LP DM TIPE 2
LP DM TIPE 2
Ketidakefektifan
Dehidrasi Klien tidak merasa
perfusi jaringan Nekrosis luka
sakit
perifer
Kerusakan
Resiko syok Kehilangan kalori Gangrene integritas jaringan
Sel kekurangan
Merangsang Protein dan lemak BB menurun
bahan untuk
hipotalamus dibakar
metabolisme
Ketidakseimbangan keteasidosis
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer, 2015). tujuan utama penatalaksanaan terapi pada
Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari
terjadinya komplikasi.
Tatalaksana Diabetes Mellitus terangkum dalam 4 pilar pengendalian
diabetes, yaitu:
a. Edukasi
Penderita Diabetes Mellitus perlu mengetahui seluk beluk penyakit
Diabetes Mellitus. Dengan mengetahui faktor risiko diabetes mellitus,
proses terjadinya diabetes mellitus, gejala diabetes mellitus,
komplikasi penyakit diabetes mellitus, serta pengobatan diabetes
mellitus, penderita diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya
pengendalian diabetes mellitus, meningkatkan kepatuhan gaya hidup
sehat dan pengobatan diabetes mellitus. Penderita perlu menyadari
bahwa mereka mampu menanggulangi diabetes mellitus dan bukanlah
suatu penyakit yang di luar kendalinya. Terdiagnosis sebagai penderita
diabetes mellitus bukan berarti akhir dari segalanya. Edukasi
(penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang
berhasil.
b. Pengaturan makan (Diet)
Pengaturan makan pada penderita Diabetes Mellitus bertujuan untuk
mengendalikan gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta
berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes mellitus
dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses
makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur
dan disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum,
makanan untuk penderita diabetes mellitus sebaiknya rendah lemak
terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat
termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang
dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
c. Olahraga / Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga
membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga
memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh
penderita sehingga pengendalian diabetes mellitus lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan
dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu
rendah. Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan
intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara
bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik
seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dan lain-
lain. Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan
sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dan lain
sebagainya. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter
sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi
sebelum olahraga dimulai.
d. Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah
tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan
gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan atas pertimbangan
dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut
diabetes mellitus, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau
tinggi.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Sukarmin, 2013). Pemeriksaan gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl
Kriteria diagnostik untuk diabetes mellitus >140 mg/dl paling sedikit
dalam dua kali pemeriksaan. Atau >140 mg/dl disertai gejala klasik
hiperglikemia, atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula Darah 2 Jam Post Prondial <140 mg/dl
Digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan
didiagnostik
c. Gula Darah Sewaktu <140 mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
GD<115 mg/dl setengah jam, 1 jam, 1 setengah jam <200 mg/dl, 2
jam, 140 mg/dl. TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas
dan diet dan beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada:
1) Hiperglikemi yang sedang puasa
2) Orang yang mendapat thiazide, pil KB, Steroid
3) Pasien yang dirawat atau sakit akut atau inaktif.
e. Tes Toleransi Glukosa Intravena (TTGI)
Dilakukan jika TTGO merupakam kontra indikasi atau terdapat
kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
f. Tes Toleransi Kortison Glukosa
Digunakan jika TTGO tidak bermakna, korison menyebabkan
peningkatan kadar gula darah abnormal dan menurunkan penggunaan
gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi diabetes
mellitus kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap
sebagai hasil positif.
g. Glycosatet Hemoglobin
Berguna dalam memantau kadar glukosa darah rata rata selama lebih
dari 3 bulan.
h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 Kali Meningkat Setelah Pemberian
Glukosa
Untuk mengukur proinsulin (produksi samping yang tak aktif secara
sekresi insulin.
i. Insulin Serum Puasa 2-20 mu/ml Post Glukosa Sampai 120 mu/ml
b. Resiko Syok
d. Resiko infeksi
Brunner, 2018. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12,
Jakarta: EGC.
Dewi,R.K. 2014. Diabetes bukan untuk ditakuti. Jakarta :Fmedia.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma, 2016. Asuhan Keperawatan Praktis.
Yogyakarta: Mediaction.
Riyadi, Sujono, Sukarmin, 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Smeltzer, Suzanne C, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Volume 2, Jakarta: EGC.