Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI BALAI BESAR

TEKNOLOGI PENCEGAH PENCEMARAN INDUSTRI (BBTPPI)


SEMARANG

ANALISIS LOGAM MERKURI (Hg) DAN SIANIDA (CN) PADA AIR


MINERAL DALAM KEMASAN (AMDK) DENGAN MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN MERCURY ANALYZER

Pembimbing : Endah Fitriani Rahayu, S. Si, M. Sc

Disusun Oleh:
Nama : Nika Lutfiana
NIM : 4311415064
Prodi : Kimia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Analisis Logam Merkuri
(Hg) dan Sianida (CN) Pada Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) Dengan
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dan Mercury Analyzer”.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih


kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKL ini. Ucapan terima kasih
penulis tujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman selaku Rektor UNNES.


2. Bapak Prof. Dr. Zaenuri. S.E, M.Si selaku Dekan FMIPA UNNES.
3. Ibu Dr. Nanik Wijayati, M.Si. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
4. Ibu Endah Fitriani Rahayu, S.Si, M. Si selaku Dosen Pembimbing PKL.
5. Novembri Cucu Sektiani Agustin, S.T selaku Pembimbing PKL yang
senantiasa membimbing dan memberi pengarahan selama melaksanakan PKL
di laboratorium BBTPPI Semarang.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas sumbangan
baik moral maupun spiritual demi terwujudnya penulisan laporan PKL.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi teknik penulisan, penyusunan maupun tata bahasa yang digunakan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan PKL ini dapat
memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Akhir kata penulis
mohon maaf atas segala kesalahan.

Semarang, 13 Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………….………………………..…….…... I
HALAMAN PENGESAHAN…………………………..………………... Ii
KATA PENGANTAR……………….…………………………………… Iii
DAFTAR ISI………………………………………………….…………... Iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….…... 1
A. Latar Belakang………………………………………………….... 1
1. Latar Belakang Secara Umum………………………………… 1
2. Latar Belakang Secara Khusus………………………………... 2
B. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan PKL…………………….….. 5
1. Tujuan…………….………………………………………….. 5
A) Tujuan Umum…………………….……………………… 5
B) Tujuan Khusus……………………….…………………... 5
2. Manfaat………………………….…………………………… 5
A) Manfaat yang diperoleh praktikan ………………………. 5
B) Manfaat bagi Universitas Negeri Semarang…….……...... 5
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 6
PKL…………………………..
D. Metode Pengumpulan Data…….………………………………... 6
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………… 7
1. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ………………….. 7

2. Merkuri……………………………………………………… 11
3. Sianida……………………………………………………….. 12
4. Spektrofotometri UV-Vis……………………………………. 15
5. Mercury Analyzer………………………………………….… 19
BAB II PAPARAN LAPORAN
A. Pelaksanaan PKL……………………………………….………... 21
1. Deskripsi Umum………………………………………………. 21
A) Sejarah Singkat…………………………….…………….. 21
B) Visi dan Misi……………………………………………... 22
C) Tugas dan Fungsi………………………………………… 23
1) Tugas……………………………………………….… 23
2) Fungsi………………………………………………… 23
D) Struktur Organisasi ……………………………………... 24
E) Tata Kerja………………………………………………… 24
F) Tugas Tiap Bagian atau 25
Seksi…………………………….
G) Produk Jasa Layanan Kemampuan dan Produk Jasa 28
Layanan Teknologi………………………………………..
2. Deskripsi Khusus …………...………………………………… 31
A) Alat dan Bahan…………………………………………. 31
1) Uji Merkuri…………..……………………………… 31

iv
2) Uji Sianida…………………………………………… 31
B) Cara Pembuatan………………………………………... 32
1) Uji Merkuri: ………………...………………………. 32
a) Larutan HCl 3% 2000 ml……….…………………. 32
b) Larutan NaBH4 0,2% dalam NaOH 0,05% 1000 ml. 32
c) Pembuatan Larutan Standar dan Kurva Kalibrasi.… 33
2) Uji Sianida………………………...…………………. 33
a) Kurva Kalibrasi Sianida…………………………... 33
b) Larutan PBA (Pyridine Barbituric Acid)…….……. 34
c) Larutan Buffer Asetat…………..………………….. 35
d) Larutan Chloramin T………..…………………...… 35
e) NaOH 0,04 M……………………………………… 35
f) Larutan induk CN- 1000 ppm………………..…….. 35
C) Analisis Hg………………………………...…………...…. 35
D) Analisis CN………………………………..……………… 35
B. Hasil dan Pembahan…………………………………..…………. 36
1. Merkuri (Hg) ………………………………….…….………... 36
2. Sianida…………………………………………...…….………. 38
BAB III PENUTUP……………………………………………….. 42
……...
A. Kesimpulan……………………………..………………………… 42
B. Saran……………..……………………………………………...... 42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……… 43

LAMPIRAN……………………...………………………………..……... 46
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar ………………………………. 46
….
Lampiran 2. Tabel Persyaratan Mutu 49
AMDK………………………...
Lampiran 3. Kurva Kalibrasi Merkuri………………. 50
……………….
Lampiran 4. Hasil Analisis Merkuri…………………...... 51
……………
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Sianida……………..……………. 52
…….
Lampiran 6. Hasil Analisis Sianida…….…………………….……… 53
Lampiran 7. Surat Pengantar 54
Observasi……………………………....
Lampiran 8. Surat Ijin 55
PKL…………………………………………...
Lampiran 9. Surat Tugas Pembimbing 56
PKL………………………….
Lampiran 10. Surat Penyerahan 58

v
PKL…………………………………
Lampiran 11. Daftar Hadir Kegiatan 59
PKL……………………………
Lampiran 12. Uraian Kegiatan 61
PKL………………………………….
Lampiran 13. Surat Penarikan 86
PKL…………………………………..
Lampiran 14. Surat Tugas Penguji 87
PKL……………………………...
Lampiran 15. Berita Acara Pelaksanaan Ujian 88
PKL………………….
Lampiran 16. Penilaian Kinerja Mahasiswa 89
PKL…………………….
Lampiran 17. Surat Penerimaan Praktik Kerja 91
Lapangan…………….

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Spektrofotometri UV-Vis…………..…………………… 17
Gambar 2. Mercury Analyzer……………………………………….. 19
Gambar 3. Prinsip Kerja Alat Mercury Analyzer…………………… 20
Gambar 4. Struktur Organisasi BBTPPI Semarang…………………. 24

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Mutu Air Minum Sesuai Syarat Mutu SNI 3553 10
2015………………………………………………………..……….....
Tabel 2. Perbandingan Volume Larutan Standar 1 ppm dan NaOH 34

vi
0,04 M……………………..…………………………………………..
Tabel 3. Hasil Analisis Konsentrasi Merkuri…………..……..……… 38
Tabel 4. Hasil Analisis Konsentrasi Sianida …...…………………..... 40

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Secara Umum

Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang secara langsung
menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan
ilmu dan teknologi melalui praktik industrialisasi mampu menciptakan suatu
tatanan kehidupan dan kesejahteraan umat manusia yang semakin baik.

Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah harus juga


dilengkapi dengan pengetahuan tentang kondisi lapangan yang sesungguhnya.
Menyadari realita tersebut, maka setiap mahasiswa tidak dapat hanya
mengandalkan teori dan praktik di pendidikan formal, tetapi juga harus mau
dan siap untuk menghadapi kenyataan yang ada di lapangan khususnya dunia
kerja. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa dapat melihat dan terjun
langsung dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di lapangan. Oleh
karena itu, Praktik Kerja Lapangan (PKL) dipandang sebagai solusi yang
tepat untuk permasalahan di atas.

Dalam melaksanakan PKL, mahasiswa juga akan memperoleh


informasi teknologi seiring dengan adanya perkembangan dan kemajuan yang
diterapkan dalam dunia industri. Praktik Kerja Lapangan menjadi mata kuliah
wajib bagi mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dari
luar kampus.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada kurikulum program


studi Kimia Universitas Negeri Semarang mewajibkan setiap mahasiswa yang
telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan PKL di sebuah perusahaan
atau instansi yang berhubungan dengan bidang kimia. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan PKL ini dipilihlah Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang karena instansi tersebut
berhubungan dengan bidang kimia dan bergerak dalam bidang penelitian,

1
pengembangan, standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan
pengembangan kompetensi dalam teknologi pencegahan pencemaran industri
sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri.

