Disusun Oleh:
Nama : Nika Lutfiana
NIM : 4311415064
Prodi : Kimia
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Analisis Logam Merkuri
(Hg) dan Sianida (CN) Pada Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) Dengan
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dan Mercury Analyzer”.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………….………………………..…….…... I
HALAMAN PENGESAHAN…………………………..………………... Ii
KATA PENGANTAR……………….…………………………………… Iii
DAFTAR ISI………………………………………………….…………... Iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….…... 1
A. Latar Belakang………………………………………………….... 1
1. Latar Belakang Secara Umum………………………………… 1
2. Latar Belakang Secara Khusus………………………………... 2
B. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan PKL…………………….….. 5
1. Tujuan…………….………………………………………….. 5
A) Tujuan Umum…………………….……………………… 5
B) Tujuan Khusus……………………….…………………... 5
2. Manfaat………………………….…………………………… 5
A) Manfaat yang diperoleh praktikan ………………………. 5
B) Manfaat bagi Universitas Negeri Semarang…….……...... 5
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 6
PKL…………………………..
D. Metode Pengumpulan Data…….………………………………... 6
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………… 7
1. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ………………….. 7
…
2. Merkuri……………………………………………………… 11
3. Sianida……………………………………………………….. 12
4. Spektrofotometri UV-Vis……………………………………. 15
5. Mercury Analyzer………………………………………….… 19
BAB II PAPARAN LAPORAN
A. Pelaksanaan PKL……………………………………….………... 21
1. Deskripsi Umum………………………………………………. 21
A) Sejarah Singkat…………………………….…………….. 21
B) Visi dan Misi……………………………………………... 22
C) Tugas dan Fungsi………………………………………… 23
1) Tugas……………………………………………….… 23
2) Fungsi………………………………………………… 23
D) Struktur Organisasi ……………………………………... 24
E) Tata Kerja………………………………………………… 24
F) Tugas Tiap Bagian atau 25
Seksi…………………………….
G) Produk Jasa Layanan Kemampuan dan Produk Jasa 28
Layanan Teknologi………………………………………..
2. Deskripsi Khusus …………...………………………………… 31
A) Alat dan Bahan…………………………………………. 31
1) Uji Merkuri…………..……………………………… 31
iv
2) Uji Sianida…………………………………………… 31
B) Cara Pembuatan………………………………………... 32
1) Uji Merkuri: ………………...………………………. 32
a) Larutan HCl 3% 2000 ml……….…………………. 32
b) Larutan NaBH4 0,2% dalam NaOH 0,05% 1000 ml. 32
c) Pembuatan Larutan Standar dan Kurva Kalibrasi.… 33
2) Uji Sianida………………………...…………………. 33
a) Kurva Kalibrasi Sianida…………………………... 33
b) Larutan PBA (Pyridine Barbituric Acid)…….……. 34
c) Larutan Buffer Asetat…………..………………….. 35
d) Larutan Chloramin T………..…………………...… 35
e) NaOH 0,04 M……………………………………… 35
f) Larutan induk CN- 1000 ppm………………..…….. 35
C) Analisis Hg………………………………...…………...…. 35
D) Analisis CN………………………………..……………… 35
B. Hasil dan Pembahan…………………………………..…………. 36
1. Merkuri (Hg) ………………………………….…….………... 36
2. Sianida…………………………………………...…….………. 38
BAB III PENUTUP……………………………………………….. 42
……...
A. Kesimpulan……………………………..………………………… 42
B. Saran……………..……………………………………………...... 42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……… 43
LAMPIRAN……………………...………………………………..……... 46
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar ………………………………. 46
….
Lampiran 2. Tabel Persyaratan Mutu 49
AMDK………………………...
Lampiran 3. Kurva Kalibrasi Merkuri………………. 50
……………….
Lampiran 4. Hasil Analisis Merkuri…………………...... 51
……………
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Sianida……………..……………. 52
…….
Lampiran 6. Hasil Analisis Sianida…….…………………….……… 53
Lampiran 7. Surat Pengantar 54
Observasi……………………………....
Lampiran 8. Surat Ijin 55
PKL…………………………………………...
Lampiran 9. Surat Tugas Pembimbing 56
PKL………………………….
Lampiran 10. Surat Penyerahan 58
v
PKL…………………………………
Lampiran 11. Daftar Hadir Kegiatan 59
PKL……………………………
Lampiran 12. Uraian Kegiatan 61
PKL………………………………….
Lampiran 13. Surat Penarikan 86
PKL…………………………………..
Lampiran 14. Surat Tugas Penguji 87
PKL……………………………...
Lampiran 15. Berita Acara Pelaksanaan Ujian 88
PKL………………….
Lampiran 16. Penilaian Kinerja Mahasiswa 89
PKL…………………….
Lampiran 17. Surat Penerimaan Praktik Kerja 91
Lapangan…………….
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Spektrofotometri UV-Vis…………..…………………… 17
Gambar 2. Mercury Analyzer……………………………………….. 19
Gambar 3. Prinsip Kerja Alat Mercury Analyzer…………………… 20
Gambar 4. Struktur Organisasi BBTPPI Semarang…………………. 24
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Mutu Air Minum Sesuai Syarat Mutu SNI 3553 10
2015………………………………………………………..……….....
Tabel 2. Perbandingan Volume Larutan Standar 1 ppm dan NaOH 34
vi
0,04 M……………………..…………………………………………..
