Anda di halaman 1dari 8

KeRAJAAN

PAJANG
Kelompok 4

1
ANGGOTA KELOMPOK

SILFIA RAMADANI (28) SHAULA BUNGA OKTAFIA (27) CHIKA MIRASIH MAULIDA (8) BADILAH AHMAD ZAIN (7)

2
KERANAAN
PAJANG
Kerajaan Pajang adalah penerus dari kerajaan
Demak. Kerajaan Islam pertama yang terletak di
daerah pedalaman Pulau Jawa. Sultan atau raja
pertama kesultanan ini adalah Jaka Tingkir yang
berasal dari, Pengging, di lereng Gunung
Merapi. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya.
Kedudukannya disahkan oleh Sunan Giri, segera
mendapat pengakyan dari adipati di seluruh
Jawa Tengah dan Timur.
JAKA TINGKIR/ 3
SULTAN HADIWIJAYA
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di pajang, Ki Ageng
pemanahan diangkat menjadi bupati di Mataram sebagai
imbalan atas keberhasilannya menumpas Aria Penangsang.
Setelah Ki Ageng pemanahan wafat pada tahun 1575 M,
Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram yang
terkenal dengan nama Panembahan Senopati. Ternyata ia
tidak puas menjadi bupati. Handiwijaya yang mengetahui

4 hal itu segera mengirimkan pasukannya ke Mataram.


Peperangan terjadi pada tahun 1582 M. Prajurit Pajang
menderita kekalahan besar. Sultan Handiwijaya menderita
sakit dan akhirnya wafat.

M, SUTAWIJAYA
Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat bupati
Demak) datang menyerbu Pajang untuk merebut tahta.
Akhirnya Pangeran Pangiri beserta pengikutnya dapat

PANGERAN PANGIRI dikalahkan dan di usir dari Pajang.

Pangeran Benowo (Putra Hadiwijaya) menyerahkan tahta

5 kepada Sutawijaya. Sutawijaya memindahkan pusat


pemerintahannya ke Mataram (1586 M).Berdirilah Kerajaan
Mataram.Pangeran Benowo diangkat menjadi bupati Pajang

PANGERAN BENOWO
PENINGGALAN KERAJAAN PAJANG 6

MASJID LAWEYAN PASAR LAWEYAN KAMPUNG BATIK LAWEYAN


• Masjid Laweyan, merupakan salah satu peninggalan • Pasar Laweyan, merupakan pasar yang masih eksis sejak • Kampung Batik Laweyan, merupakan salah satu
Kerajaan Pajang, bangunan bersejarah ini bertempat di zaman Kerajaan Pajang hingga sekarang. Saat ini, pasar ini peninggalan dari Kerajaan Pajang yang masih sangat eksis
Jalan Liris No.1, Dusun Belukan, Kelurahan Pajang, Surakarta. menjadi pusat perdagangan batik yang berada di wilayah hingga hari ini adalah kampung Batik Laweyan.
Masjid Laweyan dibangun sejak tahun 1546 oleh Jaka Bandar Kabanaran, Kota Surakarta. Laweyan merupakan Kampung Laweyan sudah ada sejak pemerintahan
Tingkir dan masih berdiri kokoh hingga sekarang. lokasi yang ditempati para penduduk yang mayoritas Kesultanan Pajang pada tahun 1546 M, saat ini kampung
Bagi masyarakat Solo, Masjid Laweyan ini lebih dikenal berprofesi sebagai para pedagang. Laweyan merupakan sentra batik di Kota Solo. Laweyan
dengan sebutan Masjid Ki Ageng Henis. Menurut cerita, konon Laweyan berasal dari kata Lawiyan sendiri mengandung arti utas dalam Bahasa Jawa.
Bangunan ini ternyata menggabungkan unsur tradisional yang berarti berpindah-pindah. Karena dahulu kala banyak
Jawa, Eropa, Cina dan Islam. Masjid ini memiliki ciri khas orang berpindah-pindah demi melindungi diri dari bencana
bentuknya yang seperti Kelenteng Jawa dengan arsitektur banjir akibat meluapnya sungai Bengawan Solo. Akhirnya
khas Jawa yang sangat kental. Dinding Masjid ini tersusun daerah Laweyan digunakan penduduk dari Desa Nusupan
dari kayu dan batu bata. sebagai tempat aman banjir.
PENINGGALAN KERAJAAN PAJANG 7

MAKAM SULTAN HADIWIJAYA BANDAR KABANARAN MAKAM PEJABAT PAJANG


• Makam Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan nama Jaka • Bandar Kabanaran adalah sebuah situs yang bisa kita temukan di • Makam Pejabat Pajang, Peninggalan Kerajaan Pajang yang tidak
Tingkir adalah pendiri sekaligus raja dari Kerajaan Pajang. Jaka jalan Nitik, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Bandar Kabanaran ini boleh terlewatkan yaitu kompleks pemakaman para bangsawannya.
Tingkir meninggal dunia di tahun 1582 dan dimakamkan di berlokasi di tepi sungai Jenes yang merupakan anak sungai dari Di makam ini setidaknya ada 20 makam dari para pejabat dan kerabat
kampung halaman sang ibunda. Sayangnya, lokasi dari makan Jaka Sungai Bengawan Solo. Badar Kabanaran dulunya adalah Pelabuhan dari Kerajaan Pajang. Salah satu makam yang paling dikenal yaitu
yang menghubungkan Kerajaan Pajang, Kampung Laweyan dan makam dari Kyai Ageng Henis yang juga perintis dari berdirinya
tingkir ini ternyata tidak banyak diketahui oleh banyak orang.
Badar Besar Nusupan di tepi Bengawan Solo. kerajaan Pajang.
Makam Jaka Tingkir berada di pelosok perkampungan masyarakat,
Bandar Kabanaran digunakan sebagai jalur utama pedangangan dan Makam Kyai Ageng Henis ini menjadi salah satu makam yang sering
tepatnya di Desa Butuh, Dusun II, Sragen. Berbeda dengan makam- juga transportasi masyarakat di sekitar sana. Bahkan ketika Laweyan di dikunjungi oleh wisatawan. Banyak wisatawan yang sengaja datang,
makam raja-raja Solo dan Yogyakarta yang megah dan banyak Kelola oleh Kyai Ageng Henis, daerah Badar Kabanaran mengalami hanya untuk berziarah dan berdoa di makam beliau. Biasanya para
dikunjungi wisatawan. Makam Jaka Tingkir ini sangatlah sederhana kemajuan yang sangat pesat. Tiap hari Bandar Kabanaran selalu ramai
wisatawan akan menunaikan ibadah terlebih dahulu di Masjid
yang berada di kompleks pemakaman Butuh. Dalam kompleks dilewati perahu-perahu yang membawa berbagai jenis barang menuju
Laweyan, setelah itu baru mengunjungi makam Kyai Ageng Henis.
pemakaman itu terdapat satu masjid yang juga diberi nama Masjid ke Bandar Nusupan.
Kyai Ageng Ageng Henis adalah putra Ki Ageng Selo yang yang
Butuh. Makan dari Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya ini terbilang Karena semakin berkurangnya debit air di Sungai Jenes, Bandar
mengabdi kepada Sultan Hadiwijaya di Kerajaan Pajang. Menurut
cukup sepi dari wisatawan karena losinya yang cukup sulit untuk Kabanaran tidak digunakan lagi dan transportasi pun digantikan
legenda, Ki Ageng Selo dikenal akan kesaktiannya dimana ia mampu
ditempuh dan juga agak jauh dari perkotaan. dengan yang lebih modern. Kini Bandar Kabanaran hanya menjadi
menangkap petir.
sebuah alur sungai yang tidak terpakai dan terurus.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai