224 474 1 SM
224 474 1 SM
I NYOMAN SUDARMADA, Perkembangan Kemampuan Loncat Tegak pada Anak Usia 6-12
Tahun Ditinjau Ketinggian Wilayah Tempat Tinggal di Bali.
ABSTRACT
I NYOMAN SUDARMADA, The Progress Vertical Jump Capability in the 6-12 Years Old
Children Viewed from Residential Altitude in Bali.
The objectives of this research are to find out: 1) the progress of vertical jump
capability in the 6-12 years old highlander and lowlander childrens in Bali; 2) the difference of
vertical jump capability in 6-12 years old highlander and lowlander children in Bali
This study belonged to developmental research with cross-sectional method. The
population of this research was highlander of Kintamani subdistrict and lowlander of Kubu
subdistrict. As the sample of this research was 507 highlander children (267 boys and 240 girls)
and 572 lowlander children (285 boys and 287 girl). Vertical jump capability measured by
vertical jump test. The technique of data analyzing employed in this research was t-test with
significance level α = 0.05.
The result shows that: 1) there is a progress of vertical jump capability in 6-12 years old
highlander and lowlander childrens in Bali; 2) there is no significant difference of vertical jump
capability between high- and low-lander 6-12 year old children in Bali.
A. Latar Belakang
Perkembangan prestasi olahraga Indonesia di berbagai even yang diikuti dalam
beberapa tahun terakhir cenderung stagnan tanpa ada peningkatan prestasi yang berarti. Dalam
berbagai ajang multi even seperti SEA Games, ASIAN Games dan Olimpiade, atlet-atlet
Indonesia masih cukup sulit untuk dapat bersaing dengan atlet Negara lain. Kurang
berkembangnya prestasi atlet Indonesia tidak terlepas dari pola pembinaan atlet yang belum
sesuai dengan kebutuhan atlet untuk dapat bersaing di level internasional.
Prestasi olahraga tidak dapat dibentuk secara instan. Pembentukan atlet berprestasi
tinggi memerlukan perencanaan yang sistematis dan dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan dimulai dari pemasalan, pembibitan dan pembinaan hingga mencapai
puncak prestasi. Pembinaan harus dimulai sejak usia dini, dengan melakukan pemantauan bakat
(talent identification) sehingga potensi olahraga yang dikembangkan sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
Anwar Pasau (dalam Sajoto, 1995: 2-5; Depdiknas, 2002: 10) menyatakan peningkatan
prestasi olahraga tidak terlepas dari faktor-faktor penentu peningkatan prestasi yaitu: 1) aspek
biologis seperti potensi/ kemampuan dasar tubuh, fungsi organ-organ tubuh, struktur dan postur
tubuh serta gizi, 2) aspek psikologis seperti intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi kerja
otot dan saraf, 3) aspek lingkungan seperti lingkungan sosial, sarana dan prasarana, cuaca, dan
keluarga, 4) aspek penunjang seperti pelatih, program pelatihan yang sistematis, dana dan
penghargaan.
Perbedaan karakteristik dan kemampuan fisik ini menjadi penting untuk diketahui
dalam upaya pengembangan prestasi olahraga, khususnya dalam tahap pembinaan awal.
Karakteristik kemampuan fisik yang ditampilkan pada masa muda merupakan modal dasar yang
nantinya dapat dikembangkan dalam upaya pencapaian prestasi dalam cabang olahraga yang
sesuai. Program pemantauan bakat sebagai langkah awal dalam pembinaan olahraga prestasi
dapat didasarkan pada karakteristik serta kemampuan fisik yang dimiliki.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik, faktor lingkungan menjadi
sangat penting. Peningkatan ketinggian tempat juga memiliki korelasi dengan suhu udara.
Semakin tinggi tempat maka suhu udara akan semakin dingin. Pola adaptasi yang terjadi pada
tubuh dilakukan dengan peningkatan pembakaran lemak untuk menjaga suhu tubuh tetap
hangat.
Pertumbuhan fisik yang baik pada masa anak-anak menjadi faktor essensial untuk
tercapainya kematangan fisik pada usia dewasa. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
fisik pada masa anak-anak memberi efek tidak optimalnya potensi fisik pada usia dewasa.