Tabel 3. Hasil Analisis Konsentrasi Merkuri…………..……..……… 38
Tabel 4. Hasil Analisis Konsentrasi Sianida …...…………………..... 40
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Secara Umum
Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang secara langsung
menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan
ilmu dan teknologi melalui praktik industrialisasi mampu menciptakan suatu
tatanan kehidupan dan kesejahteraan umat manusia yang semakin baik.
1
pengembangan, standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan
pengembangan kompetensi dalam teknologi pencegahan pencemaran industri
sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri.
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain
dalam Sistem Tata Surya dan menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Wujudnya bisa berupa cairan, es (padat) dan uap/gas. Manusia dan semua
makhluk hidup lainnya butuh air. Air merupakan material yang membuat
kehidupan terjadi di bumi. Tumbuhan dan binatang juga mutlak
membutuhkan air. Tanpa air keduanya akan mati. Sehingga dapat dikatakan
air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan kata lain air merupakan
zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup. Air juga merupakan
bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik
dibandingkan dengan sumber daya lainnya. (Kodoatie, dkk., 2010).
Air minum dalam kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum
Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara
langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu (BSN, 2015).
Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai
bentuk wadah, misalnya 19 liter atau galon , 1500 ml / 600 ml ( botol), 240
ml /220 ml (gelas). Pada saat ini telah banyak bermunculan merek air minum
2
dalam kemasan beredar di pasar Indonesia, bahkan sekarang telah
bermunculan air minum dalam kemasan yang di dalamnya terkandung
oksigen. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, kini ada
lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Vit, Ades, Monair, Aguaria,
Prima, dan lain-lain.
Tidak semua air minum dalam kemasan aman untuk dikonsumsi, hal
ini mungkin karena pengawasan yang kurang intensif pada produk yang telah
beredar di pasaran. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya produk air
minum dalam kemasan gelas, pada hasil pengujian terhadap 21 merek air
yang beredar di pasaran, 11 merek di antaranya terbukti bermasalah. Dari 11
produk tersebut, sembilan produk mengandung koloni bakteri mendekati
ambang batas yang telah ditentukan, yaitu 10 mikro bakteri per mililiter.
Sementara dua produk lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas
(Kompas, 2010).
3
listrik, chlorine dan, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh
manusia serta sebagai bahan pembuatan alkil merkuri untuk insektisida pada
pertanian, kedua oleh alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan
peletusan gunung berapi. Merkuri yang dihasilkan oleh kegiatan industri dan
proses penambangan yang terendapkan pada permukaan tanah,
mengakibatkan masuknya polusi merkuri ke dalam tanah dan masuk ke dalam
lingkungan air tanah melalui celahcelah yang dibawa oleh air hujan yang
masuk ke dalam tanah. Logam merkuri mudah masuk ke dalam tanah karena
logam merkuri memiliki sifat mudah mengkristal, sehingga pada saat terjadi
pengkristalan dapat menyebabkan merkuri terakumulasi di dalam tanah dan
akan mencemari air tanah.
Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil
yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan
menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal. Efek toksisitas
merkuri pada manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan
masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang.
4
B. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan PKL
1. Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan ini terbagi
menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
A) Tujuan Umum:
1) Mahasiswa mampu menerapkan ilmu kimia yang diperoleh di
perkuliahan pada dunia industri.
2) Membekali mahasiswa dengan pengalaman, kedisiplinan, dan
komunikasi sebagai persiapan mahasiswa sebelum terjun ke
dunia kerja.
3) Melengkapi salah satu mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa
kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.
B) Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui cara analisis Hg dalam air minum dalam
kemasan dengan menggunakan Mercury Analyzer.
2) Untuk mengetahui cara analisis CN dalam air minum dalam
kemasan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
2. Manfaat
A) Manfaat yang diperoleh praktikan adalah :
1) Memperoleh tambahnya ilmu pengetahuan khususnya tentang
analisis Hg dan CN dalam air minum dalam kemasan dengan
menggunakan Spektrofotometri UV-VIS dan Mercury Analyzer
2) Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dibidang analisis
contoh dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan.
3) Memperoleh pengetahuan teknis tentang Spekrofotometer UV-
VIS dan Mercury Analyzer di Laboratorium aneka komoditi di
BBTPPI Semarang.
B) Manfaat bagi Universitas Negeri Semarang:
5
1) Mempererat hubungan dan kerjasama dengan instansi atau
lembaga yang dijadikan obyek PKL untuk peningkatan
penelitian ilmiah dan ilmu pengetahuan.
2) Sebagai evaluasi di bidang akademik untuk pengembangan mutu
pendidikan sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang
terampil dan profesional di bidangnya.
3) Sebagai sarana perkenalan perkembangan ilmu pengetahuan
untuk pertimbangan dalam menyusun program atau kurikulum
untuk tahun ajaran berikutnya.
6
Cara pengumpulan data yang digunakan untuk mencari data atau
keterangan dengan membaca dan melihat buku.
E. Tinjauan Pustaka
1. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum
Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara
langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu.
Air dalam kemasan mencakup air mineral dan air demineral. Air
mineral adalah air minum dalam kemasan yang mengandung
mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral,
sedangkan air demineral merupakan air minum dalam kemasan yang
diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, reverse osmosis,
dan proses setara (BSN, 2006).
Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu kemasan galon (19 liter) dan small/single pack.
Kemasan galon biasanya dilakukan pengisisan ulang baik oleh
prodeusen bermerek maupun depot air minum isi ulang (tanpa
merek), dan lebih banyak dikonsumsi oleh konsumen yang berada di
perkantoran, hotel, dan rumah tangga. Sedangkan konsumen utama
AMDK kemasan Small/single pack atau kemasan yang dapat dibawa
secara praktis seperti kemasan 1500 ml/600 ml (botol), 240 ml/220 ml
(gelas) dikonsumsi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan
(Arif, 2009).
Air minum dalam kemasan diproses dalam beberapa tahap baik
menggunakan proses pemurnian air Reverse Osmosis (Tanpa Mineral)
maupun proses biasa Water Treatment Processing (Mineral), dimana
sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral berasal dari mata
air pengunungan. Untuk Air kemasan non mineral biasanya dapat juga
digunakan dengan sumber mata air tanah/mata air pengunungan
(Susanti,2010).
7
Air pegunungan merupakan sumber air yang terbaik untuk air
minum,karena selain letak sumbernya yang jauh di bawah permukaan
tanah, berlokasi di atas ketinggian pegunungan yang masih terjaga
kealamiannya. Selama pengaliran air tersebut di dalam tanah, dalam kurun
waktu harian sampai dengan jutaan tahun, maka terjadilah proses-proses
fisika dan kimia. Proses hidrogeokimia tersebut sangatlah dipengaruhi oleh
faktor komposisi mineral penyusun akuifer (lapisan batuan pembawa air),
proses dan pola pergerakan air tanah serta waktu tinggal air tanah yang
berada di dalam akuifer tersebut. Indonesia mempunyai lebih dari seratus
gunung api aktif maupun non aktif di mana secara geologis gunung-
gunung api tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat
sempurna sebagai akuifer yang memberikan kandungan mineral seimbang
di dalam air.
Proses Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus melalui proses
tahapan baik secara klinis maupun secara hukum ,secara higienis klinis
biasanya disahkan menurut peraturan pemerintah memalui Departemen
Badan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan Reuplik Indonesia (Badan
POM RI) baik dari segi kimia, fisika, microbiologi, dll. Tahapan secara
hukum biasanya melalui proses pengukuhan merek dagang, hak paten,
sertifikasi dan assosiasi yang mana keseluruhannya mengacu pada
peraturan pemerintah melalui DEPERINDAG, untuk SNI (Standar
Nasional Indonesia), Merek Dagang, dll. Untuk masalah air kemasan
tentang Hak Cipta, Hak Paten Merek dll biasanya melalui instansi
KEHAKIMAN untuk pengurusan paten merekjenis barang, dll.
(Susanti,2010).
AMDK harus memenuhi standar nasional (3553-2015) tentang
standar baku mutu air dalam kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh
BPOM RI yang merupakan standar baku kimia, fisika, mikrobiologis.
Serta banyak lagi persyaratan yang harus dipenuhi agar AMDK itu layak
dikonsumsi dan aman bagi kesehatan manusia (SNI, 2015).
Syarat Air Minum
8
Menurut Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,
menyatakan bahwa air minum yang aman bagi kesehatan harus memenuhi
persyaratan fisik, biologi dan kimia.
a. Syarat Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah
(Mandasary,2009).
b. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri,
baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis
bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus
bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bacteria)
tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator
dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Fauziah,2011).
c. Syarat Kimiawi
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain
Kesadahan, Zat Organik (KMnO4), Besi (Fe), Mangan (Mn), Derajat
keasaman (pH),Kadmium (Cd) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan
Standar Nasional Indonesia. Penggunaan air yang mengandung bahan
kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang
diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang
digunakan manusia.
9
Adapun syarat kualitas air minum dalam kemasan menurut Standar
Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
10
Sumber : (Badan Standardisasi Nasional, 2015)
2. Merkuri
11
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih
perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) dapat larut
dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Hg memiliki
titik didih 356,6ºC. Hg mudah membentuk alloy amalgam dengan logam
lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag), platinum (Pt), dan tin (Sn). Garam
merkuri yang penting antara lain HgC 12 yang bersifat sangat toksik. Hg2C12
digunakan dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan
detonator yang eksplosif, sedangkan HgS digunakan pigmen cat berwarna
merah terang dan bahan antiseptik (Widowati et al, 2008).
12
(HgCl) akan berubah menjadi merkuri organik metil merkuri (CH 3Hg)
oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen di dasar perairan,
merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon berbentuk senyawa
organomerkuri. Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil
merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah.
Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
merkuri dalam ikan meningkat.
a) Ukur dengan teliti 100 mL contoh dan air suling bebas logam sebagai
blanko ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
b) Tambahkan 5 mL H2SO4 pa, 2,5 mL HNO3 dan 15 mL larutan
KMnO4, ke dalam contoh larutan standar dan blanko, biarkan paling
sedikit 15 menit.
c) Tambah 8 mL larutan K2S2O8 dan panaskan selama 2 jam dalam
penangas air pada suhu 95°C.
d) Dinginkan pada suhu ruang dan tambah 6 mL larutan
(NH2OH)2.H2SO4 untuk mengurangi kelebihan permanganat.
e) Periksa larutan standar dan contoh dengan menggunakan SSA.
3. Sianida
Sianida adalah kelompok senyawa yang mengandung gugus siano
(−C≡N) yang terdapat dialam dalam bentuk-bentuk berbeda (Kjeldsen
1999, Luque-Almagro et al. 2011). Sianida di alam dapat diklasifikasikan
sebagai sianida bebas, sianida sederhana, kompleks sianida dan senyawa
turunan sianida (Smith and Mudder 1991). Sianida bebas adalah penentu
ketoksikan senyawa sianida yang dapat didefinisikan sebagai bentuk
molekul (HCN) dan ion (CN‒) dari sianida yang dibebaskan melalui proses
pelarutan dan disosiasi senyawa sianida (Smith and Mudder 1991).
Kedua spesies ini berada dalam kesetimbangan satu sama lain yang
bergantung pada pH sehingga konsentrasi HCN dan CN‒ dipengaruhi oleh
pH (Kyle 1988). Pada pH dibawah 7, keseluruhan sianida berbentuk HCN
13
sedangkan pada pH diatas 10,5, keseluruhan sianida berbentuk CN ‒ (Kyle
1988). Reaksi antara ion sianida dan air ditunjukkan oleh dalam reaksi di
bawah ini (Smith and Mudder 1991):
CN‒ + HOH → HCN + OH‒
Sianida sederhana dapat didefinisikan sebagai garam-garam
anorganik sebagai hasil persenyawaan sianida dengan natrium, kalium,
kalsium, dan magnesium (Kjeldsen 1999, Kyle 1988). Sianida sederhana
dapat juga didefinisikan sebagai garam dari HCN yang terlarut dalam
larutan menghasilkan kation alkali bebas dan anion sianida (Smith and
Mudder 1991):
NaCN ↔ Na+ + CN‒
Ca(CN)2 ↔ Ca2+ + 2CN‒
Bentuk sianida sederhana biasanya digunakan dalam leaching
emas. Sianida sederhana dapat larut dalam air dan terionisasi secara cepat
dan sempurna menghasilkan sianida bebas dan ion logam (Kyle 1988,
Smith and Mudder 1991). Kompleks sianida termasuk kompleks dengan
logam kadmium, tembaga, nikel, perak, dan seng (Smith and Mudder
1991). Kompleks sianida ketika terlarut menghasilkan HCN dalam jumlah
yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali (Kyle 1988) tergantung pada
stabilitas kompleks tersebut. Kestabilan kompleks sianida bervariasi dan
bergantung pada logam pusat (Smith and Mudder 1991). Kompleks lemah
seperti kompleks dengan sianida dengan seng dan kadmium mudah terurai
menjadi sianida bebas. Kompleks sedang lebih sulit terurai dibanding
kompleks lemah dan meliputi kompleks sianida dengan tembaga, nikel,
dan perak. Sedangkan kompleks kuat seperti kompleks sianida dengan
emas, besi, dan kobalt cenderung sukar terurai menghasilkan sianida
bebas. Golongan senyawa turunan sianida adalah SCN‒ (tiosianat), CNO ‒ ,
dan NH3 (amonia) yang biasanya dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami
dan pengolahan limbah mengandung sianida (Smith and Mudder 1991).
Tingkat ketoksikan sianida ditentukan jenis, konsentrasi dan
pengaruhnya terhadap organisme hidup (ATSDR 2006, Baxter and
Cummings 2006, Smith and Mudder, 1991). Ketoksikan sianida umumnya
14
berhubungan dengan pembentukan kompleks dengan logam yang berperan
sebagai kofaktor enzim. Sebagai contoh, sianida berikatan dengan enzim
yang mengandung logam yang berperan dalam respirasi sehingga proses
respirasi terganggu (Bishop, 2000) Shifrin et al. didalam (Kjeldsen, 1999).
Enzim Fe (III) sitokrom-oksidase adalah salah satu contoh enzim dalam
proses respirasi yang dihambat oleh sianida (Morper, 1999).
Sianida dalam bentuk hidrogen sianida (HCN) dapat menyebabkan
kematian yang sangat cepat jika dihirup dalam konsentrasi tertentu.
ASTDR (2006) mencatat bahwa konsentrasi HCN yang fatal bagi manusia
jika dihirup selama 10 menit adalah 546 ppm. Beberapa gangguan pada
sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah
berhubungan dengan paparan terhadap sianida pada manusia dalam
konsentrasi tertentu telah terdeteksi (ATSDR 2006). Selain itu, sistem
saraf juga menjadi sasaran utama sianida. Paparan HCN secara lama dalam
konsentrasi tinggi dapat menstimulasi sistem saraf pusat yang kemudian
diikuti oleh depresi, kejangkejang, lumpuh dan kematian (ATSDR 2006).
HCN dapat terserap cepat ke dalam tubuh dan terbawa hingga ke dalam
plasma. Garam sianida dan larutan sianida memiliki tingkat ketoksikan
yang lebih rendah dibandingkan HCN karena masuk ke tubuh hanya
melalui mulut (Armour et al. 1987). Namun demikian, ketoksikannya
dapat dianggap sebanding dengan HCN karena mudah menghasilkan
HCN.
Kompleks sianida kurang toksik bila dibandingkan dengan sianida
bebas. Sianida sederhana secara cepat dapat membebaskan sianida bebas
dan menjadi sangat toksik, sedangkan kompleks sianida yang stabil tidak
bersifat toksik selama tidak terurai menjadi sianida bebas. Ketoksikan
kompleks sianida bervariasi tergantung kemampuannya untuk
membebaskan sianida bebas (Baxter and Cummings 2006, Luque-Almagro
et al. 2011). Kompleks sianida yang kuat seperti kompleks sianida dengan
besi dapat dikatakan tidak toksik, tetapi dengan kehadiran radiasi
ultraviolet dapat terurai menghasilkan sianida bebas yang toksik.
