Anda di halaman 1dari 25

Pondasi Tiang

BAB 2
PONDASI TIANG

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari topik bahasan tentang pondasi tiang,
peserta didik memiliki kecakapan untuk melakukan hal berikut:
1. Mampu menjelaskan fungsi pondasi dan jenis-jenis pondasi
dalam.
2. Mampu menjelaskan dan menghitung konstruksi pondasi tiang,
meliputi tiang pancang tunggal dan tiang bor tunggal
berdasarkan sifat-sifat tanah
3. Mampu menghitung kemampuan dukung kelompok tiang

2.1. Pendahuluan
Fungsi pondasi tiang sama dengan pondasi lainnya yaitu
berfungsi untuk memindahkan beban bangunan ke lapisan tanah
pendukung tanpa adanya resiko kelongsoran geser ataupun
penurunan yang berlebihan (Curtin et.al, 2006)
Pondasi tiang digunakan apabila pondasi ini perlu untuk
meneruskan beban struktur ke stratum pendukung, namun harus
melalui suatu lapisan tanah yang memiliki kemampuan dukung yang
lemah/kurang, atau harus melalui suatu lapisan tanah yang dapat
dimampatkan, atau melalui air. Dalam kasus khusus, keputusan
untuk menggunakan pondasi tiang mungkin akan diambil, apabila
penyelidikan tanah (soil investigation) di lokasi pembangunan,
menunjukkan adanya suatu lapisan batu/batu karang, atau tanah
dengan kemampuan dukung yang memadai, berada di bawah
10
Pondasi Tiang

lapisan/endapan lumpur, lempung lunak atau tanah gambut, yang


diperhitungkan untuk melaluinya dibutuhkan biaya yang besar
(sangat mahal) untuk melakukan pemindahan tanah, atau menggali.
Gambar 2.1 mengilustrasikan uraian di atas (diadaptasi dari Abebe
and Smith, 2011).

Gambar 2.1. Pemanfaatan pondasi tiang pada kondisi lapisan tanah


keras berada jauh dibawah permukaan tanah.

Dalam kondisi seperti tersebut di atas, maka pondasi tiang yang


umumnya digunakan adalah tiang dengan panjang yang bervariasi
antara 6 meter sampai dengan 18 meter. Untuk kasus khusus (namun
tidak sering), yaitu penggunaan pondasi tiang dengan panjang
mencapai 60 meter.
Dalam proses analisa, untuk kemudahan perhitungan
diasumsikan bahwa ada 2 (dua) jenis kekuatan/tahanan dukung
pondasi tiang, yakni: kemampuan/tahanan dukung ujung (end bearing
capacity), dan kemampuan/tahanan dukung gesekan (friction capacity).

11
Pondasi Tiang

Gambar 2.2 yang diadaptasi dari Curtin et.al (2006) mengilustrasikan


prinsip kemampuan/tahanan dukung dari pondasi tiang dimaksud.

Gambar 2.2. Ilustrasi tahanan dukung tiang ujung dan gesekan

Gambar 2.2 (a) memperlihatkan bahwa tahanan dukung diperoleh


pada ujung tiang, sedangkan untuk tahanan gesekan diperoleh dari
gesekan antara permukaan keliling tiang dengan tanah disekelingnya,
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2 (b).

2.1.1. Pondasi Tiang Dengan Tahanan Dukung Ujung.


Pondasi tiang umumnya digunakan untuk menyalurkan
beban struktur atas dan beban sendiri tiang, melalui suatu endapan/
lapisan yang lemah atau tanah lunak, ke stratum yang memiliki
kemampuan dukung yang baik untuk memikul beban. Oleh sebab itu
jenis pondasi tiang yang paling umum digunakan adalah tiang dengan
tahanan dukung ujung (end bearing pile) yang mendapatkan sebagian
besar kemampuan dukungnya dari penetrasi pada ujung tiang.
Gambar 2.3 memperlihatkan sketsa pondasi tiang dengan
kemampuan dukung ujung, pada berbagai kondisi tanah.
12
Pondasi Tiang

Gambar 2.3. Pondasi tiang dukung ujung pada berbagai kondisi


tanah

2.1.2. Pondasi Tiang Dengan Tahanan Dukung Gesekan.


Pondasi tiang gesekan, sesuai dengan namanya, mendapatkan
kekuatan dukungnya dari tahanan gesekan atau adhesi yang
dihasilkan oleh permukaan tiang dengan tanah di sekeliling
permukaan tiang. Gambar 2.4 menunjukkan kondisi tanah untuk
pondasi tiang dengan kemampuan/tahanan dukung gesekan.

13
Pondasi Tiang

Gambar 2.4. Pondasi tiang tahanan dukung gesekan pada kondisi


tanah tertentu

Catatan: hal yang perlu diperhatikan adalah pondasi tiang mendapatkan


tahanan dukungnya dari dukungan langsung pada ujung tiang,
maupun gesekan pada permukaan keliling tiang. Namun

!
umumnya salah satu dari komponen tersebut lebih menonjol.
Istilah tahanan dukung ujung dan tahanan dukung gesekan hanya
asumsi untuk memudahkan perhitungan. Pada prinsipnya
kemampuan pondasi tiang diperoleh dari kombinasi kedua
komponen dimaksud.

2.1.3. Pengelompokan Pondasi tiang


Pondasi tiang pada prinsipnya dapat dikelompokan dalam 2
(dua) kelompok besar berdasarkan cara penanaman, yakni:

1. Tiang pancang atau tiang dengan pemindahan


Maksud dari tiang dengan pemindahan tanah adalah ketika tiang
pancang ditanam ke dalam tanah, maka ada massa tanah sebesar
massa tiang, yang akan berpindah ke segala arah. Kondisi ini
akan meningkatkan kepadatan tanah disekeliling tiang. Ada 2
(dua) metode pelaksanaan pondasi tiang pancang, yaitu:

a. Tiang yang padat (masif) atau berongga dipancang ke dalam


tanah dan dibiarkan dalam keadaan seperti itu.
b. Tiang dengan berbagai bentuk (bulat, persegi atau segi tiga)
dipancang ke dalam tanah sampai kedalaman penetrasi yang
ditentukan, selanjutnya tiang tersebut ditarik keluar sehingga
meninggalkan rongga. Rongga yang terbentuk kemudian diisi
dengan adukan beton dan/atau tulangan bersamaan dengan
proses penarikan tiang.

Gambar 2.5 memperlihatkan jenis-jenis tiang shell (shell piles).

14
Pondasi Tiang

Gambar 2.5. Jenis tiang pancang shell, PEDC 1986


(a) Tiang step-taper Raymond, dengan
pemancang mandrel.
(b) Tiang west, dengan pemancang mandrel
dan kepala pemancangan pada tanah
pasir berupa tudung baja.
(c) Tiang dengan selubung dari British Steel
Piling Co. Dipancang dengan
menjatuhkan palu di dalam pipa baja.
15
Pondasi Tiang

2. Tiang bor atau tiang tanpa pemindahan tanah.


Tiang bor atau tiang tanpa pemindahan tanah dibentuk dengan
menempatkan tiang pada titik yang sudah disiapkan dengan cara
mengebor tanah, sehingga meninggalkan suatu rongga yang
kemudian diisi dengan adukkan beton dan/atau tulangan. Jenis
ini disebut tiang tanpa pemindahan tanah, sebab rongga dalam
tanah dibentuk dengan mengangkat/membuang tanah dari titik
penetrasi, sehingga tidak terjadi pemadatan tanah disekitar titik
bor, bahkan tanah sekitar lubang bor menjadi lebih lepas. Ada
beberapa metode pelaksanaan tiang ini, namun dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu:

a. Suatu tabung yang terbuka pada ujung bawah, dimasukkan ke


dalam tanah sampai ujung tabung mencapai kedalaman tanah
keras (stratum pendukung). Selanjutnya tanah yang ada
didalam tabung dikeluarkan dengan alat bor. Tabung yang
telah kosong diisi dengan adukan beton dan/atau tulangan
dan dibiarkan seperti itu.
b. Dibuat suatu lubang dengan cara mengebor dengan
menggunakan metode yang tepat dengan jenis/kondisi tanah.
Selanjutnya lobang yang sudah terbentuk diisi dengan adukan
beton dan/atau tulangan. Jika menggunakan casing (untuk
tanah lepas), setelah lobang bor diisi dengan adukan beton
dan/atau tulangan, maka casing atau selubung sementara
ditarik/dikeluarkan dari lobang sehingga beton dapat
langsung kontak dengan tanah.
Gambar 2.6 diadaptasi dari PEDC (1986), memperlihatkan jenis-
jenis tiang dicor di tempat.

16
Pondasi Tiang

Gambar 2.6. Jenis-jenis tiang yang dicor ditempat


(a) Tiang vibro
(b) Tiang Franky
(c) Tiang Holmpress
Menunjukkan beton dan tanah didesak oleh
selubung/tabung yang dapat digerakkan.
17
Pondasi Tiang

2.2. Material Tiang


Winterkorn dan Fang (1975) menjelaskan bahwa pondasi
tiang dapat dibuat dari material kayu, baja (berbagai macam bentuk),
beton (diproduksi secara pabrikasi atau cor di tempat/cast in situ),
atau komposit (gabungan dari dua material yang berbeda). Gambar
2.7 memperlihatkan macam-macam bentuk tiang dengan material
pembentuknya, serta panjang maksimum.

Gambar 2.7. Variasi bentuk tiang dan material pembentuknya

Beberapa pondasi tiang dengan material pembentuknya seperti yang


terlihat pada Gambar 2.7 di atas, akan dijelaskan secara detail pada
uraian selanjutnya. Gambar 2.8 menunjukkan detail variasi bentuk
tiang, dan dilengkapi dengan potongan melintang, serta bentuk
ujung/dasar tiang, yang umum diaplikasikan pada tiang pancang dan
tiang bor.
18
Pondasi Tiang

Gambar 2.8. Detail variasi bentuk, potongan melintang, dan


bentuk ujung/dasar tiang.

2.2.1. Tiang Kayu (Wood Pile)


Kayu adalah material tertua yang digunakan sebagai pondasi
tiang pancang (Curtin et.al, 2006). Tiang pancang kayu biasanya
dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong, dan
biasanya diawetkan terlebih dahulu sebelum digunakan, agar tiang
19
Pondasi Tiang

tidak cepat busuk. Tiang didorong/dipancang ke dalam tanah,


dimana ujung tiang dibuat runcing. Kadang-kadang ujung tiang
dibuat berdiameter besar (tidak dibuat runcing) saat tiang dipancang
ke dalam tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan khusus, seperti
pemancangan dalam tanah yang sangat lembek dimana lapisan tanah
akan bergerak melawan poros, dan dengan demikian ketika ujung
tiang mencapai lapisan yang keras, maka akan diperoleh
tahanan/dukungan ujung yang besar. Ujung tiang yang dibuat
runcing, dapat dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan dari
logam. Hal ini dilakukan bila tiang kayu harus menembus lapisan
tanah yang keras, atau tanah berkerikil. Pada umumnya ada batasan
ukuran dari ujung tiang runcing dan ujung yang tebal.
Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang harus
diawetkan, dimana pengawetan harus dilaksanakan sesuai dengan
syarat AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officialls) M133-86 dengan menggunakan instalasi
peresapan bertekanan. Jika instalasi tersebut tidak tersedia, maka
dapat digunakan cara pengawetan dengan tangki terbuka, dengan
cara panas dan dingin. Jika digunakan kayu keras, maka material
kayu dapat digunakan tanpa pengawetan. Pada prinsipnya, urgensi
dari pengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu, dan
tingkatan kondisi pelayanan.
Disamping syarat tersebut di atas, tiang pancang kayu harus
memenuhi hal-hal berikut:
 Bahan kayu yang digunakan harus kayu yang cukup tua.
 Kayu harus berkualitas baik dan tidak cacat, contoh: kayu
berlian.

20
Pondasi Tiang

 Tiang pancang kayu yang sudah siap, harus diperiksa terlebih


dahulu sebelum dipancang. Hal ini untuk memastikan bahwa
tiang pancang kayu tersebut telah memenuhi ketentuan dari segi
bahan dan toleransi yang diijinkan.
 Tiang pancang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk
apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam
penuh di bawah muka air tanah.
 Tiang pancang kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila
dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.
Pengaplikasian tiang pancang kayu memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu:
Keuntungan pemanfaatan tiang pancang kayu:
 Proses pengangkatan lebih mudah sebab tiang pancang dari kayu
relatif lebih ringan.
 Pada proses pengangkatan untuk keperluan pemancangan, tidak
menimbulkan kesulitan (seperti pada tiang pancang beton), sebab
kayu memiliki kuat tarik yang relatif besar.
 Pada proses pemancangan, apabila tiang pancang kayu tidak
dapat masuk lagi ke dalam tanah (sudah mencapai lapisan tanah
padat/keras), maka pemotongan tiang lebih mudah.
 Pemanfaatan tiang pancang kayu lebih cocok untuk friction
pile daripada untuk end bearing pile, sebab tegangan tekanannya
relatif kecil.
 Untuk konstruksi dermaga yang memikul gaya horisontal akibat
tekanan kapal/perahu yang bersandar, performa tiang kayu lebih
baik. Tiang pancang kayu biasanya relatif flexible terhadap arah
gaya horizontal dibandingkan dengan material tiang yang lain.
Apabila tiang menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang
21
Pondasi Tiang

pancang kayu ini akan melentur. Namun, jika beban tidak


bekerja lagi maka tiang kayu akan segera kembali ke kondisi
awal (tidak terjadi deformasi yang permanen).

Kekurangan dari pemanfaatan tiang pancang kayu:


 Untuk menghindari terjadingan pembusukan pada tiang kayu,
maka tiang pancang kayu harus selalu berada di bawah muka air
tanah yang terendah. Jika letak muka air tanah terendah berada
sangat dalam, maka konsekuensi dari kondisi tersebut adanya
penambahan biaya konstruksi.
 Masa layanan (service life) tiang pancang kayu, relatif lebih
pendek dibanding dengan tiang pancang baja atau beton. Hal ini
biasanya terjadi pada kondisi dimana elevasi muka air tanah
yang berubah-ubah.
 Pada proses pemancangan, terutama jika tiang pancang kayu
ditanam pada tanah yang berbatu (gravel), ujung atas tiang
pancang kayu mudah rusak (terlepasnya ikatan serat kayu,
bahkan ujung tiang hancur) sebagai akibat dari energi
pemancangan. Untuk itu diperlukan tambahan peralatan khusus,
seperti topi tiang, guna mengantisipasi kerusakan dimaksud.
 Jika tiang pancang kayu tidak lurus, maka akan terjadi
penyimpangan terhadap arah/titik yang telah ditentukan, pada
waktu pemancangan.
 Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap bahan/benda-benda
agresif, untuk itu diperlukan perlakuan khusus sebelum tiang
pancang kayu dimanfaatkan.

