Anda di halaman 1dari 2

Komunikasi terapeutik pssien dengan Kanker Otak

Peran : perawat : Herza Dwi Chayani


Pasien : Frederika kamumu
Suatu pagi di ruang perawatan St. Joseph 6 Perawat akan melakukan observasi TTV pada Nn.
E dengan diagnosa medis kanker otak Stadium 3. Saat perawat memasuki ruang perawatan
tampak pasien duduk dan termenung dan tampak sedih.
Fase orientasi
Perawat : “Selamat pagi kak, Bagaimana tidurnya semalam?”
Pasien : “Selamat pagi sus, semalam tidur saya nyenyak“ (namun tampak muka lesu)
Perawat : “Baik, Saya perawat Herza yang akan merawat kakak dari pukul 07.00-14.00, apa
betul dengan kak Ela, bisa saya liat gelang tangannya?”
Pasien : “ Betul sus, silahkan”
Perawat : “Apakah tidak ada yang menemani kakak disini?
Pasien : “Ada kok sus, ibu saya kebetulan lagi mengambil hasil lab saya”
Fase kerja
Perawat : “Baiklah kalau begitu sebelumnya saya mau observasi TTV dlu yah kak”
Pasien : “baik sus”
Perawat : “TD kakak lumayan tinggi 140/90 mmhg”
Pasien : “Oh, begitu sus” (muka datar)
Fase terminasi
Perawat : “Maaf sebelumnya saya ingin bertanya, apakah kakak punya masalah? Karena
daritadi kakak tampak lesu, dan respon kakak datar-datar saja”
Pasien : “Oh tidak ada sus baik-baik saja” (muka datar)
Perawat : “Jika kakak punya masalah bisa ceritakan kepada saya, saya akan mendengarkan
keluhan kakak, dan mungkin saya bisa membantu mencari solusi untuk kakak”
Pasien : (diam sejenak) “Saya hanya merasa kesal, kenapa saya harus di beratkan dengan
penyakit seperti ini, padahal usia saya masih muda, Harusnya saya masih bisa jalan-jalan
dengan teman-teman saya, mengahabiskan waktu dengan keluarga saya, tapi lihat saya hanya
bisa duduk, makan, minum obat, bahkan saya sudah muak minum obat, untuk apa saya
minum obat lagi kalau saya akan mati juga” (dengan muka jengkel)
Perawat : “hmm.... Baik saya paham perasaan kakak, tapi kita tidak boleh seperti itu, setiap
penyakit yang diberikan Tuhan kepada kita itu merupakan suatu cobaan untuk menguji
umatnya, Tuhan ingin menguji seberapa sabar kita dalam menghadapi cobaan, dan setiap
orang garis kematiannya sudah di tentukan oleh Tuhan jadi kita tidak bisa menghindarinya”
Pasien : “suster enak hanya bisa bilang seperti itu, suster tidak merasakan di posisi saya, di
vonis kanker otak stadium 3 di usia masih muda seperti ini”
Perawat : “Saya memang tidak merasakan kesakitan yang kakak alami, tapi saya bisa
memberikan saran kepada kakak untuk menjalani hidup kakak, walaupun kakak telah divonis
kanker stadium 3 tapi kakak masih bisa melakukan hal-hal yang masih ingin kakak lakukan”
Pasien : “Tapi saya rasa tidak sanggup untuk melakukannya” (muka sedih)
Perawat : “kakak coba lakukan hal-hal positif yang masih bisa kk lakukan, kakak masih bisa
melakukan hal-hal yang ingin kk lakukan, dengan begitu kakak bisa teralihkan perhatiannya
dan tidak terus-terus memikirkan penyakit kk ini”
Tahap terminasi akhir
Pasien : “Baik sus, terimakasih, sudah mau mendengarkan dan memberikan masukan, saya
merasa sedikit lega sudah bercerita”
Perawat : “iya sama-sama kak, kakak jangn lupa makan yah dan minum obat setelah makan,
juga harus tidur yang nyenyak biar kakak merasa fit “
Pasien : “Iya suster, terimakasih”
Perawat : “Baik kalau begitu saya permisi dulu, jika kk butuh sesuatu kk bisa tekan belnya,
Selamat pagi”
Pasien : “baik sus, selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai