Anda di halaman 1dari 241

PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU

KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM


PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I
DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:
KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN,
KELEMAHAN, DAN SOLUSI

TESIS

Oleh
SOPIAN LOREN SINAGA
NIM. 117037004

PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU
KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM
PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I
DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:
KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN,
KELEMAHAN, DAN SOLUSI

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)


dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh
SOPIAN LOREN SINAGA
NIM 117037004

PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI
TIGA BUKU KARYA C. PAUL HARFURTH,
SUZUKI, DAN ABRSM PADA TINGKATAN
PRADASAR DAN DASAR I DI CHANDRA KUSUMA
SCHOOL:KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN,
KELEMAHAN, DAN SOLUSI

Nama : Sopian Loren Sinaga


Nomor Pokok : 117037004
Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.


NIP. 196512211991031001 NIP. 196605271994032010

Ketua Anggota

Program Studi Magister (S-2) Fakultas Ilmu Budaya


Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan,
Ketua,

Drs. Irwansyah Harahap, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A.


NIP 196212211997031001 NIP 195110131976031001

Universitas Sumatera Utara


Tanggal lulus:

Telah diuji pada


Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (……………………..)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………………..)

Anggota I : Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. (….… ………………)

Anggota II : Dra. Heristina Dewi, M.Pd . (...……………………)

Anggota III : Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. (……………...………)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The development of Western music is very widespread in Indonesia and


being so much interest in the study of musical instruments. It makes music school
and other institutions to be a place of learning music for a child up to adults.
Music school and other educational institutions that stand in Indonesia is more in
practicing the music instruments. One of the instruments were studied in music
school or other institutions are violin instrument. The process of learning the
violin instrument in some music schools or other institutions often use the music
curriculum and a method in the form of guide books such as the Suzuki Violin
books 1-8, 1-2 Keyser, Majas, Wolhfath 1-2, Kreuzer, ATune A Day 1-2, David's
Violin School, Marcel Pinkse, Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit,
Douze Petit Duos M, Wohlfahrt, Scale Studies, and other formsvof learning guide
books for a violin practice.
These guide books are what makes the interaction between teachers and
students in teaching-learning process in violin instrument.However, the existing
problems, the selection of instructional materials which the violin teacher chosen
is not so good for learning this violin instrument, because of the lack of concept of
education to the teachers and teaching methods. In addition, to learning the violin
guide book, there is also an ABRSM curriculum in which some music schools or
institutions of music use this curriculum to the international exams in Indonesia.
Through these problems, the authors wanted to examine the application of
the A Tune A Day Book, Suzuki Violin, and the school books contained of
ABRSM in Chandra Kusuma School Medan in the form of teaching-learning
process in practicing violin instrument. Then, the authors examine the teachers
when teaching these three books to the students through the technique of playing
the violin on the right hand as friction techniques legato, staccato, and detache and
on the left hand on the first fingering to the fourth fingering. In the other side, the
position and the shape of the fingers and the other problems of fingering. These
three guidebooks are became the object of the author's research and the materials
to solve the problems in learning the violin instrument. The method used by the
authors to practice the violin is the instrument of Western music method and
theory as apolied to the students in Chandra Kusuma School Medan.

Keywords: learning, violin, technique, problem, curriculum

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perkembangan musik Barat saat ini telah berkembang di Indonesia, terlihat


dari banyaknya peminat yang ingin mempelajari praktik instrumen musik. Hal ini
menjadikan sekolah, instansi, maupun lembaga musik menjadi sebuah wadah
untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen terhadap seorang
berusia anak-anak sampai dewasa. Salah satu instrumen yang dipelajari pada
sekolah dan instansi musik adalah biola. Proses mempelajari instrumen biola
sebagian sekolah, instansi, atau lembaga musik sering sekali menggunakan
kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan seperti seperti
Suzuki Violin buku 1-8, A Tune A Day 1-2, dan banyak lagi bentuk buku panduan
pembelajaran untuk sebuah kepentingan praktik biola. Buku panduan tersebut
digunakan untuk sebuah pembelajaran yang menjadikan interaksi antara guru dan
murid dalam proses belajar-mengajar pada instrumen biola.
Permasalahannya, adalah pemilihan bahan untuk pembelajaran instrumen
biola yang dipilih seorang guru melalui buku panduan, memiliki kelebihan dan
kekurangan terhadap pembelajaran biola bagi peserta didik. Selain buku panduan
dalam pembelajaran biola, terdapat juga sebuah kurikulum ABRSM yang
sebagian instansi menggunakannya untuk ujian yang dipelajari sebelum ujian
berlangsung. Kurikulum tersebut direvisi selama 3 (tiga) tahun sekali. Dalam hal
ini peserta didik dapat mempersiapkan bahan yang akan diujiankan untuk dilatih
dan membahasnya dengan seorang guru sebelum ujian berlangsung.
Melalui hal tersebut penulis ingin meneliti penerapan buku A Tune A Day,
Suzuki Violin, dan buku ABRSM di sekolah Candra Kusuma School dalam proses
belajar-mengajar praktik instrumen biola. Kemudian meneliti guru mengajarkan
ketiga buku panduan kepada peserta didik, melalui teknik permaianan biola pada
tangan kanan seperti tehnik gesekan legato, staccato, dan detache,kemudian
tangan kiri pada penjarian 1 (satu) sampai penjarian 4 (empat), posisi jari dan
bentuk jari serta permasalahan penjarian lainnya. Ketiga buku panduan yang
menjadi bahan penelitian penulis untuk melihat kepentingan dan mengatasi
permasalahan-permasalahan serta memberikan sebuah solusi pada pembelajaran
instrumen biola. Teori yang di pakai penulis untuk kepentingan praktik instrumen
biola adalah teori musik barat, untuk kepentingan proses pembelajaran biola yang
diterapkan pada peserta didik pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah
Candra Kusuma School.

Kata kunci: pembelajaran, biola, teknik, permasalahan, kurikulum.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam

penyelesaian studi di Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian

Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua penulis, ayahku Jorgit Sinaga dan ibuku

Murniati Br. Turnip nasehatmu ibu senantiasa mengiringi langkahku di manapun

aku berada. Segala yang Bapak dan ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku

mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya

dengan apapun.

Kepada Ayah angkat saya tercinta, Budhi Ngurah, yang tidak pernah lelah

mendukung dan memotivasi saya dengan moril dalam perkuliahan saya hingga

saat ini. Hanya tesis ini yang dapat saya persembahkan sebagai tanda terima kasih

atas Pengetahuan, ilmu bermusik dan rasa kepedulianmu kepadaku.

Tidak lupa kepada ketiga keponakanku yang sangat kucinta dan

kusayangi, Sonata Da Chiesa, Hancel Cristian, dan Jarman Sinaga. Atas dorongan

dan kelucuanmu membuatku termotivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


Tidak lupa saya berterima kasih kepada abang dan kakak, Jontra Hotmadi

Sinaga, Peri Sastra Sinaga, Darma Wandi Lingga (lae), Putri Dewi Sinaga, Uli (

kakak ipar). Atas dorongan, motivasi dan doa kalian mendukung terselesaikannya

pembuatan tesis ini. Semoga kalian selalu diberkati Tuhan Yesus Kristus Juru

Selamat kita.

Secara akademik penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.

Dr. dr. Syahril Pasaribu., DTM & H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan

Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana belajar

bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di Kampus Universitas Sumatera

Utara ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, Drs. Irwansyah, M.A., dan Sekretaris,

Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang

diberikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada bapak Dr.

Muhammad Takari, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Heristina

Dewi, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II atas semua tuntunan, nasehat serta

bimbingannya dan memotivasi penulis supaya tetap semangat dan terus maju

tidak menyerah. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji Drs. Setia

Dermawan Purba, M.A yang memberikan koreksi dan kritikan demi perbaikan

penulisan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program Studi

Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Drs. Kumalo Tarigan,

M.A., Dra. Rithaony, M.A., Dra. Frida Deliana, M.Si., Drs. Bebas Sembiring,

M.Si., Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama

ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima

kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis berharap kiranya tulisan ini

bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, serta

Etnomusikologi.

Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua

pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

pada tesis ini.

Medan, Agustus 2013


Penulis

Sopian Loren Sinaga

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

1. Nama : Sopian Loren Sinaga

2. Tempat/Tgl. Lahir : Siantar, 27 September 1988

3. Jenis Kelamin : laki-laki

4. Agama : Kristen katolik

5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Nomor Telepon : 081392786115

7. Alamat : Pancing, tangkul II no 114 -Medan

8. Pekerjaan : Belum bekerja

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Swasta Umi Fatimah Medan lulus tahun 2000

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Siloam Medan lulus tahun 2003

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Smk Negeri 11 Medan lulus tahun 2006

4. Sarjana Seni Jurusan Musik Fakultas Seni pertunjukan Institut Seni Indonesia

Yogyakarta lulus tahun 2010

Universitas Sumatera Utara


5. Mahasiswa Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni di

Fakultas Budaya Universitas Sumatera Utara

Pengalaman Bermusik

- Konser Gita Bahana Nusantara (GBN) Istana presiden Indonesia Tahun 2007.

- Seameo meeting Bali 13 Maret Tahun 2007.

- Rakornas & HUT ke – 6 Partai Demokrat 2 Desember Tahun 2007.

- Festival Kesenian Indonesia V Bali 21 November Tahun 2007.

- Penyerahan anugrah kebudayaan Prambanan 6 November Tahun 2007.

- Penganugrahan PTK-PNF Semarang 10 Agustus Tahun 2008.

- Festival seni Internasional Yogyakarta 18 Juli Tahun 2008.

- Festival kesenian Indonesia VII Jakarta 6 Oktober Tahun 2009.

- Annual meeting Asian Development Bank, Bali 2-5 Mei Tahun 2009.

- Jakarta Internasional Java Jazz Festival (Dwiki Darmawan) 3-6 Maret Tahun

2009.

- Anggota F hole String Ansamble Tahun 2006 - sekarang.

- Anggota (orkes simpony ISI Yogyakarta) Tahun2006 - sekarang.

- Pengajar Musik Private Tahun 2006 – sekarang.

- Anggota Orkes Mahasiswa ISI Jogja Tahun2006 sekarang.

- Violin I Maestoso String Kuartet Tahun2006 - sekarang.

Universitas Sumatera Utara


Guru Pendidik Instrumen:

- Budi Ngurah ( Yogyakarta )

- Pipin Garibaldi ( Yogyakarta )

- Karl Edmund Prier Sj ( Yogyakarta )

- Hamdan ( Medan )

- Slamet ( Medan)

- Hari Martopo ( Yogyakarta )

- Kiki Kwintanada ( Yogyakarta )

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2013

Sopian Loren Sinaga


NIM 117037004

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRACT ………………………………………………………...…...… xii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiii
KATA PENGANTAR ................................................................................... xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... xvii
SURAT PERNYATAAN…………….……..………………………..…….. xx
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR …...…………………………………………………. Xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Pokok Permasalahan ............................................................. 18
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 18
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................... 18
1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................... 19
1.3.3 Fokus Penelitian ............................................................. 19
1.4 Studi Kepustakaan ................................................................. 20
1.5 Landasan Teori ...................................................................... 24
1.6 Metodologi Penelitian ........................................................... 27
1.7 Teknik Mengumpulkan dan Menganalisis Data ................... 28
1.7.1 Observasi ........................................................................ 28
1.7.2 Wawancara ...................................................................... 29
1.7.3 Tahap analisis ………………………………………….. 29
1.7.4 Perekaman ....................................................................... 29
1.7.5 Kerja laboratorium ........................................................... 30
1.7.6 Tahap pengumpulan data ……………………………… 30
1.7.7 Tahap Praktikum ……………………………………….. 31

BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN


EKSTRAKURIKULER BIOLA .................................................................. .. 32
2.1 Pengertian Metode Pembelajaran……………………………. 32
2.1.1 Psikologi pendidikan ……………………...………….... 34
2.1.1.1 Faktor fisiologis……...…………………......... 39
2.1.1.2 Perhatian …………………………………....... 40
2.1.1.3 Pengamatan ………………………………….. 41
2.1.1.4 Ingatan ………………………………….……. 41
2.1.1.5 Berpikir ………………………………….….... 42
2.2.1.6 Motif ……………………………… ……...… 43
2.2 Ekstrakurikuler ....................................................................... .. 44
2.2.1 Tujuan pendidikan ekstrakurikuler (Musik Program) biola
Sekolah Chandra Kusuma School……………….… 47

Universitas Sumatera Utara


BAB III ASAL-USUL, TEKNIK DAN PERKEMBANGAN BIOLA DI
INDONESIA ………......................................................………………..….…. 49
3.1 Asal-usul dan Perkembangan Biola……………….……..…… 49
3.1.1 Konstruksi Biola ..............……………………….……. 52
3.1.2 Nada-nada biola pada posisi senar lepas …...…….…..... 54
3.1.3 Karakter suara dan register biola ……………………… 55
3.2 Perkembangan Biola di Indonesia …………………….……… 55
3.3 Teknik Dasar Permainan Biola …………………...………..….. 59
3.3.1 Teknik selur (Glisando) .......………………….….….… 61
3.3.2 Teknik vibrato ………...…………………….….……… 61
3.3.3 Teknik harmoni (suara nyaring biola) ……………..….. 61
3.3.4 Teknik memetik senar biola (Pizzicato) ……….……… 62
3.3.5 Teknik senar ganda (Double Strokes) ...………..……… 62
3.3.6 Teknik gesek pendek (Staccato) ...……...……….…….. 63
3.4 Dasar-dasar Teknik Tangan Kanan dan Kiri ………….…..…. 63
3.4.1 Teknik memegang biola …………………………….…. 63
3.4.2 Teknik pada tangan kanan …………………….…….…. 64
3.4.3 Teknik memegang Bow ……...………………..………. 65
3.4.3.1 Gaya Rusia ...…………………………..……... 66
3.4.3.2 Gaya German …………...………….…….…… 67
3.4.3.3 Gaya Perancis-Belgia ……...……..…………... 68
3.4.4 Teknik tangan kiri penjarian …….…………….....…… 69

BAB IV PEMBAHASAN METODE PEMBELAJARAN BIOLA MUSIK


PROGRAM SEKOLAH CHANDRA KUSUMA SCHOOL ………………. 73
4.1 Metode Pembelajaran Biola A Tune A Day di Sekolah Chandra
Kusuma School………………………………………………..… 73
4.2 Metode Pembelajaran Biola Suzuki di Sekolah Chandra Kusuma
School …………………..……………………………….….….… 75
4.2 Kurikulum ABRSM ………………………….…………..…...... 89
4.5 Proses Pembelajaran Biola Sekolah Chandra Kusuma School..... 89
4.5.1 Tangan kanan…………………………....….………….. 90
4.5.2 Tangan kiri ……………...……………………………. 93
4.5.3 Detache ......................................................................... 100
4.5.4 Staccato ……………………………………………… 100
4.5.5 Legato ……………………………………..……….… 100
4.5.6 Legato staccato ………………………….……….….. 101
4.6 Proses Pembelajaran Biola Dalam Satu Kali Pertemuan ……..…. 102
4.7 Proses Penggarapan Sebuah Lagu ………………….……………. 105
4.7.1 Nada/intonasi ……………………………………… 107
4.7.2 Penjarian .................................................................... 108
4.7.3 Permainan bow .......................................................... 108
4.7.4 Simbol dan tanda alterasi .......................................... 109
4.8 Hambatan dalam proses pembelajran biola............................ 111
4.8.1 Tujuan dan target …………………….………………. 113

Universitas Sumatera Utara


4.9 Hasil atau Wujud Pembelajaran Biola pada Sekolah Chandra
Kusuma School …….. ............................................................. 118

BAB V Materi Pembelajaran melalui buku panduan A tune A day, Suzuki


Violin, serta kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola Di Sekolah Chandra
Kusuma School ………………………………………………………….… 122
5.1 Materi Teknik Pada Instrumen Biola...................................... 122
5.2 Mataeri Lagu Pada Instrumen Biola ...................................... 124
5.3 Langkah-Langkah Penerapan Buku Panduan A Tune A Day,
Suzuki Violin, Kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola di
Sekolah Chandra Kusuma school …………………………. 125

5.3.1 Pemanasan dalam memainkan tangga nada dan teknik


bowing ……………………………………………………… 125
5.4 Pra Dasar I ………… ............................................................. 126
5.4.1 Proses penerapan ………………………….…………. 127
5.5 Dasar I ................................................................................... 133
5.5.1 Proses penerapan ..……………………….………….. 134
BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 228
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 228
6.2 Saran ...................................................................................... 231

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 233


LAMPIRAN:

FOTO GURU MUSIK CHANDRA KUSUMA SCHOOL ........ 231


VIDEO KONSER PESERTA DIDIK MUSIK PROGRAM DAN
CHANDRA KUSUMA SCHOOL ..............................................
GLOSSARIUM ............................................................................. 236

Universitas Sumatera Utara


Daftar Gambar
Gambar 3.1 Biola dengan alat gesek biola ………………………………...…. 50
Gambar 3.2 Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin ………………………….… 53

Gambar 3.3 Anatomi instrumen biola ………………………………….………… 53


Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81 )… 64
Gambar 3.5 Anatomi dalam memegang biola posisi berdiri dan duduk
(Rapoport, 2008: 44). ………………………………….……………………….…. 64
Gambar 3.6 Posisi ibu jari mendekati frog dalam memegang bow (Galamian, 1962:
46) ……………………………………………………………………………….... 65
Gambar 3.7 Posisi empat jari tangan kanan dalam memegang bow …………........ 65
Gambar 3.8 Posisi jari tangan kanan memegang bow, dilihat dari samping…….... 66
Gambar 3.9 Posisi gaya tangan kanan Rusia dalam memegang bow dan anatomi
posisi jari tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)……........ 67
Gambar 3.10 memegang bow gaya German dan anatomi posisi jari tangan kanan
dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174) ………………………………...... 68
Gambar 3.11 Posisi gaya tangan kanan Perancis-Belgia dalam memegang bow dan
anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow ……………...….…...…. 68
Gambar 3.12 pola-pola penjarian posisi 1 ……………………………………..…. 69
Gambar 4.1 biola dan nama elemen biola ………………………………………... 81
Gambar 4.2 posisi kaki dan istirahat ……………………………….………..……. 82
Gambar 4.3 melatih memegang biola ………………………………….……...….. 82
Gambar 4.4 memegang biola dan bow ……...……………………………….…… 83
Gambar 4.5 melatih memegang bow dengan kayu yang lebih pendek dan ringan... 83
Gambar 4.6 melatih memegang bow …………………………...…………….…. 84
Gambar 4.7 posisi bow ………………………………………………………....… 85
Gambar 4.8 posisi bow pada senar biola ……………………………………….. .. 86
Gambar 4.9 contoh gambar melatih bow dengan alat bantu ………..……….…..... 91
Gambar 4.10 contoh gambar melatih bow pada tumpuan jari …………………… 91
Gambar 4.11 contoh gambar posisi bow dari pankal ke ujung bow ….……..….… 92
Gambar 4.12 contoh gambar bermain biola guru dan peserta didik ………..…...… 93
Gambar 4.13 Cara memegang biola jempol sejajar dengan telunjuk ………….….. 94
Gambar 4.14 Cara melatih kekuatan dagu ……………………………….……..… 95
Gambar 4.15 jarak dalam penulisan pada notasi ……………………….………. .. 97
Gambar 4.16 Pembelajaran Di Sekolah Chandra Kusuma School ……….……… 12

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan musik adalah salah satu bagian penting dari subsektor

pendidikan kesenian di Indonesia, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk

dikembangkan. Namun dalam kenyataannya, masih memiliki beberapa kendala

yang meliputi sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pengajar, fasilitas,

perpustakaan, pembiayaan, dan lain sebagainya. Menurut penulis, hal yang paling

kurang mendapat perhatian adalah sebuah metode pembelajaran musik.

Pembelajaran adalah titik sentral pendidikan musik yang seharusnya

menggunakan metode sebagai alat untuk mencapai keberhasilannya.

Profil pendidikan musik kita tampak beraneka ragam. Berbagai bentuk

penyelenggaraan pendidikan musik dari yang formal seperti sekolah menengah

musik hingga perguruan tinggi atau kursus-kursus musik privat, tetapi terdapat

fakta bahwa pembelajaran musik pada umumnya kurang memperhatikan

metodenya. Pendidikan musik tanpa menggunakan metode pembelajaran tentu

tidak menguntungkan (Martopo, 2005:3).

Pembelajaran instrumen merupakan salah satu bentuk pendidikan musik.

Pembelajaran tersebut menggunakan berbagai metode, kemudian metode tersebut

ditulis dalam bentuk notasi balok, dibuat menjadi sebuah buku panduan sebagai

sebuah metode untuk proses pembelajaran praktik instrumen. Kemudian

diterapkan kepada peserta didik melalui sebuah teknik, lagu, arpeggio, serta

tangga nada dalam permainan instrumen. Hal ini dilakukan dengan sebuah

Universitas Sumatera Utara


metode untuk pembelajaran musik. Pertunjukan musik dan sarana untuk

mempelajari musik saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan

melalui banyaknya alat-alat musik yang sudah berkembang, buku panduan

instrumen musik, tempat untuk mempelajari musik, serta tumbuhnya kesadaran

orang tua, yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya mempelajari

musik walaupun tujuannya bukan untuk menjadikan anak mereka musisi yang

profesional. Keadaan ini menjadikan perkembangan musik di Indonesia sangat

berkembang pesat.

Namun demikian, di sisi lain permasalahannya adalah, tidak sedikit para

orang tua yang berpendapat, ketika anaknya ingin mempelajari musik harus

mempunyai bakat tersendiri, yang mana Bakat tersebut sudah terlihat oleh orang

tua sejak seorang anak berusia 5 sampai 10 tahun. Pemikiran orang tua yang

selalu beranggapan pada sebuah bakat terhadap sebuah pembelajaran, menjadi

sebuah faktor penghambat untuk proses pembelajaran khususnya pada instrumen

musik. Akibatnya anak tidak akan pernah dapat menjadi musisi yang profesional,

dikarenakan tidak adanya pelatihan mempraktikkan instrumen musik serta

dukungan yang lainnya, jika para orang tua menunggu anak tumbuh dengan bakat

ketika mempelajari instrumen musik.

Sugesti para orang tua terhadap sebuah bakat, menimbulkan sebuah

pertanyaan negatif, bagaimana seorang anak yang tidak memiliki bakat

mempelajari sebuah instrumen musik, apakah anak tersebut tidak dapat menjadi

musisi yang handal, atau seorang komposer dengan karya yang luar biasa.

Sebaliknya, dengan anak yang memiliki bakat apakah sudah pasti menjadi

Universitas Sumatera Utara


seorang musisi yang profesional atau seorang komposer. Kesuksesan anak

mempelajari musik bukan hanya dari faktor bakat yang dimiliki anak. Tetapi,

dukungan orang tua, guru, teman dalam bermain, kurikulum, metode, berlatih di

rumah, pertunjukan dan ujian, yang dilakukan anak menjadi sebuah faktor yang

perlu diketahui para orang tua. Pembelajaran instrumen musik tanpa bimbingan

orang tua dan seorang guru, seorang anak akan kesulitan untuk mengeluarkan

bakatnya dalam mempelajari musik. Faktor-faktor tersebut menjadi hal yang

sangat penting untuk dipertimbangkan orang tua dan guru untuk kemahiran

seorang anak atau peserta didik.

Keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik

menjadikan peran penting seorang guru dibutuhkan dalam sebuah proses belajar-

mengajar praktik instrumen. Apabila dalam pembelajarannya seorang guru

memberikan materi dengan cara yang sangat monoton, akibatnya anak yang

mempelajari musik, akan lambat untuk dapat memainkan sebuah lagu dari sebuah

instrumen yang dipelajari seorang anak, dan tidak mau mempelajari musik dari

instrumen musik khususnya pada instrumen biola.

Dalam hal ini, seorang guru harus mengerti akan sebuah permasalahan

dari sebuah bahan ajar dan sebuah metode, serta mengerti akan proses penerapan

pembelajarannya. Kemudian memiliki hubungan yang baik antara orang tua

peserta didik dengan guru pendidik instrumen musik. Kedekatan para orang tua

peserta didik dengan seorang guru praktik, menjadi hal yang sangat baik untuk

proses pembelajaran praktik instrumen tersebut, karena guru dan orang tua akan

mengetahui kegiatan apa yang dilakukan peserta didik ketika mempelajari praktik

Universitas Sumatera Utara


instrumen dengan seorang guru di sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga

musik, serta kegiatan peserta didik ketika mengulang kembali praktik instrumen

dirumah, yang telah diajarkan seorang guru dalam pembelajaran praktik

instrumen terlebih pada instrumen biola.

Biola adalah salah satu instrumen musik yang sering sekali dipelajari

seorang anak yang dibunyikan malalui gesekan, dan sumber bunyinya berasal

dari dawai yang digesek atau dipetik sesuai dengan kebutuhan fungsi dan

kegunaannya. Biola merupakan salah satu instrumen yang sempurna secara

akustik dan kemampuan musikal yang serbaguna, bahkan penampilannya indah

dan juga emosional. Register suara biola juga hampir mendekati suara sopran

manusia. Selain itu, biola yang disajikan pemainnya juga memiliki kemampuan

untuk dapat memainkan nada dengan cepat dan lincah serta figurasi yang

cemerlang efeknya. Selain itu dapat menjangkau suasana lirik dan lembut hingga

tercipta suasana yang gemilang dan dramatik, tergantung dari keinginan dan

kepiawaian pemainnya. Kapasitas untuk menahan nada amat mengagumkan dan

jarang sekali instrumen lain dapat menghasilkan begitu banyak nuansa dari

ekspresi dan intensitas suaranya. 1

Biola adalah alat musik yang memiliki 4 senar, terdiri dari senar yang

paling rendah adalah G atau sol, kemudian D atau re, A atau la, serta E atau mi

senar yang register nadanya paling tertinggi di instrumen biola. Biola sering

sekali disebut dengan violin, biola juga memiliki kesamaaan dengan instrumen

biola alto (viola), cello (violoncello), dan contrabass (contrabasso). Jarak stem

1
R.M. Surtihadi, Tan Thiam Kwie Celah-celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik
Tiga Zaman, Panta Rhei Books, Yogyakarta, 2008, hal. 13.

Universitas Sumatera Utara


dari seluruh intrumen ini terdiri dari interval (kwint) atau jarak 3 1/2 laras dan

teknik memainkannya melalui gesekan, perbedaannya adalah pada ukuran (size)

dan register nada dari setiap instrumen.

Biola salah satu alat musik yang sangat berperan penting untuk sebuah

orkestra, yang memainkan karya-karya musik maupun komposisi musik klasik.

Banyaknya pemain biola yang dibutuhkan untuk sebuah orkestra dapat mencapai

16 sampai 28 musisi yang dapat memainkan instrumen biola untuk membentuk

sebuah harmonisasi yang baik. Pemain biola di dalam sebuah orkestra dibagi

menjadi dua sampai tiga bagian yang disebut dengan pemain biola 1, 2, dan 3.

Pemain biola 1 memainkan melodi, sedangkan pemain biola 2 memainkan

harmoni dengan nada 1 oktaf di bawah biola 1, biola 3 juga memainkan harmoni

1 oktaf di bawah biola 2, agar mendapatkan suara yang baik dan harmoni yang

seimbang.

Selain dalam orkestra, pemain biola juga sering tampil dalam sebuah

kelompok-kelompok kecil seperti string kuartet yang dimainkan sebanyak 4

orang pemain instrumental yang terdiri dari biola 1, biola 2, alto, dan cello, dan

dapat juga menghilangkan biola 2 dan menambahkan contrabass. Begitu juga

dengan duet yang dimainkan 2 orang pemain instrumen seperti biola dengan biola

atau biola dengan instrumen yang lain seperti flute, cello, biola alto, dan juga

contrabass.

Biola juga sering sekali digunakan dalam format musik yang lain. Seperti

Jazz, Pop, Blues, sampai pada musik tradisi atau lagu-lagu rakyat seperti Melayu,

Keroncong dan jenis musik tradisi lainnya. Terlebih lagi biola juga sering

Universitas Sumatera Utara


dilakukan dalam bentuk solo dengan iringan orkestra, piano, maupun kelompok-

kelompok kecil lainnya seperti ansambel dan string kuartet. Hal ini sering

terdapat pada karya-karya musik klasik untuk sebuah aplikasi dalam

pembelajaran instrumen biola.

Musik klasik adalah salah satu jenis musik diatonis di antara sekian

banyak jenis atau bentuk musik yang sering sekali dimainkan oleh instrumen

biola dalam bentuk Partita, Sonata, Concerto, Pieces, Musik Kamar, dan bentuk

karya lainya. Di dalam karya-karya inilah terdapat karakter-karakter musik

seperti riang, lirih, dan juga dramatik, yang sering dimunculkan dengan indah

melalui suara biola yang sesuai dengan bentuk karya-karya tersebut ketika

memainkan instrumen biola.

Selain interpretasi, pemain biola juga harus memiliki teknik yang baik

serta pemilihan repertoar yang tepat. Sesuai dengan tingkat kemampuan pemain

biola, agar dapat memainkan karya tersebut dengan indah dan sempurna. Namun,

permasalahan yang sering terjadi ketika memainkan bentuk karya tersebut adalah

teknik tangan kiri pada penjarian seperti posisi jari dan perpindahan posisi,

tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato,

serta teknik lainnya pada instrumen biola.

Permasalahan teknik tangan kiri seperti posisi jari dan perpindahan posisi,

tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato,

serta artikulasi sering sekali terdapat pada sebuah pembelajaran praktik instrumen

biola. Hal ini dilakukan baik pada sebuah universitas atau institut seni jurusan

musik, sekolah musik, maupun instansi musik. Ketika pelajar biola memilih

Universitas Sumatera Utara


sebuah reportoar atau karya musik klasik, yang akan dimainkan seorang pelajar

untuk kepentingan ujian atau sebuah pertunjukan, selalu merubah teknik

penjarian, gesekan, pada karya instrumental tersebut agar dapat mempermudah

pelajar dalam memainkan karya atau reportoar musik. Perubahan yang dilakukan

pelajar biola pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, staccato, detache,

spiccato, dan tangan kiri seperti penjarian, posisi jari, perpindahan posisi serta

artikulasi lainnya sering sekali lebih menyulitkan pelajar biola dalam

memainkannya bukan mempermudah ketika memainkan karya tersebut.

Hal ini terjadi karena seorang pelajar biola tidak mengerti akan persoalan

setelah merubah teknik-teknik yang ada pada karya tersebut. Kemudian

permasalahan ketika seorang pelajar biola mengikuti tulisan atau simbol yang ada

pada sebuah reportoar atau buku panduan, pelajar juga mendapatkan kesulitan

dalam memainkannya, dikarenakan pemain yang telah merubah teknik dan

artikulasi pada karya tersebut adalah pemain musik atau musisi yang sangat

hebat, bukan mengacu pada proses pembelajaran. Maka penulisan teknik dan

gesekan seperti legato, staccato, detache, spiccato, dan masalah penjarian, yang

ada pada karya-karya tersebut atau buku panduan akan selalu menurut

kemampuan dan kehebatan musisi yang telah merubahnya. Akibatnya perubahan-

perubahan teknik tersebut sering sekali kurang sesuai untuk pemain biola pada

tahap pembelajaran, bahkan cendrung lebih sulit secara teknik baik dari

penjarian, gesekan dan artikulasi lainnya.

Siswa sekolah musik atau peserta didik biola, yang ada pada sebuah

sekolah, instansi atau lembaga musik maupun universitas dan sebuah institut,

Universitas Sumatera Utara


sering sekali lebih memfokuskan kepada sebuah pembelajaran praktik instrumen.

