Bila ingin membuat produk makanan home industri Anda perlu memiliki izin PIRT
(Produk Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan setempat. Ini merupakan izin yang
diperlukan bagi Anda yang menyajikan produk makanan dan minuman yang bisa tahan lama
di atas 7 hari. Persyaratan dokumen yang diperlukan untuk mengurus surat izin ini, antara
lain KTP, pas foto 3×4 sebanyak dua lembar, surat keterangan domisili usaha dari kecamatan,
surat keterangan puskemas atau dokter, denah lokasi dan denah bangunan, rincian modal
usaha dari kelurahan setempat, surat keterangan usaha dari kelurahan setempat, contoh draft
label/kemasan, sampel pangan dan surat kepemilikan jika berbentuk badan usaha berupa
CV/PT.
2. Izin BPOM
Izin BPOM adalah surat izin yang dikeluarkan oleh badan pengawas obat dan
makanan guna melindungi masyarakat terhadap bahaya konsumsi suatu produk yang
dikemas. Hal ini sangat wajib dilakukan selain bisa mengetahui amankah produk Anda untuk
dikonsumsi, dengan pemberian lebel dari BPOM dapat meningkatkan kepercayaan konsumen
Anda. Untuk melakukan pendaftaran produk makanan tersebut bisa dilakukan dengan cara
datang langsung ke kantor Badan POM atau registrasi di website BPOM.
Salah satu hal menarik lainnya adalah jika domisili yang Anda ajukan SKDP nya
berstatus sewa. Artinya dalam pengurusan SKDP, surat perjanjian sewa yang Anda pegang
menjadi salah satu dokumen persyaratan. Ketentuannya, SKDP berlaku untuk satu tahun.
Tapi, SKDP Anda bisa jadi berlaku kurang dari satu tahun mengikuti sisa masa sewa dalam
surat perjanjian sewa. Misalnya, masa sewa adalah Agustus 2017 sampai dengan Agustus
2018. Jika permohonan SKDP diajukan pada Februari 2017, maka masa berlaku SKDP PT
Anda kurang dari setahun karena hanya berlaku sampai dengan Agustus 2018.
Belum lagi di beberapa wilayah, SKDP baru bisa diajukan jika peruntukan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan) sesuai. Artinya, peruntukan dalam IMB bangunan yang dijadikan
domisili usaha harus untuk tempat usaha atau campuran antara tempat tinggal dan tempat
usaha (ruko). Kota lainnya memperbolehkan peruntukan dalam IMB untuk tempat tinggal
dijadikan sebagai domisili usaha. Lebih detail tentang hal ini dapat Anda konfirmasi ke
kelurahan setempat.
Perjuangan Anda belum usai. Saat mengurus NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Badan untuk PT Anda, bisa jadi Anda akan terkendala jika yang menjadi direktur utama
adalah perempuan menikah yang belum memiliki NPWP pribadi. Beberapa kantor pajak akan
menolak memberikan NPWP dengan alasan NPWP nya akan disatukan dengan NPWP suami.
Sementara NPWP pribadi si direktur utama PT merupakan salah satu dokumen persyaratan
dalam pengurusan berbagai dokumen legalitas PT. Selain itu, untuk pengajuan NPWP Badan
saat ini diperlukan NPWP direktur utama dengan format terbaru dimana dalam kartu NPWP
pribadi itu tercantum NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan alamat sesuai KTP direktur
utama PT Anda.
Solusi: Datang langsung ke PTSP setempat untuk mengetahui persyaratan terkini untuk
memberikan solusi pendirian badan usaha. Pastikan pula dokumen seperti KTP dan NPWP
formatnya sesuai dengan persyaratan.
Izin domisili usaha diwujudkan dalam bentuk SKDP yang merupakan salah satu dokumen
legalitas yang esensial. Hal ini dikarenakan biasanya SKDP dijadikan dokumen persyaratan
untuk pengurusan berbagai dokumen legalitas PT Anda. Kendala saat memperoleh SKDP
biasanya dikarenakan tiga hal hal berikut:
Untuk poin nomor 2 diatas terkait dengan larangan di beberapa kota untuk menggunakan
alamat rumah sebagai domisili usaha. Misalnya di Jember dan Banyuwangi, domisili usaha
harus menggunakan alamat bangunan yang peruntukan IMBnya untuk tempat usaha atau
campuran (ruko). Sementara untuk di Bekasi dan Tangerang, penggunaan alamat rumah
sebagai domisili usaha masih diperkenankan hingga saat ini. Untuk kepastian masalah
domisili usaha ini anda harus mengecek aturan terbaru yang dikeluarkan Pemerintah Daerah
setempat.
Salah satu hal yang kerap kali terjadi dan menjadi kendala bagi pengusaha StartUp
dan UMKM adalah adanya perbedaan antara aturan yang berlaku dan praktik di lapangan.
Sebagai contohnya, untuk mendirikan PT di Jember, adanya SE Ka BPTSP Jember 6/2017
menambah persyaratan salah satu direksi PT yang menggunakan Virtual Office harus
memiliki KTP Jember. Bayangkan sebuah PT yang didirikan hanya oleh dua orang pemegang
saham, yang nantinya satu orang menjadi direksi dan yang lain orang menjadi komisaris,
namun keduanya tidak memiliki KTP Jember. Apakah aturan ini memberikan diskriminasi
bagi non penduduk Jember untuk mendirikan PT di Jember yang menggunakan domisili di
Virtual Office? Jika pilihannya merekrut satu orang tambahan untuk memenuhi persyaratan
ini, maka memilih ‘orang ketiga’ bukanlah hal yang bisa diputuskan dengan mudah.
Ketika berbicara mengenai pengurusan SIUP sendiri, sistem online yang mulai
diterapkan seperti di Jember. Sayangnya sistem online ini ternyata masih memakan waktu
yang lama atau lebih lama daripada sistem manual. Mengingat ini adalah terobosan baru,
sumber daya yang tersedia belum mencukupi, misalnya server yang down dan masih butuh
waktu untuk verifikasi data yang memakan waktu sama lamanya dengan sistem manual.
Padahal salah satu cita-cita adanya sistem online perizinan adalah untuk efisiensi waktu dan
kemudahan pengurusan perizinan.
Belum lagi beberapa PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) di wilayah kota, kecamatan,
hingga kelurahan di Jember kerap memiliki kebijakan yang berbeda satu dengan lainnya. Ada
PTSP kecamatan tertentu yang mensyaratkan adanya foto direktur Utama PT saat
menandatangani formulir permohonan TDP tanpa adanya penjelasan mengenai dasar
hukumnya. Ada juga PTSP kelurahan tertentu yang hanya menerima permohonan SKDP
yang dikuasakan hanya pada penduduk Jember, artinya PTSP bersangkutan tidak akan
memproses permohonan SKDP yang kuasanya adalah orang yang tidak memiliki KTP
Jember.
Solusi: Datang langsung ke PTSP setempat atau instansi yang mengeluarkan perizinan untuk
mengetahui persyaratan terkini. Meski sudah banyak instansi yang menjelaskan persyaratan
melalui website mereka, berdasarkan pengalaman kerap terjadi ada aturan terbaru yang belum
bisa diakses online.
Setelah akta pendirian dan SK Menhukham terbit, pengusaha StartUp dan UKM
masih perlu mengurus dokumen-dokumen legalitas. Namun birokrasi yang masih cenderung
berbelit mengakibatkan tidak adanya garansi penyelesaian dokumen legalitas walaupun
persyaratan telah dilengkapi. Belum lagi di beberapa instansi terdapat batasan jumlah berkas
permohonan yang dapat diterima. Tak jarang terjadi penumpukan berkas permohonan di
instansi terkait karena kurangnya sumber daya yang mendukung kinerja instansi. Hal-hal
demikian menyebabkan proses permohonan perizinan pun sulit dimonitor. Di sisi lain, yang
mengajukan izin juga harus memastikan bahwa persyaratan yang mereka siapkan telah
lengkap dan benar.
Solusi: Pelajari aturan yang menjadi dasar hukum suatu perizinan. Biasanya time frame
pengurusan disebutkan dalam aturan tersebut. Pelajari pula persyaratan dan upayakan untuk
melengkapinya sejak awal pengurusan. Bila ada persyaratan yang kurang dan baru disadari di
tengah-tengah proses maka sudah pasti time frame yang ditentukan akan terlewati dan ini
bukanlah kesalahan dari instansi yang mengeluarkan izin.