Anda di halaman 1dari 6

2.1.

2 Kelainan Berdasarkan Bentuk Gigi

A. Konkresensi

Konkresensi terjadi ketika akar dua atau lebih gigi saling menempel oleh sementum dan
dapat mempengaruhi gigi primer dan gigi permanen. walaupun sebab terjadinya kelainan gigi
tersebut belum diketahui, banyak yang percaya bahwa kurangnya ruang yang cukup selama
masa perkembangan, trauma, kekuatan oklusal yang abnormal dan infeksi lokal setelah
perkembangan memiliki peran penting dalam pembentukan kelainan gigi tersebut. konkresi
terbagi menjadi dua yaitu konkresensi sejati dan konkresensi yang didapat. Konkresensi sejati
terjadi selama perkembangan sementara konkresensi yang didapat setelah masa
perkembangan. Konkresensi paling sering ditemui di gigi geraham rahang atas. Gigi yang
mengalami Konkresensi memiliki kemungkinan erupsi tidak lengkap atau tetap erupsi
sehingga tidak perlu perawatan kecuali koneksi akar menghasilkan erupsi tertunda.1

B. Fusi 

Fusi gigi fusi muncul dari penyatuan bakal gigi. Beberapa ahli percaya bahwa hal
tersebut terjadi ketika bakal gigi terlalu dekat satu sama lain atau kontak saat erupsi atau
terhubung satu sama lain sebelum kalsifikasi atau adanya dorongan fisik dan tekanan selama
pembentukan gigi membuat kedua bakal gigi untuk kontak dengan satu sama lain. Fusi dapat
melibatkan gigi permanen dan gigi susu  namun lebih sering terjadi pada gigi susu. kelainan
gigi fusi lebih sering terjadi pada gigi anterior dan ukurannya bervariasi dari normal ke dua
kali lebih besar dari gigi normal. Biasanya kelainan tersebut tidak perlu perawatan namun,
perlu melakukan ekstraksi jika terjadi masalah erupsi.1

C. Geminasi (Gigi Ganda)

kelainan geminasi sering melibatkan gigi anterior, namun premolar dan molar dapat
terkena kelainan tersebut. Dalam kebanyakan kasus ada alur yang dalam dengan berbagai
kedalaman yang melibatkan semua atau sebagian mahkota atau akar. Alur-alur tersebut
menunjukkan garis perlekatan antara dua bakal gigi. kelainan geminasi muncul karena
enamel atau dentin mengalami hipokalsifikasi atau hipoplastik. Biasanya kelainan tersebut
perlu perawatan sehingga celah gigi yang terlibat disegel untuk mencegah karies.1

D. Taurodontisme

Taurodontisme adalah pembesaran ruang akar dan ruang pulpa dari gigi multi-akar
sebagai akibat dari pergerakan apikal lantai pulpa dan pencabutan gigi. biasanya kelainan
tersebut teridentifikasi dengan bantuan rontgen karena tampak atasnya  terlihat normal.
Taurodontisme ditemukan pada gigi sulung dan permanen, tetapi lebih sering terjadi pada
gigi permanen posterior. Taurodontisme dapat muncul secara khas atau sebagai tanda
sindrom karena dalam kelainan ini ditemukan adanya kaitan dengan bibir sumbing, langit-
langit mulut sumbing dan hipodontia namun untuk taurodontisme tidak perlu perawatan.1

E. Dilaserasi 

Dilaserasi adalah kurva atau lengkungan abnormal pada gigi dan biasanya terjadi di akar.
Meskipun sebagian besar kasus tidak diketahui akibatnya, namun beberapa kasus diman
sebagian bakal gigi yang terkalsifikasi dipindahkan setelah trauma sehingga sisa dari giginya
membentuk gigi dengan angulasi abnormal. Dilaserasi sering terjadi sebagai akibat avulsi
atau intrusi gigi sulung pada usia empat tahun. Dilaserasi karena trauma biasanya terlihat
pada gigi anterior dan biasanya menghasilkan masalah fungsional dan estetika. Diagnosis gigi
yang dilaserasi sangat penting dalam terapi saluran akar karena jika tidak, pengobatannya
akan

gagal. Dilatasi ringan pada gigi permanen tidak memerlukan perawatan, namun gigi
dengan erupsi yang tertunda atau gangguan erupsi dapat dirawat dengan perawatan
ortodontik.1

F. Akar Supernumerary

Akar supernumerary adalah istilah yang digunakan ketika ada akar ekstra dibandingkan
dengan anatomi normal gigi. dalam sebagian besar kasus, kelainan akar supernumerary dapat
dilihat dengan mudah dengan bantuan rontgen, namun untuk beberapa kasus ada akar ekstra
yang kecil dan ditumpangkan pada akar lainnya sehingga sulit untuk diidentifikasi. Tidak ada
pengobatan yang diperlukan, tetapi wajib untuk melakukan diagnosis sebelum ekstraksi atau
terapi saluran akar agar tidak terjadi kegagalan.1
G. Dens Evaginatus

Dens evaginatus adalah anomali gigi yang jarang terjadi, yang memiliki tonjolan atau
tuberkulum ekstra pada permukaan oklusal gigi. Sebagian besar ditemui pada premolar,
namun sebenarnya bisa ditemui di semua gigi. Dens evaginatus lebih sering ditemui di gigi
pada rahang bawah dibanding atas. Dens evaginatus hasil dari proliferasi abnormal epitel
email dalam menjadi retikulum stellate. Tambahan cusp tersebut sering menyebabkan
gangguan oklusal yang mengakibatkan masalah klinis. tambahan pulpa tersebut dapat
mengalami atrisi dan fraktur sehingga jaringan pulpa terpapar yang dapat berujung kepada
nekrosis pulpa. biasanya pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengikis bagian dentin
secukupnya serta disarankan untuk  menggunakan stannous fluoride.1

H. Dens Invaginatus

Dens invaginatus adalah kelainan pada tahap perkembangan yang dihasilkan dari
invaginasi organ email ke dalam papilla gigi sebelum tahap kalsifikasi. kelainan tersebut
dimulai dari mahkota dan terkadang meluas hingga ke akar. Secara klinis, anomali ini
terlihat  di lingual pit pada mahkota, yang membuat gigi rentan mengalami pembusukan.
secara radiografi, terlihat invaginasi radiopak yang mirip dengan struktur enamel yang
membentang dari cingulum ke saluran akar. Kelainan ini menunjukkan variasi morfologis
yang luas, dari yang berbentuk lingkaran sampai gigi lengkap di belakangnya. Kelainan ini
mudah didiagnosis, karena lapisan email yang berinvaginasi terlihat lebih padat dengan
struktur sekitarnya. Dens invaginatus dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan keparahan
invaginasi. Pada tipe satu struktur tertutup enamel kecil terbentuk di belakang mahkota, yang
belum mencapai cementoenamel joint (CEJ). Tipe dua memiliki struktur tertutup enamel
seperti rongga tertutup, yang dapat mempengaruhi akar dan berhubungan dengan pulpa. Tipe
tiga adalah kelainan dengan tingkat yang parah, yang memanjang melalui panjang akar tanpa
keterlibatan pulpa. Invaginatus ganda adalah bentuk yang langka di mana dua invaginasi
terjadi dalam satu gigi.1

Dens invaginatus menyebabkan penyebaran kerusakan bahkan menyerang pulpa karena


berhubungan langsung dengan pulpa. Mikroorganisme oral dapat menyerang ruang pulpa
melalui dens invaginatus dan mengakibatkan patosis periapikal.
1
Shokri A, Baharvand M, Mortazavi H. Tooth Abnormalities: An Overview of More than 20
Developmental and Acquired Disorders. The Journal of Clinical Dentistry. 2014:7(4):347-
358.

Anda mungkin juga menyukai