Anda di halaman 1dari 41

DESAIN HOMESTAY IBI BANYUWANGI

BERDASARKAN PERMEN PUPR


NOMOR 02 TAHUN 2015

PROPOSAL PROYEK AKHIR

Oleh:
FAJAR ABDUL MALIK
NIM. 361522401041

PROGRAM STUDI DIPLOMA


III TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI 2021
DESAIN HOMESTAY IBI BANYUWANGI
BERDASARKAN PERMEN PUPR
NOMOR 02 TAHUN 2015

PROPOSAL PROYEK AKHIR

Proyek Akhir Ini Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Program Studi Diploma III Teknik Sipil Dan Mencapai Gelar
Ahli Madya (A.Md)

Oleh:
FAJAR ABDUL MALIK
NIM. 361522401041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2021
1
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PROYEK AKHIR

Judul : Desain Homestay IBI Banyuwangi Berdasarkan Permen PUPR


Nomor 02 Tahun 2015
Oleh : Fajar Abdul Malik
NIM : 361722401041

Telah diuji pada


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Mengetahui /Menyetujui:

Dosen Penguji : Dosen Pembimbing

1. Zulis Erwanto, S.T., M.T. 1. Dora Melati Nurita Sandi, S.T., M.T
NIP. 198505172015041003 NIP. 199011212019032012

2. Dadang Dwi Pranowo, S.T., M.Eng. 3. Wahyu Naris Wari, S.T., M.T.
NIP. 198210142014041001 NIP. 198612312019032016

1
iii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
BAB 2 Tinjauan Pustaka .......................................................................................3
2.1 Bangunan Gedung Hijau ........................................................................... 3
2.2 Sistem Rating Bangunan Hijau ................................................................. 4
2.3 Pengelolaan Tapak .................................................................................... 9
2.4 Efisiensi Penggunaan Energi................................................................... 13
2.5 Efisiensi Penggunaan Air ........................................................................ 18
2.6 Kualitas Udara dalam Ruang .................................................................. 20
2.7 Pengendalian Penggunaan Material ........................................................ 21
2.8 Pengelolaan Sampah ............................................................................... 22
2.9 Pengelolaan Air Limbah ......................................................................... 24
2.10 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 25
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................27
3.1 Waktu Penelitian ..................................................................................... 27
3.2 Diagram Alir Penenlitian ........................................................................ 27
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 28
3.4 Jadwal Pelaksanaan................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 kriteria dan jumlah syarat untuk tahap perencanaana teknis .................. 5
Tabel 2.2 Rekap nilai-nilai tiap indikator untuk pengelolaan tapak ....................... 6
Tabel 2.3 Rekap nilai-nilai tiap indikator untuk efisiensi energi............................ 7
Tabel 2.4 Rekap nilai-nilai tiap indikator efisiensi penggunaan air ................................. 7
Tabel 2.5 Rekap nilai-nilai tiap indikator kualitas udara dalam ruangan .............. 7
Tabel 2.6 Rekap nilai-nilai tiap indikator penggunaan material ............................ 7
Tabel 2.7 Rekap nilai-nilai tiap indikator pengelolaan sampah ............................. 8
Tabel 2.8 Rekap nilai-nilai tiap indikator pengelolaan limbah .............................. 8
Tabel 2.9 Sistem penilaian peringkat kehijauan tahap perencanaan ...................... 8
Tabel 2.10 Predikat Bangunan Hijau..................................................................... 9
Tabel 2.11 Saniter Hemat Air (Water Fixtures) ................................................... 19
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Proyek Akhir....................................................... 28

v
DAFTAR GAMBAR

Hal
Tabel 3.1 Diagram alir penyusunan proyek akhir ................................................ 26

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di Indonesia
menjadi faktor meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Pertumbuhan ini
dapat dilihat pada persentase sektor konstruksi pada triwulan ke 3 tahun 2018
yaitu sebesar 10,36% dibanding dengan sektor lainnya. Pertumbuhan sektor
konstruksi di Indonesia diikuti juga pertumbuhan kontruksi di Kabupaten
Banyuwangi, hal ini dapat dilihat pada banyak bangunan gedung yang dibangun
di Banyuwangi seperti bandara, hotel dan gedung sarana umum lainnya. Namun
pembangunan yang menerapkan konsep green building masih kurang, untuk itu
perlunya sebuah desian gedung dengan menggunakan konsep green bulding.
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung
berkelanjutan yang lebih efisien dalam penggunaan sumber daya dan
berkonstribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca, diperlukan
pemenuhan persyaratan bangunan gedung hijau pada setiap tahap
penyelenggaraan agar tercapai kinerja bangunan gedung yang terukur secara
signifikan, efisien, hemat energi dan air, lebih sehat dan nyaman serta sesuai
dengan daya dukung lingkungan (Permen PUPR Nomor 02, 2015)
IBI (Ikatan Bidan Indonesia) berencana akan membangun homestay di
Penganjuran Kecamatan Banyuwangi yang merupakan kantor IBI. Seiring dengan
penggunaan kantor IBI yang semakin padat maka fungsional ruang pada
kantor kurang memadai sehingga IBI membangun kantor baru di Kecamatan
Rogojampi. Untuk itulah penulis memutuskan untuk melakukan penelitian tentang
desain homestay IBI di Banyuwangi yang akan menerapkan konsep green
building yang berjudul “Desain Homestay IBI Banyuwangi Berdasarkan Permen
PUPR Nomor 02 Tahun 2015”

1
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dalam pelaksanaan proyek akhir ini
terdapat permasalahan, bagaimana dan seperti apa desain homestay IBI
Banyuwangi yang menerapkan konsep green building berdasarkan Permen PUPR
nomor 02 tahun 2015?

