Kelompok 2
Alisha Natzwa Arinalhaq NIM. 220154604059
Burhanudin NIM. 220154602331
Devinda Pertiwi Wulandari NIM. 220154605337
Ghania Ramandha NIM. 220154611374
Kalyana Revi Dania U.L NIM. 220154603391
Mohamad Salfa Rezanuari NIM. 220154603134
Refina Marta Prihapsari NIM. 220154600254
Roshana Putri Hartami NIM. 220154605307
Pada permainan bentengan yang sudah kami modifikasi ini kami memfokuskan untuk
anak tunadaksa atas karena pada permainan bentengan ini dilakukan dengan cara
melompati kotak-kotak yang sudah dipersiapkan nantinya.mengapa permainan ini
dilakukan dengan cara melompat yang mana pada permainan aslinya dilakukan
dengan cara berlari dan saling mengejar, karena kelompok kami berdiskusi agar
permainan yang kami ambil ini dapat melatih keseimbangan dan juga motorik anak.
Yang mana hal tersebut menjadi poin utama dalam melatih penjas adaptif bagi anak
tunadaksa ini.
Selain itu, bentengan ini juga dapat melatih otak anak dikarenakan pada permainan ini
selain kami modifikasi aturan bermainnya, kami juga memodifikasi pada garis finish
tim harus dapat menjawab pertanyaan dari tim lawan yang mana hal itu dapat melatih
pengetahuan umum dan wawasan anak. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan
tersebut bersifat umum karena pada dasarnya pertanyaan - pertanyaan ini hanya
sebagai selingan atau hanya sebagai tambahan agar anak lebih kompetitif dan berpikir
kritis serta kreatif saat bermain permainan ini. Setelah semua anggota tim atau grup
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berada di garis finish tim tersebut
dinyatakan menang, sebaliknya apabila terdapat anggota tim yang belum bisa
menjawab maka harus mundur satu kotak dan bermain ulang dengan tim lawan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Permainan Betengan
Menurut Piaget, 1951 bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-u
lang demi kesenangan (Piaget, 1951). Secara lebih umum dalam term psikologi, Joan
Freeman dan Utami Munandar (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas
yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosia
l, moral dan emosional. Bermain menurut pendapat Elizabeth Hurlock (1987:320) ada
lah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa me
mpertimbangkan hasil akhir. Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan
ada dua pengertian. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni
mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan se
bagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuas
an, namun ditandai pencarian menang-kalah.
Permainan tradisional adalah sebuah permainan turun temurun dari nenek moy
ang yang di dalamnya mengandung berbagai unsur dan nilai yang memiliki manfaat b
esar bagi yang memainkannya. Menurut James Danandjaja, permainan tradisionsl ada
lah salah satu bentuk permainan anakanak, yang beredar secara lisan di antara anggota
kolektif tertentu, berbentuktradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak memp
unyai variasi. Jika dilihat dari akar katanya permainna tradisional tidak lain adalah ke
giatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari ge
nerasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegem
biraan. Azizah (2016: 284) Permainan sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman da
hulu. Setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda.
Dalam berbagai macam jenis permainan tradisional, Indonesia yang merupaka
n Negara dengan julukan Negara Seribu Pulau tentunya memiliki banyak jenis permai
nan tradisional. Untuk di Provinsi Bali saja permainan tradisional yang ada cukup ban
yak. Salah satu daerah di Provinsi Bali yaitu Buleleng. Daerah Buleleng atau kabupate
n Buleleng ada beberapa permainan tradisional, salah satunya yaitu permainan benten
g-bentengan. Permainan benteng-bentengan adalah permainan tradisional dimana per
mainan ini dimainkan oleh beberapa orang untuk merebut dan mempertahankan bente
ng agar bisa memenangkan permainan. Sesuai dengan namanya, maka sebuah benteng
dalam permainan ini merupakan tujuan atau inti dari permainan ini. Jika permainan in
i tidak ada yang namanya benteng, maka tidak akan bisa memainkan permainan ini.
BAB III
Desain Modifikasi/Adaptasi/Pengembangan Permainan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah mengetahui praktik permainan tradisional bentengan yang telah termodifikasi bagi
anak tunadaksa. Disini dapat disimpulkan bahwa, pemahaman mengenai anak dengan
gangguan fisik motorik atau tunadaksa ialah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai
akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang
normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan
oleh pembawaan sejak lahir. Sedangkan menurut Mohammad Efendi, bahwa tunadaksa
adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh
berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat
luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna.
Hal ini tentu menghambat anak dengan gangguan tersebut untuk melakukan beberapa
aktivitas besar maupun kesulitan dalam aksesibilitas bermain bagi anak. Disini permainan
yang dibahas adalah permainan tradisional, permainan tradisional sendiri merupakan
permainan yang dilakukan secara turun temurun menuruti alur budaya masing-masing
daerah. Maka dari itu setelah mengetahui praktik modifikasi permainan tradisional yakni
"Bentengan" bagi anak tunadaksa dengan memanfaatkan cara komunikasi verbal ( Dengan
suara ) dan Kuis, hal ini dapat menjadi satu jalan tengah agar anak tunadaksa tetap bisa
melakukan aktivitas atau bermain seperti anak pada umumnya. Dengan permainan ini anak
tunadaksa dilatih agar berkonsentrasi, mengolah fisik bahkan mengasah pengetahuan baik
gerak dan pikiran. Mungkin tidak hanya permainan bentengan saja, akan tetapi diharapkan
dapat memunculkan lagi permainan baik tradisional atau modern yang dapat dilakukan bagi
anak-anak dengan gangguan fisik ini atau tunadaksa.
4.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dwijawiyata. 2013. Mari Bermain Permainan Kelompok Untuk Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Furqon. 2006. Mendidik Anak Dengan Bermain. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surak
arta.
Kemenpora. 2006. Kumpulan Olahraga Tradisional. Jakarta : kemenpora. Jurnal Olahraga Pe
ndidikan , 1, (1): 18.
Wibowo. 2019. Olahraga dan Permainan Tradisional : Wineka Media