1. Tujuan
Berkendara dengan sepeda motor, memiliki resiko kecelakaan yang jauh lebih besar
dibandingkan kendaraan lain. Kecelakaan yang terjadi tidak hanya bisa menimpa
pengendara saja tetapi juga orang lain. Penyebabnya bisa berbagai hal, mulai dari kondisi
sepeda motor, kondisi lingkungan, kondisi fisik si pengendara, cara berkendara dan yang
utama adalah kondisi mental si pengendara.
Ruang lingkup
Club sebagai komunitas pengendara sepeda motor Club memiliki anggota yang bervariasi
latar belakang pendidikan, social pilotik, social ekonomi dan social budaya. Sebagai
pengendara sepeda motor tentunya punya resiko menghadapi kecelakaan yang cukup
tinggi. Oleh sebab itu, perlu kesepakatan tentang etika dasar berkendara, dalam hal ini
bagaimana berkendara yang aman (safety riding). Pelaksanannya bukan lagi dalam bentuk
pemaksaan atau dalam doktrin yang kaku, tetapi melalui pendekatan mental, sehingga
anggota menjadikan safety riding menjadi bagian dari kebutuhan.
2. Definisi
Atas pemikiran seperti diatas, maka dipandang perlu menyampaikan beberapa hal yang
harus diketahui tentang upaya pemahaman safety riding di kalangan anggota club.
1 – Helm
Kepala adalah bagian vital dari anggota tubuh manusia yang memiliki resiko tinggi
menerima benturan saat terjadi kecelakaan. Untuk itulah Divisi safety reading mewajibkan
semua anggota club menggunakan dengan benar helm untuk pengemudi maupun
penumpangnya. Helm yang baik adalah secara fisik mampu memberikan perlindungan
menyeluruh pada bagian kepala, seperti pada bentuk Full Face atau Half/Open Face.
Sementara untuk helm cetok, Divisi Touring sangat tidak menganjurkan untuk
menggunakannya.
2 – Sepatu
Banyak yang meremehkan menggunakan sepatu dikala mengendarai sepeda motor. Tetapi
faktanya beberapa rekan Pulsar Community mengalami kecelakaan yang cukup serius
dikakinya saat mengendarai sepeda motor . Divisi Touring menghimbau agar menggunakan
sepatu terutama sepatu yang menutupi mata kaki,, pada saat berpergian dengan sepeda
motor, dan mewajibkan saat touring.
3 – Jas Hujan
Banyak rupa jas hujan, tetapi beberapa kasus telah membuktikan bahwa jas ujan model
ponco justru membawa maut bagi pemakainya. Berkibarnya jas hujan model ponco akan
memiliki kemungkinan tersangkut dengan kendaraan lain. Divisi safety reading mewajibkan
anggota tidak menggunakan jas hujan model ponco.
4 – Kaca Spion
Penggunaan kaca spion dan lampu penerangan yang berfungsi baik akan memudahkan
pengendara untuk memahami kondisi lalu lintas sekitar. Di antaranya dengan memberikan
waktu yang cukup untuk bereaksi terhadap apapun hambatan yang akan dihadapi. Divisi
Touring Pulsar Community mewajibkan seluruh sepeda motor anggota untuk memiliki kaca
spion dan lampu penerangan yang berfungsi dengan baik dan benar.
Ada hubungan yang jelas antara keselamatan mengendarain sepeda motor di jalan dengan
mematuhi aturan lalulintas. Contoh: divisi safety reading selalu mengingatkan anggota di
manapun berada untuk selalu berhenti di belakang garis stop/ putih pada saatlampu merah
menyala. Dan yang cukup penting adalah tidak memasuki jalur cepat yang buka
diperuntukan oleh motor. Selain itu, kelengkapan kendaraandan surat-suratnya merupakan
hal yang mutlak bagi setiap anggota
Sirene dan rotator/blitz hanya boleh dipergunakan oleh aparat pemerintah yang memiliki
wewenang menggunakannya. (Surat Kapolda Metro Jaya No. Pol. :B17173/X/2005/Datro-
Jakarta 31 Oktober 2005 serta PP No. 44/1993). Divisi savety reading melarang penggunaan
sirene dan rotator/blitz terhadap semua anggota, dikecualikan telah mendapatkan
persetujuan secara hokum atau dalam kondisi darurat.
Jalan raya bukan hanya milik pengendara sepeda motor, anggota harus mengedepankan
sikap saling menghargai kepada setiap para pengguna jalan, terutama sesame anggota dan
pengguna roda dua lainnya yang mengalami hambatan di jalan dan mau menolong sesame
pengguna jalan, terutama sesama anggota dan pengguna roda dua lainnya yang mengalami
hambatan di jalan.
Divisi Safety reading telah menyusun prosedur safety touring (SOP touring). Prosedur ini
bersifat wajib untuk diikuti oleh perserta turing demi keselamatan dan kenyamanan
bersama.
Kedelapan poin tersebut selalu diingatkan oleh Divisi safety reading kepada semua anggota
tanpa terkecuali melalui berbagai cara dan akan dijalankan secara perioditas. ketika anggota
lupa/lalai menjalankannya, maka identitas (berupa nomor kendaraan/nomor Anggota yang
bersangkutan berikut kesalahannya akan dicatat, dan akan disampaikan kepada anggota
yang dimaksud melalui media komunikasi yang ada seperti: pesan singkat (Short Messaging
Service/SMS), telepon, lisan atau surat elektronik (email), dengan disertai ajakan untuk
melakukan instropeksi diri. Jika terjadi pelanggaran berikutnya oleh anggota yang sama,
nomor polisi/nomor LTA akan dipublikasikan di situs dan media komunikasi lainnya, seperti
bulletin. Tujuan penyampaian pelanggaran ini untuk mengajak anggota yang bersangkutan
untuk melakukan instropeksi diri dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang
dimaksud; terutama kesadaran diri bahwa komunitas merupakan salah satu suritauladan
masyarakat untuk meningkatkan tertib berlalu lintas. Menjamin agar perjalanan
mengendarai sepeda motor secara bersama-sama,, dapat berlangsung dengan selamat,
tertib dan aman, serta nyaman bagi lingkungan sekitar yang dilaluinya. Untuk selanjutnya,
lembaga yang berwenang untuk menangani pelanggaran anggota adalah divisi Divisi safety
reading
3. Prosedur Touring
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi semua anggota yang melakukan perjalanan bersama dengan
jumlah sepeda motor maksimal 10 (sepuluh) atau tergantungpembagian kloter unitdalam
1(satu) kelompok turing. 1
3.2 Touring atau Turing sepeda motor merupakan gabungan dari beberapa GROUP
RIDING/kelompok Turing yang bertujuan dan berangkat dalam sebuah event yang sama.
Pemakaian kata ‘group’ dalam dokumen ini juga dapat berarti ‘group touring’.
3.3 Touring atau turing sepeda motor adalah grup riding dalam rangka berwisata, mencari
kesenangan dan menyalurkan hobi berkendara sepeda motor. Pemakaian kata ‘turing’
dalam dokumen ini juga dapat berarti ‘touring bersepeda motor’.
3.4 Community of Armada Bikers adalah komunitas pengendara sepeda motor yang berada
di lingkungan PT.MAJ-STT Tambun, Indonesia.
Jika terjadi bahwa rombongan turing melebihi dari 10 (sepuluh) unit sepeda motor, maka
lebih baik rombongan dipecah-pecah menjadi beberapa kelompok touring. Misalnya jika 10
(sepuluh) unit, maka bisa dipecah menjadi 5 (lima) unit masing-masing kelompok. (perlu di
bahas kembali)
3.6 Road Captain (RC) adalah pengendara sepeda motor peserta group yang memimpin
perjalanan dalam satu klotur. RC harus seorang anggota biasa (non-istimewa) dan
mengendarai sepeda dalam kegiatan turing.
