Cakul BAB II Bilangan Kompleks 25072015
Cakul BAB II Bilangan Kompleks 25072015
Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016
ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
Pada BAB ini dibahas mengenai konsep-konsep bilangan dan variabel kom-
pleks serta penggunaannya dalam penyelesaian persoalan fisika.
Bilangan kompleks terdiri dari dua bagian yaitu bagian real dan bagian
imajiner. Misalnya bilangan kompleks yang dinyatakan dengan z = 5 + 3i
maka angka 5 merupakan bagian real dari z atau dituliskan sebagai <(z)
sedangkan angka 3 disebut bagian imajiner dari z dan dituliskan sebagai
=(z) √dari bilangan kompleks tersebut. Dalam penulisan bilangan kompleks
ar
i = −1 atau i2 = −1. Perlu diperhatikan bahwa bagian imajiner suatu
s
bilangan kompleks bukanlah imajiner.
ba
kh
bilangan kompleks dapat juga digambarkan sebagai titik dalam bidang kom-
ca
x = r cos θ
y = r sin θ
23
24 Bilangan Kompleks
r dinamakan modulus atau nilai mutlak dari z dan θ (dalam radian) disebut
sudut dari z. Perhatikan gambar 2.2.
y
=(z)
(5, 3)
z = 5 + 3i
x
<(z)
(−4, −5)
ar
z = −4 − 5i
s
ba
kh
y
m
se
=(z)
01
21
(5, 3)
z = 5 + 3i
l fi
ku
r
ca
θ
x
<(z)
khbasar2015
c
2.2 Aljabar Kompleks 25
Menjadikan bentuk x + iy
(1 + i)2 = (1 + i)(1 + i) = 1 + 2i + i2 = 1 + 2i − 1 = 2i
Dengan demikian bagian realnya adalah 0 dan bagian imajinernya
adalah 2. Bilangan kompleks tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
(1 + i)2 = 2i
Contoh 2
ar
2+i
s
Ubahlah bentuk menjadi bentuk x + iy ba
3−i
kh
15
2+i 2+i3+i 6 + 5i + i2 5 + 5i 1 1
= = = = + i
20
Contoh 3
01
1
Nyatakan z = dalam bentuk x + iy.
21
1 1 1 1
z= = = iπ/6 = e−iπ/6
2(cos 30◦ + i sin 30◦ ) 2 cos π6 + i sin π6 2e 2
√ !
1 3 1
= (cos π/6 − i sin π/6) = −i
2 4 4
khbasar2015
c
26 Bilangan Kompleks
2 − 3i 2 + 3i
z= =⇒ z̄ =
i+4 −i + 4
Nilai mutlak
ar
koordinat di bidang kompleks. Dengan demikian dinyatakan dalam bentuk
s
ba
p √
|z| = r = x2 + y 2 = z z̄ (2.2)
kh
15
20
Persamaan Kompleks
1
m
se
Dua buah bilangan kompleks dikatakan sama jika bagian real bilangan kom-
01
pleks pertama sama dengan bagian real bilangan kompleks kedua dan bagian
21
Contoh
ca
(x + iy)2 = x2 + i2xy − y 2 = 2i
Dengan demikian diperoleh hubungan
x2 − y 2 = 0 =⇒ y = ±x
2xy = 2
khbasar2015
c
2.3 Deret Kompleks 27
Selanjutnya diperoleh
Yang dimaksud deret kompleks dalam hal ini adalah deret yang suku-sukunya
adalah bilangan kompleks. Jumlah bagian (partial sum) suatu deret kompleks
secara umum tentu saja berupa bilangan kompleks (artinya dapat dinyatak-
an Sn = X + iY ). Konvergensi pada deret kompleks didefinisikan dengan
pengertian yang sama seperti pada deret real. Suatu deret kompleks dikatak-
an konvergen jika bagian real dan bagian imajinernya masing-masing adalah
deret yang konvergen. Uji konvergensi pada deret real yang telah dipelajari
dapat digunakan juga pada deret kompleks.
s ar
Contoh
ba
kh
∞
1 + i (1 + i)2 (1 + i)3 (1 + i)n
20
X
1+ + + + ... =
2 4 8 2n
1
n=0
m
se
(1 + i)n+1 (1 + i)n
÷
l fi
ρ = lim
n→∞ 2n+1 2n
√
ku
1 + i 1 + i
= 2 <1
ca
= lim =
n→∞ 2 2 2
Pada bagian terdahulu telah dibahas tentang deret pangkat dan interval
konvergensi untuk variabel real. Pengertian yang serupa juga dijumpai dalam
deret pangkat dengan variabel berupa bilangan kompleks, yang dinyatakan
sebagai berikut
X∞
an z n
n=0
khbasar2015
c
28 Bilangan Kompleks
z2 z3 z4
1−z+ − + + ...
2 3 4
∞
X (−z)n
Deret tersebut dapat dinyatakan sebagai Dengan menggu-
n=0
n
nakan uji perbandingan (rasio), maka dapat ditentukan syarat kon-
vergensi deret kompleks tersebut
(−z)n+1 (−z)n
ρ = lim ÷
n→∞ n+1 n
ar
zn
= |z| lim n
= lim
s
n→∞ n + 1 n→∞ n + 1
ba
kh
= |z|
15
Jadi agar deret tersebut konvergen maka |z| < 1. p Karena |z| =
20
p
x + y , maka artinya deret tersebut konvergen jika x2 + y 2 < 1.
2 2
1
dan berjejari 1.
01
21
Contoh 2
l fi
ku
∞
X
zn
ca
khbasar2015
c
2.4 Rumus Euler 29
ar
θ2 θ4 θ3 θ5
s
= 1− + − ... + i θ − +ba − ...
2! 4! 3! 5!
kh
= cos θ + i sin θ
15
tuk bilangan kompleks dengan bentuk trigonometri yang disebut sebagai ru-
1
(2.4)
01
e−iθ , yaitu
e−iθ = cos θ − i sin θ
l fi
(2.5)
ku
Bila persamaan 2.4 dan persamaan 2.5 dijumlahkan maka akan diperoleh
ca
ungkapan untuk cos θ, sedangkan bila persamaan 2.4 dikurangi dengan per-
samaan 2.5 maka akan dapat diperoleh ungkapan untuk sin θ sebagai berikut
eiθ − e−iθ
sin θ =
2i (2.6)
eiθ + e−iθ
cos θ =
2
Persamaan tersebut menunjukkan kaitan antara fungsi trigonometri sinus dan
cosinus dengan bentuk bilangan kompleks (dalam representasi eksponensial).
khbasar2015
c
30 Bilangan Kompleks
Contoh 1
Contoh 2
Hitunglah
(1 + i)2
ar
(1 − i)
s
ba
kh
√
(1 + i)2 = ( 2eiπ/4 )2 = 2eiπ/2
1
m
√
se
(1 − i) = 2e−iπ/4
01
Maka
21
l fi
(1 + i)2 2eiπ/2 √ √
=√ = 2ei(π/2+π/4) = 2ei3π/4
ku
(1 − i) 2e −iπ/4
ca
khbasar2015
c
2.4 Rumus Euler 31
(1 + i)2 √
= 2ei3π/4 = −1 + i
(1 − i)
Hitunglah (1 + i)3 .
√
Bila dinyatakan dalam bentuk eksponensial, maka (1 + i) = 2eiπ/4 .
Dengan demikian maka
√ √ !
3
√ iπ/4 3 √ i3π/4 √ 3 3
(1 + i) = ( 2e ) = 8e = 8 − +i
2 2
ar
s
ba
kh
Contoh 2
√
15
3
Hitunglah −8i
20
1
sial, maka
−8i = 8eiπ
01
21
Namun perlu diingat bahwa bila sudut θ ditambah dengan 2nπ, maka
l fi
−8i = 8ei(π+2nπ)
ca
Selanjutnya
√ 1/3
3
−8i = 8ei(π+2nπ)
π 2nπ π 2nπ
= 81/3 ei(π+2nπ)/3 = 2 cos + + i sin +
3 3 3 3
khbasar2015
c
32 Bilangan Kompleks
( √ ! √ !)
√
3 i 3 i 3
−8i = 1+ , (−1) , 1 −
2 2
Dengan mengambil bagian real atau bagian imajiner dari einθ , maka persa-
maan tersebut dapat di atas digunakan untuk memperoleh ungkapan sin 2θ,
cos 2θ, sin 3θ, cos 3θ dan sebagainya. Misalnya, untuk n = 3 maka diperoleh
3
ei3θ = (cos θ + i sin θ)
cos 3θ + i sin 3θ = cos3 θ + 3i sin θ cos2 θ − 3 sin2 θ cos θ − i sin3 θ
= cos3 θ − 3 sin2 θ cos θ + i 3 sin θ cos2 θ − sin3 θ
yang berarti
ar
s
ba
Dengan menggunakan rumusan Euler, maka dapat pula diperoleh ungkapan
kh
eiz − e−iz
20
sin z =
2i (2.8)
1
eiz + e−iz
m
cos z =
se
2
01
Tinjau suatu bilangan kompleks yang murni imajiner z = iy, maka dapat
21
dinyatakan
l fi
sin z = sin iy = = =i
2i 2i 2
ca
−i(iy) −y
(2.9)
e i(iy)
+e e +e y
e + e−y
y
cos z = cos iy = = =
2 2 2
Terlihat bahwa nilai sinus dari suatu bilangan kompleks iy sama dengan i di-
ey − e−y
kalikan suatu fungsi real sedangkan nilai cosinus dari suatu bilangan
2
ey + e−y
kompleks iy sama dengan suatu fungsi real . Fungsi real tersebut
2
akan sering dijumpai dan diberi notasi khusus. Persamaan 2.8 memberikan
definisi tentang fungsi sinus hiperbolik (sinh) dan cosinus hiperbolik (cosh),
yang secara umum dituliskan dalam bentuk
khbasar2015
c
2.5 Fungsi Hiperbolik 33
ez − e−z
sinh z =
2 (2.10)
ez + e−z
cosh z =
2
Beberapa fungsi hiperbolik lainnya dapat diperoleh sebagaimana fungsi tri-
gonometri biasa, yaitu
sinh z 1
tanh z = , coth z =
cosh z tanh z (2.11)
1 1
sech z = , csch z =
cosh z sinh z
Dari persamaan 2.8 dapat juga dituliskan bahwa
sin iy = i sinh y
(2.12)
cos iy = cosh y
Contoh 1
ar
ez + e−z
s
Karena cosh z = maka ba
2
kh
eix + e−ix 1
15
= cos(x)
1
m
Dengan demikian
se
<(cosh(ix)) = cos x
01
=(cosh(ix)) = 0
21
l fi
ku
Contoh 2
ca
sinh z
Karena tanh z = , maka
cosh z
e1−iπ − e−1+iπ e(cos π − i sin π) − e−1 (cos π + i sin π)
tanh(1 − iπ) = =
e1−iπ + e−1+iπ e(cos π − i sin π) + e−1 (cos π + i sin π)
−1
e(−1) − e (−1) −e2 + 1
= =
e(−1) + e−1 (−1) −e2 − 1
khbasar2015
c
34 Bilangan Kompleks
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan tentang pangkat dan akar dari bi-
langan kompleks, yang maksudnya adalah pangkat atau akar real dari suatu
bilangan kompleks. Bagaimana halnya dengan pangkat atau akar kompleks
dari suatu bilangan kompleks? Pada prinsipnya hal ini sama saja dengan yang
dilakukan pada bilangan real. Dengan mengingat hubungan ln ab = b ln a dan
ab = eb ln a , maka persoalan ini dapat diselesaikan dengan mudah.
Terlebih dahulu, tinjau logaritma dari bilangan kompleks. Misalkan suatu
bilangan kompleks z dan w yang hubungannya dinyatakan dengan z = ew
yang berarti w = ln z. Kemudian jika z = reiθ , maka diperoleh
Karena
ar
2i = 2ei(π/2+2nπ)
s
ba
Maka
kh
π
15
Contoh 2
se
Hitunglah (2i)1+i
01
21
l fi
khbasar2015
c
2.7 Beberapa Penggunaan Bilangan Kompleks 35
Contoh 3
ey + e−y ey − e−y
Sedangkan cos(iy) = dan sin(iy) = i , maka
2 2
1
eln 2 + e− ln 2 2+ 2 5
cos(i ln 2) = = =
2 2 4
1
eln 2 − e− ln 2 2− 2 3
sin(i ln 2) = i =i =i
2 2 4
Dengan demikian
5 5
cos(π + i ln 2) = − − 0 = −
4 4
s ar
ba
kh
Kinematika
21
posisi suatu benda, maka jika posisinya berubah tiap saat akan dapat dinya-
ca
khbasar2015
c
36 Bilangan Kompleks
dv d
a= = (5iωeiωt ) = −5ω 2 eiωt = −ω 2 z
dt dt
Terlihat dari percepatan gerak benda, bahwa percepatan gerak benda sama
dengan suatu konstanta dikalikan dengan posisi benda dan hal ini menyatak-
an suatu gerak harmonik.
Analisa Rangkaian AC
VR
V L VL
sar
VC ba
kh
Gambar 2.3 Rangkaian RLC seri.
15
20
salnya arus total yang mengalir pada rangkaian dinyatakan dengan bentuk
se
fungsi harmonik I = I0 sin ωt. Jika VR adalah beda tegangan pada kaki-kaki
01
resistor R dan I adalah kuat arus yang mengalir pada hambatan tersebut,
21
VR = IR (2.14)
ku
ca
khbasar2015
c
2.7 Beberapa Penggunaan Bilangan Kompleks 37
ar
sedangkan hambatan efektif pada komponen kapasitor dinamakan reaktansi
s
ba
kapasitif XC yaitu
kh
VC 1 i
XC = = =− (2.22)
I iωC ωC
15
Pada rangkaian RLC seri, impedansi (kompleks) dapat diperoleh dengan kon-
20
sep yang sama dengan susunan seri tiga hambatan (resistor) yang masing-
1
m
Z = R1 + R2 + R3
l fi
1
ku
= R + XL + XC = R + iωL − i
ωC
ca
1
= R + i ωL −
ωC
khbasar2015
c
38 Bilangan Kompleks
Demikian pula halnya jika ketiga komponen (resistor, induktor dan kapasi-
tor) disusun paralel, maka impedansi totalnya dapat diperoleh sebagaimana
susunan paralel tiga buah hambatan yaitu R1 = R, R2 = XL = iωL dan
R3 = XC = −i/(ωC). Hambatan (impedansi) kompleks total pada susunan
paralel adalah
1 1 1 1
= + +
Z R1 R2 R3
1 1 1 1 1 1
= + + = + +
R XL XC R iωL −i/(ωC)
1 1 1 1
= −i + iωC = +i − + ωC
R ωL R ωL
1
Z=
1 1
+i − + ωC
R ωL
Sehingga diperoleh
v
p u 1
|Z|paralel = Z Z̄ = u
u 2 2 (2.24)
t 1 1
+ − + ωC
ar
R ωL
s
ba
kh
Contoh
15
Pada rangkaian yang terdiri dari hambatan R yang tersusun seri de-
20
L
01
R
21
l fi
C
ku
ca
khbasar2015
c
2.7 Beberapa Penggunaan Bilangan Kompleks 39
i
(R + iωL) − ωC
Ztotal =
1
R + i ωL −
ωC
1
iR L R − i ωL −
− + ωC
=
ωC
C
1 1
R + i ωL − R − i ωL −
ωC ωC
R2 ω2 L
R L
+ i − − +
ω2 C 2 ωC C ωC 2
= 2
1
R2 + ωL −
ωC
Optik/ Gelombang
ar
nya bahwa fungsi sinus dapat dituliskan dalam bentuk fungsi eksponensial
s
ba
kompleks. Misalnya suatu berkas cahaya dinyatakan dengan fungsi sin t dan
kh
berkas yang lain memiliki beda fasa sebesar δ dibandingkan berkas sebelum-
15
nya. Dengan kata lain berkas-berkas tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi
20
sebagai berikut.
01
eit , maka artinya superposisi fungsi sinus tersebut dapat diperoleh dengan
l fi
eit + eit eiδ + eit e2iδ + eit e3iδ + . . . = eit 1 + eiδ + e2iδ + e3iδ + . . .
yang berarti deret tersebut adalah berupa deret geometri dengan suku awal
eit dan perbandingan antara suku yang berurutan (disebut sebagai rasio) sa-
ma dengan eiδ . Telah diketahui sebelumnya (lihat kembali pembahasan pada
BAB terdahulu) bahwa deret geometri yang suku awalnya a dan rasionya
khbasar2015
c
40 Bilangan Kompleks
a(1 − rN )
r mempunya jumlah bagian SN yang dinyatakan dengan SN = .
(1 − r)
Dengan demikian jika terdapat n berkas gelombang maka jumlah bagiannya
adalah
eit (1 − einδ )
Sn =
1 − eiδ
Selanjutnya dapat digunakan penyederhanaan berikut
inδ inδ/2
−inδ/2 inδ/2
inδ/2 nδ
1−e =e e −e = −e 2i sin
2
δ
1 − eiδ = eiδ/2 e−iδ/2 − eiδ/2 = −eiδ/2 2i sin
2
Jadi diperoleh
sin nδ
inδ/2
it e 2 eit einδ/2 sin(nδ/2)
Sn = e =
sin 2δ
eiδ/2 eiδ/2 sin(δ/2)
sin(nδ/2)
= ei(t+(n−1)δ/2)
sin(δ/2)
dan selanjutnya bila diambil bagian imajinernya maka akan diperoleh hasil
ar
superposisi dari fungsi sinus tersebut di atas, yaitu
s
ba
nδ
kh
sin
n−1 2
15
sin t + δ
2 δ
20
sin
2
1
m
bilangan kompleks dari fungsi harmonik (sinus atau cosinus) akan sangat
21
khbasar2015
c
Paket Soal Bab 2
ar
a. b. c. , dengan z = x + iy
i−2 z̄
s
1−i ba
kh
3. Selesaikanlah persamaan kompleks berikut untuk mendapatkan semua ni-
lai yang mungkin dari variabel x dan y
15
x + iy
a. (x + iy)3 = −1 b. = −i c. |1 − (x + iy)| = x + iy
20
x − iy
1
∞ n
se
z2 z3 X z
z
a. e = 1 + z + + + ... b.
01
2! 3! n=0
2
21
a. 5 32 b. q3
−1 c. 3
2i − 2
√ √
ku
√
5 8 −1−i 3 5
d. i e. f. −1 − i
ca
41
42 Paket Soal Bab 2
9. Tentukan impedansi total dari rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari
susunan paralel resistor R, kapasitor C, dan induktor L (rangkaian RLC
paralel).
10. . . .
sar
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar