Anda di halaman 1dari 7

KETERBACAAN VISUAL SEBAGAI DASAR MEDIA PEMBELAJARAN

Konsep keterbacaan (literacy) hanya digunakan dalam konteks verbal yakni membaca dan
menulis. Pertengahan tahun 1960 mulai muncul konsep keterbacaan visual, dalam bentuk grafis
seperti skets, gambar, foto, diagram, tabel dan lain-lain. Buku-buku pelajaran mulai ditampilkan
pesan-pesan visual melalui berbagai ilustrasi untuk memperjelas keterbacaan verbal. Pesan-pesan
visual disajikan pula dalam berbagai media massa seperti TV, percetakan dan produksi, pesan
visual sangat efektif dalam memperjelas informasi, bahkan lebih jauh lagi mempengaruhi sikap
seseorang, membentuk opini masyarakat dan lain-lain.
Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahun sikap dan keterampilan
para siwsa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakikatnya
mempelajari lambing-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung
didalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan
yang disampaikan guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan
(siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya.
Tampilan lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa
lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran, Hal ini
disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang
menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme.
Realisme dalam Pesan Visual
Pada dasarnya tidak ada bentuk media visual yang sepenuhnya realistic, nyata, kongkret
sama sekali disebabkan adanya tingkat realisme isi pesan yang akan disampaikannya. Suatu objek
atau kegiatan nyata yang dipelajari selalu mempunyai aspek-aspek yang tidak bisa dinyatakan
seluruhnya secara ilustratif sekalipun melalui bentuk tiga dimensi atau gambar hidup. Dengan
demikian visualisasi suatu objek atau kejadian tersusun secara kontinun mulai dari yang realistic
sampai kepada yang paling abstrak.
Pengajaran akan lebih efektif apabila, objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran
dapat divisualisasikan secara realistic menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidaklah
berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah
model. Model sekalipun merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak
dapat dikatakan realistic sepenuhnya. Sesungguhnya model sebagai media pengajaran dapat
member makna terhadap isi dari keadaan yang sebenarnya.

Belajar dan Pesan Visual


Menerima pesan visual dan belajar daripadanya memerlukan keterampilan, oleh karena
dengan melihat pesan visual tidak dengan sendirinya seseorang akan mampu belajar daripadanya.
Itulah sebabnya para siswa harus dibimbing dalam menerima dan menyimak pesan-pesan visual
secara tepat.
Dari hasil penelitian Seth Spaulding tentang bagaiman siswa belajar melalui gambar-
gambar, dapat disimpulkan sebagai berikut (James W. Brown dkk, 1959:410).
1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang daapt menarik minat belajar
siswa secara efektif.
2. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan
berdasarkan pengalaman di masal lalu, melalui penafsiran kata-kata. Oleh sebab itu,
guru hendaknya berhati-hati dalam menetapkan pengalaman artistic maupun
pengalaman lingkungan di masa lampau. Pengalaman artistic maupun pengalaman
lingkungan di masa lampau.
3. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam
menafsirkan dan mengingat –ngingat isi materi teks yang menyertainya.
4. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu halaman
penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas. Lebih baik lagi apabila lebih
dari separuh isi booklet itu memuat ilustrasi gambar.
5. Islustrasi gambar isinya harus dikatikan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa
menjadi efektif.
6. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan
dengan gerakan mata pengamat, dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu
harus dipusatkan di bagian sebelah kiri atas medan gambar.
Selanjutnya dari 50 buah hasil penelitan Edmund Faison tentang penggunaan gambar dan
grafik dalam pengajaran, dapat disimpulkan sebagai berikut (James W. Brown dkk. 1959:416):
1) Terdapat beberapa hasil penelitian, yang menunjukan bahwa untuk memperoleh hasil
belajar siswa secara maksimal, gambar-gambar harus erat kaitannya dengan materi
pelejaran, dan ukurannya cukup besar sehingga rincian unsure-unsurnya mudah diamati,
sederhana, direproduksi bagus, lebih realistis, dan menyatu dengan teks.
2) Terdapat bukti bahwa gambar-gambar berwarna lebih menarik minat siswa daripada
hitam putih, dan daya tarik terhadap gambar bervariasi sesuai dengan umur, jenis
kelamin serta kepribadian seseorang. Sekalipun demikian gambar-gambar berwarna
tidak selamanya merupakan pilihan terbaik. Menurut hasil penelitian Seth Spaulding,
kualitas warna diperlukan untuk gambar-gambar yang sifatnya realistic.
3) Dari hasil penelitian Mabel Rudisill mengenai gambar-gambar yang lebih disukai anak-
anak menunjukan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah
pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan impresi atau kesan
realistis.
Menyimak Pesan Visual
Siswa menerima pesan-pesan visual, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada dua variable
yang sangat penting, yaitu perkembangan usia anak dan latar belakang budaya yang dianutnya.
Hasil temuan ahli psikologi perkembangan anak, menunjukan bahwa keterbacaan visual
dipengaruhi oleh tingkat kematangan jiwa anak. Misalnya, sebelum usia 12 tahun anak cenderung
untuk menafsirkan pesan-pesan visual menurut bagian demi bagian daripa secara keseluruhan.
Dalam menceritakan tentang apa yang mereka lihat digambar, mereka memilih unsur-unsur yagn
spesifik, termasuk didalamnya adegan, sedangkan para siswa yang lebih dewasa cenderung untuk
meringkas keseluruhan adegan dan melaporkan keseimpulan tentang makna gambar. Bilamana
berbagai lambing abstrak atau jelas dipahami siswa, akan mengakibatkan gagalnya proses
komunikasi edukatif bagi semua tingkat usia.
Pesan-pesan visual yang realistic dapat membingungkan para siswa yang berusia lebih
muda. Begitu usia anak bertambah, dia akan lebih mampu memperhatikan secara selektif terhadap
semua bentuk penyajian visual yang berdaya guna, untuk mempertinggi kemampuan belajarnya
yang bersumber dari informasi yang dikehendaki (Robert Heinich, 1982:65). Di samping itu, usia
perkembangan anak bisa mempengaruhi penafsiran terhadap penemuan-penemuan artistic dalam
penggunaan garis-garis, misalnya sket, skema, besaran jarak dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukan bahwa isyarat gerak yang terdapat pada gambar tampaknya
memperkuat gagasan mengenai gerak bagi anak-anak yang sudah dikembangkan selama masa
tahap operasional sebagaimana dirumuskan Piaget pada anak-anak usia tujuh tahun, dibandingkan
anak-anak yang lebih muda usianya. Demikian pula gambaran sosok-aktif, misalnya orang yang
sedang berlari akan lebih baik dikomunikasikan bagi semu ausia dalam bentuk kerangka saja,
sedangkan isyarat-isyarat, gerak dalam bentuk garis – garis percepatan, kurang bisa meyakinkan
anak-anak. Dengan perkataan lain, sosok tubuh yang sedang berlari dalam bentuk kerangka akan
lebih meyajinkan pada anak-anak, ketimbang isyarat-isyarat atau tanda-tanda dalam bentuk garis-
garis, seperti sebuah bola yang melucur deras di udara diberi tanda garis-garis percepatan
geraknya.
Memperhatikan pesan-pesan visual pada siswa dipengaruhi oleh latar belakang budayanya,
kelompok siswa yang berasal dari latar belakang budaya yag berbeda-beda, secara individual
mereka akan menyimak pesan-pesan visual berbeda pula, sebab latar belakang budaya bisa
dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.
Mengamati Pesan Visual
Semua pengajar hendaknya memperhatikan bagaimana siswa-siswanya mengamati materi
grafis dan visual lainnya. Apa yang mereka lihat di dalamnya akan menentukan apakah yang dapat
disimak dari pesan tersebut. Dalam hubungan ini, ada dua cara untuk menentukan apa yang
diperhatikan siswa dari pesan-pesan visual yang mereka lihat.
Pertama, membuat kesimpulan berdasarkan apa yang dipelajari siswa dari materi gambar.
Menurut para ahli ilmu jiwa perilau, cara mengamati dan apa yang diceritakan kembali oleh
seseorang tentang materi gambar harus benar-benar diperhatikan karena hal itu amat penting bagi
guru sebagai bahan masukan apakah siswa-siswanya memahami bahan pelajaran.
Kedua, tentukan pola gerakan-gerakan pengamatan, waktu siswa mengamati materi
gamabr yang serupa. Dalam hal ini tidaklah penting bagaimana reaksi siswa sewaktu mengamati
materi gamabr sebab yang lebih utama adalah apakah persepsi siswa terhadap materi gambar itu
efisien, efektif atau tidak. Bisa saja para siswa itu sewaktu mengamati materi gambar dikacaukan
oleh tanda-tanda, isyarat-isyarat yang tidak relevan dengan isi pelajaran yang terkandung pada
materi gambar.
Medan gambar terbagi dalam empat bagian, dan persentase pada setiap perempatnya
mewakili frekuensi sering tidaknya medan-medan gambar tersebut diamati.
Bagian sebelah kiri gambar. Dua sampai tiga kali lebih sering diamati para siswa. Hasil
penelitian juga menunjukan adanya kecenderungan si pengamat mulai mengamati suatu gambar
dari sebelah kiri, terutama pada bagian kiri atas. Jadi pengamatan dimulai oleh siswa dari bagian
perempat kiri atas medan gambar ke arah kanan, lalu diteruskan dari bagian perempat kri bawah
medan gambar sebelah kanan. Sebagaimana diketahui seseorang atau bangsa. Orang yang berasal
dari budaya barat yang biasa belajar membaca dan menulis dimulai dari kiri kekanan, berbeda
dengan orang-orang Arab atau Yahudi yang biasa menulis dari bagian kanan ke kiri. Diperkirakan
pengamatan terhadap medan gambar pun akan sama.
Untuk merancang pesan-pesan visual, kita dapat menarik manfaat dari hasil penelitian
tersebut dalam hal menempatkan permulaan pesan pokok, harus dimulai dari arah mana pandangan
pertama pengamat meniliti medan gambar. Namun demikian tidak berarti bahwa semua informasi
penting harus ditempatkan di atas sebelah kiri perempat gambar. Bisa saja bilamana pesan
dikehendaki berdasarkan isi pelajaran harus terletak di bagian bawah medan gambar sebelah kanan
dan mata pengamat harus diarahkan ke arah situ dengan mempergunakan unsure-unsur
penggambaran warna, tekstur, komposisi dan lain sebagainya. Yang penting adalah bahwa
kecenderungan siswa pertama kali mengamati medan gambar tidak dari sebelah kanan bawah.
Oleh sebab itu imbangilah, bilamana pesan penting ditempatkan di bagian medan gambar itu.
Grafis sebagai Media Visual
Nilai media grafis terletak pada kemampuan dalam menarik perhatian, minat dalam
menyampaikan jenis informasi tertentu secara cepat. Peran utamanya adalah memvisualisasikan
fakta-fakta dan gagasan-gagasan dalam bentuk yang ringkas dan padat. Misalnya sebuah bagan
ilmu hayat tentang pembelahan sel dapat mengikhtisarkan atau meringkas proses secara lengkap
dari mitosis. Suatu bagan organisasi kantor dapat memperlihatkan dengan sekilas pandang saluran-
saluran tanggungjawab dan fungsi bagian-bagiannya. Dari satu grafik demografi wilayah tertentu
dengan segera bisa dilihat laju pertumbuhan penduduknya, dan seterusnya.
Dengan kata lain, media grafis dapat didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan
fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu, melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan
gambar. Media ini sangat tepat untuk tujuan menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman
yang dipadatkan.
Kesederhanaan alam tata letak (lay out) media pengajaran tampak pada gambar yang cukup
besar dan jelas rincian pokoknya. Lambang-lambang gambarnya harus diberi garis yang cukup
tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tetapi rincian penjelasan cukup dengan garis-garis tipis
saja.
Keterpaduan, mengandung pengertian ada hubungan erat di antara berbagai unsur visual
sehingga secara keseluruhan berfungsi padu. Hal itu dapat dicapai dengan mempergunakan unsur-
unsur yang saling tumpah tindih, penggunaan panah-panah penunjuk arah dan unsur-unsur visual
lain, misalnya garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang.
Penekanan, memegang peranan penting dalam penyajian media pengajaran, walaupun
penyajian visual bersifat tunggal, dengan satu gagasan pokoknya, memiliki keterpaduan,
seringkali memerlukan penekanan pada hanya satu unsur saja yang justru memerlukan titik
perhatian dan misat siswa.
Keseimbangan, mencakup dua macam yaitu keseimbangan formal atau simetris dan
keseimbangan informal atau asimetris. Keseimbangan formal tampak pada susunan unsur-unsur
visualnya terbagi dua bagian yang sama sebangun.
Garis, dalam pesan-pesan visual dapat berfungsi untuk menghubungkan berbagai unsur
bersama-sama, serta mengarahkan pengamat dalam mempelajari unsur visual dalam urut-urutan
khusus. Fungsi garis sebagai unsur visual adalah sebagai penuntun bagi para pengamat (siswa),
dalam mempelajari rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi pelajaran yang tersirat di dalam
media visual yang dipertunjukan.
Bentuk, perlu diperhatikan dalam merancang media pengajaran suatu bentuk yang tidak
lazim, dapat memberikan perhatian secara khusus kepada media visual, media pengajaran
semacam itu mampu menarik minat para siswa secara efektif.
Ruang, merupakan unsur visual yang penting dalam merancang media pengajaran, Ruang
terbuka yang mengelilingi unsur-unsur visual dan kata-kata akan menghindarkan kesan
berdesakan. Hanya dengan pemanfaatan ruang secara hati-hatilah berbagai unsur visual dari
sebuah rancangan media visual akan menjadi efekif.
Warna, merupakan penambahan yang penting untuk sebagian besar media visual, tetapi
pemakaian harus hemat dan hati-hati bila menghendaki dampaknya yang terbaik. Pakailah warna
dengan maksud memberikan kesan memisahkan, penekenan keterpaduan unsur-unsur visual.
Pilihlah warna-warna yang memberikan kesan harmonis. Sebaliknya bila menggunakan warna-
warna yang kumuh akan sangat mengganggu pengamatan siswa, sehingga dapat mengalihkan
perhatian mereka dari kesan penting yang seharusnya disimak.
Hasil penelitian tentang keterbacaan visual dihubungkan dengan hasil belajar, menunjukan
bahwa visualisasi pesan pada kedua kutub, yang abstrak dan kongkret membawa pengaruh yang
sama terhadap hasil belajar siswa. Dengan kata lain, gambar yang terlalu abstrak tidak jelan bagi
siswa, sedangkan gambar yang terlalu jelas rinciannya pun membingungkan siswa.
Penggunaan media visual dalam proses belajar-mengajar perlu memperhatian keterbacaan
visual (visual literacy) demi meningkatkan efektifitas hasil belajar siswa.

Referensi

Heinich, Robert, Michael Molenda, James D. Russel, (1982) Instructional Media: and the New
Technology of Instruction, New York: Jonh Wily and Sons

James W. Brown. 1959. Educational Media. England : Oxford University

Yulio, Y. Keterbacaan Visual Sebagai Dasar MediaPembelajaran.(Online) (diakses 19 Agustus


2021)https://yandiyulio.wordpress.com/2009/05/25/keterbacaan-visual-sebagai-dasar-media-
pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai