0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
118 tayangan1 halaman
Kisah asal mula nama Kota Salatiga berhubungan dengan Ki Ageng Pandanaran, bupati Semarang yang sibuk memperkaya diri dan melupakan rakyat, hingga mendapat nasihat dari Sunan Kalijaga yang menyamar menjadi penjual rumput.
Kisah asal mula nama Kota Salatiga berhubungan dengan Ki Ageng Pandanaran, bupati Semarang yang sibuk memperkaya diri dan melupakan rakyat, hingga mendapat nasihat dari Sunan Kalijaga yang menyamar menjadi penjual rumput.
Kisah asal mula nama Kota Salatiga berhubungan dengan Ki Ageng Pandanaran, bupati Semarang yang sibuk memperkaya diri dan melupakan rakyat, hingga mendapat nasihat dari Sunan Kalijaga yang menyamar menjadi penjual rumput.
Kisah Asal Mula nama Kota Salatiga, Jawa Tengah, berhubungan erat
dengan Ki Ageng Pandanaran yang merupakan Bupati ke-2 Kota Semarang, Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sunan Bayat atau Sunan Tembayat. Saat zaman Kesultanan Demak masih berkuasa penuh di Jawa Tengah, Kabupaten Semarang termasuk dalam wilayah kesultanan.
Kabupaten Semarang dipimpin oleh Ki Ageng Pandanaran. Ki Ageng
Pandanaran merupakan seorang pedagang yang kaya raya. Namun seiring berjalannya waktu, Ki Ageng Pandanaran malah sibuk memperkaya dirinya sendiri, sampai melupakan kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
Menurut kabar, Sunan Kalijaga yang pada saat itu merupakan penasehat
Sultan Demak. Ia berniat untuk mengingatkan Ki Ageng Pandanaran dengan cara menyamar menjadi seorang penjual rumput. Suatu hari, Sunan Kalijaga mendatangi Ki Ageng Pandanaran. Ia berpura-pura menawarkan rumput. Ki Ageng setuju membeli rumput tersebut tapi dengan harga murah. Sunan Kalijaga menolaknya dengan alasan harganya terlalu murah.
Ki Ageng Pandanaran tidak terima. Ia merasa tersinggung dengan penolakan
Sunan Kalijaga. Ia sangat marah kemudian mengusir Sunan Kalijaga. Sebelum pergi, Sunan Kalijaga berkata pada Ki Ageng Pandanaran bahwa ada cara lebih baik untuk mencari kekayaan daripada menimbun harta yang seharusnya menjadi hak rakyat.
“Wahai Pak Bupati terhormat, daripada menimbun harta milik rakyat, ada cara lain lebih terhormat untuk mencari harta kekayaan.” kata Sunan Kalijaga.