15
Untuk analisis logam sianida yang terkandung dalam air minum
dalam kemasan menurut SNI 3554 (2015) bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Pipet 20 mL contoh ke dalam labu ukur 50 mL;
b) Larutan deret standar; Pipet 10 mL larutan baku sianida 1.000 mg/L
ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan air suling hingga tanda
garis (Larutan I). Pipet 10 mL larutan I ke dalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan air .suling hingga tanda garis (larutan II). Pipet 10
mL larutan II ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan air suling
hingga tanda garis (Larutan III ekivalen dengan 1 mg CN- /L);
c) Larutan standar sianida 0,02 sampai 0,12 mg/L. Pipet 1 mL; 2 mL; 3
mL; 4 mL; 5 mL; dan 6 mL larutan III ke dalam labu ukur 50 mL,
encerkan dengan NaOH 0,04 M sampai volume larutan ± 35 mL.
d) Buat larutan blanko menggunakan 35 mL larutan NaOH 0,04 M;
e) Tambahkan 1 mL larutan buffer fosfat 3 N, 2 mL larutan kloramin T
ke dalam contoh, larutan standar dan blanko kemudian aduk, dan
segera tambahkan 5 mL larutan piridin asam barbiturat, aduk lagi
pelan-pelan. Encerkan dengan NaOH 0,04 M sampai tanda garis dan
kocok. Biarkan selama 8 menit, ukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 570 nm.
4. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran
energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu
(Day dan Underwood, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang
gelombang antara 200- 400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai
panjang gelombang 400-750 nm. Spektrofotometri digunakan untuk
mengukur besarnya energi yang diabsorbsi atau diteruskan. Sinar radiasi
monokromatik akan melewati larutan yang mengandung zat yang dapat
menyerap sinar radiasi tersebut (Harmita, 2006). Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
16
Spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan (Rohman, 2007) yaitu:
a) Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama
c) Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
d) Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
e) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam persamaan (Rohman, 2007):
A = a.b.c (1)
Keterangan:
A = absorban
a = absorpsivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Salah satu syarat senyawa dianalisis dengan spektrofotometri
adalah karena senyawa tersebut mengandung gugus kromofor. Kromofor
adalah gugus fungsional yang mengabsorbsi radiasi ultraviolet dan
tampak, jika diikat oleh gugus ausokrom. Hampir semua kromofor
mempunyai ikatan rangkap berkonjugasi (diena(C=C-C=C), dienon (C=C-
C=O), benzen dan lain-lain. Ausokrom adalah gugus fungsional yang
mempunyai elektron bebas, seperti –OH, N , N , -X (Harmita, 2006).
17
Instrument Spektrofotometri Uv-Vis
18
d. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam
rekorder akan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader
(komputer).
e. Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % transmitan maupun Absorbansi.
Prinsip Kerja Spektrofotometri
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator
pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam
konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap
(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian di terima oleh detector. Detektor kemudian akan menghitung
cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel.
Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
secara kuantitatif (Triyati, 1985).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis Spektrofotometri
UvVis menurut Rohman (2007):
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar Uv-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah
menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b. Waktu Operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan
19
mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi
larutan.
c. Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk
memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat
kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari
suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
5. Mercury Analyzer
Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang
cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah
merkuri pada sampel yang padat, cair, gas dengan operasi yang mudah.
Merupakan metode otomatis dimana sampel disuntikkan ke dalam aliran
kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus
mengalir sebelum mencapai detector. Flow injection analysis salah
satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spectrometer) (Yusnizam,
2008).
20
Prinsip Kerja
Sampel dipanaskan untuk mengubah senyawa merkuri dalam
bentuk atomnya atau dinamakan proses atomisasi, kemudian atom tersebut
akan ditangkap oleh amalgam sehingga yang tinggal hanya uap merkuri.
Analisa pada instrument dilakukan pada panjang gelombang 253.7 nm.
Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube yang
ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri. Besarnya konsentrasi yang
dihasilkan yang terkandung dalam sampel dan sebanding dengan nilai
absorban yang dihasilkan.
21
BAB II
PAPARAN LAPORAN
i. Pelaksanaan PKL
1. Deskripsi Umum
A) Sejarah Singkat
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang yang lebih dikenal sebagai BBTPPI Semarang adalah
Balai Besar bidang litbang teknologi pencegahan pencemaran
industri dibawah Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu
Industri (yang sejak bulan Oktober 2010 merupakan nama baru dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri) Kementerian
Perindustrian sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 47/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006.
Riwayat singkat Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri Semarang
1962 – 1964 : Sebagai perwakilan Balai Penelitian Kimia Bogor
untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
1964 – 1971 : Sebagai Unit PN. PR. Nupiksa Yasa dengan nama
Balai Penelitian Kimia.
1971– 1975 : Sebagai Unit Lembaga Penelitian dan Pendidikan
Industri dengan nama Balai Penelitian Kimia.
1975–1980 : Sebagai Unit Penelitian dan Pengembangan Industri
dan Kerajinan Rakyat dengan nama Balai Penelitian
Kimia.
1980 – 2002 : Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri dengan nama Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri atau disingkat
Balai Industri Semarang.
