Anda di halaman 1dari 15

Nyeri Pada Kedua Lutut

Togu Jastin Lodewiyk Simarmata 102018149

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstrak
Osteoarthritis adalah gangguan sendi yang paling umum dan penyebab utama
kecacatan dengan dampak sosial - ekonomi utama.Hal ini terjadi ketika tulang rawan
atau bantalan antara sendi rusak menyebabkan nyeri, kekakuan, bengkak dan rasa
sakit.Sendi yang paling sering terkena adalah pada lutut, panggul, dan pergelangan
kaki.Osteoarthritis dipercayai disebabkan oleh stres mekanik pada proses inflamasi
kelas bersama dan rendah. Ini kemudian akanberkembang sebagai tulang rawan
hilang dengan akhirnya tulang yang mendasari menjadi terpengaruh. Diagnosis
biasanya didasarkan pada tanda-tanda dan gejala dengan pencitraan medis dan tes
lainnya kadang-kadang digunakan untuk mendukung atau menyingkirkan masalah
lain.Perawatan yang bisa digunakan seperti melalui pendidikan, terapi, penurunan
berat badan atau diet dan juga dengan menggunakan obat.

Kata kunci: osteoarthritis, tulang rawan, tulang subchondral

Abstract
Osteoarthritis is the most common joint disorder and a major cause of
disability with a major socio-economic impact. It occurs when the cartilage or
cushion between joints breaks down leading to pain, stiffness swelling and pain.The
most commonly involved joints knees, hips and ankle.Osteoarthritis is believed to be
caused by mechanical stress on the joint and low grade inflammatory processes. It
develops as cartilage is lost with eventually the underlying bone becoming
affected.Diagnosis is typically based on signs and symptoms with medical imaging
and other tests occasionally used to either support or rule out other
problems.Treatments that can be used such as through education, therapy, weight
loss or diet and also by using medications
Keywords: osteoarthritis, cartilage, subchondral bone
Pendahuluan
Osteoarthritis (OA) hasil dari kegagalan tulang rawan artikular yang
disebabkan oleh interaksi yang rumit dari genetik, metabolisme, biokimia, dan faktor
biomekanik dengan komponen sekunder peradangan. Proses ini melibatkan degradasi
dan perbaikan interaktif proses tulang rawan, tulang, dan sinovium.
Kondrosit mungkin sel-sel yang paling penting bertanggung jawab untuk
pengembangan proses osteoarthritic. Manusia dan hewan studi menunjukkan bahwa
kondrosit menunjukkan berbagai fitur metabolisme normal sebagai bagian dari proses
osteoarthritis. Ini termasuk peningkatan tingkat proliferasi, sintetis, dan aktivitas
degradatif.
Namun, tanggapan fisiologis normal yang diamati pada osteoarthritis tidak
dapat direproduksi oleh faktor selular tunggal dimurnikan.perubahan patologis di
jaringan sendi lainnya, seperti peradangan pada sinovium, dapat mempengaruhi
aktivitas kondrosit. Dengan demikian, semua jaringan di sendi sinovial berkomunikasi
satu sama lain dan mempengaruhi perilaku masing-masing. Oleh karena itu, ada
kemungkinan bahwa kombinasi faktor hadir dalam hasil bersama di beberapa
perubahan metabolik.

Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke
diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis
kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya,
termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan
terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-
anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:


1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
6. Riwayat pribadi
Riwayat sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit. Sebagaimana
biasanya diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis; ditanyakan pula
faktor pemberat penyakit dan hasil pengobatan untuk mengurangi keluhan pasien.
Pada kasus di dapat keluhan utama adalah pasien merasakan nyeri dan kaku pada
lututnya sejak 2 tahun yang lalu.
Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki, bangun dari duduk
yang lama. Selain itu pasien lututnya terasa kaku saat bangun tidur selama ±30 menit
dan pada lututnya sering berbunyi ‘kretek-kretek’.