2. Latar Belakang Secara Khusus

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain
dalam Sistem Tata Surya dan menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Wujudnya bisa berupa cairan, es (padat) dan uap/gas. Manusia dan semua
makhluk hidup lainnya butuh air. Air merupakan material yang membuat
kehidupan terjadi di bumi. Tumbuhan dan binatang juga mutlak
membutuhkan air. Tanpa air keduanya akan mati. Sehingga dapat dikatakan
air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan kata lain air merupakan
zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup. Air juga merupakan
bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik
dibandingkan dengan sumber daya lainnya. (Kodoatie, dkk., 2010).

Era sekarang pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat sangat


bervariasi. Ada masyarakat yang mengambil air minum dari mata air, air
sungai, air tanah baik menggunakan sumur dangkal ataupun dalam dan juga
dari air perpipaan yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) setempat, yang dimasak dahulu sebelum dikonsumsi. Di kota besar,
dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi
air minum dalam kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih
higienis. AMDK diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan disertai
dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat.

Air minum dalam kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum
Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara
langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu (BSN, 2015).
Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai
bentuk wadah, misalnya 19 liter atau galon , 1500 ml / 600 ml ( botol), 240
ml /220 ml (gelas). Pada saat ini telah banyak bermunculan merek air minum

2
dalam kemasan beredar di pasar Indonesia, bahkan sekarang telah
bermunculan air minum dalam kemasan yang di dalamnya terkandung
oksigen. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, kini ada
lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Vit, Ades, Monair, Aguaria,
Prima, dan lain-lain.

Tidak semua air minum dalam kemasan aman untuk dikonsumsi, hal
ini mungkin karena pengawasan yang kurang intensif pada produk yang telah
beredar di pasaran. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya produk air
minum dalam kemasan gelas, pada hasil pengujian terhadap 21 merek air
yang beredar di pasaran, 11 merek di antaranya terbukti bermasalah. Dari 11
produk tersebut, sembilan produk mengandung koloni bakteri mendekati
ambang batas yang telah ditentukan, yaitu 10 mikro bakteri per mililiter.
Sementara dua produk lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas
(Kompas, 2010).

Air minum dikatakan aman bagi kesehatan manusia apabila memenuhi


persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Persyaratan
kualitas air minum ini telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Permenkes RI
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Parameter wajib yang berhubungan langsung dengan kesehatan manusia salah
satunya adalah parameter kandungan kimia anorganik dalam air minum.
Beberapa zat kimia yang termasuk dalam parameter tersebut antara lain
merkuri (Hg), arsen (As), fluorida (F), kromium (Cr), kadmium (Cd), nitrit
(NO2-), nitrat (NO3-), sianida (CN), dan selenium (Se). Berdasarkan parameter
logam berat pada air minum tersebut yang memiliki sifat sangat toksik bagi
tubuh manusia adalah merkuri (Hg) dan karena dapat menyebabkan efek
teratogenik jika di konsumsi dalam waktu yang lama. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualiatas air, kadar merkuri (Hg) dalam air minum tidak
boleh lebih dari 0,001 mg/L (Depkes RI, 2010)

Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu


pertama oleh kegiatan perindustrian seperti pabrik cat, kertas, peralatan

3
listrik, chlorine dan, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh
manusia serta sebagai bahan pembuatan alkil merkuri untuk insektisida pada
pertanian, kedua oleh alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan
peletusan gunung berapi. Merkuri yang dihasilkan oleh kegiatan industri dan
proses penambangan yang terendapkan pada permukaan tanah,
mengakibatkan masuknya polusi merkuri ke dalam tanah dan masuk ke dalam
lingkungan air tanah melalui celahcelah yang dibawa oleh air hujan yang
masuk ke dalam tanah. Logam merkuri mudah masuk ke dalam tanah karena
logam merkuri memiliki sifat mudah mengkristal, sehingga pada saat terjadi
pengkristalan dapat menyebabkan merkuri terakumulasi di dalam tanah dan
akan mencemari air tanah.

Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil
yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan
menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal. Efek toksisitas
merkuri pada manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan
masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang.

Selain merkuri, sianida juga bersifat racun dalam bentuk hidrogen


sianida (HCN) dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat jika dihirup
dalam konsentrasi tertentu. ASTDR (2006) mencatat bahwa konsentrasi HCN
yang fatal bagi manusia jika dihirup selama 10 menit adalah 546 ppm.
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah berhubungan dengan paparan terhadap sianida pada
manusia dalam konsentrasi tertentu telah terdeteksi. Selain itu, sistem saraf
juga menjadi sasaran utama sianida. Paparan HCN secara lama dalam
konsentrasi tinggi dapat menstimulasi sistem saraf pusat yang kemudian
diikuti oleh depresi, kejang-kejang, lumpuh dan kematian. HCN dapat
terserap cepat ke dalam tubuh dan terbawa hingga ke dalam plasma (Pitoi,
2015). Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan pengujian terhadap
kandungan merkuri dan sianida yang terdapat pada air minum bebas kemasan
(AMDK).

4
B. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan PKL
1. Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan ini terbagi
menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
A) Tujuan Umum:
1) Mahasiswa mampu menerapkan ilmu kimia yang diperoleh di
perkuliahan pada dunia industri.
2) Membekali mahasiswa dengan pengalaman, kedisiplinan, dan
komunikasi sebagai persiapan mahasiswa sebelum terjun ke
dunia kerja.
3) Melengkapi salah satu mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa
kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.
B) Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui cara analisis Hg dalam air minum dalam
kemasan dengan menggunakan Mercury Analyzer.
2) Untuk mengetahui cara analisis CN dalam air minum dalam
kemasan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
2. Manfaat
A) Manfaat yang diperoleh praktikan adalah :
1) Memperoleh tambahnya ilmu pengetahuan khususnya tentang
analisis Hg dan CN dalam air minum dalam kemasan dengan
menggunakan Spektrofotometri UV-VIS dan Mercury Analyzer
2) Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dibidang analisis
contoh dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan.
3) Memperoleh pengetahuan teknis tentang Spekrofotometer UV-
VIS dan Mercury Analyzer di Laboratorium aneka komoditi di
BBTPPI Semarang.
B) Manfaat bagi Universitas Negeri Semarang:

5
1) Mempererat hubungan dan kerjasama dengan instansi atau
lembaga yang dijadikan obyek PKL untuk peningkatan
penelitian ilmiah dan ilmu pengetahuan.
2) Sebagai evaluasi di bidang akademik untuk pengembangan mutu
pendidikan sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang
terampil dan profesional di bidangnya.
3) Sebagai sarana perkenalan perkembangan ilmu pengetahuan
untuk pertimbangan dalam menyusun program atau kurikulum
untuk tahun ajaran berikutnya.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL


Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Aneka Komoditi
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang
mulai 8 Oktober 2018 sampai 9 November 2018. Selama kurang lebih satu
bulan tersebut terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan mulai pukul 07.30
WIB – 16.00 WIB dan waktu istirahat pada pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB.

D. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam Praktik Kerja Lapangan ini meliputi :
1. Metode Observasi
Cara pengumpulan data dengan melihat objek-objek permasalahan secara
langsung, sehingga data tersebut dapat tersebut diperoleh secara benar
dan nyata.
2. Metode Wawancara (Interview)
Cara yang digunakan untuk mencari data atau keterangan dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada narasumber,
sehingga didapatkan jawaban yang lengkap dan memuaskan.
3. Metode Praktik Laboratorium (Skill Lab)
Cara pengumpulan data yang digunakan dengan melakukan praktik
menggunakan sarana laboratorium
4. Metode Studi Pustaka

6
Cara pengumpulan data yang digunakan untuk mencari data atau
keterangan dengan membaca dan melihat buku.

E. Tinjauan Pustaka
1. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum
Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara
langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu.
Air dalam kemasan mencakup air mineral dan air demineral. Air
mineral adalah air minum dalam kemasan yang mengandung
mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral,
sedangkan air demineral merupakan air minum dalam kemasan yang
diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, reverse osmosis,
dan proses setara (BSN, 2006).
Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu kemasan galon (19 liter) dan small/single pack.
Kemasan galon biasanya dilakukan pengisisan ulang baik oleh
prodeusen bermerek maupun depot air minum isi ulang (tanpa
merek), dan lebih banyak dikonsumsi oleh konsumen yang berada di
perkantoran, hotel, dan rumah tangga. Sedangkan konsumen utama
AMDK kemasan Small/single pack atau kemasan yang dapat dibawa
secara praktis seperti kemasan 1500 ml/600 ml (botol), 240 ml/220 ml
(gelas) dikonsumsi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan
(Arif, 2009).
Air minum dalam kemasan diproses dalam beberapa tahap baik
menggunakan proses pemurnian air Reverse Osmosis (Tanpa Mineral)
maupun proses biasa Water Treatment Processing (Mineral), dimana
sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral berasal dari mata
air pengunungan. Untuk Air kemasan non mineral biasanya dapat juga
digunakan dengan sumber mata air tanah/mata air pengunungan
(Susanti,2010).

7
Air pegunungan merupakan sumber air yang terbaik untuk air
minum,karena selain letak sumbernya yang jauh di bawah permukaan
tanah, berlokasi di atas ketinggian pegunungan yang masih terjaga
kealamiannya. Selama pengaliran air tersebut di dalam tanah, dalam kurun
waktu harian sampai dengan jutaan tahun, maka terjadilah proses-proses
fisika dan kimia. Proses hidrogeokimia tersebut sangatlah dipengaruhi oleh
faktor komposisi mineral penyusun akuifer (lapisan batuan pembawa air),
proses dan pola pergerakan air tanah serta waktu tinggal air tanah yang
berada di dalam akuifer tersebut. Indonesia mempunyai lebih dari seratus
gunung api aktif maupun non aktif di mana secara geologis gunung-
gunung api tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat
sempurna sebagai akuifer yang memberikan kandungan mineral seimbang
di dalam air.
Proses Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus melalui proses
tahapan baik secara klinis maupun secara hukum ,secara higienis klinis
biasanya disahkan menurut peraturan pemerintah memalui Departemen
Badan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan Reuplik Indonesia (Badan
POM RI) baik dari segi kimia, fisika, microbiologi, dll. Tahapan secara
hukum biasanya melalui proses pengukuhan merek dagang, hak paten,
sertifikasi dan assosiasi yang mana keseluruhannya mengacu pada
peraturan pemerintah melalui DEPERINDAG, untuk SNI (Standar
Nasional Indonesia), Merek Dagang, dll. Untuk masalah air kemasan
tentang Hak Cipta, Hak Paten Merek dll biasanya melalui instansi
KEHAKIMAN untuk pengurusan paten merekjenis barang, dll.
(Susanti,2010).
AMDK harus memenuhi standar nasional (3553-2015) tentang
standar baku mutu air dalam kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh
BPOM RI yang merupakan standar baku kimia, fisika, mikrobiologis.
Serta banyak lagi persyaratan yang harus dipenuhi agar AMDK itu layak
dikonsumsi dan aman bagi kesehatan manusia (SNI, 2015).
Syarat Air Minum

8
Menurut Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,
menyatakan bahwa air minum yang aman bagi kesehatan harus memenuhi
persyaratan fisik, biologi dan kimia.
a. Syarat Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah
(Mandasary,2009).
b. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri,
baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis
bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus
bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bacteria)
tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator
dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Fauziah,2011).
c. Syarat Kimiawi
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain
Kesadahan, Zat Organik (KMnO4), Besi (Fe), Mangan (Mn), Derajat
keasaman (pH),Kadmium (Cd) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan
Standar Nasional Indonesia. Penggunaan air yang mengandung bahan
kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang
diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang
digunakan manusia.

9
Adapun syarat kualitas air minum dalam kemasan menurut Standar
Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Persyaratan Mutu Air Minum Sesuai Syarat Mutu


SNI 3553 2015

10
Sumber : (Badan Standardisasi Nasional, 2015)
2. Merkuri

11
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih
perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) dapat larut
dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Hg memiliki
titik didih 356,6ºC. Hg mudah membentuk alloy amalgam dengan logam
lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag), platinum (Pt), dan tin (Sn). Garam
merkuri yang penting antara lain HgC 12 yang bersifat sangat toksik. Hg2C12
digunakan dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan
detonator yang eksplosif, sedangkan HgS digunakan pigmen cat berwarna
merah terang dan bahan antiseptik (Widowati et al, 2008).

Merkuri anorganik adalah logam murni yang berbentuk cair pada


suhu kamar 25ºC, sehingga mudah menguap. Uap merkuri dapat
menimbulkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan. Di
antara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg),
merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena uap merkuri
tidak terlihat dan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan
yang dilakukan (Palar, 2008). Pada saat terpapar oleh logam merkuri
sekitar 80% dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan
jalur-jalur pernafasan untuk kemudian ditrasfer ke dalam darah. Dalam
darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim
hidrogen peroksida katalese sehingga berubah menjadi ion Hg 2+. Ion
merkuri ini selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan
peredaran darah. Logam ini juga terserap dan akan menumpuk pada ginjal
dan hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan
hati masih dapat dikeluarkan bersama urine dan sebagian akan menumpuk
pada empedu (Palar 2008).

Menurut Widowati et, al (2008 Merkuri (Hg) pada kerak bumi


sebesar 0,08 mg/kg banyak tertimbun di daerah penambangan. Di alam,
merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hgº), merkuri
monovalen (Hg+1), dan bivalen (Hg+2). Apabila masuk ke dalam perairan,
merkuri mudah berikatan dengan klor yang ada dalam air laut dan
membentuk ikatan HgCl. Dalam bentuk tersebut, Hg mudah masuk ke
dalam plankton dan bisa berpindah ke biota laut lain. Merkuri anorganik

12
(HgCl) akan berubah menjadi merkuri organik metil merkuri (CH 3Hg)
oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen di dasar perairan,
merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon berbentuk senyawa
organomerkuri. Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil
merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah.
Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
merkuri dalam ikan meningkat.

Untuk analisis logam sianida yang terkandung dalam air minum


dalam kemasan menurut SNI 3554 (2015) bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

a) Ukur dengan teliti 100 mL contoh dan air suling bebas logam sebagai
blanko ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
b) Tambahkan 5 mL H2SO4 pa, 2,5 mL HNO3 dan 15 mL larutan
KMnO4, ke dalam contoh larutan standar dan blanko, biarkan paling
sedikit 15 menit.
c) Tambah 8 mL larutan K2S2O8 dan panaskan selama 2 jam dalam
penangas air pada suhu 95°C.
d) Dinginkan pada suhu ruang dan tambah 6 mL larutan
(NH2OH)2.H2SO4 untuk mengurangi kelebihan permanganat.
e) Periksa larutan standar dan contoh dengan menggunakan SSA.
3. Sianida
Sianida adalah kelompok senyawa yang mengandung gugus siano
(−C≡N) yang terdapat dialam dalam bentuk-bentuk berbeda (Kjeldsen
1999, Luque-Almagro et al. 2011). Sianida di alam dapat diklasifikasikan
sebagai sianida bebas, sianida sederhana, kompleks sianida dan senyawa
turunan sianida (Smith and Mudder 1991). Sianida bebas adalah penentu
ketoksikan senyawa sianida yang dapat didefinisikan sebagai bentuk
molekul (HCN) dan ion (CN‒) dari sianida yang dibebaskan melalui proses
pelarutan dan disosiasi senyawa sianida (Smith and Mudder 1991).
Kedua spesies ini berada dalam kesetimbangan satu sama lain yang
bergantung pada pH sehingga konsentrasi HCN dan CN‒ dipengaruhi oleh
pH (Kyle 1988). Pada pH dibawah 7, keseluruhan sianida berbentuk HCN

13
sedangkan pada pH diatas 10,5, keseluruhan sianida berbentuk CN ‒ (Kyle
1988). Reaksi antara ion sianida dan air ditunjukkan oleh dalam reaksi di
bawah ini (Smith and Mudder 1991):
CN‒ + HOH → HCN + OH‒
Sianida sederhana dapat didefinisikan sebagai garam-garam
anorganik sebagai hasil persenyawaan sianida dengan natrium, kalium,
kalsium, dan magnesium (Kjeldsen 1999, Kyle 1988). Sianida sederhana
dapat juga didefinisikan sebagai garam dari HCN yang terlarut dalam
larutan menghasilkan kation alkali bebas dan anion sianida (Smith and
Mudder 1991):
NaCN ↔ Na+ + CN‒
Ca(CN)2 ↔ Ca2+ + 2CN‒
Bentuk sianida sederhana biasanya digunakan dalam leaching
emas. Sianida sederhana dapat larut dalam air dan terionisasi secara cepat
dan sempurna menghasilkan sianida bebas dan ion logam (Kyle 1988,
Smith and Mudder 1991). Kompleks sianida termasuk kompleks dengan
logam kadmium, tembaga, nikel, perak, dan seng (Smith and Mudder
1991). Kompleks sianida ketika terlarut menghasilkan HCN dalam jumlah
yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali (Kyle 1988) tergantung pada
stabilitas kompleks tersebut. Kestabilan kompleks sianida bervariasi dan
bergantung pada logam pusat (Smith and Mudder 1991). Kompleks lemah
seperti kompleks dengan sianida dengan seng dan kadmium mudah terurai
menjadi sianida bebas. Kompleks sedang lebih sulit terurai dibanding
kompleks lemah dan meliputi kompleks sianida dengan tembaga, nikel,
dan perak. Sedangkan kompleks kuat seperti kompleks sianida dengan
emas, besi, dan kobalt cenderung sukar terurai menghasilkan sianida
bebas. Golongan senyawa turunan sianida adalah SCN‒ (tiosianat), CNO ‒ ,
dan NH3 (amonia) yang biasanya dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami
dan pengolahan limbah mengandung sianida (Smith and Mudder 1991).
Tingkat ketoksikan sianida ditentukan jenis, konsentrasi dan
pengaruhnya terhadap organisme hidup (ATSDR 2006, Baxter and
Cummings 2006, Smith and Mudder, 1991). Ketoksikan sianida umumnya

