Anda di halaman 1dari 23

ETIKA KEGIATAN FILANTROPI

SAAT KONFLIK SOSIAL DAN


BENCANA ALAM
DI ERA DIGITAL
HENY WIDIASTUTI
DEWAN PENGAWAS HUMANITARIAN FORUM INDONESIA
Humanitarian
Forum Indonesia
Sebuah badan hukum berbentuk Perkumpulan bagi
organisasi massa dan lembaga kesejahteraan sosial
berbasis agama yang fokus pada kegiatan kemanusiaan
dan pembangunan
PERAN KAMI

1 2 3 4 5 6 7
Promosi nilai, Penguatan Jejaring Advokasi Fasilitasi/me Komunikasi dan Koordinasi
norma dan prinsip kapasitas diasi berbagi informasi
kemanusiaan
FAKTA SEDUNIA

• Indonesia adalah negeri dengan jumlah


pengguna internet no 6 terbesar sedunia.
123 juta orang pada tahun 2018.
• Menyumbang 53% jumlah relawan sedunia
• Rakyat Indonesia paling dermawan no 1
dari 144 negara
• Indonesia adalah salah satu dari 35 negeri
dengan risiko bencana tertinggi sedunia
• 80%-90% Lembaga sosial di Indonesia
menggunakan platform digital

Dari berbagai sumber


PETA MASALAH
• Donor
• Fundraising & marketing (media)
• Pegiat respon di lapangan
• Penerima manfaat
• Kualitas & distribusi bantuan
DONOR
Dulu :
• Mengarahkan penyaluran di wilayah tertentu yang bantuan
menumpuk di wilayah tsb. Karena wilayah tersebut mudah
diakses.
• Memanfaatkan penerima manfaat untuk kepentingan donor
• Menentukan bantuan secara top down

Era Digital:
• Menunda penyaluran bantuan karena menunggu momentum
• Atau malah meminta penyaluran segera tanpa kajian akan
kebutuhan masyarakat terdampak agar dapat segera masuk ke
sosmednya.
FUNDRAISING &
MARKETING (MEDIA)
Dulu :
• Terlalu mengangkat kesedihan penyintas, kurang mengangkat
potensidan keberdayaan yang dimiliki penyintas
• Mengabaikan informed consent (foto anak)

Era digital :
• Publikasi yang cenderung berlebihan karena berharap viral
• Banyak bendera minim aktivitas, mengutamakan konten
• Publikasi foto korban
• Mengklaim pekerjaan lembaga lain di sosmednya
• Bersegera menuju lokasi bencana, untuk live streaming ☺
PEGIAT RESPON
DI LAPANGAN
Dulu dan era digital:
• Minim pengetahuan tentang code of conduct,
sphere project, pedoman akuntabilitas
bantuan kemanusiaan.
• Kondisi letih, lembaga kurang memperhatikan
rolling petugas
• Minim gender and difabel awareness
• Kondisi emosi
• Mengambil wilayah kerja lembaga
kemanusiaan lain
• Minim koordinasi
PENERIMA MANFAAT
Dulu dan era digital:
• Terkesan adanya pengabaian hak anak dalam
giat dukungan psikososial
• Hak dasarnya kurang terperhatikan (ruang privacy
di shelter, shelter dan toilet yang accessable
untuk difabel)
• Kelompok rentan dan difabel mendapatkan
kesempatan yang sama dalam menerima bantuan
(no one left behind)
KUALITAS & DISTRIBUSI
BANTUAN
Dulu dan era digital:

• Bantuan harus sesuai kebutuhan, berdasarkan


hasil assessment bukan intuisi/perkiraan dari
pemberi bantuan (people centered)
• Distribusi bantuan kurang sensitive gender, usia
dan jenis disabilitas
• Pakaian Layak Pakai → Pakaian (tidak)
Layak Pakai → sampah
• Kondisi shelter tidak layak huni
• Kualitas bantuan rendah
• Distribusi bantuan tidak merata
• Adanya penghadangan bantuan oleh masyarakat
yang bukan penerima manfaat
RAMBU RAMBU DALAM
GIAT KEMANUSIAAN
• Code of Conduct Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional
• Humanitarian Charter & Sphere Project
• Core Humanitarian Standard
• Pedoman Akuntabilitas dalam Pengelolaan
Bantuan Kemanusiaan HFI dan Pirac
• Aturan turunan lainnya
TIGA HAK HIDUP MANUSIA BERDASARKAN
HUMANITARIAN CHARTER

• The right to life with dignity / hak untuk hidup bermartabat


• The right to receive humanitarian assistance / hak untuk menerima bantuan kemanusiaan
• The right to protection and security / hak untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan

Dari tiga hak dasar inilah lahir prinsip-prinsip, kode perilaku, standar-standar dan etika kemanusiaan
CODE OF CONDUCT PALANG MERAH INTERNASIONAL
DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
1. Panggilan Kemanusiaan diutamakan terlebih dahulu.
2. Bantuan diberikan tanpa memandang ras, kepercayaan atau
kebangsaan dari penerima dan tanpa membeda-bedakan atas
dasar apapun yang akan merugikan. Prioritas bantuan ditentukan
semata-mata berdasarkan pada kebutuhan.
3. Bantuan tidak akan digunakan untuk mewakili kepentingan politik
atau keagamaan tertentu.
4. Kami akan berusaha untuk tidak bertindak sebagai piranti politik
luar negeri pemerintah kami.
5. Kami harus menghargai budaya dan adat istiadat.
6. Kami harus berusaha membangun respons bencana berdasarkan
kapasitas lokal.
7. Harus ditemukan cara-cara untuk melibatkan penerima manfaat
program dalam pengelolaan bantuan darurat.
8. Bantuan darurat harus berusaha keras untuk mengurangi kerentanan
di masa datang sambil memenuhi kebutuhan dasar.
9. Kami menganggap diri kami akuntabel, baik kepada mereka yang
kami upayakan untuk dibantu, maupun mereka yang memberikan
sumberdaya kepada kami.
10. Dalam kegiatan informasi, publikasi dan kampanye kami harus
memperlakukan korban bencana sebagai manusia yang
bermartabat, bukan sebagai objek yang tidak berdaya.
THE SPHERE PROJECT
• The Sphere Project adalah suatu prakarsa untuk menentukan dan mempromosikan standar-standar yang
digunakan masyarakat sedunia dalam menanggapi kebutuhan penduduk terkena bencana.
FALSAFAH SPHERE PROJECT
• Mereka yang terkena bencana atau konflik mempunyai hak asasi untuk hidup bermartabat dan, oleh sebab itu berhak
untuk mendapat bantuan;
• Semua langkah yang memungkinkan harus diambil untuk meringankan beban penderitaan manusia akibat bencana atau
konflik.
MINIMUM STANDARDS FOR CHILD PROTECTION IN
HUMANITARION ACTION (BAB MEDIA)
• Pastikan setiap materi yang ditampilkan di dalam publikasi tentang anak
sesuai dengan kepentingan terbaik bagi semua anak,
keluarga dan masyarakat;
• Pastikan setiap pengambilan gambar, perekaman,
atau wawancara terhadap anak dan penggunaannya
mendapatkan persetujuan tertulis dari anak-anak,
orang tua atau wali;
• Selalu pastikan cerita dan gambar yang digunakan
akurat dan sensitif;
• Hindari memberikan label pada anak, melebih-lebihkan situasi atau menggambarkan anak
sebagai seorang yang tidak berdaya;
• Hindari penggunaan gambar anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat
dianggap sebagai materi seksual oleh pihak-pihak lain;
• Hindari materi publikasi yang akan merugikan atau membahayakan anak;
• Pertimbangkan dalam menggunakan nama asli anak kecuali mereka
yang memintanya dan orang tua serta walinya setuju;
• Jangan pernah mengungkapkan identitas mantan atau
anak-anak yang saat ini masih menjadi kombatan,
penyintas dari kekerasan fisik atau seksual, pelaku kekerasan,
atau anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS; anak yang
berkonflik dengan hukum;
PEDOMAN AKUNTABILITAS DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN
KEMANUSIAAN
• Diinisiasi pada tahun 2011, HFI dan PIRAC
dan pemangku kepentingan lain termasuk
pemerintah, organisasi berbasis agama,
lembaga usaha dan akademisi menyusun
sebuah pedoman akuntabilitas dalam
pengeleolaan bantuan kemanusiaan di
Indonesia, yang diadopsi dari beberapa
panduan internasional diantaranya:
Code of Conduct, ALNAP, Good Enough Guide,
HAP, yang diadaptasi dalam konteks Indonesia.
PAPBK HFI DAN PIRAC MELAHIRKAN
13 PRINSIP AKUNTABILITAS

1. Independensi 7. Koordinasi
2. Komitmen organisasi 8. Pembelajaran dan perbaikan
3. Kompetensi 9. Kemitraan
4. Non-Diskriminasi 10. Non-proselitis
5. Partisipasi 11. Mekanisme umpan balik
6. Transparansi 12. Kemandirian
13. Keberpihakan kepada kelompok rentan
CONTOH PRAKTIK BAIK
• RZ Action mengdisinfeksi gereja di Kediri
• Kerjasama pendirian huntap antara WVI dan
Rumah Zakat Action
• HI yang tegas terhadap pasukan bersenjata pada tsunami
Aceh yang menghadang bantuan, sehingga bantuan tetap
sampai kepada penerima manfaat
• Saat respon Wasior, Karina tidak memberikan ruang kepada
donor yang akan memanfaatkan penerima manfaat.
Mereka memiliki pakta integritas yang menentukan dengan
siapa Karina bisa atau tidak bekerja sama
• YEU sangat menghargai partisipasi penyintas. Pada kejadian
Merapi 2010, para penyintas yang mengungsi di pengungsian
Salam aktif terlibat dalam keputusan manajemen
barak pengungsian.
REKOMENDASI

• Kebijakan dan prosedur dalam organisasi filantropi haruslah merujuk pada prinsip-prinsip kemanusiaan, serta mengadopsi standar-standar
kemanusiaan yang berlaku
• Organisasi/lembaga dapat secara khusus mengembangkan safeguarding policy yang bertujuan melindungi seluruh pekerja kemanusiaan
dan relawan, serta masyarakat terutama penerima manfaat
• Bekali setiap staf dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan operasionalisasi dari standar-standar kemanusiaan yang berlaku sesuai dengan
bidang kerja mereka
• Melakukan pembelajaran dan perbaikan secara berkala
• Melakukan review kebijakan dan prosedur secara berkala
• Memberikan pesan yang tepat disertai dengan gambar/ilustrasi yang memartabatkan manusia (bila ada) dalam edukasi media social yang
dilakukan
• Lembaga kemanusiaan melakukan upaya yang berimbang dalam pemberitaan maupun aktivitas PB, tidak hanya memunculkan giat tanggap
darurat tapi juga massif menyosialisasikan upaya Lembaga tersebut dalam giat pengurangan risiko bencana
Thank You
Kami berharap dapat bekerja sama dengan anda

HUMANITARIAN FORUM INDONESIA

Jl. Beton No.47A, Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13120 Indonesia
Phone / Fax: +6221-22481923
Email: office@humanitarianforum.or.id
Website: www.humanitarianforum.or.id
Twitter: @HF_Indonesia, Facebook page: Humanitarian Forum Indonesia,
Instagram: @humanitarianforumindonesia

Anda mungkin juga menyukai