1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penyusunan proyek akhir
ini adalah untuk mengetahui desain homestay IBI Banyuwangi yang menerapkan
konsep green building berdasarkan Permen PUPR nomor 02 tahun 2015.

1.4 Manfaat
Proyek akhir ini memberikan manfaat, antara lain :
1. Menghasilkan desain homestay IBI Banyuwangi yang menerapkan Permen
PUPR nomor 02 tahun 2015
2. Sebagai bahan referensi untuk membangun homestay IBI Banyuwangi dan
akan diterapkan pada pembangunan homestay IBI Banyuwangi
3. Ilmu yang bermanfaat bagi pembaca

1.5 Batasan Masalah


Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus, adapun batasan masalah
yang digunakan adalah :
1. Mengacu pada Permen PUPR Nomor 02 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung hijau yang meliputi:
a. Pengelolaan tapak
b. Efisiensi penggunaan energi
c. Efisiensi penggunaan air
d. Kualitas udara dalam ruang
e. Pengendalian penggunaan material
f. Pengelolaan sampah
g. Pengolahan limbah
2. Tidak membahas metode pelaksanaan.
3. Tidak memperhitungkan biaya.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Gedung Hijau


Bangunan Gedung Hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi
persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan
dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan
prinsip bangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap
tahapan penyelenggaraannya menurut permen PUPR nomor 02 (2015).
Homestay IBI Banyuwangi rencana akan dibangun tahun 2021 dan
menerapakan konsep green building modern minimalis, fungsi ruang daripada
homestay itu sendiri untuk penginapan tamu dokter dan tenaga medis IBI.

2.2 Sistem Rating Bangunan Hijau


Dalam desain homestay IBI Banyuwangi di perlukan sistem rating
Bangunan Hijau Indonesia yang merupakan alat untuk menilai sejauh mana
bangunan menerapkan konsep dan mencapai kinerja sebagai Bangunan Hijau.
Kriteria atau ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan konsep dan
kinerja bangunan hijau yang dinilai dalam pedoman ini meliputi: Pemilihan dan
Pengolahan Tapak, Efisiensi Energi, Aspek Rancangan, Penggunaan Bahan
Bangunan, Efisiensi Air, Kualitas Ruang Dalam, Sarana dan Prasarana yang
Aksesibel, Konstribusi terhadap Pelestarian Lingkungan, Inovasi, Pengelolaan
Limbah, Evaluasi Pasca Penghunian, dan Mitigasi Kerusakan Lingkungan.
Proses penilaian untuk setiap indikator dilakukan dengan mengikuti
pendekatan sebagai berikut.
1. Penilaian dilakukan dengan mengklasifikasikan hasil pemeriksaan pada
setiap indikator kedalam 5 level, dari level 1 sampai dengan level 5.
2. Secara umum aturannya adalah level 1 untuk tingkat yang paling rendah
sedangkan level 5 untuk tingkat yang paling tinggi. Sementara angka
utama adalah kondisi yang memenuhi standar.
Adapun perhitungan nilai total menggunakan persamaan sebagai berikut

nilai total = ∑ (nilai indikator)

= ∑ (bobot indikator × level indikator)

3
Nilai indikator adalah hasil kali antara level indikator yang dicapai dengan
bobot indikator sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Nilai total adalah
penjumlahan dari semua nilai indikator. Jumlah kriteria yang diperiksa adalah
tujuh dengan jumlah syarat adalah 28. Pengelolaan tapak memiliki 9 syarat,
efisiensi penggunaan energy memiliki 6 syarat, efisiensi penggunaan air memiliki
3 syarat, kualitas udara dalam ruang memiliki 3 syarat, penggunaan material
ramah lingkungan memiliki 2 syarat, pengelolaan sampah dan polusi memiliki 3
syarat sementara pengelolaan air limbah memiliki 2 syarat. Total syarat untuk
perencanaan adalah 28 syarat. Dari syarat tersebut kemudian diuraikan ke dalam
indikator-indikator yang mewakili kehijauan sebuah syarat. Sebagai contoh adalah
kriteria pengelolaan tapak memiliki kriteria Ruang Terbuka Hijau Privat. Kriteria
ini akan bernilai 1 jika luas RTH 10%, bernilai 3 jika luas RTH 30% dan bernilai
5 jika luas RTH >50%. Untuk dapat menentukan nilai tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan dokumen perencanaan.

Tabel 2.1 Kriteria dan jumlah syarat untuk tahap perencanaana teknis
Kriteria Jumlah syarat
A. Pengelolaan Tapak 9 32%
B. Efisiensi Penggunaan Energi 6 21%
C. Efisiensi Penggunaan Air 3 11%
D. Kualitas Udara dalam Ruang 3 11%
E. Penggunaan Material Ramah 2 7%
Lingkungan
F. Pengelolaan Sampah dan Polusi 3 11%
G. Pengelolaan Air Limbah 2 7%
TOTAL 28 100%
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

4
Bagian dari gedung mana saja kah yang akan menjadi RTH dan
berapa luasanya. Berikut adalah salah satu contoh dokumen perencanaan
mengenai lanskap.

Gambar 2.2 contoh rencana lanskap dalam dokumen rencana


(Puskim,2013)

Nilai-nilai dari tiap indikator kemudian direkap dan nampak


berapa poin yang disumbangkan oleh indikator tersebut untuk mencapai
sebuah kehijauan. Berikut adalah contoh rekapan dari nilai-nilai tiap
indikator untuk pengelolaan tapak.