3.7 Sweeper adalah pengendara sepeda motor peserta group yang ditunjuk RC untuk
mengawasi dan mengamankan posisi peserta klotur selama perjalanan.
3.8 Technical Officer adalah peserta group yang ditunjuk TC sebagai petugas yang
mengkoordinir bantuan teknis terhadap kerusakan teknis kendaraan peserta group riding.
Hazard hanya digunakan pada saat berhenti atau untuk member tanda saat terpisah pada
rombongan.
(i) atas pertimbangan TC yang dapat dipertanggungjawabkan secara hokum atau dalam
kondisi darurat.
(ii) Untuk sepeda motor RC dan sweeper sebagai tanda hati-hati bagi pengendara lain.
3.9 Health Officer adalah peserta group yang ditunjuk TC sebagai petugas yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan kesehatan dan antisipasi medis anggota group ridding selama
perjalanan.
3.10 Formasi adalah bentuk susunan sepeda motor dalam barisan selama perjalanan.
3.11 Batas Kecepatan Maksimum adalah batas kecepatan yang dianggap aman dan masih
memberikan ruang untuk bereaksi terhadap kondisi yang berbahaya.
4. Ketentuan Umum
4.1 Setiap pelaksanaan turing harus dipimpin oleh seorang TC dan dibantu oleh minimal 1
(satu) orang RC (per klotur), minimal 1 (satu) orang sweeper (perklotur), minimal 1 (satu)
orang technical officer dan minimal 1 (satu) orang Health Officer.
4.2 TC adalah pemimpin tertinggi dalam grup ridding yang melaksanakan turing.
4.3 semua peserta grup ridding tanpa terkecuali harus menaati etika turing sebagai berikut :
a. Datang dan berangkat tepat pada waktu yang ditentukan
b. Mematuhi peraturan lalu lintas (dilarang keras menerobos lampu merah, berhenti
sembarangan, dan lain-lain)
c. Tidak turut mengatur perjalanan turing, kecuali petugas yang ditunjuk untuk mengatur
e. tidak melakukan adu kecepatan untuk saling mendahului atau berebut jalan.
f. tidak melakukan manuver-manuver berbahaya (lepas tangan, angkat ban, zig-zag dan
melakukan aksi-aksi spektakuler dll) selama turing.
g. memberikan kesempatan kepada pengendara lain yang karena kondisi lalu lintas harus
harus masuk dalam barisan.
h. dilarang keras menggunakan klakson secara berlebihan terutama pada saat kondisi
macet, kecuali kondisi darurat.
j. memberikan salam penghormatan dengan mengacungkan ibu jari kanan atau kiri kepada
polisi yang bertugas dijalanan, dimulai dari RC diikuti oleh peserta turing lainnya.
k. kecepatan berkendara disesuaikan dengan kondisi lalu lintas dan jalan, dengan ketentuan
batas maksimal 100 KPJ (kilometer per jam) untuk luar kota, dan 60 KPJ untuk dalam kota.
Kecepatan ideal konvoi disarankan untuk tidak lebih dari 100 KPJ untuk luar kota.
l. diusahakan konvoi selalu berada di jalur sebelah kiri, kecuali dalam kondisi darurat atau
hendak berubah arah(berbalik arah, belok kanan)
r.selalu tenang dan tidak terpengaruh atas provokasi dari pengendara lain
4.4 Semua peserta group tanpa terkecuali harus melengkapi kendaraannya minimal dengan
kondisi sebagai beriku:
c. ban kendaraan dalamkondisi layak pakai, minimal ketebalan kembang ban 3mm
f. memiliki dan membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan, Surat Ijin Mengemudi C Kartu
Tanda Penduduk yang masih berlaku
h. oli, minyak rem dan kampas rem dalam kondisi layak pakai
4.5 Semua peserta grup turing tanpa terkecuali harus dalam kondisi sehat, tidak dalam
pengaruh obat-obatan dan alcohol serta melengkapi dirinya minimal dengan kondisi sebagai
berikut:
a. menggunakan helm full face dengan usia pakai helm maksimal 5(lima) tahun, jika
berpenumpang, penumpang juga harus menggunakan helm full face/half face. Dilarang
menggunakan helm cetok atau helm yang tidak sesuai dengan standart keselamatan.
b. menggunakan sarung tangan
c. menggunakan sepatu
d. memakai jaket
4.6 Semua peserta group diharapkan mematuhi anjuran perjalanan sebagai berikut:
a. perjalanan group dimulai dari titik temu dan waktu yang ditentukan oleh TC. Perjalanan
dalam klotur dapat dilakukan sendir-sendiri atau berpasangan( maksimal dua orang, formasi
segaris atau staggered) sampai di tempat yang ditetapkan sebagai titik temu
sementara(istirahat)/tujuan
c. jika jumlah group melebihi dari 1 (satu) klotur, diupayakan agar klotur-klotur tidak
berjalan bersama-sama/berdekatan
d. jarak ideal antar klotur [antar sweeper klotur pertama dan RC klotur kedua dan
seterusnya] adalah minimal 5 (lima) meter, dikecualikan dalam kondisi khusus
f. perjalanan group turing tidak dianjurkan dilakukan pada malam hari mengingat: kondisi
fisik peserta turing yang tidak optimal dan jarak pandang yang sangat terbatas dapat
menimbulkan potensi bahaya besar kepada seluruh peserta
g. perjalanan group turing dianjurkan dilakukan mulai waktu subuh/ pagi hari/ jika
perjalanan turing memakan waktu lebih dari satu hari, maka malam hari disarankan untuk
berhenti dan beristirahat atau tidur
i. seluruh peserta group turing dianjurkan tidak berkendara dalam kondisi mengantuk, atau
dalam pengaruh :
k. seluruh peserta group turing harus menjaga sopan-santun dalam bertingkah laku,
menjaga nama baik komunitas dan berusaha mengikatkan kwalitas kerja sama komunitas
dengan Yamaha
c. jika ada perorangan yang memiliki perlatan standar petugas turing dan hendak
dipergunakan pada kegiatan turing, harus dikoordinasikandengan TC dan kesekretariatan,
minimum 12 jam sebelum keberangkatan. Urutan penempatan peserta turing di dalam
formasi klotur didasarkan pada tingkat pengalaman mengikuti turing di dalam formasi
klotur di dasarkan pada tingkat pengalaman mengikuti turing, yang belum pengalaman
harus ditempatkan sedekat mungkin dengan RC demikian seterusnya. Untuk pengaturan
petugas diatur dalam Prosedur Operasi Standar Petugas yang dijelaskan antara lain pada
pasal 5 (Tanggung Jawab dan Wewenang)
e. menetapkan jalur turing yang aman, nyaman dan terhindar dari potensi bahaya untuk
peserta-peserta turing di belakangnya
f. menetapkan dan memilih titik pemberhentian yang aman. Bertanggung jawab untuk
membawa peserta turing sampai tujuan dengan selamat dan aman, dibantu oleh petugas
turing
g. menghentikan perjalanan jika dirasa perlu; misalkan peserta lelah, lapar, mengantuk,
kurang konsentrasi dan seterusnya
i. mengatur formasi klotur dengan memberikan isyarat tangan (atau radio jika ada)
j. memastikan agar anggota klotur berkendara dalam jarak aman dan tidak membahayakan
k. memperhatikan kondisi lalu lintas serta kendaraan-kendaraan yang lain dan memberitahu
anggota klotur melalui isyarat atu rasio bila ada, tentang kemungkinan yang membahayakan
dari bagian depan atau belakang klotur
Road Captain, Sweeper, serta petugas Technical Officer dan Health Officer
d. atas dasar keselamatan dan keamanan, berhak menolak seseorang untuk menjadi
anggota group
5.3 Sweeper
a. mengikuti instruksi TC
c. mengawasi formasi dan tetap member tahu RC masalah yang mungkin terjadi pada klotur
a. mengatahui rute, perkiraan durasi perjalanan dan tempat pemberhentian sementara dan
kloturnya
c. menggunakan sarung tangan, helm full face (minimal half face dengan standar
keselamatan), jaket dan secara opsional pelindung bahu, siku dan lutut
e. mengikuti instruksi RC dan sweeper yang diberikan melalui isyarat tangan, kaki (ataupun
radio, jika ada) dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan lainnya
c. mengkoordinir tersedianya bantuan teknis, baik berupa spare parts maupun tenaga
trampil
d. memberikan bantuan teknis terhadap kerusakan teknis yang dialami peserta turing
h. menjaga jarak aman dengan anggota klotur lain. Jarak aman ideal adalah 6(enam)
detik( kurang lebih 6 meter dalam kecepatan 60 kilometer per jam) dari kendaraan lain di
bagian depan
e. jika terjadi situasi kerusakan kendaraan pada peserta turing, Technical Officer
memberikan saran terhadap TC apakah perjalanan peserta turing tersebut atau keseluruhan
group turing dapat diteruskan atau dihentikan.
HARUS atas seijin Road Captain klotur yang bersangkutan. Jika diijinkan, yang bersangkutan
HARUS:
6.1 Formasi
a. Formasi 1 (satu)
Formasi 1 adalah berbaris 1 ke belakang, yaitu peserta konvoi berbaris 1 dari mulai
terdepan (RC) sampai ke belakang (sweeper). Isyarat yang digunakan untuk formasi ini
diberikan oleh RC dengan mengangkat satu jari telunjuk. Isyarat ini harus diikuti oleh semua
peserta turing sampai sweeper
b. Formasi 2 (dua)
formasi 2 adalah berbaris 2 keelakang, yaitu dimana peserta berbaris masing-masing 2 dari
mulai barisan terdepan hingga kebelakang (sweeper). Bila jumlah peserta ganjil, sweeper
berada ditengah (di antara dua barisan). Formasi ini hanya diterapkan pada saat berhenti
dilampu merah ataupun kondisi jalan luas dan aman. Isyarat yang digunakan untuk formasi
ini hanya diterapkan pada saat berhenti di lampu merah ataupun kondisi jalan luas dan
aman. Isyarat yang digunakan untuk formasi ini diberikan oleh RC dengan mengangkat 2
(dua) jari tangan yang terdiri dari jari telunjuk dan jari tengah. Isyarat ini harus diikuti oleh
semua peserta turing sampai sweeper
a. RC mengacungkan ibu jari, berarti kondisi motor dan pengendara siap untuk memulai
perjalanan
b. isyarat di atas diikuti oleh seluruh peserta turing untuk menyatakan dirinya siap memulai
perjalanan
c. kondisi siap berangkat adalah : perlengkapan pengendara telah selesai dipakai (sarung
tangan, helm, dan sebagainya) mesin motor telah hidup, lampu depan telah hidup, lampu
hazard bagi RC dan sweeper sudah menyala
d. sweeper enginspeksi kesiapan peserta, jumlah peserta, dan urutan peserta, maka
sweeper kembali ke posisinya; kemudian meberikan isyarat keberangkatan kepada RC
dengan mengacungkan ibu jari
Isyarat umum
a. Mengarahkan tangan kea rah kanan, adalah tanda bahwa konvoi berbelok ke arah
kanan. Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
b. Mengarahkan tangan kea rah kiri, adalah tanda bahwa konvoi berbelok kea rah kiri.
Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
c. Mengangkat tangan dan mengayunkan kea rah depan, adalah tanda bahwa konvoi
bergerak lurus. Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
d. Mengangkat telunjuk ke atas dan membuat putaran, adalah tanda bahwa tanda konvoi
berputar (U-turn). Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta
turing
e. Mengayunkan tangan ke bawah, adalah tanda untuk memperlambat kecepatan dan
berhati-hati. Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
f. Mengangkat tangan dengan mengepalkan jari tangan, adalah tanda untuk
menghentikan kendaraan. Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua
peserta turing
g. Mengarahkan telunjuk ke arah telinga, merupakan isyarat tangan untuk menghentikan
penggunaan klakson
h. Mengangkat tangan kiri/ kanan dengan jari terkepal kecuali ibu jari dan kelingking,
merupakan isyarat untuk memperjauh jarak antar peserta konvoi. Isyarat ini diberikan
oleh RC dan diikuti oleh semua peserta turing
i. Mengacungkan ibu jari adalah tanda kehormatan, isyarat ini diberikan oleh RC yang
harus diikuti oleh semua peserta turing
j. Sweeper maju ka samping peserta turing, menurunkan tangan dan mengayunkannya ke
depan, ditujukan kepada peserta turing di samping dan dibelakangnya untuk
mempercepat kendaraan, isyarat ini tidak perlu diulangi oleh peserta turing
k. Menurunkan kaki kiri merpakan isyarat adanya halangan/ hambatan di sebelah kiri
konvoi, seperti: lubang, pembatas jalan yang membahayakn dan lain-lain. Idyarat ini
diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
l. Menurunkan kaki kanan merupakan isyarat adanya halangan/ hambatan disebelah
kanan konvoi, seperti: lubang, pembatas jalan yang membahayakn dan lain-lain. Idyarat
ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
m. Menurunkan kedua kaki kanan dan kiri merupakan isyarat adanya halangan/hambatan
di sisi kiri dan kanan konvoi, seperti: lubang, polisi tidur, jembatan tidak rata, dan lain-
lain. Isyarat ini diberikan oleh RC yang harus diikuti oleh semua peserta turing
n. Mengangkat telunjuk dan menggerakannya seperti memotong leher adalah isyarat
untuk mematikan mesin. Isyarat ini diberikan oleh RC
o. Mengangkat ibu jari dan telunjuk, berarti “Rapihkan Parkir”. Isyarat ini diberikan oleh RC
kepada peserta turing yang dimaksud untuk merapihkan parker
p. Angkat tangan tegak lurus dengan jari-jari terlihat (tidak mengepal); atau ketukkan/
tempelkan tangan terbuka (tidak mengepal) ke helm. Isyarat ini untuk tanda bahwa
kondisi kendaraan atau pengendara mengalami gangguan. Isyarat ini terus disampaikan
hingga sweeper mendekati. Isyarat ini tidak perlu diikuti oleh peserta turing lainnya
q. Angkat tangan tegak lurus dan melambai-lambai perpisahan. Isyarat ini untuk tanda
bahwa pengendara meninggalkan barisan. Isyarat ini tidak perlu diikuti peserta turing
lainnya
r. Pemberian isyarat harus memperhatikan keselamatan diri sendiri dan pengendara lain
sehingga tidak terjadi kecelakaan dikarenakan usaha memberikan isyarat
s. Pemberian isyarat dilakukan tanpa menimbulkan kesa arogansi dan mengintimidasi
pengguna jalan lain
t. Pemberian isyarat dilakukan tanpa menimbulkan kesa arogansi dan mengintimidasi
pengguna jalan lain. Misal: menunjuk pengendara lain agar menyingkir, berdiri diatas.
u. Isyarat terus (maju), isyarat belok kiri dan isyarat belok kanan dapat diberikan RC pada
perempatan, pertigaan, untuk memberikan tanda bahwa kelompok turing dapat terus
bergerak (dengan menghiraukan rambu). Hal ini dapat dilaksanakan dengan
pertimbangan-pertimbangan khusus
Isyarat ini diberikan dengan tangan kanan, untuk menggunakan tangan kiri, dapat dengan
mengayunkan tangan kiri ke atas kepala menunjuk kea rah kanan dengan jari telunjuk.
Isyarat ini dapat digantikan dengan menunjkan tangan ke atas dengan posisi jari tangan
terbuka mengepal bergantian
Isyarat ini diberikan ketika hendak memparkikan kendaraan. Telunjuk biasanya ditutujukan
kearah tempat parker yang dimaksud
Yang dimaksud dengan gangguan termasuk juga keinginan untuk beristirahat sejenak,
hendak ke kamar kecil, gangguan mesin/ elektrikal
Setelah sweeper mendekati, sweeper dan peserta turing yang dimaksud, jika kemudian
didapati bahwa peserta turing yang memberikan tanda membutuhkan istirahat/berhenti,
maka sweeper akan menemani sampai dengan selesai. Jika didapati diperlukan bantuan
medis/ teknis, sweeper akan memanggil Health Officer/ Technical Officer untuk
memberikan bantuan medis/ teknis. Sweeper juga berkoordinasi dengan RC (melalui radio,
jika ada atau mendekati RC) atas kondisi yang dimaksud. RC akan memutuskan apakah
group akan berhenti atau meneruskan perjalanan sampai titik perhentian
sementara/tujuan. Motor sambil member isyarat pengendara dari arh berlawanan untuk
menyingkir, mengangkat kaki seolah-olah ingin menendang pengguna jalan lain,
memberikan isyarat yang mengaggetkan pengguna jalan lain,dst.
PENGECEKAN KENDARAAN
Menggunakan sepatu?
Menggunakan jaket?
Menggunakan strombo/rotator?
REKOMENDASI* LAYAK
JALAN
TIDAK
Peraturan Pemerintah Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Oleh : Presiden Reoublik Indonesia
Nomor: 43 Tahun 1993(43/1993) tanggal: 14 Juli 1993 (Jakarta)
Pasal 72
Isyarat peringatan dengan bunyi yang berupa sirene hanya dapat digunakan untuk:
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas termasuk kendaran
yang diperbantukan untuk keperluan pemadaman kebakaran;
b. Ambulans yang sedang mengangkut orang sakit
c. Kendaraan jenazah yang sedang mengangkut jenazah;
d. Kendaraan petugas penegak hokum tertentu yang sedang melaksanakan tugas;
Laporan Kondisi Jalan (adanya perubahan rute, kerusakan jalan dan lain-lain)
e. Kendaraan petugas pengawal kendaraan kepala Negara atau pemerintah asing yang
menjadi tamu Negara.
Tertanda, ……., …./ …./ 20…..(nama jelas Road Captain KLOTUR)
Halaman:
Milik instansi pemerintah yang dipergunakan dalam rangka keamanan barang yang
diangkut.
Lampiran 5. Peraturan Pemerintah No. 44/1993
Peraturan Pemerintah
Pasal 75 Kendaraan dan Pengemudi
Peringatan bunyi berupa sirene hanya boleh dipasang pada kendaraan bermotor:
Oleh : Presiden Republik Indonesia
Nomor : 44 Tahun 1993 (44/1993)
Tanggal : 14 Ju;I 1993 (Jakarta)
a. Petugas penegak hokum tertentu;
b. Dinas pemadam kebakaran; Pasal 65
c. Penanggulangan bencana; Dilarang memasang lampu pada kendaraan bermotor,
kereta berlaku atau kereta tempelan yang menyinarkan;
a. Cahaya kelap-kelip, selain lampu penunjuk arah dan lampu isyarat peringatan
berbahaya
b. Cahay berwarna merah kearah depan
c. Cahaya berwarna putih kearah belakang kecuali lampu mundur.
d. Kendaraan ambulans
e. Unit Palang Merah
f. Mobil jenazah