Dimana proses pembelajaran bahan lagu dan teknik tersebut akan diujiankan,

sudah dilatih oleh pelajar biola dan dibimbing oleh instruktur violin 6 (enam)

bulan sebelum bahan tersebut diujiankan. Permasalahannya adalah siswa atau

pelajar biola yang memainkan lagu, teknik dan tangga nada, selalu berpedoman

pada buku panduan yang mana peserta didik akan mempelajari, mencari serta

mempermudah semua yang akan dimainkan peserta didik, pada sebuah lagu

maupun teknik yang akan diujiankan oleh pelajar atau pemain biola tersebut.

Buku panduan yang memfokuskan pada sebuah lagu, teknik serta tangga

nada, banyak memiliki kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada beberapa

buku panduan, membuat pelajar maupun pemain biola akan memilih edisi mana

yang akan dipakai pada buku panduan tersebut. Perbedaannya adalah pada teknik

tangan kanan seperti gesekan legato, speccato, staccato dan tangan kiri seperti

penjarian dan posisi. Permasalahan lain adalah bahwa setiap edisi yang ada pada

buku panduan memiliki teknik yang berbeda-beda pada titik kesulitan dan

kemudahannya. Hal ini membuat pelajar dan pemain biola sering sekali merubah

teknik yang ada pada sebuah lagu menurut kepentingan pelajar maupun pemain

biola.

Terlebih lagi permasalahan pada peserta didik ketika mempelajari biola,

pada tahap awal pembelajaran. Guru yang mengajarkan peserta didik tidak

melalui buku panduan, tetapi lagu yang diajarkan seorang guru terdapat pada

sebuah buku panduan. Proses tersebut dilakukan guru praktik dikarenakan

sulitnya peserta didik untuk membaca not balok, kemudian diaplikasikan pada

Universitas Sumatera Utara


instrumen biola. Akibatnya peserta didik akan dapat memainkan beberapa lagu

saja yang mana proses memainkan lagu tersebut melalui hafalan dan tidak

membaca buku panduan yang ada melalui sebuah notasi.

Hal ini dapat diatasi melalui awal pembelajaran (pradasar) seorang peserta

didik ketika melakukan praktik dengan seorang guru. tanda baca yang diawali

seorang guru dalam pembelajaran, kemudian menjelaskan teori musik barat dan

cara mengaplikasikan pada pembelajaran insrumen biola pada penjarian dan

teknik gesekan. Kesulitan yang terdapat pada buku panduan yang dirubah oleh

seorang peserta didik biola, sebaiknya terlebih dahulu dikonsultasikan pada

seorang guru praktik, agar peserta didik mendapat sebuah arahan, masukan, atau

pelajaran teknik untuk dapat menguasai permasalahan yang terdapat pada buku

panduan.

Buku panduan yang memiliki perbedaan pada setiap edisi, memiliki

tingkat kesulitan yang berbeda, hal ini dapat dipilih oleh seorang guru praktik

untuk bahan yang akan di pelajari peserta didik melalui teknik tangan kiri dan

tangan kanan, dinamika, interpretasi ketika peserta didik memainkan sebuah lagu

melalui teknik dan interpretasi pada instrumen biola.

Kemudian banyaknya metode pembelajaran biola yang diambil melalui

lagu-lagu rakyat yang ada pada buku panduan seperti German Folk Song, French

Folk Song, dan lagu-lagu rakyat Eropa lainnya, untuk kebutuan kurikulum dalam

pembelajaran instrumen biola. Hal ini sering sekali terdapat untuk sebuah

pembelajaran awal ketika mempelajari praktik instrumen biola, yang selalu

memainkan sebuah lagu dalam pembelajarannya melalui penjarian dan gesekan.

Universitas Sumatera Utara


Melalui permasalahan ini, maka guru harus mengerti serta mengetahui hal

dasar apa yang harus diajarkan pada seorang peserta didik seperti, memberikan

peserta didik kenyamanan bermain sebuah lagu, sesuai dengan tingkatan peserta

didik, pemilihan bahan yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari peserta didik,

mengertikan peserta didik tujuan dari teknik yang diterapkanya pada sebuah lagu.

Memainkan bahan tersebut secara bersamaan dengan murid ketika mengajarkan

dan memainkan sebuah lagu pada peserta didik ketika mempraktikan instrumen

biola.

Selain lagu, terdapat juga sebuah tangga nada (scale) pada buku panduan,

hal ini dilakukan untuk mempermudah penjarian dalam memainkan sebuah

tangga nada dengan metode seperti perpindahan posisi jari, penempatan sebuah

jari, dan awal sebuah jari ketika memainkan sebuah tangga nada. Metode ini

menjadi sebuah identitas, ketika pemain atau pelajar biola bermain tangga nada,

pemain biola yang lain akan mengetahui buku panduan apa yang dipakai pemain

biola dalam memainkan tangga nada tersebut.

Berbeda halnya dengan buku panduan untuk mempelajari teknik dasar

yang mana buku panduan tersebut mengajarkan anak gesekan dan penjarian pada

posisi satu. Maka dalam hal ini guru praktik harus mengerti cara mengajarkan

teknik gesekan dan penjarian, agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika

mempelajari gesekan, serta penerapan penjarian. Guru praktik juga harus memilih

buku panduan yang tepat, untuk sebuah pembelajaran pada tahap awal praktik

instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini terlihat melalui banyaknya buku panduan pembelajaran instrumen

biola yang cukup sulit, untuk tahap pembelajaran yang terdapat pada buku

panduan. Walaupun peserta didik mendapatkan kesulitan melalui nada yang tidak

harmonis untuk mempelajari proses praktik instrumen biola dirumah.

Pembelajaran awal praktik instrumen biola melalui sebuah gesekan

menjadi hal yang harus dipertimbangkan dan dimengerti oleh seorang guru.

Pembelajaran ini menjadi sebuah permasalahan bagi seorang peserta didik, ketika

mempelajarinya di rumah secara mandiri, tanpa sebuah iringan dan bantuan oleh

seorang guru. Peserta didik akan merasa jenuh ketika mempelajari gesekan pada

instrumen biola, karena dalam pembelajaran awal instrumen biola, peserta didik

tidak memainkan sebuah melodi, melainkan melatih sebuah gesekan dari salah

satu senar kesenar yang lain untuk awal pembelajaran instrumen biola. Akibatnya

keinginan dan semangat peserta didik akan berkurang ketika mempelajari

instrumen tersebut, kemudian para orang tua akan menganggap anaknya tidak

berbakat dalam mempelajari instrumen tersebut dan segera menghentikan proses

pembelajaran biola. Pembelajaran pada teknik gesekan yang dilakukan awal

pembelajaran, dapat berlangsung sebanyak 4 (empat) sampai 12 (dua belas)

pertemuan.

Permasalahan ini sangat berbeda dengan pembelajaran piano yang ketika

mempelajari instrumen tersebut pada tahap awal praktik, peserta didik sudah

dapat memainkan tiga sampai lima nada yang dapat membentuk sebuah melodi,

ketika mempelajari praktik instrumen piano. Berbeda dengan praktik instrumen

biola yang ketika anak ingin mendapatkan beberapa nada untuk membentuk

Universitas Sumatera Utara


sebuah melodi, peserta didik harus dapat memainkan penjarian satu sampai pada

penjarian tiga, untuk dapat memainkan biola. Pembelajaran awal ini dapat

menghabiskan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) bulan untuk

mendapatkan penjarian yang baik. Permasalahan penjarian yang ada, dikarenakan

produksi nada, terdapat pada jari ketika memainkan biola, hal ini karena

instrumen biola tidak memiliki tempat penjarian (fret) yang pasti, ketika

memainkan sebuah nada melalui penjarian.

Teknik penjarian pada instrumen biola menjadi sebuah masalah yang

sering terdapat ketika mempelajari instrumen tersebut. Hal ini menjadi cukup

penting dimengerti seorang guru agar dapat menyampaikannya kepada peserta

didik biola, untuk mengerti akan proses pembelajaran penjarian yang akan

dicapai oleh seorang peserta didik. Kemudian mendengarkan nada yang

dihasilkan melalui penjarian peserta didik. Guru juga harus memilih buku

panduan yang tepat untuk peserta didik biola yang sedang menerapkan penjarian

atau memainkan instrumen biola.

Permasalahan tangan kanan dan tangan kiri pada instrumen biola adalah

hal yang sangat penting dimengerti secara baik oleh pemain biola, agar

mendapatkan keindahan dari karya-karya yang akan dimainkan. Buku panduan

lagu dan teknik serta tangga nada yang ada ketika mempraktikkan instrumen

biola, memiliki kesamaan pada sebuah sekolah dan juga instansi atau lembaga

musik, sering sekali dimainkan peserta didik untuk proses pembelajarannya.

Buku panduan tersebut seperti Suzuki Violin buku 1-8, Keyser 1-2, Majas,

Wolhfath 1-2, Kreuzer, A Tune A Day 1-2, David’s Violin School, Marcel Pinkse,

Universitas Sumatera Utara


Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petits Duos F, WohlFahrt,

Scales Studies, dan banyak lagi buku panduan pembelajaran untuk kepentingan

praktik biola.

Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan untuk proses

praktik instrumen biola, melalui teknik yang bermelodi seperti sebuah lagu yang

diaransemen sesuai kebutuhan teknik yang ada pada tangan kanan dan tangan

kiri. Hal ini dilakukan, agar proses pembelajaran biola menjadi lebih baik dengan

bermain dengan nada-nada yang indah (konsonan). Lagu-lagu yang diciptakan

untuk sebuah teknik biola kebanyakan diambil dari nada-nada lagu rakyat Eropa

dan lagu yang telah populer di telinga untuk proses pembelajaran instrumen biola.

Hal ini sering sekali diterapkan para pemula yang sedang mempelajari

instrumen biola pada sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik. Sekolah

musik, selalu memakai buku panduan atau bahan praktik, baik dari sebuah lagu

maupun teknik, yang selalu memilih bahan yang acuannya pada sebuah

universitas ataupun sebuah institut musik. Akibatnya lagu dan teknik yang

dipraktikkan siswa selalu sulit dan terlalu tinggi, karena tidak memiliki

standarisasi kurikulum, konsep edukasi, dan metode pelajaran dan pengajaran

pada siswa yang terdapat pada sebuah sekolah dan tidak pernah memfokuskan

bahan pembelajaran biola tersebut sampai selesai.

Institut musik atau universitas selalu menerima pemain biola sebagai

mahasiswa yang tidak diajarkan untuk pembelajaran awal sebuah praktik

instrumen. Berbeda halnya ketika pelajar biola masuk ke dalam sebuah sekolah

musik maupun instansi musik. Pelajar dapat masuk kedalam sebuah sekolah

Universitas Sumatera Utara


maupun lembaga musik untuk mempelajari sebuah instrumen tanpa memiliki

pengetahuan tentang musik baik pada teori maupun instrumen musik.

Permasalahan ini jelas memiliki perbedaan antara sebuah universitas, sekolah

musik, maupun sebuah instansi tempat pembelajaran musik.

Proses pembelajaran instrumen tersebut pada sebuah institut atau

universitas, adalah mahasiswa lebih mandiri untuk sebuah praktik yang

dibimbing oleh dosen atau instruktur instrumen beberapa kali selama sebulan, dan

tidak pada sebuah rutinitas proses memainkan bahan dari awal sebuah lagu

sampai akhir sebuah lagu. Maka dalam hal ini mahasiswa yang mempelajari

bahan tersebut, akan selalu mencari, melatih serta melihat video-video dan

contoh-contoh musisi yang telah memainkan bahan atau karya yang sedang

dipelajari mahasiswa tersebut melalui teknik dan interpretasi.

Berbeda halnya proses pembelajaran praktik instrumen antara sebuah

sekolah musik dan sebuah instansi atau lembaga musik, yang mana sekolah

musik hanya mengkhususkan pada pelajaran musik saja baik pada sebuah teori

maupun pada sebuah praktik instrumen. Sekolah musik memiliki visi dan misi

menciptakan musisi yang akan bermain musik setelah menyelesaikan studi di

sekolah musik tersebut. Maka melalui visi dan misi sekolah, pelajar akan banyak

berlatih dan mempelajari semua yang berbentuk pelajaran musik, baik sebuah

teori maupun praktik instrumen yang dibimbing instruktur maupun guru musik

secara rutinitas dari awal pembelajarannya sampai pada tingkat yang cukup sulit

untuk pembelajaran praktik instrumen tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Terlebih lagi sebuah instansi atau lembaga musik yang melakukan proses

pembelajarannya dilakukan sebanyak 4 (empat) pertemuan dalam satu bulan yang

masing-masing pertemuan selama 30 menit dan proses belajar-mengajar yang

dilakukan sebuah instansi berbentuk (privat) yang hanya dilakukan guru dan

murid. Proses pembelajarannya dilakukan tanpa menuntut kemahiran dari seorang

peserta didik yang sedang mempelajari musik. Hal ini menjadikan sebuah instansi

musik tidak memiliki standarisasi pencapaian pelajar musik untuk menjadikan

seorang pelajar menjadi musisi yang hebat.

Sebaliknya, terdapat juga disebuah instansi kurikulum pembelajaran

praktik instrumen dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, ketika

mempelajari sebuah instrumen musik. Tanpa memikirkan seorang anak dengan

mata pelajaran yang lainnya. Sebagian instansi dan lembaga musik memiliki

standarisasi untuk diujiankan pada akhir semester dan dapat juga tidak diujiankan

oleh peserta didik yang disebut dengan akademis dan non-akademis.

Instansi atau lembaga musik ini juga membuat dua pilihan untuk para

murid, dapat memilih regular dan non-regular atau akademis dan non-akademis,

regular atau akademis memiliki sebuah persyaratan khusus yang dilakukan anak

setiap akhir semester, seperti ujian dan mengambil mata pelajaran musik lainnya

seperti perkusi, solfegio, teori, analisis, dan chamber yang wajib untuk sebuah

persyaratan regular atau akademis. Berbeda halnya dengan non-regular atau non-

akademis yang dapat tidak mengambil mata pelajaran selain praktik instrumen

dan dapat tidak mengikuti ujian setiap akhir semester. Hal ini diciptakan karena

banyaknya peminat musik, yang ingin belajar instrumen musik setelah dewasa,

Universitas Sumatera Utara


serta kebijakan sebuah instansi musik untuk tidak menutup jalur peminat musik di

usia dewasa dalam bentuk proses pembelajaran instrumen pada sebuah instansi

atau lembaga musik khususnya Pelajar musik pada usia dewasa.

Selain ujian pada sebuah instansi terdapat juga ujian internasional seperti

ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music) yang dilakukan

perorangan terlepas dari sebuah instansi musik. Kurikulum yang dipakai untuk

ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan dari kerjasama seluruh

universitas yang ada di Eropa direvisi dan dikembangakan selama 3 tahun sekali

pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut

dipakai hanya untuk bahan ujian saja.

Instansi juga membuat sebuah pembelajaran biola yang berbentuk kelas

yang terdiri dari 8 murid dan 1 pengajar biola. Pembelajaran ini dilakukan karena

banyaknya anak yang lebih senang bermain bersama teman-temannya, proses

pembelajaran ini selama 45-60 menit dan lebih kepada bentuk ansambel dengan

memakai melodi yang sama dalam praktik pembelajarannya. Pembelajaran musik

yang di lakukan sebuah instansi, lebih kepada target sebuah kurikulum

pembelajaran yang akan diujiankan dua kali selama setahun yang diawali pada

sebuah tingkatan (great) pradasar 1 dan 2, dasar 1 sampai 4, menengah 1 dan 2,

lanjut 1 dan 2, hal ini dilakukan selama anak masih belajar pada sebuah instansi

musik. waktu yang dihabiskan anak untuk mencapai tingkatan lanjut 2 selama 5

tahun.

Universitas atau institut, sekolah, serta instansi atau lembaga musik yang

ada di Indonesia, lebih mengkhususkan pada sebuah praktik instrumental yang

Universitas Sumatera Utara


didukung oleh sebuah pelajaran teori, solfegio, sejarah, analisis, chamber atau

ensambel, praktik instrumen biola adalah salah satu instrumen yang dipelajari di

sebuah universitas, sekolah maupun instansi.

Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah

metode pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan

pembelajaran instrumen biola yang dikhususkan penulis pada tiga buku panduan:

(a) A Tune A Day, (2) Suzuki Violin, serta (3) Kurikulum ABRSM pada sebuah

teknik dan lagu, yang terdapat pada buku-buku tersebut. Kemudian penulis

memfokuskan pada buku panduan A Tune A Day 1 (Satu), yang mana terdiri dari

buku 1 (satu) dan 2 (dua), Suzuki Violin 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8

(delapan) serta Kurikulum ABRSM pada buku 1 yang terdiri dari buku 1 (satu)

sampai 8 (delapan). Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang

terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, Sekolah ini memiliki kelas biola

untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni

budaya yang lebih di spesifikasikan.

Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang terdapat di sekolah

Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi bidang seni rupa,

tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta didik

mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan mempelajari

cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta didik juga dapat

mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan guitar, serta

membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School

memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib

Universitas Sumatera Utara


dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik

secara lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun

mempelajari alat intrumen klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan

piano.

Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai

instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School

menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik

klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran

yaitu mempelajari alat musik angklung, pianika, rekorder, violin, viola, cello,

contrabass, flute, piano, paduan suara, dan komposisi. Prosesnya melibatkan

guru-guru yang mempunyai kemampuan secara individu untuk mengajar dan

memainkan alat musik tersebut. Proses pembelajaran musik di sekolah Chandra

Kusuma School merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru

sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar-

mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah disediakan.

Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak, sains, dan

musikalitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan

pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan

sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok orkestra kecil.

Sekolah Candra Kusuma School yang terletak di Kota Medan yang

menggunakan metode pembelajaran biola melalui teknik dan sebuah lagu diambil

dari buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, dan Kurikulum ABRSM untuk

mendukung proses pembelajaran biola sebagai pelajaran musik program dan

Universitas Sumatera Utara


privat di Sekolah Chandra Kusuma School. Oleh sebab itu dalam tesis ini akan

diangkat dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga

Buku Karya Harfurth, Suzuki, dan ABRSM pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I

di Sekolah Chandra Kusuma School.”

Penulis hanya memfokuskan pada buku panduan satu saja diharapkan

dengan meneliti penerapan ketiga buku panduan tersebut dapat memberikan

masukan dan solusi dalam proses pembelajaran instrumen biola, penelitian

penulis melalui ketiga metode dilaksanakan dan diaplikasikan oleh tenaga

pengajar untuk peserta didik pada tingkatan (great) pradasar dan dasar I melalui

ketiga buku panduan tersebut.

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan atau pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

bagaimana pembelajaran biola melalui tiga buku karya Harfurth, Suzuki dan

Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School?Apa saja kelebihan, kekurangan,

dan bagaimana solusinya?

Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban

yang bersifat dekriptif dan analitis. Di antaranya adalah bagaimana teknik

membaca notasi dan mempraktikkannya di instrumen biola, begitu pula teknik-

teknik legato, staccato, detache, spiccato, dan lainnya dalam pembelajaran biola

ini. Begitu pula tangan kanan gesekan dan tangan kiri penjarian pada tahap

pradasar dan dasar satu untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara


Deskripsi lainnya adalah bagaimana penerapan pembelajaran yang memadukan

ketiga buku panduan pada pradasar dan dasar I.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian penerapan metode pembelajaran instrumen biola

melalui buku panduan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode

biola A Tune A Day, Suzuki Violin dan Kurikulum ABRSM di Candra Kusuma

School. Kemudian dikaji apa-apa saja kelebihan, kelemahan, dan solusi dari

penerapan kurikulum tersebut.

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan kemudahan

bagi guru dalam bentuk pengajaran, serta memudahkan murid mempelajari

instrumen biola. Melalui ketiga buku panduan, baik pada sebuah gesekan maupun

pada sebuah penjarian, serta melihat bagaimana penggabungkan ketiga buku

panduan tersebut, yang diaplikasikan untuk pradasar dan dasar 1 (satu) pada

pembelajaran biola.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk

tesis ini adalah sebagai berikut:

(1) Menambah referensi tentang instrumen (khususnya biola).

Universitas Sumatera Utara


(2) Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan

penikmat musik, agar dapat mengetahui permasalahan pada instrumen biola

dalam konteks permainan biola.

(3) Menambah pengetahuan bagi penulis, guru, pelajar biola serta penikmat

musik lain, baik mencakup teori maupun praktik musik pada instrumen biola.

(4) Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam konteks

seni musik di Indonesia.

1.3.3 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian dari ketiga metode pembelajaran adalah meneliti

metode pembelajaran, baik pada sebuah lagu maupun teknik yang sesuai untuk

pembelajaran instrumen biola di Sekolah Candra Kusuma School melalui ketiga

buku panduan. Kemudian menggabungkan bahan-bahan yang ada pada ketiga

buku panduan baik pada lagu-lagu dan teknik serta tangga nada yang terdapat

pada buku panduan, untuk kepentingan dan permasalahan serta mempermudah

mempelajari instrumen biola baik pada teknik tangan kanan seperti gesekan dan

teknik tangan kiri pada penjarian.

Meneliti guru ketika melakukan pengajaran kepada murid, kemudian

melihat kemampuan murid ketika memainkan sebuah lagu yang diajarkan oleh

seorang guru, melalui ketiga buku panduan, serta teknik dan tangga nada yang

yang terdapat pada buku panduan dengan tulisan not balok untuk pembelajaran

praktik instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara


Merevisi dan mengevaluasi sebuah metode pembelajaran yang terdapat

pada ketiga buku panduan dan memberikan sebuah solusi, setelah

mengaplikasikan ketiga metode pembelajaran tersebut kepada peserta didik

melalui permasalahan ketika peserta didik memainkannya, serta permasalahan

pengajaran yang terdapat pada guru atau instruktur biola ketika mengajarkannya

pada peserta didik.

1.4 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis

mengadakan studi kepustakaan antara lain:

Carl Flesh buku panduan tangga nada, yang membahas permasalahan

tangga nada dengan penjarian dan posisi ketika memainkan tangga nada serta

mempermudah penjarian dengan berbagai posisi.

Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk materi bagi peserta didik

serta menganalisis buku tersebut untuk kepentingan pembelajaran pada sebuah

tingkatan, agar peserta didik sampai pada titik merasa terlalu sulit ketika

mempelajari instrumen biola

Suzuki violin sebagai acuan penulis, melihat proses pembelajaran dan

bahan ajar guru. Buku Suzuki adalah buku panduan untuk siswa dalam

mempelajari biola melalui sebuah lagu yang telah diubah oleh Sinichi Suzuki

melalui penjarian dan interpretasi yang mempermudah pelajar dalam

memainkannya.

Universitas Sumatera Utara


Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik

barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis

melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa

cuplikan-cuplikan rekaman.

Buku Douglass M. Green Form in Tonal Music: An Introduction to

Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal,

beserta dengan contoh table.

Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ.

Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun

dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dri lima bagian, bentuk-bentuk ganda,

bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklis.

Leon stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal

Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling

kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.

Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi

tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini

menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis pada iringan

untuk metode pembelajaran.

Benjamin Dale, Gordon Jacob & Hugo Hanson, dalam harmony,

Counterpoint & dan Improvisation (1940), jilid 1 dan 2 masing-masing terdiri

dari tiga bagian utama, mengemukakan tentang harmoni, kontrapung, dan

improvisasi khususnya pada piano.

Universitas Sumatera Utara


Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice

(1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara

vertical beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.

Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects

and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori

harmoni musik abad ke XX dan penerapannya dalam buku ini seluruh latihan

serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi. Bukan pada

sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat

komposisi musik.

Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic

Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada,

modus, dan pola-pola yang bersifat melodi.

Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966)

berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya messiaen.

Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan

peran orkestra dalam musik klasik barat.

Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis

mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya.

Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh

Christian J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran

yang tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat

dalam pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi

Universitas Sumatera Utara


perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah

pembelajar instrumen khususnya instrumen biola.

Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq

yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik

klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup composer pada

jaman klasik sampai pada masa modern saat ini.

Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol

dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis

dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis.

Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes

Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui

membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika

membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika

membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus

mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok

instrumen biola maupun instrumen lainnya.

1.5 Konsep dan Teori

1.5.1 Konsep

Metode adalah sebuah cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan

upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami objek

yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Pengetahuan tentang metode-

metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau

Universitas Sumatera Utara


tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode

mengajar yang digunakan oleh guru (Hamilik, 2001:1).

Metode yang dimaksud dalam penelitian penulis berbentuk sebuah tulisan

notasi, yang ditulis untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola melalui

tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian diterapkan oleh seorang guru untuk

pembelajaran peserta didik dari tingkatan pradasar sampai pada tingkatan dasar I.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik

(Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Februari 2013).

Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang

diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat

merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran

yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran

yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di

kelas (Dewi, 2004:1).

Pembelajaran yang dimaksud oleh penulis adalah untuk sebuah

instrumentasi, yang kemudian dilakukan melalui praktik dan memakai buku

Universitas Sumatera Utara


panduan untuk sebuah proses dalam pembelajaranya. Kemudian diajarkan dalam

bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen.

Psikologi adalah pengetahuan mengenai pikiran dan perilaku kemudian

menjadi suatu pengertian yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana tepatnya

lingkungan sensori (pendidikan musik langsung maupun tidak langsung) dapat

menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya hidup manusia.

Radocy dan Boyle pada tahun 1997 menjelaskan bahwa semua jaringan saraf

termasuk sensori, motor, dan koneksi antar saraf dan sebagian besar saraf otak

adalah saling berhubungan, serta merupakan bagian dari hubungan jaringan

komputer raksasa. Belajar harus meliputi peningkatan pemahaman dan efisiensi

komunikasi sejumlah unit fungsi saraf (Djohan, 2003:24).

Psikologi dalam penelitian ini sebagai pendukung lancarnya penyampaian

sebuah metode, pembelajaran yang dilakukan seorang guru ketika mengajar

peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu, teknik tangan

kanan dan tangan kiri dalam praktik instrumen biola.

1.5.2 Teori

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Dowling (1984) mengenai

“memori musikal” dalam tipe deklaratif dan prosedural. Menurutnya sebuah

aktivitas musik dalam latihan menggunakan aspek kognisi dan neurosains yang

mengirim informasi menyeluruh ke otak dan pikiran seseorang dengan

memperkuat sistem jaringan otak. Aktivitas dalam pelatihan musik dapat

meningkatkan kapasitas kinerja otak yang memperkuat hubungan antar neuron,

Universitas Sumatera Utara


dan pengaruh musik terhadap kinerja otak juga dapat mempengaruhi kognisi dan

perilaku.

Dowling menjelaskan, bahwa hal mendasar dalam pembelajaran musik

adalah menggunakan cara deklaratif dan prosedural. Ketika mendengar musik,

salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mengingat dan menyimpannya

kedalam memori, misalnya ketika mendengarkan nada atau akor, akan menjadi

lebih musikal apabila dihubungkan pada saat sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan. Saat belajar musik, kita sering sekali cenderung kurang menyadari

dengan menggunakan kemampuan prosedural, misalnya dalam kegiatan

mendengar dan memproduksi musik melalui bernyanyi otomatis akan melatih

kemampuan prosedural tersebut.

Mempelajari musik melibatkan otak dan memori dapat dilakukan melalui

pengalaman dan pengetahuan musik seseorang yang tersimpan dalam otak yang

mempengaruhi kehidupan interpersonal dan intrapersonal. Misalnya yang

berkaitan dengan perilaku dan kinerja otak bekerja seseorang. Suara musikal yang

disimpan dalam korteks merupakan sejumlah respons kortikal dari setiap suara.

Hal ini dilatar belakangi oleh faktor: (1) memori bukan sebuah proses monolithic,

tetapi dibedakan menjadi deklaratif (mempelajari sesuatu) dan prosedural

(melakukan sesuatu); (2) terdapat bukti bahwa musisi dan bukan musisi memiliki

perbedaan dalam memperoses musik, menyusun sebuah kalimat melodi, dan pada

yang bukan musisi melibatkan hemisfer kanan, sementara bagi musisi melibatkan

hemisfer kiri; (3) telinga mengirim informasi auditori secara langsung pada

hemisfer yang berlawanan (Djohan, 2009 :166).

Universitas Sumatera Utara


1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2010). Langkah-langkah yang

ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumber-

sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis,

adapun metode-metode tersebut sangat berperan dalam penulisan metode

pembelajaran biola di Sekolah Candra Kusuma School untuk melengkapi proses

penulisan tentang metode pembelajaran biola tersebut. Penulis akan meminta

bantuan atau pendapat kepada beberapa pengajar dan pemain biola, yang berguna

untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah data terkumpul,

data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk mendukung dalam

penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap,

yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap analisis data, tahap

praktikum, dan tahap penulisan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian

lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang

berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi,

wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


1.7.1 Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung: yaitu langsung

kepada guru, melihat guru mengajar peserta didik untuk mempelajari biola.

Untuk menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, revisi, analisis dan

menggabungkan ketiga metode yang terdapat pada buku panduan, penulis akan

melakukan studi lapangan dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk

memperoleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dari analisis

penggabungan metode tersebut. melalui observasi dapat peroleh gambaran yang

lebih jelas tentang permainan biola pada great pradasar dan dasar satu dari ketiga

buku panduan tersebut yang sukar diperoleh metode lain ketika

mengaplikasikannya. Maka observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider) yaitu sebagai

pemain biola. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah merupakan bagian yang

integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak

mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.

1.7.2 Wawancara

Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui

observasi tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis

musikalnya), penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan biola dan tekniknya. Pada tahap ini akan dilakukan

wawancara kepada pengajar biola, guna mengetahui tingkat pemahaman bermain

Universitas Sumatera Utara


biola bagi para siswa setelah menggunakan beberapa metode, dan dilakukan juga

wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat mereka

dalam bermain biola.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis.

1.7.4 Perekaman

Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan perubahan metode

pembelajaran dan revisi merode tersebut, maka penulis melakukan perekaman.

Perekaman musik dan wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder

merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan

menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuran waktu 60 menit (C-60).

Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam Sony.

1.7.5 Kerja laboratorium

Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh

dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi,

disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan metode

pembelajaran ini. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis

dan menggabungkan ketiga buku panduan, dan data mana yang tak dapat

dipergunakan dilakukan dalam kerja laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


Guru dan pelajar biola yang telah mengaplikasikan metode tersebut dan

yang telah direkam di atas pita kaset BASF dan CD handycam, selanjutnya

ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

1.7.6 Tahap pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu

buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu

dalam pemaparannya.

1.7.7 Tahap praktikum

Pada tahap ini akan dilakukan praktikum, yaitu berupa rekaman dalam

bentuk CD audio dari hasil pembelajaran biola yang dimainkan oleh Sekolah

Candra Kusuma School.

1.7.8 Sistematika penulisan

Dari hasil analisis dalam segi pembelajaran biola serta data yang

terkumpul, maka dilanjutkan pada tahap penyelesaian yaitu disusun menjadi

suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
EKSTRAKURIKULER BIOLA

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap

rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi

seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Proses pembelajaran

aktifitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi

edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah

dicanangkan untuk suatu tujuan tentunya setidaknya adalah pencapaian tujuan

intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan

pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogamkan guru merupakan kegiatan

integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara

metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara

pedagogis berakar dari pihak peserta didik (Dewi, 2004:1).

Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah

memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-

contoh kongkret dan wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri. Dalam proses pendidikan dan

pembelajaran pembangunan konsep semestinya tidak dilepaskan dari

pengembangan sikap dan pananaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: (a) subjek yang dibimbing

(peserta didik); (b) orang yang membimbing (pendidik); (c) interaksi antara

Universitas Sumatera Utara


peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif); (d) ke arah mana bimbingan

ditujukan (tujuan pendidikan); (e) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan

(alat dan metode); (f) cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode);

(g) tempat dimana tempat bimbingan berlangsung yaitu lingkungan pendidikan

(Hartoto, 2009:1).

Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya

dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya

metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan

metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung

jawab dalam pendidikan adalah guru.

2.1.1 Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan sendiri adalah studi yang sistematis terhadap proses

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan

adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.

Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi

pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila

beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi

psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan

memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar (Supriadi, 2006:1).

Universitas Sumatera Utara


Konsentrasi pada persoalan belajar yakni persoalan-persoalan yang

senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi

pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut

untuk menguasai bidang ilmu ini supaya mereka dalam menjalankan fungsinya,

dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar

terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif (Supriadi,

2006:1).

Samuel Smith telah mengadakan studi mengenai 18 buku tentang

psikologi pendidikan yang dipandang baik. Smith menggolong-golongkan

persoalan yang dikupas oleh para ahli yang diselidikinya itu menjadi 16 macam,

yaitu: 1. The science of educational psychology (ilmu psikologi pendidikan); 2.

Heredity (turun-temurun), 3. Physical structure (struktur fisik), 4. Growth

(perkembangan), 5. Behavior processes (proses perilaku), 6. Nature and scope of

learning (sifat dan ruang lingkup pembelajaran), 7. Factors that condition

learning (faktor kondisi belajar), 8. Law and theories of learning (hukum dan

teori pembelajaran), 9. Measurement: Basic principles and definitions (prinsip

dasar pengukuran dan definisi), 10. Transfer of training: subyect matter

(mentransfer materi pelatihan), 11. Practical aspect of measurement (aspek

praktis pengukuran), 12. Element of statistics (unsur statistik), 13. Mental hygiene

(kesehatan mental), 14. Character education (pendidikan karakter), 15.

Psychology of secondary school subject (psikologi sekolah menengah subjek),

dan 16. Psychology of elementary school subject (psikologi subjek SD)

(Suryabrata, 2002: 2-3).

Universitas Sumatera Utara


Dari enam belas poin di atas yang dapat digunakan dalam pembelajaran

biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar,

materi pelatihan atau pembelajaran, dan kesehatan mental. Dalam pembelajaran

biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang

cocok digunakan, sedangkan ruang lingkup pembelajaran dan faktor kondisi

belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang

berlatih dan bermain.

Umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang

memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu dan berkewajiban

menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga subjek didik sering

dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi

dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi

pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka

peroleh dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai

individu terdidik (Supriadi, 2006:1).

Anggapan-anggapan seperti ini mesti sudah berusia cukup tua, tidak dapat

dipertahankan lagi. Fungsi pendidik memberikan informasi pengetahuan

sebanyak-banyaknya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan

mengingat-ingat keseluruhan informasi itu semakin tidak relevan lagi.

Mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak

terbatas. Dengan kata lain pengetahuan-pengetahuan hanya bersifat sementara

dan berubah-ubah, tidak mutlak. Gugus pengetahuan yang dikuasai dan

disebarluaskan saat ini secara relatif. Mungkin hanya berfungsi untuk saat ini dan

Universitas Sumatera Utara


tidak untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya

memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu

terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian

bukan berarti fungsi tradisi pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan

harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus

dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yaitu membantu

subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan

tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan

bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di

dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang

setiap hari mengepung kehidupan mereka (Supriadi, 2006: 1).

Seorang pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber

informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila

sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik. Dengan perolehan informasi

pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan

kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan

belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik

belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk

mencapai kebutuhan-kebutuhannya (Supriadi, 2006:1).

Deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar

dikatakan berhasil apabila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya

sendiri. Lebih jauh lagi bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri

Universitas Sumatera Utara


menjadi dirinya sendiri. Faure pada tahun 1972 menyebutnya sebagai “learning

to be” (Supriadi, 2006:1).

Tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi

berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu

lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam

buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-

motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan

yang diinginkan (Supriadi, 2006:1).

Bagi beberapa pserta didik, belajar memainkan alat musik berarti

mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik.

Kebanyakan pendidikan menggunakan orientasi visual untuk memperkenalkan

lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang

biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada

kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang

familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat

memungkinkan baginya untuk mendalami musik dan mempertunjukannya

melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah

orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara

membaca dan belajar notasi musik (Djohan, 2003:177-178).

Fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator dapat

dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim

dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.1 Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor metode pembelajaran, faktor

lingkungan, dan faktor kondisi individual peserta didik. metode pembelajaran

menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik.

Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian metode

pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi

materi pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih

kompleks.

Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial

juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu

lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula belajar pada pagi hari selalu

memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan

sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondusif bagi proses dan

pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam bermain musik seseorang harus

fokus dan konsentrasi dengan apa yang dia pelajarinya, karena tidak mungkin

seseorang bermain musik dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Subjek didik yang berada

dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang

memadai untuk memulai tindakan belajar (Supriadi, 2006: 2).

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar jumlahnya banyak dan masing-masingnya tidak dapat dibahas terpisah.

Perilaku individu termasuk perilaku belajar yang merupakan totalitas

Universitas Sumatera Utara


penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara

berbagai gejala seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1.1.2 Perhatian

Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan

memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya

kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini

dapat dieksploitasi 2 sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu

(Supriadi, 2006:2). Seperti menyediakan materi pembelajaran yang sesuai dengan

peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta

didik bosan atau kesulitan dalam suatu teknik atau lagu.

2.1.1.3 Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui

penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengecapan. Pengamatan

merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek

didik, karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran (Supriadi,

2006:2).

Seseorang belajar musik penglihatan dan pendengaran adalah dua hal

yang tidak dapat terpisahkan. Penglihatan digunakan untuk belajar dan membaca

notasi sedangkan pendengaran sangat penting untuk membedakan benar atau

tidaknya nada (intonasi).

2
Pendayagunaan atau pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.4 Ingatan

Secara teoretis, ada tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya

ingatan, yaitu: 1. menerima kesan, 2. menyimpan kesan, dan 3. mereproduksi

kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan

sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan.

Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui

kecakapan inilah subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

(Supriadi, 2006:2).

Pengembangan teknik pembelajaran juga lebih mengesankan bagi subjek

didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutan-

urutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula

dalam tangga nada 1# G (gudeg), 2# D (djogja), 3# A (amat), 4# E (enak) dan

sebagainya (Supriadi, 2006: 2).

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau

mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik.

Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah

seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi.

Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian

berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan

tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan

psikolog pendidikan, peserta didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari

dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam

Universitas Sumatera Utara


proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik

untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah

dipelajarinya. Hal ini, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu

submaterial pembelajaran selesai (Supriadi, 2006:2).

2.1.1.5 Berpikir

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan

konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung

melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang

tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian.

Kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir

dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan

tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses

pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini dan bukannya

melemahkannya. Para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada

pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional,

akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berpikir mereka,

seperti dalam belajar biola untuk pemula diajarkan tangga nada A Mayor. Dan

banyak dari mereka bertanya dan bahkan mencari sendiri tangga nada yang lain

seperti tangga nada D dan G. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan

tantangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-

kesimpulannya secara mandiri.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1.6 Motif pembelajaran

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan

luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas

dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik, tetapi tidak

jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif

intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar berlatih biola karena dia memang

ingin lebih terampil dalam bermain biola (Supriadi, 2006:3).

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik dan biasanya

berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial

pada peserta didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik.

Motif ini bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara

individu maupun kelompok peserta didik. Suasana ini akan mendorong subjek

didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain. Namun demikian,

pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada

hal-hal yang negatif. 3

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”,

yaitu menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,

setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri dan sekaligus

membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan

melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya

supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain (Supriadi, 2006:3).

3
Intrinsik artinya di dalam, ekstrinsik artinya adalah di luar.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Ekstrakurikuler

Hampir semua Sekolah dasar, Menengah Pertama dan Sekolah Menengah

Atas di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu

menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler

biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai

dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah

yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih

profesional dari luar.

Ekstrakurikuler sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau

universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada

setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan

ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat,

dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini

diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk

merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini

sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian,

dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu

sendiri (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari 2013).

Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler,

yaitu:

a. Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut, b. Adanya

seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut, c. Memiliki sejumlah

Universitas Sumatera Utara


anggota, d. Disetujui oleh sekolah (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari

2013).

Ekstrakurikuler dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Ekstrakurikuler olah

raga, seni, hobi, penalaran, dan cinta bangsa dan tanah air (CBTA).

Ekstrakurikuler yang meliputi kesenian adalah biola, tari, batik, dan paduan

suara. Sekolah Chandra Kusuma School terdapat ekstrakurikuler biola yang

sering juga disebut (Musik Program) yang termasuk dalam ekstrakurikuler seni.

Musik program biola menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak

diminati dalam bidang seni musik yang mempelajari sebuah instrumen. Musik

program instrumen biola ini sendiri terbentuk dari keinginan siswa dengan seni

musik khususnya instrumen biola biola. Di dalam pelaksanaan musik program

biola diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu

kelas. Ansambel biola selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa

orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara lainnya.

Musik program biola memiliki lebih dari 50 peserta didik yang dibagi

setiap kelas 8 siswa dan satu pengajar biola yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas

memiliki keterampilan yang berbeda, untuk pemula biasanya peserta didik yang

belum bisa memainkan tetapi mempunyai keinginan untuk belajar biola. Untuk

kelas lanjut biasanya peserta didik yang sudah mampu memainkan lagu-lagu

kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar bermain biola.

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler sangat baik

untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan peserta didik di

Universitas Sumatera Utara


berbagai bidang di luar bidang akademik sehingga peserta didik dapat

menyalurkan bakat dan minat pada tempatnya.

Adapun silabus progam pembelajaran musik klasik dengan instrumen

biola Chandra Kusuma School sebagai berikut: 1. Program pembelajaran

diproyeksikan untuk satu semester (6 Bulan) yang terbagi pada semua tingkatan

kelas baik pada TK dan SD sampai pada SMP dan SMA. 2. Materi pembelajaran

diambil dari buku A tune a day, Suzuki dan kurikulum ABRSM dan diperkaya

dengan repertoar yang relevan seperti partitur orkestra maupun lagu-lagu lainnya

yang diaransemen dan ditulis dalam bentuk notasi balok. 3. Pengajar

dipersilahkan melakukan pengembangan materi pembelajaran. Rincian

pembagian pembelajaran: a. Organologi/pengenalan instrument menggesek, b.

Fingering/penjarian, c. Nilai nada, d. Scale/tangga, e. nada etude/teknik, f. Lagu,

g. Bermain duet, kwartet, ansambel, h. Ujian dan konser.

2.3 Tujuan pendidikan ekstrakurikuler biola sekolah Chandra Kusuma

School

Sekolah Chandra Kusuma School merupakan lembaga pendidikan, yang

menampung peserta didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan,

kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan

secara berkoordinasi dan terarah. Dengan demikian peserta didik diharapkan

dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan

pendidikan. Dalam pembinaan peserta didik di sekolah Sekolah Chandra Kusuma

School, banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses

Universitas Sumatera Utara


pendidikan yang kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan

kemampuan, keterampilan kearah pengetahuan yang lebih maju. Salah satu

wadah pembinaan peserta didik di sekolah Chandra Kusuma School adalah

kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari

atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang

beragam peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.

Kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler

merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain

di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum (muttaqinhasyim.

wordpress.com: 14 Februari 2013).

Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan

ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran biola berjalan

dengan baik. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Sekolah

Chandra Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan

tingkat kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran

yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara

penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian

penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan

ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: a. Pembinaan minat dan

bakat siswa, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina

dan mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat

Universitas Sumatera Utara


yang dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa

dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk

wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta

didik dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan

ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal, beberapa cabang

ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat

meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah

(ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2013).

Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan

ekstrakurikuler secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan

bakat peserta didik di sekolah, dan pencapaian prestasi yang optimal dan didasari

atas tujuan dari pada kurikulum sekolah.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

ASAL-USUL, TEKNIK DAN PERKEMBANGAN BIOLA DI INDONESIA

3.1 Asal-Usul dan Perkembangan Biola

Pada mulanya biola digunakan bersama instrumen musik lain untuk

mengiringi tarian. Saat itu biola dianggap sebagai alat musik dari kalangan bawah

namun kemudian menjadi instrumen solo selama abad ke-17. Biola berasal dari

Italy pada sekitar tahun 1500-an. Instrumen gesek mungkin berasal dari

instrumen seperti Viele, fiedel, rebec, dan dari Lira da braccio pada masa

Renaissans. Walaupun demikian tampaknya ada instrumen lain bernama Viol

dengan enam dawai di Eropa, yang telah ada sebelum biola dan keberadaanya

berdampingan dengan rebec dan keluarganya selama sekitar 200 tahun.

Pada tahun 1600 an biola memperoleh penghargaan yang lebih baik

setelah digunakan sebagai instrumen pengiring opera-opera Italia seperti Orfeo

(1607) karya Claudio Monteverdi, dan melalui Raja Louis Perancis ke XIII yang

membentuk kelompok pemusik, 24 violos du rei (‘’raja 24 biola’’) pada tahun

1626. Biola bekembang baik sepanjang jaman Barok (1600-1750) dalam karya-

karya dari para pencipta seperti Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldi, dan

Giuseppe Tartini di Itali, Heinrich Biber, serta Georg Philipp Telemann dan

Johann Sebastian bach di Jerman. Biola menjadi dasar dari alat musik solo

concerto, concerto grosso, sonata, trio sonata, dan cocok sebagus yang digunakan

dalam opera.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1 biola dengan alat gesek biola

Para pembuat biola pertama yang berasal dari Italia Utara di antaranya

ialah Gasparo da Salo (1540-1609) dan Giovanni Maggini (1579-1630?) dari

Brescia, dan Andrea Amati dari Cremona. Pada abad ke-17 dan ke-18 telah ada

bengkel pembuat biola di Italia, yaitu dari Antonio Stradivari dan Giuseppe

Guarneri dari Cremona dan seorang orang Austria Jacob Stainer.

Biola terdahulu berukuran lebih pendek, leher biola lebih tebal dan kurang

membelok ke belakang dari permukaan biola papan jari yang lebih pendek

kamnya lebih datar dan dawainya terbuat murni dari dari usus binatang. Busur

biola yang pertama juga memiliki desain berbeda dengan biola sekarang.

Perubahan konstruktif yang mendasar, yang menghasilkan bunyi lebih keras,

nyaring, dan nada yang lebih bagus, terjadi pada abad ke 18 dan 19.

Universitas Sumatera Utara


Pada pertengahan abad ke-18 biola adalah instrumen solo terpopuler di

Eropa. Biola juga dijadikan alat musik pada orkestra, alat yang paling penting

dimainkan era Barok dan Klasik (1750-1820), dan pada orkestra modern juga

masih menjadi alat yang paling penting untuk dimainkan. Kelompok biola

berkembang dengan jumlah lebih dari pemainnya yang dimainkan di ruang kecil

terdiri dari dua biola, viola dan cello.

Gambar 3.2 Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin

Selama abad ke-19 pemain biola yang melegenda di seluruh Eropa, di

antaranya ialah Giovanni Viotti dan Nicolo Paganini, Louis Sphor dan Joseph

Joachim dari Jerman, Pablo de Sarasate dari Spanyol, dan Henri Vieuxtemps dan

Eugene Ysaye dari Belgia. Pada abad ke-20 biola mencapai nilai artistik yang

baru dan teknik yang tinggi di tangan para pemain biola Amerika, Isaac Stern dan

Yehudi Menuhin, keturunan Austria Fritz Kreisler, keturunan Rusia Jascha

Heifetz, Mischa Elman dan Nathan Milstein yang menjadi penduduk Amerika,

biolis Hongaria Joseph Szigeti, dan David Oitsrakh dari Rusia. Di antara para

Universitas Sumatera Utara


pencipta tunggal dan para pencipta karya-karya untuk biola adalah Bach,

Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven; di Austria ada Franz

Schubert, Jerman diwakili oleh Johannes Brahms, Felix Mendelssohn, dan Robert

Schumann, dan dari Rusia ialah Peter llyich Tchaikovsky di era yang penuh

dengan keromantisan; Claude Debussy meakili Perancis, sedangkan untuk

Austria ialah Arnold Schoenberg, dari Hungaria ialah Bela Bartok, dan Rusia

diwakili oleh Igor Stravinsky pada abad ke 20.

3.1.1 Konstruksi biola

Panjang biola normal (berukuran 4/4) mencapai 60 cm. Walaupun

demikian ada juga yang lebih kecil, yaitu berukuran 3/4 dan 1/2 yang dapat

dimainkan oleh pelajar yang masih muda. Biola adalah salah satu dari keluarga

instrumen gesek yang lain yaitu, biola alto, cello dan kontrra bas. Di antara

instrumen musik gesek, biola termasuk instrument yang memiliki titinada

tertinggi. Busur penggesek (bow) biola terdiri dari tongkat, kurang lebih

sepanjang 75 cm, dengan bulu-bulu kuda yang direntangkan di antara kedua

ujung tongkat penggesek. Konstruksi yang terdapat pada seluruh keluarga

instrument gesek pada dasarnya tidak berbeda dengan konstruksi biola. Walaupun

demikian cello dan kontra bas memiliki tongkat penyanggah di bagian bawahnya

(akan dijelaskan kemudian). Secara detail bagian-bagian biola meliputi:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3 Anatomi instrumen Biola

a. Table/ Belly (perut).

b. Ribs, atau papan samping yang memisahkan di antara papan

depan (table) dengan papan belakang.

c. Neck, yaitu leher di antara bagian kepala (peg box) dan badan

(table) biola.

d. Peg box, kotak penala yang berada di bagian kepala.

e. Scroll, hiasan ukir di ujung bagian kepala yang menyerupai

gulungan kain.

f. Tail, yaitu penambat ujung dawai-dawai di bagian bawah

perut (table).

g. Bridge, yaitu keping pembatas tegangan dawai-dawai yang

berada di antara tail dan nut atau batas pada pangkal peg box.

Seksi Gesek

h. Fingerboard, yaitu bidang yang terdapat di bagian depan

Universitas Sumatera Utara


leher yang terbentang hingga kira-kira pertengahan belly.

i. Lobang suara.

Pada bagian belly terdapat dua buah lubang suara berbentuk tanda

dinamik Forte (f). Biola mempunyai 4 dawai dengan diameter yang berbeda.

Pada mulanya, dawai biola terbuat dari usus binatang, namun pada masa kini

telah diganti oleh helaian kawat tipis dari baja. Untuk dawai-dawai berdiameter

besar dilapisi oleh gulungan semacam perak. Dawai dengan diameter terbesar

ditala untuk nada G (jarak interval 4 di bawah C).

3.1.2 Nada-nada biola pada posisi senar lepas

Penomoran dawai biola mulai dari yang terbawah sehingga dawai ini

biasa dawai ke-4 atau G. Dawai ke-3 di bawahnya, ditala satu kwint lebih tinggi

sehingga berbunyi D. Demikian selanjutnya, dua dawai lain di bawahnya ditala

satu kwint ke atas yaitu nada A untuk dawai kedua dan nada E untuk dawai

pertama. Dawai biola pada mulanya dibuat dari usus binatang. Guna

menghasilkan bunyi yang nyaring dan kuat maka di jaman modern ini dawai

dibuat dari baja dengan proses pembuatannya menggunakan teknologi canggih.

3.1.3 Karakter suara dan register biola

Di antara karakteristik terbaik biola adalah bunyi yang mendesing dan

bisa dimainkan dengan cepat, bisa dimainkan dengan baik seperti melodi-melodi

Universitas Sumatera Utara


yang ada pada lirik lagu. Para pemain biola juga bisa menciptakan efek yang

bagus dengan teknik berikut ini dengan menggunakan jari tanpa stik, dengan

memetik senar-senarnya dengan mengulang satu nada yang sama atau dua nada

yang sama dengan cepat, menggesek stik pada senar-senarnya dengan cepat.

Salah satu teknik biola dikenal dengan istilah sul panticello, bermain

dengan stik yang didekatkan dengan jembatan senar untuk menghasilkan bunyi

yang ringan, suara seperti kaca seperti col legno, bermain dengan stik yang dari

kayu, harmoni dengan meletakkan jari-jari dari tangan kanan pada bagian-bagian

tertentu dari senarnya untuk menghasilkan bunyi yang ringan, seperti bunyi

seruling dan glissando, gerakan luwes yang teratur dari jari tangan kiri ke atas

dan kebawah senar untuk menghasilkan nada naik turun. Register biola adalah

yang tertinggi di antara instrumen gesek, yaitu dari nada G (baca: g kecil) sampai

C3 (baca: c tiga).

3.2 Perkembangan Biola di Indonesia

Perkembangan instrumen biola di Indonesia memiliki perkembangan yang

sangat pesat. Dikarenakan banyaknya para penikmat musik yang menyukai suara

instrumen biola serta timbulnya kesadaaran orang tua yang memberikan

kesempatan pada anaknya mempelajari musik melalui instrumen tersebut

membuat biola menjadi instrumen yang tidak asing lagi bagi masyarakat

indonesia.

Tidak sedikit Penikmat musik instrumen biola di Indonesia menikmati

musik saat ini melalui sebuah orkestra yang dilakukan 30-60 pemain dari

Universitas Sumatera Utara


berbagai, Orkestra di Indonesia pada saat ini memiliki sebuah peranan sebagai

acara hiburan untuk mengiringi artis ibukota seperti Agnes Monika, Gita Gutawa,

Titiek Puspa, Ryo Domara, Chrisye, Ebiet G Ade, Vina Panduwinata dan Tanto

Wiyahya tidak terlepas juga pada grup band ternama di Indonesia seperti Kotak,

Gigi, The Changcuters, Slank dan banyak lagi grup band lainnya yang sering

diiringi sebuah orkestra dalam sebuah pertunjukan, hal ini dapat terjadi apabila

pemimpin orkestra dapat mengaransir lagu yang dimainkan grup band

dikombinasikan pada orkestra begitu pula pada vocal solo yang diaransir pada

iringan orkestra.

Orkestra yang ada diIndonesia yang sering sekali membawakan karya-

karya klasik adalah Nusantara Symphony Orkestra (NSO) yang dipimpin oleh

Edward Van Ness, Twilite Orkestra (TO) yang dipimpin oleh Addie MS dan juga

Orkes Symphony ISI Yogyakarta yang terdiri dari mahasiswa Institut Seni

Indonesia dibawah asuhan Budhi Ngurah, Pipin Garibaldi, Edward Van ness,

Surti Hadi, dan Dosen yang ikut serta di dalamnya.

Penamaan sebuah orkestra di Indonesia sangatlah muda, dimana orang

yang dapat memimpin orkestra dan mengaransir sebuah lagu untuk orkestra dapat

mengatas namakan orkestra tersebut namanya, seperti andreas orkestra, salah

seorang seorang mahasiswa Universitas Pelita Harapan Jakarta yang menamakan

orkestra namanya sendiri, Dwiki Darmawan Orkestra, Surya Vista Orkestra kota

semarang, Erwin Gutawa Orkestra, Ony orkestra dan Banyak lagi nama sebuah

orkestra yang terdapat pada kota Surabaya, Bandung, Bogor, Jakarta, dan Jogja.

Namun tidak sedikit pula yang menamakan sebuah orkestra menambahkan kata

Universitas Sumatera Utara


Philharmony dan menunjukkan sebuah kota asal orkestra itu terbentuk seperti

Jogja philharmony orkestra (Jophilo), Jakarta Philharmony Orkestra (JPO),

Surabaya Symphony Orkestra (SSO), dan lain-lain. Hal ini menjadikan Indonesia

memiliki sangat banyak orkestra dan memiliki banyak musisi orkestra yang

kebenarannya pemain dari orkestra tersebut adalah pemain freeland yang dapat

bermain pada orkestra mana saja. Salah satu orkestra Indonesia yang dapat

mengontrak musisi adalah Nusantara Symphony Orkestra dibawah asuhan

Miranda Gultom yang dipimpin oleh Edward Van Ness yang saat ini beliau ada di

kota medan menjadi kepala sekolah di Sumatra Conservatoire.

Para pemain yang sering terlibat didalam sebuah orkestra adalah

mahasiswa dan dosen di institute seni Indonesia Yogyakarta yang sering sekali

berangkat ke Jakarta, Semarang, Bandung atau ke Surabaya dikarenakan

kurangnya pemain orkestra didaerah tersebut. Dosen dan Mahasiswa institute

seni Indonesia tidak terlepas dari sekolah menengah musik (SMM) yang hampir

90 persen mahasiswa dan dosen di ISI Jokjakarta adalah hasil dari sekolah

menengah musik.

Indonesia memiliki dua sekolah menengah musik yang satu terletak di

kota Jogjakarta yang sekarang disebut SMKN 2 Kasihan Bantul dan dikota

Medan yang sering disebut SMK Negeri 11 Medan. Sekolah inilah yang banyak

menciptakan musisi orkestra yang setelah melakukan pendidikan selama 4 tahun

berangkat ke Institut Seni Indonesia Jogjakarta dan menjadi pemain orkestra.

Sekolah menengah musik adalah bibit dari tumbuhnya musisi orkestra

diIndonesia. Sekolah musik ini memiliki pelajaran musik yang sangat sulit, siswa

Universitas Sumatera Utara


yang tamat dari sekolah ini adalah siswa yang telah mengikuti kompetensi

dengan bermain solo instrumen dan diiringi piano. Sekolah musik juga memiliki

orkestra yang sering dibawa untuk bermain disuatu tempat tak jarang juga siswa-

siswi SMM sering sekali berangkat ke luar kota untuk bermain orkestra. Sekolah

musik ini juga memiliki sebuah pelajaran yang sama dengan sekolah-sekolah

lainnya seperti mate-matika, bahasa Indonesia, PPKN, namun tetap lebih menitik

beratkan pelajaran musiknya. Saat ini mungkin telah berubah karena tuntutan

pemerintahan pada sebuah kurikulum.

Siswa-siswi dari sekolah inilah kebanyakan selalu menjadi musisi

orkestra terlebih pada instrumen biola yang banyak menggunakan pemain dalam

pertujukannya. Pemain orkestra harus dapat memainkan lagu secara langsung

(primavista), teknik primavista adalah teknik membaca partitur dengan

menggunakan tempo dan nada yang baik yang saat itu juga dapat diaplikasikan

pada sebuah instrumen. Teknik tersebut harus didasari oleh pengetahuan dan teori

yang cukup kuat agar dapat memberikan suara dan nada yang diinginkan

komposer dan interpretasi kondukter, tidak sedikit pula para musisi orkestra yang

pada awalnya tidak belajar disekolah menengah musik khususnya pada instrumen

biola dikarenakan pada saat itu telah berdiri juga instansi swasta seperti Irama

Musik, Lembaga Musik Murni (Sumatra Concevatoire), dan Medan Musik.

Namun demikian pembelajaran instrumen biola di Indonesia masih

banyak mengalami kekurangan terhadap sebuah metode, instrumen yang kurang

memadai, dan seorang guru dengan kapasitas yang baik, banyaknya minat untuk

Universitas Sumatera Utara


Pembelajaran biola di Indonesia menjadikan kurangnya pendidik atau instruktur

biola dalam mempelajari instrumen biola.

Banyaknya instansi, sekolah musik, maupun universitas yang telah

banyak membuat musik menjadi mata pelajaran yang dikhususkan mempelajari

musik dari berbagai instrumen, hal ini menjadikan banyaknya para musisi yang

profesional untuk memainkan instrumen khususnya biola sehingga para musisi

mencari pekerjaan melalui instrumen tersebut pada sebuah grup Band, Chamber

maupun ansambel terlebih sebuah orkestra dari kelompok yang lebih besar lagi

serta menjadi seorang guru dengan tingkat edukasi yang tinggi terhadap

instrumen.

Terlebih lagi bentuk grup yang dilakukan 4, 5 sampai 8 pemain biola,

banyaknya gendre musik seperti pop, blues, balada, dangdut, rock sampai pada

musik kontenporer yang melibatkan instrumen biola dalam pencapaian bunyi dan

nada yang diiginkan terlebih lagi musik-musik daerah seperti melayu,

simalungun, Sunda untuk sebuah iringan tarian dan ritual dengan posisi bermain

berbeda dengan musik barat.

3.3 Teknik Dasar Permainan Biola

Biola dipegang secara horizontal, di bagian kiri bagian ujung belakang

biola, di antara tulang selangkaan rahang bawah. Lengan kiri agak ditekan kearah

leher, di antara ibu jari dan ruas jari yang panjang. Biola dipegang dengan cara

tersebut sehingga bagian badan biola menghadap ke arah penonton, dan secara

khusus untuk mempermudah penggesekan. Jari-jari tangan kiri harus menekan

Universitas Sumatera Utara


senar dengan bentuk sedikit ke depan. Kecepatan jari-jari menekan dan

melepaskan senar akan membedakan keselarasan suara (berhubungan dengan

kejelasan vibrasi). Gerakan jari-jari tersebut tidak hanya secara vertikal tetapi

juga secara menyeluruh sehingga saat memainkannya, baik dengan semua jari

atau jari-jari yang berbeda, nada penuh atau separuh nada dapat dihasilkan. Untuk

mengahsilkan akor didapat dengan menekan dua senar bersama-sama dan

menggeseknya. Jari-jari tangan kiri diberi lambang nomor 1 sampai 4.Nomor.

Nomor satu untuk jari telunjuk, 2 untuk jari tengah, 3 untuk jari manis, dan 4

untuk jari kelingking.

Mengubah posisi penjarian dengan cepat dan halus merupakan kesulitan

utama dalam bermain biola. Penguasaan teknik ini bergantung pada kekuatan

dagu dan pundak, karena keduanya menekan bebas alat ini dan tangan dapat

memindahkannya dengan mudah di sepanjang leher biola. Otot juga harus dapat

digerakkan dengan mudah untuk menghindari permasalahan dalam gerakan-

gerakan tubuh. Untuk nada-nada yang lebih tinggi kita juga harus mengubah letak

tangan dan jari. Sela jari-jari untuk menghasilkan suara yang tergolong rendah-

dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh – berkaitan dengan posisi

pertama (posisi permulaan, dekat nut) Perubahan posisi bermain pada suatu sisi

untuk memperluas rentang suara dan karenanya membutuhkan teknik permainan

yang murni di sisi lain perubahan posisi berain juga berperan penting dala

pengungkapan ekspresi dan pada akhinya dapat diapresiasikan dari sudut pandang

estetika. Nada-nada dalam satu frekuensi yang sama menghasilkan suara yang

berbeda pada beracam-macam senar.

Universitas Sumatera Utara


Perubahan posisi berpengaruh pada warna suara. Pilihan penjarian

dibutuhkan sebagai dasar dalam ekspresi teknik bermain bilola untuk menyajikan

berbagai macam gambaran musikal. Sedikit gerakan yang berkesinambugan

dengan perasaan, vibrato, memperkaya musik dengan sedikit modifikasi pada

tinggi rendahnya nada, hal ini merupakan jenis ekspresi permainan biola.

3.3.1 Teknik selur (Glisando)

Tehnik selur adalah sebuah teknik mengambil posisi dengan jari yang

sama dari nada yang satu ke nada yang di telah diperkirakan, ketika memproduksi

nada dengan baik.