14
berhubungan dengan pembentukan kompleks dengan logam yang berperan
sebagai kofaktor enzim. Sebagai contoh, sianida berikatan dengan enzim
yang mengandung logam yang berperan dalam respirasi sehingga proses
respirasi terganggu (Bishop, 2000) Shifrin et al. didalam (Kjeldsen, 1999).
Enzim Fe (III) sitokrom-oksidase adalah salah satu contoh enzim dalam
proses respirasi yang dihambat oleh sianida (Morper, 1999).
Sianida dalam bentuk hidrogen sianida (HCN) dapat menyebabkan
kematian yang sangat cepat jika dihirup dalam konsentrasi tertentu.
ASTDR (2006) mencatat bahwa konsentrasi HCN yang fatal bagi manusia
jika dihirup selama 10 menit adalah 546 ppm. Beberapa gangguan pada
sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah
berhubungan dengan paparan terhadap sianida pada manusia dalam
konsentrasi tertentu telah terdeteksi (ATSDR 2006). Selain itu, sistem
saraf juga menjadi sasaran utama sianida. Paparan HCN secara lama dalam
konsentrasi tinggi dapat menstimulasi sistem saraf pusat yang kemudian
diikuti oleh depresi, kejangkejang, lumpuh dan kematian (ATSDR 2006).
HCN dapat terserap cepat ke dalam tubuh dan terbawa hingga ke dalam
plasma. Garam sianida dan larutan sianida memiliki tingkat ketoksikan
yang lebih rendah dibandingkan HCN karena masuk ke tubuh hanya
melalui mulut (Armour et al. 1987). Namun demikian, ketoksikannya
dapat dianggap sebanding dengan HCN karena mudah menghasilkan
HCN.
Kompleks sianida kurang toksik bila dibandingkan dengan sianida
bebas. Sianida sederhana secara cepat dapat membebaskan sianida bebas
dan menjadi sangat toksik, sedangkan kompleks sianida yang stabil tidak
bersifat toksik selama tidak terurai menjadi sianida bebas. Ketoksikan
kompleks sianida bervariasi tergantung kemampuannya untuk
membebaskan sianida bebas (Baxter and Cummings 2006, Luque-Almagro
et al. 2011). Kompleks sianida yang kuat seperti kompleks sianida dengan
besi dapat dikatakan tidak toksik, tetapi dengan kehadiran radiasi
ultraviolet dapat terurai menghasilkan sianida bebas yang toksik.

15
Untuk analisis logam sianida yang terkandung dalam air minum
dalam kemasan menurut SNI 3554 (2015) bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Pipet 20 mL contoh ke dalam labu ukur 50 mL;
b) Larutan deret standar; Pipet 10 mL larutan baku sianida 1.000 mg/L
ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan air suling hingga tanda
garis (Larutan I). Pipet 10 mL larutan I ke dalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan air .suling hingga tanda garis (larutan II). Pipet 10
mL larutan II ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan air suling
hingga tanda garis (Larutan III ekivalen dengan 1 mg CN- /L);
c) Larutan standar sianida 0,02 sampai 0,12 mg/L. Pipet 1 mL; 2 mL; 3
mL; 4 mL; 5 mL; dan 6 mL larutan III ke dalam labu ukur 50 mL,
encerkan dengan NaOH 0,04 M sampai volume larutan ± 35 mL.
d) Buat larutan blanko menggunakan 35 mL larutan NaOH 0,04 M;
e) Tambahkan 1 mL larutan buffer fosfat 3 N, 2 mL larutan kloramin T
ke dalam contoh, larutan standar dan blanko kemudian aduk, dan
segera tambahkan 5 mL larutan piridin asam barbiturat, aduk lagi
pelan-pelan. Encerkan dengan NaOH 0,04 M sampai tanda garis dan
kocok. Biarkan selama 8 menit, ukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 570 nm.

4. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran
energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu
(Day dan Underwood, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang
gelombang antara 200- 400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai
panjang gelombang 400-750 nm. Spektrofotometri digunakan untuk
mengukur besarnya energi yang diabsorbsi atau diteruskan. Sinar radiasi
monokromatik akan melewati larutan yang mengandung zat yang dapat
menyerap sinar radiasi tersebut (Harmita, 2006). Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga

16
Spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan (Rohman, 2007) yaitu:
a) Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama
c) Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
d) Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
e) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam persamaan (Rohman, 2007):
A = a.b.c (1)
Keterangan:
A = absorban
a = absorpsivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Salah satu syarat senyawa dianalisis dengan spektrofotometri
adalah karena senyawa tersebut mengandung gugus kromofor. Kromofor
adalah gugus fungsional yang mengabsorbsi radiasi ultraviolet dan
tampak, jika diikat oleh gugus ausokrom. Hampir semua kromofor
mempunyai ikatan rangkap berkonjugasi (diena(C=C-C=C), dienon (C=C-
C=O), benzen dan lain-lain. Ausokrom adalah gugus fungsional yang
mempunyai elektron bebas, seperti –OH, N , N , -X (Harmita, 2006).

17
Instrument Spektrofotometri Uv-Vis

Gambar 1. Spektrofotometri UV-Vis


(www.shimadzu.com)
Menurut Khopkar (2003) Instrument Spektrofotometri Uv-Vis adalah:
a. Sumber Cahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah
lampu wolfram. Pada daerah UV digunakan lampu hidrogen atau
lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang
dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang
gelombang tertentu. Monokromator berfungsi untuk mendapatkan
radiasi monokromator dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi
polikromatis. Monokromator terdiri dari susunan: celah (slit) masuk –
filter – prisma – kisi (grating) – celah (slit) keluar.
c. Wadah sampel (kuvet)
Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari
leburan silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
pada daerah pengukuran 190 – 1.100 nm, dan kuvet dari bahan gelas
dipakai pada daerah pengukuran 380 – 1.100 nm karena bahan dari
gelas mengabsorbsi radiasi UV.

18
d. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam
rekorder akan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader
(komputer).
e. Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % transmitan maupun Absorbansi.
Prinsip Kerja Spektrofotometri
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator
pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam
konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap
(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian di terima oleh detector. Detektor kemudian akan menghitung
cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel.
Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
secara kuantitatif (Triyati, 1985).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis Spektrofotometri
UvVis menurut Rohman (2007):
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar Uv-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah
menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b. Waktu Operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan

19
mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi
larutan.
c. Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk
memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat
kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari
suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

5. Mercury Analyzer
Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang
cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah
merkuri pada sampel yang padat, cair, gas dengan operasi yang mudah.
Merupakan metode otomatis dimana sampel disuntikkan ke dalam aliran
kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus
mengalir sebelum mencapai detector. Flow injection analysis salah
satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spectrometer) (Yusnizam,
2008).

Gambar 2. Mercury Analyzer


(www.perkinelmer.com)

20
Prinsip Kerja
Sampel dipanaskan untuk mengubah senyawa merkuri dalam
bentuk atomnya atau dinamakan proses atomisasi, kemudian atom tersebut
akan ditangkap oleh amalgam sehingga yang tinggal hanya uap merkuri.
Analisa pada instrument dilakukan pada panjang gelombang 253.7 nm.
Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube yang
ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri. Besarnya konsentrasi yang
dihasilkan yang terkandung dalam sampel dan sebanding dengan nilai
absorban yang dihasilkan.

Gambar 3. Prinsip Kerja Alat Mercury Analyzer


(http://www.sampling-analisis.com)

21
BAB II

PAPARAN LAPORAN

i. Pelaksanaan PKL
1. Deskripsi Umum
A) Sejarah Singkat
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang yang lebih dikenal sebagai BBTPPI Semarang adalah
Balai Besar bidang litbang teknologi pencegahan pencemaran
industri dibawah Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu
Industri (yang sejak bulan Oktober 2010 merupakan nama baru dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri) Kementerian
Perindustrian sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 47/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006.
Riwayat singkat Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri Semarang
1962 – 1964 : Sebagai perwakilan Balai Penelitian Kimia Bogor
untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
1964 – 1971 : Sebagai Unit PN. PR. Nupiksa Yasa dengan nama
Balai Penelitian Kimia.
1971– 1975 : Sebagai Unit Lembaga Penelitian dan Pendidikan
Industri dengan nama Balai Penelitian Kimia.
1975–1980 : Sebagai Unit Penelitian dan Pengembangan Industri
dan Kerajinan Rakyat dengan nama Balai Penelitian
Kimia.
1980 – 2002 : Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri dengan nama Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri atau disingkat
Balai Industri Semarang.

22
2002 – 2006 : Sebagai Unit Pelaksana teknis Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri dengan nama Balai Riset
dan Standardisasi Industri dan Perdagangan atau
disingkat Baristand Indag Semarang.
2006–sekarang: Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Pengkajian
Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri dengan nama
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri.

B) Visi dan Misi


Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang memiliki visi dan misi sebagai berikut :
1) Visi
“Menjadi pusat unggulan (center of excellence) untuk litbang
teknologi dan layanan teknis dibidang pencegahan pencemaran
industri untuk mendukung pembangunan industri yang
berkelanjutan berorientasi pada kualitas produk dan pelestarian
alam”
2) Misi
a) Memberikan layanan teknis dalam mendukung
pengembangan industri yang berorientasi pada teknologi,
jaminan mutu dan akrab lingkungan melalui penelitian dan
pengembangan, pelatihan, pengujian, konsultasi,
standardisasi dan pengawasan mutu produk, kalibrasi,
sertifikasi, rancang bangun dan perekayasaan industri,
penanganan pencemaran dan audit energi.
b) Melakukan pengkajian, riset, pengembangan dan
pendalaman teknologi pencegahan pencemaran industri
secara berkesinambungan untuk mendukung
pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.
c) Mendukung Pemerintah Pusat dalam rangka
melaksanakan kebijakan pembangunan industri nasional.

23
C) Tugas dan Fungsi
1) Tugas
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,
standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan
pengembangan kompetensi dalam teknologi pencegahan
pencemaran industri sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu
Industri (Badan Penelitian dan Pengembangan Industri).

2) Fungsi
a) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam bidang
teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk,
peralatan, dan pencegahan pencemaran industri.
b) Pelaksanaan rancang bangun dan perekayasaan peralatan
proses, alih teknologi dan konsultansi untuk membantu
pengembangan industri guna meminimalisasi dan
mencegah pencemaran akibat industri.
c) Pelaksanaan layanan teknis pengujian mutu bahan baku,
bahan pembantu, produk akhir, hasil ikutan dan limbah
industri serta sertifikasi dan kalibrasi.
d) Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi.
e) Pelaksanaan pelayanan administrasi kepada semua unsur
di lingkungan BBTPPI, serta penyusunan laporan dan
evaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

24
D) Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Gambar 4. Struktur Organisasi BBTPPI Semarang

E) Tata Kerja
1) Dalam melaksanakan tugas, Kepala BBTPPI, Kepala Bagian,
Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi dan
Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan BBTPPI wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di
lingkungan internal dan atau dengan instansi lain di luar
BBTPPI sesuai dengan bidang tugasnya.
2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan
masing – masing dengan menyampaikan laporan berkala tepat
pada waktunya.
3) Setiap laporan yang diterima oleh Kepala BBTPPI wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun
laporan lebih lanjut serta untuk memberikan petunjuk kepada
bawahan.

25
4) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan
laporan wajib disampaikan kepada satuan–satuan organisasi
lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.
5) Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi
di lingkungan BBTPPI dibantu oleh pimpinan satuan
organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian
bimbingan kepada bawahan masing – masing wajib
mengadakan rapat berkala.

F) Tugas Tiap Bagian atau Seksi


Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang terdiri dari:

1) Bagian Tata Usaha


Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Tata Usaha
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyusunan program evaluasi dan laporan.
b. Pelaksanaan urusan keuangan dan inventarisasi barang
milik negara.
c. Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, perjalanan
dinas, rumah tangga, keamanan, urusan perlengkapan, dan
perawatan serta urusan kepegawaian.
Bagian Tata Usaha terdiri dari :
a) Subbagian Program dan Pelapor
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusun
program, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
b) Subbagian Keuangan
Mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan
inventarisasi barang milik negara.
c) Subbagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat,
kearsipan, perjalanan dinas, rumah tangga, keamanan,

26
urusan perlengkapan, dan perawatan serta urusan
kepegawaian.

2) Bidang Pengembangan Jasa Teknik


Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pengembangan
Jasa Teknik menyelenggarakan fungsi :
a) Perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, pelayanan
pelanggan, kerja-sama, negosiasi, dan kontrak kerjasama
usaha.
b) Perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan teknologi
informasi bagi peningkatan pelayanan jasa teknologi pada
industri, serta pengelolaan perpustakaan.
3) Bidang Pengembangan Jasa Teknik terdiri dari :
a) Seksi Pemasaran dan Kerjasama
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, pelayanan
pelanggan, kerjasama, negosiasi, dan kontrak kerjasama.
b) Seksi Informasi
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pengelolaan, pengembang-an, dan pemanfaatan teknologi
informasi dan perpustakaan.
4) Bidang Penelitian dan Pengembangan
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Penelitian dan
Pengembangan menyelenggarakan fungsi:
a) Perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian
penggunaan sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan
pengembangan dibidang teknologi pengolahan limbah,
produksi bersih, serta rancangan bangunan dan
perekayasaan.
b) Perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian
penggunaan sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan
pengembangan di bidang bioteknologi lingkungan.
5) Bidang Penelitian dan Pengembangan terdiri dari :

27
a) Seksi Teknologi Pengolahan Limbah dan Teknologi
Bersih
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penelitian dan pengembangan alih teknologi dan
konsultasi di bidang pengolahan limbah padat, cair, gas,
udara, kebisingan, B3, teknologi produksi bersih, serta
rancangan bangun dan perekayasaan.
b) Seksi Bioteknologi Lingkungan
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penelitian dan pengembangan alih teknologi dan
konsultasi di bidang bioteknologi bagi pengelolaan
lingkungan dan pengelolaan limbah industri.
6) Bidang Penilaian Kesesuaian
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Penilaian
Kesesuaian menyelenggarakan fungsi :
a) Perencanaan dan pelaksanaan kalibrasi, penyiapan
penerbitan sertifikasi kalibrasi, dan pelaksanaan kalibrasi
ulang.
b) Perencanaan dan pelaksanaan sertifikasi system mutu,
produk, lingkungan, pengambilan contoh, jasa pelayanan
sertifikasi, dan memelihara sistem sertifikasi.
7) Bidang Penilaian Kesesuaian terdiri dari :

a) Seksi Pengujian dan Kalibrasi


Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan produk
industri, dan aktivitas industri yang berpotensi
pencemaran, pelaporan dan evaluasi hasil pengujian, serta
pelaksanaan kalibrasi peralatan, evaluasi hasil kalibrasi,
penyiapan penerbitan sertifikasi kalibrasi dan
melaksanakan kalibrasi ulang.

b) Seksi Sertifikasi

28
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
sertifikasi sistem mutu, produk, lingkungan, pengambilan
contoh, jasa pelayanan sertifikasi, dan memelihara sistem
sertifikasi.

8) Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas
melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing –
masing berdasarkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
a) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok
jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
b) Jumlah dan jenis tenaga fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja.
c) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
G) Produk Jasa Layanan Kemampuan dan Produk Jasa Layanan
Teknologi
1) Jasa Pengujian dan Monitoring Mutu
a) Aneka produk hasil pertanian dan industri, seperti :
1. Kopi, teh, jagung, ikan segar, dan sebagainya.
2. Mie, roti, abon, dendeng, minuman ringan, AMDK, dsb.
3. Produk mebel, antara lain kursi, meja, sofa, dsb.
4. Produk bahan bangunan, berupa keramik, tegel, paving,
dsb.
b) Air dan limbah industri serta lingkungan, meliputi :
1. Air untuk minuman dan air baku industri.
2. Limbah padat, cair, dan gas, termasuk Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3).
3. Monitoring lingkungan laut dan pantai.
2) Jasa Desain dan Rekayasa

29
a) Peralatan proses produksi:
1. Peralatan produksi garam (termasuk garam beryodium),
Air Minum Dalam Kemasan, dll.
2. Peralatan Uji dan pengukuran antara lain (Brighness,
NaCl, Iodium).
3. Peralatan kontrol (Digital pH, dosing pump, dll).
4. Peralatan tepat guna (pengering serba guna, pengering
vakum, arang aktif, penyerbik daging ikan, dll).

b) Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)


Untuk berbagai jenis industri dengan skala kecil
sampai besar sepertii industri tekstil, makanan, minuman,
kertas, logam, dengan berbagai sistem pengolahan seperti
kimiawi, fisika dan biologi, dari sistim sederhana sampai
advance technology.

3) Jasa Riset
a) Bidang Teknologi Pangan dan Industri, meliputi :
1. Peningkatan/perbaikan teknologi proses produksi
industri makanan, minuman dan makanan ternak.
2. Peningkatan/perbaikan teknologi proses produksi
garam/garam beryodium.
3. Studi Kelayakan suatu industri/usaha.
b) Riset di Bidang Teknologi Pengolahan Limbah Industri,
meliputi :
1. Peningkatan/perbaikan teknologi proses pengolahan
limbah industri.
2. Riset lingkungan : Penelitian peruntukan sungai, pantai
dan rona lingkungan, daratan maupun atmosfer dsb.
3. Penyusunan AMDAL, RKL/RPL, Audit lingkungan,
PEL, SEL, dll.
4. Riset rona lingkungan baik lingkungan perairan,
daratan maupun atmosfer.

30
4) Jasa Sertifikasi Mutu:
a) Sistem Mutu ISO 9000.
b) Sistem Mutu Lingkungan ISO 14000.
c) Sistem Mutu Produk (SNI).

5) Jasa Konsultasi Keteknikan:


a) Memberikan konsultasi teknis penerapan sistem mutu ISO
9000, ISO 14000, HACCP, Cleaner Production
Technology, dll.
b) Perbaikan teknologi proses produksi industri makanan,
minuman dan pakan ternak.
c) Perbaikan teknologi proses pengolahan limbah industri.
d) Pengoperasian Instalasi Pengolah Air Limbah Industri
(IPAL) termasuk commisioning dan trial.
6) Jasa Pelatihan
a) Pelatihan reguler maupun berdasarkan pesanan (tailor
made) serta yang bersifat On The Job Training bagi
industri dan masyarakat lain yang memerlukan.
b) Pelatihan dibidang penerapan sistem mutu ISO 9000, ISO
14000, HACCP, Cleaner Production Technology.
c) Pelatihan dibidang teknologi proses produksi industri
makanan, minuman dan pakan ternak.
d) Pelatihan teknologi proses pengolahan limbah.
e) Pelatihan operator IPAL.
f) Pelatihan analis laboratorium.
g) Pelatihan lain untuk teknisi maupun tingkat manajer
dibidang Quality Control, proseccing, finishingend produk
berbagai komoditi.
7) Jasa Kalibrasi
Jasa kalibrasi untuk peralatan laboratorium dan proses
sesuai standar yang berlaku terutama untuk suhu dan massa.

8) Jasa Layanan Informasi:

31
a) Jasa layanan perpustakaan.
b) Layanan penelusuran ilmiah.
c) Layanan informasi paket teknologi.
Adapun mengenai tarif mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2007 mengenai tarif atas jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Departemen
Perindustrian.

2. Deskripsi Khusus
1. Alat dan Bahan
a. Uji Merkuri
a) Alat:
1. FIMS (Flow Injection Mercury Analyzer) dari
Perkin Elmer
2. Beaker glass
3. Labu ukur 2000 ml dan 1000 ml
4. Corong Kaca
5. Gelas Ukur
6. Labu ukur 100ml 10 buah
7. Pipet tetes
8. Neraca analitik
9. Batang pengaduk
10. Spatula

b) Bahan:
1. Larutan Standar Hg
2. Larutan HCl 3%
3. Larutan NaBH4 0,2 % dalam NaOH 0,05%
4. Aquades
5. Sampel AMDK A, B, C, D, dan E

b. Uji Sianida
a) Alat:

32
1. Spektrofotometer UV-Vis dari Shimadzu
2. Labu Ukur 50 ml 7 buah
3. Labu ukur 250 ml 1 buah
4. Labu Ukur 100 ml 1 buah
5. Ball pipet
6. Kuvet
7. Alat shaker
8. Corong kaca
9. Buret 50 ml
10. Beaker Glas
11. Erlenmeyer
12. Neraca Analitik

b) Bahan:
1. Sampel AMDK A, B C, D dan E
2. Larutan Chloramin T
3. Larutan Buffer Asetat
4. Larutan PBA
5. Larutan induk CN 1.000 ppm
6. Aquades
B) Cara Pembuatan
1) Uji Merkuri:
a) Larutan HCl 3% 2000 ml
1. Sebanyak 162 ml HCl pekat di masukkan ke dalam
labu ukur 2000 ml
2. Tambahkan aquades sampai tanda batas pada labu
ukur
3. Kocok hingga larutan tersebut homogen

b) Larutan NaBH4 0,2% dalam NaOH 0,05% 1000 ml


1. Timbang NaBH4 p.a sebanyak 2 gram
2. Timbang NaOH sebanyak 0,5 gram

33
3. Tambahkan aquades pada NaOH dan aduk sampai
larut
4. Masukkan larutan NaOH 0,05% ke dalam labu ukur
1.000 ml
5. Tambahkan aquades sampai tanda batas
6. Tambahkan larutan NaOH 0,05% ke dalam NaBH4
0,2% dan aduk sampai NaBH4 larut
7. Masukkan NaBH4 0,2% ke dalam labu ukur yang
berisi NaOH 0,05%
8. Kocok sampai larutan tersebut homogen
c) Pembuatan Larutan Standar dan Kurva Kalibrasi
1. Ambil larutan induk Hg 1.000 ppm
2. Encerkan menjadi 10 ppm dengan cara ambil 1 ml,
kemudian di masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
dan ditambah HCl 3% sampai tanda batas
3. Larutan diencerkan lagi menjadi 100 ppb dengan
cara ambil 1 ml, kemudian di masukkan ke dalam
labu ukur 100 ml dan ditambah HCl 3% sampai
tanda batas
4. Buat larutan standar dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5,
10 dan 20 ppb dengan mengambil larutan standar Hg
100 ppb sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, 10 dan 20 ml dan
dimasukkan ke dalam masing-masing labu ukur 100
ml dan ditambahkan HCl 3% sampai tanda batas
5. Ukur absorbansi masing-masing larutan standar
tersebut dengan menggunakan Mercury Analyzer
dengan panjang gelombang 253,7 nm dan buat kurva
hubungan konsentrasi Vs absorbansi.

2) Uji Sianida
a) Kurva Kalibrasi Sianida

34
1. Larutan baku induk CN 1000 ppm diambil 1 ml dan
ditambahkan larutan NaOH 0,04 M sampai 100 ml
2. Dari larutan 10 ppm di ambil 10 ml dan
ditambahkan larutan NaOH 0,04 M sampai 100 ml
yang mana konsentrasi larutan standar ini menjadi 1
ppm.
3. Buat larutan standar kalibrasi 0,025; 0,05; 0,075;
0,10; 0,125 dan 0,250 ppm dengan cara seperti
berikut:

Tabel 2. Perbandingan Volume Larutan Standar 1


ppm dan NaOH 0,04 M

Konsentrasi Larutan Larutan


No. Larutan Standar 1 ppm NaOH 0,04 M
Standar (ppm) (ml) (ml)
1 0 0 40
2 0,025 1 39
3 0,05 2 38
4 0,075 3 37
5 0,10 4 36
6 0,125 5 35
7 0,250 10 30

4. Tambahkan 1 ml buffer aseat


5. Tambahkan 2 ml chloramin T
6. Tambahkan 5 ml pyridine barbirutic acid (PBA)
7. Tambahkan aquades sampai tanda batas 50 ml
8. Kocok hingga larutan homogen
9. Ukur absorbansi menggunakan spektrofotometri uv-
vis dengan panjang gelombang 581 nm dan buat
kurva kalibrasi konsentrasi Vs absorbansi.
b) Larutan PBA (Pyridine Barbituric Acid)
1. Sebanyak 15 gram barbituric acid ditambah aquades
secukupnya

35
2. Tambahkan 75 ml pyridine dan 15 ml HCl 37%
3. Tambahkan aquades sampai volumenya 250 ml

c) Larutan Buffer Asetat


1. Sebanyak 82 gram sodium asetat hidrat ditambah
aquades sebanyak 100 ml
2. Masukkan larutan CH3COOH 100 ml dan
ditambahkan aquades sampai 300 ml
3. Simpan dalam botol gelap
d) Larutan Chloramin T
1. Sebanyak 1 gram chloramin T di tambahkan aquades
hingga 100 ml
2. Simpan dalam kulkas
e) NaOH 0,04 M
1. Timbang NaOH sebanyak 3,2 gram
2. Tambahan aquades dan aduk hingga larut
3. Masukkan ke dalam labu ukur 2000 ml dan
tambahkan aquades sampai volume 2000 ml
4. Masukkan ke dalam botol kaca
f) Larutan induk CN- 1.000 ppm
1. Sebanyak 1,6 gram NaOH di tambahkan 2,51 gram
KCN
2. Tambahkan aquades sampai 1.000 ml
3. Simpan dalam botol gelap

C) Analisis Hg
Analisis merkuri pada masing-masing sampel AMDK
dilakukan dengan menggunakan Mercury Analyzer dari
PerkinElmer dengan panjang gelombang 253,7 nm.
D) Analisis CN

36
Masing-masing sampel AMDK ditambahkan 1 ml buffer
aseat, 2 ml chloramin T dan 5 ml pyridine barbirutic acid dan
diamkan selama 8 menit dan analisis sampel dengan
menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dari Shimadzu dengan
panjang gelombang 581 nm.
B. Hasil dan Pembahan
1. Merkuri (Hg)

Pada analisis ini dilakukan pengujian terhadap sampel air


minum dalam kemasan (AMDK) yang mana pada analisis ini untuk
mengetahui kandungan merkuri dalam sampel AMDK. Untuk analisis
ini dibuat larutan standar Hg dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 10 dan 20
ppb di mana pelarut yang digunakan adalah larutan HCl 3%. Larutan
HCl 3% juga digunakan sebagai blanko. Analisis dilakukan dengan
menggunakan Mercury Analyzer dari Perkin Elmer dengan panjang
gelombang 253,7, di mana larutan pembawa dari alat tersebut adalah
HCl 3% dan NaBH4 0,2% dalam NaOH 0,05%. Cara analisis ini
berbeda dengan cara yang terdapat pada SNI 3554:2015 dimana pada
analisis yang ada apa SNI 3554:2015 pada pembuatan larutan standar
Hg dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 mg/L dengan pelarutnya
adalah air suling bebas logam yang mengandung HNO3 dan larutan
pereaksinya adalah HNO3 p.a; H2SO4 p.a; Larutan KMnO4 5%; Larutan
K2S2O8 5 %; Larutan natrium klorida hidroksil-amin sulfat (NH2OH)2.
H2SO4, yang mana larutan-larutan pereaksi ini ditambahkan ke larutan
blanko (air suling bebas logam), larutan standar Hg dan sampel pada
saat melakukan preparasi. Perbedaan yang lain adalah setelah
penambahan K2S2O8 5 % masing-masing larutan standar, sampel dan
blanko dipanaskan dengan penangas air dengan suhu 95% dan setelah
dingin baru ditambahkan (NH2OH)2. H2SO4 untuk mengurangi
kelebihan permanganate. Untuk pengujian di Laboratorium Aneka
Komoditi di BBTPPI sebenarnya juga menggunakan larutan KMnO4
5%, tapi tidak dilakukan penambahan larutan tersebut dikarenakan
larutan tersebut berfungsi sebagai penstabil dan hal ini dilakukan

37
setelah melakukan beberapa pengujian dengan tanpa larutan KMnO4
maupun yang menggunakan setelah dibandingkan hasilnya stabil.

Pada analisis ini dibuatnya larutan standar adalah digunakan


untuk membuat kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi merupakan metode
yang banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi analit serta
menunjukkan kelinieran pengukuran, yaitu dari persamaan regresi
kurva, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) dari
persamaan regresi kurva yang mendekati nilai 1. Hasil kalibrasi dapat
dilihat pada gambar.

Grafik 1. Kurva Kalibrasi Merkuri

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa nilai regresi


kurva kalibrasi yang diperoleh adalah 0,998848. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan linier antara konsentrasi dan absorbansi.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap sampel AMDK. Sampel
yang digunakan adalah sampel A, sampel B, sampel C, sampel D, dan
sampel E. Untuk analisis yang dilakukan dengan mercury analyzer
sampel AMDK langsung diinject ke dalam alat mercury analyzer.
Berbeda dengan analisis dengan menggunakan AAS seperti yang ada
pada SNI 3554:2015, dimana sampel diambil 100 ml ditambahkan 5
mL H2SO4 pa, 2,5 mL HNO3, 15 mL larutan KMnO4 8 mL larutan

38
K2S2O8 dan panaskan selama 2 jam dalam penangas air pada suhu 95°C
dan tambah 6 mL larutan (NH2OH)2.H2SO4 dan dianalisis dengan AAS.
Nilai-nilai konsentrasi masing-masing sampel dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis Konsentrasi Merkuri

No Rata-Rata
Nama Sampel Konsentrasi (ppb)
. Konsentrasi (ppb)
1 Sampel A (1) -0,227
-0,2330
2 Sampel A (2) -0,239
3 Sampel B (1) -0,236
-0,2360
4 Sampel B (2) -0,236
5 Sampel C (1) -0,234
-0,2360
6 Sampel C (2) -0,238
7 Sampel D (1) -0,237
-0,2365
8 Sampel D (2) -0,236
9 Sampel E (1) -0,236
-0,2350
10 Sampel E (2) -0,234

Berdasarkan hasil di atas, diketahui hasil analisis kadar merkuri


yang terdapat dalam masing-masing sampel air minum dalam kemasan
(AMDK) rata-rata konsentrasinya adalah =<0,0002 ppm. Dihasilkannya
konsentrasi di bawah limit deteksi dari mercury analyzer menunjukkan
bahwa pada masing-masing sampel tidak terdapat kandungan merkuri
di dalamnya karena limit deteksi alat mercury analyzer adalah 0,0002
ppm atau 0,2 ppb. Menurut Annisa (2012) deteksi merkuri dengan
mercury analyzer adalah antara 0 sampai dengan 1000 ppb. Hasil
analisis ini menandakan bahwa masing-masing sampel air minum
dalam kemasan (AMDK) aman untuk diminum karena konsentrasinya
tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan dalam SNI
(2015), tentang persyaratan kualitas air minum yang mana nilai ambang
batas untuk merkuri maksimal adalah sebesar 0,001 mg/L.

2. Sianida

39
Penentuan kadar sianida dalam air minum daam kemasan
(AMDK) menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis adalah salah satu cara
untuk mengetahui seberapa banyak kadar sianida yang terkandung
dalam AMDK. Tahap awal yang dilakukan adalah membuat larutan
standar sianida yang bertujuan untuk menentukan kurva kalibrasi.
Sebelum larutan standar tersebut dibaca oleh spektrofotometer, setiap
larutan standar ditambahkan dengan larutan buffer asetat, larutan
chloramin-T 1%, dan larutan pyridine barbituric acid (PBA). Cara
analisis ini memiliki perbedaan dengan yang terdapat pada SNI
3554:2015, dimana larutan pereaksi yang digunakan bukan buffer asetat
melainkan buffer fosfat 3 N. Pada pengujian di Laboratorium Aneka
Komoditi BBTTPI berbeda dengan SNI dikarenakan sudah dilakukan
pengujian dengan metode yang ada pada SNI namun hasilnya tidak
valid untuk itu tidak bisa diterapkan pada pengujian. Pada pengujian
sianida di Laboratorium AK BBTPPI mengacu pada APHA AWWA
4500-CN (2012).
Untuk larutan standar yang dibuat untuk membuat kurva
kalibrasi konsentrasinya adalah 0 (blanko); 0,025; 0,05; 0,075; 0,10;
0,125; dan 0,250 ppm, dimana pelarut yang digunakan adalah larutan
NaOH 0,04 N. Selanjutnya dibaca dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 581 nm. Kurva yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:

40
Grafik 2. Kurva Kalibrasi Sianida

Dari kurva kalibrasi di atas terlihat bahwa nilai regresi yang


diperoleh adalah sebesar 0,99984. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan linier antara konsentrasi dan absorbansi.
Langkah selanjutnya adalah analisa sampel. Untuk preparasi
sampel, sampel dipipet sebanyak 40 mL yang dimasukkan ke dalam
labu ukur. Kemudian ditambahkan dengan larutan buffer asetat
sebanyak 1 mL. Larutan buffer asetat ditambahkan untuk
mempertahankan pH. Larutan buffer asetat terbuat dari sodium asetat
trihidrat dan asam asetat. Larutan buffer asetat mampu menetralkan
penambahan asam maupun basa dari luar.
Selain penambahan larutan buffer asetat, sampel juga
ditambahkan dengan larutan Chloramin-T 1% sebanyak 2 mL. Fungsi
dari penambahan larutan chloramin-T 1% ini adalah untuk mengubah
sianida menjadi sianogen klorida (CNCl). Sianogen klorida selanjutnya
direaksikan dengan pyridine-barbituric acid (PBA) yang ditambahkan
sebanyak 5 mL, larutan akan berubah warna menjadi warna ungu muda
jika sampel positif mengandung sianida. Larutan PBA yang digunakan
harus dalam kondisi yang masih baru karena jika menggunakan larutan
PBA yang sudah lama maka larutan ini akan rusak dan tidak bias

41
digunakan untuk reagen pada saat melakukan analisa sianida. Hasil
yang diperoleh pada masing-masing sampel setelah dilakukan analisis
dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dengan panjang
gelombang 581 nm adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Analisis Konsentrasi Sianida


No. Nama Sampel Konsentrasi Rata-rata
(ppm) Konsentrasi (ppm)
1 Sampel A (1) 0,005
0,005
2 Sampel A (2) 0,005
3 Sampel B (1) 0,014
0,014
4 Sampel B (2) 0,014
5 Sampel C (1) 0,002
0,002
6 Sampel C (2) 0,002
7 Sampel D (1) 0,000
0,000
8 Sampel D (2) 0,000
9 Sampel E (1) 0,000
0,000
10 Sampel E (2) 0,000

Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh rata-rata konsentrasi


pada masing-masing sampel adalah sampel A sebesar 0,005 ppm,
sampel B sebesar 0,014 ppm, sampel C sebesar 0,002 ppm, sampel D
dan sampel E sebesar =<0,002 ppm. Hasil tersebut menandakan bahwa
kadar sianida yang ada di masing-masing sampel tidak melebihi
ambang batas yang telah ditentukan oleh SNI (2015), di mana nilai
ambang batas sianida maksimal adalah 0,05 mg/L dan menandakan
bahwa sampel AMDK tersebut aman untuk dikonsumsi.

42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum
Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara
langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu dan
dikemas dalam berbagai bentuk wadah.
Hasil analisis diperoleh rata-rata konsentrasi merkuri pada masing-
masing sampel adalah =<0,0002 ppm dan rata-rata konsentrasi sianida
pada masing-masing sampel adalah 0,005 ppm, 0,014 ppm, 0,002 ppm,
=<0,002 ppm. dan =<0,002 ppm. Hasil analisis merkuri maupun sianida
yang dihasilkan menunjukkan bahwa sampel aman untuk dikonsumsi
karena konsentrasinya tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan
oleh SNI 3553:2015, yakni untuk merkuri maksimal 0,001 mg/L dan
sianida adalah 0,05 mg/L.

B. Saran
1. Dalam melakukan preparasi maupun analisis harus dilakukan secara
cermat dan teliti.
2. Pastikan peralatan yang digunakan steril ketika akan melakukan
analisa untuk mengurangi tingkat kontaminasi

43
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad.,2009.Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Air


Minum Dalam Kemasan (AMDK).Skripsi,Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Armour, M.A., Browne, L.M. and Weir, G.L. (1987) Hazardous Chemical:
Information and disposal Guide. , University of Alberta, Edmonton.

ATSDR. 2006. Toxicological Profile for Cyanide. Registry, A.f.T.S.a.D. (ed).

Baxter, J. and Cummings, S. 2006. The current and future applications of


microorganism in the bioremediation of cyanide contamination.
Antonie van Leeuwenhoek, Vol. 90 (1), 1-17.

Bishop, P.L. 2000. Pollution Prevention: Fundamentals and Practice.


Singapore: McGraw-Hill Co. Inc.

BSN SNI 3553:2015. Air Mineral. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

BSN SNI 3554:2015. Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga.

Fauziah, A., 2011, Efektivitas Saringan Pasir dalam Menurunkan Kadar


Mangan (Mn) pada Air Sumur dengan Penambahan Kalium

44
Permanganat (KMnO4), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatra Utara, Medan.

Harmita. 2006. Buku Ajar Fisikokimia. Jakarta. Universitas Indonesia

KEMENKES. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


492/MENKES/PER/IV/2010. tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Kjeldsen, P. 1999. Behaviour of cyanides in soil and groundwater: A review.


Water, air and soil pollution, Vol. 115(1-4), 279-307.

Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarif. 2010. Pengelolaan Sumberdaya Air


terpadu. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Kompas, 27 Oktober 2010, Banyak Air Minum Kemasan Bermasalah, dalam


koran online, http://health.kompas.com/read/2010/10/27/1613148/
YLKI.Banyak.Air.Minum.Kemasan.Bermasalah.

Kyle, J. 1988. The extraction and recovery of gold, WASM Metallurgy


Department.

Luque-Almagro, V.M., Blasco, R., Martinez-Luque, M., Moreno-Vivian, C.,


Castillo, F. and Roldan, M.D. (2011) Bacterial cyanide degradation is
under review: Pseudomonas pseudoalcaligenes CECT5344, a case of an
alkaliphilic cyanotroph. Biochemical Society Transactions, Vol. 39(1),
269-274.

Mandasari, R., 2010, Analisis Kadar Besi (Fe) dalam Air Minum Kemasan
dengan Menggunakan Metode Spektofotometri Serapan Atom, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara,
Medan.

Morper, M.R. 1999. Combination Therapy Tackles Wastewater Toxins.


Chemical Engineering. Vol. 106(8), 66-70.

Rohman,  Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 

45
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Smith, A. and Mudder, T. 1991. The Chemistry and Treatment of Cyanidation


Waste. London: Mining Journal Books Ltd.

Susanti, W. 2010, Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium dan Kalsium dalam Air
Minum Kemasan Galon dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang
dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta


Aplikasinya dalam Oseanologi. Jakarta: www.oseanografi.lipi.go.id

Yusnizam, Moh. 2008. Effect of PH In Mercury Nitrate Treatment Using


Membrane System With Biological Pretreatment. A report submitted in
partial fulfillment of the requirement for the award of the degree of
Bachelor of Chemical Engineering. Faculty of Chemical Natural
Resource Engineering. University Malaysia Pahang.

Widowati, W., Astiana S, dan Raymond J. R. 2008. Efek Toksik Logam :


Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Andi
Offset.

www.perkinelmer.com Diakses pada tanggal 30 Oktober 2018.

www.sampling-analisis.com Diakses pada tanggal 30 Oktober 2018.

www.shimadzu.com Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018.

46
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Gambar

PBA saat di Shaker Barbituric Acid p.a

HCl p.a Mercury Analyzer

47
Pencampuran NaBH4 0,2% Larutan HCl 3%
Dalam NaOH 0,05%

Spektrofotometri UV-Vis Larutan deret standar CN

Larutan Chloramin T, Chloramin T p.a


Buffer Asetat & PBA

48
Larutan NaOH 0,04 M NaOH 1 ppm

Larutan deret Standar CN Penimbangan NaBH4

Sampel AMDK HCl 3% & NaBH40,2%


Dalam NaOH 0,05%

49
Lampiran 2. Syarat Mutu Air Mineral SNI 3553:2015

Lampiran 3. Kurva Kalibrasi Merkuri

50
Lampiran 4. Hasil Analisis Merkuri

51
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Sianida

52
Lampiran 6. Hasil Analisis Sianida

53
Lampiran 7. Surat Pengantar Observasi

54
Lampiran 8. Surat Ijin PKL

55
Lampiran 9. Surat Tugas Pembimbing PKL

56
57
58
Lampiran 10. Surat Penyerahan PKL

59
Lampiran 11. Daftar Hadir Kegiatan PKL

60
61
Lampiran 12. Uraian Kegiatan PKL

62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
Lampiran 13. Surat Penarikan PKL

Lampiran 14. Surat Tugas Penguji PKL

86
Lampiran 15. Berita Acara Pelaksanaan Ujian PKL

87
Lampiran 16. Penilaian Kinerja Mahasiswa PKL

88
89
90
Lampiran 17. Surat Penerimaan Praktik Kerja Lapangan

91

Anda mungkin juga menyukai