5
Tabel 2.2 Rekap nilai-nilai tiap indikator untuk pengelolaan tapak
No Pengelolaan Tapak Utama Capaia
. n
1. Pengolahan tapak 5 0
2. Orientasi Bangunan 5 0
3. Ruang Terbuka Hijau Privat 5 0
4. Penyediaan Jalur Pejalan Kaki 13 0
5. Penyediaan Jalur Kendaraan Tidak 5 0
Bermotor
Pembangunan bangunan atas atau bawah
6. tanah 4 0
dan air
7. Penyediaan Lahan Parkir 5 0
8. Sistem Pencahayaan Ruang Luar 5 0
Pengelolaan
9. memiliki) Tapak atauTapak Basement jika 5 0
TOTAL 52
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Dengan penyajian rekap nilai ini maka akan tampak jika ingin
mendapatkan nilai RTH privat di angka 5 maka gedung harus direncanakan
memiliki RTH lebih dari 50% dari total lahan.Berikut ini adalah rekapitulasi nilai-
nilai tiap indikator untuk menentukan tingkat greenship bangunan menurut
Puskim, 2013.

Tabel 2.3 Rekap nilai-nilai tiap indikator untuk efisiensi energi


No. efisiensi energi Utam Capaia
a n
1. Selubung bangunaan 5 0
2. Sitem ventilasi 8 0
3. Sistem pengondisian udara 5 0
4. Sitem pencahayaan 13 0
5. Sistem kelistrikan 8 0
6. Sistem transportasi dalam gedung 5 0
TOTAL 44 0
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Tabel 2.4 Rekap nilai-nilai tiap indikator efisiensi penggunaan air


No. efisiensi penggunaan air Utam Capaia
a n
1. Sumber air 13 0
2. Pemakaian air 18 0
3. Penggunaan peralatan sanitasi 5 0
TOTAL 36 0
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013
6
Tabel 2.5 Rekap nilai-nilai tiap indikator kualitas udara dalam ruangan
No. kualitas udara dalam ruangan Utam Capaia
a n
1. Pelarangan merokok 9 0
2. Pengendalian CO dan CO2 5 0
3. Penggunaan refrigerant 5 0
TOTAL 19 0
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Tabel 2.6 Rekap nilai-nilai tiap indikator penggunaan material


No. penggunaan material Utam Capaia
a n
1. Penggunaan material berbahaya 13 0
2. Penggunaan material eco labeling 25 0
TOTAL 38 0
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Tabel 2.7 Rekap nilai-nilai tiap indikator pengelolaan sampah


No pengelolaan sampah Utama Capaia
. n
1. Penerapan 3R 6 0
2. Sistem penangan sampah 6 0
3. Sistem pencatatan timbulan sampah 5 0
TOTAL 17 0
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Tabel 2.8 Rekap nilai-nilai tiap indikator pengelolaan limbah


No. pengelolaan limbah Utam Capaia
a n
1. Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah 5 0
2. Daur ulang air 5 0
TOTAL 10 0
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Jika nilai dari masing-masing indikator ditotalkan maka dapat


ditentukan peringkat kehijauan bangunan tersebut dan menjadi indikator
untuk perencanaan desain bangunan tersebut. Berikut adalah tabel dari
nilai total capaian untuk masing- masing peringkat.

7
Tabel 2.9 Sistem penilaian peringkat kehijauan tahap perencanaan
Hijau
Kriteria Gedun Hijau
utama
g Pratama
A. Pengelolaan Tapak 52 43 28
B. Efisiensi Penggunaan 44 40 28
Energi
C. Efisiensi Penggunaan Air 36 28 20

D. Kualitas Udara dalam 19 15 9


Ruang
E. Penggunaan Material
38 36 26
Ramah Lingkungan
F. Pengelolaan Sampah 17 16 9

G. Pengelolaan Air limbah 10 9 6

TOTA 216 187 126


L
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

Tabel 2.10 Predikat Bangunan Hijau


No. PREDIKAT BANGUNAN HIJAU Nilai
1 Prahijau <126
2 Hijau Pratama 126
3 Hijau Madya 186
4 Hijau Utama 216
Sumber: pedoman rating bangunan hijau Indonesia, 2013

2.3 Pengelolaan Tapak


Pengelolaan tapak ditujukan untuk mengurangi dampak negatif
penggunaan lahan dalam proses pelaksanaan konstruksi bangunan gedung hijau
terhadap lingkungan disekitarnya.

2.3.1 Orientasi Bangunan


Orientasi bangunan gedung hijau harus mempertimbangkan kondisi fisik
dan/atau lingkungan yang terdapat pada tapak pembangunan bangunan gedung
hijau menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Orientasi dan bentuk massa bangunan gedung hijau harus dirancang untuk
dapat memaksimalkan pencahayaan alami dan meminimalkan rambatan
radiasi panas sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan gedung.

8
2. Orientasi, bentuk massa, dan penampilan bangunan gedung hijau harus
disesuaikan dengan bentuk lahan, jalan, bangunan sekitarnya, pergerakan
matahari tiap tahun, arah angin, curah hujan, dan debu serta kelembaban
udara sekitar.

2.3.2 Pengolahan Tapak


Pengolahan tapak pada bangunan gedung hijau ditujukan untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan melindungi,
memulihkan, dan meningkatkan kualitas lingkungan tapak menurut permen PUPR
nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. perlindungan terhadap sumber daya alam pada tapak bangunan;
2. pengelolaan air hujan;
3. perlindungan air permukaan
4. pengelolaan vegetasi, tanah dan kontrol terhadap erosi tapak.