3.3.2 Teknik vibrato

Teknik vibra adalah teknik yang menggetarkan sebuah nada dengan jari

yang dinaikkan sedikit dan diturunkan sedikit, sehingga menimbulkan nada yang

bergelombang dari efek naik turunnya sebuah jari. Vibra sering sekali digunakan

ketika memainkan sebuah lagu terlebih nada yang lebih dari setengah ketukan.

3.3.3 Teknik harmoni (suara nyaring biola)

Teknik harmoni adalah sebuah teknik yang dihasilkan dengan meletakkan

jari tetapi tidak menekan senar sampai papan penjarian. Kemudian teknik ini

sering dilakukan pada posisi 5 dalam instrumen biola. Teknik harmoni sering

sekali menggunakan jari 4 kemudian jari 3 sesuai dengan kepentingan sebuah

lagu dalam memakai sebuah penjarian, tidak hanya persoalan menekan jari,

Universitas Sumatera Utara


teknik harmoni juga dapat dilakukan dengan menekan jari satu dan meletakkan

dengan interval 4 (Kwart) dengan menggunakan jari 3 dan 4 tetapi tidak menekan

senar sampai pada papan penjarian.

3.3.4 Teknik memetik senar biola (Pizzicato)

Teknik memetik instrumen biola adalah teknik tidak menggunakan alat

gesek untuk membunyikan senar melainkan sebuah jari yang dipetik seperti gitar.

Hal ini sering menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, telapak tangan, ibu jari,

dan jari manis dan kelingking memegang alat gesek untuk kecepatan ketika

kembali menggunakan alat gesek biola.

3.3.5 Teknik senar ganda (Double Strokes)

Teknik senar ganda adalah sebuah teknik bermain biola dengan

membunyikan dua senar biola yang dimainkan secara bersamaan, ketika

memainkan teknik tersebut pemain biola harus memikirkan kestabilan dalam

membunyikan kedua senar tersebut ketika memainkan instrumen tersebut.

3.3.6 Teknik gesek pendek (Staccato)

Teknik gesek pendek adalah teknik memainkan nada secara putus-putus

atau mengurangi setengah dari harga nada, teknik gesek pendek dilakukan apabila

terdapat simbol titik dibawah maupun diatas tulisan.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Dasar-dasar Teknik Tangan Kanan dan Kiri

Dasar-dasar teknik pembelajaran biola pada peserta didik sangat

berpengaruh dengan cepat lambatnya anak berhasil mempelajari biola. Teknik-

teknik pembelajaran biola tidak selalu sama antara satu anak dengan anak yang

lain. Mereka mempunyai anatomi yang berbeda sehingga harus menyesuaikan

anatomi dari masing-masing individu, hal tersebut haruslah dimengerti guru agar

anak tidak memaksakan posisi memainkan biola yang sama dengan seorang guru.

Adapun teknik-teknik dasar permainan biola klasik Barat yaitu sebagai berikut.

3.4.1 Teknik memegang biola

Di dalam memegang biola, hal yang pertama dilakukan yaitu dengan posisi

tangan kiri diletakkan tidak terlalu jauh dengan leher biola (neck), namun sedikit

menyentuh kedua sisi dari leher biola agar supaya membantu dalam melakukan

gerakan (Galamian, 1962: 15), kemudian biola ditempatkan pada sisi bahu

sebelah kiri sekitar 45 derajat lurus kedepan, dengan posisi end button menyentuh

pada leher, dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan, kemudian posisi

bahu normal, tidak diangkat (Lamb, 1990: 81). Contoh dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.5 : Anatomi dalam memegang biola posisi berdiri dan duduk

(Rapoport, 2008: 44)

Beberapa teknik pokok pada biola klasik Barat dibagi menjadi dua yaitu

teknik pada tangan kanan dan teknik pada tangan kiri.

3.4.2Teknik pada tangan kanan

Teknik pada tangan kanan adalah sebuah teknik yang lebih pada

penggunaan alat Gesek (bowing) biola seperti:

3.4.3 Teknik memegang bow

Teknik memegang bow yaitu bow dipegang di tangan kanan, dengan posisi

ibu jari di bawah sisi bawah pada bow mendekati frog, dan sambungan ruas yang

pertama dari ibu jari dibengkokkan, kemudian empat jari lainnya menggenggam

bow. Genggaman ini harus rileks, agar dapat melakukan gerakan-gerakan saat

menggesek biola dengan fleksibel (Galamian, 1962: 45-46). Adapun contoh

gambar memegang bow, yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.6 Posisi ibu jari mendekati frog dalam memegang bow (Galamian, 1962: 46)

Gambar 3.7 Posisi empat jari tangan kanan dalam memegang bow

Gambar 3.8: Posisi jari tangan kanan memegang bow, dilihat dari samping

Shinichi Suzuki, Kato Havas, Paul Rolland adalah ketiga pendidik biola

terkemuka di paruh kedua abad kedua puluh. Rolland dan Havas

mempertahankan kealamian bermain biola sedangkan Suzuki dengan

memfokuskan pada produksi nada, masing-masing memiliki gaya sendiri dalam

Universitas Sumatera Utara


menyelenggarakan haluan. Suzuki memegang bow mirip dengan sekolah Jerman

tua. Pegangan Rolland dimodelkan sekolah Prancis-Belgia sedangkan busur

Havas tetap menyerupai sekolah Rusia (Perkins, 1993: 55-57).

Bentuk gaya teknik memegang bow negara-negara tersebut adalah sebagai

berikut:

3.4.3.1 Gaya Rusia

Gaya teknik memegang bow Rusia yaitu ruas ketiga jari telunjuk menekan

menyamping pada bow. Jari sedikitnya melingkari bow dengan bantuan ruas

pertama pada jari tersebut, dan hanya ada sedikit ruang diantara jari telunjuk

dengan jari tengah. Jari telunjuk mengambil alih menjadi pengendali bow, dan

jari kelingking menyentuh bow hanya pada saat bermain pada bagian bawah pada

bagian bow. Tegangan pada rambut bow sangat sedikit, dan posisi bow cenderung

lebih datar (Rosenblith, 2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Rusia

sebagai berikut:

Gambar 3.9 : Posisi gaya tangan kanan Rusia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari
tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)

Universitas Sumatera Utara


3.4.3.2 Gaya Jerman

Gaya teknik memegang bow German yaitu jari telunjuk menekan

menyentuh kayu pada bagian sisi bawah permukaan bow, kira-kira mendekati

pada ruas ujung jari. Posisi jari-jari yang lain ditentukan sesuai dengan jari

telunjuk, dan ibu jari berada menyimpang dari jari tengah. Semua jari masing-

masing menekan, dan tegangan pada rambut bow tidak terlalu kuat (Rosenblith,

2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Jerman sebagai berikut:

Gambar 3.10 memegang bow gaya German dan anatomi posisi jari tangan kanan

dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)

3.4.3.3 Gaya Perancis-Belgia

Gaya teknik memegang bow Perancis-Belgia yaitu jari telunjuk sedikitnya

menekan bawah pada kayu, bow menyentuh jari dekat pada bagian pertengahan

jari, dengan didorong ke arah ujung bow, dan ada ruang diantara pangkal pada

jari telunjuk dengan jari tengah, kemudian ibu jari berada menyimpang dari jari

tengah. Tegangan pada rambut bow adalah kuat (Rosenblith, 2000: 35). Contoh

gambar memegang bow gaya Perancis-Belgia sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.11 Posisi gaya tangan kanan Perancis-Belgia dalam memegang bow dan

anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow

3.4.3.4 Teknik tangan kiri penjarian

Dalam bermain biola tangan kiri juga penting peranannya, sehingga harus

dilatih dengan baik. Contoh-contoh penjarian atau patern tangan kiri sebagai

berikut:

Pola 1

Pola 2

Universitas Sumatera Utara


Pola3

Gambar 3.12 pola-pola penjarian posisi 1

Simbol ini (V) menunjukkan bahwa ujung jari harus menyentuh untuk

membentuk setengah langkah atau jarak setengah (Suzuki, 2008: 20).

Metode pembelajaran Suzuki lebih kepada pembelajaran sebuah lagu

untuk mempelajari instrumen biola baik pada sebuah gesekan, penjarian, serta

teknik yang terdapat pada instrumen biola. Metode suzuki sangat berbeda dengan

metode a tune a day untuk mempelajari sebuah penjarian, gesekan, dan teknik,

kemudian memainkan sebuah lagu untuk menerapkan teknik yang telah dipelajari

berbeda halnya etude Suzuki yang memainkan lagu untuk mempelajari gesekan,

penjarian dan teknik untuk mempelajari instrumen biola.

3.5 Biola di Sekolah Chandra Kusuma School

Biola di Sekolah Candra Kusuma School adalah sebuah instrumen gesek

yang dipelajari anak dalam bentuk privat maupun kelas, pembelajaran ini

dilakukan musik program di Sekolah tersebut. Pembelajaran biola berbentuk

privat dilakukan 1kali pertemuan dalam satu minggu yang dilakukan selama

setengah jam, berbeda dengan musik program yang terdiri dari 5 sampai 8 siswa-

Universitas Sumatera Utara


siswi dilakukan 2 kali pertemuan dalam satu minggu yang masing-masing

pertemuan dilakukan selama 45 menit.

Pembelajaran musik program tersebut dapat diaplikasikan siswa-siswi

pada sebuah orkestra yang di pimpin oleh Ian Edward Anderson yang bahan-

bahan lagu untuk orkestra tersebut diambil dari lagu-lagu klasik barat, lagu wajib,

lagu daerah, lagu pop diaransemen kembali dengan tehnik yang disesuaikan pada

kapasitas peserta didik memainkan instrumen biola.

Materi lagu dalam pembelajaran instrumen biola menggunakan melodi

sederhana bagi anak-anak di tingkat sekolah dasar sangat penting dalam

pembentukan emosi yang seimbang, dan meningkatkan kemampuan dalam

matematika, sosial, daya ingat, dan kreatifitas. Lagu-lagu yang ringan juga

merupakan salah satu bahan yang mudah untuk dipelajari dan mempunyai tingkat

teknik yang tidak terlalu sulit. Lagu anak-anak yang sering diajarkan dan

dipelajari di Sekolah Chandra Kusuma School dengan materi yang terdapat pada

buku.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PEMBELAJARAN BIOLA PADA MUSIK PROGRAM DI SEKOLAH

CHANDRA KUSUMA SCHOOL

4.1 Metode Pembelajaran Biola A Tune A Day di Chandra Kusuma School

Metode pembelajaran A Tune A Day adalah sebuah metode pembelajaran

yang lebih dikhususkan pada tahap awal peserta didik mempelajari instrumen

biola. Buku a tune a day I sering diterapkan pada tingkatan pradasar di Sekolah

Chandra Kusuma School, buku a tune a day terdiri dari 25 bagian dalam

pembelajarannya.

Pembelajaran melalui buku panduan A tune A day adalah pembelajaran

tahap awal mempelajari instrumen, yang mana peserta didik dituntut untuk bisa

membaca notasi dan mengaplikasikanya pada instrumen biola, menggesek

instrumen biola dengan ketukan yang bervariasi seperti 4 ketuk, 3 ketuk, 2 ketuk,

1 ketuk sampai pada ¼ ketuk. Peserta didik juga dapat mempelajari teknik

gesekan biola seperti legato, staccato, arpeggio, dan termasuk juga sebuah tangga

nada yang sering sekali diterapkan di sekolah Chandra Kusuma School dan

sampai pada penjarian 1 sampai pada penjarian 4.

• diawali dengan mengenalkan peserta didik cara membaca not dan bagian-

bagian dalam penulisan musik, kemudian peserta didik akan mempelajari

gesekan pada senar biola dengan posisi yang baik pada sebuah contoh

gambar.

Universitas Sumatera Utara


• Mengenalkan anak bagian-bagian dari instrumen biola.

• Kemudian mengenalkan pesrta didik keempat string biola yang dimainkan

melalui petikan.

• Cara menggesek senar biola yang diawali tempo yang tidak terlalu cepat

dan lambat dan diawali senar A dengan satu ketukan setiap nadanya,

kemudian dilakukan pada semua senar

• Setelah mempelajari satu ketukan setiap nada anak akan diajarkan melalui

dua ketukan setiap nada sampai pada empat ketukan setiap nada, hal ini

dikarenakan agar anak dapat mempelajari kestabilan gesekan dari setiap

nada yang dipelajari peserta didik.

• Kemudian peserta didik akan mempelajari penjarian yang diawali melalui

jari I dengan menjaga kestabilan gesekan kemudian memainkan sebuah

lagu pendek untuk menerapkan penjarian I

• Setelah mempelajari jari satu peserta didik akan meneruskan pada

penjarian jari dua dengan teknik yang sama kemudian menerapkan

pejarian satu dan dua terhadap sebuah lagu pendek yang terdiri dari 8

birama untuk menerapkan teknik penjarian satu dan dua, ketika

memainkan sebuah lagu.

• Setelah mempelajari jari I dan II anak akan meneruskan pada penjarian

jari ke III dengan memainkan lagu pendek untuk menerapkan penjarian I,

II dan III ketika memainkan sebuah lagu.

Universitas Sumatera Utara


• Setelah mempelajari penjarian I,II dan III anak akan diajarkan interpretasi

memainkan sebuah lagu melalui teknik gesekan staccato, detache serta

legato pada buku panduan A tune A day.

• Setelah mempelajari gesekan, teknik, penjarian I, II dan III serta

interpretasi peserta didik menerapkan semua yang telah dipelajari dalam

sebuah lagu yang telah ada, hal ini dikarenakan agar peserta didik tidak

,erasa jenuh dalam memaikan sebuah teknik, gesekan, penjarian, pada

instrumen biola.

• Setelah mempelajari penjarian I,II dan III serta teknik gesekan peserta

didik akan diajarkan menggunakan jari IV dengan memainkan lagu-lagu

pendek untuk menerapkan semua penjarian pada instrumen tersebut.

• Kemudian peserta didik akan diajarkan bermain bersama yang berbentuk

sebuah trio (tiga instrumen) yang terdiri dari 2 peserta didik dan satu guru,

memainkan masing-masing part yang tertulis pada buku A tune a day.

4.2 Metode Pembelajaran Biola Suzuki di Sekolah Chandra Kusuma School

Buku panduan Suzuki Violin dalam pembelajaran ini, peserta didik

dituntut untuk dapat memainkan sebuah lagu dan mengaplikasikan teknik

gesekan seperti staccato legato, aksen, detache, Crossing string dengan

menggunakan posisi 1 pada instrumen biola. Kemudian menerapkan penjarian 1

dan 4 dalam memainkan sebuah lagu. Membahas bentuk tangga nada dalam

sebuah lagu, dan pemahaman biola dan postur ketika bermain biola serta melihat

permasalahan yang ada pada sebuah lagu dan antisipasi permainannya.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 biola dan nama elemen biola

Dalam Metodenya, Suzuki mengajarkan teknik-teknik permainan biola

dasar. Teknik-teknik dasar cara memegang biola dalam metode Suzuki dibagi

menjadi empat, yaitu:

a. Postur atau cara berdiri (Suzuki, 2008: 16).

Posisi istirahat

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 posisi kaki dan istirahat

kaki harus ditempatkan sejajar lebar bahu, dengan kaki kanan sedikit di

belakang kiri.

Gambar 4.3 melatih memegang biola

Pemula harus meletakkan tangan kirinya di bahu kanan sambil berlatih

cara memegang biola.

Gambar 4.4 memegang biola dan bow

Universitas Sumatera Utara


Titik hidung mengarah ke scroll

b. Teknik memegang bow (Suzuki, 2008: 17).

Gambar 4.5 melatih memegang bow dengan kayu yang lebih pendek dan ringan

pertama mencoba memegang busur dengan pena atau sumpit

Meletakkan ibu jari diantara jari tengah dengan jari manis dan dibengkokkan

Gambar 4.6 melatih memegang bow

setelah Anda belajar pada gambar 1 dan 2, tambahkan indeks dan jari-jari kecil

(foto 3 dan 4).

c. Penempatan bow (Suzuki, 2008: 18).

Universitas Sumatera Utara


Middle Point

Gaambar 4.7 posisi bow

Frog haluan harus selalu sejajar dengan bridge

d. Postur untuk derajat kemiringan masing-masing senar (Suzuki, 2008: 19).

Dawai E Denar A

Universitas Sumatera Utara


Dawai D Dawai G

Gambar 4.8 posisi bow pada senar biola

Setelah melihat dari cara memegang bow diatas, metode Suzuki

mengadopsi teknik-teknik permainan biola klasik Barat yang telah disesuaikan

dengan anatomi dan postur tubuh orang-orang Asia, dan teknik tangan kanan

pada metode Suzuki lebih cenderung ke teknik memegang bow gaya german.

• Mengajarkan anak memegang biola dan memegang bow

• Kemudian mengajarkan posisi berdiri ketika memainkan biola

• Mengajarkan sebuah gesekan yang diawali pada senar A dan senar E

• Mengajarkan penjarian untuk memainkan sebuah lagu

• Mengajarkan bermain lagu

• Mengajarkan anak bermain lagu secara variatif

• Mengajarkan bermain lagu dengan teknik gesekan dan teknik penjarian.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Kurikulum ABRSM di Sekolah Chandra Kusuma School

Kurikulum ABRSM adalah sebuah buku panduan dengan lagu-lagu dan

teknik yang dibuat melalui sebuah lagu. Kurikulum ABRSM digunakan untuk

sebuah ujian dengan teknik dan kesulitan yang ditulis dalam sebuah notasi dan

disesuaikan untuk tingkat kemampuan anak mempelajari instrumen biola. Bahan

yang terdapat pada kurikulum tersebut terdiri dari Sembilan lagu yag setiap

bagian terdiri dari A1 sampai A3, B1 sampai B3, dan C1 sampai C3 masing-

masing dipilih anak satu dari setiap A, B maupun C pembelajaran tersebut untuk

sebuah ujian yang dilakukan 2 kali selama setahun. Peserta didik juga dituntut

untuk dapat memainkan lagu tersebut dengan tulisan dan simbol yang harus

diikuti oleh peserta didik biola dalam pembelajarannya.

dan disetujui oleh seorang guru, ketika ingin memainkan bahan tersebut untuk

diujiankan, yang mana ujian tersebut diadakan 2 kali dalam satu tahunnya.

• Memilih bahan yang aka diujiankan

• Memberika masukan terhadap sebuah lagu

• Mengikuti proses yang dilakukan oleh seorang anak

• Meneliti anak ketika bermain lagu,

• Menerapkan simbol yang tertulis pada notasi ataui kurikulum ABRSM

Peranan metode, bermain teknik dan lagu yang terdapat pada buku

panduan diatas sangat penting bagi peserta didik dalam pempelajari instrumen

biola, selain dapat menghibur ketika memainkan lagu juga menambah skill dan

teknik pada setiap individu peserta didik. Dengan lagu-lagu tersebut peserta didik

tidak hanya menambah skill, dan teknik pada instrumen biola, tetapi dapat

Universitas Sumatera Utara


menambah konsentrasi pada peserta didik. Biasanya kegiatan ini menghabiskan

30 menit untuk pembahasan setiap materi lagu.

4.4 Proses Pembelajaran Biola Sekolah Chandra Kusuma School

Dalam pertemuan pertama, anak-anak diperkenalkan bagian-bagian biola

secara umum antara lain: peg, fingerboard, scroll, f-hole, chinrest, tailpiece,

bridge, bow, senar dan sebagainya. Setelah anak-anak mengenal dan mengerti

bagian-bagiannya selanjutnya latihan memegang biola. Dalam memegang biola

dibagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut.

4.4.1 Tangan kanan

Tangan kanan untuk memegang bow sedangkan tangan kiri untuk

memegang biola. Dalam praktiknya, orang memegang biola tidak segampang

yang banyak orang kira. Metode atau cara memegang biola adalah sebuah

pondasi yang penting karena untuk menunjang permainan biola ketingkat

selanjutnya. Tangan kanan bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme,

dinamik, artikulasi, dan timbre. Dengan mengetahui teknik-teknik menggesek

busur yang baik, maka seorang pemain dapat mengatur suara yang dihasilkan

oleh biola. Sedangkan untuk tangan kiri, karena biola tidak memiliki fret seperti

gitar sebagai penanda jari, seorang pemain biola harus benar-benar tahu di mana

letak suatu nada dengan menggunakan perkiraan dan didukung dengan

pendengaran. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan berlatih terus menerus

sehingga jari-jari tangan dapat secara otomatis menekan nada yang diinginkan

Universitas Sumatera Utara


dengan tepat. Selain melatih jari, pemain biola juga harus melatih telinga

sehingga dapat membedakan nada-nada sumbang, walaupun hanya sedikit saja.

Cara memegang bow pertama mencoba memegang pensil atau busur,

meletakkan ibu jari diantara jari tengah dengan jari manis dan dibengkokkan,

tambahkan indeks dan jari-jari kecil, awalnya tempat ibu jari di bagian luar frog

(Suzuki, 2008: 17). Dilakukan beberapa kali sampai anak-anak dapat memegang

dengan benar dan rileks. Berikut ini adalah gambar dasar-dasar memegang bow

Gambar 4.9 contoh gambar melatih bow dengan alat bantu (Foto pribadi, 2013, Sopian)

Setelah pegangan sempurna dan mulai rileks, coba lakukan gerakan seperti

ini:

Gambar 4.10 contoh gambar melatih bow pada tumpuan jari (Foto pribadi, 2013,

Sopian)

Universitas Sumatera Utara


Latihan seperti gambar di atas bertujuan untuk melatih tumpuan atau

sentral kekuatan jari pada saat menggesek biola. Pada gambar pertama, kekuatan

jari terletak pada jari telunjuk. Aplikasinya adalah saat kita menggesek biola ke

bawah, kekuatan yang paling dominan berada di jari telunjuk. Pada gambar

kedua, kekuatan jari berada di jari kelingking. Aplikasinya adalah ketika kita

menggesek biola ke atas dan ketika hampir di pangkal bow, kekuatan jari yang

paling dominan berada di jari kelingking. Sudut pergelangan tangan kanan sangat

berpengaruh dengan lurus tidaknya seseorang menggesek biola dan produksi

suara yang dihasilkan. Lihat gambar di bawah ini.

Gambar 4.11 contoh gambar posisi bow dari pangkal ke ujung bow (Foto pribadi, 2013,

Sopian)

Pada gambar di atas diterangkan bahwa, menggesek biola harus secara

alami dan rileks. Gerakan di atas adalah gerakan alami pada saat bermain biola.

Universitas Sumatera Utara


Sudut bow harus sejajar dengan lengan tangan kanan dan diantara bridge dengan

finger board, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.12 contoh gambar bermain biola guru dan peserta didik biola (Foto pribadi,

2013, Sopian)

4.4.2 Tangan kiri

Cara Memegang Biola hal yang pertama dilakukan yaitu dengan posisi

tangan kiri diletakkan tidak terlalu jauh dengan leher biola (neck), namun sedikit

menyentuh kedua sisi dari leher biola supaya membantu dalam melakukan

gerakan (Galamian, 1962: 15), kemudian biola ditempatkan pada sisi bahu

sebelah kiri sekitar 45 derajat lurus ke depan, dengan posisi end button

menyentuh pada leher, dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan,

kemudian posisi bahu normal, tidak diangkat (Lamb, 1990: 81), miring ke kiri

dari posisi lurus ke depan, sudut siku menghadap ke bawah, dan pergelangan

tangan kiri harus lurus seperti gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.13 Cara memegang biola jempol sejajar dengan telunjuk, (Foto pribadi, 2013,

Sopian)

Setelah mengerti cara memegang biola, kemudian latihan dengan cara

meletakkan tangan kirinya dibahu kanan sambil berlatih cara memegang. Seperti

pada contoh di bawah ini.

Gambar 4.14 Cara melatih kekuatan dagu (Foto pribadi, 2013, Sopian)

Universitas Sumatera Utara


Setelah mereka mengerti dan tahu cara memegang bow dan cara

memegang biola yang benar selanjutnya latihan menggesek dawai. Dawai biola

terdiri dari G, D, A, E. Dawai pertama yang digesek adalah senar A karena senar

A berada di posisi yang paling natural dibanding dawai lainnya. Latihan

dilakukan berkali-kali supaya hafal dengan sudut kemiringannya sehingga tidak

menyentuh dawai lainnya. Dawai A berada di nomor 2 dari yang paling kecil.

Contoh gambar dawai A di bawah ini:

Latihan berikutnya adalah menggesek dawai E, dawai E adalah dawai

yang paling kecil. Menggesek dawai E dilakukan juga berkali-kali. Latihan

dilakukan sampai bow hanya focus terhadap 1 dawai saja. Setelah dawai A dan E

dikuasai selanjutnya latihan menggesek biola dengan ketukan (ritme):

• 4 ketuk

• 2 ketuk

• 1 ketuk

• ½ ketuk

• 1/3 ketuk (triplet)

• ¼ ketuk

Berikut ini adalah nama not dan bentuk beserta nilainya:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Nama not, bentuk not, tanda istirahat, dan nilainya

Setelah anak-anak mengerti cara menggesek dan ketukan kemudian

latihan dengan tangan kiri. Latihan pertama untuk tangan kiri adalah dengan pola-

pola penjarian yang sudah dijelaskan di atas. Pola pertama berjarak 1 1 ½ 1, pola

kedua berjarak 1 ½ 1 1, pola ketiga berjarak 1 1 1 ½. Seperti pada contah di

bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.15 jarak dalam penulisan pada notasi

Setiap pola memiliki jarak yang berbeda, tetapi sangat baik buat proses

belajar. Pola-pola tersebut dilakukan berkali-kali dan berfungsi untuk melatih jari

supaya terbiasa dengan penjarian dan jarak antar nada. Pola diberikan sebelum

melangkah ke tangga nada.

Tangga nada pertama adalah tangga nada A Mayor 1 oktaf, karena di

dalam metode Suzuki untuk lagu-lagu awal hanya menggunakan tangga nada A

Mayor dan hanya menggunakan 2 senar yaitu A dan E, hal ini untuk

memudahkan anak-anak untuk bermain biola. Dibanding dengan senar D atau G,

senar A dan E lebih mudah dimainkan selain posisinya yang lebih natural juga

cara menggeseknya lebih ringan. Dalam menggesek senar D dan G harus dengan

tenaga ekstra karena harus agak ditekan karena untuk menghasilkan suara seperti

Universitas Sumatera Utara


senar A dan E yang cara memainkannya tanpa ditekan. Contoh tangga nada A

Mayor sebagai berikut:

Pada gambar di atas dapat dilihat nada, jarak nada dan penjarian untuk

tangga nada A Mayor. Tangga nada Mayor berjarak 1 , 1 , ½ , 1 , 1 , 1 , ½.

Latihan tangga nada dilakukan beberapa kali dalam 4, 2, maupun 1 ketuk. Untuk

siswa yang belum pernah belajar musik (belajar instrument maupun vokal),

latihan tangga nada seperti ini sangat sulit karena mereka belum mengetahui

intonasi yang benar. Sebaliknya untuk mereka yang pernah belajar musik, hal

seperti ini mudah diikutinya karena mereka sudah tahu bahkan terbiasa dengan

nada.

Latihan dilanjutkan dengan variasi ritme seperti di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Pola ritme (Suzuki, 2008: 21-22)

Pada lambang seperti ini (V) : berarti bow naik, sedangkan lambang

seperti ini ( ) : berarti bow turun. Dalam belajar musik khususnya biola siswa

harus disiplin karena di dalam biola intonasi sangat sensitif, begitu juga ritme

atau simbol-simbol yang lain harus dimainkan sesuai apa yang tertulis di buku.

Berikut adalah contoh simbol-simbol dan cara bermain dalam biola.

4.4.3 Detache

Detache adalah jenis gesekan yang dalam setiap gesekannya tidak ada

tekanan dan efek apapun, yaitu hanya gesekan yang sederhana dengan

menempatkan hair bow secara penuh dengan arah bow naik dan turun. Detache

dapat dimainkan di bagian manapun pada bow, dengan gesekan panjang atau

pendek (Galamian, 1962: 67). Contoh: Not yang dimainkan secara detache.

Universitas Sumatera Utara


4.4.4 Staccato

Staccato adalah suatu gesekan pendek yang dimainkan dengan cara bow

selalu menempel pada senar (on the string), yaitu dimulai dengan gesekan

seketika dari bow, dan menghentikan bow dengan halus. Banyak bagian dari bow

yang digunakan untuk melakukan gesekan staccato sesuai dengan panjangnya

nilai not dan volume yang diinginkan (Galamian, 1962: 78).

Contoh: Bentuk not yang dimainkan secara staccato.

4.4.5 Legato

Legato adalah suatu gesekan yang memainkan dua not atau lebih

disambung dalam satu gesekan dengan arah bow turun atau naik, dan

kemungkinan bagian manapun dari area sebuah bow dapat digunakan untuk

melakukan legato (Galamian, 1962: 71). Contoh : Bentuk not yang dimainkan

secara legato.

4.4.6 Legato staccato

Legato Staccato yaitu gesekan yang memainkan rangkaian nada atau not

staccato dalam satu gesekan yang dapat dimainkan dengan arah bow naik atau

turun. Legato staccato ini jika dimainkan dengan tempo yang cepat dinamakan

Universitas Sumatera Utara


dengan flying staccato (Galamian, 1962: 67). Contoh : Bentuk not yang

dimainkan secara legato staccato.

Penjarian saat bermain biola biasanya diberi nomor 1 (telunjuk) hingga 4

(kelingking). Angka-angka tersebut untuk menentukan atau menandai jari mana

yang akan digunakan terutama untuk para pemula. Nomor 0 berarti open string

(jari tidak menekan senar). Seperti pada lagu twinkle twinkle little star di Suzuki

Violin School berikut ini.

(Suzuki, 2008: 25).

Universitas Sumatera Utara


4.5 Proses Pembelajaran Biola Dalam Satu Kali Pertemuan

Proses pembelajaran biola sekolah Chandra Kusuma School dibagi

menjadi beberapa tahap. Beberapa tahap tersebut meliputi:

5 Tuning (penyeteman)

6 Pemanasan

7 Lagu

8 Evaluasi / tugas

Tuning atau penyeteman dilakukan oleh pengajar karena anak-anak masih

kesulitan untuk melakukan tuning. Tuning sangat penting untuk menyamakan

nada terutama nada-nada open string (G,D,A,E). langkah-lahkan tuning: pertama

menyamakan nada A dengan alat tuning yang disebut tuner. Nada A sebagai

patokan untuk menyetem senar yang lain (G,D,E).

Pemanasan dilakukan 10-15 menit dalam setiap tatap muka, tahap-tahap

dari proses pemanasan tersebut adalah sebagai berikut: tangga nada dari not

utuh(4 ketuk) sampai not seperenambelas(¼ ketuk) dengan variasi teknik seperti:

detache, legato, staccato dan dengan variasi ritme sebagai berikut:

a. Tangga nada A Mayor not utuh(4 ketuk) dengan teknik gesekan detache

b. Tangga nada A Mayor setengah utuh(2 ketuk) dengan teknik gesekan detache

Universitas Sumatera Utara


c. Tangga nada A Mayor not seperempat(1 ketuk) dengan teknik gesekan

detache

d. Tangga nada A Mayor not seperdelapan(1/2 ketuk) dengan teknik gesekan

detache

e. Tangga nada A Mayor not seperenambelas(1/4 ketuk) dengan teknik gesekan

detache

Dari tahap-tahap diatas kemudian dilakukan pola-pola ritme sebagai latihan

teknik sebagai berikut:

1. Pola ritme variasi I dalam tangga nada A Mayor

2. Pola ritme variasi I dalam tangga nada A Mayor

3. Pola ritme variasi I dalam tangga nada A Mayor

Universitas Sumatera Utara


Tahap berikutnya adalah dengan fariasi teknik gesekan sebagai berikut:

1. Teknik legato

2. Teknik staccato

Dari bentuk-bentuk latihan di atas, selanjutnya diajarkan bentuk latihan

terakhir dengan latihan arpeggio (tri suara) sebagai berikut:

1. Tri suara A Mayor 2 ketuk

2. Tri suara A Mayor 1 ketuk

Setelah dinilai cukup untuk pemanasan, selanjutnya mulai membahas

lagu. Sebelum melangkah ke depan, biasanya mengulang materi pelajaran yang

dibahas pada pertemuan yang lalu. Hal semacam ini dilakukan untuk menjaga

agar anak-anak tidak lupa pada materi yang lalu. Setelah anak-anak menguasai

materi pembelajaran yang lalu kemudian dilanjutkan dengan materi baru. Materi

baru tersebut melanjutkan materi pertemuan yang lalu, seperti melanjutkan lagu

ke tahap berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


Tahap terakhir adalah evaluasi dan tugas. Anak-anak diberi tugas untuk

melatih bagian-bagian yang dianggap sulit, dan untuk mencoba materi

pembelajaran selanjutnya.