2.2.2. Tiang Beton (Concrete Pile)

22
Pondasi Tiang

Menurut Bowles (1986), tiang beton terdiri atas beberapa tipe,


yaitu:

1. Tiang Beton Bertulang Pracetak (Precast Reinforced Concrete


Pile)
Precast renforced concrete pile adalah tiang beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancang. Tiang beton ini
harus diberi tulangan yang cukup guna menahan momen lentur
yang timbul akibat pengangkatan untuk pemancangan. Hal ini
disebabkan oleh kecilnya tegangan tarik beton, sedangkan berat
sendiri dari pada beton adalah besar. Karena berat sendiri dari
tiang cukup besar, maka biasanya tiang beton bertulang
dicetak/dicor di tempat pekerjaan (cast in situ).
Tiang jenis ini dapat memikul beban > 50 ton untuk satu tiang,
tergantung pada dimensi tiang tersebut. Dalam perencanaan,
panjang tiang beton precast harus dihitung dengan teliti, sebab
jika panjang tiang lebih kecil dari kedalaman penetrasi yang
ditentukan, maka harus dilakukan penyambungan. Hal ini
menyita waktu dan biaya sebab diperlukan peralatan tambahan
khusus. Penampang dari reinforced concrete pile dapat berbentuk
lingkaran, segi empat, dan segi delapan.
Keuntungan pemanfaatan precast concrete reinforced pile, adalah:
 Precast concrete reinforced pile mempunyai tegangan tekan yang
besar, dimana hal ini tergantung dari mutu beton yang
dipakai untuk pengecoran tiang.
 End bearing pile maupun friction pile dapat diasumsikan
sebagai tahanan dukung dari tiang jenis ini.

23
Pondasi Tiang

 Tidak diperlukan penggalian tanah yang dalam untuk


penempatan poer (pile cap), sebab tiang jenis ini tidak
dipengaruhi oleh tinggi muka air tanah, seperti pada
pemanfaatan tiang pancang kayu.
 Jika beton dekking dari tiang ini cukup tebal untuk
melindungi tulangannya, maka life service dari tiang jenis ini
cukup panjang, karena tiang beton bertulang pracetak ini
tahan terhadap agresi bahan-bahan corrosive serta pengaruh
air.

Kekurangan dari pemanfaatan precast concrete reinforced pile,


adalah:

 Biaya transportasi mahal diakibatkan oleh berat sendiri tiang


yang besar. Oleh sebab itu, maka tiang jenis ini biasanya
dibuat/cetak di lokasi pekerjaan.
 Dibutuhkan waktu yang cukup lama (sampai beton
mencapai kekuatan 100%), barulah tiang pancang jenis ini
dapat digunakan.
 Pemotongan tiang lebih sulit dan dibutuhkan waktu
yang lama, serta biaya.
 Diperlukan alat penyambung khusus untuk penyambungan
tiang, serta agak rumit dan sukar pengerjaannya. Oleh sebab
itu dalam perencaaan, panjang tiang harus diperhitungkan
dengan seksama, karena panjang dari tiang pancang sangat
perpengaruh pada alat pancang (pile driving) yang akan
digunakan.

2. Precast Prestressed Concrete Pile

24
Pondasi Tiang

Tiang jenis ini adalah tiang pancang yang terbuat dari beton
prategang, dimana sebagai gaya prategang digunakan baja
penguat dan kabel kawat/baja.

Keuntungan pemakaian precast prestressed concrete pile, adalah:


 Mampu memikul beban pondasi yang besar.
 Tiang pancang jenis ini tahan terhadap agresi bahan
korosive.
 Memungkinkan untuk dipancang dengan energi
pemancangan yang besar.
Kekurangan pemakaian precast prestressed concrete pile, adalah:
 Penanganan pondasi jenis ini relatif sukar dalam
pelaksanaan di lapangan.
 Biaya pembuatan (biaya awal) cukup besar.
 Jika terjadi pergeseran yang cukup besar, maka kabel
prategang sukar disambung.

3. Tiang yang dicor di tempat (Cast in Place Pile)


Tiang jenis ini dicor langsung di tempat/lapangan, yang dibentuk
dengan cara membuat lobang dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton. Lobang tersebut dapat dibor (seperti pada
pembuatan kaison), tapi lebih sering dibentuk dengan
memancangkan sebuah sel (shell) atau corong ke dalam tanah.
Cast in place pile ini dapat dilaksanakan dengan cara:

 Corong (casing) berupa pipa baja dipancang kedalam tanah


sampai kedalaman penetrasi yang diinginkan, kemudian
diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa casing ditarik
ke atas.

25
Pondasi Tiang

 Pipa baja dipancangkan ke dalam tanah, setelah ujung tiang


mencapai kedalaman penetrasi yang diinginkan, pipa
tersebut kemudian diisi dengan beton, sedangkan pipa
tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
 Pipa baja atau corong dipancang ke dalam tanah dengan
ujung terbuka, dan tanah yang terperangkap dalam corong
dikeluarkan setelah pemancangan tiang mencapai
kedalaman yang diinginkan. Selanjutnya, tiang diisi dengan
beton sambil pipa casing ditarik ke atas, atau pipa casing
tetap tinggal di dalam tanah.

Keuntungan pemakaian cast in place pile, adalah:


 Pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat saat pembuatan
tiang.
 Tidak ada resiko kerusakkan tiang saat pengangkatan untuk
proses pemancangan, dan/atau saat transportasi.
 Tidak ada resiko panjang tiang yang tidak sesuai (terlalu
panjang sehingga harus dipotong, atau terlalu pendek
sehingga harus disambung), sebab panjang tiang
menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Kerugian pemakaian cast in place pile, adalah:
 Diperlukan peralatan khusus saat pelaksanaan pekerjaan.
 Lingkungan pekerjaan menjadi kotor oleh tanah hasil
pengeboran, pada saat penggalian/pengeboran lubang.
 Mutu beton yang dihasilkan secara cast in place tidak dapat
dikontrol.

2.2.3. Tiang Baja (Steel Pile)

26
Pondasi Tiang

Umumnya tiang baja berupa profil baja gilas biasa, namun


bentuk pipa dan kotak juga dapat digunakan. Namun, jika digunakan
tiang baja berbentuk pipa atau kotak, maka tiang harus diisi dengan
beton, dimana mutu beton yang digunakan minimal K-250.
Kebanyakan tiang baja berbentuk profil H. Pemilihan profil
ini dikarenakan kekuatan dari profil tersebut sangat besar, sehingga
pada proses pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan
resiko patah seperti pada tiang beton precast. Jadi tiang baja ini
dipakai apabila diperlukan tiang pancang yang panjang dengan
tahanan ujung yang besar.
Dari segi durabilitas, tingkat resiko karatan pada tiang
pancang baja akan sangat bervariasi, tergantung dari: texture tanah
dimana tiang dipancang, panjang penetrasi tiang dalam tanah, dan
kondisi kelembaban tanah. Secara detail kondisi dimaksud di atas,
adalah sebagai berikut:
a. Kondisi tanah dengan texture yang kasar/kesap, korosi terjadi
karena adanya sirkulasi air dalam tanah, tingkat korosi yang
terjadi mendekati kondisi jika tiang berada di udara terbuka.
b. Pada tanah liat (clay), tiang akan mengalami tingkat korosi
seperti tiang terendam dalam air. Hal ini dikarenakan kurangnya
kandungan oxygen dalam tanah.
c. Pada lapisan pasir, tiang akan mengalami korosi pada tingkatan
yang kecil sekali, jika lapisan pasir terletak dibawah lapisan
tanah yang padat sehingga kandungan oksigen dalam tanah
sedikit sekali.

