Anda di halaman 1dari 11

MODIFIKASI PERMAINAN BENTENGAN UNTUK MENINGKATKAN FUNGSI A

LAT GERAK DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ADA ANAK


PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

Kelompok 2
Alisha Natzwa Arinalhaq NIM. 220154604059
Burhanudin NIM. 220154602331
Devinda Pertiwi Wulandari NIM. 220154605337
Ghania Ramandha NIM. 220154611374
Kalyana Revi Dania U.L NIM. 220154603391
Mohamad Salfa Rezanuari NIM. 220154603134
Refina Marta Prihapsari NIM. 220154600254
Roshana Putri Hartami NIM. 220154605307

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
RASIONAL
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan pot
ensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang a
da dalam masyarakat dan kebudayaan. Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana t
erdapat dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk ber
kembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandir
i dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-Undan
g Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional m
enyebutkan bahwa keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan olahraga
yang memerlukan pengaturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan dan
pengawasan. Keolahragaan nasional adalah keolahragaan yang berdasarkan pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai keolahragaan, kebudayaan Nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntut
an perkembangan olahraga. Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 T
ahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional bab VII bagian ke 7 tentang pembin
aan dan pengembangan olahraga penyandang cacat pasal 30 ayat 1 menerangkan bah
wa pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang disabilitas dilaksanakan dan
diarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan prestasi olahraga. Jad
i dengan dasar diatas, kecacatan bukanlah menjadi alasan untuk menjadikan anak terse
but tidak sehat, terbatas ruang untuk berekspresi dan minder. Bahkan jika diarahkan d
engan baik, siswa penyandang disabilitas juga dapat dibina untuk meraih prestasi olah
raga Namun pada kenyataannya masih banyak anggapan bahwa, anak berkebutuhan k
husus tidak mungkin dapat melakukan kegiatan olahraga. Masih banyak masyarakat d
i Indonesia menganggap bahwa disabilitas dipandang secara negatif. Anak yang berke
butuhan khusus dianggap tidak mampu melakukan kegiatan apa-apa termasuk berolah
raga. Hal ini sering dijumpai 4 dalam pembelajaran pendidikan jasmani, anak yang me
mbutuhkan pelayanan khusus sering tidak diikutsertakan dalam kegiatan belajar meng
ajar pendidikan jasmani. Pengalaman menunjukkan bahwa guru penjas umumnya me
mberikan dispensasi kepada siswa yang memiliki kondisi fisik, organis dan fungsional
untuk tidak ikut serta dalam pembelajaran penjas. Dispensasi tersebut didasarkan pada
rasa kasihan terhadap anak yang lemah atau cacat. Masih ada pandangan masyarakat b
ahwa anak disabilitas tidak etis diikutsertakan dalam penjas kerena kemampuannya be
rbeda dengan anak normal Beltasar Tarigan, 19992000:11. Kecacatan pada umumnya
masih dianggap faktor penyebab seorang anak tidak membutuhkan kegiatan olahraga
atau tidak perlu mengikuti kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani. Namun pad
a kenyataannya, secara kodrati manusia lahir memiliki hak dan kewajiban yang sama,
sehingga anak yang berkebutuhan khusus dan normal adalah sama. Pendidikan Jasma
ni yang diberikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus adalah Pendidikan Jasmani Ad
aptif. Secara mendasar Pendidikan Jasmani Adaptif adalah sama dengan Pendidikan J
asmani biasa. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pen
didikan secara keseluruhan. Pendidikan Jasmani Adaptif merupakan suatu sistem peny
ampaian layanan yang bersifat menyeluruh comprehensif dan dirancang untuk menget
ahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua
jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah
psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan d
alam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosi
al dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jas
mani bagi Anak Berkebutuhan Khusus ABK sangat besar dan akan mampu mengemb
angkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut. Permasalahan kurang berkem
bangnya proses pembelajaran Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah a
dalah siswa tidak aktif bergerak dalam proses pembelajaran. Permasalahan tersebut da
pat dikarenakan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam melaksanaka
n proses pembelajaran masih cenderung monoton, kurang menarik dan membosankan,
sehingga siswa tidak memiliki semangat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran pend
idikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dampak dari hal tersebut adalah akan mempe
ngaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa yang semestinya dapat dikembangk
an sesuai perkembangan geraknya dan membatasi siswa untuk mengenal macam-mac
am olahraga disekitarnya yang bisa siswa mainkan. Upaya dalam proses pembelajaran
untuk mengatasi kebosanan siswa, antusias, tekun, dan penuh partisipasi dalam mengi
kuti pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah dengan adanya variasi. Variasi dalam p
embelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkat
kan motivasi belajar siswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan Mulyasa, 200
8:78 Pendidikan Jasmani Adaptif merupakan Pendidikan yang khusus diberikan pada
anak-anak berkebutuhan khusus. Berkaitan dengan Pendidikan Jasmani Adaptif, perlu
ditegaskan bahwa siswa yang memiliki kecacatan mempunyai hak yang sama dengan
semua yang tidak cacat dalam memperoleh pendidikan dan pembelajaran pada setiap j
enjang pendidikan. Para siswa yang cacat, sesuai dengan kecacatannya, akan memper
oleh pembinaan melalui Pendidikan Jasmani Beltasar Tarigan, 2000:8. 6 Tujuan Pendi
dikan Jasmani dan Kesehatan Adaptif bagi anak cacat juga bersifat holistik, seperti tuj
uan penjaskes untuk anak-anak normal, yaitu mencakup tujuan untuk meningkatkan p
ertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak, sosial dan intelektual. Ol
eh karena itu para guru Penjas Adaptif seharusnya membantu peserta didik agar tidak
merasa rendah diri dari lingkungannya. Kepada peserta didik diberikan kesempatan un
tuk melakukan aktivitas jasmani melalui berbagai macam olahraga dan permainan. Ke
sempatan itu merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang
sama dengan anak-anak normal Beltasar Tarigan, 2000:10. Pembelajaran Pendidikan J
asmani dan Kesehatan Adaptif merupakan sarana untuk meningkatkan beberapa aspek
pada diri anak seperti pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak, s
osial dan intelektual.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain adalah
kodrat anak. Tujuan kegiatan bermain adalah untuk meningkatkan pengembangan
seluruh aspek perkembangan anak, baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa,
kreativitas, emosi atau sosial. Dalam berbagai macam jenis permainan tradisional,
Indonesia yang merupakan Negara dengan julukan Negara Seribu Pulau tentunya
memiliki banyak jenis permainan tradisional.Salah satu permainan tradisional
diindonesia adalah benteng-bentengan.