Malina, Bouchard dan Bar-Or (2004: 83) menjelaskan hubungan antara struktur fisik dengan
performa dalam olahraga secara umum hampir sama antara anak-anak dan orang dewasa . Hal
ini menunjukan bahwa struktur fisik yang akan tampak pada usia dewasa dapat diprediksi
dengan melihat struktur fisik yang muncul pada periode anak-anak.
Kemampuan fungsional tubuh sudah dapat dilihat pada masa anak-anak, khususnya
pada masa anak besar yaitu pada rentangan umur 6-12 tahun. Pada periode ini kecenderungan
anak untuk tumbuh ke tipe tubuh tertentu mulai terlihat. Setiap tipe tubuh memiliki karakteristik
tertentu yang ada hubungannya dengan kemungkinan kesesuaian menekuni cabang olahraga
tertentu (Sugiyanto, 1998: 149). Kemampuan fisik tumbuh cukup pesat terutama kekuatan,
fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. Perbedaan proporsi tubuh antara anak laki-laki dan
perempuan mulai tampak pada periode ini. Melihat pola pertumbuhan dan perkembangan anak
besar ini, identifikasi bakat olahraga (talent identification) sepertinya mulai dapat dilakukan
pada periode ini.
Kemampuan loncat tegak merupakan kemampuan fisik yang mutlak diperlukan untuk
berbagai cabang olahraga. Kemampuan meloncat merupakan modal dasar untuk berbagai
gerakan dalam berbagai cabang olahraga, oleh karena itu kemampuan loncat tegak yang tinggi
menjadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atlet.
Dari latar belakang di atas maka peneliti melakukan penelitian tentang perkembangan
kemampuan loncat tegak pada anak usia 6-12 tahun ditinjau dari ketinggian wilayah tempat
tinggal di provinsi Bali.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan kemampuan loncat tegak anak usia 6-12 tahun yang tinggal
di dataran tinggi dan dataran rendah di Bali?
2. Adakah perbedaan kemampuan loncat tegak anak usia 6-12 tahun yang tinggal di dataran
tinggi dan dataran rendah di Bali?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan loncat tegak anak usia 6-12 tahun yang
tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah di Bali.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan loncat tegak anak usia 6-12
tahun yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah di Bali.
D. Manfaat
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah tentang
perkembangan ukuran antropometri dan kemampuan loncat tegak pada anak usia 6-12 tahun
yang tinggal di daerah dataran tinggi dan tinggal di daerah dataran rendah. Secara praktis hasil
penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pemantauan bakat olahraga yang sesuai untuk
karakteristik olahraga yang sesuai khususnya kecabangan olahraga yang berkaitan profil ukuran
antropometri dan power otot tungkai.
KAJIAN TEORI
Tahap awal (initial stage) dalam perkembangan gerak loncat tegak ditandai dengan
inkonsistensi pada saat awal membungkukkan badan, kesulitan menumpu dengan dua kaki,
lemahnya ekstensi tubuh pada saat menumpu, sedikit atau tanpa angkatan kepala, tangan tidak
terkoordinasi dengan togok dan tungkai, dan tinggi loncatan relatif rendah.
Pada tahap dasar (elementary stage) ditandai dengan tekukan lutut yang melebihi sudut
900 pada saat persiapan membungkukan badan, badan condong terdorong kedepan pada saat
membungkuk, menumpu dengan dua kaki, tidak seluruh tubuh lurus pada saat berada di udara,
pada saat di udara lengan berupaya menjaga keseimbangan dan terjadi pergeseran pada jarak
horisontal pendaratan. Pada tahap kematangan gerak (mature stage) persiapan membungkukkan
badan disertai dengan tekukan lutut antara 60 0 sampai dengan 900, ekstensi yang kuat pada
pinggul, lutut dan pergelangan kaki, koordinasi yang simultan pada gerakan mengangkat
lengan, kepala miring ke arah atas dengan mata fokus ke target, dan pendaratan terkontrol
hampir tepat pada tempat menumpu (Gallahue dan Ozmun, 1998: 236).
Laki-laki
Perempuan - - - - -
Gambar 2. Perkembangan Kemampuan Loncat Tegak (Malina, Bouchard dan Bar-Or,
2004: 221)
Dari grafik di atas tampak perkembangan kemampuan loncat tegak meningkat secara
linier dengan pertambahan usia pada kedua jenis kelamin. Perbedaan perkembangan antara anak
laki-laki dan perempuan hanya sedikit namun konstan, khususnya pada masa anak besar dan
selanjutnya perbedaan ini menjadi tampak jelas pada masa adolesensi. Kemampuan loncat tegak
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot yang membangun struktur otot tungkai. Semakin kuat otot-
otot yang membangun struktur tungkai, semakin kuat kontraksi yang dihasilkan sehingga
loncatan pun semakin tinggi. Kemampuan meloncat baik secara vertikal maupun horizontal
identik dengan power otot tungkai. Orang yang memiliki power yang bagus cenderung memiliki
kemampuan meloncat yang tinggi.
Kabupaten Bangli terletak diantara 115' 13' 48" sampai 115' 27' 24" Bujur Timur dan 8'
8' sampai 8' 31' 87" Lintang Selatan. Posisinya berada ditengah-tengah Pulau Bali sehingga
merupakan satu-satunya Kabupaten yang tidak memiliki pantai/laut. Luas Kabupaten Bangli
sebesar 520,81 Km atau 9,25% dari luas Propinsi Bali, ketinggian dari permukaan laut antar 100
– 2152 meter sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik dibagian
Selatan merupakan daerah dataran rendah dan bagian utara merupakan pegunungan. Puncak
tertinggi adalah Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur dengan kepundannya Danau Batur
yang memiliki luas 1.067,50 Ha.
Kabupaten Bangli sebagian besar daerahnya merupakan dataran tinggi, hal ini
berpengaruh terhadap keadaan iklim di wilayah ini. Keadaan iklim dan perputaran atau
pertemuan arus udara yang disebabkan karena adanya pegunungan di daerah ini yang
menyebabkan curah hujan di daerah ini relatif tinggi. Selain itu pada daerah dataran alivium
danau yang berketinggian antara 1.000 - 1.230 yang terdapat di daerah sekitar danau Batur
memiliki suhu yang dingin dan berkabut (Pemda Bangli. 2009).
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan (developmental research).
B. Variabel Penelitian
a. variabel bebas : ketinggian wilayah tempat tinggal
b. variabel terikat : perkembangan kemampuan loncat tegak anak usia 6-12 tahun
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun yang ada di wilayah provinsi
Bali. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive random
sampling. Terkait dengan variabel penelitian, sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 6-12
tahun yang tinggal di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah di provinsi Bali. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak pada kedua wilayah tersebut. Anak usia 6-12 tahun dilihat dari
jenjang pendidikan di Indonesia berada pada tingkatan sekolah dasar. Dengan pertimbangan
tersebut, sampel penelitian diambil pada sekolah dasar yang ada di masing-masing wilayah
tempat penelitian. Penentuan sekolah dasar yang dijadikan tempat pelaksanaan penelitian
dilakukan secara acak. Karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian, pengambilan data
penelitian hanya dilakukan pada 3 sekolah dasar di masing-masing wilayah penelitian.
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kemampuan Loncat Tegak
Table 1. Deskripsi data kemampuan loncat tegak
Usia (tahun)
Wilayah Statistik
6 7 8 9 10 11 12
Jumlah 1282 1437 1852 2429 1867 2047 2076
Dataran tinggi Rata-rata 20.0 20.2 23.4 26.1 28.3 29.7 32.4
SD 3.9 5.8 5.50 5.4 6.4 4.21 5.2
Jumlah 1497 1457 2191 2358 2812 2966 2420
Dataran rendah Rata-rata 22.7 22.1 24.3 26.2 26.1 32.2 34.1
SD 3.0 4.6 7.53 5.88 5.57 5.86 6.24
Dari tabel di atas terlihat nilai P-Value untuk semua kelompok data kemampuan loncat
tegak lebih besar dari 0.05 sehingga H0 diterima yang berarti data berdistribusi normal.
