Anda di halaman 1dari 2

Legenda Awang Sukma dan

Telaga Bidadari
By
 Storyteller

Di pinggir hutan yang lebat, di pematang dirindungi pepohonan yang lebat


dan rindang, terdapat sebuah telaga kecil yang tak seberapa dalam. Air nya
jernih dan bening, meskipun musim kemarau tak pernah kering sekalipun.
Di dekat telaga itu tinggallah seorang lelaki muda nan rupawan, Awang
Sukma namanya. la hidup seorang diri dan tidak mempunyai istri. Ia
menjadi seorang penguasa di daerah itu. Oleh karena itu, ia bergelar data.
Selain berwajah tampan, ia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya
menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarkannya.
Awang Sukma sering memanen burung jika pohon limau sedang berbunga
dan burung-burung datangan mengisap madu. Ia memasang getah pohon
yang sudah dimasak dengan melekatkannya di bilah-bilah bambu. Bilah-
bilah bambu yang sudah diberi getah itu disebut pulut. Pulut itu dipasang di
sela-sela tangkai bunga. Ketika burung hinggap, kepak sayapnya akan
melekat di pulut. Semakin burung itu meronta, semakin erat sayapnya
melekat. Akhirnya, burung itu menggelepar jatuh ke tanah bersama bilah-
bilah pulut. Kemudian, Awang Sukma menangkap dan memasukkannya ke
dalam keranjang. Biasanya, puluhan ekor burung dapat dibawanya pulang.
Konon itulah sebabnya di kalangan penduduk, Awang Sukma dijuluki Datu
Suling dan Datu Pulut.
 

Akan tetapi, pada suatu hari suasana di daerah itu amat sepi. Tidak ada
burung dan tidak ada seekor pun serangga berminat mendekati bunga-
bunga Iimau yang sedang merekah.
 

“Heran,” ujar Awang Sukma, “sepertinya bunga limau itu beracun sehingga
burung-burung tidak mau lagi menghampirinya.” Awang Sukma tidak putus
asa. Sambil berbaring di rindangnya pohon-pohon limau, ia melantunkan
lagu-lagu indah melalui tiupan sulingnya. Selalu demikian yang ia lakukan
sambil menjaga pulutnya mengena. Sebenarnya dengan meniup suling itu,
ia ingin menghibur diri. Karena dengan lantunan irama suling, kerinduannya
kepada mereka yang ia tinggalkan agak terobati. Konon, Awang Sukma
adalah seorang pendatang dari negeri jauh.
 
Awang Sukma terpana oleh irama sulingnya. Tiupan angin lembut yang
membelai rambutnya membuat ia terkantuk-kantuk. Akhirnya, gema suling
menghilang dan suling itu tergeletak di sisinya. Ia tertidur.
 

Entah berapa lama ia terbuai mimpi, tiba-tiba ia terbangun karena


dikejutkan suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Ia tidak percaya
pada penglihatannya. Matanya diusap-usap.

Anda mungkin juga menyukai