Pemeriksaan Fisik
emeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan
fisik yang biasanya dilakukan atau ditemukan pada tersangka osteoartritis adalah
sebagai berikut :
1. Inspeksi
 Gaya berjalan
 Posisi lutut saat berdiri
 Warna kulit
 Pembengkakan / massa di bagian anterior-posterior dan lateral-medial
2. Palpasi
 Massa / pembengkakan sendi
 Nyeri tekan
 Deformitas
 Dislokasi patella
 Tanda-tanda peradangan
3. Pergerakkan
 Fleksi, ekstensi dengan ROM: 0-120o
 Rotasi internal dan eksternal
4. Krepitasi
Dapat didengar karena gesekan kedua permukaan tulang pada saat sendi
digerakkan atau secara pasif di manipulasi.1
5. Pemeriksaan TTV
Suhu, denyut nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, kesadaran, berat badan, dan
tinggi badan.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan artosentesis sebagai
suatu indikasi untuk memastikan diagnosis. Namun perlu diperhatikan
kontraindikasi yaitu pada sendi yang tidak stabil. Hal ini biasanya terjadi pada
tingkat ostearthritis yang lebih tinggi dimana terjadi deformitas. Selain itu
pada osteoarthritis yang sudah parah juga dapat ditemukan gangguan sendi
celah sendi menyempit dan jumlah cairan sendi berkurang. Pengambilan
cairan sendi akan semakin memperburuk keadaan pada kondisi ini.2
Cairan sendi normal adalah ultra filtrate atau dialisat dari plasma.
Dengan demikian kadar ion-ion dan molekul-molekul kecil ekuivalen dengan
kadarnya di dalam plasma, sedang protein kadarnya lebih rendah. Protein
plasma yang berpindah dari plasma ke cairan sendi bergerak melalui difusi
dengan tingkat kecepatan yang terbalik dengan ukurannya.2
Pada artrosentesis dapat dilakukan pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, tes mikrobiologi, tes kimia serta tes imunologi.Pada
pemeriksaan makroskopik yang dapat dilihat ialah warna cairan sendi, tes
musin, tes viskositas dan melihat bekuan dalam sendi. Diantara keempat jenis
tes tersebut hanya tes warna yang masih bisa digunakan untuk kasus
osteoarthritis. Pada tes warna umumnya didapatkan perubahan warna cairan
sendi dari bening menjadi warna kuning jernih. Tes yang lain umumnya tetap
terlihat seperti keadaan normal.2
Hasil pemeriksaan laboratorium lain pada OA biasanya tidak banyak
berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-
batas normal.Pemeriksaan imunologi (ANA, factor rheumatoid, dan
komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin
didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang,
peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.3

 Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA
cukup memberikan gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran
radiografi yang menyokong diagnosa OA adalah:3
1. Penyempitan celah sendi yang sering asimetris (lebih berat di bagian yang
menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
3. Kista tulang.
4. Osteofit pada pinggir sendi.
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

Diagnosis Banding
1. Gout Arthritis
Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout juga suatu istilah yang dipakai
untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya
konsentrasi asm urat ( hiperurisemia). Secara klinis, gout ditandai dengan
timbulnya artritis, tofi, dan batu ginjal yang disebabkan karena terbentuk dan
mengendapnya kristal monosodium urat. Tofi seringkali terbentuk pada daerah
telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal
digiti I, dan sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah
khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki
sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan,
dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai
satu minggu namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga merupakan
predileksi kedua untuk serangan ini.4,5
2. Rheumatoid Arthritis
Rematoid artritis merupakan penyakit inflamasi kronik yang dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya dan merupakan manifestasi utama poliartritis
progresif. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya sinovitis erosif simetrik. Selain karena penyakit autoimun,
rematoid artritis juga disebabkan karena kelainan genetik, hormon seks dan
infeksi. Gangguan sendi ini biasanya mengenai sendi perifer pada tangan dan
kaki yang umumnya bersifat simetris. Sebagian besar pasiennya menunjukkan
gejala hilang timbul yang bila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan
yang lebih parah pada sendi dan disabilitas. Rematoid artritis biasanya lebih
sering dijumpai pada wanita dibandingkan laki-laki. Pada pemeriksan darah
rutin didapatkan peningkatan pada LED, CRP, ANA, RF, dan anti-CCP.

3. Bursitis
Merupakan peradangan akut dan kronis. Nyeri dan cenderung membatasi
pergerakan. Akut: jika disentuh/bergerak akan timbul nyeri di daerah yang
meradang. Kulit di atas bursa kemerahan dan membengkak. Disebabkan oleh
infeksi atau gout menyebabkan nyeri yang luar biasa dan daerah yang terkena
tampak kemerahan dan teraba hangat. Kronis: akibat dr serangan bursitis akut
sebelumnya atau karena cedera yang berulang. Bursa menebal dan di
dalamnya ada endapan kalsium padat. Sehingga membatasi pergerakan dan
otot mengalami penciutan (artrofi) dan menjadi lemah. Penatalaksanaa bursa
yang terinfeksius harus dikeringkan dan diberi antibiotik. Bursitis akut non-
infeksius biasanya diobati dengan istirahat dimana sementara sendi yang
terkena tidak digerakkan dan diberi obat OAINS (ibuprofen, Naproxen,
Ketoprofen, dll). Kronis: endapan kalsium dibuang melalui jarum atau
pembedahan. Kortikosteroid bisa langsung ke dalam sendi. Terapi fisik untuk
mengembalikan fungsi sendi.6

Working Diagnosis
Osteoartitis (OA) adalah penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Kelainan pada rawan sendi tergantung pada sendi yang
terkena, tetapi prinsipnya adalah ada tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan struktur
dan fungsi rawan sendi seperti persambungan sendi yang tidak normal, gangguan
fleksibilitas, pembesaran tulang serta gangguam fleksi dan ekstensi, terjadinya
instabilitas sendi, timbunya krepitasi baik pada gerakan aktif maupun pasif. Vertebra,
panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Pasien OA biasanya
mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada beban pada sendi. Pada
derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus-menerus sehingga mengganggu
mobilitas pasien.6
Osteoartritis terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Primer
Penyebab tak diketahui, akibat proses penuaan alami. Dialami setelah usia 45
tahun, tidak diketahui penyebab secara pasti, menyerang perlahan tapi pasti, dan dapat
mengenai banyak sendi. Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul, bisa juga sendi
lain seperti punggung dan jari-jari.
2. Sekunder
Dialami sebelum usia 45 tahun, penyebab trauma (instability) yang
menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak
sejajar), akibat sendi yang longgar dan pembedahan pada sendi. Penyebab lain adalah
faktor genetik dan penyakit metabolik. Patogenesis OA tidak hanya melibatkan
faktor-faktor gaya biomekanis, tetapi juga inflamasi, biokimia, dan imunologi. Untuk
memahami patofisiologi OA, perlu mengenali sendi yang normal.7

Etiologi
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi teruma pada sendi penopang tubuh.
Dahulu, penyakit ini dianggap sebagai proses penuaan normal. Namun, sekarang telah
ditemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab osteoartritis, diantaranya:8
1. Usia
Peningkatan usia merupakan faktor terkuat penyebab terjadinya osteoartritis.
Semakin tua seseorang, maka semakin rentan dia terkena penyakit radang
sendi ini, semakin berat pula osteoartritis-nya. Osteoartritis hampir tidak
pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada usia 40 tahun, dan sering pada usia
60 tahun.
2. Jenis kelamin
Pada usia 50 tahun keatas, osteoartritis lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Hal ini berkaitan dengan terjadinya penurunan hormon
estrogen pada wanita akibat menopause.
3. Genetik
Seseorang yang lahir dari ibu dengan osteoartritis memiliki resiko yang lebih
tinggi dibandingkan seseorang yang lahir dari ibu normal.
4. Kegemukan
Kegemukan dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis baik pada sendi
penyokong tubuh dan sendi lainnya, karena menyebabkan kerja sendi menjadi
lebih berat.
5. Cedera sendi
Osteoartritis dapat disebabkan karena adanya trauma sendi. Contohnya, cedera
akibat olahraga. Biasanya, pada lansia, osteoartitis terjadi akibat trauma sendi
ringan berulang seperti sering jatuh.

Epidemiologi
Penyakit ini tidak terkonsentrasi pada wilayah tertentu di belahan bumi.
Namun penyakit ini sangat umum dijumpai pada usia lanjut. Data yang dimiliki di
Indonesia adalah data OA pada sendi lutut. Didapat prevalensi OA pada pria 15,5%
dan wanita 12,7%. Angka yang cukup tinggi ini membuat osteoarthritis mempunyai
dampak yang cukup besar. Diperkirakan 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena osteoarthritis.3

Patofisiologi
OA akan mengenai seluruh bagian dari persendian, termasuk kartilago,
tulang subchondral, synovial, dan otot sekitarnya. Secara umum berdasarkan
patogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan OA sekunder. OA
primer disebut juga OA idiopatik yaitu jenis OA yang penyebabnya tidak diketahui
dan tidak ada hubungan dengan penyakit sistemik serta perubahan lokal yang terjadi
pada sendi. Sedangkan yang disebut sebagai OA sekunder ialah OA yang didasari
pada kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
makro serta imobilisasi yang terjadi dalam waktu yang lama.
OA ditandai fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu
peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit sebagai
kompensasi perbaikan. OA terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan
sendi, remodeling tulang, dan inflamasi cairan sendi. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa tulang rawan sendi dapat memperbaiki diri sendiri dimana
kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses ini
dipengaruhi faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan
membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis
asam deoksiribonukleat (DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor
pertumbuhan yang berperan adalah IGF-1, growth hormone, transforming growth
factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Namun pada keadaan
inflamasi terjadi suatu kondisi dimana sensitivitas sel terhadap faktor pertumbuhan
menurun. Selain faktor-faktor pertumbuhan tadi, hormon seperti testosteron, β-
estradiol dan kalsitonin juga memiliki peranan dalam sintesis komponen kartilago9,10
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme
rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung
berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali respon
imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Pada rawan sendi pasien juga terjadi
peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik dan
menyebabkan gangguan suplai darah. Ini menyebabkan penumpukan thrombus dan
kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadi iskemia
dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini menyebabkan dilepaskannya mediator
kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang menimbulkan bone angina lewat
subkhondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensible yang dapat
menghantarkan rasa sakit. Penyebab sakit juga dapat berupa akibat dari dilepaskannya
mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglansin yang menyebabkan radang sendi,
peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja
berlebih. Sakit pada sendi juga bisa karena osteofit yang menekan periosteum dan
radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intrameduler akibat stasis vena intermedular karema proses remodeling pada
trabekula dan subkondrial. Peran makrofag dalam cairan sendi juga penting, yaitu
apabila dirangsang oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau
CSFs, akan memproduksi sitokin-sitokin yang merangsang kondrosit untuk
memprosuksi CSFs yang sebaliknya akan mendegradasi rawan sendi secara langsung.
Interleukin-1 (salah satu sitokin) mempunyai efek multiple: meningkatkan sintesis
enzim yang mendegradasi rawan sendi, menghambat sintesis dan perbaikan normal
kondrosit.9,10
Pada saat terjadi jejas yang menyebabkan nekrosis sel, material hasil
nekrosis (yang dikenal sebagai CSFs) akan memproduksi suatu sitokin aktivator
plasminogen yang disebut sebagai katabolin. Sitokin ini terdiri dari interleukin, tumor
necrosis factor dan interferon. Sitokin ini akan merangsang pembentukan CSFs
tambahan yang akan mempengaruhi monosit untuk mendegradasi rawan sendi secara
lebih lanjut. Selain itu adanya sitokin ini juga akan mempercepat proses resorpsi
matriks rawan sendi. Adanya interlekuin-1 juga memiliki efek yang banyak terhadap
cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi
seperti stromelisin dan kolagenosa. Selain mendegradasi rawan sendi, enzim ini juga
menghambat proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit. Efek antagonis dapat
terlihat antara sitokin terhadap faktor pertumbuhan. Sitokin cenderung merangsang
degradasi komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan
merangsang sintesis. Namun yang menjadi permasalahan adalah pada penderita OA
seringkali didapatkan penurunan kadar faktor pertumbuhan seperti insulin-like growth
factor 1/IGF-19,10

Gejala Klinis
Gambaran klinis yang tampak pada pasien osteoarthritis umumnya ialah sebagai
berikut:3
 Nyeri sendi
Keluhan ini yang umumnya disampaikan oleh pasien saat pertama kali
bertemu dengan dokter. Pasien biasanya merasa bertambah nyeri pada saat
beraktivitas dan berkurang nyerinya saat beristirahat. Nyeri pada osteoarthritis
juga dapat berupa penjalaran maupun akibat radikulopati misalnya pada
osteoarthritis servikal dan lumbal. OA lumbal dapat menimbulkan stenosis
spinal yang berujung pada rasa nyeri di daerah betis yang disebut sebagai
claudicatio intermitten.
 Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini umumnya semakin bertambah parah seiring bertambahnya rasa
nyeri.
 Kaku pagi
Kaku biasanya timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi dalam waktu
yang lama maupun setelah bangun tidur.Setidak-tidaknya didapati 20 menit
keadaan kaku sebelum sendi dapat digerakan lagi.
 Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
 Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali di lutut
atau tangan) pelan-pelan membesar.
 Perubahan gaya berjalan
Gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA pergelangan kaki,
tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan
atau fungsi sendi yang lain merupakan ancaman besar untuk kemandirian
pasien OA yang umumnya tua.
Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarkan distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat
ringannya sendi yang terkena. Pengelolaan terdiri dari 3 hal:6
1. Terapi non-farmakologis
 Edukasi atau penerangan
Agar pasien mengetahuo seluk-beluk penyakitnya, bagaimana menjaga
agar tidak semakin parah dan persendiannya bisa tetap digunakan.
 Terapi fisik/rehabilitasi
Untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien melindungi sendi yang sakit/
 Penurunan berat badan
Berat badan berlebih ternyata faktor yang memperberat OA. Karena itu,
berat badan harus dijaga tidak berlebih.
2. Terapi farmakologis
 Analgesik oral non opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri
penyakitnya, terutama dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit. Banyak sekali obat-obatan yang dijual bebas yang mampu
mengurangi rasa sakit.Pada penderita osteoarthritis yang digunakan
sebagai lini pertama penanganan penyakit adalah asetaminofen.
Asetaminofen/Paracetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang
berasal dari golongan Para Amino Fenol. Dosis yang digunakan berkisar
antara 350-650 mg dan digunakan 4 kali sehari. Obat ini dapat
mengurangi rasa nyeri dalam tingkat ringan yang timbul akibat gejala
awal dari osteoarthritis. Yang perlu diperhatikan adalah efek samping obat
yang dapat menyebabkan reaksi alergi seperti eritemia, urtikaria dan
demam. Selain itu dapat timbul nefropati analgesik. Dalam dosis yang
toksik maka bisa terjadi nekrosis hati dan tubuler ginjal.6,11
 Analgesic topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan
banyak sekali yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba
terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-obatan peroral lainnya.
Contohnya adalah Capsaicin yang berasal dari ekstrak cabe merah.
Capsaicin melepas substansi P dari serabut saraf sehingga dapat
mengurangi nyeri pada osteoarthritis. Agar efektif, Capsaicin harus
digunakan secara reguler setidak-tidaknya selama 2 minggu. Pemberian
Capsaicin dapat dikombinasikan dengan analgesik maupun OAINS.6,11
 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya
pasien mulai datang kedokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk
pemberian OAINS, oleh karena obat gologan ini di samping mempunyai
efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena pasien
OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus
sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan
dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu pengawasan
terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan.
OAINS juga bersifat toksik dan mengiritasi lambung, jadi harus berhati-
hati pada pemberiannya. Bisa diberi naproxen 375 – 500 mg 2x sehari,
salisilat 1500 mg 2x sehari, naproxen 600 – 800 mg 2x sehari. Bisa
diberikan juga OAINS COX-2 selektif untuk mengurangi iritasi
gastrointestinal seperti celecoxib dengan dosis 100 – 200 mg per hari.
 Chondroprotective agent
Obat-obat yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang
rawan sendi pada asien OA. Sebagian peneliti menggolongkan obat-obat
tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini
yang termasuk kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat,
kondoritin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide dismutase,
dsb.
3. Terapi bedah
 Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus, dsb.
 Arthroscopic debridement dan joint lavage
 Osteotomi
 Artroplasti sendi total
Dilakukan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.6
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat
dua macam komplikasi yaitu:12
1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah
ialah terjadi kelumpuhan.
2) Komplikasi Akut
- Micrystaline arthrophy
- Osteonekrosis
- Bursitis

Pencegahan
Secara umum pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terkena
osteorarthritis adalah:13
1. Mengatur diet dan pola makan sehingga berat badan tetap stabil dan tidak terjadi
obesitas.
2. Menghindarkan diri sebisa mungkin dari kemungkinan trauma yang dapat terjadi.
3. Konsumsi suplemen yang bersifat chondroprotective agents seperti kondroitin
sulfat dan glikosaminoglikan.
4. Aktivitas fisik teratur namun hindari aktivitas fisik yang memberi beban terlalu
berat pada tubuh, apalagi bila sudah berusia lanjut.
5.
Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
osteoartritis. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang,
dan ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru
pada permukaan persendian. Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien,
terutama bila menyerang sendi lutut. Namun, dengan penanganan yang baik dan
teratur, penyakit ini dapat segera diatasi.
Daftar Pustaka
1. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta: EGC;
2009. h.365-9.
2. Prince SA, Wilson FM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Dalam: Michael AC, penyuting. Oateoartritis. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2005.p.1380-3
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid III. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 3197-
342.
4. Moskowitz RW, Altman RD, Hochberg NC, Bickcalter JA, Goldberg VM.
Oateoarthritis diagnosis and medical surgical management.USA: Lippincott
Williams and Milkins. 2007.h.1-17.
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi ke-6 Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.
6. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed:4 Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.
7. Bickley LS, Szilagyi PG. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates: buku
saku. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2008.h.1-9, 15, 64-70
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit
dalam. Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2015. h.3099-105.
9. Soemasto AS, Amelz H, Junadi P, dkk. Kapita selekta kedokteran. Ed.4 Vol.2.
Jakarta: Media Aeculapius; 2014.h.833-9.
10. Firestein GS, Budd RC, Harris ED, etc. Kelley’s textbook of rheumatology. 8 th
edition. Philadelphia: Elsevier Publisher; 2009.p.1525-73.
11. Brashers VL.Aplikasi klinis patofisiologi.Jakarta:EGC.2007.h.351-5.
12. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Dokter keluarga. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008. h.273-75.
13. Beers MH, Berkow R. The merck manual of geriatrics. 3 th edition. New York:
Merck & Co. Inc; 2004.p.489-93.

Anda mungkin juga menyukai