4.6 Proses Penggarapan Sebuah Lagu Sekolah Chandra Kusuma School

Lagu yang diterapkan sebagai salah satu materi untuk pembelajaran di

Sekolah Candra Kusuma School adalah Suzuki 1 no. 13 lagu Minuet No. 1, yaitu

sebagai berikut:

Suzuki 1 no.13

Tahap-tahap yang dilakukan pengajar yaitu memainkan lagu tersebut yang

bertujuan untuk merespon peserta didik agar dapat mendengarkan dan

mengetahui lagu tersebut, karena sebagian peserta didik tidak mengetahui cara

Universitas Sumatera Utara


memainkan lagu sebelum dia mendengarkan lagu yang akan dimainkannya

terlebih dahulu, sehingga pengajar harus memainkan lagu tersebut dua sampai

tiga kali supaya peserta didik dapat memahami dan lebih jelas mengetahui

karakter lagu tersebut.

Setelah peserta didik dirasa sudah mengetahui dan terbiasa dengan lagu

tersebut, selanjutnya pengajar memainkan lagu tersebut hanya baris pertama dan

diulang dua sampai tiga kali. Setelah pengajar memainkan baris pertama,

kemudian peserta didik disuruh membaca bersama-sama dan menirukan apa yang

dicontohkan oleh pengajar dan diulangi dua sampai tiga kali.

Selanjutnya mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari dua atau tiga anak dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok tersebut

dibuat untuk mengefektifitaskan pembelajaran. Dimulai dari kelompok pertama,

mereka memainkan baris pertama dari lagu tersebut dengan bimbingan pengajar.

Sedangkan kelompok lain menyimak dan mendengarkan kelompok lain

memainkannya. Selanjutnya kelompok kedua yang memainkannya dan

diharapkan kelompok-kelompok yang lain menyimak dan mendengarkan juga.

Tahap ini dilakukan sampai semua kelompok mendapat kesempatan untuk

bermain.

Dalam pembahasan dan proses penggarapan lagu tersebut perlu

memperhatikan hal-hal yang berdasarkan teknik-teknik untuk mendukung proses

pengajaran, antara lain.

Universitas Sumatera Utara


4.6.1 Nada/Intonasi

Pengajar dan sebuah kelompok yang terdiri dari dua sampai tiga peserta

didik bermain bersama. Pengajar memberikan arahan jika siswa fals atau salah

nada dengan cara memberitahu atau menyuruh peserta didik menggeser jari

mereka ke atas atau ke bawah.

Dalam bermain biola, nada atau intonasi sangat sensitif sehingga harus

selalu diperhatikan. Permasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran biola

di Sekolah Chandra Kusuma School adalah kurang perhatiannya peserta didik

terhadap intonasi. Sering dijumpai peserta didik bermain biola hanya dengan

melihat penjariannya saja tanpa menghiraukan intonasinya. Mereka bermain biola

dengan penjarian yang benar tetapi belum tentu intonasinya juga benar.

4.6.2 Penjarian

Pengajar memberikan solusi teknik penjarian jika peserta didik

mengalami kesulitan penjarian. Seperti pada Suzuki 1 no. 13 lembar kedua,

peserta didik kesulitan untuk jari empatnya. Solusinya adalah dengan menahan

jari tiga terlebih dahulu dan jari empat diusahakan jauh dari jari tiga.

Sering dijumpai penjarian (fingering) dalam sebuah metode, penjarian

digunakan untuk mempermudah mereka belajar biola. Jari 0 bararti open sting

(tidak ada yang ditekan), jari 1 telunjuk, 2 jari tengah, 3 jari manis, dan 4

kelingking. Dalam metode Suzuki terdapat penjarian alternatif yaitu jari 0 dengan

4, itu menandakan bahwa mereka dapat memilih jari 0 (open string) atau jari 4.

peserta didik sering memilih open string karena lebih mudah untuk

Universitas Sumatera Utara


memainkannya, sebaliknya pengajar menganjurkan jari 4 karena untuk

menghindari lompatan pada dawai.

4.6.3 Permainan bow

Peserta didik kesulitan pada baris ketiga awal karena baris kedua nada

terakhir jatuhnya bow turun dan nada pertama pada baris ketiga jatuhnya bow

juga turun. Solusi dari pengajar adalah dengan mencuri nilai nada yang semula

tiga ketuk menjadi dua ketuk sehingga ada waktu satu ketuk untuk mengangkat

bow.

Permainan bow dalam bermain biola sangat penting untuk menyeragamkan arah

gesekan. Dalam bermain ansambel musik khususnya biola, satu anak salah arah

gesekannya akan kelihatan dan dinilai salah memainkannya oleh orang yang

melihatnya, meskipun itu belum tentu salah nadanya.

4.6.4 Simbol dan tanda alterasi

Di dalam Suzuki 1 no. 13 terdapat simbol-simbol dan tanda alterasi

berserta cara memainkannya sebagai berikut:

i. Portato

Portato yaitu berhenti bermain dengan lembut. Contoh bentuk not yang

dimainkan secara portato dalam Suzuki 1 no. 13.

ii. Legato staccato

Universitas Sumatera Utara


Legato staccato yaitu gesekan yang memainkan rangkaian nada atau not

staccato dalam satu gesekan. Contoh bentuk not yang dimainkan secara legato

staccato dalam Suzuki 1 no. 13.

iii. Kruis

Kress yaitu menaikkan setengah nada. Contoh bentuk not yang terkena kruis

dalam Suzuki 1 no. 13.

iv. Pugar

Pugar yaitu mengembalikan nada semula. Contoh bentuk not yang terkena pugar

dalam Suzuki 1 no. 13.

Setelah mereka mengerti dan mengetahui cara memainkan baris pertama,

selanjutnya baris yang kedua. Tahap-tahap pembelajaran pada baris yang kedua

sama dengan baris pertama. Kemudian mereka memainkan baris satu dan dua

tujuannya untuk melatih konsentrasi peserta didik dalam membaca maupun

berrmain biola. Tahap ini dilakukan beberapa kali sampai jalinan pergantian

antara baris pertama dan kedua tidak terputus. Dalam pergantian baris, siswa

sering terlambat masuk ke baris berikutnya, itu terjadi karena kurang lancarnya

mereka dalam membaca not balok. Setelah baris pertama dan kedua mereka

kuasai selanjutnya baris ketiga dan seterusnya sampai baris terakhir.

Universitas Sumatera Utara


Tahap berikutnya siswa memainkan lagu tersebut dari awal sampai akhir.

Banyak dari peserta didik yang salah membaca ketika sampai di tengah lagu, itu

dikarena mereka kurang konsentrasi dan fokus dalam belajar biola. Tahap ini

dilakukan beberapa kali sampai peserta didik memainkan lagu tersebut dengan

baik.

4.7 Hambatan Dalam Proses Pembelajaran Biola

Dalam sebuah pembelajaran sering dijumpai hambatan-hambatan (faktor

teknis maupun non teknis). Hambatan itu sifatnya wajar dan setiap pendidik pasti

pernah mengalaminya. Hambatan adalah modal awal untuk kita membenahi dan

memperbaiki apa yang dirasa kurang.

Proses pembelajaran biola di Sekolah Chandra Kusuma School sering

dijumpai banyak hambatan. Hambatan-hambatan itu hampir selalu muncul dalam

setiap proses pembelajaran. Hambatan ini bersifat ringan tetapi mengganggu

untuk proses belajar mengajar, seperti: tidak datang tepat waktu, tidak berangkat

mengikuti ekstrakurikuler biola, ramai atau tidak memperhatikan, dan seterusnya.

Ekstrakurikuler biola di Sekolah Chandra Kusuma School, sering terjadi

pergantian peserta didik yang tidak masuk ekstrakurikuler biola, sehingga harus

mengulang materi untuk peserta didik yang kemarin tidak masuk pada minggu

yang lalu, sedangkan untuk anak yang rajin hal semacam ini merupakan

hambatan yang merugikannya. Ekstrakurikuler biola ini bersifat class system

(sistem kelas) sehingga harus disetarakan antara yang cepat dan lambat, yang

rajin dan yang kurang rajin. Hal semacam itu menjadi tantangan untuk pengajar

Universitas Sumatera Utara


ke depan. Banyak orang yang kurang mampu menghadapi kelas musik semacam

ini karena selain harus menguasai metode pembelajarannya juga hurus menguasai

keadaan kelas yang terdiri dari beberapa anak.

Faktor lainnya adalah faktor alatnya (biola), banyak biola yang kurang

terawat dengan baik, sehingga banyak masalah yang timbul di situ, misalnya:

timbul jamur , peg dan fine tuner sulit diputar (keras), akibatnya untuk menyetem

biola itu diperlukan waktu dan tenaga yang lebih. Apalagi kalau banyak siswa

yang terlambat, banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu dan

menyetem biola siswa yang terlambat.

Dalam bermain biola sering dijumpai kesulitan-kesulitan yang dulu

pernah dialami ataupun belum pernah dialami sama sekali. Hal semacam itu

wajar, karena setiap orang memiliki postur atau anatomi yang berbeda-beda.

Postur dan anatomi memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui cara

atau metode apa yang cocok untuk mereka.

Seorang guru biola harus mengakui bahwa banyak siswa diajarkan untuk

menunjukkan persoalan mendasar dalam haluan yang perlu diperbaiki. Suzuki

menekankan bermain lebih unggul, karena itu setengah keakraban dengan

setengah pengaruh sedikit akan ditanamkan, kecuali guru menekankan bahwa

keterbatasan fisik dari seorang siswa muda, seperti kurangnya kekuatan untuk

menjaga jari-jari melengkung dan fleksibel, terutama jari keempat, kemungkinan

akan menyebabkan overcompensation 4 atau kekakuan (Oppelt, 1982: 16). Jari

keempat adalah jari rawan terjadi kesalahan. Selain kurang mendapat perhatian

4
Kompensasi berlebih.

Universitas Sumatera Utara


lebih, peserta didik juga jarang memakainya. Selain itu jari keempat jaraknya

paling jauh dan membutuhkan tenaga ekstra. Hal semacam ini sering terjadi di

setiap pembelajaran, sehingga peran pendidik sangat penting peranannya untuk

memberi dan mencari solusi untuk masalah tersebut.

Tangan kanan juga mendapat perhatian serius. Hampir semua murid tidak

menyadari bahwa ketika mereka menggesek biola tidak lurus, akibatnya produksi

suara yang dihasilkan kurang maksimal. Setiap kali mengikuti ekskul biola

mereka selalu diberi arahan oleh pendidik seperti: membenahi dan memberikan

contoh cara menggesek biola yang benar dan memberi masukan ketika mereka

latihan sendiri di rumah, disarankan menggesek di depan kaca supaya dapat

mengontrol dan melihat gerakan bow, tetapi banyak dari mereka belum bisa juga

menggasek biola dengan lurus.

4.7.1 Tujuan dan Target

Tujuan diadakannya ekstrakurikuler biola Sekolah Chandra Kusuma

School, selain untuk menyalurkan minat dan bakat peserta didik juga untuk

memperlihatkan bahwa selain mereka unggul dalam pelajaran, mereka juga bisa

bermain biola dengan baik dan benar. Hampir setiap tahun mereka tampil dalam

acara MOS (masa orientasi siswa) di sekolah, selain acara tersebut mereka juga

mengisi dalam acara-acara sekolah lainnya seperti pertukaran pelajar, kunjungan

pelajar, dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara


Pembelajaran biola pada Sekolah Chandra Kusuma School juga bertujuan

untuk melatih musikalitas peserta didik. Dalam belajar musik khususnya biola

mereka harus mengerti dan memahami sebagai berikut:

• Memegang yang benar

• Menggesek yang benar

• Intonasi (nada)

• Ritme

Di akhir setiap semester, mereka selalu mengikuti tes yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan peserta didik bermain dan mengerti dalam

bermain biola. Tes tersebut dilakukan dengan cara peserta didik maju satu persatu

kedepan dan kemudian bermain tangga nada dan satu buah lagu. Hal semacam ini

sangat penting untuk perkembangan ketrampilan dan mental peserta didik.

Setiap pembelajaran memiliki target pembalajaran, sama halnya pada

ekstrakurikuler biola pada Sekolah Chandra Kusuma School. Adapun target-

target pembelajaran biola adalah sebagai berikut:

1. Semester I:

a. Peserta didik diharapkan menguasai tangga nada A Mayor 1 oktaf, sebagai

berikut:

i. Pola ritme not utuh(4 ketuk)

Universitas Sumatera Utara


ii. Pola ritme not setengah(2 ketuk)

iii. Pola ritme not seperempat(1 ketuk)

iv. Pola ritme not seperdelapan(1/2 ketuk)

b. Peserta didik diharapkan menguasai lagu sampai dengan Suzuki 1 no 4, yaitu:

i. Lagu “Go Tell Aunty Rhody”

c. peserta didik diharapkan dapat membedakan intonasi nada yang tepat dengan

nada yang Fals

d. peserta didik diharapkan dapat menggesek sesuai dengan kriteria sebagai

berikut:

i. Lurus

Universitas Sumatera Utara


ii. Tebal

2. Semester II

a. Peserta didik diharapkan menguasai tangga nada G Mayor 2 oktaf, sebagai

berikut:

i. Pola ritme not utuh(4 ketuk)

ii. Pola ritme not setengah(2 ketuk)

iii. Pola ritme not seperempat(1 ketuk)

iv. Pola ritme not seperdelapan(1/2 ketuk)

v. Pola ritme not triol/triplet(1/3 ketuk)

vi. Pola ritme not seperenambelas(1/4 ketuk)

Universitas Sumatera Utara


b. Peserta didik diharapkan menguasai lagu sampai dengan Suzuki 1 no 14,

yaitu:

c. Peserta didik diharapkan dapat memainkan nada dengan intonasi yang tepat

d. Peserta didik diharapkan dapat menggesek sesuai dengan kriteria sebagai

berikut:

a. penempatan bow (dinamik)

b. Teknik permainan bow (detache, staccato, legato)

Universitas Sumatera Utara


e. Peserta didik diharapkan bisa bermain dengan intonasi yang tepat

`Materi-materi di atas sebagai bahan pembelajaran diharapkan peserta

didik dapat mencapai target tersebut. Target di atas dibuat oleh pengajar dan

disesuaikan dengan tingkat efektifitas murid-murid dalam belajar biola.

4.8 Hasil atau Wujud Pembelajaran Biola pada Chandra Kusuma School

Hasil atau wujud pembelajaran biola Sekolah Chandra Kusuma School

adalah dengan foto dan rekaman audio ataupun video. Hasil tersebut diambil pada

saat latihan maupun penampilan ansambel biola pada acara sekolah. Hal ini

adalah sebuah pembuktian bahwa siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School

tidak hanya unggul di ilmu eksak saja tetapi juga dapat bermain musik khususnya

pada instrumen biola dengan baik dan benar.

Gambar pembelajaran biola Sekolah Chandra Kusuma School sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.16 Pembelajaran Di Sekolah Chandra Kusuma School

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM

PEMBELAJARAN SERTA SOLUSINYA

5.1 Materi Teknik Pada Instrumen biola

Pada program musik wajib di Chandra Kusuma School khususnya pada

instrumen biola, biasanya guru yang mengajar terlebih dahulu memberikan materi

mengenai pemanasan pada peserta didik, yang bertujuan untuk melatih

perenggangan otot-otot jari, tangan, dan merilekskan tangan kanan untuk gesekan

peserta didik dalam mempelajari instrumen biola. Materi yang dipelajari dalam

pemanasan ini biasanya membahas tentang tangga nada yang telah dipelajari.

Setelah mempelajari tangga nada biasanya peserta didik diberi

pembahasan mengenai teknik dalam menggunakan bowing biola pada tangga

nada, seperti memainkan irama 1/16 dengan posisi bowing di pangkal, ditengah,

dan diujung bowing dengan tempo 85.

Setelah itu dengan menggunakan materi tangga nada, peserta didik dilatih

untuk mempelajari teknik legato pada bowing. Biasanya waktu yang digunakan

untuk membahas materi tangga nada dan teknik bowing kira-kira 15 menit.

5.2 Materi Lagu Pada Instrumen Biola

Musik-musik yang menggunakan melodi sederhana bagi anak-anak di

tingkat sekolah dasar sangat cocok dan penting dalam pebentukan emosi yang

seimbang, dan meningkatkan kemampuan dalam matematika, sosial, daya ingat,

Universitas Sumatera Utara


dan kreatifitas. Lagu-lagu yang ringan juga merupakan salah satu bahan yang

mudah untuk dipelajari dan mempunyai tingkat teknik yang tidak terlalu sulit.

Lagu anak-anak yang sering diajarkan dan dipelajari di SD Chandra Kusuma

School Komplek Cemara Asri yaitu bahan yang terdapat juga dalam metode

Shinici Suzuki, seperti:

Minuet in C (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik dituntut untuk bisa

memainkan lagu dengan teknik legato, detache, dan crossing string dalam posisi

1 pada instrumen biola. Minuet No. 1 (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik

dituntut untuk bisa memainkan lagu dengan menggunakan teknik yang posisi 1

pada instrumen biola.

Musette (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik tuntut untuk bisa

memainkan teknik dari interval dengan memperagakan not 1/8 pada instrumen

biola. Theme from “Witches dace” (N.Paganini) dalam lagu ini peserta didik

tuntut untuk bisa memainkan staccato legato, aksen, detace, dengan

menggunakan posisi 1 pada instrumen biola.

Peranan lagu diatas sangat penting bagi peserta didik, selain dapat

menghibur, menambah skill dan teknik pada setiap individu peserta didik, dengan

lagu-lagu tersebut peserta didik tidak hanya menambah skill dan teknik pada

instrumen biola, tetapi dapat menambah konsentrasi pada peserta didik. Biasanya

kegiatan ini menghabiskan 30 menit untuk pembahasan setiap materi lagu.

Universitas Sumatera Utara


5.3 Langkah-Langkah Penerapan Buku Panduan A Tune A Day, Suzuki
Violin, Kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola di Sekolah Chandra
Kusuma school

Proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran yang nyaman, agar peserta didik dapat

mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan,

guru dapat memilih model yang tepat untuk menyampaikan pembahasan materi

ajar, agar terciptanya suasana yang kondusif dan penyampaian kompetensi yang

tepat dan pencapaian pembahasan. Oleh sebab itu pendidik perlu menciptakan

suasana aman dan nyaman bagi peserta didik.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan model pembelajaran dari buku

panduan pada instrumen biola. Data yang diperoleh adalah melalui hasil

wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 April 2013 kepada Mr.

Ian Anderson yang berasal dari Inggris sebagai pimpinan musik program yang

menangani mata pelajaran praktik instrumen di Chandra Kusuma School yang

menyatakan bahwa penerapan buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin,

kurikulum ABRSM digunakan dalam proses pembelajaran instrumen biola pada

tingkat pra dasar dan dasar 1 yang dilakukan selama satu tahun pembelajaran

instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School, kemudian peserta didik

lebih dituntut untuk membahas materinya secara kelas yang terdiri 2 dua sampai

5 lima peserta didik didalam sebuah kelas, pembelajaran ini menjadikan peserta

didik saling bekerja sama ketika memainkan materi-materi yang terdapat pada

ketiga buku panduan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan wawancara dengan Mr. Ian Anderson selaku kepala divisi

bagian program musik sekaligus merangkap tenaga pendidik pada instrumen

gesek (String) dan seni budaya di Chandra Kusuma School Komplek Cemara

Asri pada 10 April 2013, menambahkan bahwa program musik semestinya

diharuskan pada siswa-siswi di Chandra Kusuma School untuk mempelajari

nstrumen,dikarenakan hal ini sangat berperan positif pada perkembangan

emosional, meningkatkan konsentarasi anak, dan menambah tingkat kecerdasan

pada mata pelajaran yang berkaitan dengan angka atau perhitungan. Secara tidak

langsung dengan mempelajari instrumen yang telah ditetapkan oleh Chandra

Kusuma School dengan menggunakan model pembelajaran, metode dari buku

panduan khususnya pada instrumen biola, telah menambah daya positif terhadap

perkembangan otak kanan dan otak kiri dari bahan-bahan yang telah diajarkan

pada peserta didik.

Proses penerapan pada buku panduan A tune A Day pada pelajaran

instrumen Biola sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler musik program di

berbagai kelas SD dan SMP Sekolah Chandra Kusuma School Komplek Cemara

Asri ini memiliki beberapa tahap.

5.3.1 Pemanasan dalam memainkan tangga nada dan teknik bowing

Pemanasan dalam memainkan beberapa tangga nada biasanya dilakukan

oleh peserta didik untuk memulai pelajaran biola dan melenturkan jari-jari peserta

didik yang berfungsi merilekkan otot-otot dan syaraf. Sedangkan pada

pembelajaran teknik bowing masih menggunakan tangga nada, hanya saja teknik

Universitas Sumatera Utara


bowing yang digunakan berfariasi, seperti teknik legato, staccato, dan crossing.

Didalam kegiatan ini guru terlebih dahulu memberi aba-aba agar tempo dan nada

yang dihasilkan mendekati dengan sempurna, dikarenakan peserta didik masih

dalam proses belajar. Dalam memainkan tangga nada peserta didik dibimbing

oleh para guru yang berjumlah 2 orang. Kegiatan ini biasanya dilakukan kira-kira

10 menit sebelum memulai pokok pembahasan.

5.4 Pradasar I

Pradasar pertama bertujuan mengenalkan peserta didik pada istrumen

biola, dan cara memegang biola serta mengajarkan cara anak memegang bow

biola sampai anak mendapatkan posisi yang baik dan benar. Sehingga anak tidak

mengalami pegal dan nyaman ketika memainkan instrumen biola tersebut.

Tingkatan pradasar juga mengajar peserta didik menggesek biola melalui

penjarian dan juga mengenalkan peserta didik pada gesekan legato, staccato dan

detache.

• Mengenalkan peserta didik biola

• Mengajarkan cara memegang bow dan posisi untuk biola

• Mengajarkan peserta didik membaca dalam notasi balok

• Mengajarkan cara menggesek biola dengan menggunakan semua senar

lepas (Open String) secara baik dan posisi yang nyaman

• Mengajarkan peserta didik posisi I

• Mengajarkan penjarian pada senar lepas atau 0, serta jari 1,2,3,

Universitas Sumatera Utara


• Guru mengajarkan tangga nada dengan penjarian 0,1,2,3 sampai pada

penjarian ke 4

• Guru mengajarkan lagu dengan bahan yang ada dan tangga nadanya.

• Mengenalkan peserta didik teknik legato, staccato, dan juga detache.

5.4.1 Proses penerapan

Dalam pengajarannya guru berperan penting dalam pelaksanaan ini

pertemuan yang dilakukan selama 45 menit dan dalam sebulan dilakukan 4x

dalam 1 bulan dan bahan proses untuk pra dasar diselesaikan selama 6 bulan.

• Pertemuan I guru mengenalkan cara memegang biola dan alat geseknya

(Bow) kepada peserta didik sampai guru benar-benar memastikan anak

bermain dengan posisi yang baik dan tidak memaksa ketika memainkan

biola dan peserta didik dapat menggesek secara baik. Sebaiknya dilakukan

sesuai dengan cara guru memainkan biola namun jangan memaksakan

peserta didik jika posisi peserta didik tidak memungkinkan dan guru dapat

mengajarkan peserta didik tanpa buku panduan terlebih dahulu, agar

peserta didik dapat melihat gesekannya dan dapat menirukan apa yang

dilakukan guru ketika mengajarnya. Setelah peserta didik dapat

melakukan gesekan dengan baik guru dapat menggunakan bahan yang ada

pada buku panduan sebagai pembelajaran.

• Pertemuan II guru dapat melihat kembali perkembangan peserta didik dan

meneliti kembali apa yang diajarkan pada pertemuan pertama, kemudian

guru dapat mengulang pelajaran gesekan dari buku panduan. Guru dapat

Universitas Sumatera Utara


memberitahu anak teknik gesekan turun (down bow) dan naik (up bow)

dan mengajarkan peserta didik teknik mengangkat bow (circle) sebaiknya

guru menggunakan biola untuk menirukannya kepada peserta didik dan

bermain bersama dengan peserta didik.

• Pertemuan III kembali peserta didik diajarkan cara menggesek secara baik

yang di awali dari senar A dikarenakan posisi yang paling sejajar tidak

terlalu tinggi, guru dapat melanjutkan buku panduan dengan teknik bow

yang ada.

• Pertemuan ke IV dilanjutkan dengan senar D,E,G guru juga harus meneliti

lengan peserta didik agar sejajar dengan bow yang berbentuk persegi

dengan melanjutkan bahan yang ada pada buku panduan. Sebaiknya guru

memainkan biola agar dapat menjadi contoh pada pertemuan tersebut.

• Pertemuan V guru dapat mengulang kembali pelajaran menggesek untuk

tahap perbaikan yang dilakukan peserta didik dengan melanjutkan lesson

yang ada pada buku panduan. Guru juga harus memperhatikan gesekan

dan bentuk tangan peserta didik dikarenakan posisi tangan peserta didik

dapat berubah karena fokus membaca not pada buku panduan.

• Pertemuan VI anak diajarkan jari pertama sebaiknya dilakukan pada senar

A, guru lebih teliti mendengar hasil yang dibunyikan peserta didik dari

gesekan dan penjariannya kemudian melatih jari peserta didik secara

berulang-ulang dengan memakai buku panduan yang ada. Sebaiknya guru

menggunakan biola dan piano agar guru dapat memberikan contoh serta

mendengar nada yang dihasilkan dari penjarian dan gesekan.

Universitas Sumatera Utara


• Pertemuan VII pengulangan pada jari satu yang dilakukan pada senar

D,E,G sehingga peserta didik lebih terbiasa pada senar-senar yang lain

dan juga memainkan lagu-lagu pendek yang ada pada buku panduan dan

teknik gesekan yang dilakukan peserta didik, sebaiknya guru

menggunakan piano.

• Pertemuan VIII Guru harus lebih memperhatikan penjarian peserta didik

ketika menggunakan jari satu dikarenakan papan penjarian (fingerboard)

biola tidak selalu sama tempat jari satu pada senar A,D,E, dan G jika

peserta didik menggunakan jari I.

• Pertemuan IX guru mengulang kembali mengajarkan peserta didik jari

satu dengan melanjutkan buku panduan yang ada. Guru juga harus

mendengar nada yang dimainkan peserta didik dikarenakan peserta didik

sering sekali hanya berpanduan dengan not dan jari yang dibuatnya tanpa

mendengar nada yang dihasilkan ketika bermain. Guru harus membuat

pengertian bahwa instrumen biola produksi nadanya diciptakan oleh

jarinya sendiri tidak seperti piano.

• Pertemuan X guru mengajarkan jari II dan menggabungkan jari I yang

telah di ajarkan pada peserta didik pada pertemuan ketiga dan keempat.

Guru juga harus memperhatikan bentuk jari peserta didik, ketika peserta

didik menggunakan jari II guru harus menyarankan peserta didik agar

tidak melepaskan jari I agar berfungsi untuk mengingatkan peserta didik

bentuk penjarian pertama dan membuat pundasi pada teknik dan bentuk

penjarian. Guru juga dapat menggunakan buku panduan yang peserta

Universitas Sumatera Utara


didik pada lagu sehingga peserta didik tidak bosan. Sebaiknya guru

mengunakan piano agar dapat mengiringi dan memberi contoh nada yang

benar kepada peserta didik.

• Pertemuan XI mengulang kembali penjarian I dan II sehingga lebih

mengingatkan dan memperkokoh penjarian yang dilakukan anak pada

pertemuan minggu yang lalu dengan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan. Guru juga harus selalu mengingatkan anak, ketika peserta didik

melakukan penjarian ke II jari I jangan dilepas. guru dapat memberikan

tugas latihan untuk peserta didik dengan bahan-bahan yang ada.

• Pertemuan XII guru dapat membuat pengulangan serta melanjutkan bahan

lagu pada buku panduan. Masih tetap menggunakan jari 1 dan 2 agar

peserta didik tidak terlalu dituntut untuk teknik-teknik yang baru dan

peserta didik dapat bermain secara senang dengan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan.

• Pertemuan ke XIII guru mengajarkan jari ketiga kepada peserta didik

dengan bahan yang ada dan guru harus berperan aktif mengecek nada

yang peserta didik mainkan. Peserta didik juga harus memiliki rasa,

perhitungan jarak jari, dan pendengaran nada yang baik agar peserta didik

dapat mendengar nada yang dimainkannya sendiri. Guru dapat

memberikan pelatihan bahan yang ada pada buku panduan, sebaiknya

guru menggunakan piano untuk mengiringinya dan peserta didik dapat

mendengarkan hasil nada yang dimainkannya.

Universitas Sumatera Utara


• Pertemuan XIV guru mengajarkan peserta didik tangga nada a mayor

pada instrumen biola serta bermain lagu dengan jari ketiga yang ada pada

buku panduan yang ada.

• Pertemuan XV guru mengajarkan peserta didik tanda baca penjarian

dengan menggunakan 0,1,2,3 jika naik dan jika turun 0,3,2,1 hal ini sangat

membantu peserta didik untuk membaca namun guru harus menekankan

kembali bahwa membaca dengan nada bukan dengan penjarian, hal ini

cukup signifikan jika salah mengartikan peserta didik akan selamanya

membaca dengan penjarian 0,1,2,3 dan 0,3,2,1 maka hal ini harus

dimengerti oleh seorang guru. (Lihat contoh) guru dapat mengajarkan

kembali tangga nada dengan nada dasar D dan G mayor. Kemudian guru

melanjutkan lagu yang terdapat pada buku panduan.

• Pertemuan XVI guru dapat mengulang kembali tangga nada A,D, dan G

mayor dengan penjarian yang baik. Guru juga harus menekankan bahwa

ketika peserta didik menggunakan jari ketiga jari 1 dan 2 jangan dilepas

agar peserta didik dapat membentuk jari yang baik dan memiliki panduan

jari ketika jauh maupun rapat ketika memainkan sebuah lagu yang ada.

Guru juga dapat melanjutkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XVII guru mengajarkan tangga nada dan tri suara A,D, dan G

mayor kepada peserta didik mengajarkan lagu-lagu pendek yang ada

sesuai dengan buku panduan yang ada, kemudian jangan memaksa anak

memainkan dinamika, biarkan peserta didik bermain dengan nada yang

tertera dan guru juga harus mengajarkan bahwa not yang ada dibuku

Universitas Sumatera Utara


panduan tidak dibaca dengan penjarian namun dibaca melalui nada baik

secara movebel do maupun viks do.

• Pertemuan XVIII guru mengajarkan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan serta menerapkan penjarian yang dilatih peserta didik ketika

bermain tangga nada dan tri suara serta melatih peserta didik menghafal

lagu agar peserta didik lebih yakin memainkan lagu dan juga ketika

meletakkan jari.

• Pertemuan XIX guru mengenalkan peserta didik teknik staccato dan

memainkannya secara baik dan anak senang melakukannya dengan

contoh-contoh yang ada dibuku panduan secara tertulis. Guru harus dapat

mencontohkan teknik tersebut dengan baik sehingga dapat menirunya

dikarenakan anak lebih mudah melihat dan menirukankannya dari pada

membaca atau mendengarkan, guru dapat mengajarkan lagu-lagu yang

ada pada buku panduan dengan teknik staccato, sebaiknya guru

menggunakan biola.

• Pertemuan XX peserta didik diajarkan etude staccato yang ada dibuku

panduan dan memainkan lagu yang ada di buku panduan guru harus dapat

mencontohkan lagu sebaiknya guru memainkan biola agar dapat

memberikan contoh kepada peserta didik ketika bermain bersama.

• Pertemuan XXI guru mengenalkan peserta didik teknik legato

(disambung) dikarenakan teknik ini cukup sulit untuk dimainkan peserta

didik, teknik legato adalah teknik bow yang memainkan lebih dari satu

nada yang dimainkan satu bow, teknik ini cukup rumit untuk di praktikan.

Universitas Sumatera Utara


Masalah yang sering dihadapi guru peserta didik akan selalu kehabisan

bow sebelum ketukannya habis. Guru dapat mengajarkan peserta didik

bermain dengan buku panduan yang ada sebaiknya guru menggunakan

biola untuk memberikan contoh pada peserta didik.

• Pertemuan ke XXII guru mengajarkan teknik legato yang ada pada buku

panduan dan lagu yang ada pada buku panduan. guru dapat meneliti

permainan peserta didik sebaiknya menggunakan biola agar dapat

bermain sama dengan peserta didik.

• Pertemuan XXIII peserta didik dilatih dengan teknik staccato legato

dalam memainkan sebuah lagu dan guru harus memperhatikan teknik

yang dimainkan peserta didik dan nada yang dihasilkan anak melalui

gesekannya

• Pertemuan XXVI guru dapat melanjutkan teknik permainan tangga nada

tri suara dan lagu yang ada dibuku panduan dengan baik dan benar. Guru

sebaiknya memainkan piano agar peserta didik dapat mandiri dan guru

dapat megiringinya dengan sebuah akor.

5.5 Dasar I

Pra dasar kedua adalah sebuah bentuk edukasi yang dibuat agar peserta

didik dapat memainkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan secara baik,

tujuan dari hal ini adalah agar peserta didik dapat bermain biola secara baik dan

banyak menerapkan teknik yang dipelajari peserta didik pada sebuah lagu dengan

penjarian, gesekan, nada dan teknik-teknik yang terdapat pada instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara


figure guru sangat penting untuk mengajarkan anak dengan teknik-teknik yang

ada pada buku panduan, guru juga harus mendoktrin peserta didik agar berlatih

dirumah dan tidak waktu bertemu dengan guru saja. buku panduan dasar I untuk

instrumen biola memiliki tempo cepat dan lambat pada lagu-lagu yang ada pada

buku panduan dan kurikulum ABRSM dipilih oleh seorang anak untuk bahan yang

akan diujiankan.

• Peserta didik bermain sebuah lagu.

• Mengajarkan peserta didik jari keempat.

• Mengajarkan anak teknik staccato, legato dan detache.

• Peserta didik bermain tangga nada dengan mengguakan jari keempat.

5.5.1 Proses Penerapan

• Pertemuan I guru harus melatih peserta didik memainkan sebuah lagu

dengan teknik staccato, legato maupun staccato legato sehingga peserta

didik terbiasa dengan teknik tersebut dan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan sehingga peserta didik dapat memainkan teknik tersebut dengan

sebuah lagu.

• Pertemuan II hal yang sama dilakukan kembali dengan bermain lagu dan

menggunakan teknik yang sama pada lagu yang baru dibuku panduan.

• Pertemuan III guru melakukan perubahan senar lepas (open string)

menjadi jari empat. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa

senar lepas dapat diganti menjadi jari 4 namun ada perubahan senar ketika

Universitas Sumatera Utara


perubahan itu dilakukan. Guru juga harus menjelaskan bahwa perubahan

ini dilakukan untuk mempermudah bukan mempersulit permainan biola

dan guru juga harus menjelaskan contoh-contoh fungsi jari 4 dan open

string.

• Pertemuan IV guru mengajarkan peserta didik bermain tangga nada

dengan memakai jari 4 dan kemudian trisuara dengan menggunakan jari 4,

kemudian Memainkan lagu dengan jari empat dengan baik dan tidak fals

• Pertemuan V kembali peserta didik dilatih tangga nada dan tri suara

dengan menggunakan jari 4 dan kemudian menyambung bahan yang ada

sehingga lebih baik didengar dengan menggunakan jari 4 pada buku

panduan.

• Pertemuan VI peserta didik kembali bermain lagu dengan bermain legato

pada lagu yang terdapat pada buku panduan.

• Pertemuan ke VII peserta didik kembali bermain lagu dengan teknik

staccato yang ada pada buku panduan dan dapat berupa etude agar

mengingatkan kembali bentuk permainan staccato dalam memainkan

biola dan melanjutkan lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan VIII peserta didik akan bermain lagu yang ada pada buku

panduan dan guru harus terus mengontrol jari 4 agar tidak fals.

• Pertemuan IX guru mengajarkan tangga nada G mayor 2 oktaf yang naik

memakai jari 4 dan turun memakai senar lepas dan guru dapat

menggulang teknik-teknik gesekan yang telah dipelajari, bersamaan

Universitas Sumatera Utara


dengan tangga nada yang diajarkan kepada peserta didik kemudian

dilanjutkan dengan memainkan lagu yang ada di buku panduan.

• Pertemuan X guru dapat mengulang kembali tangga nada yang telah

dipelajari peserta didik dan dapat memainkan lagu yang ada pada pra

dasar II dan memiliki rasa percaya diri karena sudah menguasai teknik

yang ada dan guru harus mendokrin anak untuk tetap percaya diri ketika

ujian bukan bermain didepan guru saja.

• Pertemuan XI guru dapat mengajarkan tangga nada A mayor dua oktaf

yang dimulai dari jari satu senar G. Permasalahan yang ada peserta didik

selalu merapatkan jari 3 dengan jari 2 pada senar G dan senar D yang

seharusnya jari 3 jauh dari jari 2 dan rapat pada jari 4, hal ini menjadi

perhatian guru agar peserta didik mengerti penjarian yang ada pada tangga

nada A mayor ketika memainkan tangga nada naik memakai jari 4 dan

ketika turun memakai jari lepas (open Strings). Selanjutnya guru dapat

melanjutkan bahan yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XII kembali guru mengulang tangga nada A mayor 2 oktaf,

dan guru dapat mengajarkan permainan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan dengan teknik-teknik yang ada pada lagu-lagu tersebut.

• Pertemuan XIII guru dapat tangga nada C mayor 2 oktaf yang dimulai

dari jari ketiga senar G. Tetap menggunakan jari 4 ketika naik dan

memakai senar lepas waktu turun, permasalahan yang ada peserta didik

akan mengalami kesulitan dijari 4 dikarenakan tangga nada C mayor

hanya sampai nada B pada senar E jari 4, dalam teknik ini guru harus

Universitas Sumatera Utara


mengajari anak mengeser jari 4 setelah nada B agar sampai ke nada C

sebaiknya jika jari peserta didik tidak begitu panjang guru harus

memberitahu agar siku peserta didik dimiringkan kekanan. Setelah itu

guru dapat melanjutkan pada lagu yang ada pada buku yang ada.

• Pertemuan XIV guru dapat mengulang kembali tangga nada C yang

dilakukan peserta didik pada pertemuan sebelumnya dengan

menggunakan teknik gesekan yang ada kemudian dilanjutkan pada lagu

yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XV Guru dapat mengajarkan teknik mengeser jari jika terdapat

permasalahan 2 nada yang memakai 1 jari. Kemudian guru dapat

memakai bahan yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XVI guru dapat melanjutkan permainan menggeser jari dan

mengulang tangga nada yang ada dan mengajarkan lagu yang ada pada

buku panduan.

• Pertemuan XVII dengan teknik menggesek dua senar dengan tempo cepat

dan tidak bersamaan (Crossing String) sesuai dengan buku panduan yang

ada.

• Pertemuan XVIII guru dapat mengulang kembali lagu yang ada sampai

peserta didik benar-benar dapat memainkannya teknik crossing tanpa

beban dan ringan ketika tangan kanan memainkan teknik tersebut.

Selanjutnya dapat memainkan lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XIX peserta didik dilatih tangga nada Bes mayor 2 oktaf

dengan mengunakan jari yang sama ketika naik dan turun seperti tangga

Universitas Sumatera Utara


nada A dan C mayor, permasalahan yang ada peserta didik sering sekali

membuat jari 4 jauh pada senar A dan E yang seharusnya merapat pada

jari ke 3 dan anak sering sekali membuat open string pada pada senar E

yang seharusnya jari 4 disenar A dan rapat pada jari 3. Hal ini menjadi

perhatian untuk para guru agar mendengarkan peserta didik dengan baik

ketika mempelajari tangga nada Bes. Kemudian guru dapat melanjutkan

bahan yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XVII guru dapat mengulang tangga nada bes dan melanjutkan

pada lagu yang ada di buku panduan dan dapat bermain lagu dengan baik

dan indah.

• Pertemuan XVIII guru dapat mengulang tangga nada yang dilakukan

peserta didik pada tangga nada G,A,Bes, dan C mayor 2 oktaf dengan

teknik-teknik gesekan yang sudah dipelajari peserta didik dan guru dapat

melanjutkan bermain lagu pada buku panduan.

• Pertemuan XIX guru dapat mengulang tangga nada agar peserta didik

benar-benar hafal untuk tangga nada tersebut dan dapat melanjutkan

memainkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan .

• Pertemuan XX guru dapat mengulang tangga nada dengan teknik gesekan

dan lagu-lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XXI guru dapat melanjutkan permainan lagu yang ada pada

buku panduan yang sesuai dengan teknik gesekan yang ada.

Universitas Sumatera Utara


• Pertemuan XXI guru dapat mengulang seluruh tangga nada yang telah

dipelajari sesuai dengan teknik gesekan dan melanjutkan lagu yang ada

pada buku panduan.

• Pertemuan XXII guru dapat melanjutkan permainan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan.

• Pertemuan XXIII guru dapat melanjutkan permaianan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan dan dapat mengulang apa yang peserta didik tidak

mampu baik pada teknik gesekan tangan kanan maupun teknik penjarian

tangan kiri.

• Pertemuan XXIV guru dapat melanjutkan permainan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan dan guru dapat menjelaskan teknik-teknik yang telah

dipelajari.

5.6 Hasil Pembelajaran praktik Instrumen Biola di Sekolah Chandra

Kusuma School

Hasil pembelajaran praktik instrumen biola dengan menerapkan metode

dari ketiga buku panduan pada kelas SMP I, SD II, dan SD V Chandra Kusuma

School pada intsrumen biola sangat baik. Hal ini disebabkan dengan adanya buku

panduan peserta didik lebih terbantu dan lebih semangat untuk saling berlomba-

lomba mengetahui tentang materi ajar dari ketiga buku panduan. Peserta didik

juga tidak merasa jenuh menggunakan ketiga buku panduan yang tediri dari

sebuah lagu dan teknik, kemudian peserta didik juga dapat saling bersosialisasi

dan berinteraktif dengan timnya masing-masing. Dengan menggunakan buku

Universitas Sumatera Utara


panduan, peserta didik juga tidak hanya menjalin sosial pada sesama siswa, tetapi

dapat juga menjalin keakraban dengan guru yang mengajar. Komunikasi yang

dibentuk dalam pembelajaran biola, menjadikan peserta didik berani

mengemukakan pendapatnya, presentasi laporan, memanjangkan kegiatannya

untuk melatih bahan ajarnya.

Pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan peserta didik

merasakan kesenangan dan kemudahan dalam mempelajari instrumen biola.

Dapat disimpulkan, bahwa dengan memakai buku panduan tercipta hubungan

yang baik antara peserta didik dan seorang guru. Maka hasil dari pembelajaran

pada instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School dapat dilihat dari tabel

penilaian berikut:

Tabel Hasil Nilai Akhir SMP I dan SD II

Kriteria Penilaian

Hasil
Nama Nilai Nilai
o Nilai
Kelompok Individu
Akhir

Melody Jonathan 81 78 79,5

Cerelyn 81 80 80,5

Rachel 81 76 78,5

Edrik Alvaro 81 83 82

Hanny 80 76 78

Nama Nilai Nilai Hasil

Universitas Sumatera Utara


kelompok individu nilai

akhir

Kelly Tendean 80 86 83

Wijafalensia 80 81 80,5

Graciela Putri 80 83 81,5

Tabel Hasil Nilai Akhir SD V.

Kriteria Penilaian

Teknik

Nama Penyajian Interpretasi


o Intonasi

(60-90)
(60-90) (60-90)

Russel 60 60 60

Jaiby ong 60 70 65

Silvia 60 65 65

Tiffany 60 65 65

Viviana 80 80 70

Afina 75 75 75

Marieta 80 80 70

Table 5.1 nilai hasil akhir

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa mempelajari instrumen biola

dengan menggunakan buku panduan A tuna a day, Suzuki Violin dan kurikulum

Universitas Sumatera Utara


Abrsm, dapat menambah tingkat kemahiran peserta didik dalam penilaian

intonasi, teknik penyajian, interpretasi.

Hal ini disebabkan meningkatnya rasa kepedulian sesama peserta didik

dan nalar otak untuk mempelajari materi ajar secara mendalam. Selain nilai

kelompok dan individu, biasanya para guru untuk mengetahui hasil dari nilai

akhir peserta didik di sekolah dasar (SD) Chandra Kusuma School

menggabungkan nilai dari kelompok dan individu.

5.7 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Proses Penerapan Buku

Panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, Kurikulum ABRSM pada

Instrumen Biola Di Sekolah Chandra Kusuma School

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan buku panduan pada

instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School, terdapat beberapa faktor

pendukung dan penghambat. Dimana faktor pendukung membuat siswa dapat

lebih maju dalam belajar khususnya pada instrumen biola, sedangkan faktor

penghambat adalah bagian dari hal-hal yang menyulitkan peserta didik untuk

menjadi lebih maju dalam proses belajar khususnya pada instrumen biola.

Adapun faktor pendukung dan penghambat pada proses pembelajaran buku

panduan tersebut pada instrument biola di Sekolah Chandra Kusuma School

adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


5.7.1 Faktor Pendukung

1. Masing-masing peserta didik mempunyai instrumen Biola secara individu.

2. Baiknya fasilitas ruangan yang diberikan sekolah untuk memenuhi standar

belajar musik, yang menjadi salah satu peranan untuk memberikan

kenyamanan belajar.

3. Mampunya pihak sekolah memdatangkan guru pengajar instrument biola.

4. Adanya ruangan konser yang diberikan sekolah untuk mewujudkan

pencapaian materi ajar.

5. Siswa saling melengkapi dan saling membantu dalam proses belajar.

5.7.2 Faktor Penghambat

1. Adanya peserta didik yang belum bisa menggunakan teknik dalam pembacaan

krosing pada bowing instrumen biola.

2. Adanya peserta didik yang belum terbiasa dengan pitch pada posisi-posisi

tinggi pada instrumen biola.

3. Adanya kejenuhan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti

pelajaran.

4. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan atara peserta didik, baik dalam satu tim

ataupun dalam kelompok yang lain.

5. Adanya sifat malas peserta didik untuk melatih bahan ajar yang diberikan

guru.

6. Kurangnya dukungan dari orang tua untuk memenuhi kebutuhan aksesoris

dari instrumen biola peserta didik.

Universitas Sumatera Utara


7. Kurangnya fasilitas yang diberikan sekolah untuk memenuhi media ajar oleh

guru.

5.8 Buku Panduan A Tune A Day

Proses pembelajaran dilakukan dengan mengajarkan kepada guru metode

permainan biola, hal ini dilakukan agar guru mengerti proses pembelajaran yang

akan diajarkan kepada peserta didik selama 4 kali pertemuan dalam satu bulan

dan terdapat 24 kali pertemuan dalam 1 semester , dan masing-masing

pertemuannya dilakukan selama 30 menit dalam setiap pertemuan, hal ini

dilakukan agar guru untuk mendapatkan target pada akhir semester melalui buku

panduan.

Guru mengenalkan Tanda kunci kepada murid agar peserta didik

mengetahui letak do atau c dan nada yang lain pada sebuah not balok yang

terdapat pada buku panduan, misalnya kunci G, letak do pada garis bantu pertama

dibawah garis paranada, begitu juga dengan kunci F ada di spasi kedua dan C ada

di garis ketiga.

Namun untuk tahap pembelajaran awal guru hanya mengenalkan kunci G

saja agar seorang anak tidak merasa kesulitan pada tahap awal membaca not

balok untuk pembelajaran instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara


Guru mengenalkan sukat 4\4 atau dapat ditulis tanda C diawal penulisan

not balok

Guru mengenalkan bar atau birama agar peserta didik dapat menghitung

bar ketika membaca not balok dan mengetahui sampai dimana not yang dibaca

ketika mempelajari instrumen. Guru mengenalkan sangkar nada kepada murid

yang berfungsi agar murid mengetahui penulisan dan cara baca yang terdapat

pada not balok. Sangkar nada terdiri dari lima garis dan 4 spasi

Guru mengenalkan berlin atau sering disebut pembatas bar.

Guru mengenalkan harga not, agar murid dapat membaca nilai ketukan

dalam mempelajari instrumen biola dimulai dari:

- semi breve, not penuh, 4 ketuk, 1 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

Universitas Sumatera Utara


- minims, not setengah, 2 ketuk, 2 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

- crotchets,not 1/4, 1 ketuk, 4 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

- Quavers,not 1/8, 1\2 ketuk, 8 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

lalu guru mengenalkan tanda diam (rest) yang sesuai dengan harga not

yang tertulis yang dimulai dari:

-Tanda diam semi breve, not penuh, 4 ketuk, 1 not dalam satu birama dengan

sukat 4\4

- Tanda diam minims, not setengah, 2 ketuk, 2 not dalam satu birama dengan

sukat 4\4

- Tanda diam crotchets,not 1/4, 1 ketuk, 4 not dalam satu birama dengan sukat

4\4

- Tanda diam Quavers,not 1/8, 1\2 ketuk, 8 not dalam satu birama dengan sukat

4\4

Lalu guru mengenalkan birama ganda yang memiliki fungsi untuk

menutup birama dan akhir dari sebuah lagu dalam penulisan not balok dan

menempatkan tanda- tanda kemudian melalui birama ganda terdapat simbol di

dalam birama yg artinya kembali ke awal.

Universitas Sumatera Utara


lalu guru mengenalkan tanda pengulangan (repeat) yang artinya tanda

ulang dalam penulisan not balok sehingga murid dapat bermain dengan membaca

symbol maupun tulisan yang terdapat pada not balok.

Open Strings Pizzicato)


CROTCHET
REPEAT REST
SIGN

Pizz. A-A A-A D-D D-D A-A A-A D-D D-D D-


1
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 11--22

Pizz. D-D D-D G-G G-G D-D D -D G-G G-G G-


2
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2

Pizz. A-A D-D A-A D-D A-A D-D A-A D-D D-


3
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2

Pizz. D-D G-G D-D G-G D-D G -G D-D G-G G-


4
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2

Pizz. D-A D-G D-A D-G D-A D-G D-A D-G G-


5
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2

VIOLIN AND BASS


Pizz. A-A E-E A-A E-E A-D A-E A-D A-E A-
6
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2
VIOLA AND CELLO ONLY

G-
7 Pizz. G-G C-C G-G C-C G-C G-D G-C G-D
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2

Universitas Sumatera Utara


Di lesson 1 guru mengajarkan teknik pizzccato,teknik pizzcato yaitu

dimainkan dengan cara memetik senar biola tanpa menggunakan bowing,

kemudian mengajarkan peserta didik letak senar biola dimulai dari senar paling

tertinggi sampai pada senar yang wilayah register nadanya paling rendah pada

instrumen biola.

- Jempol tangan kanan diletakan dibawah papan penjarian (Fingerboard).

- Lalu jari tengah, manis, dan kelingking menggenggam bowing.

- Jari telunjuk digunakan untuk memetik senar biola.

- anak diajarkan hitungan dua dalam satu birama agar anak dapat menjaga tempo.

Lesson I

No.1

Diperkenalkan pada senar A dan D dimainkan dengan teknik memetik

(pizzicato) senar, senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2 birama dilanjut

senar D dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan D setelah itu

terdapat pengulangan (repeat) dan diakhir pada senar D kembali.

No.2

Peserta didik memainkan senar D dan G, dengan cara yang sama ketika

memainkan contoh no.1 perbedaannya hanya pada senar saja.

No.3

Peserta didik kembali memainkan senar A dan D tetapi dengan sedikit

cara yang berbeda, ketika di no. 1 senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2

birama di lesson 3 senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 1 birama.

Universitas Sumatera Utara


No.4

Peserta didik kembali memainkan senar D dan G, tetapi cara

memainkannya mengkuti pola no.3

No.5

Peserta didik memainkan senar D, A dan D, G, senar D dan A dimainkan

masing-masing 1 ketuk kemudian dilanjut senar D dan G masing-masing 1 ketuk

setelah itu kembali ke senar D, A serta D, G kemudian terdapat pengulangan dan

berakhir di senar G.

No.6

Peserta didik memainkan senar A, E dan A, D senar A dimainkan 1 ketuk

2 kali dilanjut senar E dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan E

dilanjutkan senar A,D 2 ketuk kemudian A, E 2 ketuk kembali ke A,D dan A,E

dengan cara yang sama kemudian pengulangan dan berakhir di senar A.

Setelah itu guru menerapkan teknik pizzicato yang telah dipelajari Peserta

didik ke dalam sebuah lagu Ten Little Indians, siswa memainkan senar D,A,

senar D dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2 birama kemudian dilanjut dengan

senar A,D dengan cara yang sama kemudian A dimainkan 1 ketuk 2 kali

sebanyak 1 birama dan diikuti senar D dengan cara yang sama, dan guru

memainkan melodi di piano, permasalahannya adalah tidak semua guru dapat

memainkan piano dengan baik maka guru dapat memainkan melodi lagu tersebut

dengan biola atau menyanyikan lagu tersebut.

Universitas Sumatera Utara


(Holding and Drawing the Bow)

Lesson 2 no 1

Lesson 2 no 1

Mengajarkan Peserta didik menggesek biola dengan menggunakan senar

A 2 not dalam satu birama yang terdiri dari 2 birama dan senar D 2 not dalam

satu birama yang terdiri dari 2 birama dengan tempo yang tidak terlalu cepat dan

tidak terlalu lambat dimulai dari tempo 1 ketuk, hal ini dilakukan sampai anak

benar-benar merasa relevan menggesek biola. Kemudian mengajarkan Peserta

didik tanda turun (down bow) dan naik (up bow).

Lesson 2 no 2

Lesson II no 2

Peserta didik mempelajari gesekan 1 ketukan 2 dalam satu birama senar A

dimainkan 1 ketuk sebanyak 2 kali dalam 1 birama, birama 2/4 kemudian dilanjut

ke D dengan cara yang sama kembali ke senar A dan berakhir pada senar D,

perbedaannya hanya memakai satu birama saja kemudian diulang sebanyak dua

kali.

Universitas Sumatera Utara


lesson I merupakan transisi untuk melangkah ke lesson II no 2 yang lebih sulit

dari lesson II no1.

Lesson 2 no 3

Lesson II no 3

Peserta didik memainkan senar D dan G yang dimainkan dengan cara

yang sama pada no 2 hal ini dilakukan agar anak yang mempelajari biola dapat

memainkan semua senar yang terdapat pada instrumen biola.

Lesson 2 no 4

Lesson II no 4

Peserta didik diuji untuk memainkan senar A D G, dengan birama 2/4

senar A dimainkan 1 ketuk dilanjut ke senar A-D-G-D A-D-G-D dengan

pengulangan.

Lesson 2 no 5

Universitas Sumatera Utara


Lesson II no 5

Peserta didik memainkan senar E dan A, senar E merupakan senar yang

lebih sulit digesek dari senar biola yang lain, senar E dimainkan 1 ketuk 2 kali

sebanyak 2 birama, birama 2/4 dilanjut dengan senar A dengan cara yang sama

lalu pengulangan sama seperti lesson II no 1.

Lesson 2 no 6

Lesson II no 6

Peserta didik memainkan senar E dan A dengan cara yang sama seperti di

lesson II no 2 hanya perbedaaan pada sebuah senar.

Lesson 2 no 7

Lesson II no 7

Peserta didik memainkan senar D dan G dengan cara yang sama seperti di

lesson II no 1 Setelah Peserta didik mampu melewati lesson I teknik menggesek

ke empat senar biola, murid menerapkan dalam lagu Baa! Baa! Black Shepp

dengan senar D dan A dan Jingle Bells melalui senar D A G.

Lesson 2 no 8

Universitas Sumatera Utara


Peserta didik memainkan senar D dan G dengan cara yang sama seperti di

lesson II no 2 perbedaannya hanya pada sebuah senar. Setelah Peserta didik

mampu melewati lesson II teknik menggesek ke empat senar biola, murid

menerapkan teknik menggesek dalam lagu Baa! Baa! Black Sheep dengan senar

D dan A dan Jingle Bells dengan diiringi seorang guru. Guru dapat memainkan

iringan tersebut dengan biola, piano dan juga guru dapat menyanyikan lagu

tersebut.

(Contiunation of Open String Crotchets)

(One Count Each)

Lesson 3 no 1

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan murid untuk memainkan senar D dan G 1 dengan sukat

2/4 dilanjutkan D-A- D-A-D-G,dua nada dengan jumlah 1 ketuk tiap senar,

setelah itu dilanjutkan dengan pengulangan, hal ini dilakukan agar Peserta didik

dapat menguasai teknik menggesek senar secara bergantian (crossing string)

karena menggesek satu senar secara berulang ulang berbeda dengan menggesek 4

senar secara bergantian, hal ini lebih sulit untuk dipelajari Peserta didik dan guru

harus lebih memerhatikan lengan Peserta didik agar sejajar dengan bow biola.

Lesson 3 no 2

Peserta didik memainkan dengan cara yang sama seperti di no 1, hanya

saja pergantian senar yang berbeda, dimana pada bagian no 2 diawali dengan

senar D dan A dilanjut dengan D-G-D-A-A-D yang masing-masing satu ketukan

setiap nada. Hal ini dilakukan agar Peserta didik biasa lebih memperbaiki

gesekan ketika bermain senar yang bergantian

Lesson 3 no 3

Memiliki cara yang sama, Peserta didik menggesek diawali dari senar A

kemudian ke E dilanjutkan dengan A-D-A-E-E-A, guru menuntut Peserta didik

Universitas Sumatera Utara


untuk mampu menggesek senar A kemudian ke senar E, dimana senar E

merupakan senar yang posisi yang sangat sulit untuk digesek.

Lesson 3 no 4

Pada bagian ini memiliki cara yang sama untuk dimainkan, Peserta didik

menggesek senar D-G-D-A-D-G-D-G setelah itu pengulangan, tujuannya dari

lesson 3 ini adalah agar Peserta didik mampu menggesek senar biola secara

bergantian dengan teknik yang baik.

Setelah mempelajari bagian-bagian itu teknik menggesek secara

bergantian senar biola, Peserta didik menerapkan dalam lagu Twinkle, Twinkle,

Little Star dengan kesamaan melodi dengan lagu Baa! Baa! Black Sheep yang

membedakannya adalah senar yang digesek di Twinkle, Little Star adalah senar

G-D-A sedangkan Baa! Baa! Black Shepp hanya menggunakan senar D dan A

kemudian diterapkan lagi dalam lagu Oats and Beans dengan bermain teknik

gesekan secara bergantian (crossing string).

Universitas Sumatera Utara


(Minims-Two Counts Each)

Lesson 4 no 1

Guru mengajarkan Peserta didik bagaimana menggesek senar dengan

panjang nada 2 ketuk dengan birama 2/4 not ½ (minims), hal ini dilakukan agar

Peserta didik mampu menjaga kestabilan ketika menggesek nada yang panjang

dengan panjang nada 2 ketuk. Diawali dengan menggesek senar A dengan

panjang 2 ketuk sebanyak 2 birama kemudian dilanjutkan dengan senar D dengan

cara yang sama kemudian kembali ke senar A dan D kemudian pengulangan.

Lesson 4 no 2

Hal yang sama dilakukan Peserta didik memainkan senar dengan nada

panjang senar D 2 ketuk sebanyak 2 birama, dilanjutkan ke G-D-A setelah itu

pengulangan nada. Guru harus memerhatikan kestabilan murid ketika menggesek

nada panjang terhadap sebuah bow biola.

Universitas Sumatera Utara


Lesson 4 no 3

Pada bagian ini kembali Peserta didik memainkan senar dengan panjang

nada senar A 2 ketuk terdiri dari 2 birama. Kemudian dilanjutkan dengan senar D

2 ketuk sebanyak 2 birama kemudian senar A dua ketuk 2 birama, dan diakhiri

dengan senar A 2 ketuk 1 birama.

Lesson 4 no 4

Memiliki cara yang sama dengan no 3, murid memainkan senar D 2ketuk

1 birama kemudian dilanjut senar G-D-A 2 ketuk 2 birama kemudian D 2 ketuk 1

birama, dan G 2 ketuk 2 birama lalu pengulangan.

Setelah memainkan teknik menggesek panjang 2 ketuk, teknik gesek

panjang tersebut diaplikasikan pada lagu Au Clair de la lune, Peserta didik

memainkan senar A 2 not setengah dalam 1 birama sebanyak 8 birama dan guru

memainkan melodinya pada instrumen biola biola dengan memainkan nada

melalui permainan senar ganda (double string). Kemudian dilanjutkan dengan

lagu marching, Peserta didik memainkan senar D dengan cara yang sama.

Kemudian dilanjutkan dengan lagu Merrily, Peserta didik memainkan senar D

sebanyak 2 birama, kemudian A 1 birama, D tiga birama, dilanjutkan A 1 birama

dan diakhiri D 2 ketuk dan diakhiri dengan tanda berhenti 2 ketuk (minim rest).

Universitas Sumatera Utara


Introducing Four-Four 4/4 Time

SemiBreves-Four Counts Each

Lesson 5 no 1

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan Peserta didik bagaimana menggesek senar dengan

panjang nada 4 ketuk dengan birama 4/4 not penuh (semibreves), hal ini

dilakukan agar Peserta didik mampu menguasai bow dan lebih menjaga

kestabilan bow dengan panjang nada 4 ketukan. Diawali dengan menggesek senar

A dengan panjang 4 ketuk sebanyak 1 birama kemudian dilanjutkan dengan senar

D dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan D kemudian pengulangan.

(Semibreves-Four Counts Each)

Lesson 5 no 2

Kembali murid memainkan senar D dengan panjang nada 4 ketuk

sebanyak 1 birama, dilanjutkan ke senar G-D-A setelah itu kembali pada

pengulangan.

Lesson 5 no 3

Memiliki cara yang sama, Peserta didik menggesek diawali dari senar E

dilanjutkan dengan senar A-E-A dengan cara yang sama. Tetapi Peserta didik

guru harus lebih teliti memerhatikan Peserta didik ketika memainkan senar

dengan panjang nada 4 ketukan.

Lesson 5 no 4

Universitas Sumatera Utara


Memainkan cara yang sama, Peserta didik menggesek senar diawali dari

senar D dilanjutkan dengan senar G-D-G dengan cara yang sama dan panjang

nada sebanyak 4 ketukan.