2.3.3 Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3)
Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah B3 untuk lokasi bangunan
gedung hijau dimaksudkan untuk memperbaiki lahan terkontaminasi
tersebut sekaligus mengurangi tekanan kebutuhan pada lahan.
2. Apabila bangunan gedung hijau dibangun di lahan terkontaminasi limbah
B3 maka wajib melaksanakan pemulihan lahan terlebih dahulu dengan
mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun 2009
tentang Tata Cara Mengenai Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun dan peraturan perundang-undangan terkait
lainnya.
3. Klasifikasi bahan beracun dan berbahaya mengikuti Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2001 tentang pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

9
2.3.4 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat menurut permen PUPR nomor 02
(2015) yang meliputi:
1. Penyediaan RTH privat dalam persil bangunan gedung hijau dimaksudkan
untuk menjaga keanekaragaman hayati dan potensi resapan air dengan cara
menyediakan nisbah (rasio) yang cukup tinggi pada tapak bangunan.
2. RTH bangunan gedung hijau privat adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
dalam persil bangunan yang diperhitungkan bebas dari struktur utama
bangunan gedung dan struktur lain bangunan atau perkerasan di atas
permukaan dan/atau di bawah permukaan tanah.
3. RTH privat harus diupayakan semaksimal mungkin dapat menjadi area
resapan air hujan, dengan menempatkan cekungan (swale) atau resapan
setempat, yang berfungsi untuk menyimpan air hujan dalam waktu
sementara, kecuali untuk tapak dengan kondisi tanah tertentu yang tidak
memungkinkan untuk dijadikan resapan air hujan.
4. Persyaratan RTH privat untuk bangunan gedung hijau harus sesuai dengan
peruntukan dan memenuhi ketentuan intensitas bangunan gedung (KDB,
KLB, dan KDH) dalam rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan,
ditambahkan 10% dari luas tapak bangunan.
5. Dalam hal luasan RTH tersebut sebagaimana disebut pada poin 4 tidak
memadai atau tidak dapat dilakukan penambahan, maka dapat
ditambahkan dalam bentuk lain misalnya seperti taman pada atap
bangunan gedung (roof garden), taman di teras bangunan gedung (terrace
garden), atau taman di dinding/tanaman rambat (vertical garden) sehingga
memenuhi jumlah total luasan yang diatur pada poin 4).

2.3.5 Penyediaan Lahan Parkir


Penyediaan Lahan Parkir menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang
meliputi:
1) Penyediaan lahan parkir pada bangunan gedung hijau ditetapkan paling
banyak 30% dari KDB yang diizinkan dengan maksud memberikan ruang
hijau lebih banyak pada tapak bangunan gedung hijau.
10
2) Bilamana dibutuhkan, dapat dibangun gedung parkir secara vertikal di atas
permukaan tanah sesuai dengan kebutuhan dan/atau pada lantai besmen
paling banyak dua lapis.

2.3.6 Sistem Pencahayaan Ruang Luar


Sistem pencahayaan pada ruang luar atau halaman menggunakan saklar
otomatis/sensor cahaya.

2.3.7 Pembangunan Bangunan Gedung di Atas, Bawah Tanah dan Air


Pembangunan Bangunan Gedung di Atas dan/atau di Bawah Tanah, Air
dan/atau Prasarana/Sarana Umum menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang
meliputi:
1. Pembangunan bangunan gedung hijau di atas prasarana dan/atau sarana
umum tidak boleh mengganggu pencahayaan alami dan penghawaan alami
bagi sarana dan prasarana umum yang ada di bawahnya.
2. Pembangunan bangunan gedung hijau di bawah tanah yang melintasi
prasarana dan/atau sarana umum harus menerapkan prinsip penghematan
energi dan air.
3. Pembangunan gedung hijau di bawah dan/atau di atas air harus
menerapkan prinsip penghematan energi, air, dan melakukan pengelolaan
limbah domestik di luar lokasi yang tidak mencemari lingkungan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan bidang lingkungan hidup.

2.4 Efisiensi Penggunaan Energi


Efisiensi penggunaan energi ditujukan untuk mencapai tingkat energi yang
optimal sesuai dengan fungsi bangunan gedung, mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan, serta mengurangi biaya yang terkait penggunaan energi yang
berlebihan. Efisiensi penggunaan energi diperhitungkan dengan menerapkan
pesyaratan teknis efisiensi penggunaan energi sesuai dengan pedoman dan standar
teknis terkait, yang diperkirakan mampu mencapai konservasi energi dengan
kisaran 20-25%. Persyaratan teknis efisiensi penggunaan energi menurut permen
PUPR nomor 02 (2015).

11
2.4.1 Selubung Bangunan
Selubung Bangunan menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang
meliputi:
1. Selubung bangunan adalah elemen bangunan yang membungkus bangunan
gedung, berupa dinding dan atap transparan atau yang tidak transparan
tempat sebagian besar energi termal berpindah lewat elemen tersebut.
2. Komponen dalam selubung bangunan yang harus di desain untuk
mencapai efisiensi penggunaan energi yang diinginkan meliputi dinding,
atap, pembukaan celah, ventilasi, akses bangunan gedung, cahaya alami,
kaca, peneduh, dan kekedapan udara.
3. Efisiensi penggunaan energi pada bangunan gedung hijau secara akurat
harus mempertimbangkan nilai akumulasi Roof Thermal Transfer Value
(RTTV) dan/atau Overall Thermal Transfer Value (OTTV).
4. Nilai akumulasi RTTV dan OTTV yang diperkenankan adalah maksimum
35 Watt/m2, yang dapat dicapai secara bertahap.
5. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan
selubung bangunan mengikuti SNI 6389:2000 tentang Konservasi Energi
untuk Selubung Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

2.4.2 Sistem Ventilasi


Sistem Ventilasi menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Sistem Ventilasi pada bangunan gedung hijau dimaksudkan untuk
memenuhi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan gedung.
2. Sistem ventilasi alami digunakan semaksimal mungkin untuk
meminimalkan beban pendinginan.
3. Sistem ventilasi mekanis digunakan jika ventilasi alami tidak
memungkinkan.
4. Sistem ventilasi pada bangunan gedung hijau harus sesuai dengan luasan
ventilasi minimum yang dipersyaratkan dalam SNI 6572:2001 tentang
Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

12
5. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan
sistem ventilasi bangunan gedung hijau mengikuti SNI 6572:2001 tentang
Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

2.4.3 Sistem Pengondisian Udara


Sistem Pengondisian Udara menurut permen PUPR nomor 02 (2015)
yang meliputi:
1. Sistem Pengondisian udara pada bangunan gedung hijau dimaksudkan
untuk memenuhi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan gedung.
2. Temperatur udara dalam ruang-ruang hunian pada bangunan gedung hijau
ditetapkan berkisar 25° C (dua puluh lima derajat Celcius) ± 1° C dan
kelembaban relatif berkisar antara 60% ± 10%.
3. Ruangan-ruang yang memerlukan temperatur khusus di luar nilai
sebagaimana di atas, mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4. Sistem pengondisian udara pada bangunan gedung hijau harus memenuhi
nilai efisiensi minimum dari peralatan tata udara yang dipersyaratkan
dalam SNI 6390:2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada
Bangunan Gedung atau edisi terbaru.
5. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan
sistem pengondisian udara pada bangunan gedung hijau mengikuti SNI
6390:2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan
Gedung atau edisi terbaru.

2.4.4 Sistem Pencahayaan


Sistem Pencahayaan menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang
meliputi:
1. Sistem pencahayaan pada bangunan gedung hijau dimaksudkan untuk
mengoptimalkan kenyamanan dan produktivitas penghuni bangunan
dengan pengoperasian yang optimal dan mempertimbangkan aspek ramah
lingkungan dan biaya.

2. Sistem pencahayaan pada bangunan gedung hijau meliputi sistem

13
pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan yang digunakan
apabila sistem pencahayaan alami tidak mampu mencapai tingkat
pencahayaan minimal yang dipersyaratkan (iluminasi). Sistem
pencahayaan alami harus direncanakan melalui pengolahan bukaan secara
maksimal guna meneruskan cahaya ke ruang dalam bangunan gedung.
3. Sistem pencahayaan buatan harus mempertimbangkan fungsi ruangan,
tingkat pencahayaan minimal.
4. Zonasi pengelompokan lampu memperhatikan ketersediaan pencahayaan
alami (daylighting).
5. Perencanaan sistem pencahayaan buatan tidak boleh melebihi daya listrik
maksimum per meter persegi kecuali untuk fungsi ruangan dan/atau
fasilitas tertentu sebagaimana dipersyaratkan.
6. Untuk meningkatkan efisiensi energi pada sistem pencahayaan buatan
bangunan gedung hijau, dapat direncanakan menggunakan dimmer
dan/atau sensor photoelectric untuk sistem pencahayaan alami pada
eksterior dan interior bangunan gedung.
7. Sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung hijau harus sesuai
dengan:
a. daya listrik maksimum per m2 kecuali terhadap fungsi dan/atau
fasilitas tertentu sebagaimana dipersyaratkan;
b. luas area maksimum 30 m2 untuk satu sakelar untuk satu macam
pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan;
c. penggunaan sensor/pengendali pencahayaan dalam fungsi tertentu,
sebagaimana dipersyaratkan dalam SNI 6197:2000 tentang Konservasi
Energi Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung atau edisi
terbaru.
8. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran dan detail penerapan
sistem pencahayaan pada bangunan gedung hijau mengikuti SNI
2396:2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami
pada Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

14
2.4.5 Sistem Kelistrikan
Sistem Kelistrikan menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang
meliputi:
1. Perencanaan sistem kelistrikan pada bangunan gedung hijau dimaksudkan
untuk menghindari potensi pemborosan energi melalui:
a. pengelompokan beban listrik harus direncanakan untuk setiap ruangan,
atau kelompok beban listrik; dan
b. pemasangan alat ukur energi listrik atau kWh meter terpisah untuk
setiap kelompok beban listrik untuk memantau penggunaan daya listrik
tiap kelompok beban listrik dalam satu sistem utilitas.
2. Untuk bangunan gedung hijau dengan fungsi dan luasan tertentu harus
menggunakan Building Management System (BMS) guna mengendalikan
konsumsi listrik pada bangunan gedung.
3. Perencanaan sistem kelistrikan harus menyediakan sub meter energi listrik
untuk kelompok daya listrik utama yang lebih besar dari 100 kVa seperti
pada:
a. sistem pengondisian udara, misalnya chiller, dan air handling unit
(AHU)
b. sistem transportasi vertikal, misalnya lif.
4. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan
sistem kelistrikan dalam gedung mengikuti SNI 0225:2011 tentang
Persyaratan Umum Instalasi listrik atau edisi terbaru.

2.4.6 Sistem Transportasi dalam Gedung


Sitem transportasi dalam gedung menurut permen PUPR nomor 02 (2015)
yang meliputi:
1. Sistem transportasi dalam gedung dimaksudkan untuk mengoptimalkan
tingkat kemudahan dan kenyamanan bagi penghuni bangunan gedung
dengan memperhatikan konsumsi energi dan waktu tempuh yang
dibutuhkan.
2. Sistem transportasi dalam gedung harus memperhatikan konsumsi energi
yang dibutuhkan, sistem manajemen lalu lintas vertikal, daya tampung

15
penumpang, dan waktu tempuh yang diperlukan.
3. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan
sistem tansportasi dalam gedung mengikuti SNI 6573:2001 tentang Tata
Cara Penerapan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung atau edisi
terbaru.

2.5 Efisiensi Penggunaan Air


Efisiensi Penggunaan Air pada bangunan gedung hijau dimaksudkan untuk
mengurangi kebutuhan air bersih pada bangunan gedung. Diperhitungkan dengan
menerapkan persyaratan teknis efisiensi penggunaan air di bawah sesuai dengan
pedoman dan standar diperoleh konservasi air minimal 10%. Efisiensi
penggunaan air menurut permen PUPR nomor 02 (2015)

2.5.1 Sumber Air


Sumber Air menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Perencanaan sumber air harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. menghindari pemakaian air tanah sebagai sumber air primer;
b. ketersediaan suplai air dari penyedia jasa setempat; dan
c. apabila suplai air dari penyedia jasa tidak memadai maka diupayakan
semaksimal mungkin dilakukan penyediaan air secara mandiri.
2. Penyediaan air secara mandiri untuk kebutuhan sekunder diperoleh antara
lain melalui penggunaan air daur ulang, penggunaan air hujan, dan
penggunaan air kondensasi dari unit pengondisian udara.
3. Volume sistem penampungan air hujan yang digunakan dalam bangunan
gedung hijau untuk penyediaan air secara mandiri diperhitungkan 0,05 x
luas lantai dasar bangunan (m2), atau disesuaikan dengan kondisi cuaca
setempat.
4. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail sumber air
pada bangunan gedung hijau mengikuti SNI 7065:2005 tentang Tata Cara
Perencanaan Sistem Plambing atau edisi terbaru.

16
2.5.2 Pemakaian Air
Pemakaian Air menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Pemakaian air diperhitungkan berdasarkan kebutuhan air untuk
penghuni/pengguna bangunan gedung, kebutuhan air dingin dan/atau air
panas, kebutuhan air untuk peralatan dan mesin yang memerlukan
penambahan air secara teratur atau terus menerus, kebutuhan air untuk
muka air kolam, dan kebutuhan air lainnya.
2. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, perlu dipasang alat ukur
penggunaan air (submeter) pada:
a. sistem pemakaian air dari penyedia air;
b. sistem pemakaian air daur ulang; dan
c. sistem pasokan air tambahan lainnya apabila kedua sistem di atas tidak
memadai maka dilakukan penyediaan air secara mandiri.
3. Pemakaian sumber air primer yang berasal dari penyedia jasa dan air
tanah, diperhitungkan maksimum 90% dari total kebutuhan air tanpa
mengurangi kebutuhan air per orang.
4. Pemenuhan kebutuhan air yang tidak bisa dipenuhi oleh sumber air primer
sebagaimana di atas harus diperoleh penyediaan air secara mandiri.

2.5.3 Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixtures)


Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixtures) menurut
permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures) dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air pada bangunan gedung.
2. Peralatan saniter hemat air (water fixtures) pada bangunan gedung hijau
meliputi kloset, keran air, urinal, pancuran air (shower), bidet, dan lain-
lain.
3. Penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures) harus memiliki
kapasitas penghematan air yang diperhitungkan minimum mengikuti tabel
2.11 sebagai berikut:

17
Tabel 2.11 Saniter Hemat Air (Water Fixtures)

No. Perangkat sambungan air Kapasitas maksimal

1 WC, flush valve 6 liter/flush

2 WC, flush tank 6 liter/flush

3 Urinal flush 4 liter/flush

4 Shower mandi 9 liter / menit

5 Keran tembok 8 liter /menit

6 Keran washtafel/lavatory 8 liter /menit

Sumber: Permen Pu No. 2, 2015

4. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan


penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures) mengikuti
pedoman dan standar teknis

2.6 Kualitas Udara dalam Ruang


Perencanaan kualitas udara dalam ruang pada bangunan gedung hijau
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruang yang mendukung
kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan gedung hijau, menurut Permen
PUPR nomor 02 (2015).

2.6.1 Pelarangan Merokok


Pelarangan merokok menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang
meliputi:
1. Pelarangan merokok pada bangunan gedung hijau dilakukan melalui
larangan merokok pada seluruh bangunan gedung hijau.
2. Larangan merokok dilakukan dengan cara menyediakan rambu dilarang
merokok untuk seluruh bagian bangunan gedung termasuk area pintu
masuk, jendela, dan area masuknya udara segar dari luar ke dalam
bangunan gedung dengan radius minimum 10 m.

18
2.6.2 Pengendalian Penggunaan Bahan Pembeku (Refrigerant)
1. Penggunaan bahan bahan pembeku (refrigerant) tata udara yang digunakan
harus mengandung material aman dan tidak berbahaya bagi penghuni dan
lingkungan.
2. Bahan pembeku (refrigerant) tata udara harus menggunakan bahan yang
tidak mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC).
3. Ketentuan penggunaan bahan pembeku (refrigerant) pada bangunan
gedung hijau mengikuti standar teknis.

2.7 Pengendalian Penggunaan Material


Pengendalian penggunaan material dalam bangunan gedung dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah zat pencemar yang menimbulkan bau, iritasi, dan
berbahaya terhadap kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan. Persyaratan
material ramah lingkungan menurut permen PUPR nomor 02 (2015).

2.7.1 Pengendalian Penggunaan Material Berbahaya


Pengendalian Penggunaan Material Berbahaya menurut permen PUPR
nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Zat pencemar biasa ditemukan pada pewarna, pelapis, perekat, kayu
olahan, furnitur, kertas pelapis dinding, penutup atap seperti methilene
chloride (dhicloromethane), arsenic, asbestos, hexavalent chromium, N-
hexane, trichloroethylene (TCE), formaldehyde, TDCP/TCEP (chlorinated
penjinak api), BPA (bisphenol A), phthalates, asbestos, dan lain-lain.
2. Pemasangan bahan material yang mengandung zat pencemar harus
dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki keahlian di bidangnya.
3. Ketentuan pemasangan material yang mengandung zat pencemar
sebagaimana dimaksud pada poin 2 mengikuti pedoman dan standar
teknis.

19
2.7.2 Penggunaan Material Bersertifikat Ramah Lingkungan (eco labeling)
Penggunaan Material Bersertifikat Ramah Lingkungan (eco labeling)
menurut permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Bangunan gedung hijau dibangun dengan semaksimal menggunakan
material bangunan yang bersertifikat ramah lingkungan berupa:
a. Material bangunan yang bersertifikat eco-label; dan
b. Material bangunan lokal.
2. Bangunan gedung hijau yang mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan
bangunan gedung adat atau yang menggunakan elemen dengan langgam
tradisional wajib menggunakan material lokal atau substitusi yang berasal
dari sumber legal.
3. Material lokal atau substitusinya sebagaimana dimaksud di atas dibuktikan
dengan keterangan legal dan mempertimbangkan telapak ekologis terkecil
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.8 Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah pada bangunan gedung hijau dimaksudkan untuk
meningkatkan kesehatan pengguna, aman bagi lingkungan dan perubahan perilaku
pengguna bangunan gedung hijau, serta mengurangi beban timbulan sampah kota.
Persyaratan teknis pengelolaan sampah menurut permen PUPR nomor 02 (2015).

2.8.1 Penerapan Prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)


Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dimaksudkan untuk
mengurangi sampah yang ditimbulkan oleh pemilik, pengguna, dan/atau pengelola
bangunan gedung hijau menurut permen PUPR nomor 02 (2015), yang meliputi:
a. Pembatasan timbulan sampah;
b. Pendauran ulang sampah
c. Pemanfaatan kembali sampah.
Penerapan prinsip 3R dilakukan antara lain dengan:
1. Menggunakan bahan yang dapat digunakan ulang, bahan yang dapat didaur
ulang, dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam; dan/atau
2. Mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari produk dan/atau
kemasan yang sudah digunakan.

20
2.8.2 Penerapan Sistem Penanganan Sampah
Penerapan sistem penanganan sampah pada bangunan hijau terdiri atas
pemilahan, pengumpulan, dan pengolahan sampah yang dimaksudkan untuk
menambah nilai manfaat dari sampah dan mengurangi dampak lingkungan.
Sistem penanganan sampah pada bangunan gedung hijau menurut permen PUPR
nomor 02 (2015) terdiri atas:
1. Penyediaan fasilitas pemilahan sampah dengan pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah

2. Penyediaan fasilitas pengumpulan sampah sementara dan melakukan


pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
pengumpulan sampah sementara tersebut secara terjadwal; dan
3. Penyediaan fasilitas pengolahan sampah organik secara mandiri dan/atau
pelibatan pihak ketiga untuk menambah nilai manfaat dan mengurangi
dampak lingkungan.

2.8.3 Penerapan Sistem Pencatatan Timbulan Sampah


Sistem pencatatan timbulan sampah dilakukan untuk mengetahui berapa
besar jumlah sampah yang dapat dikurangi, digunakan kembali, dan/atau didaur
ulang. Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran dan detail penerapan
pengelolaan sampah mengikuti Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, menurut permen PUPR nomor 02 (2015).

2.9 Pengelolaan Air Limbah


Pengelolaan air limbah pada bangunan gedung hijau dimaksudkan untuk
mengurangi beban air limbah yang dihasilkan dari bangunan gedung terhadap
lingkungan dan mencegah timbulnya penurunan kualitas lingkungan di sekitar
bangunan gedung hijau, menurut permen PUPR nomor 02 (2015).

2.9.1 Penyediaan Fasilitas Pengelolaan Limbah


Penyediaan Fasilitas Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah menurut
permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Bangunan gedung hijau yang terletak di daerah pelayanan sistem jaringan
air limbah kota wajib memanfaatkan jaringan tersebut.
2. Bangunan gedung hijau yang tidak terletak di daerah pelayanan sistem
jaringan air limbah wajib memiliki fasilitas pengelolaan limbah padat dan
limbah cair.
21
3. Fasilitas pengelolaan air limbah dilakukan untuk air limbah domestik
(black water) sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota.

2.9.2 Daur Ulang Air yang Berasal dari Air Limbah (Grey Water)
Daur Ulang Air yang Berasal dari Air Limbah (Grey Water) menurut
permen PUPR nomor 02 (2015) yang meliputi:
1. Air limbah (grey water) dari bangunan gedung hijau dapat digunakan
kembali setelah diproses melalui sistem daur ulang air (water recycling
system).
2. Sisa air limbah (grey water) yang tidak dapat dimanfaatkan kembali dan
dibuang ke saluran pembuangan kota harus memenuhi standar baku mutu
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domesik atau edisi terbaru.
3. Air daur ulang yang digunakan kembali harus memenuhi standar baku
mutu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
4. Air daur ulang yang dimaksud di atas digunakan sebagai air sekunder
misalnya untuk penggelontoran (flushing), penyiraman tanaman, irigasi
lahan, dan penambahan air pendingin (make-up water cooling tower).
Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, ukuran, dan detail penerapan
mengikuti ketentuan perundang-undangan bidang pengelolaan air limbah.