Korosi terjadi diakibatkan oleh udara (atmosphere corrosion) pada


bagian tiang yang terletak di atas tanah. Pada umumnya tiang baja

27
Pondasi Tiang

juga akan mengalami korosi di bagian atas yang dekat dengan


permukaan tanah. Hal ini disebabkan oleh kondisi udara pada pori-
pori tanah (aerated condition ) pada lapisan tanah tersebut, serta adanya
bahan-bahan organik pada air tanah. Untuk menanggulangi masalah
korosi dimaksud, maka tiang baja dicoating, dengan cara memoles
tiang baja dengan coaltar atau dengan sarung beton minimal 60 cm
dari muka air tanah terendah.
Berikut beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada
pemanfaatan tiang baja.
1. Perlindungan Terhadap Korosi
Bila korosi kemungkinan terjadi pada tiang baja, maka panjang
atau ruas-ruas tiang yang mungkin terkena korosi harus
dilindungi dengan cara dicoating dengan lapisan pelindung. Jika
daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat maka dapat
digunakan logam yang lebih tebal. Biasanya seluruh panjang
tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang tiang baja yang
tertanam dalam tanah yang berada di atas muka air terendah,
harus dilindungi dari korosi.
2. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong
tegak lurus terhadap panjangnya, dan harus dipasang topi
pemancang (driving cap) untuk mempertahankan agar sumbu
tiang pancang tetap segaris dengan sumbu palu.
3. Perpanjangan Tiang Pancang
Tiang pancang baja diperpanjang dengan cara dilas,
dan
dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja
semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan
28
Pondasi Tiang

dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga


alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang.
Jika tiang pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton
setelah pemancangan, maka sambungan harus dibuat kedap air.
4. Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada
profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bila tiang akan
dipancang pada tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat
dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan
pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang
pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu,
tetapi bila ujung dasarnya tertutup, maka penutup ini dapat
dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu
yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja
fabrikasi.
Keuntungan pemakaian tiang pancang baja, adalah:
 Penyambungan tiang dapat dilakukan dengan mudah
 Kapasitas daya dukung tiang pancang jenis ini tinggi
 Tidak ada resiko patah dalam proses pengangkatan dan
pemancangan.

Kekurangan dalam pemakaian tiang pancang baja, adalah:


 Tiang baja mudah mengalami korosi.
 Bagian H pile dapat rusak atau menjadi bengkok oleh rintangan
pada saat pemancangan.

2.2.4. Tiang Composit (Composite Pile)


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri
dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga
29
Pondasi Tiang

merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan


menghubungkan/menyambung bagian atas dan bagian bawah tiang
dengan bahan yang berbeda, misalnya: beton pada area di atas muka
air tanah, dan kayu tanpa perlakuan khusus disebelah bawahnya.
Biasanya biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan
sambungan menyebabkan tiang komposit jarang digunakan.
Pondasi tiang komposit dapat digolongkan berdasarkan
material yang digunakan, dan teknik pemasangan ke dalam tanah,
yaitu:
1. Water Proofed Steel and Wood Pile
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang
terletak di bawah muka air tanah, sedangkan bagian atas tiang
terbuat dari baja. Diketahui bahwa kayu akan tahan lama/awet
bila terendam air, oleh karena itu bahan kayu diletakan di bagian
bawah tiang yang selalu terletak dibawah muka air tanah.
Kelemahan tiang ini terletak pada sambungan apabila tiang
pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Metode
pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah
hingga mencapai kedalaman penetrasi yang ditentukan.
Bagian tiang yang dari kayu diletakkan dibawah muka air
tanah yang terendah.
b. Selanjutnya core ditarik keatas dan tiang pancang kayu
dimasukan dalam casing dan terus dipancang sampai
mencapai lapisan tanah keras.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras, pemancangan
dihentikan dan core ditarik keluar dari casing. Kemudian

30
Pondasi Tiang

beton dicor kedalam casing sampai penuh, lalu dipadatkan


dengan menumbukkan core ke dalam casing.
2. Composite Dropped in-Shell and Wood Pile
Tiang jenis ini hampir sama dengan tipe di atas hanya bedanya
jenis menggunakan shell yang terbuat dari bahan logam tipis,
yang permukaannya di beri alur spiral. Metode pelaksanaan tiang
ini adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai
kedalaman penetrasi yang telah ditentukan di bawah muka
air tanah.
b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud, core ditarik
keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan
tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu harus
diperhatikan dengan seksama agar kepala tiang tidak rusak
atau pecah.
c. Setelah tiang pancang kayu mencapai lapisan tanah keras,
core ditarik keluar lagi dari casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral
dimasukkan dalam casing. Pada ujung bagian bawah shell
dipasang tulangan berbentuk sangkar, dimana tulangan ini
dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung
atas tiang pancang kayu tersebut.
e. Selanjutnya beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah
shell penuh dan padat casing ditarik keluar. Shell yang telah
terisi beton ditahan dengan cara meletakkan core diujung
atas shell.
3. Composit Ungased-Concrete and Wood Pile.
31
Pondasi Tiang

Dasar pertimbangan pemilihan tiang composit tipe ini adalah:


 Lapisan tanah keras berada jauh dibawah permukaan tanah,
sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan cast in
place concrete pile. Disisi lain, jika digunakan precast concrete
pile, tiang akan terlalu panjang sehingga sulit dalam proses
mobilisasi tiang, serta biaya menjadi lebih besar.
 Jika muka air tanah terendah terletak jauh dibawah
permukaan tanah, maka penggunaan tiang pancang kayu
akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang kayu
selalu berada di bawah muka air tanah terendah.
Metode pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:
a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama ke dalam
tanah sampai pada kedalaman penetrasi yang ditentukan
(selalu berada di bawah muka air tanah).
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu
dimasukkan ke dalam casing, kemudian dipancang sampai
ke lapisan tanah keras.
c. Setelah tiang pancang kayu mencapai lapisan tanah keras,
core dikeluarkan lagi dari casing, dan sebagian beton dicor
dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam
casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas
sampai jarak tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang
menggelembung seperti bola di atas tiang pancang kayu
tersebut.
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan
campuran beton yang sisa, sampai setinggi beberapa
sentimeter di atas permukaan tanah. Kemudian beton
32
Pondasi Tiang

ditekan kembali dengan core, sambil casing ditarik ke atas


sampai keluar dari tanah.
4. Composite Dropped-Shell and Pipe Pile
Dasar pemilihan tiang tipe ini adalah:
 Lapisan tanah keras berada jauh di bawah permukaan
tanah, sehingga tidak ekonomis jika digunakan tiang cast in
place concrete.
 Muka air tanah terendah terlalu jauh di bawah muka air
tanah, sehingga tidak ekonomis jika digunakan tiang
composit yang bagian bawahnya terbuat dari kayu.
Metode pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing
seluruhnya masuk dalam tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah
dimasukkan dalam casing, kemudian dipancang dengan
pertolongan core hingga mencapai tanah keras.
c. Setelah mencapai pada tanah keras, core ditarik kembali
keatas.
d. Selanjutnya sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan
dalam casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak
di ujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan pembesian
maka, maka besi tulangan dimasukkan dalam shell, dan
kemudian dicor beton sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core,
sedangkan casing ditarik keluar dari tanah. Lubang
disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain
pada tipe tiang ini dapat juga dipakai tiang pemancang baja
H sebagai ganti dari tiang pipa.
33
Pondasi Tiang

5. Franky Composite Pile


Prinsip dasar dari tiang jenis ini hampir sama dengan tiang
Franki biasa, bedanya pada bagian atas tiang digunakan tiang
beton precast biasa atau tiang profil H dari baja.
Metode pelaksanaan tiang composit adalah sebagai berikut:
a. Pipa disumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung
bawah pipa baja. selanjutnya dipancang ke dalam
tanah dengan drop hammer sampai pada lapisan tanah keras.
Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang Franki biasa.
b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman
penetrasi
yang direncanakan, pipa diisi lagi dengan beton dan terus
ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke
atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola pada
ujung bagian bawah tiang.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam
pipa sampai bertumpu pada bola beton, pipa ditarik keluar
dari tanah.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi
dengan kerikil atau pasir.

34

Anda mungkin juga menyukai