Permainan benteng-bentengan adalah permainan tradisional dimana permainan ini


dimainkan oleh beberapa orang atau grup untuk merebut dan mempertahankan
benteng agar bisa memenangkan permainan. Sesuai dengan namanya, maka sebuah
benteng dalam permainan ini merupakan tujuan atau inti dari permainan ini. Jika
permainan ini tidak ada yang namanya benteng, maka tidak akan bisa memainkan
permainan ini.Pada permainan bentengan ini masing-masing grup memilih suatu
tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai 'benteng'.

Mengapa kelompok kami mengambil permainan tradisional benteng-bentengan ini,


karena permainan ini umumnya dilakukan dengan cara berlari dan menggunakan
tangan untuk memegang benteng lawan sehingga permainan ini dapat dimenangkan
salah satu tim, yang mana hal tersebut akan sangat sulit untuk anak tunadaksa
mempermainkan permainan ini. Jadi kelompok kami berusaha memodifikasi
sedemikian rupa permainan tradisional ini agar lebih aksesibel bagi anak
tunadaksa.agar anak - anak dengan keterbatasan fisik seperti tunadaksa tetap dapat
bermain permainan yang sangat umum dimainkan oleh anak - anak lainnya.

Pada permainan bentengan yang sudah kami modifikasi ini kami memfokuskan untuk
anak tunadaksa atas karena pada permainan bentengan ini dilakukan dengan cara
melompati kotak-kotak yang sudah dipersiapkan nantinya.mengapa permainan ini
dilakukan dengan cara melompat yang mana pada permainan aslinya dilakukan
dengan cara berlari dan saling mengejar, karena kelompok kami berdiskusi agar
permainan yang kami ambil ini dapat melatih keseimbangan dan juga motorik anak.
Yang mana hal tersebut menjadi poin utama dalam melatih penjas adaptif bagi anak
tunadaksa ini.

Selain itu, bentengan ini juga dapat melatih otak anak dikarenakan pada permainan ini
selain kami modifikasi aturan bermainnya, kami juga memodifikasi pada garis finish
tim harus dapat menjawab pertanyaan dari tim lawan yang mana hal itu dapat melatih
pengetahuan umum dan wawasan anak. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan
tersebut bersifat umum karena pada dasarnya pertanyaan - pertanyaan ini hanya
sebagai selingan atau hanya sebagai tambahan agar anak lebih kompetitif dan berpikir
kritis serta kreatif saat bermain permainan ini. Setelah semua anggota tim atau grup
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berada di garis finish tim tersebut
dinyatakan menang, sebaliknya apabila terdapat anggota tim yang belum bisa
menjawab maka harus mundur satu kotak dan bermain ulang dengan tim lawan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Permainan Betengan
Menurut Piaget, 1951 bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-u
lang demi kesenangan (Piaget, 1951). Secara lebih umum dalam term psikologi, Joan
Freeman dan Utami Munandar (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas
yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosia
l, moral dan emosional. Bermain menurut pendapat Elizabeth Hurlock (1987:320) ada
lah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa me
mpertimbangkan hasil akhir. Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan
ada dua pengertian. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni
mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan se
bagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuas
an, namun ditandai pencarian menang-kalah.
Permainan tradisional adalah sebuah permainan turun temurun dari nenek moy
ang yang di dalamnya mengandung berbagai unsur dan nilai yang memiliki manfaat b
esar bagi yang memainkannya. Menurut James Danandjaja, permainan tradisionsl ada
lah salah satu bentuk permainan anakanak, yang beredar secara lisan di antara anggota
kolektif tertentu, berbentuktradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak memp
unyai variasi. Jika dilihat dari akar katanya permainna tradisional tidak lain adalah ke
giatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari ge
nerasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegem
biraan. Azizah (2016: 284) Permainan sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman da
hulu. Setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda.
Dalam berbagai macam jenis permainan tradisional, Indonesia yang merupaka
n Negara dengan julukan Negara Seribu Pulau tentunya memiliki banyak jenis permai
nan tradisional. Untuk di Provinsi Bali saja permainan tradisional yang ada cukup ban
yak. Salah satu daerah di Provinsi Bali yaitu Buleleng. Daerah Buleleng atau kabupate
n Buleleng ada beberapa permainan tradisional, salah satunya yaitu permainan benten
g-bentengan. Permainan benteng-bentengan adalah permainan tradisional dimana per
mainan ini dimainkan oleh beberapa orang untuk merebut dan mempertahankan bente
ng agar bisa memenangkan permainan. Sesuai dengan namanya, maka sebuah benteng
dalam permainan ini merupakan tujuan atau inti dari permainan ini. Jika permainan in
i tidak ada yang namanya benteng, maka tidak akan bisa memainkan permainan ini.

2.2 Fungsi Alat Gerak


Sistem gerak yaitu suatu sistem yang dapat menghasilkan gerakan yang terdiri
dari tulang dan otot serta di bantu oleh persendian tulang sebgai alat gerak pasif karen
a tidak dapat bergerak sndiri dan otot sbagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi
dan berelaksasi. Penghubung antar tulang terdapat persendian sehingga memudahkan
untuk melakukan pergerakan.
Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung adanya sistem
gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak, seperti r
angka (tulang), persendian, dan otot. Fungsi rangka (tulang) adalah sebagai alat gerak
pasif, yang hanya dapat bergerak bila dibantu oleh otot. Berdasarkan bentuknya tulan
g dibedakan menjadi tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, sedangkan berdasarkan
pada zat penyusun dan sturkturnya tulang dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang
keras. Fungsi persendian adalah menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulan
g yang lainnya. Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif, yang dapat menggerakkan
organ lain sehingga terjadi suatu gerakan.