2.10 Penelitian Terdahulu


Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan dengan tujuan tertentu
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian “Kajian Kategori Tepat Guna Lahan Dalam Penerapan Konsep
Green Building di Itenas” (Kandita, dkk. 2018). Pnelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi 2 gedung di Itenas sesuai dengan kategori tepat guna
lahan pada Greenship.
2. Penelitian “Kajian Gedung Direktorat Poliwangi Dengan Konsep Green
Building” (Saputra Dwi,2014) penelitian ini bertujuan mengkaji konsep
green building pada desain gedung direktorat poliwangi berdasarkan GBCI
(green building council Indonesia).
3. Penelitian “Penelitian Kriteria Green Building Pada Gedung Teknik Sipil
ITS” (Aristia, dkk. 2012). Mendapatkan kesimpulan yaitu hasil penilaian

22
terhadap 6 kriteria green building yang dianggap paling utama menurut
para akademisi dapat disimpulkan bahwa tingkat rating sertifikasi green
building pada gedung Teknik Sipil ITS adalah sebesar 43%.
4. Penelitian “Evaluasi Aspek Green Building pada Gedung Andi Hakim
Nasoetion Rektorat IPB” (Enrizal, dkk. 2019). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi penerapan Green Building di gedung AHN
dengan melakukan penilaian aspek green building berdasarkan Greenship
GBCI untuk gedung terbangun versi 1.0

5. Penelitian “Penerapan Konsep Green Building pada Gedung Balai Kota


Banda Aceh” (Jovinka, 2018). Pada penelitian ini membahas tentang
seberapa besar nilai persentase penerapan green building sesuai dengan
greenship existing building 1.1 dan kriteria apa saja yang sudah serta
belum diterapkan pada gedung Balai Kota Banda Aceh. Berdasarkan hasil
persentase penerapan konsep green building menurut greenship pada
gedung A mawardy Nurdin Balai Kota Banda Aceh yaitu sebesar 27,35%

23
24
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan terhitung dari bulan September
hingga bulan Maret.

3.2 Diagram Alir Penenlitian


Berikut merupakan flowchart penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan
Data

Penerapan PERMEN PUPR


Nomor 02 Tahun 2015 Pada
Homestay IBI Banyuwangi

De Desain 2D dan 3D

Pembahasan dan Sinkronisasi


Dengan Permen PUPR Nomor
02 Tahun 2015

Kesimpulan dan saran

selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penyusunan proyek akhir


(Hasil pengolahan data, 2020)

25
3.3 Prosedur Penelitian
Dengan mengikutu prosedur pennelitian yang telah dirancang pada
Gambar 3.1 maka hasil penelitian akan sesuai dengan yang diinginkan.

3.3.1 Studi Literatur


Langkah awal pada pelaksanaan pennelitian ini adalah mencari dan
mempelajari referensi yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian, yaitu
merencanakan dan mendesain Homestay IBI Banyuwangi. Referensi di dapatkan
melalui beberapa acuan standarisasi di dalam negeri maupun di luar negeri berupa
buku hardcopy maupun softcopy, jurnal, e-book, internet dan berbagai sumber
yang dapat di percaya dan di pertanggung jawabkan.

3.3.2 Pengumpulan Data


Untuk meneyelesaikan proyek akhir ini, maka diperlukan pengumpulan
beberapa data mengenai Homestay IBI Banyuwangi:
1. Gambar rencana Homestay IBI Banyuwangi
2. Jenis material Homestay IBI Banyuwangi

3.3.3 Penenerapan Permen PUPR nomor 02 tahun 2015


Penenerapan Permen PUPR nomor 02 tahun 2015 pada Homestay IBI
Banyuwangi yang berupa:
1. Pengelolaan tapak
2. Efisiensi penggunaan energi
3. Efisiensi penggunaan air
4. Kualitas udara dalam ruang
5. Pengendalian penggunaan material
6. Pengelolaan sampah
7. Pengolahan limbah

26
3.3.4 Desain
Proses pengerjaan desain dilakukan dengan mengacu pada Permen PUPR
nomor 02 tahun 2015, desain 2D menggunakan program software Auto-CAD
2008 sedangkan untuk pemodelan 3D menggunakan Sketchup pro 8, daftar
gambar sebagai berikut:
1. Lay out
2. Denah lantai 1
3. Denah lantai 2
4. Tampak depan
5. Tampak belakang
6. Tampak kanan
7. Tampak kiri
8. Potongan 1-4
9. Detail
10. 3D

3.3.5 Hasil dan Pembahasan


Sinkronisasi PERMEN PUPR nomor 02 tahun 2015 dengan hasil gambar,
setelah melakukan sinkronisasi di dapatkan desain yang sesuai dengan PERMEN
PUPR nomor 02 tahun 2015.

3.4 Jadwal Pelaksanaan


Kegiatan proyek akhir ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan
yang disajikan pada Tabel 3.1

27
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Proyek Akhir

Nama Kegiatan nnas s dw


Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret
1 2 3 4 12 34 1 2 3 41 23412 341234 1 2 3 4
Studi Literatur
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Pengolahan Data
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Pembuatan Laporan
Seminar Proyek Akhir
Sidang Proyek Akhir
Revisi Proyek Akhir

Sumber : Hasil Pengolahan, 2021

: Pelaksanaan Proyek Akhir

28
29

Anda mungkin juga menyukai