Uji Bartlett
Kemampuan loncat tegak Keterangan
Statistik P-Value
Anak usia 6-12 tahun yang tinggal
di dataran tinggi dan dataran 1.057 0.948 Homogen
rendah
Dari tabel terlihat bahwa nilai P-Value untuk seluruh kelompok data yang diuji lebih
besar dari 0.05 dengan demikian varian data berasal dari populasi yang homogen.
1. Deskripsi Perkembangan Kemampuan Loncat Tegak Anak Usia 6-12 Tahun yang Tinggal
di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah
Rangkuman rata-rata kemampuan loncat tegak anak anak usia 6-12 tahun yang
tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Rata-Rata Kemampuan Loncat Tegak Anak Usia 6-12 Tahun yang Tinggal di
Dataran Tinggi dan Dataran Rendah
Usia (tahun)
Wilayah
6 th 7 th 8 th 9 th 10 th 11 th 12 th
Dataran tinggi 20 20.2 23.4 26.1 28.3 29.7 32.4
Dataran rendah 22.7 22.1 24.3 26.2 26.1 32.2 34.1
Selisih 2.7 1.9 0.9 0.1 2.2 2.5 1.7
Dalam bentuk grafik, perkembangan kemampuan loncat tegak anak usia 6-12
tahun yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah dapat dilihat pada gambar
berikut.
40
Kemampuan loncat tegak (cm)
35
30
25
20
15 Dataran tinggi
Dataran rendah
10
5
0
6 th 7 th 8 th 9 th 10 th 11 th 12 th
Umur
Gambar 3. Perkembangan Kemampuan Loncat Tegak Anak Usia 6-12 Tahun yang
Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah
Dari grafik di atas terlihat kemampuan loncat tegak anak yang tinggal di
dataran rendah lebih besar dari pada anak yang tinggal di dataran tinggi, kecuali pada
usia 10 tahun anak di dataran tinggi memiliki kemampuan yang lebih besar. Perbedaan
terbesar terjadi pada usia 6 tahun sebesar 2.7 cm, sedangkan perbedaan terkecil 0.1 cm
pada usia 10 tahun.
Secara total anak yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan 12.4
cm dari 20 cm pada usia 6 tahun menjadi 32.4 pada usia 12 tahun sedangkan pada di
dataran rendah terjadi peningkatan 11.4 cm dari 22.7 cm menjadi 34.1 cm.
2. Uji Hipotesis Perbedaan Kemampuan Loncat Tegak Anak Usia 6-12 Tahun yang Tinggal di
Dataran Tinggi dan Dataran Rendah
Hipotesis penelitian diuji dengan uji t menggunakan program komputer Minitab for
windows release 13 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan diantara
kelompok sampel yang dibandingkan. Hasil uji t data kemampuan loncat tegak anak usia 6-12
tahun yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah menunjukan nilai t hitung sebesar 0.43
dengan P-Value 0.673. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.447. Nilai t hitung lebih
kecil dari t tabel sehingga H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kemampuan loncat tegak anak usia 6-12 tahun yang tinggal di dataran tinggi dan tinggal di
dataran rendah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis terkait dengan perbedaan variabel penelitian pada daerah
dataran tinggi dan dataran rendah menunjukan tidak adanya perbedaan untuk semua variabel
penelitian. Persentase lemak tubuh, ukuran anthropometri, dan kemampuan loncat tegak anak
yang tinggal di wilayah dataran tinggi dan tinggal di wilayah dataran rendah tidak menunjukan
adanya perbedaan.
Persentase lemak tubuh dan ukuran anthropometri adalah komponen fisik yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Demikian pula kemampuan
loncat tegak sebagai salah satu kemampuan fisik yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal individu.
Ketinggian wilayah dengan atribut yang terdapat di dalamnya seperti suhu, kelembaban,
curah hujan, dan kondisi geografis tanah merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kemampuan fisik individu. Selain
faktor letak geografis tersebut, banyak faktor lain yang memperngaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik. Secara umum perkembangan fisik individu dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Tanner, 1978 (dalam Sugiyanto, 1998: 36) menjelaskan 9 faktor yang mempengaruhi
perkembangan fisik yaitu: keturunan, pengaruh gizi, Pengaruh perbedaan suku, Pengaruh
musim dan iklim, Pengaruh penyakit, Pengaruh himpitan psikososial, Pengaruh urbanisasi,
Pengaruh jumlah keluarga dan status sosial ekonomi, Kecenderungan sekuler. Selain 9 faktor
tersebut faktor hormonal dan aktifitas fisik merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan fisik individu.
Hasil penelitian yang menunjukan tidak adanya perbedaan variabel yang diteliti antara
dataran tinggi dan dataran rendah mungkin disebabkan kombinasi pengaruh dari berbagai faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan seperti yang telah disebutkan di atas. Selain itu, wilayah
penelitian tempat pengambilan dataran tinggi dan dataran rendah masih berada pada satu
wilayah provinsi Bali sehingga keadaan geografis masih relatif memiliki kesamaan. Ekstrimitas
perbedaan ketinggian wilayah tempat penelitian juga tidak terlalu besar karena terletak pada
regional yang sama. Hal ini yang menyebabkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada
karakteristik fisik dan kemampuan fisik anak yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah
di provinsi Bali.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah didapat dari hasil analisis data di atas, maka peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Terkait dengan perbedaan kecepatan perkembangan fisik anak pada rentang usia 6-12 tahun,
dalam pengembangan program pendidikan jasmani di sekolah dasar, guru pendidikan
jasmani harus memperhatikan perbedaan kemampuan fisik yang ada pada seluruh siswa.
Proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar seluruh siswa memiliki kesempatan
yang sama dalam aktivitas olahraga sehingga dapat menumbuhkan minat seluruh siswa
untuk ikut dalam kegiatan olahraga.
2. Hasil penelitian yang menunjukan tidak terbuktinya kebenaran hipotesis penelitian perlu
dikaji lebih lanjut dengan mengadakan penelitian menggunakan sampel yang berbeda,
dengan pengendalian yang lebih optimal terhadap faktor-faktor lain di luar variabel
penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Airlangga Cahya Pradipta. 2009. Paper Praktikum Geologi Dasar: Geomorfologi. http://angga-
on-blog.blogspot.com [21 Mei 2009].
Depdiknas, 2002. Seleksi dan Penelusuran Minat dan Bakat Olahraga. Jakarta: Dirjen Olahraga
Depdiknas.
Gallahue, David L. dan John C. Ozmun. 1998. Understanding Motor Development; Infant,
Children, Adolescents, Adults 4th Edition. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc.
Haywood, Kathleen M. 1986. Life Span Motor Development. Illinois: Human Kinetic Publisher,
Inc.
Johnson, Barry L. dan Jack K. Nelson. 1986. Practical Measurements for Evaluation in
Physical Education. Minneapolis: Burges Publishing Company.
Malina, Robert R., Cloude Bouchard dan Oded Bar-Or. 2004. Growth, Maturation, and
Fhysical Activity, 2nd ed. Champaign: Human Kinetics Publisher, Inc.
O’Neil, Dennis. 2009. Adapting to Climate Extremes. http:// anthro. palomar. edu/
adapt/adapt_2.htm [1 Juni 2009]
Pemkab Bangli. 2009. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Kabupaten
Bangli. http://www.banglikab.go.id [21 Mei 2009]
Pemprov Bali. 2009. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah.
http://www.baliprov.go.id/ [1 Juni 2009].
Sajoto. 1995. Perkembangan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Dahara
Price.
Schmidt, Richard A. 1991. Motor Learning and Performance: from Principles to Practice.
Champaign: Human Kinetics Publisher, Inc.
Siswandari. 2009. Statistika Computer Based. Surakarta: LPP UNS & UNS Press.
Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tim Penyusun Kemenegpora. -. Pelatihan Olahraga Anak Usia Dini. Jakarta: Kementerian
Negara Pemuda dan Olahraga.