2.3 Kemampuan Berpikir Kreatif


Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Pada hakikatnya b
erpikir kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilk
an sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Menurut Harriman
(2017:120) , berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gaga
san yang baru. Berpikir kreatif merupakan serangkaian proses, termasuk memahami
masalah, membuat tebakan dan hipotesis tentang masalah, mencari jawaban, mengusu
lkan bukti, dan akhirnya melaporkan hasilnya. Berdasarkan pengertian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berda
sarkan data atau informasi untuk menghasilkan ide-ide baru dalam memahami sesuatu.

2.4 Anak Tunadaksa


Menurut Sutjihati Somantri, bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi
dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaa
n atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Sedangkan menurut Moha
mmad Efendi, bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaks
anakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk me
laksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak s
empurna. Dan dipertegas lagi oleh Aqila Smart, bahwa tunadaksa merupakan sebutan
halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan, sepert
i kaki, tangan, atau bentuk tubuh. Jadi anak tunadaksa adalah manusia yang masih kec
il dimana anak tersebut mengalami gangguan pada anggota tubuhnya baik itu disebab
kan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.

BAB III
Desain Modifikasi/Adaptasi/Pengembangan Permainan

3.1 Jenis/Bentuk Permainan sebelum di Modifikasi/Adaptasi/Pengembangan


a. Area Permainan
Bebentengan dapat dilakukan dimana saja, baik di luar ruangan seperti: pantai,
tanah lapangan, halaman, dan berbagai tempat terbuka lainnya. Bahkan di dalam ru
angan bebentengan dapat dilakukan, hanya ruangan harus luas. Apabila kita akan
menentukan tempat bermain dapat ditentukan di lapangan berukuran minimal 8 x 8
meter.
b. Jumlah Peserta atau Pemain
Permainan ini dibentuk menjadi dua kelompok sesuai dengan jumlah benteng
yaitu dua buah. Setiap benteng minimal memiliki anggota 3 orang. Jumlah anggota
dari kedua benteng harus sama, jika belum sama permainan tidak bisa dilanjutkan.
Untuk batas maksimal jumlah pemain bisa disepakati oleh kedua belah pihak. Dius
ahakan agar jumlah pemain disesuaikan dengan luas area permainan. Ideal dari jum
lah pemain dalam permainan ini adalah 6-7 orang untuk satu benteng.
c. Tata Cara Pelaksanaan
Permainan Bentengan Sesuai dengan nama permainannya yaitu benteng-bente
ngan, jadi harus ada yang namanya sebuah benteng. Dalam menentukan sebuah be
nteng kita bisa menggunakan lingkungan tempat bermain. Benteng-bentengan hany
a memerlukan dua benteng saja, permainan tidak akan bisa dimainkan jika membu
at benteng lebih dari dua. Benteng bisa ditentukan dengan sebuah tiang, tampul, po
hon atau yang lainnya, asalkan berupa batangan yang berdiri kokoh. Ini bertujuan a
gar benteng tersebut bisa dipegang oleh semua anggota dari berbagai arah. Dan pos
isi dari setiap benteng harus saling berhadapan dengan jarak minimal 10 meter. Dal
am permainan bentengan ini, pohon atau tiang tidak saja berfungsi sebagai markas.
Ia juga berguna untuk memperbarui kekuatan pemain agar dapat menangkap lawan
yang berada di luar bentengnya lebih lama. Jika pemain dapat menangkap lawan te
rsebut sebelum menyentuh pohon atau tiang bentengnya, maka lawan yang tertang
kap itu dianggap mati.
d. Waktu Permainan
Untuk memainkan permainan ini tidak diperlukan waktu yang khusus. Artinya
berakhirnya permainan ini tidak ditentukan oleh 52 Ari Wibowo Kurniawan waktu,
melainkan dalam satu set permainan ini ditetukan ketika salah satu regu dapat men
yentuh benteng lawan. Permainan akan tetap dilakukan sampai terjadi perselisihan
skor antar kedua tim. Skor yang diinginkan juga tidak terbatas, tergantung kesepak
atan kedua tim saat itu.
e. Penentuan Kalah dan Menang
Permainan benteng-bentengan ini agar dapat merebut benteng lawan adalah de
ngan mematikan atau membunuh anggota benteng. Ketika semua anggota atau penj
aga benteng sudah habis, kita bisa merebut benteng dengan menyentuh benteng ter
sebut. Intinya jika kita sudah menyentuh benteng lawan, meskipun dengan tidak m
embunuh penjaga benteng, berarti tim yang dapat menyentuh benteng menjadi pem
enang.
f. Aturan dalam Permainan
Untuk dapat menentukan siapa yang mati ketika disentuh adalah siapa yang le
bih awal keluar dari benteng. Jika salah satu lawan keluar dari benteng, maka penja
ga benteng yang satu harus berhadapan dan berusaha untuk mematikan pemain law
an. Agar pemain yang keluar dari benteng pertama selamat dari lawan, dapat dibant
u dengan pemain kedua yang keluar dari benteng dan melawan pemain yang ingin
mengalahkan rekan kita sebelumnya, dan begitu juga seterusnya. Dalam permainan
ini, biasanya masing - masing anggota mempunyai tugas seperti penyerang, mata-
mata, pengganggu, dan penjaga benteng. Permainan ini sangat membutuhkan kece
patan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal. Jika pemain yang keluar d
ari benteng lebih awal kalah jumlah dari pemain lawan, pemain tersebut bisa kemb
ali ke benteng agar selamat. Dengan menyentuh benteng kita sendiri, kita akan sela
mat dari serangan lawan. Jadi syarat untuk dapat mematikan Olahraga dan Permain
an Tradisional 53 penjaga benteng lawan adalah dengan menyentuh pemain lawan
yang keluar dari bentengnya lebih awal dari kita
g. Cara Menjatuhkan/Mematikan Lawan
Cara mematikan anggotanya sangat gampang, cukup dengan menyentuh angg
ota badan dari penjaga benteng lawan. Jika pemain melihat lawan keluar dari bente
ngnya, biarkan ia mendekat. Pilih salah satu dari teman satu kelompok yang mamp
u berlari cepat. Ketika dirasa jarak musuh dengan pemain sudah dekat, segera kejar
musuh sekuat tenaga dan sentuh badannya. Setelah itu, segera kembali ke markas a
gar tidak dikejar oleh teman sang musuh. Jangan lupa untuk menyentuh pohon atau
tiang agar kekuatannya pulih. Musuh yang terkena tadi tidak bisa ikut bermain kare
na sudah dianggap mati.
h. Cara Melakukan Permainan
Permainan ini dimulai dengan majunya salah satu pemain dari salah satu bente
ng untuk menantang para pemain dari benteng lawannya. Pemain dari benteng law
annya akan maju untuk mengejar. Jika pemain dari benteng penantang ini dapat ter
kejar dan dapat disentuh oleh pemain lawan, maka pemain penantang dinyatakan m
ati. Biasanya pemain penantang akan berlari menghindar atau kembali ke bentengn
ya sendiri. Teman-teman dari benteng penantang ini, akan mengejar pemain dari be
nteng lawan yang memburu tadi. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar
mengejar antara pemain dari kedua benteng. Sering kali terjadi adalah salah satu be
nteng kehabisan pemain karena telah dimatikan dan bentengnya dikepung oleh law
annya.
1. Subjek dalam permaian
Untuk pemain akan dibagi menjadi 2 kelompok yang mana setiap kelompoknya
berisikan 3 orang pemain yang berisikan pemain pertama dan pemain kedua serta
seorang penjaga benteng. Untuk subjek dalam Permainan bentengan ini dilakukan
oleh anak tunadaksa bagian atas, anak tunadaksa bagian bawah, dan guru sebagai
koordinir permainan. Untuk anak tunadaksa bagian atas akan berperan sebagai
pemain dalam permainan, untuk anak tunadaksa bagian bawah akan berperan
sebagai penjaga benteng, sedangkan guru akan menjelaskan peraturan permainan
serta mendampingi jalannya Permainan.

3.2 Jenis/Bentuk Permainan setelah di Modifikasi/Adaptasi/Pengembangan


a. Area Permainan
Bebentengan dapat dilakukan dimana saja, baik di luar ruangan seperti: pantai,
tanah lapangan, halaman, dan berbagai tempat terbuka lainnya. Bahkan di dalam rua
ngan bebentengan dapat dilakukan, hanya ruangan harus luas. Apabila kita akan men
entukan tempat bermain dapat ditentukan di lapangan berukuran minimal 8 x 8 mete
r.
b. Tata Cara Pelaksanaan
Permainan Bentengan Sesuai dengan nama permainannya yaitu benteng-bente
ngan, jadi harus ada yang namanya sebuah benteng. Dalam menentukan sebuah bent
eng kita bisa menggunakan lingkungan tempat bermain. Benteng-bentengan hanya m
emerlukan dua benteng saja, permainan tidak akan bisa dimainkan jika membuat ben
teng lebih dari dua. Benteng bisa ditentukan dengan sebuah tiang, tampul, pohon ata
u yang lainnya, asalkan berupa batangan yang berdiri kokoh. Ini bertujuan agar bente
ng tersebut bisa dipegang oleh semua anggota.
c. Cara Melakukan Permainan
1. Permainan dibagi 2 kelompok,1 kelompok terdiri atas 3 orang, 2 orang
sebagai pemain dan 1 orang sebagai penjaga.
2. Disediakan 2 buah benteng bersebrangan
3. Disediakan kotak kotak berjumlah 2 kali 7 kotak untuk lintasan
4. Permainan dimulai dengan pemain 1 melakukan suit dengan pemain 1 tim
lawan,(hambatan tangan melakukan suit dengan ucapan)
5. Apabila ada salah satu pemain dari tim berhasil memcapai kotak terakhir
maka penjaga benteng lawan akan memberikan kuis. Jika pemain tidak bisa
menjawab pertanyaan dari penjaga benteng maka pemain harus mundur 1
kotak karena tidak bia menjawab pertanyaan.
6. Apabila salah satu pemain sudah sampai kotak terakhir dan bisa menjawab
pertannyan maka pemain dinyatakan menang dan bisa memegang benteng
lawan.
d. Penentuan Kalah dan Menang
Pemain dikatakan menang apabila salah satu kelompok dan semua pemainnya
berhasil menjawab pertanyaan dari penjaga benteng dan memegang benteng
nya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah mengetahui praktik permainan tradisional bentengan yang telah termodifikasi bagi
anak tunadaksa. Disini dapat disimpulkan bahwa, pemahaman mengenai anak dengan
gangguan fisik motorik atau tunadaksa ialah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai
akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang
normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan
oleh pembawaan sejak lahir. Sedangkan menurut Mohammad Efendi, bahwa tunadaksa
adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh
berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat
luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna.

Hal ini tentu menghambat anak dengan gangguan tersebut untuk melakukan beberapa
aktivitas besar maupun kesulitan dalam aksesibilitas bermain bagi anak. Disini permainan
yang dibahas adalah permainan tradisional, permainan tradisional sendiri merupakan
permainan yang dilakukan secara turun temurun menuruti alur budaya masing-masing
daerah. Maka dari itu setelah mengetahui praktik modifikasi permainan tradisional yakni
"Bentengan" bagi anak tunadaksa dengan memanfaatkan cara komunikasi verbal ( Dengan
suara ) dan Kuis, hal ini dapat menjadi satu jalan tengah agar anak tunadaksa tetap bisa
melakukan aktivitas atau bermain seperti anak pada umumnya. Dengan permainan ini anak
tunadaksa dilatih agar berkonsentrasi, mengolah fisik bahkan mengasah pengetahuan baik
gerak dan pikiran. Mungkin tidak hanya permainan bentengan saja, akan tetapi diharapkan
dapat memunculkan lagi permainan baik tradisional atau modern yang dapat dilakukan bagi
anak-anak dengan gangguan fisik ini atau tunadaksa.

4.1 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Dwijawiyata. 2013. Mari Bermain Permainan Kelompok Untuk Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Furqon. 2006. Mendidik Anak Dengan Bermain. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surak
arta.
Kemenpora. 2006. Kumpulan Olahraga Tradisional. Jakarta : kemenpora. Jurnal Olahraga Pe
ndidikan , 1, (1): 18.
Wibowo. 2019. Olahraga dan Permainan Tradisional : Wineka Media

Anda mungkin juga menyukai