Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi

Vol. 1 No. 1, 2018 (16-26)


https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

SURVEI PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


ANAK TUNA GRAHITA DI SLB KOTA LANGSA
OLeh . Basyarudin Acha1, Andi Nova2
Dosen FKIP UNSAM
email: basyarudin_acha@unsam.ac.id, andinova@unsam.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses pembelajaran pendidikan jasmani
anak tuna grahita di SLB Kota Langsa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan teknik survei. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SLB Kota Langsa.
Siswa yang digunakan sebagai objek penelitian adalah siswa kelas VII-VIII SLB Kota Langsa
yang semua berjumlah 19 siswa dan guru penjas dari SLB Kota Langsa yang berjumlah 2 orang
guru. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, dokumentasi dan wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis secara deskriptif yang didasarkan
pada analisiskualitatif.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Proses
pembelajaran pendidikan jasmani anak tuna grahita SLB Kota Langsa berjalan dengan sangat
baik. Dalam pembelajaran faktor tujuan pendidikan jasmani anak tuna grahita telah mencapai
tingkatan sangat baik, faktor materi pendidikan jasmani anak tuna grahita menunjukan tingkatan
baik, faktor sikap dan motivasi siswa menunjukkan keadaan yang sangat baik, faktor kompetensi
guru menunjukan bahwa guru yang mengajar penjas adaptif untuk anak tuna grahita SLB Kota
Langsa mempunyai kompetensi yang baik, faktor prasarana dan sarana penjas menunjukan
keadaan yang cukup, faktor evaluasi penjas dilaksanakan denganbaik.

Keywords: Proses pembelajaran

ABSTRACT

The purpose of this study is to know how the learning process of physical education of children with
mental disabilities in SLB Langsa. This research uses descriptive qualitative method with survey
technique. Sources of data in this study are students and teachers SLB Langsa . Students used as the
object of research is the students of grade VII-VIII SLB Langsa City which all amounted to 26
students and teacher pemas from SLB Langsa which amounted to two teachers.Collection techniques
using questionnaires, documentation and interviews. Data analysis technique used is descriptive
analysis model based on qualitative analysis. Based on the result of research, it is concluded that the
learning process of physical education of children with SLB Tuna grahita runs very well. In the
learning objective factor of physical education of the mentally disabled children has reached a very
good level, the material education material of the mentally ill children show the good level, the
attitude and motivation factors of the students show the excellent condition, teacher competence
factor shows that the teacher who teaches adaptive pigs for the tuna grahita SLB Langsa has good
competence, infrastructure factor and means of penyas indicate sufficient condition, the evaluation
factor of the pemas implemented well