Lesson 5 no 5

Pada bagian ini 4 ketukan a(semibreves) digabungkan dengan 2 ketukan

(Minims), Peserta didik memainkan senar D dengan panjang 4 ketuk sebanyak 1

birama, dilanjutkan ke A satu birama dengan 2 not setengah kemudian

dilanjutkan ke senar D 4 ketuk satu birama, kemudian G satu birama dengan 2

not setengah.

Lesson 5 no 6

Peserta didik memainkan senar D dengan panjang nada 2 ketuk 2 not

setengah sebanyak 1 birama, dilanjutkan ke senar A satu birama 4 ketuk

kemudian dilanjutkan ke D 2 ketuk 2 not setengah sebanyak 1 birama, kemudian

G satu birama 4 ketuk. Bagian no 6 merupakan kebalikan dari bagian no 5.

Universitas Sumatera Utara


Lesson 5 no 7

Peserta didik memainkan senar A dengan panjang nada 4 ketuk sebanyak

1 birama, dilanjutkan ke E satu birama dengan 2 not setengah kemudian

dilanjutkan ke A 4 ketuk satu birama, kemudian D satu birama dengan 2 not

setengah. Bagian ini memiliki cara yang sama dengan bagian no 5.

Lesson 5 no 8

Peserta didik memainkan senar D dengan panjang 4 ketuk sebanyak 1

birama, dilanjutkan ke A satu birama dengan 2 not setengah kemudian

dilanjutkan ke senar D 4 ketuk satu birama, kemudian G satu birama dengan 2

not setengah, Bagian ini memiliki cara yang sama dengan bagian no 5. Diakhir

dari contoh I sampai V murid menggabungkan semibraves, minims, crotchets

dalam sebuah lagu folk song dan guru memainkan pianonya. Jika sorang guru

biola tidak dapat memainkan piano maka guru biola dapat mengambil melodi

pokok dari lagu tersebut.

Universitas Sumatera Utara


(The Open A Strings)

Lesson I no 1

Guru mengajarkan Peserta didik gesekan panjang selama 4 ketuk

(semibrave) pada senar A dengan birama 4/4 mulai dari pankal ke ujung bow dan

ujung ke pangkal bow (frog to point and point to frog) kemudian dilanjut tanda

berhenti selama 4 ketukan (semibrave rest), ketika murid pada posisi istirahat

Peserta didik diberitahukan untuk membenarkan dan memperbaiki posisi bow

untuk birama selanjutnya yaitu senar A sepanjang 4 ketuk seperti di birama 1

kemudian dilanjut lagi tanda berhenti sepanjang 4 ketuk, hal ini dilakukan

sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson I no 2

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan Peserta didik hal yang sama pada senar A dimainkan

sepanjang 4 ketuk birama 4/4, perbedaannya adalah Peserta didik tidak lagi

memainkan tanda berhenti. Guru harus lebih memerhatikan gesekan Peserta didik

dikarenakan murid tidak diberikan waktu untuk memperbaiki posisi dikarenakan

tidak memiliki tanda berhenti.

Lesson I no 3

Peserta didik memainkan nada A 2 ketuk (minims) pada senar A, tetap

pada birama 4/4 sebanyak 4 birama dengan pengulangannya.

Lesson I no 4

Kembali guru mengajarkan Peserta didik senar A yang dimainkan

sepanjang 2 ketuk dan tanda istirahat 2 ketuk (minim rest) dalam 1 birama dengan

sukat 4/4, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson I no 5

Universitas Sumatera Utara


Memainkan senar terbuka pada senar A (Open A string) no 1-4

merupakan transisi yang mana Peserta didik akan menerapkan teknik gesekan

tersebut pada sebuah lagu Au clair de la lune. Peserta didik memainkan 4 ketukan

senar A dimainkan sepanjang 4 ketuk 1 birama kemudian dilanjut birama 2 yang

masing-masing sepanjang 2 ketuk (minims), kemudian birama 3 sama dengan

birama 1 dan birama 4 sama dengan birama 2 hal ini dilakukan sebanyak 8

birama.

(The Open D Strings)

Lesson II no 1

Guru mengajarkan kembali menggesek panjang tetapi pada senar D (The

open D string), semua teknik yang dimainkan di senar A sama halnya dengan

Lesson II no1, perbedaannya hanya pada senar, Peserta didik memainkan senar D,

tujuannya agar Peserta didik menguasai setiap senar.

Lesson II no 2

Lesson II no 3

Universitas Sumatera Utara


Lesson II no 4

Lesson II no 5

Memainkan senar terbuka pada senar D (Open D string) no 1-4

merupakan transisi yang mana peserta didik akan menerapkan teknik gesekan

tersebut pada sebuah lagu Marching. Peserta didik memainkan 4 ketuk senar A

dimainkan sepanjang 4 ketuk 1 birama kemudian dilanjut birama 2 yang masing-

masing sepanjang 2 ketuk (minims), kemudian birama 3 sama dengan birama 1

dan birama 4 sama dengan birama 2 hal ini dilakukan sebanyak 8 birama.

(The Open A and D-Strings)

Lesson II no 6

Memainkan cara yang sama dilakukan Peserta didik dengan menggesek

panjang senar A selama 4 ketukan dan setelah menggesek tanda berhenti 4 ketuk,

Universitas Sumatera Utara


kemudian dilanjutkan gesekan pada senar D (The open A string and The open D

string), yang dilakukan 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson II no 7

Guru mengajarkan Peserta didik gesekan 4 ketukan, di birama 1 pada

senar A kemudian di birama 2 senar D dengan cara yang sama, dimainkan

sepanjang 4 ketuk birama 4/4 tanpa tanda berhenti kemudian senar D dengan cara

yang sama, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangan.

Lesson II no 8

Peserta didik memainkan minims pada senar A, ada 2 minims dalam 1

birama dimainkan sepanjang 2 ketuk tiap minims birama 4/4 kemudian birama

berikutnya dilanjutkan dengan senar D dengan cara yang sama, hal ini dimainkan

sebanyak 4 birama lalu pengulangan.

Lesson II no 9

Peserta didik memainkan senar D dan A dalam satu birama yang terdiri 2

ketukan (minims) dengan birama 4\4 ada 2 ketukan pada setiap not senar A dan D

Universitas Sumatera Utara


dalam 1 birama dimainkan sepanjang 2 ketuk tiap minims, murid memainkan ini

sebanyak 8 birama dengan pengulangan.

Lesson II no 10

Peserta didik memainkan minims senar D dan A pada birama 1,

perbedaan sedikit dengan lesson 9, pada birama 2 senar D dan A, kembali

dimainkan namun di birama 2 lesson 10 dibalikkan menjadi D dan A, hal ini

dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangan.

Lesson II no 11

Gesekan senar A dan D merupakan bagian dari sebuah transisi dimana

Peserta didik akan menerapkan teknik tersebut dalam lagu Merilly. Peserta didik

memainkan senar D dimainkan sepanjang 4 ketuk 1 birama kemudian dilanjut ke

birama 2, terdapat 2 not masing-masing 2 ketukan, 2 minims yang dimainkan

kemudian birama 3 ada 2 minims senar A yang dimainkan, birama 4 ada 2

minims senar D yang dimainkan, birama 5,8 sama dengan birama 1, birama 6,7

sama dengan birama 2,3 diseratai dengan guru memainkan melodi di biola.

Universitas Sumatera Utara


(Crotchets And Crotchet Rests)

Lesson III no 1

Guru mengajarkan gesekan pada senar A 1 ketuk (Crochet), setelah

Peserta didik baik menggesek 1 ketuk, ada 4 not dengan harga satu ketukan pada

senar A dalam 1 birama birama 4/4, dimainkan sebanyak 8 birama dengan

pengulangannya.

(Continuation of Strings Crotchets)

(One Count Each)

Lesson III no 2

Peserta didik mempelajari gesekan 1 ketuk dan tak ada tanda 1 birama

(crotchets and crotchets rest, ada 4 not dan 2 crotchets rest senar A dalam 1

birama birama 4/4, Peserta didik memainkan crotchets 1 ketuk, crotchets rest 1,

crotchets 1 ketuk, crotchets rest 1 ketuk, ini dilakukan berseling-selingan dalam 1

birama, ini dilakukan sebanyak 4 birama.

Lesson III no 3

Universitas Sumatera Utara


Birama 1 peserta didik memainkan 4 ketukan (semibrave) senar A

kemudian dilanjut dengan 4 crotchets di birama 2, birama 3 sama dengan birama

1, birama 4 sama dengan birama 2. Melalui contoh ini guru harus sering

memperhatikan Peserta didik ketika bagian dari nada panjang sampai pada

gesekan stabil satu ketuk.

Lesson III no 4

Birama 1 sampai 4 guru mengajarkan peserta didik bermainkan pada

senar D 2 ketuk, kemudian setelah itu disambung dengan nada yang sama namun

ketukannya menjadi 1 ketuk terdiri dari 2 nada dalam 1 birama, teknik ini

dimainkan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson III no 5

Kembali hal yang sama seperti no 4 tetapi perbedaannya hanya pada senar

A, jika no 4 diawali dengan dengan 2 ketuk dan 1 ketuk yang terdiri dari 2 nada,

pada no 5 1 ketuk yang terdiri dari 2 nada dan satu not 2 ketuk dalam

memaikannya, teknik ini dimainkan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson III no 6

Universitas Sumatera Utara


Peserta didik dihadapkan cara bermain menggunakan 3 nada yang diawali

pada Birama 1 nilai nada 4 ketuk kemudian birama 2 satu ketuk yang terdiri dari

2 nada dan 1 nada 2 ketuk, untuk Peserta didik dalam proses pembelajarannya.

Hal ini dilakukan agar murid dapat bermain dengan beberapa nada ketika

memainkan lagu pendek.

Lalu peserta didik mengaplikasikan teknik tersebut ke dalam sebuah lagu

Baa Baa Black Sheep dan Hop, Hop, Hop dengan menggunakan senar D dan A,

dimainkan bersamaan dengan guru yang memainkan melodi lewat biola. Hal ini

bermanfaat agar peserta didik tidak bosan ketika proses pembelajaran menggesek

Universitas Sumatera Utara


senar biola yang didukung dengan iringan melodi dan nada panjang anak menjadi

suara tengah untuk harmoni dalam sebuah lagu.

(The Open E Strings)

Lesson IV no 1

Guru mengajarkan peserta didik memainkan senar E 4 ketukan diawali

pada birama pertama kemudian dilanjut dengan 2 not 2 ketuk pada birama 2,

birama 3 sama dengan birama 1, dan birama 4 sama dengan birama 2 lalu

pembelajaran ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson IV no 2

Birama 1 peserta didik memainkan 1 ketuk setiap nada yang terdiri dari 4

nada senar E kemudian dilanjut dengan birama 2 ketuk, birama 3 sama dengan

birama 1, dan birama 4 sama dengan birama 2 teknik ini terdiri dari 8 birama

dengan pengulangannya.

Lesson IV no 3

Universitas Sumatera Utara


Kembali guru mengajarkan untuk peserta didik memainkan biola pada

senar E dengan nada 2 ketuk dan 1 ketuk yang terdiri 2 nada dalam satu birama.

Lesson IV no 4

Kemudian pada no 4, Peserta didik lebih mendapatkan variasi dengan

diawali 1 ketuk dan dilanjutkan 2 ketuk dan ditutup dengan 1 ketuk dalam satu

birama, hal yang sama terjadi pada birama 2,3, dan 4. Teknik terebut terdiri dari 8

birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Gesekan yang telah dipelajari Peserta didik kemudian diterapkan ke dalam

lagu Ten Little Indians, dengan menggunakan senar A dan E satu ketuk,

kemudian dilanjut dengan lagu Oats and Beans dengan menggunakan senar D, A,

E dengan menggabungkan 1 ketuk dan 2 ketukan (crotchets and minims),

kemudian dilanjut dengan lagu A riddle menggunakan senar D, A, E dengan

menggabungkan 1 ketuk 2 dan empat ketukan (crotchets, minims and semibrave).

(The Open G Strings)

Lesson V no 1

Peserta didik melatih senar 4 ketuk pada senar G senar ini adalah nada

yang paling rendah pada instrumen biola kemudian posisi yang paling

mengangkat lengan paling tinggi hal ini menjadi perhatian guru ketika murid

memainkan lesson 5 no 1

Lesson V no 2

Kemudian Peserta didik melatihnya menjadi 2 ketukan tetapi sama panjang bow

ketika memainkan 4 ketukan kecepatan anak menjadi perhatian seorang guru

untuk kestabilan anak menggesek senar G.

Lesson V no 3

Universitas Sumatera Utara


Gesekan peserta didik semakin cepat yang dimainkan 1 ketukan untuk

menggesek senar G perbedaannya anak akan memainkannya tidak lagi

mengunakan semua bow untuk I ketuk ketika peserta didik menggesek biola pada

senar G.

Lesson V no 4

Peserta didik memainkan gabungan yang terdiri dari 4 ketuk, 1 ketuk dan

2 ketukan serta kembali peserta didik mengaplikasikan permainan gesekan biola

dengan menggunakan senar G-D-A pada lagu Twinkle, Twinkle, Little Star dalam

pembelajaran biola.

(The Four Open Strings)

Lesson V no 5

Guru mengajarkan menggesek panjang melalui 4 ketukan tetapi hal ini

berbeda dengan biasanya. Senar yang digesek tidak pada satu senar melainkan

Universitas Sumatera Utara


semua senar yang terdapat pada instrumen biola. Guru harus memperhatikan

lengan Peserta didik agar sejajar dengan posisi bow ketika menggesek instrumen

biola.

Lesson V no 6

Murid memainkan keempat senar biola, birama 1 terdapat 2 ketukan yang

dimulai melalui senar E, kemudian dilanjut ke A, D dan G, setelah itu dibalik

menjadi G, D, A, E semua senar dimainkan 2 ketuk, tiap birama ada 2 ketukan

dengan nada yang sama.

Lesson V no 7

Peserta didik memainkan keempat senar biola, birama 1 terdapat 1

ketukan yang dimulai melalui senar G, kemudian dilanjut ke senar D, A dan E,

setelah itu dibalik menjadi E, A, D, G semua senar dimainkan 1 ketuk, tiap

birama ada 1 ketukan dengan nada yang sama.

Universitas Sumatera Utara


Lesson V no 8

Peserta didik memainkan keempat senar biola diawali pada senar E,

birama 1 terdapat 2 ketukan pada senar E dan A, diikuti birama 2 pada senar D

dan G kemudian G dan D dilanjut ke birama terakhir A dan E. dalam 1 birama

peserta didik memainkan 2 senar yang berbeda.

Lesson V no 9

Kemudian peserta didik memainkan keempat senar biola dengan 1

ketukan, teknik gesekan sama dengan lesson V no 9.

(The Quever)

Lesson VI no 1

Guru mengajarkan teknik 1 ketukan dan setengah ketukan (Crochet and

Quever) pada senar A dan D yang diawali birama pertama 1 ketukan dan birama

2 setengah ketukan kemudian birama 3 dan 4 memiliki kesamaan ritmik

perbedaan pada sebuah senar.

Universitas Sumatera Utara


Lesson VI no 2

Peserta didik memainkan 2 birama pada no 2 birama pertama ketukan 1

Peserta didik memainkan senar D dengan satu ketukan kemudian birama kedua

memainkan setengah ketukan tetap pada senar D dan dilanjut pada birama kedua

ketukan pertama Peserta didik memainkan setengah ketukan dan 1 ketukan pada

senar A.

Lesson VI no 3

Birama 1 peserta didik memainkan 2 not 1 ketukan dan 4 not setengah

pada senar E dengan birama 4/4, kemudian birama 2 memainkan 2 not 1 ketukan

dan 4 not setengah pada senar A, kemudian birama 3 memainkan 2 not 1 ketukan

dan 4 not setengah pada senar D, dilanjut denngan senar G dan kemudia naik

pada senar D dan senar A.

Kemudian peserta didik menerapkan teknik itu dalam lagu Gally The

Troubadour dan lagu Lightly Row, dengan menggunakan senar D dan senar A

pada lagu Gally The Troubadour yang dimainkan peserta didik dan senar G dan

D pada lagu Lightly Row memakai satu ketukan dan setengah ketukan dimainkan

bersamaan dengan guru yang membawakan melodi biola.

Universitas Sumatera Utara


(First Finger B on the A-String)

Whole tone From A to B

Lesson VII no 1

Guru mengajarkan peserta didik bermain biola melalui jari pertama (First

Finger), jari pertama dilakukan dengan panjang 4 ketukan yang diawali senar

lepas (open string) dari senar lepas A dan jari pertama adalah nada B, buku

panduan tersebut terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Lesson VII no 2

Kemudian birama 1 Peserta didik memainkan senar A yang terdiri dari 2

not setengah atau 2 ketukan dimainkan senar lepas kemudian pada birama 2

digunakan jari pertama sampai pada birama 8, pembelajaran ini terdiri dari 16

birama dengan pengulangannya.

Lesson VII no 3

Setelah itu Peserta didik memainkan senar lepas A dan birama 2

memainkan jari satu, kemudian diaplikasikan pada lagu little A and B March

untuk dimainkan peserta didik lagu ini terdiri dari 8 birama tanpa pengulangan.

Lesson VII no 4

Universitas Sumatera Utara


(First Finger E on the D-String)

Whole tone From D to E

Lesson VII no 5

Hal yang sama dilakukan pada no 5 dan 4 untuk pembelajaran, peserta

didik melakukan pembelajaran senar lepas dan jari 1. Hal ini memiliki perbedaan

posisi senar saja no 4 dan 5 pada senar D yang akan dimainkan oleh peserta didik

ketika melakukan pembelajaran biola, pembelajaran ini terdiri darri 8 birama

tanpa pengulangan

Lesson VII no 6

Kemudiuan guru mengaplikasikan untuk pembelajaran biola yang

dilakukan pada 2 ritme 1 ketukan dan 2 ketukan yang dimainkan peserta didik

pada senar D, lagu tersebut terdiri dari 8 birama tanpa pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


(Optional Material For Lessons7&8)

Lesson VII no 7

Lesson VII no 1.1

Lesson VIII no 1.1

Lesson VIII no 2.1

Universitas Sumatera Utara


Peserta didik mengaplikasikan penjarian pertama dengan lagu yang

terdapat pada lesson 7 dan 8 dan diiringkan oleh seorang guru yang memainkan

biola untuk mengiringi peserta didik agar tidak bosan mempelajari penjarian yang

terdapat pada sebuah lagu.

(First Finger B, second finger C# on the A-String)

Lesson VIII no 1

Guru mengajarkan jari kedua dengan gesekan panjang 4 ketukan yang

dimulai senar lepas A kemudian jari 1 pada nada B serta jari 2 pada nada C# dan

kembali pada penjarian pertama, peran penting seorang guru harus lebih

memperhatikan dan mendengarkan baik pada gesekan maupun pada penjarian

ketika peserta didik memainkan nada tersebut.

Lesson VIII no 2

Guru mengajarkan penjarian 1 dan 2 dengan 2 not setengah dalam satu

birama contoh ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson VIII no 3

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan penjarian 1 dan 2 dengan 4 not 1 ketuk dalam satu

birama contoh ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson VIII no 4

Guru mengajarkan penjarian dengan aplikasi penjarian yang tidak

berurutan dengan menggabungkan 2 nada pada 2 ketuk dan satu ketukan, agar

dapat memainkan teknik yang terdapat pada sebuah lagu yang ada.

Lesson VIII no 5

Melody

Lesson VIII no 6

Merrily

Lesson VIII no 7

Melody

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan sebuah lagu dengan mengaplikasikan latihan penjarian

yang telah diajarkan pada peserta didik dengan menggunakan nada 1 ketuk dan 2

ketukan hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan melakukan latihan

penjarian karena telah diaplikasikan pada sebuah lagu.

Terlebih lagi seorang guru harus mengerti jika produksi nada yang

dihasilkan peserta didik tidak begitu baik (fals), guru dapat membenarkan

penjariannya, guru juga dapat mengikuti peserta didik bermain biola atau

mengiringi peserta didik dengan piano dengan mengaplikasikan akor pada nada-

nada yang membentuk sebuah melodi yang terdapat pada buku panduan.

(First Finger E, second finger F# on the D-String)

Lesson VIII no 8

Lesson VIII no 9

Lesson VIII no 10

Universitas Sumatera Utara


Lesson VIII no 11

Pada lesson 8 no 8 sampai no 11 memiliki kesamaan teknik pada no 1

sampai no 4 baik pada sebuah ketukan maupun pada penjarian di lesson yang

sama, perbedaannya adalah guru mengajarkan dan mengaplikasikan teknik

tersebut pada senar D.

Lesson VIII no 12

Melody

Kembali guru mengaplikasikan penjarian pada sebuah lagu yang

dimainkan pada senar D, guru harus lebih memperhatikan posisi murid ketika

memainkan pada senar D maupun senar yang lainnya.

(On the A-string)

Lesson IX no 1

Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 4 ketukan pada senar A

yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut

terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Lesson IX no 2

Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 2 ketukan pada senar A yang

dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut terdiri

dari 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson IX no 3

Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 1 ketukan pada senar A

yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut

terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson IX no 4

Guru mengajarkan penjarian dengan cara melakukan tidak pada jari yang

berurutan dari jari 1 sampai 3 tetapi langsung menggunakan jari 2 dari senar lepas

kemudian jari 3 dari jari 1, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat

memproduksi nada dengan baik dan mengandalkan pendengaran murid agar tidak

fals.

Lesson IX no 5

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan kembali penjarian tetapi dilakukan dari senar lepas A

langsung pada jari 3, kembali guru harus mendengarkan penjarian peserta didik

yang menghasilkan sebuah nada. Dari penjarian tersebut, hal ini dilakukan

sebanyak 8 birama dengan pengulanganya.

Lesson IX no 6

Melody

Lesson IX no 7

Kemudian guru mengaplikasikan jari 3 pada sebuah lagu yang terdapat

pada no 6 dan no 7 hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan guru

dapat mengiringi lagu tersebut dengan biola dan piano.

(On the D-string)

Lesson IX no 8

Universitas Sumatera Utara


Lesson IX no 9

Lesson IX no 10

Pada lesson 9 no 8 sampai no 10 memiliki kesamaan teknik pada no 1

sampai no 5 baik pada sebuah ketukan maupun pada penjarian di lesson yang

sama, perbedaannya adalah guru mengajarkan dan mengaplikasikan teknik

tersebut pada senar D.

Lesson IX no 11

Melody

Kemudian guru menerapkan teknik tersebut pada sebuah lagu yang

dimainkan peserta didik pada senar D dengan ketukan dan penjarian 1,2 dan 3

tetapi tidak dengan cara yang berurutan pada lagu tersebut ketika memainkannya.

Slurred Notes (legato)

Lesson X no 1

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 1 ketukan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow).

Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D serta melakukan

penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 2

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

3 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up

bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar A serta melakukan

penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 3

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

4 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up

bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D serta melakukan

penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 1.1

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 2 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up

bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang

membentuk sebuah tangga D mayor dengan melakukan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 1.2

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up

bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang

membentuk sebuah tangga D mayor dengan melakukan senar lepas dan penjarian

1,2, dan 3.

Lesson X no 1.3

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up

bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang

membentuk sebuah arpegio dari tangga D mayor dan akor 4 G mayor dengan

melakukan senar lepas dan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson XI no 1

Universitas Sumatera Utara


Lesson XI no 2

Lesson XI no 3

Lesson XI no 4

Lesson XI no 5

Lesson XI no 6

Guru mengajarkan sebuah lagu pendek yang terdiri dari 8 birama dengan

teknik yang telah dipelajari oleh peserta didik biola baik pada senar lepas dan

penjarian 1,2, dan 3 serta teknik menyambung bow. Teknik penjarian dan

gesekan tersebut diaplikasikan pada lagu-lagu yang terdapat pada lesson 11

Universitas Sumatera Utara


dalam buku panduan A Tune A Day, kembali guru dapat mengiringi lagu tersebut

melalui biola maupun piano ketika murid memainkan lagu-lagu tersebut.

(The Dotted Minim and the Dotted Chrotchet)

Lesson XII

Mengenalkan murid tulisan not dan cara memainkannya

Lesson XII no 1

Guru mengajarkan bermain tangga nada A mayor dengan sukat ¾ dan

setiap nada bermain 3 ketukan ( Dotted Minim).

Guru mengajarkan teknik-teknik ¾ yang dimainkan senar lepas dan jari 1

dengan menggunakan 1 dan 2 ketukan, ½ ketukan dan 1½ ketukan (dotted

crochet).

Lesson XII no 2

Lesson XII no 3

Universitas Sumatera Utara


Lesson XII no 4

Murid mengaplikasikan penjarian dan teknik-teknik yang terdapat pada

lagu-lagu yang terdapat pada lesson XII serta memainkan beberapa ketukan yang

telah dipelajari peserta didik pada model-model permainan dengan sukat ¾.

(My First Solo Pieces)

Lesson XIII no 1

Lesson XIII no 2

Universitas Sumatera Utara


(Using the D Major Scale)

Lesson XIV no 1

Guru mengajarkan peserta didik memainkan sebuah lagu pendek (pieces),

dengan teknik-teknik yang telah dipelajari pada lesson XIII dan lesson XIV pada

buku panduan tersebut.

(Datached Notes in One Bow)

Lesson XV no 1

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan teknik bermain gesek pendek dan menyambung

(Legato Staccato) dengan simbol titik dibawah not kemudian diaplikasikan

dengan bermain tangga nada yang digesek dengan 2 ketukan secara gesekan turun

dan 2 nada secara gesekan naik yang masing-masing nada 1 ketukan digesek

secara pendek-pendek dan menyambung, setiap birama memiliki kesamaan nada

hanya perbedaannya pada gesekan ketukan 1 sampai ketukan 4.

Lesson XV no 2

Hal yang sama dilakukan kembali kepada peserta didik dengan perbedaan

menggunakan jari 1,2 dan 3, yang dimainkan pada senar D, terdapat sebuah

perbedaan nada pada satu birama yang dilakukan 8 birama dengan

pengulanganya.

Lesson XV no 3

Guru mengajarkan kepada hal yang sama kepada peserta didik dengan

perbedaan menggunakan jari 1,2 dan 3, yang dimainkan pada senar A, terdapat

sebuah perbedaan disetiap nada pada satu birama yang dilakukan 8 birama

dengan pengulanganya.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian peserta didik mengaplikasikan teknik-teknik permainan

tersebut pada sebuah lagu agar peserta didik dapat mengaplikasikan ketika

mendapat simbol-simbol pada karya-karya biola.

(The fourth Finger on the D and A Strings)

Lesson XVI no 1

Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas A

kemudian digesek setiap nada 2 ketukan pada bagian ini terdiri dari 8 birama

dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Lesson XVI no 2

Kembali guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar

lepas A kemudian digesek pada birama 1 dan 3 setiap nada 1 ketukan dan birama

2 dan 4 pada terdiri 2 ketukan dengan menggunakan jari 4 pada birama 2 dan

senar lepas pada birama 4, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan

pengulangannya.

Lesson XVI no 3

Kemudian guru mengajarkan mengelang jari dengan menggunakan jari 4

yang terdiri dari setiap nada 1 ketukan,

Lesson XV no 4

Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas D

kemudian digesek pada birama 1 sampai 3 menggunakan teknik menyambung 2

nada yang dilakukan satu bowing setiap nada terdiri dari 1 ketukan bagian ini

terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Lesson XV no 5

Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dengan sukat 3\4 dan diawali

pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 4 dengan mengelang

jari setiap nada terdiri dari 1 ketukan, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan

pengulangannya.

Lesson XV no 6

Hal yang sama guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dengan sukat 3\4

dan diawali pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 4 dengan

mengelang jari dengan penduan senar lepas dan mengaplikasikan jari 4, jari 1 dan

4, jari 2 dan 4, dan kembali ke jari 1 dan 4 setiap nada terdiri dari 1 ketukan,

bagian ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian peserta didik mengaplikasikan jari 4 terhadap sebuah lagu-lagu

dan tidak mmenggunakan senar lepas pada lagu tersebut. Guru harus

memperhatikan penjarian peserta didik agar tidak fals ketika memainkan sebuah

lagu.

The up-Beat

Lesson XVII no 1

Two German Folk Songs

Lesson XVII no 2

Lesson XVII no 3

Universitas Sumatera Utara


Lesson XVII no 4

Lesson XVII no 5

Lesson XVII no 6

Lesson XVIII

Universitas Sumatera Utara


Setelah banyak mempelajari teknik penjarian, gesekan legato dan

Staccato yang terdapat pada buku panduan, kali ini guru mengajarkan sebuah

lagu dari teknik yang sudah dipelajari peserta didik pada buku panduan A tune A

day guru dapat bermain bersama dengan anak, atau guru dapat bermain piano

untuk mengiringi peserta didik bermain biola.

(Five notes on the E String)

Lesson XIX no 1

Guru mengajarkan menggunakan senar lepas dan penjarian 1,2,3 dan 4

dan pada senar E, guru harus memerhatikan penjarian peserta didik agar tidak

Universitas Sumatera Utara


salah. Pembelajaran ini dilakukan 16 birama dengan pengulangannya yang

masing-masing nada terdiri dari 2 ketukan.

Lesson XIX no 2

Guru mengajarkan nada yang sama tetapi dilakukan dengan

menggabungkan nilai satu ketukan dengan 2 ketukan, pembelajaran ini harus

dimengerti peserta didik agar dapat membagi bow jika terdapat nada yang cukup

panjang dari ketukan yang pendek pada senar E .

Lesson XIX no 3

Kemudian guru mengajarkan teknik satu ketukan dengan jari yang

mengelang jari dari jari I kemudian trus sampai pada jari III dan jari II sampai

pada jari ke IV. Pembelajaran ini terdiri dari delapan birama dengan

pengulangannya dan dilakukan diatas senar E.

Lesson XIX no 4

Kemudian guru mengajarkan variasi dari apa yang telah dipelajari oleh

seorang peserta didik pada no 3, variasi tersebut berbentuk ritmik dengan panjang

Universitas Sumatera Utara


nada 1 ½ (dotted crotchet) dan ½ (Quever) sampai pada birama satu sampai 4

kemudian birama ½ ketuk dari birama 5 sampai delapan.

Lesson XIX no 5

Kemudian guru mengajarkan sebuah lagu yang dimainkan pada senar E

kemudian diaplikasikan dengan menggabungkan teknik 1 ketuk, 1 ½ ketuk

kemudian ½ ketukan, yang dimainkan berbentuk lagu raktyat untu sebuah

pembelajaran biola.

Lesson XIX no 6

Kemudian anak memainkan sebuah tangga nada dari hasil yang telah

dipelajari peserta didik pada no 1 sampai 5 pembelajaran tersebut untuk

memudahkan peserta didik bermain tangga nada yang menggunakan senar A dan

E. Permainan tangga nada tersebut dilakukan dengan 2 ketukan setiap nada.

Lesson XIX no 7

Kemudian peserta didik memainkan sebuah tangga nada dari hasil yang

telah dipelajari peserta didik pada no 1 sampai 5 pembelajaran tersebut untuk

Universitas Sumatera Utara


memudahkan peserta didik bermain tangga nada yang menggunakan senar A dan

E. Permainan tangga nada tersebut dilakukan dengan 1 ketukan setiap nada dan

terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XIX no 8

Kemudian peserta didik bermain arpegio atau tri-suara yang terdapat pada

birama 1 dan 2 kemudian arpegio dari D mayor akor V dari tangga nada tersebut

dan dimainkan secara teknik legato dan terdiri dari birama dengan

pengulangannya.

