadiyahitu benar. Abu
Rayyah menuturkan bahwa Syekh Muhammad Abduh berkata, “Umat Islam
pada masa sekarang ini tidak mempunyai imam (pimpinan) selain Al-Quran, dan
Islam yang benar adalah Islam pada masa awal sebelum terjadinya fitnah
(perpecahan)”. Beliau juga berkata, ”umat Islam sekarang tidak mungkin bangkit
selama kitab-kitab ini (maksudnya kitab-kitab yang diajarkan di Al-Azhar dan

5
sejenisnya) masih tetap diajarkan. Umat Islam tidak mungkin maju tanpa ada
semangat yang menjiwai umat Islam abad pertama, yaitu Al-Quran. Semua hal
selain Al-Quran akan menjadi kendala yang menghalangi antara Al-Quran dan
Ilmu serta amal." Abu Rayyah dalam menolak Sunnah banyak merujuk pada
pendapat Syekh Muhammad Abduh dan Sayyid Rasyid Ridha, sehingga kedua
tokoh ini khususnya Syeh Muhammad Abduh disebut sebut sebagai pengingkar
sunnah. Namun, benarkah Syekh Muhammad Abduh mengingkari Sunnah?
Seperti dituturkan diatas, Azami masih belum memastikan hal itu karena ia
hanya menukil pendapat Abu Rayyah yang belum dapat pastikan kebenarannya.

A. Pokok-pokok Ajaran Ingkar Sunnah

1. Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah. Menurut mereka hadits itu
karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.

2. Dasar Hukum Islam hanya Al Qur’an saja.

3. Syahadat mereka :Isyhadu bi anna muslimun.

4. Shalat mereka bermacam macam ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat
dan ada yang hanya eling saja.

5. Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram yaitu Muharram, Rajab,
Zulqa’idah, dan Zulhijah.

6. Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu
waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa.

7. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.

8. Orang yang meninggal tidak dishalati karena tidak ada perintah dalam Al
4
Qur’an.

B. Alasan Pengingkar Sunnah

Terdapat dua hal yang menjadi argumen besar para pengingkar sunnah sebagai

4
Http://Abdulmajidkhon.Blogspot.Com/2013/01/Paham-Ingkar-Sunah-Di-
Indonesia.Html (Dakses ,15 November 2018)

6
alasan dan landasan yang digunakan. Argumen-argumen Naqli dan argumen-argumen
non-naqli.

1) Argumen-Argumen Naqli

Yang dimaksud dengan argumen-argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat


Al-Qur’an saja, tetapi juga berupa sunnah atau hadits Nabi.

a) Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 89

٨٩) ‫ﻦ‬
َ ‫ﺴِﻠِﻤﻴ‬
ْ ‫ﺸَﺮى ِﻟْﻠُﻤ‬
ْ ‫ﺔ َوُﺑ‬
ً ‫ﺣَﻤ‬
ْ ‫ﻫًﺪى َوَر‬
ُ ‫ﻲٍء َو‬
ْ ‫ﺷ‬
َ ‫ﻞ‬
ِّ ‫ب ِﺗْﺒَﻴﺎًﻧﺎ ِﻟُﻜ‬
َ ‫ﻚ اْﻟِﻜَﺘﺎ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴ‬
َ ‫َوَﻧَّﺰْﻟَﻨﺎ‬...)

... Dan Kami turunkan Kitab (Al Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.

b) Al Qur’an Surat Al An’am ayat 38

‫ﻲٍء‬
ْ ‫ﺷ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ب ِﻣ‬
ِ ‫ﻃَﻨﺎ ِﻓﻲ اْﻟِﻜَﺘﺎ‬
ْ ‫َﻣﺎ َﻓَّﺮ‬.....

... Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab

Menurut para pengingkar sunnah kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa


Al Qur’an telah mencangkup segala sesuatu berkenaan dengan agama. Menurut
mereka salat lima waktu sehari semalam yang wajib didirikan dan yang sehubungan
dengannya, dasarnya bukanlah sunnah atau hadits, melainkan ayat ayat Al Qur’an,
misalnya QS.Al Baqarah : 238, Al Hud:144, Al Isra:78 dan 110,Taha:130,Al Hajj:7, An
Nur:58, Ar Rum 17-18.

Dalam kaitannya dengan tata cara shalat Kassim Ahmad pengingkar Sunnah
dari Malaysia menyatakan dalam bahasa Malaysia :

“Kita telah membuktikan bahwa perintah sembahyang telah diberi oleh Tuhan kepada
Nabi Ibrahim dan kaumnya dan amalan ini telah diperuntukkan generasi demi
generasi, hingga Muhammad dan umatnya.....

Ada hikmahnya yang besar mengapa Tuhan tidak memperincikan bentuk dan kaidah
salat dalam Al Qur’an. Pertama, karena bentuk dan kaidah ini telah diajar kepada
Nabi Ibrahim dan pengikut pengikutnya dan di sahkan untuk di ikuti oleh umat
Muhammad. Kedua, karena bentuk dan kaidah ini tidak begitu penting dan Tuhan
ingin memberi kelonggaran kepada umat Muhammad supaya mereka boleh melakukan
salat mereka dalam keadaan apajuga seperti dalam perjalanan jauh, peperangan, di

7
Kutub Utara, atau di angkasa lepas,mengikuti cara yang sesuai....

Dengan demikian menurut pengingkar sunnah tata cara salat tidaklah penting.
Para pengingkar sunnah adalah orang orang yang berpendapat bahwa Nabi
Muhammad tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al Qur’an kepada umatnya.
Nabi Muhammad hanya bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikan wahyu
itu kepada para pengikutnya. Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa orang yang beriman
diperintahkan untuk patuh kepada Rasulullah. Hal itu menurut para pengingkar
sunnah hanya berlaku sewaktu Rasulullah masih hidup, yakni tatkala jabatan ulul
amri masih ditangan beliau. Setelah beliau wafat maka jabatan ulul amri berpindah
kepada orang lain dan karenanya kewajiban patuh orang yang beriman kepada Nabi
Muhammad menjadi gugur.

QS. Al Fathir :31

ُّ ‫ﺤ‬
‫ﻖ‬ َ ‫ﻫَﻮ اْﻟ‬
ُ ‫ب‬
ِ ‫ﻦ اْﻟِﻜَﺘﺎ‬
َ ‫ﻚ ِﻣ‬
َ ‫ﺣْﻴَﻨﺎ ِإَﻟْﻴ‬
َ ‫َواَّﻟِﺬي َأْو‬

Artinya : Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
itulah yang benar.

c) Sejumlah riwayat hadist yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

ِ ‫ﻖ ِﻛَﺘﺎ ﺑَﺎﷲ‬
ُ ‫ َوِاﻧَّﻤﺎ َاﻧَﺎ ُﻣَﻮ اِﻓ‬.‫ﻢ َاُﻗْﻠُﻪ‬
ْ ‫ِ َﻓَﻠ‬ ‫بﷲ‬
َ ‫ﻖ ِﻛَﺘﺎ‬
َ ‫ن َواَﻓ‬
ْ ‫ِ َﻓِﺈ‬ ‫بﷲ‬
ِ ‫ﻰ ِﻛَﺘﺎ‬
َ ‫ﻋﻠ‬
َ ‫ﺿْﻮُه‬
ُ ‫ﻋِﺮ‬
ْ ‫ﻲ َﻓَﺎ‬
ْ ‫ﻋِّﻨ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ ‫َﻣﺎ َاﺗَﺎُﻛ‬
ُ ‫ﻫَﺪا ِﻧﻰ ﷲ‬
َ ‫َو ِﺑِﻪ‬.

Artinya : Apa yang datang kepadamu dari saya, maka konfirmasikanlah dengan
Kitabullah; Jika sesuai dengan Kitabullah, maka hal itu berarti saya telah
mengatakannya; Dan jika ternyata menyalahi Kitabullah, maka hal itu bukanlah saya
yang mengatakannya. Dan sesungguhnya saya (selalu) sejalan dengan Kitabullah dan
dengannya Allah telah memberi petunjuk kepada saya.

2) Argumen-argumen Non-Naqli

Diantara argumen non aqli Ingkar Sunnah adalah :

a. Al Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui Malaikat


Jibril) dalam bahasa Arab. Orang orang yang memiliki pengetahuan bahasa

8
Arab mampu memahami Al Qur’an secara langsung, tanpa bantuan penjelasan
dari hadits Nabi. Dengan demikian hadits Nabi tidak diperlukan untuk
memahami petunjuk Al Qur’an. (al-Syafi’i. juz VII, h. 250)

b. Dalam sejarah umat Islam telah mengalami kemunduran. Umat Islam mundur
karena umat Islam terpecah pecah. Perpecahan itu terjadi karena umat Islam
berpegang kepada hadits Nabi. Jadi menurut para pengingkar sunnah,
haditsNabi merupakan sumber kemunduran umat Islam; Agar umat Islam maju,
maka umat Islam harus meninggalkan hadits Nabi.

c. Asal mula hadits Nabi yang terhimpun dalam kitab kitab hadits adalah dongeng
dongeng semata. Dinyatakan demikian, karena hadits Nabi lahir setelah lama
Nabi wafat. Dalam sejarah, sebagian hadits baru muncul pada
zamantabi’in dan atba’ al tabi’in (dibaca atba’ut-tabi’in), yakni sekitar empat
puluh atau lima puluh tahun sesudah Nabi wafat. Kitab kitab hadits yang
terkenal, misalnya Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, adalah kitab kitab
yang menghimpun berbagai hadits palsu. Disamping itu, banyak matan hadits
yang termuat dalam berbagai kitab hadits, isinya bertentangan dengan Al
Qur’an ataupun logika. (Ibid)

d. Menurut dokter Taufiq Sidqi, tiada satupun hadits Nabi yang dicatat pada
zaman Nabi. Pencatatan hadits terjadi setelah Nabi wafat. Dalam masa tidak
tertulisnya hadits itu, manusia berpeluang untuk mempermainkan dan merusak
hadits sebagai mana yang telah terjadi.

e. Menurut pengingkar sunnah, kritik sanad yang terkenal dalam ilmu hadits
sangat lemah untuk menentukan keshahihan hadits dengan alasan sebagai
berikut :

 Dasar kritik sanad itu, yang dalam ilmu hadits dikenal dengan istilah ‘Ilm
al-Jarh wa al-Ta’dil (ilmu yang membahas ketercelaan dan keterpujian
pada periwayat hadits), baru muncul setelah satu setengah abad Nabi wafat.
Dengan demikian, para periwayat generasi sahabat Nabi, al-tabi’in,
dan atba’ al- tabi’in tidak dapat ditemui dan diperiksa lagi.

 Seluruh sahabat Nabi sebagai periwayat hadits pada generasi pertama


dinilai adil oleh ulama hadits pada akhir abad ketiga dan awal abad ke

9
empat Hijriah. Dengan konsep ta’dil al-shahabah, para sahabat Nabi
5
dinilai terlepas dari kesalahan dalam melaporkan hadits.

C. Sebab-sebab Pengingkaran Terhadap Sunnah Nabi Saw.

Melihat dari beberapa permasalahan di atas yang berhubungan dengan


adanya pengingkaran Sunnah dikalangan Umat Islam, dapatlah kiranya dilihat
sebab adanya pengingkaran tersebut, diantaranya:

1. Pemahaman yang tidak terlalu mendalam tentang Hadits Nabi saw. Dan
kedangkalan mereka dalam memahami Islam, juga ajarannya secara
keseluruhan, demikian menurut Imam Syafi'i.

2. Kepemilikan pengetahuan yang kurang tentang bahasa Arab, sejarah Islam,


sejarah periwayatan, pembinaan Hadits, metodologi penelitian Hadits, dan
sebagainya.

3. Keraguan yang berhubungan dengan metodologi kodifikasi Hadits, seperti


keraguan akan adanya perawi yang melakukan kesalahan atau muncul dari
kalangan mereka para pemalsu dan pembohong.

4. Keyakinan dan kepercayaan mereka yang mendalam kepada al-Qur'an


sebagai kitab yang memuat segala perkara.

5. Keinginan untuk memahami Islam secara langsung dari al-Qur'an


berdasarkan kemampuan rasio semata dan merasa enggan melibatkan diri
pada pengkajian Hadits, metodologi penelitian Hadits yang memiliki
karakteristik tersendiri. Sikap yang demikian ini, disebabkan oleh keinginan
untuk berfikir bebas tanpa terikat oleh norma-norma tertentu, khususnya
yang berkaiatan dengan Hadits Nabi saw. 6) Adanya statement al-Qur'an
yang menyatakan bahwa al-Qur'an telah menjelaskan segala sesuatu yang
berkaitan dengan ajaran Islam (QS. Al-Nahl: 89), juga terdapatnya tenggang
waktu yang relatif lama antara masa kodifikasi hadits dengan masa hidupnya
Nabi saw (wafatnya beliau).
5
Http://Suciani0108.Blogspot.Com/2015/05/Makalah-Ulumul-Hadits-Inkar-Al-
Sunnah.Html (Diakses, 15 November 2018)

10
D. Bahaya Ingkar Sunnah

1. Bahaya Ingkar Sunnah Menurut QS. An-Nisa:150-151

Firman-Nya:

“Sesungguhnya Orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan antara (keimanan) kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan
mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir kepada sebagian
(yang lain), serta bermaksud (dengan perkatan itu) mengambil jalan (tengah) di antara
yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan”

Menurut an-Nasafi yang dimaksud dengan orang kufur terhadap yang satu
dan iman kepada yang lain ialah orang yahudi yang beriman kepada Musa tapi kufur
kepada Isa dan orang nashara yang percaya kepada Isa tapi kufur kepada Nabi
Muhammad saw. Sedangkan yang dimaksud mengambil jalan antara itu ialah ragu
atas kufur dan iman. Secara tersirat, terungkap pula dalam ayat ini, bahwa orang kafir
itu terdiri atas empat golongan. Golongan pertama ialah orang yang kufur kepada
Allah dan rasul-Nya secara keseluruhan. Orang yang demikian itu diberi peringatan
atau pun tidak tetap tidak beriman (bandingkan dengan Q.S.2:6) Banyak contoh
golongan ini yang diungkap dalam al-Qur`ân seperti Fir’aun, kaum ‘Ad, kaum
tsamud, kaum Luth, dan Abu Lahab. Golongan kedua ialah orang yang memisahkan
antara Allah dan para rasul-Nya. Mereka mengaku beriman kepada Allah tapi
menolak rasul utusan Allah. Mereka mengakui ketuhanan tapi tidak meng-akui
kerasulan. Mereka percaya pada Tuhan tapi tidak percaya pada Rasul. Contoh
kelompok ini antara lain kaum inkar sunnah. Aliran kepercayaan atau para
penghayat kepada Tuhan Yang Maha Esa juga meng-akui adanya Tuhan tapi tidak
menerima ketentuan Rasul. Golongan ketiga ialah golongan orang yang mengaku
beriman kepada Allah SWT tapi keimanan kepada rasul-Nya hanya sebagian saja.
Juga termasuk pada golongan ini, orang yang hanya mau menerima sebagian hukum
Allah, dan tidak mau menerima yang lain. Orang yang demikian hanya mau menerima
hukum Allah dan rasul andaikata sesuai dengan hawa nafsunya atau falsafah hidupnya.
Contohnya Shalat, shaum, haji, mau mengikuti ajaran Rasulullah saw, tapi nikah,

11
pakaian, peradilan, hukum waris, tidak mau mengikuti ajaran Rasul saw. Golongan
keempat adalah orang yang mencari jalan lain yang tidak berdasar al-Qur`ân maupun
sunnah. Mereka lebih senang mengambil jalannya sendiri. Sebagian mufassir
berpendapat bahwa ahli bid’ah adalah termasuk pada golongan ini.

Pada penghujung ayat di atas ditandaskan:

“Mereka itulah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya kafir.” QS. An Nisa:1516

Orang-orang yang mempunyai sifat sebagaimana diungkapkan pada ayat 150 di


atas pada hakekatnya adalah kufur secara total. Antara kufur dan iman ada pemisah
yang sangat jauh. Oleh karena itu jika salah satu saja dari rukun iman dilanggar,
maka dianggap telah melanggar secara keseluruhan. Tidak ada istilah pertengahan
antara kufur dan tidak. Dengan demikian keempat golongan yang diungkap di atas
menurut versi ayat ini adalah termasuk kafir yang sebenar-benarnya kafir. Itulah
merupakan vonis dari Allah SWT atau orang yang tidak mau menerima Islam
secara kâffah.

Kemudian pada ayat lanjutannya ditandaskan:

‫ﻋَﺬاًﺑﺎ ُﻣِﻬﻴًﻨﺎ‬
َ ‫ﻦ‬
َ ‫ﻋَﺘْﺪَﻧﺎ ِﻟْﻠَﻜﺎِﻓِﺮﻳ‬
ْ ‫“ َوَأ‬Dan Kami sediakan bagi orang-orang kafir itu, adzab yang
sangat menghinakan”. Dengan pengunci ayat ini, Allah SWT mengancam orang kafir
dengan ancaman yang sangat berat yaitu siksaan yang sangat menghinakan. Allah
SWT me-nyiksa orang kafir, bukan karena dzalim, tapi karena ulah mereka yang tidak
tahu diri.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa orang yang me-misahkan antara hukum
Allah dengan sunnah Rasul dianggap kufur secara keseluruhan yang diancam masuk
neraka dengan siksa yang sangat berat. Dengan demikian, menurut QS.4:150-151,
orang yang meng-ingkari sunah Rasul itu bahayanya adalah: (1) dianggap mengkufuri
Allah secara total, (2) diancam masuk neraka dengan siksaan yang sangat berat.

2. Bahaya Mengingkari sunnah menurut QS. An-Nur : 63

Firman Allah SWT:

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan

6
Qur’an surah An Nisa : 151

12
sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui
orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada
kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. 7

Allah SWT, melalui ayat ini melarang kaum muslimin untuk menyamakan
derajat Nabi Muhammad Saw. dengan manusia biasa. Secara historis, sebagaimana
dikemukakan oleh Abu Hayyan, ayat ini berkaitan dengan teguran terhadap orang
dusun Arab yang memanggil Rasul dengan panggilan Ya Muhammad. Di antara
masyarakat juga ada yang berangsur-angsur menjauhi ketentuan Rasul, hingga berani
melanggar-nya. Ayat ini mengancam bahwa Allah SWT mengetahui betul tentang ulah
manusia yang bersikap pengecut itu, mereka akan menerima adzab yang sangat pedih.
Dengan demikian, menurut ayat ini, orang yang mengingkari sunnah Rasul itu akan
terjerumus kepada bencana yang sangat berat.

3. Bahaya Mengingkari sunnah menurut QS. Ali-Imran : 32

Katakanlah: “Ta’aitlah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka


sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”

Berdsar ayat ini, orang yang berpaling dari sunnah Rasul dibenci Allah dan
dikelompokan kepada golongan kafir.

4. Bahaya Mengingkari sunnah, berdasar Q.S Al-Ahzab : 36

“Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia
telah sesat, sesat yang nyata”

Yang dimaksud menduruhakai Allah adalah melanggar al-Qur`ân sedangkan


mendurhakai Rasul adalah mengingkari sunnah Berdasar ayat ini, orang yang
mengingkari sunnah Rasul dianggap orang yang telah sesat dengan ke-sesatan yang
sangat nyata.

E. Ancaman Keras Bagi Orang Yang Menyelisihi Sunnah

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan prinsip yang baku dalam
7
Qur’an surah An Nur :63

13
agama ini. Dalam al-Qur’anul Karim, Allah menjadikan sikap tersebut sebagai
salah satu ciri khas orang-orang beriman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ُ ‫ﻫ‬
‫ﻢ‬ُ ‫ﻚ‬
َ ‫ﻃۡﻌَﻨۚﺎ َوُأْوَٰٓﻟِﺌ‬
َ ‫ﺳِﻤۡﻌَﻨﺎ َوَأ‬
َ ‫ﻢ َأن َﻳُﻘﻮُﻟﻮْا‬
ۡ ‫ﻢ َﺑۡﻴَﻨُﻬ‬
َ ‫ﺤُﻜ‬
ۡ ‫ﺳﻮِﻟِﻪۦ ِﻟَﻴ‬
ُ ‫ﻋٓﻮْا ِإَﻟﻰ ٱﻟَّﻠِﻪ َوَر‬
ُ ‫ﻦ ِإَذا ُد‬
َ ‫ل ٱۡﻟُﻤۡﺆِﻣِﻨﻴ‬
َ ‫ن َﻗۡﻮ‬
َ ‫ِإَّﻧَﻤﺎ َﻛﺎ‬
(٥٢) ‫ن‬
َ ‫ﻢ ٱۡﻟَﻔٓﺎِﺋُﺰو‬
ُ ‫ﻫ‬
ُ ‫ﻚ‬
َ ‫ﺶ ٱﻟَّﻠَﻪ َوَﻳَّﺘۡﻘِﻪ َﻓُﺄْوَٰٓﻟِﺌ‬
َ ‫ﺨ‬
ۡ ‫ﺳﻮَﻟُﻪۥ َوَﻳ‬
ُ ‫ﻄِﻊ ٱﻟَّﻠَﻪ َوَر‬
ِ ‫( َوَﻣﻦ ُﻳ‬٥١) ‫ن‬
َ ‫ﺤﻮ‬
ُ ‫ٱۡﻟُﻤۡﻔِﻠ‬

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin apabila mereka dipanggil kepada Allah


dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan,
‘Kami mendengar dan taat.’ Mereka itulah orang-orang yang beruntung. Barang siapa
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan takut kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya,
mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (an-Nur: 51-52)

F. Hukuman yang Disegerakan bagi Orang-orang yang Menentang Sunnah


Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam

Dari Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang pria
yang makan dengan tangan kiri di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam. Melihat hal itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia menjawab, “Saya tidak
bisa.” Nabi menjawab, “Kamu tidak akan bisa!” Tidak ada yang
menghalanginya (untuk mengikuti perintah Rasul tersebut) selain
kesombongan. Akhirnya, dia pun benar-benar tidak dapat mengangkat
tangannya ke mulutnya. (HR. Muslim no. 2021)

Al-Qadhi Abu ath-Thayyib berkata, “Kami berada di majelis diskusi di


Jami’ al-Manshur. Tiba-tiba, datang seorang pemuda Khurasan, bertanya
tentang al-musharrah dan menuntut dalil. Akhirnya, diberikan dalil dengan
hadits Abu Hurairah yang terdapat dalam masalah ini. Namun, dia yang
bermazhab Hanafi menjawab bahwa Abu Hurairah tidak bisa diterima
haditsnya. Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba jatuh menimpanya seekor ular
besar dari atap masjid tersebut. Orang-orang pun melompat karenanya. Si
pemuda juga lari, tetapi ular tersebut terus mengejarnya, maka dikatakan
kepada si pemuda, ‘Bertobatlah, bertobatlah!’ Si pemuda pun mengatakan,
‘Aku bertobat.’ Tiba-tiba, ular itu lenyap tidak berbekas.” (Lihat Siyar A’lam
an-Nubala 2/618. Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Sanad kisah ini adalah

14
para imam.”)8

KESIMPULAN

 Ingkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau kelompok bukan
gerakan atau aliran, ada kemungkinan paham ini dapat menerima sunnah selain
sebagai sumber hukum Islam, misalnya sebagai fakta sejarah, budaya, tradisi
dan lain lain

 Sejarah Perkembangan Ingkar Sunnah

1. Ingkar As-Sunnah Klasik

a. Khawarij dan Sunnah

b. Syi’ah dan Sunnah

c. Mu’tazilah dan Sunnah

d. Pembela Sunnah

2. Ingkar As-Sunnah Masa Kini

 Pokok-pokok Ajaran Ingkar Sunnah : Tidak percaya kepada semua hadits


Rasulullah, Dasar Hukum Islam hanya Al Qur’an saja, Syahadat mereka
:Isyhadu bi anna muslimun, Shalat mereka bermacam macam ada yang
shalatnya dua rakaat-dua rakaat dan ada yang hanya eling saja, Haji boleh
dilakukan selama empat bulan haram yaitu Muharram, Rajab, Zulqa’idah, dan

8
https://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/golongan-yang-mengingkari-sunnah-
rasulullah-saw/ (Diakses,15 November 2018)

15
Zulhijah, Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot, Rasul tetap
diutus sampai hari kiamat, Orang yang meninggal tidak dishalati karena tidak
ada perintah dalam Al Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid , Ulumul Hadis (Jakarta, AMZAH, 2013)

Solahudin, agus. Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung, Pustaka Setia, 2008)

Http://Abdulmajidkhon.Blogspot.Com/2013/01/Paham-Ingkar-Sunah-Di-

16
Indonesia.Html (Dakses ,15 November 2018)

Http://Suciani0108.Blogspot.Com/2015/05/Makalah-Ulumul-Hadits-Inkar-Al-
Sunnah.Html (Diakses, 15 November 2018)

Al Qur’an

https://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/golongan-yang-mengingkari-sunnah-
rasulullah-saw/ (Diakses,15 November 2018)

KRITIK DAN SARAN

Selama belajar mata kuliah studi hadist dengan pak yunus, menggunakan sistem
diskusi secara individu sangat tepat karna telah menyesuaikan dengan jumlah
mahasisawa di kelas kami yang terdiri dari 10 mahasiswa. Selain itu juga dengan

17
penyampaian materi pelajaran secara mandiri/individu itu sudah baik, membuat kami
lebih aktif dalam belajar dan lebih rajin karena sudah menguasai atau membaca materi
yang akan disampaikan. Namun saya juga pernah mengharapkan akan ada diskusi
secara berkelompok,di lain waktu. karna jika di lihat studi hadist memiliki
pembahasan yang sangat luas dan sangat banyak. Saya merasakan sendiri untuk teman
sekawan yang lebih dahulu pernah belajar hadis di SMA/MA misalnya mereka akan
banyak memiliki dasar yang matang untuk menerima materi perkuliahan yang
memiliki pembahasan lebih detail lagi. Sedangakan beberapa teman dan saya salah
satunya ,yang baru tahu hadist itu seperti apa dan kayak gimana! Oleh karna itu saya
mengharapkan bisa berdiskusi atau saling share materi/ilmu tentang ilmu hadist
khususnya.

Pak yunus juga banyak mendidik,memberi ilmu dan saran yang banyak untuk kami
kedepannya. Seperti memperbaiki jawaban hasil diskusi, meluruskan jawaban
pemkalah, dan membuat makalah dengan menulis refrensi dalam bentuk footnote ( ini
makalah pertama kami yang pake catatan kaki soalanya) jadi medorong saya untuk
bisa membuat karya ilmiah dengan baik dan benar. Iya! Satu lagi sebagai dosen yang
sangat telit makalah “ingkar sunnah” yang terlebih dulu saya buat ada revisinya,
banyak salahnya, mulai dari font,ukuran tulisanaya, footnotenya nggak pakai huruf
capital, tidak ada kesimpulan dan daftar pustakanya. Di bookletini saya berusaha
memperbaikinya. Karena dengan ini untuk semester berikutnya itu akan
mempermudah kami dengan tugas dengan model yang sama.

Belajar dengan dosen yang masih muda akan membuat suasana belajar lebih santai
namun materi perkualiah tetap jalan. Dan di mata kuliah ini saya temukan ^_^

18

Anda mungkin juga menyukai