Keywords: Learning Process

16
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

PENDAHULUAN mengemukakan bahwa pendidikan itu


Pendidikan merupakan tanggung adalah tuntunan kepada pertumbuhan
jawab bersama antara orang tua, pendidik manusia mulai lahir sampai tercapainya
dan pemerintah/masyarakat. Semua orang kedewasaan, dalam arti rohaniah dan
berhak untuk mendapatkan pendidikan jasmaniah. Aip Sjarifuddin (1979: 4-5)
termasuk anak-anak luar biasa (anak Tidak hanya di tuntut memiliki
berkebutuhan khusus). Anak luar biasa keterampilan dasar dalam upaya
adalah anak yang memiliki kelainan baik pencapaian prestasi di salah satu cabang
fisik, mental, sosial maupun emosi dan olahraga, minat, bakat, motivasi memang
membutuhkan pelayanan pendidikan sebuah hal yang harus di miliki dalam
secara khusus. Melalui pendidikan, anak seorang atlit, akan tetapi sering kali sarana
luar biasa diharapkan mampu hidup dan prasarana olahraga terabaikan dalam
mandiri tanpa menggantungkan hidupnya pencapaian prestasi, padahal kondisi
pada orang lain. Lembaga pendidikan yang sarana dan prasarana adalah salah satu
memberikan pelayanan pendidikan bagi yang menjadi faktor pendukung yang tidak
anak luar biasa adalah Sekolah Luar Biasa dapat diabaikan. Karena selain
(SLB). Perlu diingat bahwa anak cacat keterampilan pelatih dan atlit, faktor
juga merupakan anak bangsa yang dapat pendukung seperti sarana prasarana juga
tumbuh dan berkembang menjadi dewasa sangat di butuhkan atlit dalam
yang mempunyai percaya diri dan harga melaksanakan pertandingan.
diri yang tinggi dalam memimpin dan Sejarah pendidikan menggambarkan
mengabdikan dirinya untuk bangsa dan bahwa sikap masyarakat terhadap
negara pada masa yang akandatangMelalui penyandang cacat dari dahulu sampai
prestasi olahraga dapat meningkatkan sekarang tidak sepenuhnya positif, dan
kualitas dan harkat martabat bangsa. mereka selalu diperlakukan dengan tidak
Dalam meningkatkan harkat martabat manusiawi, bahkan pada masa peradaban
bangsa olahraga prestasi haruslah belum berkembang, mereka dibunuh
didukung dengan adanya pembinaan dan dengan cara yang sangat kejam. Demikian
pengembangan dalam melakukan juga di Indonesia, dari dahulu sampai
olahraga. Dalam melakukan pembinaan sekarang pendidikan bagi anak cacat masih
olahraga harus adannya kerja sama antara kurang diperhatikan. Masyarakat merasa
masyrakat, pemerintah sehingga dapat bahwa anak cacat menjadi beban bagi
menjadikan olahraga prestasi sebagai masyarakat yang normal, tapi sebenarnya
upaya pencapaian bagi atlet. Mencapai tidak demikian karena anak penyandang
suatu prestasi bagi atlet harus cacat mampu untuk hidup mandiri tanpa
memperhatikan sarana dan pasarana yang bantuan orang lain bila mendapatkan
digunakan. Sarana dan pasarana yang baik pendidikan yang sesuaiDari hasil
sangat diperlukan guna membantu atlet pengamatan di lapangan,kodisi sarana dan
dalam melakukan aktivitas latihan yang prasarana yang ada masih banyak
bertahap agar dapat memberikan kekurangan yang terjadi dalam
peningkatan kualitas latihan pada dirinya pembanguan gedung olahraga, baik itu
sendri. kondisi fisik maupun non fisik. Kondisi
Marison dalam Aip Sjarifuddin yang jelas terasa pada saat kita di dalam
(1980: 9) mengemukakanbahwa kedung iyalah hawa yang sangat panas dan
pendidikan itu adalah perkembangan pada sesak, juga gema suara yang terjadi
diri individu dengan melalui proses belajar didalam ruangan sangatlah mengganggu.
sebagai perbedaan dari pertumbuhan Banyak penonton yang tak betah didalam
jasmaniah. Selain itu S. Brojonegoro ruangan yang di akibatkan rasa panas dan
dalam Aip Sjarifuddin (1980: 9) sesak, hal ini dikarenakan kondisi gedung
17
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

yang sepertinya belom sesuai dengan yang normal walaupun telah


kelayakan sempurna. dikembangkan secara maksimal.
Berkaitan dengan pendidikan Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari
jasmani adaptif, perlu ditegaskan bahwa segi fisik, mental, tingkah laku, emosional,
individu dengan kebutuhan khusus dan sosial (Beltasar Tarigan 2000:9).
mempunyai hak yang sama dengan Sedangkan Aip Sjarifuddin (1980:5)
individu yang normal dalam memperoleh menerangkan bahwa yang dimaksud anak
pendidikan dan pembelajaran pada setiap luar biasa adalah anak–anak yang
jenjang pendidikan. Individu dengan mempunyai kelainan atau cacat, sehingga
kebutuhan khusus, sesuai dengan anak- anak tersebut tidak dapat bertindak
kekhususanya akan memperoleh secara wajar, baik mengenai fisik, maupun
pembinaan melalui pendidikan jasmani mengenai psikisnya. Berdasarkan uraian di
yang diberikan di sekolah, tetapi kadang atas maka dapat disimpulkan bahwa cacat
penjas dianggap kurang penting bagi anak merupakan suatu kondisi kelainan yang
berkebutuhan khusus. Layanan tersebut dimiliki oleh seseorang baik sejak lahir
seharusnya diberikan secara elegan kepada maupun karena kecelakaan, baik fisik,
mereka yang memiliki kebutuhan khusus, mental, tingkah laku, emosional, dan
karena mereka juga dapat tumbuh dan sosial.
berkembang menjadi dewasa yang Anak cacat yang termasuk peserta
mempunyai percaya diri dan harga diri pendidikan jasmani adaptif, perlu
yang tinggi dalam memimpin dan diidentifikasi dan dikategorikan sesuai
mengabdikan dirinya untuk pembangunan dengan kecacatannya. Oleh karena
bangsa Indonesia pada masa yang akan penelitian yang dilakukan peneliti
datang. difokuskan pada anak cacat tuna grahita,
Anak tuna grahita pada dasarnya jika maka berikut ini hanya diuraikan
dilihat dari segi fisik, umumnyamereka pengertian mengenai anak cacat tuna
mempunyai anggota tubuh yang lengkap. grahita. Anak – anak Tuna grahita ialah
Akan tetapi mereka memiliki kekurangan anak – anak yang mempunyai kelainan –
dalam kemampuan berpikirnya. kelainan hambatan psikologis IQ-nya di
Pendidikan jasmani selalu di identikkan bawah 70 atau keterbelakangan yang
dengan aktivitas fisika penjas adaptif bagian sering juga dikatakan cacat mental
ana ktuna grahita. (Molleno,et all. 1994).
Sesuai dengat latar belakangmasalah Setiap siswa mempunyai
di atas tentang pembahasan pembangunan kebutuhan yang berbeda-beda antara satu
kelayakan sebuah gedung, maka peneliti dengan yang lainnya, oleh karena itu
tertarik untuk melakukan peneliitian yang program pembelajaran akan lebih efektif
berjudul ”SURVEI PROSES bila diklasifikasikan sesuai dengan
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN kebutuhan dan kondisi
JASMANI ANAK TUNA GRAHITA DI kecacatannya.Faktor yang perlu mendapat
SLB KOTA LANGSA”. pertimbangan dalam menentukan jenis dan
materi pembelajaran penjas bagi anak
cacat antara lain:
A. Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita 1. Pelajari rekomendasi dan diagnosis
Analisis merupakan kegiatan untuk
dokter yangmenanganinya.
Pengertian anak cacat menurut The
committee of National Society for The 2. Temukan faktor dan kelemahan-
Study of Education di AS, cacat adalah kelemahan siswa berdasarkan hasil tes
gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pendidikanjasmani
seseorang yang menyimpang dari gerakan

18
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

3. Olahraga kesenangan yang paling dengan anak normal dan akan merasa
diminati siswa (Beltasar senang dan gembira bila mereka mampu
Tarigan2000:38).Beltasar Tarigan membuktikan peningkatan
kemampuannya dalam suatu prestasi
(2000: 40-41) menerangkan bahwa
geraknya. Aip Sjarifuddin dalam
secaraumum materi pembelajaran Olahraga Pendidikan untuk Anak Lemah
pendidikan jasmani bagi siswa cacat Ingatan (1980:118-119) menerangkan
yang terdapatdalam kurikulum sama bahwa untuk meningkatkan kemampuan
dengan materi pembelajaran siswa anak tuna grahita dapat dilakukan latihan-
normal. Namunyangmembedakannya latihan prestasi yang dibagi menjadi 3
adalahstrategidanmodelpembelajarann tahapan
1. Latihan kondisi badan 9fisik)
yakarenadisesuaikandenganjenisdan
Latihan ini untuk membina dan
tingkat kecacatannya. Program meningkatkan kesegaran jasmani.
pendidikan jasmani untuk Latihan ini mencakup kekuatan, daya
anakcacatdibagi menjadi tiga kategori tahan, kecepatan dan ketangkasan
yaitu pengembangan gerak dasar, 2. Latihan teknik
olahragadanpermainan,sertakebugaran Latihan yang mencakup teknik-teknik
dankemampuangerak dasar, teknik individu, maupun
kelompok
Kategori Program Penjas dan Aktivitas 3. Pembinaan pada segi-segipsikologis
Gerak untuk Anak dengan Berkebutuhan Merupakan suatu cara latihan untuk
Khusus. lebih memantapkan mental. Latihan ini
1. Pengembangan gerak. dapat dilakukan dengan kerja sama,
a. Gerakan-gerakan yang tidak persaingan atau perlombaan dan
berpindahtempat pertandingan.
b. Gerakan-gerakan yang berpindah
tempat Ada beberapa hal yang harus dilakukan
c. Gerakan-gerakan keseimbangan pada anak adaptif yaitu Evaluasi Penjas
Adaptif Anak TunaGrahita.
2. Olahraga dan permainan. 1. Tes
a. Olahraga permainan Tes adalah suatu teknik pengumpulan data
yang bersifat dengan menggunakan peralatan yang
rekreasi spesifik, atau memerlukan prosedur yang
b. Olahraga permainan beregu tertentu bila menggunakan metode
c. Olahraga senam dan erobik observasi. Misalnya untuk mengukur
d. Kegiatan dengan musik dan tari kemampuan lompat jauh, memerlukan
peralatan yang kusus untuk mengukur
3. Kebugaran dan kemampuan gerak jauhnya lompatan yaitu meteran. Tes yang
a. Aktifitas yang meningkatkan diberikan kepada siswa dapat berupa tes
kekuatan formal dan non formal yang sifatnya
b. Aktifitas yang meningkatkan objektif dan subjektif.
kelentukan
c. Aktifitas yang meningkatkan 2. Pengukuran
kelincahan Pengukuran adalah suatu teknik dalam
d. Aktifitas yang meningkatkan daya proses penjaringan data atau hasil tes
tahan berupa simbol-simbol, misalnya
skor/nilai yang dicapai oleh seorang.
Anak tuna grahita sebenarnya sama
19
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

Skor ini dapat digunakan untuk perolah siswa dalam pridode


menentukan tingkat karakteristik dan tertentu dan dimanfaatkan oleh
kemampuan siswa. Sebagai contoh, guru pendidikan jasmani untuk
dapat dikemukakan mengenai tes lari memperkirakan penilaian. Bila
yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan penilaian yang kita lakukan
merupakan proses untuk menjaring dan adalah untuk memprediksi
menetapkan kemampuan daya tahan prestasi siswa, maka sebaiknya
siswa berdasarkan lamanya waktu menggunakan standar penilaian
tempuh yang diperlukan, untuk bersadarkan acuan kriteria,
menempuh jarak yang telah ditetapkan.
c. Mengukur kemajuan siswa
3. Evaluasi
Bagi guru penjas salah satu tujuan
Pemanfaatan hasil-hasil pengukuran paling penting dari tes dan
yang dilakukan oleh gurupendidikan pengukuran adalah untuk
jasmani adaptif dan guru pendidikan menentukan apakah tujuan
jasmani umum memiliki sifat dan pembelajaran telah tercapai
kepentingan yangberbeda. dengan baik. Dengan demikian
guru penjas dapat mengetahui
4. Penilaian
perubahan dalam penampilan atau
Merupakan proses penafsiran hasil- prestasi siswa setelah tesakhir.
hasil pengukuran untuk membuat suatu
keputusan tentang penempatan atau Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pengelompokan siswa, perencanaan tes penjas adaptif antara lain:
program, pencapaian prestasi,
1. Guru pendidikan jasmani harus
pemberian motivasi dan lain-lain.
memahami dengan baik tes yang
Tujuan dari penilaian dan evaluasi
akan digunakan, termasuk
dalam proses pendidikan jasmani
pelaksanaanya danperuntukkannya.
adaptif menurut Beltasar Tarigan
2. Tes harus sakhih, artinya tes dapat
(2000: 73) yaitu:
mengukur ketrampilan sesuai
a. Diagnosis dengan tujuan yangdikehendaki.
3. Tes yang digunakan harus handal,
Tes dan pengukuran dapat
artinya terus memberikan hasil
digunakan untuk mendiagnosa
yang konsisten, walaupun tes
kelemahan siswa baik dalam
tersebut diulangi pada waktu yang
kelas reguler maupun dalam
berbeda hasilnya menunjukan
kelas khusus. Diagnosa
adapersamaan.
merupakan persoalan inti dalam
4. Guru penjas adaptif agar selalu
mendesain program penjas bagi
mencari bentuk-bentuk tes yang
setiap individu. Selain itu juga
paling sesuai dengan jenis dan
berperan dalam mengenal dan
kecacatansiswa.
mengetahui kemampuan siswa
5. Tes untuk keperluan diagnosa
serta mengarahkannya pada
jangan hanya menggunakan satu
jenis aktivitas fisik yang cocok
tes saja, tapi gunakan tes-tes yang
dan sesuai dengan
lain.
kecacatannya.
6. Harga peralatan tes dan efisien
waktu penggunaan juga harus
b. Prediksi
menjadi pertimbangan dalam
Memperkirakan pencapaian suata
prestasi atau kemajuan yang di
20
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

memilih dan menggunakan suatu lanjut.Rancangan pelaksanaan penelitian


tes. meliputi proses pengamatan serta memilih
7. Tes yang digunakan harus pengukuran variabel, prosedur penelitian
obyektif, artinya bila lebih dari dua dan teknik sampling, instrumen, teknik
orang yang menilai, maka hasilnya pengumpulan data, analisis data, dan
harus mendekatisama. pelaporan hasil penelitian. Rancangan
8. Untuk mendapatkan kesakhihan penelitian dibuat untuk memudahkan
suatu tes maka lakukanlah tes pelaksanaan pengukuran yang
sesering mungkin. dilaksanakan. Menurut Arikunto (1996:41)
9. Harus ada saling mengenal dan bahwa Rancangan penelitian atau desain
percaya antara yang dites dengan penelitian adalah rancangan yan dibuat
orang yang melakukantes. oleh peneliti, sebagai ancang-ancang
kegiatan yang akan dilaksanakan.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian C. Objek Penelitian
Nasution (2004:98)
Penelitian ini menggunakan metode mengemukakan bahwa objek merupakan
deskriptif kualitatif dengan teknik survei. sampel yang dipilih dengan cermat
Metode deskriptif merupakan metode sehingga relevan dengan desain
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan
secara terperinci fenomena sosial tertentu. cara mengambil orang-orang yang dipilih
Kualitatif merupakan tata cara penelitian oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik
yang menghasilkan data deskriptif analisis, yang dimiliki oleh sampel tersebut.
yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis Teknik pengambilan sampel dalam
atau lisan dan juga perilaku yang nyata, penelitian ini adalah menggunakan
teliti dan dipelajari sebagai suasana yang Purposive sampling yaitu teknik
utuh, jadi penelitian deskriptif kualitatif pengambilan sampel berdasarkan
studi kasusnya mengarah pada pertimbangan tertentu.
pendeskripsian secara rinci dan mendalam
mengenai potret kondisi tentang apa yang D. Instrumen Penelitian
sebenarnya terjadi menurut apa adanya di Instrument Penelitian adalah alat
lapangan studinya (Sutopo, 2002 : untuk fasilitas yang digunakan oleh
110).Sugiyanto (1995: 52) menyatakan, peneliti dalam mengumpulkan data agar
“Metode survey adalah penelitian yang pekerjaanya lebuh mudah dan hasilnya
dilakukan dengan cara mengumpulkan lebih dalam arti lebih cepat, lengkap,
data yang relatif terbatas dari sejumlah sistematis, sehingga lebih mudah diolah
kasus yang jumlahnya relatif banyak. Pada Arikunto (2006:91) instrument yang
dasarnya survey berguna untuk digunakan dalam penelitian ini adalah :
mengetahui apa yang ada”. Pemilihan instrumen yang tepat
sangat penting untuk memperoleh hasil
B. Rancangan penelitian yang tepat. Seprti yang dikemukakan
Rancangan penelitian merupakan Tanireja dan Mustafidah (2012:41) bahwa
gambaran proses langkah-langkah benar tidaknya data tergantung dari baik
perencanaan dan pelaksanaan suatu tidaknya instrumen pengumpulan data.
penelitian. Dalam rancangan perencanaan 1. Angket
dimulai dengan melakukan observasi awal Angket adalah sejumlah pertanyaan
pada objek yang ingin diteliti sampai pada tertulis yang digunakan untuk
penetapan kerangka konsep dan hipotesis memperoleh informasi dari responden
penelitian yang perlu pembuktian lebih dalam arti laporan tentang pribadinya,
21
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi ditentukan jadi bila


Arikunto,1997:140). Angket yang muncul/terdapat variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dicari, maka peneliti tinggal
angket langsung tertutup dengan membubuhkan tanda chek di
menggunakan pilihan ganda. Adapun tempat yang sesuai. Untuk
mengapa menggunakan metode angket mencatat hal-hal yang bersifat
langsung adalah sebagai berikut: bebas atau belum ditentukan dalam
1. Bahwa subyek adalah orang daftar variabel peneliti dapat
yang paling tahu tentang menggunakan kalimat bebas
dirinyasendiri (Suharsimi Arikunto, 1997:236).
Dalam penelitian ini peneliti
2. Bahwa yang dikatakannya
mengambil dokumentasi yang
adalah benar dan dapatdipercaya
berupa foto- foto pelaksanaan
3. Bahwa interpretasi subyek pembelajaran penjaskes, prasarana
tentang pertanyaan-pertanyaan dan sarana yang ada, satpel serta
yang diajukan adalah sama kurikulum yang digunakan di SLB
dengan apa yang dimaksud oleh Kota Langsa..
peneliti.
2. Wawancara E. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara Pengumpulan data adalah prosedur
untuk memperoleh info dari standar dan sistematis untuk memperoleh
terwawancara. Dalam penelitian ini data penelitian. Proses pengumpulan data
peneliti menggunakan wawancara ini merupakan rangkaian kegiatan
terpimpin yaitu wawancara yang penelitian yang sangat penting untuk
dilakukan oleh pewawancara memperoleh data penelitian yang valid,
dengan membawa sederetan
pertanyaan lengkap dengan F. Teknik Analisis Data
jawabannya, jadi pewawancara Teknik analisis data merupakan
tinggal memberikan tanda pada bagian yang amat penting dalam
pilihan jawaban yang disiapkan penelitian, karena analisis data dapat
(Suharsimi Arikunto, 1997: 145). memberi arti dan makna yang berguna
Peneliti melakukan wawancara dalam memecahkan masalah dalam
mengenai biodata responden yaitu penelitian. Dari data yang akan diperoleh
mengenai lama guru mengajar, kemudian dianalisa. Adapun teknik analisa
ijasah terakhir guru, jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian ini
yang dididiknya serta prasarana dan adalah secara deskriptif yang didasarkan
sarana yang tersedia di SLB Kota pada analisis kualitatif karena penelitian
Langsa. ini tidak bermaksud untuk menguji
3. Dokumentasi hipotesis, tetapi mendeskripsikan
Dokumentasi adalah suatu metode secara mendalam tentang keadaan atau
pengumpulan data mengenai hal- statusfenomena.]
hal atau variabel berupa catatan, Teknik analisis datanya adalah
transkrip, buku, surat kabar, dengan menghitung nilai rata-rata
majalah, prasasti, notulen rapat, (mean). Menentukan nilai rata-rata,
agenda, dan sebagainya. Dalam penulis menggunakan rumus rata-rata
menggunakan metode dokumentasi seperti yang dikemukakan oleh Sudjana
peneliti memegang chek-list untuk (2005:67)
mencatat variabel yang sudah
22
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

X= Σx TunaGrahita
n
Materi penjas adaptif anak tuna
Keterangan: X = Nilai rata-rata yang di
grahita di SLB Kota Langsa sesuai
hitung
dengan kurikulum, baik dalam
∑ = Jumlah skor
pemilihan materi atau dalm waktu
n = Jumlah sampel
penyampaian materi. Guru Penjas di
penelitian
SLB tersebut sering menggunakan
buku panduan yang sesuai dengan
HASIL PEMBAHASAN kurikulum. Guru penjas di SLB sering
menjadikan olah raga permainan
A. Hasil Penelitian.
sebagai materi pokok dalam
Komponen masukan yang diamati pembelajaran penjas. Guru penjas
menyangkut Sikap dan Motivasi Siswa kadang-kadang menemukan kesulitan
dalam Pendidikan Jasmani Adaptif, Tujuan dalam menentukan materi
Pendidikan Jasmani Adaptif Anak Tuna pembelajaran penjas dan kadang-
Grahita, Materi Penjas Adaptif Anak Tuna kadang menghadapi kendala
Grahita, Kompetensi Guru Penjas Adaptif, dalampenyampaian materi
Prasarana dan Sarana Penjas Adaptif Anak pembelajaran kepada siswa, akan tetapi
Tuna Grahita, serta Evaluasi Penjas sejauh ini pembelajaran penjas bisa
Adaptif Anak Tuna Grahita. berjalan dengan baik. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengikuti
Pembahasan materi pembelajaran selalu dibantu
Dari hasil penelitian analisis oleh guru penjas. Selama Pembelajaran
kapasitas oksigen maka dapat dipaparkan penjas berlangsung guru penjas
sebagai berikut menyatakan tidak pernah kesulitan
berinteraksi dengan siswa saat
1. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif melaksanakan pembelajaranpenjas.
Anak TunaGrahita
3. Sikap dan Motivasi Siswa dalam
Hasil penelitian menunjukkan Pendidikan Jasmani.
bahwa masing-masing Sekolah Luar
Pengamatan sikap dan motivasi siswa
Biasa yang diteliti sudah melaksanakan di SLB Kota Langsa terdapat hasil
Tujuan Pendidikan Jasmani dengan
yang hampir sama, siswa memiliki
sangat baik. Penjas yang diajarkan di motivasi yang bagus dalam mengikuti
SLB Kota Langsa sering mengajarkan
seluruh proses pembelajaran penjas,
materi pembelajaran yang menjadikan akan tetapi dalam pelaksanaanya siswa
anak mandiri, bisa memelihara
tidak dapat dipaksakan untuk
kebugaaran jasmani, bisa melakukan kegiatan yang sesuai
meningkatkan pertumbuhan fisik, bisa
dengan yang Guru kehendaki, siswa
meningkatkan kondisi psikis yang lebih suka melakukan hal-hal yang
lebih baik, bisa melatih kemampuan
sesuai dengan keinginan dan keadaan
gerak dasar dan meningkatakan perasaanya. Jika siswa dalam keadaan
keterampilan gerak dasar,
emosional yang baik maka siswa akan
menanamkan karaktermoralyang melaksanakan apa yang menjadi
kuatmenanamkan sportifitas kepada
perintah guru. Dari pengamatan peniliti
siswa, menanamkan kedisiplinan, serta di lapangan bahwa secara keseluruhan
seabagai pemupuk rasapercaya diri.
siswa memiliki motivasi yang baik
2. Materi Penjas Adaptif Anak dalam mengikuti pembelajaran penjas,

23
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

hal ini dapat dilihat dari angket yang sudah mencerminkan keadaan yang
diisi oleh para siswa dan pengamatan baik. Guru penjas di SLB Kota Langsa
peneliti di lapangan, di dalam angket sesuai kompetensi pendidikanya
tergambaarkan keadaan motivasi dengan mata pelajaran penjas dan
siswasecara menyeluruh yang dapat sesuai kompetensinya dengan
dikategorikan sangat baik. Dalam pendidikan luar biasa. Dalam
proses pembelajaran pendidikan melaksanakan pembelajaran guru
jasmani anak tuna grahita, siswa sangat memahami metode yang digunakan
antusias dan semangat mengikuti untuk pembelajaran penjas, guru selalu
kegiatan pembelajaran. Para siswa juga menjelaskan tujuan pembelajaran
menunjukan kesiapan mereka penjas sebelum memulai kegiatan
mengikuti kegiatan pembelajaran pembelajaran penjas. Guru penjas juga
penjas dengan mengenakan kaos selalu meberikan apersepsi setiap awal
olahraga saat mengikuti kegiatan pertemuan pembelajaran penjas. Guru
pembelajaran penjas, selain hal penjas selalu membuat silabus dan
tersebut para siswa juga antusias untuk memahami penyusunan perangkat
melakukan pemanasan sebelum pengajaran serta selalu menyusun
mengikuti kegiatan inti dalam perangkat perangkat pengajaran.
pembelajaran penjas. Para siswa juga
5. Prasarana dan Sarana Penjas
termotivasi oleh berbagai permainan
Adaptif Anak Tuna Grahita.
yang diajarkan oleh Guru
penjasmereka. Berdasarakan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa prasarana yang
4. Kompetensi Guru Penjas Adaptif
ada di SLB Kota Langsa kondisinya
Anak TunaGrahita
kurang memadai untuk
Dalam suatu proses pendidikan menyelenggarakan pembelajaran
jasmani adpatif anak tuna grahita, guru penjas. Guru penjas kadang-kadang
sangat berperan terhadap keberhasilan memodifikasi alat dalam pembelajaran
suatu pembelajaran. Guru harus penjas. Pihak Sekolah tidak pernah
kompeten terhadap bidang yang bekerja sama dengan pihak terkait
diampu atau bidang yang jadi tugas untuk menyediakan sarana penjas.
dan tanggung jawabnya. Berdasarkan Keadaan prasarana yang ada dalam
hasil penelitian tingkat kompetensi keadaan kurang baik dan dalam
guru Penjas adapatif anak tuna grahita penyusunan perangkat pengajaran
di SLB Kota Langsa menggunakan disesuaikan dengan prasarana dan
angket dan pengamatan di sarana yang ada. Dengan kondisi
lapangandapat diketahui kompetensi prasarana dan sarana yang ada, Guru
guru penjas sudah mencerminkan terkadang kesulitan dalm menyusun
keadaan yang baik., guru penjasdi SLB perangkat pengajaran yang disesuaikan
tersebut tidak sesuai dengan kopetensi dengan keadaaan prasrana dan sarana.
pendidikannya dengan mata pelajaran Walaupun dengan keadaan prasarana
penjas akan tetapi sangat sesuai dan sarana yang demikian, akan tetapi
kompetensinya dengan pendidikan luar pembelajaran penjas dapat berjalan
biasa. Berdasarkan hasil penelitian dengan baik.
tingkat kompetensi guru Penjas
6. Evaluasi Penjas Adaptif Anak
adapatif anak tuna grahita di SLB Kota
TunaGrahita
Langsa menggunakan angket dan
pengamatan di lapangan dapat Berdasarakan hasil penelitian di
diketahui kompetensi guru penjas SLB Kota Langsa dapat diketahui
24
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

bahwa kegiatan evaluasi penjas adaptif kompetensi yang baik,


anak tuna grahita telah dilaksanakan walaupun Guru yang
dengan baik. Guru Penjas terkadang mengajarkan Penjas bukan dari
mengadakan pre-test sebelum lulusan dari program studi
melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas akan tetapi dari
dan sering mengadakan post-test Pendidikan LuarBiasa.
setelah kegiatan pembelajaran. Guru 6. Prasarana dan sarana yang ada
penjas terkadang juga memberikan tes di SLB Kota Langsa
dalam bentuk tes non praktik. Guru menunjukkan keadaan yang
penjas sealalu memberi dorongan cukup, keadaanya kurang
terhadap siswa yang hasil evaluasinya memadai untuk melaksanakan
kurang baik. Evaluasi juga sering pembelajaran penjas adaptif
diadakan setiap pertemuan, akan tetapi anak tunagrahita.
guru tidak pernah memberi tugas
kepada siswa di luar jam pelajaran. 7. Evaluasi pembelajaran adapatif
anak tuna grahita di SLB Kota
KESIMPULAN DAN SARAN Langsa telah dilaksanakan
denganbaik.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang B. Implikasi
telah dilakukan diperoleh simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
sebagai berikut: dilakuakan dapat dikemukakan implikasi
1. Proses pendidikan jasmani sebagai berikut:
anak tuna grahita di SLB Kota
Langsa menunjukkan keadaan 1. Pelaksanaan pembelajaran penjas
yang sudahbaik. adaptif yang sesuai dengan tujuan akan
2. Pelaksanaan proses membantu anak didik
pembelajaran anak tuna grahita tumbuh/kembang secaraoptimal.
di SLB Kota Langsa telah 2. Kecacatan yang dialami seseorang
memiliki tujuan yang jelas dan bukanlah suatu penghambat untuk
tujuan telah terlaksana dengan melaksanakan kegiatan
sangatbaik. pembelajaranpenjas.
3. Pembelajaran penjas adaptif dapat
3. Materi pembelajaran penjas menumbuhkan rasa percaya diri bagi
adaptif untuk anak tuna di SLB siswa, sehingga akan meningkatkan
Kota Langsa telah disesuaikan kemampuan sosialisasisiswa.
dengan kurikulum yang ada
dan disesssuaikan dengan C. Saran
kondisi siswa. Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam
4. Siswa di SLB Kota Langsa penelitian ini, maka penulis mengajukan
memiliki minat dan sikap saran-saran sebagai berikut:
motivasi yang sangat baik
dalam mengikuti 1. Pemerintah seharusnya lebih
pembelajaranpenjas. memperhatikan pendidikan jasmani
adaptif secara umum, dan pendidikan
5. Kompetensi yang dimiliki guru jasmani adaptif anak tuna
penjas di SLB Kota Langsa grahitakhususnya.
menunjukkan tingkat

25
Jurnal Olahraga Rekreasi Samudra (JORS) : Jurnal Ilmu Olahraga, Kesehatan dan Rekreasi
Vol. 1 No 2, 2018 (19-29)
https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

2. Kompetensi Guru Penjas Adaptif Moh. Amin. 1995. Ortopedagogik Anak


sebaiknya merupakan lulusan dari Tuna Grahita. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Jasmani yang menguasai Jenderal Pendidikan Tinggi
dan kompeten padabidanganya. Departemen Pendidikan
3. Kecacatan jangan dipandang sebagai danKebudayaan.
penghambat untuk melakukan Muhammad Ali. 1993. Strategi
pembelajaranpenjas. dan Penelitian Pendidikan.
4. Prasarana dan sarana pembelajaran Bandung : Sarana Panca
Penjas adpatif untuk anak tuna grahita Karya
di SLB Kota Langsa sebaiknya jumlah Riduwan. 2003. Dasar-dasar
dan jenisnya disesuaikan dengan Statistika. Bandung:
kondisisiswa. Alfabeta.
Rochman Natawijaja. 1979.
Pengantar Pendidikan Luar
DAFTAR PUSTAKA Biasa. Departemen
Pendidikan dan
Arikunto, suharsimi.(2010). Prosedur
Kebudayaan.
Penelitian Suatu Pendekatan
Rochyadi, E. 2009. Pengantar Pendidikan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Luar Biasa. Jakarta: Pusat
Aip Sjarifuddin. 1979. Olahraga untuk
Penerbitan Universitas Terbuka.
SGPLB. Jakarta: Departemen
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Surakarta: UNS Press.
1980. Olahraga Pendidikan
Suharsimi Arikunto.1997. Prosedur
untuk Anak Lemah Ingatan.
Penelitian Suatu Pendekatan
Jakarta: Departemen
Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta:
Pendidikan dan
Rineka Cipta.
Kebudayaan.
.1998. Dasar-dasar Evaluasi
Arma Abdoellah. 1996.
Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Pendidikan Jasmani Adaptif.
.2002. Dasar-dasar Evaluasi
Jakarta : Departemen
Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Pendidikan dan
kencana prenada media group.
Kebudayaan.
Beltasar Tarigan. 2000. Penjas
Adaptif. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Budiyono. 1998. Strategi Dasar Untuk
Penelitian. Surakarta: UNS Press
. 2000. Strategi Dasar Untuk
Penelitian. Surakarta: UNSPress
. 2003. Strategi Dasar Untuk
Penelitian. Surakarta: UNSPress
Herry Koesyanto. 2000. Penjas Adapted.
Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Kirk, Samuel A &
Gallagher. 1986. Education
Exceptional Children.
Boston:Houghton Mifflin Company.

26

Anda mungkin juga menyukai