22
2002 – 2006 : Sebagai Unit Pelaksana teknis Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri dengan nama Balai Riset
dan Standardisasi Industri dan Perdagangan atau
disingkat Baristand Indag Semarang.
2006–sekarang: Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Pengkajian
Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri dengan nama
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri.
23
C) Tugas dan Fungsi
1) Tugas
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,
standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan
pengembangan kompetensi dalam teknologi pencegahan
pencemaran industri sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu
Industri (Badan Penelitian dan Pengembangan Industri).
2) Fungsi
a) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam bidang
teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk,
peralatan, dan pencegahan pencemaran industri.
b) Pelaksanaan rancang bangun dan perekayasaan peralatan
proses, alih teknologi dan konsultansi untuk membantu
pengembangan industri guna meminimalisasi dan
mencegah pencemaran akibat industri.
c) Pelaksanaan layanan teknis pengujian mutu bahan baku,
bahan pembantu, produk akhir, hasil ikutan dan limbah
industri serta sertifikasi dan kalibrasi.
d) Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi.
e) Pelaksanaan pelayanan administrasi kepada semua unsur
di lingkungan BBTPPI, serta penyusunan laporan dan
evaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
24
D) Struktur Organisasi dan Tata Kerja
E) Tata Kerja
1) Dalam melaksanakan tugas, Kepala BBTPPI, Kepala Bagian,
Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi dan
Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan BBTPPI wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di
lingkungan internal dan atau dengan instansi lain di luar
BBTPPI sesuai dengan bidang tugasnya.
2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan
masing – masing dengan menyampaikan laporan berkala tepat
pada waktunya.
3) Setiap laporan yang diterima oleh Kepala BBTPPI wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun
laporan lebih lanjut serta untuk memberikan petunjuk kepada
bawahan.
25
4) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan
laporan wajib disampaikan kepada satuan–satuan organisasi
lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.
5) Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi
di lingkungan BBTPPI dibantu oleh pimpinan satuan
organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian
bimbingan kepada bawahan masing – masing wajib
mengadakan rapat berkala.
26
urusan perlengkapan, dan perawatan serta urusan
kepegawaian.
27
a) Seksi Teknologi Pengolahan Limbah dan Teknologi
Bersih
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penelitian dan pengembangan alih teknologi dan
konsultasi di bidang pengolahan limbah padat, cair, gas,
udara, kebisingan, B3, teknologi produksi bersih, serta
rancangan bangun dan perekayasaan.
b) Seksi Bioteknologi Lingkungan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penelitian dan pengembangan alih teknologi dan
konsultasi di bidang bioteknologi bagi pengelolaan
lingkungan dan pengelolaan limbah industri.
6) Bidang Penilaian Kesesuaian
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Penilaian
Kesesuaian menyelenggarakan fungsi :
a) Perencanaan dan pelaksanaan kalibrasi, penyiapan
penerbitan sertifikasi kalibrasi, dan pelaksanaan kalibrasi
ulang.
b) Perencanaan dan pelaksanaan sertifikasi system mutu,
produk, lingkungan, pengambilan contoh, jasa pelayanan
sertifikasi, dan memelihara sistem sertifikasi.
7) Bidang Penilaian Kesesuaian terdiri dari :
b) Seksi Sertifikasi
28
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
sertifikasi sistem mutu, produk, lingkungan, pengambilan
contoh, jasa pelayanan sertifikasi, dan memelihara sistem
sertifikasi.
8) Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas
melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing –
masing berdasarkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
a) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok
jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
b) Jumlah dan jenis tenaga fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja.
c) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
G) Produk Jasa Layanan Kemampuan dan Produk Jasa Layanan
Teknologi
1) Jasa Pengujian dan Monitoring Mutu
a) Aneka produk hasil pertanian dan industri, seperti :
1. Kopi, teh, jagung, ikan segar, dan sebagainya.
2. Mie, roti, abon, dendeng, minuman ringan, AMDK, dsb.
3. Produk mebel, antara lain kursi, meja, sofa, dsb.
4. Produk bahan bangunan, berupa keramik, tegel, paving,
dsb.
b) Air dan limbah industri serta lingkungan, meliputi :
1. Air untuk minuman dan air baku industri.
2. Limbah padat, cair, dan gas, termasuk Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3).
3. Monitoring lingkungan laut dan pantai.
2) Jasa Desain dan Rekayasa
29
a) Peralatan proses produksi:
1. Peralatan produksi garam (termasuk garam beryodium),
Air Minum Dalam Kemasan, dll.
2. Peralatan Uji dan pengukuran antara lain (Brighness,
NaCl, Iodium).
3. Peralatan kontrol (Digital pH, dosing pump, dll).
4. Peralatan tepat guna (pengering serba guna, pengering
vakum, arang aktif, penyerbik daging ikan, dll).
3) Jasa Riset
a) Bidang Teknologi Pangan dan Industri, meliputi :
1. Peningkatan/perbaikan teknologi proses produksi
industri makanan, minuman dan makanan ternak.
2. Peningkatan/perbaikan teknologi proses produksi
garam/garam beryodium.
3. Studi Kelayakan suatu industri/usaha.
b) Riset di Bidang Teknologi Pengolahan Limbah Industri,
meliputi :
1. Peningkatan/perbaikan teknologi proses pengolahan
limbah industri.
2. Riset lingkungan : Penelitian peruntukan sungai, pantai
dan rona lingkungan, daratan maupun atmosfer dsb.
3. Penyusunan AMDAL, RKL/RPL, Audit lingkungan,
PEL, SEL, dll.
4. Riset rona lingkungan baik lingkungan perairan,
daratan maupun atmosfer.
30
4) Jasa Sertifikasi Mutu:
a) Sistem Mutu ISO 9000.
b) Sistem Mutu Lingkungan ISO 14000.
c) Sistem Mutu Produk (SNI).
31
a) Jasa layanan perpustakaan.
b) Layanan penelusuran ilmiah.
c) Layanan informasi paket teknologi.
Adapun mengenai tarif mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2007 mengenai tarif atas jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Departemen
Perindustrian.
2. Deskripsi Khusus
1. Alat dan Bahan
a. Uji Merkuri
a) Alat:
1. FIMS (Flow Injection Mercury Analyzer) dari
Perkin Elmer
2. Beaker glass
3. Labu ukur 2000 ml dan 1000 ml
4. Corong Kaca
5. Gelas Ukur
6. Labu ukur 100ml 10 buah
7. Pipet tetes
8. Neraca analitik
9. Batang pengaduk
10. Spatula
b) Bahan:
1. Larutan Standar Hg
2. Larutan HCl 3%
3. Larutan NaBH4 0,2 % dalam NaOH 0,05%
4. Aquades
5. Sampel AMDK A, B, C, D, dan E
b. Uji Sianida
a) Alat:
32
1. Spektrofotometer UV-Vis dari Shimadzu
2. Labu Ukur 50 ml 7 buah
3. Labu ukur 250 ml 1 buah
4. Labu Ukur 100 ml 1 buah
5. Ball pipet
6. Kuvet
7. Alat shaker
8. Corong kaca
9. Buret 50 ml
10. Beaker Glas
11. Erlenmeyer
12. Neraca Analitik
b) Bahan:
1. Sampel AMDK A, B C, D dan E
2. Larutan Chloramin T
3. Larutan Buffer Asetat
4. Larutan PBA
5. Larutan induk CN 1.000 ppm
6. Aquades
B) Cara Pembuatan
1) Uji Merkuri:
a) Larutan HCl 3% 2000 ml
1. Sebanyak 162 ml HCl pekat di masukkan ke dalam
labu ukur 2000 ml
2. Tambahkan aquades sampai tanda batas pada labu
ukur
3. Kocok hingga larutan tersebut homogen
33
3. Tambahkan aquades pada NaOH dan aduk sampai
larut
4. Masukkan larutan NaOH 0,05% ke dalam labu ukur
1.000 ml
5. Tambahkan aquades sampai tanda batas
6. Tambahkan larutan NaOH 0,05% ke dalam NaBH4
0,2% dan aduk sampai NaBH4 larut
7. Masukkan NaBH4 0,2% ke dalam labu ukur yang
berisi NaOH 0,05%
8. Kocok sampai larutan tersebut homogen
c) Pembuatan Larutan Standar dan Kurva Kalibrasi
1. Ambil larutan induk Hg 1.000 ppm
2. Encerkan menjadi 10 ppm dengan cara ambil 1 ml,
kemudian di masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
dan ditambah HCl 3% sampai tanda batas
3. Larutan diencerkan lagi menjadi 100 ppb dengan
cara ambil 1 ml, kemudian di masukkan ke dalam
labu ukur 100 ml dan ditambah HCl 3% sampai
tanda batas
4. Buat larutan standar dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5,
10 dan 20 ppb dengan mengambil larutan standar Hg
100 ppb sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, 10 dan 20 ml dan
dimasukkan ke dalam masing-masing labu ukur 100
ml dan ditambahkan HCl 3% sampai tanda batas
5. Ukur absorbansi masing-masing larutan standar
tersebut dengan menggunakan Mercury Analyzer
dengan panjang gelombang 253,7 nm dan buat kurva
hubungan konsentrasi Vs absorbansi.
2) Uji Sianida
a) Kurva Kalibrasi Sianida
34
1. Larutan baku induk CN 1000 ppm diambil 1 ml dan
ditambahkan larutan NaOH 0,04 M sampai 100 ml
2. Dari larutan 10 ppm di ambil 10 ml dan
ditambahkan larutan NaOH 0,04 M sampai 100 ml
yang mana konsentrasi larutan standar ini menjadi 1
ppm.
3. Buat larutan standar kalibrasi 0,025; 0,05; 0,075;
0,10; 0,125 dan 0,250 ppm dengan cara seperti
berikut:
35
2. Tambahkan 75 ml pyridine dan 15 ml HCl 37%
3. Tambahkan aquades sampai volumenya 250 ml
C) Analisis Hg
Analisis merkuri pada masing-masing sampel AMDK
dilakukan dengan menggunakan Mercury Analyzer dari
PerkinElmer dengan panjang gelombang 253,7 nm.
D) Analisis CN
36
Masing-masing sampel AMDK ditambahkan 1 ml buffer
aseat, 2 ml chloramin T dan 5 ml pyridine barbirutic acid dan
diamkan selama 8 menit dan analisis sampel dengan
menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dari Shimadzu dengan
panjang gelombang 581 nm.
B. Hasil dan Pembahan
1. Merkuri (Hg)
37
setelah melakukan beberapa pengujian dengan tanpa larutan KMnO4
maupun yang menggunakan setelah dibandingkan hasilnya stabil.
38
K2S2O8 dan panaskan selama 2 jam dalam penangas air pada suhu 95°C
dan tambah 6 mL larutan (NH2OH)2.H2SO4 dan dianalisis dengan AAS.
Nilai-nilai konsentrasi masing-masing sampel dapat dilihat pada
tabel berikut:
No Rata-Rata
Nama Sampel Konsentrasi (ppb)
. Konsentrasi (ppb)
1 Sampel A (1) -0,227
-0,2330
2 Sampel A (2) -0,239
3 Sampel B (1) -0,236
-0,2360
4 Sampel B (2) -0,236
5 Sampel C (1) -0,234
-0,2360
6 Sampel C (2) -0,238
7 Sampel D (1) -0,237
-0,2365
8 Sampel D (2) -0,236
9 Sampel E (1) -0,236
-0,2350
10 Sampel E (2) -0,234
2. Sianida
39
Penentuan kadar sianida dalam air minum daam kemasan
(AMDK) menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis adalah salah satu cara
untuk mengetahui seberapa banyak kadar sianida yang terkandung
dalam AMDK. Tahap awal yang dilakukan adalah membuat larutan
standar sianida yang bertujuan untuk menentukan kurva kalibrasi.
Sebelum larutan standar tersebut dibaca oleh spektrofotometer, setiap
larutan standar ditambahkan dengan larutan buffer asetat, larutan
chloramin-T 1%, dan larutan pyridine barbituric acid (PBA). Cara
analisis ini memiliki perbedaan dengan yang terdapat pada SNI
3554:2015, dimana larutan pereaksi yang digunakan bukan buffer asetat
melainkan buffer fosfat 3 N. Pada pengujian di Laboratorium Aneka
Komoditi BBTTPI berbeda dengan SNI dikarenakan sudah dilakukan
pengujian dengan metode yang ada pada SNI namun hasilnya tidak
valid untuk itu tidak bisa diterapkan pada pengujian. Pada pengujian
sianida di Laboratorium AK BBTPPI mengacu pada APHA AWWA
4500-CN (2012).
Untuk larutan standar yang dibuat untuk membuat kurva
kalibrasi konsentrasinya adalah 0 (blanko); 0,025; 0,05; 0,075; 0,10;
0,125; dan 0,250 ppm, dimana pelarut yang digunakan adalah larutan
NaOH 0,04 N. Selanjutnya dibaca dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 581 nm. Kurva yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
40
Grafik 2. Kurva Kalibrasi Sianida
41
digunakan untuk reagen pada saat melakukan analisa sianida. Hasil
yang diperoleh pada masing-masing sampel setelah dilakukan analisis
dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dengan panjang
gelombang 581 nm adalah sebagai berikut:
42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum
Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara
langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu dan
dikemas dalam berbagai bentuk wadah.
Hasil analisis diperoleh rata-rata konsentrasi merkuri pada masing-
masing sampel adalah =<0,0002 ppm dan rata-rata konsentrasi sianida
pada masing-masing sampel adalah 0,005 ppm, 0,014 ppm, 0,002 ppm,
=<0,002 ppm. dan =<0,002 ppm. Hasil analisis merkuri maupun sianida
yang dihasilkan menunjukkan bahwa sampel aman untuk dikonsumsi
karena konsentrasinya tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan
oleh SNI 3553:2015, yakni untuk merkuri maksimal 0,001 mg/L dan
sianida adalah 0,05 mg/L.
B. Saran
1. Dalam melakukan preparasi maupun analisis harus dilakukan secara
cermat dan teliti.
2. Pastikan peralatan yang digunakan steril ketika akan melakukan
analisa untuk mengurangi tingkat kontaminasi
43
DAFTAR PUSTAKA
Armour, M.A., Browne, L.M. and Weir, G.L. (1987) Hazardous Chemical:
Information and disposal Guide. , University of Alberta, Edmonton.
BSN SNI 3554:2015. Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
44
Permanganat (KMnO4), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Mandasari, R., 2010, Analisis Kadar Besi (Fe) dalam Air Minum Kemasan
dengan Menggunakan Metode Spektofotometri Serapan Atom, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara,
Medan.
45
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Susanti, W. 2010, Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium dan Kalsium dalam Air
Minum Kemasan Galon dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang
dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara, Medan.
46
LAMPIRAN
47
Pencampuran NaBH4 0,2% Larutan HCl 3%
Dalam NaOH 0,05%
48
Larutan NaOH 0,04 M NaOH 1 ppm
49
Lampiran 2. Syarat Mutu Air Mineral SNI 3553:2015
50
Lampiran 4. Hasil Analisis Merkuri
51
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Sianida
52
Lampiran 6. Hasil Analisis Sianida
53
Lampiran 7. Surat Pengantar Observasi
54
Lampiran 8. Surat Ijin PKL
55
Lampiran 9. Surat Tugas Pembimbing PKL
56
57
58
Lampiran 10. Surat Penyerahan PKL
59
Lampiran 11. Daftar Hadir Kegiatan PKL
60
61
Lampiran 12. Uraian Kegiatan PKL
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
Lampiran 13. Surat Penarikan PKL
86
Lampiran 15. Berita Acara Pelaksanaan Ujian PKL
87
Lampiran 16. Penilaian Kinerja Mahasiswa PKL
88
89
90
Lampiran 17. Surat Penerimaan Praktik Kerja Lapangan
91