Kemudian peserta didik mengaplikasikan permainan tersebut pada sebuah

lagu baik pada senar D, A, dan E. Kemudian menerapkan nilai-nilai ketukan

yang telah dipelajari oleh peserta didik ketika mempelajari buku tersebut.

(Five notes on the G-String)

Lesson XX no 1

Universitas Sumatera Utara


Guru mengajarkan 5 nada dari senar G yang dimulai dari senar lepas

kemudian jari 1,2,3 dan 4. Tehnik tersebut digesek dengan panjang 2 ketukan,

kemudian guru harus memperhatikan nada yang diproduksi oleh anak ketika

mengguakan jari IV, teknik tersebut terdiri dari 16 birama dengan

pengulangannya.

Lesson XX no 2

Kemudian guru mengajarkan peserta didik dengan bermain 1 ketukan dan

2 ketukan agar peserta didik dapat melatih jari 4 dengan cara menahan nada yang

menggunakan jari ke IV. Teknik tersebut terdiri dari 8 birama dengan

pengulangannya.

Lesson XX no 3

Kemudian guru melatih peserta didik dengan jari melompat yang

dilakukan di senar G dengan gesekan 1 ketukan guru juga harus tetap

mendengarkan nada yang diproduksi oleh peserta didik. Teknik ini terdiri dari 8

birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Lesson XX no 4

Hal yang sama dilakukan dengan jari melompat diawali senar lepas

kemudian jari I, senar lepas jari II, kemudian jari I ke jari II, kembali pada jari 1

ke jari 3. Lalu jari 2 kejari 3, kembali ke jari 2 dan langsung kejari 4 yang digesek

semua nada melalui 1 ketukan. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan

pengulangannya.

Lesson XX no 5

Guru mengajarkan kembali teknik melompat jari kemudian mengurutkan

jari yang dimulai dari senar lepas kemudian jari 2 yang diurutkan ke jari I dan

kembali pada senar lepas, kemudian jari I melompat pada jari ketiga yang

diurutkan pada jari II dan jari I, kemudian jari II melompat kejari ke IV yang

diurutkan pada jari ke III, dan kembali pada jari II, lalu kembali lagi pada jari I

yang dilakukan seperti hal yang sama. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan

pengulangannya.

Lesson XX no 6

Universitas Sumatera Utara


Kemudian peserta didik diberikan sebuah lagu yang terdapat pada buku

paduan agar dapat mengaplikasikan permainan dari teknik penjarian yang telat

dipelajari peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan teknik

yang dipelajari seorang peserta didik.

Lesson XX no 7

Kemudian dilanjutkan dengan hal yang sama peserta didik diajarkan

tangga nada G dengan menggunakan senar G dan D kemudian mengaplikasikan

semua jari yang dilakukan memakai legato dan digesek 2 ketukan.

Lesson XX no 8

Kemudian peserta didik diajarkan tangga nada G dengan menggunakan

senar G dan D kemudian mengaplikasikan semua jari yang dilakukan memakai

legato namun digesek 1 ketukan.

Lesson XX no 9

Kemudian peserta didik diajarkan Arpegio dari tangga nada G mayor yang

digesek 1 ketukan dengan memakai legato dua pada birama 1 sampai birama 2

Universitas Sumatera Utara


kemudian birama 3 dan 4 memainkan arpegio yang diambil dari akor 4 dari nada

dasar G mayor, teknik ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Kemudian peserta didik memainkan sebuah lagu untuk mengaplikasikan

teknik-teknik tersebut.

Lesson XXI no 1

Universitas Sumatera Utara


peserta didik diajarkan memainkan sebuah lagu yang lagu tersebut

berbentuk lagu pendek (pieces) tidak lagi kepada contoh lagu yang terdiri dari 8

birama, kemudian peserta didik dapat mengaplikasikan permainan lagu tersebut

dengan menggunakan tehnik-tehnik yang telah dipelajari peserta didik pada awal

menggunakan buku panduan A Tune A Day. Guru dapat membantu peserta didik

mengiringi melalui sebuah akord dan memainkan sebuah biola unruk membantu

peserta didik bermain. Biasanya lagu yang terdapat pada lesson ini menjadi bahan

untuk ujian biola tengah semester music programe di Sekolah Chandra Kusuma

School.

Universitas Sumatera Utara


Lesson XXI no 1

Kemudian peserta didik diajarkan bermain dengan teman-temannya secara

bersamaan terhadap sebuah lagu yang sama tetapi memiliki perbedaan nada yang

membentuk sebuah harmoni.

5.8.1 Kelemahan dan solusi serta kelebihan pembelajaran buku panduan A

tune a day I

Tujuan pembelajaran mengenalkan anak sebuah notasi, agar anak dapat

dapat mengikuti buku panduan yang tertulis, dalam bentuk notasi untuk proses

pembelajarannya. notasi dan simbol yang tertulis, menjadi bahan ajar seorang

guru. Kemudian peserta didik berusaha mempelajarinya agar dapat membahas

bahan praktik ketika mempelajari instrumen biola.

Terlebih lagi ketika peserta didik mempelajari gesekan pada buku

panduan A tune a day I, banyak memiliki variasi permainan gesekan dari lesson 2

sampai pada lesson 6. Hal ini membuat peserta didik akan menghabiskan waktu

Universitas Sumatera Utara


yang cukup lama dan harus memiliki kesabaran agar dapat memainkan sebuah

lagu, melalui sebuah gesekan dan penjarian yang baik.

Pembelajaran pada tahap awal gesekan peserta didik akan kesulitan dalam

menggesek dengan stabil, hal ini harus diperhatikan oleh seorang guru dalam

pembelajarannya, buku panduan A tune a day I adalah sebuah pembelajaran awal,

yang diaransemen C. Paul Harfurth dengan bermain bersama guru pada sebuah

lagu yang mengiringi peserta didik bermain gesekan, yang diawali 4 ketuk, 2

ketuk, 1 ketuk, ½ ketuk, sampai pada ¼ ketukan. Gesekan tersebut kemudian

diiringi dengan piano dan biola sebagai sebuah iringan.

Permasalahannya adalah ketika peserta didik mengulang gesekan

dirumah, peserta didik akan merasa jenuh terhadap pembelajarannya, dikarenakan

tidak adanya iringan, serta permainan peserta didik yang tidak harmonis. Hal ini

dapat diatasi dengan iringan rekaman, atau program penulisan notasi yang ditulis,

serta program instrumen midi dengan sebuah akor iringan. Hal ini dapat

membantu peserta didik dalam mempelajarinya.

Pembelajaran penjarian dan sebuah teknik gesekan pada instrumen biola

sebaiknya dapat ditirukan oleh seorang guru, agar murid dapat melihat dan

mendengar hasil yang dicontohkan seorang guru, serta cara melakukan teknik

penjarian tersebut. Kemudian pada buku panduan A tune a day I terdapat banyak

sebuah lagu, sebaiknya guru melakukan dengan biola dan setelah

mencontohkannya, lagu tersebut diiringi oleh piano, agar anak dapat menjaga

temponya ketika bermain bersama-sama.

Universitas Sumatera Utara


Kelebihan buku panduan A tune a day I bagi peserta didik adalah buku ini

mengajarkan peserta didik dasar yang baik, melalui sebuah gesekan, penjarian 1,

2, dan 3, kemudian mengajarkan teknik gesekan legato, staccato, detache, dan

diaplikasikan pada sebuah lagu dalam pembelajarannya. setelah mempelajari

teknik gesekan dan penjarian peserta didik diajarkan menggunakan jari ke-4,

yang tidak menggunakan senar lepas (open string) dalam memainkan sebuah

lagu, dan bermain bersama peserta didik lainnya dalam bentuk ansambel.

5.9 Buku Panduan Suzuki

Universitas Sumatera Utara


Mengajarkan peserta didik bermain lagu Twinkle-Twinkle Little Star

yang diawali dengan teknik staccato dilakukan panjang gesekan ¼ ketuk (Semi

Quaver) dan ½ ketuk (Quaver). Kemudian dilakukan dengan variasi B dengan

menggunakan variasi ritmik ½ ketukan dengan menggunakan teknik staccato.

Variasi C dengan menggunakan not ½ ketuk dan ¼ ketuk yang dilakukan pada

semua not untuk melatih peserta didik teknik bowing. Variasi D dengan

menggunakan not ¼ ketuk yang dilakukan pada semua not untuk melatih peserta

didik teknik bowing.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Melatih peserta didik memainkan lagu-lagu dengan menggunakan jari I,II,

dan jari ke III, tetapi pada lagu ini peserta didik tidak ditekankan untuk bermain

jari IV ketika memainkan lagu-lagu yang terdapat pada buku panduan Suzuki

Violin dengan menggunakan teknik-teknik yang telah dipelajari oleh seorang

peserta didik.

Lagu ini adalah sebuah teknik untuk melatih sebuah penjarian untuk

merapikan penjarian peserta didik ketika memainkannya dengan tempo cepat,

kemudian guru dapat mengajarkan pada senar yang lainnya contohnya pada senar

D, E dan G.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian peserta didik kembali memainkan sebuah lagu untuk materi

pembelajarannya pada buku panduan Suzuki tersebut melalui teknik yang telah

dipelajari peserta didik untuk sebuah lagu.

Kemudian guru megajarkan peserta didik sebuah teknik yang berbentuk

sebuah lagu yang terdapat pada buku panduan. Teknik yang dipelajari seorang

peserta didik untuk etude tersebut berfungsi sebagai penjarian yang baik serta

tehnik menyebrangi senar (Crossing String) dari senar yang satu ke senar yang

lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Minuet adalah sebuah pembelajaran lagu yang mengaplikasikan banyak

teknik dalam permainannya. Ketika peserta didik mempelajari lagu tersebut guru

harus memberitahu gaya permainan secara klasik barat yang telah dimainkan

anak.

Universitas Sumatera Utara


Kembali guru mengajarkan sebuah lagu kepada peserta didik setelah anak

mempelajari tehnik, etude dan gaya permainan yang telah dipelajari seorang

peserta didik.

5.9.1 Kelemahan dan solusi serta kelebihan pembelajaran buku panduan

Suzuki Violin

Pembelajaran buku panduan Suzuki adalah sebuah metode pembelajaran

dengan bermain sebuah lagu. Permainan yang dilakukan peserta didik terkadang

tidak dengan cara membaca notasi melainkan menirukan apa yang dicontohkan

Universitas Sumatera Utara


oleh seorang murid, akibatnya anak akan mendapatkan kesulitan ketika

memainkan lagu yang berbeda. Melalui hal tersebut guru dapat mengajarkan anak

cara baca seperti :

Hal ini dapat diajarkan oleh seorang guru dengan memberi penjelasan

pada peserta didik untuk melihat tanda baca walaupun hanya nomor penjarian.

Guru dapat mengawali dengan penempatan keempat senar biola yang terdiri dari

senar lepas (open string), yang disimbolkan dengan angka 0 (kosong)

Kemudian guru menjelaskan ketika sebuah nada naik dilakukan 0,1,2,3.

Dan ketika sebuah nada lebih rendah dilakukan 0,3,2,1 dengan senar yang

berbeda pada jari 0 (open string). Hal ini dilakukan karena kurangnya materi

pembelajaran baik pada sebuah gesekan dan pada sebuah penjarian pada buku

panduan Suzuki.

Kelebihan buku panduan Suzuki Violin, peserta didik diajarkan bermain

lagu dengan nada yang harmonis, teknik sesuai dengan kemampuan anak,

penulisan penjarian, teknik gesekan, simbol-simbol yang terdapat pada notasi

membantu anak dalam memainkan lagu tersebut, tanpa harus merubah, dan

memikirkan cara permainannya ketika peserta didik menggunakan buku panduan

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


5.10 Buku panduan ABRSM

A.1

A.2

A.3

Universitas Sumatera Utara


B.1

B.2

B.3

Universitas Sumatera Utara


C.1

C.2

C.3

Kurikulum Abrsm adalah kurikulum yang sering sekali dipakai hanya

untuk sebuah ujian yang dilakukan sebagian instansi musik seperti Medan Musik,

Era musika, Irama Musik Studio, serta instansi musik lainnya. Hal ini dilakukan

karena kurangnya materi pembelajaran serta keinginan anak mendapatkan sebuah

Universitas Sumatera Utara


hasil ketika peserta didik mempelajari sebuah instrumen. Terlebih lagi guru privat

musik yang mengajar datang kerumah peserta didik untuk memberikan sebuah

pengajaran musik, guru tersebut akan memikirkan modul apa yang akan diberikan

kepada murid untuk ujian kepada peserta didik.

Pemikiran orang tua terhadap sebuah ujian masih sangat besar terhadap

sebuah pembelajaran maka guru musik akan selalu mengambil bahan ujian untuk

peserta didik melalui kurikulum ABRSM.

Bahan lagu kurikulum ABRSM tersebut terdiri dari 3 bagian yang masing-

masing bagian terdiri dari 3 buah lagu A1 sampai A3, B1 sampai B3, C1 sampai

C3 bahan-bahan lagu tersebut dipilih satu dari tiga bagian oleh peserta didik

untuk diujiankan.

Pembelajaran biola di Sekolah Chandra Kusuma School yang memakai

bahan kurikulum ABRSM untuk sebuah ujian dasar I, kebanyakan peserta didik

memilih bahan lagu terdiri dari A.1, B.3, dan C.1 hal ini dikarenakan

pembelajaran sebuah lagu pada A.1 lebih mudah karena menggunakan jari yang

berurutan dan bahan tersebut tidak membuat peserta didik mengalami kesulitan

ketika memainkannya.

Berbeda dengan bahan lagu B.3 yang memakai sukat ¾ dengan nada 3

ketuk,2 ketuk sampai pada 1 ketuk, dan penjarian yang tidak begitu sulit dan

dapat dijangkau oleh seorang anak ketika memainkan lagu tersebut. Terlebih lagi

C.3 yang dengan bahan gesekan yang riang dan tidak terlalu sulit, dalam bagian

ini banyak lagu dengan pengulangan-pegulangan motif dan jari yang tidak begitu

Universitas Sumatera Utara


sulit membuat peserta didik lebih memilih C.3 dari bahan-bahan yang terdapat

pada bagian C kurikulum ABRSM.

5.10.1 Kelemahan dan solusi serta kelebihan pembelajaran buku panduan

ABRSM

Kurikulum Abrsm adalah sebuah pencapaian great untuk naik ketingkat

berikutnya. Kurikulum tersebut bertujuan memberikan peserta didik bahan ujian

yang dipelajari sebelum ujian berlangsung. Peran penting guru ketika peserta

didik mempelajari kurikulum tersebut adalah memilih bahan yang akan

diujiankan pada peserta didik, melatih anak dengan tulisan yang terdapat pada

notasi, melihat penjarian dan teknik yang dimainkan oleh peserta didik agar tidak

merubah penjarian dan teknik gesekan yang telah tertulis pada bahan lagu

kurikulum Abrsm.

Kurikulum yang terdapat pada bahan lagu memiliki tingkat kesulitan yang

berbeda-beda antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Hal ini menyebabkan

peserta didik tidak ingin memilih bahan yang sulit untuk dimainkan, baik dari

teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri. Kemudian tangga nada yang terdapat

pada kurikulum tersebut membuat peserta didik memilih bahan mana yang akan

dimainkannya.

Dalam hal ini peran penting seorang guru harus lebih mengarahkan,

membimbing, dan mengajar, serta menolak dengan tegas perubahan-perubahan

yang dilakukan peserta didik terhadap kerikulum tersebut. baik pada sebuah lagu

Universitas Sumatera Utara


ketika anak memainkannya, maupun pada sebuah tangga nada serta teknik tangan

kanan dan teknik tangan kiri untuk mendukung proses pembelajarannya.

Kelebihan kurikulum Abrsm ini adalah peserta didik mengerti lagu dan

tangga nada yang akan diujiankan peserta didik, serta melatih bahan tersebut

sampai anak benar-benar mampu memainkannya. Hal ini sangat membantu anak

dalam bentuk pembelajaran khususnya pada instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penulis membuat kesimpulan untuk menjawab pokok-pokok

permasalahan dan penelitian ini, berdasarkan seluruh uraian yang telah dijabarkan

tentang pembelajaran biola melalui sebuah buku panduan A Tune A Day I, Suzuki

violin I, dan kurikulum ABRSM I yang diterapkan pada peserta didik tingkat pra

dasar dasar dasar I.

Pembelajaran awal biola merupakan sebuah pembelajaran yang sangat

penting bagi peserta didik pada tingkatan pradasar disekolah Candra Kusuma

School, hal ini dapat terlihat dalam sebuah proses belajar-mengajar melalui

gesekan atau nada panjang, penjarian teknik bow ketika memainkan sebuah lagu,

untuk dapat membunyikan instrumen biola.

Keinginan peserta didik memainkan sebuah lagu pada awal

pembelajaran instrumen biola, membuat seorang guru lebih memerhatikan murid

dalam pembelajarannya. Keinginan para orang tua melihat hasil pembelajaran

instrumen biola dengan memainkan sebuah lagu. Menjadikan sebuah masalah

bagi guru atau instruktur musik pada tahap awal pembelajaran instrumen biola,

dikarenakan ketika anak akan memainkan sebuah lagu pada instrumen biola anak

harus dapat melakukan teknik gesekan dengan baik dan menggunakan penjarian

1,2 dan 3, untuk dapat memainkan sebuah lagu dengan teknik yang baik.

Universitas Sumatera Utara


Serta penjarian yang tepat untuk memproduksi sebuah nada. Dalam hal

ini peserta didik harus menghabiskan waktu pembelajaran selama 3 bulan untuk

dapat memainkan sebuah lagu.

Penerapan buku panduan A tune a day, Suzuki Violin, dan kurikulum

ABRSM disekolah Chandra Kusuma School memiliki tingkan kemudahan dan

kesulitan yang berbeda-beda, penerapan ketiga buku panduan tersebut memiliki

hal yang berkesinambungan terhadap proses belajar-mengajar pada tingkatan

pradasar dan dasar I ketika mempelajari instrumen biola pada musik program di

Chandra Kusuma School.

Buku panduan A tune a day yang diterapkan pada tingkatan pradasar

musik program di sekolah Chandra Kusuma School. Memiliki hal yang sangat

baik terhadap sebuah pengenalan notasi, cara bermain biola melalui sebuah

gesekan. Namun, permasalahannya adalah pembelajaran melalui sebuah gesekan

yang ada pada buku panduan A tune a day, terkadang membuat anak menjadi

bosan karena nada yang dimainkan tidak memiliki melodi.

Terlebih lagi setelah mempelajari biola melalui buku panduan A tune a

day anak akan mempelajari buku panduan Suzuki, buku panduan Suzuki adalah

buku panduan pembelajaran biola melalui sebuah lagu, yang dikhususkan pada

teknik permainan instrumen biola. Penerapan buku panduan Suzuki pada

tingkatan pradasar dan dasar I, harus menjadi bahan yang penting untuk

diperhatikan seorang guru. Kesuksesan peserta didik mempelajari instrumen biola

pada tingkatan pradasar terlihat ketika memainkan lagu yang terdapat pada buku

panduan A tune a day di dasar I.

Universitas Sumatera Utara


Permalahannya adalah tidak sedikit peserta didik yang memainkan sebuah

lagu pada buku panduan Suzuki yang dilakukan melalui sebuah hafalan yang

ditirukan dari seorang guru, terlebih lagi Banyaknya peserta didik yang

melakukan kesalahan dengan memainkan sebuah lagu, tanpa memikirkan teknik

gesekan dan penjarian. Akibatnya peserta didik hanya dapat meminkan sebuah

lagu dan tidak dapat melakukan sendiri harus dengan bantuan orang lain dengan

kata lain, peserta didik meniru dan tidak dapat membaca dan menerapkan bentuk

penjarian dan sebuah gesekan terhadap sebuah notasi, yang diaplikasikan

terhadap sebuah lagu dalam memainkan instrumen biola pada pembelajaran yang

diterapkan pada musik program Chandra Kusuma School.

Terlebih lagi kesalahan para guru yang melakukan pembelajaran biola

dengan memainkan sebuah lagu dan mengajari peserta didik meniru permainan

yang dilakukan seorang guru dalam memainkan instrumen biola. Hal ini

dikarenakan tuntutan orang tua kepada anaknya memainkan sebuah lagu dalam

pembelajaran instrumen biola tetapi hal ini menjadikan anak mereka tidak dapat

berkompetisi dan mengembangkan hal yang baru dari pembelajaran biola yang

didapat anak ketika mempelajari instrumen tersebut. Dikarenakan peserta didik

harus melihat terlebih dahulu kemudian menirukannya dan memperbaiki

permainnannya dalam memainkan instrumen biola.

Penerapan kurikulum ABRSM di sekolah Chandra Kusuma School

dikhususkan pada pembelajaran dasar I yang akan diujiankan dengan bermain

lagu-lagu yang terdapat pada buku paduan kurikulum ABRSM, kesulitan yang

terdapat pada buku panduan sering sekali anak mempermudah bermain lagu pada

Universitas Sumatera Utara


teknik gesekan dan penjarian yang sudah ditulis dalam buku panduan. Hal ini

menjadi peran penting guru melihat dan membenarkan serta melatih anak pada

teknik gesekan dan penjarian, yang tertulis pada sebuah notasi kurikulum ABRSM

sebelum anak melakukan ujian.

Penerapan pembelajaran melalui ketiga buku panduan dapat diterapkan

dalam pembelajaran pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Chandra

Kusuma School, melalui buku panduan A tune a day, peserta didik dapat

mengawali pembelajaranya melalui sebuah gesekan dan penjarian awal diposisi I,

dan didukung beberapa lagu dalam buku panduan Suzuki violin. Kemudian pada

tingkatan dasar I, peserta didik dapat memainkan sebuah lagu dengan teknik-

teknik yang terdapat pada buku panduan sebelum memainkan bahan ujian melalui

kurikulum ABRSM.

6.2 Saran

Pembelajaran musik melalui instrumen biola saat ini telah berkembang

pesat di Indonesia banyaknya ilmu pengetahuan, informasi, serta teknologi yang

ada menjadikan manusia yang serba siap saji untuk sebuah bidang ilmu. Begitu

juga dengan pembelajaran musik, keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat

dalam mempelajari musik baik sebuah teori maupun pada instrumen musik,

menjadikan banyaknya sebuah metode yang diciptakan pada pembelajaran musik

khususnya pada instrumen biola.

Hal ini harus dimengerti oleh seorang guru untuk memberikan materi ajar

yang baik terhadap sebuah pembelajaran kepada peserta didik, dikarenakan

Universitas Sumatera Utara


kesuksesan pembelajaran instrumen biola tergantung bagaimana cara mengajar

seorang guru kepada peserta didik, melalui sebuah buku panduan, metode

pembelajaran, penyampaian sebuah materi dan kedekatan seorang guru terhadap

peserta didik, serta kerjasama yang baik antara seorang guru dan para orang tua

peserta didik.

Maka dalam pembelajaran biola disekolah Chandra Kusuma School kerja

sama dan tukar informasi antara seorang guru dan para orangtua terhadap anak

anak mempelajari biola disekolah dan melatihnya di rumah, sangat menentukan

perkembangan anak dalam mempelajari instrumen biola disekolah Chandra

Kusuma School.

Pemilihan buku panduan yang dipakai seorang guru untuk bahan ajar

terhadap peserta didik terkadang kurang menguntungkan terhadap sebuah proses

belajar-mengajar, maka dalam hal ini guru terlebih dahulu menganalis buku

panduan tersebut, kemudian memperkirakan peserta didik dapat memainkan

bahan akhir untuk sebuah ujian yang dilakukan pada akhir semester. Proses

pembelajaran tersebut dilakukan dengan 24 pertemuan yang masing-masing

pertemuan selama 30 sampai 45 menit pada proses belajar-mengajar.

Banyaknya sebuah instansi yang memakai buku panduan karena adanya

sebuah kerjasama antara penerbit dan pencipta sebuah metode terhadap sebuah

instansi, maka dalam hal ini peran penting seorang guru sangat dibutuhkan dalam

proses pembelajaran untuk kemajuan seorang peserta didik.

Metode sebuah pembelajaran instrumen biola tidak selalu bergantung

pada sebuah sebuah konsep edukasi, tetapi bagaimana cara seorang guru melihat

Universitas Sumatera Utara


kemampuan seorang peserta didik terhadap proses pembelajaran. Banyaknya

sebuah metode yang terdapat pada buku panduan terkadang terlalu sulit untuk

dimengerti oleh seorang peserta didik.

Maka guru dapat mengikuti buku penduan berdasarkan metode guru

sendiri dengan memakai buku panduan yang sama. Hal ini cukup sulit dilakukan

seorang guru persoalannya bukan pada sebuah metode, tetapi kemampuan

seorang peserta didik dengan memakai sebuah metode dengan kemampuan daya

tangkap peserta didik yang sangat minim.

Penyampaian sebuah materi yang dilakukan seorang guru terhadap peserta

didik pada sebuah proses belajar-mengajar adalah hal yang sangat penting

terhadap daya tangkap anak menerima pelajaran, keseharian yang dilalui seorang

peserta didik menjadi sebuah pencontohan bahan ajar untuk materi pembelajaran,

kemudian guru harus mengerti akan tingkah laku seorang anak dalam

mempelajari sebuah bidang ilmu, penyampaian sebuah materi bahan ajar

sebaiknya dilakukan dengan mengkaitkan lingkungan dan keseharian peserta

didik.

Kedekatan seorang guru dengan peserta didik sangat mempengaruhi

lancarnya sebuah proses belajar-mengajar, hal ini harus dimulai oleh seorang

guru kepada peserta didik dikarenakan peserta didik tidak akan pernah memulai

kedekatannya kepada seorang guru karena jarak usia yang terlalu jauh, takut akan

mendapatkan sebuah kesalahan karena tidak sopan, serta berlatih musik dirumah

karena takut akan tugas yang diberikan bukan karena kemauan peserta didik

sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Kelebihan seorang guru menjalin kedekatan terhadap peserta didik dapat

terlihat dari kehadiran peserta didik mengikuti proses belajar-mengajar yang

sangat antusias, melatih bahan dirumah karena sebuah pertemuan yang menarik,

tidak akan melupakan apa yang diajarkan guru terhadap sebuah materi karena

kepercayaan peserta didik kepada seorang guru telah terjalin dari kedekatan

tersebut.

Kerjasama yang baik antara seorang guru dan para orang tua sangat

mempengaruhi peserta didik dalam mempelajari bidang ilmu terlebih bidang

musik, kegiatan peserta didik dirumah menjadi laporan kepada seorang guru

untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dari apa yang telah dilatih oleh peserta

didik dirumah, ketika mengulang kembali pembelajaran yang telah dilatih oleh

seorang guru.

Sebaliknya, orang tua juga akan mengetahui apa yang dilakukan peserta

didik ketika mengikuti sebuah proses pembelajaran dan apa yang akan dilatih

oleh peserta didik dirumah. Hal ini membuat peserta didik semakin baik karena

orang tua mengetahui masalah apa yang saat ini dipelajari anaknya, dan guru

mengetahui permasalahan apa yang ada ketika anak berlatih dirumah.

Maka dalam proses pembelajaran biola, keterikatan satu dengan yang

lainnya menentukan akan baiknya proses pembelajaran biola yang dilakukan oleh

seorang peserta didik. Buku panduan adalah sebuah media untuk penyampaian

bahan ajar yang tertulis namun tidak dapat menjadikan seorang peserta didik

menjadi musisi yang sangat hebat tanpa dukungan seorang guru dan orang tua.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adler Samuel, The Study of Orchestration, New York, W.W. Norton and
Company, 1989.

Alan Topper, Matson, Correting The Right Hand Bow Position For The Student
Violinist and Violist, The Florida State University School Of Music,
Valdosta, 2002

Auer Leoport, Violin Playing As I Teach It, Inc. New York, Dover Publications,
1960.

Carlson Betty, Jane Stuart Smith, Karunia Musik, Surabaya, Penerbit Momentum,
2003.

Dale, B.J.,Jacob & Anson, H.V., 1940, Harmony, counterpoint & Improvisation,
Book 1, Borough Green Sevenoaks, Kent, 1940.

Dewi, Damjanti Kusuma, “Definisi Pembelajaran”, dalam Jurnal Pembelajaran,


2004.
Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta, Buku Baik, 2005).

Flesch, Carl, The Art of Violin Playing (Book One, Translate and Edited by Eric
Rosenblith, Foreword by Anne Shophie Mutter, Carl Fischer, New York,
2000).

Galamian, Ivan, Principles of Violin Playing & Teaching, Third Edition, Prentice
Hall, New Jersey: 1962.
Hohmann, Christian Heinrich, Practical Method For The Violin, G.Schrimer,
New York/ London.

Hucthing Arthur, Concerto dalam The New Grove Dictionary of Musik and
Musicians (Stanley Sadie), Vol. 4, London,2002.

Kamian Roger, Terj: Triyono Bramantyo, Pengantar Apresiasi Musik,


Terjemahan dari buku Introduction to Music a Guide to Good, Yogyakarta,
Institut Seni
Indonesia, 1998.

Lamb Norman, GUIDE TO TEACHING STRINGS, by Wm. United States of


America, C. Brown Publishers, 1990.

Mack Dieter, Ilmu melodi, Diatinjau dari segi Budaya Musik Barat Yokyakarta,
Pusat Musik Liturgi, 1995

Universitas Sumatera Utara


Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 3, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.

Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 4, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.

Martopo, Hari, “Metode Pembelajaran Biola Ditinjau dari Prespektif Quantum”,


dalam Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni, Pascasarjana ISI
Yogyakarta, 2005.

Messiaen Oliver , Translated by John Satterfield, The Technique of My Musical


Language, AlphonseLeduc, Edition Muaicales,175, Paris, rue Saint-
Honore, 1966.

Miller M. Hugh, History of Music, New York, 1973.

Ottoman Robert W., Elementary Harmony, Theory and Practice-hall, Inc., USA,
Englewood Cliffs, 1962.

Persichetti, Vincent, Twentieth Century Harmony, Creative Aspect and Practice,


Faber and Faber Limited, London, 3 Queen Square, 1978.

Peter Larsen Jens, The New Grove Dictionary of Music & Musicians, Vol. 8 H-
Hyporchema, London, 2002.

Rhoderick McNeill J., Sejarah Musik II, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 1998.

Roeder Thomas Michael, A History of the Concerto, London, Amadeus Press,


1994, hal 22-36,

Schoenberg Arnold, Structural Fungtions of Harmony, London, Ernest Benn


Limited, 1869.

Scholes A. Percy, The Oxford Companion to Musik, London, Oxford University


Press, 1972.

Slonimsky Nicolas, Baker’s Biographical Dictionary of Musicians, G. Schirmer,


London 1971.

Stein Leon, Structure and Style, University of Music, New Jersey, 1979.

Supriadi, “Psikologi Pendidikan”, dalam Jurnal Psikologi Pendidikan, 2006.


Suryabroto, Soemadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raya Grafindo
Persada, 1995).

Suzuki, Shinichi, Suzuki Violin School, Volume 1 Violin, Summy-Birchard, Inc,


USA, 2008

Universitas Sumatera Utara


Wiryawan Budhiana I Gusti Ngurah, eksplorasi Idiom Musik Bali Dalam
Konserto Biola, Tesis S2 UGM, Yogyakarta, 2001.

Sumber Elektronik

1. Violin For Dummies (violinfordummies.com), download tgl 18 maret 2013.


2. Metode Suzuki (fortemusiconline.com), download tgl 7 april 2013.
3. Ekstrakurikuler (Wikipedia.org), download tgl 14 februari 2013.
4. muttaqinhasyim.wordpress.com: 14 Februari 2013.
5. ekskulabsky.multiply.com: 14 Februari 2013

Lampiran
Foto Sekolah Chandra Kusuma School dan Guru Pengajar Chandra kusuma
School
Glosarium

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai