Anda di halaman 1dari 15

AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES,

AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

A. AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN)

Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut :


“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.”

Perencanaan dan supervisi berlangsung terus menerus selama audit, dan


prosedur yang berkaitan seringkali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai
penanggung jawab akhir atas audit dapat didelegasikan sebagai fungsi perencanaan
dan supervisi auditnya kepada staf lain dalam kantor akuntannya (asisten).
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas dan saat perencanaan bervariasi dengan
ukuran dan kompleksitas satuan usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan
pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan, antara lain :
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri di
mana satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
4. Penerapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjusment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau perubahaan pengujian audit,
seperti resiko kekeliruan, dan ketidak beresan yang material atau adanya
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas
(sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan
khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan
supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan
dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan
pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi ;
1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan
dan laporan audit tahun lalu.
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf
kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha.
3. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak
terhadap satuan usaha.
4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris,
atau komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan
standar auditing yang diterapkan Ikatan akuntan Indonesia,terutama yang baru.
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan,jika ada,konsultan,spesialis, dan auditor intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule).
10. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit.
11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan
informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat
mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.

Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor


harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding client
business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur
permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi dan lain-lain. Pengetahuan
mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui pengalamannya
dengan satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada
pegawai perusahaan. Kertas kerja auditor dari tahun sebelumnya dapat berisi
informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan
karakteristik operasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus.
Sumber lain yang dapat digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan
oleh industri, laporan keuangan satuan usaha lain dalam industri, buku teks,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I

majalah, dan perorangan yang


memil penget mengenai industri.
iki ahuan

Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :


1. Mengindentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
2. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah,
direview dan dikumpulkan dalam organisasi.
3. Menilai kewajaran,estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,
penyisian piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.
4. Menilai kewajaran reprensentasi manajemen.
5. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapannya.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam


pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur
supervisi adalah memberikan intruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian
informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan
yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit
kantor akuntan.Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung
atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang
melaksanakan audit.
Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur
audit yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan
berpengaruh terhadap sifat,luas, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti
sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-
masalah akuntansi dan audtt. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap
audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan
auditing signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan
seberapa signifikan masalah tersebut.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus direview untuk menentukan
apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah
hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit. Auditor
harus menyusun audit plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh klien.
Isi dari audit plan mencakup :
1. Hal-hal mengenai klien
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien
3. Rencana kerja auditor

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
1. Hal-hal mengenai klien
a. Bidang usaha klien, alamat, nomor telephone, facsimile, dan lain-lain.
b. Status Hukum Perusahaan (berdasarkan Akte Pendirian) menyangkut Nama
Pemilik dan Permodalan
c. Accounting Policy (kebijakan Akuntansi)
1) Buku-buku yang digunakan
a) Buku Penjualan
b) Buku Pembelian
c) Buku Kas/Bank
d) Buku Memorial
2) Metode Pembukuan :
a) Manual : - Tulis tembus atau Biasa
b) Komputer
c) Mesin pembukuan
3) Komentar mengenai mutu pembukuan secara umum (membantu dalam
menyusun budget dan pemilihan tenaga-tenaga yang akan ditugaskan di
klien tersebut).
d. Neraca komparatif dan perbandingan. Laba/Rugi tahun lalu dan sekarang.
Perbandingan antara Neraca tahun lalu dan Neraca tahun sekarang/bulan
terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran mengenai ukuran besar
kecilnya perusahaan.
e. Clien Contact
Yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering kita hubungi,
misalnya :
1) presiden Direktur
2) Controller, Chief Accountant.
Selain itu perlu juga diketahui penasehat hukumnya siapa berikut alamat,
nomor telephone dan fax.
f. Accounting, Auditing & Tax Problem
Harus dijelaskan persoalan-persoalan yang (mungkin) akan dihadapi oleh
klien, seperti :
1) Accounting Problem, misalnya :
- Perubahan metode pencatatan dari manual ke komputer
- Revaluasi Fixed asset
- Perubahaan metode atau tarif penyusustan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
2) Auditing Problem, misalnya :
- Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan.
- Perubahan accounting policy
3) Tax Problem, misalnya :
- Masalah resitusi, kekurangan penyetoran
- Adanya 2 pembukuan di dalam perusahaan.

2. Hal-hal yang mempengaruhi Klien.


Biasa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara lain ; Business
News, Ekonomi Keuangan Indonesia.
Contoh : Adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.

3. Rencana Kerja Auditor


Hal-hal yang penting antara lain :
a. Staffing
- Nama Partner
- Nama Manager
- Nama Supervisor
- Nama Senior
- Nama Asisten
b. Waktu Pemeriksaan :
1) Waktu dimulainya suatu pemeriksaan.
2) Berapa lama waktu pemeriksaan.
3) Dead Line, dalam arti laporan pemeriksaan :
- Selesai kapan ?
- Dikirm kemana dan waktu sampainya kapan ?
- Kepada siapa report itu dikirim?
c. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan
Tarif yang dibebankan kepada klien antara lain :
- tarif masing-masing staf dan taksiran jumlah jam kerja masing-masing
staf, antara lain : Partner, Manager, Senior, dan Yunior

- Budget per section/area


(misalnya pemeriksaan piutang 60 jam ) terdiri dari : 10 jam in charge dan
50 jam asisen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
d. Jenis jasa yang diberikan :
1) General audit
2) Special audit.
3) Bantuan administasi
4) Menyusun Neraca/Laba Rugi
5) Perpajakan
Hal-hal tambahan :
e. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien.
1) Mengisi formulir konfirmasi.
2) Membuat schedule-schedule
- Aging schedule
- Rincian harta tetap
- Rincian utang dan piutang
- Rincian biaya yang harus dibayar
f. Time Schedule
Misalnya :
Bulan November :
1. Review Internal Control
2. Tentative Audit Program (audit program sementara
Bulan Desember
1. Cash count
2. Observasi persediaan
3. Dan lain-lain
Pada time schedule juga ditulis siapa yang mengerjakan dan berapa jam kira-
kira waktu yang dibutuhkan.
Pada akhir audit plan dituliskan :
1. Dibuat oleh :
2. Review oleh :
3. approved oleh :
Audit plan tersebut harus diapproved oleh partner.
Contoh audit plan bisa dilihat di Exhibit 7-1
Rencana pemeriksaan bisa juga dibuat dalam bentuk audit planning
memorandum yang contohnya bisa dilihat di Exhibit 7-2.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
B. AUDIT PROGRAM
Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai,
auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur
audit yang akan dijalankan dan dibuat secata tertulis. Audit program membantu
auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus
dilaksanakan. Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang
menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Audit program
yang baik harus mencantumkan :
1. Tujuan pemeriksaan
2. Audit prosedur yang akan dijalankan.
3. Kesimpulan pemeriksaan
Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandardisir dan
digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang
disusun sesuai dengan kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih
baik jika audit program dibuat terpisah untuk Compliance Test dan Substantive Test.
Contoh Audit program untuk Compliance Test dan Substantive Test bisa dilihat di
Exhibit 7-3 dan 7-4.

C. AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK


Audit prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Audit
program dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence)
yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.
Untuk itu diperlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence,
seperti : konfirmasi,observasi,inspeksi, tanya jawab (inquiry) dan lain-lain.

D. RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS


Dalam PSA no 25, diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan
audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan
Akuntan Indonesia :
1. Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standart auditing,
khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar laporan, serta tercermin
dalam laporan audit bentuk baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat,saat, dan luas
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam laporan audit bentuk baku
bahwa auditor memperoleh “keyakinan memadai” mengenai apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa bebarapa hal, baik secara induvidual atau
pun keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan beberapa hal
lainnya adalah tidak penting. Frasa “menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”menunjukan
keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak
mengandung salah saji material.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau pun
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari
penerapan yang kelitu prinsip akuntansi yang berlaku umum, penyimpangan
fakta, atau dihilangkannya informasi yang diperlukan.
5. Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas dampaksuatu salah saji,
secara individual ataupun keseluruhan, auditor umumnya harus
mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan nilai
pos laporan keuangan yang sedang diaudit. Sebagai contoh, suatu jumlah yang
dianggap material untuk laporan keuangan suatu satuan usaha mungkin tidak
cukup material bagi satuan usaha lainnya yang mempunyai ukuran dan sifat
yang berbeda.Begitu juga apa yang dipandang material untuk laporan keuangan
suatu satuan usaha dapat pula berubah dari satu periode ke periode yang lain.
6. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kuantitatif
maupun kualitatif.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya
penghilangan atau salah saji itu.
7. Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam
pertimbangan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan
oleh auditor dapat mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan.
Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya
tidak material dapat menjadi material,jika kemungkinan besar hal tersebut dapat
menimbulkan kewajiban bersyarat yang material atau hilangnyapendapat yang
material.
8. Auditor harus mempertimbangkan risiko dan materialitas baik dalam
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar, dalam semau hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
dan sebagai dasar yang memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk
butir (b).
9. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit
dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan
profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapatterhadap laporan
keuangan. Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.
10. Dalam merencanakan auditnya, auditor harus menggunakan pertimbangannya
dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan
awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam
keterbatasan yang melekat pada proses audit, dapat memberikan bukti audit
yang cukup untuk mencapai keyakinana yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Tingkat materialitas mencakup tingkat
yang menyeluruh untuk masing-masing laporan keuangan pokok, namun, karena

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagia besar prosedur audit
berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar lebih efisien,
auditor, untuk tujuan perencanaan biasanya mempertimbangkan materialitas
pada tingkat kumpulan salah saji terkecil yang dapat dianggapmaterial untuk
salah satu laporan keuangan pokok. Sebagai contoh, Jika auditor berkeyakinan
bahwa salah saji secara keseluruhan yang berjumlahkurang lebih Rp.
100.000.000 akan memberi pengaruh material terhadap pos pendapatan, namun
baru akan mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai angka Rp.
200.000.000, adalah tidak memadai baginya untuk merancang suatu prosedur
audit yang diharapkan dapat mendeteksi salah saji yang berjumlah
Rp.200.000.000 saja.
11. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna
medeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau
keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan
keuangan. Walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang mungkin
material secara kualitatif pada umumnya adalah tidak praktis untuk merancang
prosedur pendeteksiannya. SA Seksi 326 (PSA no.07), bukti audit paragraf 20
menyatakan bahwa “auditor pada hakikatnya bekerja dalam batas-batas
ekonomis, agar mempunyai manfaat ekonomis, pendapat auditor harus
dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar.”
12. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun.
Dalam situasi lain, perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan
yang diaudit selesai disusun, namun ia menyadari bahwa laporan tersebut masih
memerlukan modifikasi yang signifikan. Dalam kedua keadaan
tersebut,pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan
atas laporan keuangan interim satuan usaha tersebut yang disetahunkan atau
laporan keuangan tahunan satu periode atau lebih sebelumnya,asalkan ia
memperhatikan pengaruh perubahan besar dalam satuan usaha tersebut
(contoh : merger) dan perubahaan lain yang relevan dalam perekonomian secara
keseluruhan atau industri yang merupakan tempat satuan usaha tersebut
berusaha.
13. Pada tingkat saldo perkiraan atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari (a)
risiko (yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian
(control risk) bahwa saldo perkiraan atau golongan transaksi mengandung salah

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
saji yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo perkiraan atau golongan transaksi
lainnya, dan (b) risiko (risiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan
medeteksi salah saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit
dalam konteks tiga komponen risiko di atas. Cara yang digunakan oleh auditor
untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan
pertimbangan proposional auditordan tergantung pada pendekatan audit yang
dilakukan.
a. Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo perkiraan atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo perkiraan
atau golongan traksaksi tertentudebandingkan dengan yang lain. Sebagai
contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang lebih sederhana. Uang tunai lebih
mudah dicuri daripada persediaan bat bara. Perkiraan yang terdiri dari jumlah
yang berasal dari estimasiakuntansi cenderung mengandung risiko lebih
besar dibandingkan dengan perkiraan yang sifatnya relatif rutin dan berisi
data berupa fakta.Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai
contoh , perkembangan tekhnologi mungkin menyebabkan produk tertentu
menjadi usang, sehingga mengakibatkan persediaan cenderung dilaporkan
lebih besar. Sebagai tambahan terhadap faktor-faktor tersebut yang khusus
menyangkut saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu, faktor-faktor
yang berhubungan dengan saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu.
Faktor yang terakhir ini mencakup, misalnya kekurangan modal kerja untuk
melanjutkan usaha atau penurunan aktivitas industri yang ditandai oleh
banyaknya kegagalan usaha.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Risiko ini merupakan
fungsi efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk
mencapai tujuan umum struktur pengendalian intern yang relevan dengan
audit atas laporan keuangan satuan usaha.Risiko pengendalian tertentu akan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap struktur pengendalian
intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif
karena kelalaian manusia akibat ceroboh atau bosan.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak
memeriksa 100%.Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor
mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara
keliru prosedur yang tepat, atau menafsirkan secara keliru hasil audit
.Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat
diabaikan melalui perencanaan dan supervisi yang memadai dan
pelaksanaan praktek audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.
14. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi.Kedua
risiko yang disebut terlalu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknyaaudit atas
laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit
dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai
hubungan yang terbaik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin
kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin
besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya,semakin besar adanya
risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor,semakin kecil tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima.Komponen risiko audit ini dapat ditentukan
secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara non kuantitatif
yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
Exhibit 1 : Contoh Rencana Pemeriksaan (Audit Plan)

PT WIDIALOKA
RENCANA PEMERIKSAAN
Tahun Buku 2006

1. Umum
PT WIDIALOKA didirikan berdasarkan akte notaris Tutty Kirana, Sarjana Hukum,
No, 7, tertanggal 6 Mei 1999, dengan perubahan-perubahan dan yang terakhir
dengan akte No.64, tertanggal 22 Oktober 1999, yang dibuat di hadapan notaris
yang sama.
Akte pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan surat no.Y.A.7/777/93 tertanggal 27 Juli 1993 dan telah dimuat dalam
Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 25 November 1993 no.99,
tambahan no.797.
Maksud dan tujuan Perusahaan
Perusahaan bergerak di bidang industri perajutan, pencelupan, konveksi dan
finishing.
Alamat Perusahaan
Kantor : Jl.Duren Tiga no.16, Jakarta Selatan
Pabrik : Jl. Galunggung no.22, Jakarta Timur

2. Susunan Pengurus
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Rudianto
Komisaris : Sugiwo
Ruddy Lumbada
Direksi
Presiden Direktur : Iman Kurniawan
Direktur keuangan : Fransisca
Direktur Umum : Maryadi
Direktur Produksi Marsudi
Direktur Pemasaran : Susanna

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I
3. Ekuitas
Modal dasar perusahaan berjumlah Rp. 50.000.000, yang terbagi atas 10.000
lembar saham biasa dengan nilai nominal sebesar rp.5.000, saham.

4. Kebijakan Akuntansi
a. Penyajian laporan keuangan
Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan,
laporan arus kas disusun berdasarkan metode tidak langsung (indirect
Method)
b. Persediaan
1. Persediaan bahan baku, olie, dan solar dibukukan berdasarkan
harga perolehannya. Penilaian persediaan akhir berdasarkan
metode FIFO.
2. Persediaan barang dalam proses (WIP) dinilai berdasarkan tahap-
tahap penyelesaian dalam proses produksinya. Penilaian
persediana tersebut didasarkan atas taksiran ekuivalen unit selesai
dari WIP dari masing-masing tahap proses produksi yang
bersangkutan.
3. Persediaan barang jadi dinilai berdasarkan metode rata-rata.
c. Piutang Usaha
Perusahaan tidak membuat penyisihan piutang ragu-ragu, tetapi
langsung membebankan ke perkiraan rugi-laba, piutang yang benar-
benar tak tertagih.
d. Penyertaan Dalam Bentuk Saham
Penyertaan dalam bentuk saham yang mencapai 20% atau lebih
dibukukan berdasarkan metode equty.
e. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan dan penyusutannya
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran
masa manfaat ekonomis aktiva tetap. Taksiran umur ekonomis aktiva
tetap adalah sebagai berikut :
- Bangunan : 20 tahun
- Mesin-mesin : 10 tahun
- Kendaraan Bermotor : 5 tahun
- Inventaris kantor & pabrik : 5 tahun

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I

f.
Biaya Perijinan
Biaya perijinan yang ditangguhkan diamortisir selama 10 tahun dengan
metode garis lurus.
g. Utang/Piutang Dalam Rangka Hubungan Khusus
Hubungan khusus adalah hubungan yang secara langsung atau tidak
langsung memepengaruhi kepengurusan atau pengolaan perusahaan
diluar hubungan afiliasi. Utang Piutang ini diselenggarakan atas dasar
transaksi dengan syarat-syarat sebagai mana lazimnya transaksi normal.
h. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan dari penjualan diakui pada saat dilakukan penyerahan
barang kepada pembeli.
i. Transaksi dan Penjabaran Mata Uang Asing
Pembukuan perusahaan diselenggarakan dalam mata uang rupiah.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan kurs yang berlaku
pada saat terjainya transaksi. Saldo aktiva dan kewajiban moneter dalam
mata uang asing pertanggal neraca dijabarkan dengan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca. Selisih kurs yang terjadi dikreditkan
(dibebankan) pada perhitungan rugi laba tahun berjalan.

j. Taksiran Pajak Penghasilan


Taksiran pajak penghasilan ditentukan berdasarkan taksiran laba kena
pajak dari tahun yang bersangkutan. Perusahaan tidak menganut
deferred tax accounting method atas perbedaan waktu.
k. Tahun Buku
Tahun Buku Perusahaan berjalan dari tanggal 1 Januari sampai dengan
31 Desember
5. Buku-buku yang digunakan perusahaan :
Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, perusahaan telah
menyelenggarakan, antara lain :
1. Buku Kas
2. Buku Bank
3. Buku Besar (G/L)
4. Ayat-ayat Jurnal
5. Proses pembukuan masih dilakukan secara manual

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afif Sulfa, SE MSi. Ak


AUDITING I

Anda mungkin juga menyukai