Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah : Teori Akuntansi KelasF

Kelompok 6:

 Ainun Khaeriyah Nur Iva (A031191165)


 Annisa Febrina ( A031191047)
 Fitrah Perdana Maulia B. ( A031191174)
 Jennifer Cantika Marwan (A031191178)
 Kevin Untario (A031191178)
 Nurul Izzah Mahyuddin ( A031191193)

Case Study 7 -1

“Heritage Assets”

Pada tahun 2006, Dewan Standar Akuntansi Inggris mengusulkan bahwa asetaset bersejarah,
seperti koleksi seni dan bangunan dapat dimunculkan dalam neraca institusi yang
memegangnya. Barker (2006) menjelaskan bahwa aset-aset bersejarah didefinisikan sebagai
aset dengan kualitas historis, artistik, ilmiah, teknologi geofisika, maupun lingkungan, yang
disimpan dan dipelihara (dengan tujuan) utama dalam rangka kontribusi mereka terhadap
pengetahuan dan budaya ketika tujuan tersebut berpusat pada tujuan pelaporan entitas. Dia
menambahkan bahwa sejak kebanyakan aset bersejarah tidak sering berpindah melalui pasar,
(maka) terdapat masalah dalam menilai aset bersejarah. Konsep paparan (Dewan Standar
Akuntansi) Inggris mengusulkan bahwa aset bersejarah harus dikapitalisasi jika bisa
dilakukan penilaian dan penilaian tersebut menyediakan informasi yang berguna dan relevan.

Referensi:

Barker, P 2006, "Heritage assets can accounting do better?,Accountancy Ireland, vol.38, iss.
4, p. 48.

Pertanyaan:

1. Dalam hal apa aset bersejarah serupa dengan aset entitas (berorientasi) profit dan
dalam hal apa keduanya berbeda?

Jawab
Internasional Public Sector Accounting Standar (IPSAS) 17 Properti,Plant and Equipment
menyatakan bahwa suatu aset dinyatakan sebagai heritage assets karena bernilai budaya,
lingkungan atau sejarah. SedangkanFinancial Reporting Standard (FRS) 30 United Kingdom
mendefiniskan asetbersejarah adalah aset tetap yang memiliki nilai sejarah, seni,
pengetahuan, teknologi, dan lingkungan yang dijaga kelestariannya sebagai kontribusi atas
budaya dan ilmu pengetahuan. Hal yang mendasari bahwa aset bersejarahsama dengan asset
of for profit entities berawal dari kritertia dalam "asset defined' yang diatur dalam IASB
paragraph 49 dengan mencakup tigakarakteristik penggolongan suatu aset. Salah satu dari
tiga karakteristik tersebut yakni Future Economic Benefit. Kerangka IASB mendefinisikan
menentukan esensi dari aset sebagai manfaat ekonomi di masa depan. Diayat 53, pengakuan
dari aset bersejarah adalah aset berpotensi untuk berkontribusi dalam manfaat ekonomi baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap aliran kas dan setara kas kepada entitas. Ini
bisa didapat melalui pendapatan dari aktivitas operasi dari suatuentitas atau dari kemampuan
untuk mengurangi arus kas keluar seperti dengan mengurangi biaya produksiGagasan future
economic benefit suatu aset bukanlah gagasan baru yangberkaitan dengan sumber daya
ekonomi. Ada dua karakteristik utama dari sumber dava ekonomi: kelangkaan dan utilitas.
Jika sumber dava tidak langka (ada cukup banyak semua orang yang menginginkannya) maka
sumber daya tidak akan ekonomis. Utilitas pada dasarnya semya manfaat ekonomi masa
depan berkaitan dengan kepuasan manusia.

Pandangan lain dari UK Accounting Standar Board (ASB-FRS 30)secara konseptual


aset bersejarah adalah aset. Aset bersejarah untuk tujuan entitasi untuk galeri atau museum
seperti dalam Artikel "Heritage asset can accouting do better? oleh Museum Nasional
Irlandia yang diawasi oleh Tainsce. Dalam hal ini Museum Nasional Irlandia membutuhkan
aset bersejarah untuk melayani beberapa tujuan seperti pendidikan dan kebudayaan atau
dapat dipertahankan untuk penelitian di masa yang akan datang. Aset bersejarah sama dengan
asset for profit entities karena dapat memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang
dalam bentuk potensi layanan dan mereka diadakan dan dipelihara sebagai kontribusi dalam
pengetahuan dan budaya.

Aset bersejarah berbeda dengan asset for profit entities, dalam artikel"Heritage asset
can accounting do better?" karena sebagaian besar assetbersejarah tidak bergerak melalui
pasar pada frekuensi apapun maka sanga sulit dalam menilai nilai wajar asset tersebut.Dalam
definisi yang abstrak asset bersejarah sangat sulit didefinisikan.Aset bersejarah berbeda
dengan aset lainnya karena nilai yang diperoleh tidak mampu melakukan reproduksi
danpenggantian. Sedangkan asset for profit entitities memiliki kemungkinandiperdagangkan
di masa yang akan datang namun asset bersejarah sebagaibudaya, estetika, dan ekologi
generasi di masa yang akan datang sangat tidakmungkin untuk diperdagangkan dan tidak
dapat terukur nilai nya.

Ada alternatif penyajian dan pengungkapan tersendiri untuk aset bersejarah karena
aset bersejarah merupakan bagian aset tetap yang memenuhi kriteria pengakuan, namun
meskipun demikian pada kenyataannya perlakuan akuntansi pada tahap pengungkapan aset
tersebut tidaklah diperlakukan sama seperti aset tetap lainnya di dalam laporan keuangan, hal
ini dikarenakan adanya pertimbangan atas penggunaan aset yang digunakan. Pengungkapan
aset bersejarah terdiri atas dua macam cara, yaitu:

A. Operational Heritage Assets. Aset bersejarah ini merupakan jenis asetyang memiliki
fungsi ganda yaitu selain sebagai tempat berwisata dan bukti peninggalan sejarah, aset
ini juga memiliki fungsi sebagai tempat kegiatan operasi pemerintah sehari-hari,
misalnya digunakan sebagai tempat perkantoran. Jenis aset bersejarah ini perlu
dikapitalisasi dan dicatat dalam neraca sebagai aset tetap. Seperti yang telah diatur di
dalamPSAP No. 07. Tahun 2010.
B. Non-operational Heritage Assets. Aset jenis merupakan aset yang murnidigunakan
karena nilai estetika dan nilai sejarah yang dikandungnya.Berbeda halnya dengan aset
bersejarah yang digunakan untuk kegiatan operasional, aset ini tidak memiliki nilai
ganda. Agustini dan Putra (2011) menjelaskan di Amerika, jenis aset ini disebut
heritage assets, sedangkan untuk aset yang digunakan untuk kegiatan operasional
disebut multi-useheritage assets. Jenis non operational heritage assets dibedakan
menjaditiga jenis, yaitu: tanah dan bangunan bersejarah (cultural heritage
assets),karya seni (collection type heritage assets) dan situs-situs purbakala
ataulandscape (natural heritage assets). PSAP No. 07 memasukkan aset dalamkategori
ini bukan di dalam neraca, melainkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK) dengan tanpa nilai.

2. Apakah sesuai untuk mengakui aset bersejarah dalam laporan keuangan entitas yang
memiliki hak dan tanggungjawab atas aset tersebut?
Jawab

Pelaporan keuangan aset bersejarah telah menjadi isu yang penting bagi entitas sektor publik
yang menangani asset tersebut bahkan dalam 25tahun terakhir. Berdasarkan New Public
Management (NPM) entitasdiwajibkan untuk melaporkan hak perawatan dan pertanggung
jawaban atasasset tersebut. Dalam artikel "Heritage asset can accounting do better?ditemukan
fakta terdapat kesulitan mendasar untuk mencoba mengintegrasikan penilaian aset ke dalam
laporan keuangan entitas terutama yang berkaitan dengan hak perawatan (seperti
pengawetan). Entitas yang mengelola aset tersebut harus bertanggung jawab atas
keberhasilan maupur kegagalan dalam pengelolaan aset. Aset bersejarah itu sendiri terpisah
dan tidak boleh diintegrasikan ke dalam pernyataan kepengurusan entitas wali.Setiap
'peningkatan' dari nilai aset bersejarah bukan milik entitas wali.

3. Apakah ada pengguna informasi mengenai penilaian aset bersejarah?

Jawab

Financial Reporting Standard (FRS) 30 United Kingdom mendefiniskan aset bersejarah


adalah aset tetap yang memiliki nilai sejarah, seni, pengetahuan, teknologi, dan lingkungan
yang dijaga kelestariannya sebagai kontribusi atas budaya dan ilmu pengetahuan. Sedangkan
menurut Standar Akuntansi Pemerintah No 7 berdasarkan PP No 71 Tahun 2010 menjelaskan
beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,
lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen,
tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art).
Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas.
Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan.

Pemikiran mengenai aset bersejarah bertumpu pada stakeholder theory, yakni Teori yang
menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak memperoleh informasi mengenai
aktivitas perusahaan yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan mereka. Para
stakeholder juga dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan tidak dapat
memainkan peran secara langsung dalam suatu perusahaan. Menurut SAK pada kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan, pos yang memenuhi elemen
laporan keuangan harus diakui apabila ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan pos tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang diukur dengan handal. Aset diakui pada potensi manfaat
ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal (SAP, paragraf 90). Definisi yang dimiliki oleh masing-masing Negara
di dunia, akan berpengaruh terhadap proses pengakuan aset bersejarah. Praktik pengakuan
aset bersejarah dalam laporan keuangan memiliki pola pemikiran yang berbeda di setiap
Negara.

Dalam hal ini, pengelolaan keuangan atas aset bersejarah yang dilakukan oleh entitas, entitas
tersebut adalah entitas publik, yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan,
baik pihak yang berada di dalam entitas itu sendiri maupun pihak luar entitas. Para
Stakeholder memiliki hak untuk menerima dan memperoleh informasi yang relevan termasuk
informasi yang ada terkait aset bersejarah. Disamping itu, pengguna utama dari pelaporan
keuangan pemerintah bukanlah investor yang tertarik untuk menerima pendapatan, melainkan
wajib pajak yang tertarik untuk menilai apakah pemerintahan publik telah mengelola sumber
daya publiknya secara efisien dan efektif (Aversano dan Ferrone, 2012). Selain itu,
penyediaan informasi aset bersejarah dan sumber yang dibutuhkan akan meningkatkan
akuntabilitas pemerintah untuk pelestarian dan konservasi pusaka publik kepada para
stakeholder. Pemerintah membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
pengelolaan aset publik. Aset bersejarah merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh publik
sehingga membutuhkan perhatian dari pemerintah agar tetap dalam keadaan baik. Misalnya
Informasi mengenai besarnya penyusutan terhadap aset bersejarah yang dapat diukur, dapat
membantu pemerintah dalam memutuskan waktu perbaikan (renovasi) sehingga bangunan
tersebut tetap dalam kondisi baik.

4. Dapatkah nilai keuangan diberikan untuk aset bersejarah?

Jawab

Aset tetap pada dasarnya dinilai dengan menggunakan biaya perolehan.Apabila biaya
perolehan suatu aset adalah tanpa nilai atau tidak dapat diidentifikasi, maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pada kenyataannya, beberapa aset bersejarah
sulit untuk dinilai.disamping merupakan aset yang secara khusus lebih dikaitkan dengan nilai
kesejarahannya, aset juga umumnya telah diperoleh dengan berbagai macam cara perolehan,
baik dengan cara donasi, hibah, rampasan, sitaan dan pembangunan yang telah terjadi selama
beberapa periode yang lalu. Ada beberapa model penilaian yang dapat digunakan dalam
menilai asetbersejarah:

A. Menurut Valuing Cultural Heritage - Applying Environmental Valuation Techniques


to Historic Buildings, Monuments and Artefact (Navrud danReady, 2002), penilaian
pada aset bersejarah didasarkan pada teknik penilaian non pasar dalam bentuk
Willingness to Pav (WTP). Metode ini mengadaptasi penerapan valuasi ekonomi pada
pengelolaan sumber daya alam dengan cara melalui survei langsung untuk mengukur
kesediaar membayar (Willingness To Pay) responden pada suatu upaya konservasi.
B. Generally Recogised Accounting Practice (GRAP) 103 (2011)menjelaskan penilaian
yang dilakukan pada aset bersejarah saat aset tersebut diperoleh dengan tanpa biaya
atau biaya nominal, aset harus diukur pada nilai wajar pada tanggal akuisisi. Ketika
penilaian dengan model biaya yang digunakan, aset bersejarah dicatat pada biaya
dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai. Aset tidak disusutkan, karena mereka
tidak memiliki masa manfaat terbatas. Pada Model revaluasi untul pengukuran
berikutnya, jika nilai wajar dari kelas aset warisan dapat diukur secara andal, maka
entitas harus membawa kelas aset warisan pada jumlah revaluasi. Jumlah tersebut
yang dinilai kembali adalah nilai wajar pada tanggal revaluasi. Dalam menentukan
nilai wajar aset bersejarah yang diperoleh dari transaksi non-exchange, suatu entitas
harus menerapkan prinsip-prinsip atas bagian penentuan nilai wajar. Setelah itu,
entitas dapat memilih untuk mengadopsi baik model revaluasi atau model biaya sesuai
dengan GRAP 103.
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16 (revisi 2011) memberikan
keleluasan kepada entitas dalam memilih model penilaian yang akan digunakan baik
menggunakan biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya. Pada
model biaya, setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Dan pada
mode revaluasi setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, vaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan.
D. Menurut Pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No 07 (2010) penilaian
kembali (revaluation) tidak diperbolehkan karena SAP menganut penilaian aset
berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Dalam hal terjadi perubahan
harga secara signifikan, pemerintah dapat melakukan revaluasi atas aset yang dimiliki
agar nilai aset tetap pemerintah yang ada saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang.
Namun, khusus pada aset bersejarah yang memberikan potensi manfaat lainnya
kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah
digunakan untuk ruang perkantoran, untuk kasus tersebut aset akan diterapkan prinsip
penilaian yang sama seperti aset tetap pada umumnya. Penggunaan fair value dalam
menilai aset bersejarah merupakan metode yang paling umum digunakan. Namun,
metode ini tidak dapat digunakan untuk semua jenis aset bersejarah, terutama pada
aset yang tidak memiliki estimasi harga pasar. Namun, dalam hal menggunakan nilai
pasar pada aset bersejarah, juga sangat tidak memungkinkan, karena aset bersejarah
merupakan salah satu aset pemerintah yang tidak dapat untuk diperjualbelikan.

Namun terlepas dari itu semua, secara umum standar membebaskan model penilaian
mana yang cocok untuk digunakan dalam menilai aset bersejarah, baik model penilaian
kembali (revaluation) maupun model biaya. Kebebasan tersebut diharapkan agar entitas dapat
menyediakan informasi yang lebih relevan dan lebih bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai