Anda di halaman 1dari 10

Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap (terbang) yang

berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak menggunakan kakinya, oleh karenanya daerah
jajahan lalat cukup luas. Pada saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000-100.000
spesies (Maryantuti, 2007).11

Lalat mempunyai tingkat perkembangan telur, larva (belatung), pupa, dan dewasa.
Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 10-12 hari. Larva akan berubah
menjadi pupa setelah 4-7 hari, larva yang telah matangakan mencari tempat yang kering
untuk berkembang menjadi pupa. Pupa akan berubah menjadi lalat dewasa tiga hari
kemudian. Lalat dewasa muda sudah siap kawin dalam waktu beberapa jam setelah keluar
dari pupa. Setiape ekor lalat betina mampu menghasilkan sampai 2.000 butir telur
selamahidupya. Setiap kali bertelur lalat meletakkan telur secara berkelompok, setiap
kelompoknya mengandung 75-100 telur. Umur lalat di alam diperkirakan sekitar dua minggu
(Permenkes RI, 2017)

Angka kepadatan lalat merupakan salah satu cara penilaian sanitasi lingkungan di suatu
wilayah, semakin tinggi angka kepadatan lalat, maka menunjukan bahwa wilayah tersebut
dalam kategori sanitasi yang buruk.Depkes RI (2012) menjelaskan penyakit-penyakit yang
ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, typhus perut, diare dan lainnya yang
berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan penyakit ini terjadi
secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi.Merupakan tempat
menempelnya microorganisme penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada makanan.
Oleh karena demikian besar penyebaran penyakit yang dapat ditularkan melalui lalat, maka
perlu dilakukan pengendalian lalat dengan cermat.
Volume timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas dapat meningkat terus sehingga
terjadi penumpukan sampah di TPST Bantar Gebang pengelolaan pada suatu daerah masih
kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan. Keberadaan sampah dapat juga
mengganggu kesehatan masyarakat karena sampah merupakan salah satu sumber penularan
penyakit. Sampah juga menjadi tempat yang ideal untuk sarang dan tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit
khususnya lalat. Pada pola hidup lalat, tempat yang disenangi lalat adalah tempat yang basah,
benda-benda organik, tinja, kotoran binatang. Selain itu, timbunan sampah yang menjadi
tempat untuk bersarang dan berkembangbiak.
Lokasi TPST Bantar Gebang sangat dekat dengan pemukiman rumah penduduk. Lalat
memiliki jarak terbang efektik 450 - 900 meter, sehingga dengan jarak terbang tersebut
mempermudah lalat untuk hinggap dimana saja, terutama diperumahan penduduk sekitar
TPST Bantar Gebang yang masuk kedalam radius jarak terbang efektif lalat.

Metode Pemantauan Kepadatan lalat

Jenis Pemantauan ini adalah observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis
tentang tingkat kepadatan lalat di sekitar pemukiman TPST Bantar Gebang
Pemantauan dilaksanakan di 3 titik setiap desa, desa yang akan dipantau kepadatan lalatnya
yaitu Cikiwul, Ciketing Udik, dan Sumur Batu pada tanggal 25 Agustus 2021.
Data diperoleh dengan melakukan pengukuran angka kepadatan lalat dilokasi yang terpilih
sebagai sampel, dengan menggunakan Fly-grill dan Counter

Lengkah-langkah dan cara pengukuran yang dilakukan pada tingkat kepadatan lalat sebagai
berikut :
a. Pengukuran kepadatan lalat pada pemantauan ini menggunakan fly grill didasari pada
sifat lalat yaitu kecendrungannya untuk hinggap pada tepi-tepi atau tempat yang
bersudut tajam
b. fly grill diletakan pada tempat yang telah ditentukan minimal 1 meter pada daerah
yang akan diukur
c. Pemasangan fly grill dilakukan dengan hati-hati dan harus disesuaikan masing-
masing bilah kayu pada tempat atau lubangnya jangan sampai terjadi ketimpangan
d. Menghitung lalat yang hinggap dengan alat penghitung selama 30 detik
e. selanjutnya memindahkan fly grill mundur dari jarak semula kira-kira 1-3 meter setiap
lokasi dilakukan sepuluh kali perhitungan (10 kali selama 30 detik)
f. setelah 10 kali pengukuran diambil jumlah lalat yang terbanyak dan 5 perhitungan
tertinggi dibuatkan rata-rata dan dicatat

Angka rata-rata ini merupakan petunjuk angka kepadatan lalat dalam satu lokasi tertentu.
Interpretasi hasil pengukuran angka kepadatan lalat pada setiap lokasi adalah sebagai berikut
(Depkes RI 1992) :
a. 0 - 2 = kepadatan rendah
b. 3 - 5 = kepadatan sedang
c. 6 - 20 = kepadatan tinggi
d. >21 = kepadatan sangat tinggi

Tabel Titik Sampel Kepadatan Lalat

No Titik Desa Koordinat


1 T1 Cikiwul 6°20'36.67"S 106°59'22.06"E
2 T2 Cikiwul 6°20'37.32"S 106°59'24.02"E
3 T3 Cikiwul 6°20'35.33"S 106°59'20.10"E
4 T4 CiketingUdik 6°21'02.84"S 106°59'39.32"E
5 T5 CiketingUdik 6°21'00.47"S 106°59'39.46"E
6 T6 Sumur Batu 6°21'09.22"S 106°59'59.47"E
7 T7 Sumur Batu 6°21'10.56"S 107°00'1.52"E
8 T8 Sumur Batu 6°21'10.62"S 107°00'2.66"E
9 T9 CiketingUdik 6°20'56.24"S 106°59'35.53"E

Hasil Pemantauan
Sering sekali upaya pengendalian terhadap lalat cenderung hanya untuk membunuh
lalat saja yang dalam waktu relatif singkat populasi lalat akan menurun. Tetapi lalat-lalat
yang masih tertinggal dan hidup apabila menemukan tempat-tempat untuk berkembang biak,
suatu saat akan mampu membentuk populasi baru sehingga upaya pengendalian lalat tidak
akan berhasil.
Dari hasil pemantauan dan pengumpulan data yang telah dilakukan maka dapat
disajikan hasil pengukuran kepadatan lalat di 9 titik pengamatan sebagai berikut :
Tabel rekapitulasi hasil pengamatan
Total 5 Rata-rata
Waktu
No Lokasi perhitungan Kepadatan Kategori
Pengamatan
Tertinggi Lalat
1 10.33 RT2 RW 5 Cikiwul 93 18,6 Kepadatan
Tinggi
2 11.00 RT2 RW 5 Cikiwul 62 12,4 Kepadatan
Pemukiman Tinggi
3 11.30 RT 3 RW 4 Cikiwul 58 11,6 Kepadatan
Tinggi
4 12.30 Ciketing Udik RT 1 109 21,8 Kepadatan
RW 5 Sangat Tinggi
5 12.00 Ciketing Udik RT 1 101 20,2 Kepadatan
RW 5 Tinggi
6 13.40 Sumur Batu RT 4 RW 28 5,6 Kepadatan
3 Pinggir Jalan Sedang
7 13.58 Sumur Batu RT 4 RW 26 5,2 Kepadatan
3 Pemukiman Sedang
Penduduk
8 14.11 Sumur Batu RT 4 RW 29 5,8 Kepadatan
3 Pemukiman Sedang
Penduduk
9 15.07 Pintu Gerbang 49 9,8 Kepadatan
Jembatan Timbang Tinggi

Dari perhitungan di atas didapat indeks kepadatan lalat di titik 1 Cikiwul RT 2 RW 5


sebesar 18,6. Jika diinterpretasikan pada pedoman yang ditetapkan Depkes RI (1992), tingkat
kepadatan lalat pada titik 1 berada di antara interval 6-20 kategori tinggi atau padat. artinya
tingkat kepadatan lalat di titik 1 Cikiwul RT 2 RW 5 tinggi. Populasi tinggi dan perlu
pengamanan terhadap tempat-tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin direncakan upaya
pengendalian, hal ini disebabkan juga terdapat pengepul sampah di sekitar lokasi dan
kurangnya tingkat kesadaran masyarakat sekitar menjaga kebersihan.
Titik 2 RT 2 RW 5 Cikiwul sebesar 12,4 berada diantara interval 6-20 katekori kepadatan
tinggi, Titik 3 RT 3 RW 4 Cikiwul sebesar 11,6 berada di interval 6-20 kategori kepadatan
tinggi. Titik 4 Ciketing Udik RT 1 RW 5 sebesar 21,8 kepadatan lalat termasuk kepadatan
sangat tinggi. Titik 5 Ciketing Udik RT 1 RW 5 sebesar 20,2 berada di interval 6-20 kategori
kepadatan tinggi. Titik 6 Sumur Batu RT 4 RW 3 di Pinggir Jalan sebesar 5,6 berada di
interval 3-5 kategori kepadatan sedang. Titik 7 Sumur Batu RT 4 RW 3 Pemukiman
Penduduk sebesar 5,8 berada di interval 3-5 kategori kepadatan sedang. Titik 8 Sumur Batu
RT 4 RW 3 Pemukiman Penduduk sebesar 5,8 berada di interval 3-5 kategori kepadatan
sedang. Titik 9 Pintu Gerbang Jembatan Timbang TPST Bantar Gebang sebesar 9,8 berada di
interval 6-20 kategori kepadatan tinggi.

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang telat diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa 3
titik pengamatan di Desa Ciwikul memiliki tingkat kepadatan lalat dalam ketegori tinggi, 3
titik pengamatan di Desa Ciketing Udik memiliki tingkat kepadatan lalat dalam kategori
tinggi hingga sangat tinggi. 3 titik pengamatan di Desa Sumur Batu memiliki tingkat
kepadatan lalat dalam kategori sedang.

Tingkat kepadatan lalat yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya resiko penularan
penyakit oleh lalat. salah satu faktor yang berpotensi memberikan kontribusi kepadatan lalat
yang tinggi adalah banyaknya sampah organik. Letak pemukiman warga yang cukup dekat
dengan lokasi TPST Bantar Gebang juga menjadi faktor tingginya kepadatan lalat di
pemukiman warga sekitar lokasi pembuangan sampah. Masyarakat yang berada di kawasan
pemukiman sekitar TPST akan rentan untuk terinfeksi penyakit yang dibawa oleh lalat.

Hal ini perlu menjadi perhatian untuk pihak TPST sebagai pemrakarsa yang dapat dilakukan
dengan cara bekerjasama dengan masyarakat dalam menjaga kebersihan tempat tinggal,
makanan dan lingkungan sekitar rumah, supaya kesehatan masyarakat sekitar dapat terjaga.

DOKUMENTASI
Titik 1 Cikiwul

Titik 2 Cikiwul
Titik 3 Cikiwul

Titik 4 Ciketing Udik


Titik 5 Ciketing Udik

Titik 6 Sumur Batu


Titik 7 Sumur Batu

Titik 8 Sumur Batu


Titik 9 Ciketing Udik Jembatan Timbang TPST

Anda mungkin juga menyukai