Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi juga semakin pesat.
Perkembangan teknologi kini telah mencakup berbagai aspek kehidupan. Mulai dari industri,
pendidikan, kesehatan serta penelitian. Penelitian ini dapat mencakup penelitian dari segi
fisik maupun kimia.
Penelitian secara fisik merupakan penelitian terhadap objek atau besaran fisika. Suatu
alat yang mengubah besaran fisik menjadi besaran listrik. Alat ini disebut sensor fisika.
Sedangkan penelitian kimia merupakan penelitian terhadap suatu besaran kimia, dimana
besaran kimia tidak dapat dilihat secara fisik. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapat
mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik.
Sensor adalah detektor yang memiliki kemampuan untuk mengukur beberapa jenis
kualitas fisik yang terjadi, seperti tekanan atau cahaya. Sensor kemudian akan dapat
mengkonversi pengukuran menjadi sinyal bahwa seseorang akan dapat membaca. Kunci
utama yang sama untuk semua sensor adalah konversi: sensor, (atau "detektor"), mendeteksi
dan mengukur benda-benda fisik atau kuantitas. Perkembangan sensor dari waktu kewaktu
sangatlah pesat, saat ini sensor telah dibuat dengan ukuran sangat kecil dengan orde
nanometer, sehingga sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan sensor kimia?
b. Apa syarat sebuah sensor kimia?
c. Bagaimana klasifikasi sensor kimia?
d. Bagaimana aplikasi dari sensor kimia?

1.3 Tujuan Pembahasan


a. Mengetahui yang dimaksud dengan sensor kimia
b. Mengetahui syarat sebuah sensor kimia
c. mengetahui klasifikasi sensor kimia
d. mengetahui aplikasi dari sensor kimia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sensor Kimia


Sensor adalah elemen sistem yang secara efektif berhubungan dengan proses dimana
suatu variabel sedang diukur dan menghasilkan suatu keluaran dalam bentuk tertentu
tergantung pada variabel masukannya, dan dapat digunakan oleh bagian sistem pengukuran
yang lain untuk mengenali nilai variabel tersebut. sebagai contoh adalah sensor termokopel
yang memiliki masukan berupa temperatur serta keluaran berupa gaya gerak listrik (GGL)
yang kecil. GGL yang kecil ini oleh bagian sistem pengukuran yang lain dapat diperkuat
sehingga diperoleh pembacaan pada alat ukur. Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan
untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan
arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran
atau pengendalian.
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus
listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan
yanag menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh
kontroler sebagai otaknya
Sensor adalah detektor yang memiliki kemampuan untuk mengukur beberapa jenis
kualitas fisik yang terjadi, seperti fisika atau kimia. Secara umum sensor dibedakan menjadi :
Sensor kimia, Sensor fisika dan Sensor biologi.
Sensor fisika adalah sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika.
Yang termasuk kedalam jenis sensor fisika yaitu:
 Sensor cahaya
 Sensor suara
 Sensor suhu
 Sensor gaya
 Sensor percepatan
Sensor biologi adalah suatu perangkat sensor yang menggabungkan senyawa biologi dengan
suatu tranduser. Dalam proses kerjanya senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan
molekul yang akan dideteksi yang disebut molekul sasaran. Hasil interaksi yang berupa
besaran fisik seperti panas, arus listrik, potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh
transduser. Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang
dapat dimengerti
Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara mengubah
besaran kimi menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan beberapa reaksi kimia. Yang
termasuk kedalam jenis sensor kimia yaitu :
 Sensor PH
 Sensor Gas
 Sensor oksigen
 Sensor Ledakan

2.2 Syarat Sensor


Sensor yang baik harus memiliki beberapa syarat seperti:
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai
tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor
panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus
ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingan dengan
masuknya berupa sebuah grafik.
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukkan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang
diukur. Sentivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan
keluaran dibandingkan unit perubahan masukan, beberapa sensor panas dapat memiliki
kepekaan yang dinyatakan dengan satu volt per derajat, yang berarti perubahan satu derajat
pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya.
c. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan
masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah
termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posis merkuri.
d. Stabilitas
Kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor
lingkungan.
Ada dua elemen penting pada sensor kimia:
1. Elemen tempat reaksi kimia terjadi. Pada elemen ini reaksi yang terjadi diharapkan adalah
reaksi yang selektif terhadap partikulat yang diinginkan. Reaksi kimia ini biasanya akan
menghasilkan perubahan warna, cahaya fluoresen, perubahan potensial atau panas.
2. Transduser yang bertugas merubah respons tersebut menjadi sinyal dan menerjemahkan
besaran sinyal tersebut ke dalam besaran yang terukur.
Transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi didalam sebuah sistem
transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang
berlainan kesistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optic(radiasi) atau thermal(panas).

2.3 Kasifikasi Sensor Kimia


Sensor ini diklasifikasikan berdasarkan cara deteksinya :
a. Direct Sensor atau Sensor Langsung
yaitu sensor yang bekerja berdasarkan reaksi kimia yang menhasilkan besaran elektrik seperti
resistansi, tegangan, arus atau kapasitas ( tidak ada proses tranduser).
Beberapa contoh sensor langsung seperti:
 chemFet
ChemFET adalah sebuah field effect taransistor kimia. Sensor ini mendeteksi H2 di
udara, O2 didarah, dan beberapa gas yang digunakan dalam militer seperti NH3, CO2,
dan explosive gas
 Sensor Voltametri
salah satu jenis sensor kimia yang prinsip kerjanya didasarkan pada reaksi
elektrokimia, yang mengamati kerja pada kurva arus-potensial.
 Sensor Potensiometri
potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk
pembagi tegangan dapat diatur, biasanya digunakan untuk pengendali suara pada
penguat.
 Pelistor
adalah perangkat solid-state yang digunakan untuk mendeteksi gas yang mudah
terbakar atau untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam konduktivitas
termal ke udara
b. Complex Sensor
yaitu sensor yang tidak secara lansung menghasilkan besaran elektrik melainkan dibutuhkan
bantuan tranduser lain pada sensornya untuk menhasilkan besaran elektrik.
Beberapa contoh complex sensor seperti:
 Sensor Piezoelektrik
Merupakan alat yang dapat mengukur gaya maupun tekanan dengan mengubahnya
menjadi muatan listrik menggunakan prinsip efek piezoelektrik. efek piezoelektrik
adalah efek yang terjadi pada sebuah material solid ketika material tersebut dikenai
tekanan mekanik sehingga menyebabkan muatan listrik terakumulasi didalam material
solid tersebut.
 Sensor Ledakan
Adalah sensor yang dipasang pada mesin yang dirancang untuk mendeteksi geteran
frekuensi tinggi yang disebabkan oleh ledakan.
 Biosensor
Sensor ini adalh klas specila dari sensor kimia, sensor ini digunakan untuk mendeteksi
organisme, sel, organel, enzim, receptor, antibodi, dan lainnya. Contoh disini yaitu
bichemical sensor untuk mendeteksi enzim
Cara kerja biochemical sensor
Elemen sensor disini biasanya digunakan bioreactor untuk mendeteksi dan
memberikan respon biosensor, kemudian akan dianalisa secara difusi, reaksi dari
bireactor, koreaktans, interfering species dan kinetiknya.
Secara umum yang termasuk kedalam jenis sensor kimia yaitu :
a. Sensor pH
pH meter adalah pengukuran pH secara potensiometri. Sistem pengukuran dalam pH
meter berisi elektroda kerja untuk pH dan elektroda refrensi. Perbedaan potensial antara 2
elektroda tersebut sebagai fungsi dari pH dalam larutan yang diukur. Oleh karena itu larutan
yang diukur Aplikasi Optik dan Fiber Optik Sebagai Sensor pH harus bersifat elektrolit.
Penggunaan Sensor pH di Fiber Optic berbasis serat optic untuk mengukur larutan pH.Sensor
pH berfungsi sebagai penentu derajat keasaman atau kebasaan dari suatu bahan.
Prinsip kerja pH meter adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara
larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Elektroda gelas tersebut akan mengukur
potensial elektrokimia dari ion hydrogen.
Gambar 1. Komponen sensor pH

b. Sensor Gas
Sensor gas dapat membaca segala jenis gas yang mematikan, seperti gas yang mudah
terbakar, gas beracun, gas yang dapat menimbulkan ledakan.
Alat ini menggunakan baterai untuk beroprasi, biasanya alat ini akan mengirim sinyal
peringatan menggunakan suara atau gambaran, seperti sinar lampu flashlight ataupun alarm
yang bersuara nyaring saat alat ini merasakan konsentrasi gas yang membahayakan melebihi
level yang telah diatur pada alat tersebut.
Contoh sensor gas:
Sensor pellistor digunakan untuk mendetksi keberadaan gas yang mudah terbakar atau
untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam konduktivitas termal ke udara . Sebuah
pellistor didasarkan pada rangkaian jembatan Wheatstone, dan termasuk dua “beads", yang
keduanya dilapisi gulungan platinum. Salah satu bead (‘aktif’bead) diperlakukan dengan
katalis, yang menurunkan suhu di mana gas di sekitarnya menyala. beads ini menjadi panas
dari pembakaran, menghasilkan perbedaan suhu antara bead aktif dan 'referensi' lainnya. Ini
menyebabkan perbedaan dalam resistensi, yang diukur; jumlah gas yang ada berbanding lurus
dengan itu, sehingga konsentrasi gas sebagai persentase dari batas eksplosi yang lebih rendah
(% LEL *) dapat ditentukan secara akurat.
Gambar 2. Komponen sensor pellistor
Gulungan ini berfungsi baik sebagai pemanas dan sensor suhu .Ketika gas yang mudah
terbakar bereaksi pada permukaan katalitik, panas berevolusi meningkatkan suhu di dalam
perisai panas. Kumparan platina tertanam dalam pelet keramik dilapisi dengan logam
katalitik berpori (paladium atau platinum)

c. Sensor oksigen
Sensor oksigen adalah perangkat elektronik yang mengukur proporsi oksigen (O2) dalam
gas atau cairan yang akan dianalisis.
Aplikasi:
Untuk mengukur konsentrasi gas buang oksigen untuk mesin pembakaran internal dalam
mobil atau kendaraan lainnya. Selain itu sensor oksigen banyak digunakan dalam medis
seperti monitor anestesi, respirator dan konsentrator oksigen.
Komponen pentingnya terdiri dari bahan zirconia (zirconium dioxide), elektroda
berbahan platinum, dan sebuah elemen pemanas. Sensor oxygen menghasilkan sebuah sinyal
tegangan yang didasarkan pada jumlah kandungan oxygen pada saluran exhaust
dibandingkan dengan oxygen atmospheric. Elemen zirconia memiliki dua sisi berlawanan
yang satu sisi mengarah ke saluran exhaust dan yang lain mengarah ke atmosphere luar.
Masing-masing sisi memiliki sebuah elektroda berbahan platinum yang menempel pada
elemen zirconianya.
Cara Kerja:
Ketika oxygen exhaust berkadar tinggi, tegangan keluaran sensor oxygen akan rendah.
Ketika oxygen exhaust berkadar rendah, tegangan keluaran sensor oxygen akan tinggi.
Perbedaan yang tinggi dalam kandungan oxygen antara saluran exhaust dan atmospheric
memperbesar sinyal tegangan.
Gambar 3. Komponen sensor oksigen

d. Sensor ledakan
Merupakan sensor yang mendeteksi ketukan-ketukan mesin atau mendeteksi pembakaran
yang tidak normal. Sensor ketukan menghasilkan suatu tegangan listrik ketika dikenai getaran
Prinsip kerja:
Ketika mesin mengalami ketukan atau knocking maka knock sensor akan
mendeteksinya. Kemudian knock sensor akan mengirimkan data ke ECU bahwa telah terjadi
knocking pada mesin. Untuk mendeteksi getaran atau knocking pada mesin maka knock
sensor memakai komponen piezo electric. Komponen piezo electric ini akan mengirimkan
signal output yang sebanding dengan getaran yang terjadi pada mesin. Ketika ECU menerima
data dari knocking sensor maka ECU akan memerintahkan pengapian untuk dimundurkan
beberapa derajat sampai tidak terjadi lagi knocking. Setelah knocking hilang, maka knocking
sensor akan mendeteksi bahwa tidak ada lagi getaran atau kenocking pada mesin dan
kemudian knocking sensor akan mengirimkan data signal ke ECU. Pada ECU akan
memajukan kembali saat pengapian seperti semula jika tidak terjadi lagi knocking.

2.4 Aplikasi Sensor Kimia


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara
mengubah besaran kimi menjadi besaran listrik.
b. Syarat sensor kimia:
- Linearitas
- Sensitivitas
- Tanggap Waktu
- Stabilitas
c. Secara umum yang termasuk kedalam jenis sensor kimia yaitu :
- Sensor pH
- Sensor Gas
- Sensor Oksigen
- Sensor Ledakan
d. Salah satu aplikasi sensor kimia: Identifikasi Daging Segar Dan Busuk Menggunakan
Sensor Warna Rgb Dan Ph Meter Digital
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai