TESIS
Oleh
SOPIAN LOREN SINAGA
NIM. 117037004
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
TESIS
Oleh
SOPIAN LOREN SINAGA
NIM 117037004
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Ketua Anggota
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam
Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2)
Utara Medan.
besarnya kepada kedua orang tua penulis, ayahku Jorgit Sinaga dan ibuku
aku berada. Segala yang Bapak dan ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku
mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya
dengan apapun.
Kepada Ayah angkat saya tercinta, Budhi Ngurah, yang tidak pernah lelah
mendukung dan memotivasi saya dengan moril dalam perkuliahan saya hingga
saat ini. Hanya tesis ini yang dapat saya persembahkan sebagai tanda terima kasih
kusayangi, Sonata Da Chiesa, Hancel Cristian, dan Jarman Sinaga. Atas dorongan
Sinaga, Peri Sastra Sinaga, Darma Wandi Lingga (lae), Putri Dewi Sinaga, Uli (
kakak ipar). Atas dorongan, motivasi dan doa kalian mendukung terselesaikannya
pembuatan tesis ini. Semoga kalian selalu diberkati Tuhan Yesus Kristus Juru
Selamat kita.
Dr. dr. Syahril Pasaribu., DTM & H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan
Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana belajar
Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu
Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang
diberikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada bapak Dr.
Muhammad Takari, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Heristina
Dewi, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II atas semua tuntunan, nasehat serta
bimbingannya dan memotivasi penulis supaya tetap semangat dan terus maju
tidak menyerah. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji Drs. Setia
Dermawan Purba, M.A yang memberikan koreksi dan kritikan demi perbaikan
Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Drs. Kumalo Tarigan,
M.A., Dra. Rithaony, M.A., Dra. Frida Deliana, M.Si., Drs. Bebas Sembiring,
M.Si., Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama
ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima
kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis berharap kiranya tulisan ini
bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu
Etnomusikologi.
Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua
pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
IDENTITAS DIRI
5. Kewarganegaraan : Indonesia
PENDIDIKAN
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Smk Negeri 11 Medan lulus tahun 2006
4. Sarjana Seni Jurusan Musik Fakultas Seni pertunjukan Institut Seni Indonesia
Pengalaman Bermusik
- Konser Gita Bahana Nusantara (GBN) Istana presiden Indonesia Tahun 2007.
- Annual meeting Asian Development Bank, Bali 2-5 Mei Tahun 2009.
- Jakarta Internasional Java Jazz Festival (Dwiki Darmawan) 3-6 Maret Tahun
2009.
- Hamdan ( Medan )
- Slamet ( Medan)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
PENDAHUUAN
pendidikan kesenian di Indonesia, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk
perpustakaan, pembiayaan, dan lain sebagainya. Menurut penulis, hal yang paling
musik hingga perguruan tinggi atau kursus-kursus musik privat, tetapi terdapat
ditulis dalam bentuk notasi balok, dibuat menjadi sebuah buku panduan sebagai
diterapkan kepada peserta didik melalui sebuah teknik, lagu, arpeggio, serta
tangga nada dalam permainan instrumen. Hal ini dilakukan dengan sebuah
mempelajari musik saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan
musik walaupun tujuannya bukan untuk menjadikan anak mereka musisi yang
berkembang pesat.
orang tua yang berpendapat, ketika anaknya ingin mempelajari musik harus
mempunyai bakat tersendiri, yang mana Bakat tersebut sudah terlihat oleh orang
tua sejak seorang anak berusia 5 sampai 10 tahun. Pemikiran orang tua yang
musik. Akibatnya anak tidak akan pernah dapat menjadi musisi yang profesional,
dukungan yang lainnya, jika para orang tua menunggu anak tumbuh dengan bakat
mempelajari sebuah instrumen musik, apakah anak tersebut tidak dapat menjadi
musisi yang handal, atau seorang komposer dengan karya yang luar biasa.
Sebaliknya, dengan anak yang memiliki bakat apakah sudah pasti menjadi
mempelajari musik bukan hanya dari faktor bakat yang dimiliki anak. Tetapi,
dukungan orang tua, guru, teman dalam bermain, kurikulum, metode, berlatih di
rumah, pertunjukan dan ujian, yang dilakukan anak menjadi sebuah faktor yang
perlu diketahui para orang tua. Pembelajaran instrumen musik tanpa bimbingan
orang tua dan seorang guru, seorang anak akan kesulitan untuk mengeluarkan
sangat penting untuk dipertimbangkan orang tua dan guru untuk kemahiran
Keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik
menjadikan peran penting seorang guru dibutuhkan dalam sebuah proses belajar-
memberikan materi dengan cara yang sangat monoton, akibatnya anak yang
mempelajari musik, akan lambat untuk dapat memainkan sebuah lagu dari sebuah
instrumen yang dipelajari seorang anak, dan tidak mau mempelajari musik dari
Dalam hal ini, seorang guru harus mengerti akan sebuah permasalahan
dari sebuah bahan ajar dan sebuah metode, serta mengerti akan proses penerapan
peserta didik dengan guru pendidik instrumen musik. Kedekatan para orang tua
peserta didik dengan seorang guru praktik, menjadi hal yang sangat baik untuk
proses pembelajaran praktik instrumen tersebut, karena guru dan orang tua akan
mengetahui kegiatan apa yang dilakukan peserta didik ketika mempelajari praktik
musik, serta kegiatan peserta didik ketika mengulang kembali praktik instrumen
Biola adalah salah satu instrumen musik yang sering sekali dipelajari
seorang anak yang dibunyikan malalui gesekan, dan sumber bunyinya berasal
dari dawai yang digesek atau dipetik sesuai dengan kebutuhan fungsi dan
dan juga emosional. Register suara biola juga hampir mendekati suara sopran
manusia. Selain itu, biola yang disajikan pemainnya juga memiliki kemampuan
untuk dapat memainkan nada dengan cepat dan lincah serta figurasi yang
cemerlang efeknya. Selain itu dapat menjangkau suasana lirik dan lembut hingga
tercipta suasana yang gemilang dan dramatik, tergantung dari keinginan dan
jarang sekali instrumen lain dapat menghasilkan begitu banyak nuansa dari
Biola adalah alat musik yang memiliki 4 senar, terdiri dari senar yang
paling rendah adalah G atau sol, kemudian D atau re, A atau la, serta E atau mi
senar yang register nadanya paling tertinggi di instrumen biola. Biola sering
sekali disebut dengan violin, biola juga memiliki kesamaaan dengan instrumen
biola alto (viola), cello (violoncello), dan contrabass (contrabasso). Jarak stem
1
R.M. Surtihadi, Tan Thiam Kwie Celah-celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik
Tiga Zaman, Panta Rhei Books, Yogyakarta, 2008, hal. 13.
Biola salah satu alat musik yang sangat berperan penting untuk sebuah
Banyaknya pemain biola yang dibutuhkan untuk sebuah orkestra dapat mencapai
sebuah harmonisasi yang baik. Pemain biola di dalam sebuah orkestra dibagi
menjadi dua sampai tiga bagian yang disebut dengan pemain biola 1, 2, dan 3.
harmoni dengan nada 1 oktaf di bawah biola 1, biola 3 juga memainkan harmoni
1 oktaf di bawah biola 2, agar mendapatkan suara yang baik dan harmoni yang
seimbang.
Selain dalam orkestra, pemain biola juga sering tampil dalam sebuah
orang pemain instrumental yang terdiri dari biola 1, biola 2, alto, dan cello, dan
dengan duet yang dimainkan 2 orang pemain instrumen seperti biola dengan biola
atau biola dengan instrumen yang lain seperti flute, cello, biola alto, dan juga
contrabass.
Biola juga sering sekali digunakan dalam format musik yang lain. Seperti
Jazz, Pop, Blues, sampai pada musik tradisi atau lagu-lagu rakyat seperti Melayu,
Keroncong dan jenis musik tradisi lainnya. Terlebih lagi biola juga sering
kelompok kecil lainnya seperti ansambel dan string kuartet. Hal ini sering
Musik klasik adalah salah satu jenis musik diatonis di antara sekian
banyak jenis atau bentuk musik yang sering sekali dimainkan oleh instrumen
biola dalam bentuk Partita, Sonata, Concerto, Pieces, Musik Kamar, dan bentuk
seperti riang, lirih, dan juga dramatik, yang sering dimunculkan dengan indah
melalui suara biola yang sesuai dengan bentuk karya-karya tersebut ketika
Selain interpretasi, pemain biola juga harus memiliki teknik yang baik
serta pemilihan repertoar yang tepat. Sesuai dengan tingkat kemampuan pemain
biola, agar dapat memainkan karya tersebut dengan indah dan sempurna. Namun,
permasalahan yang sering terjadi ketika memainkan bentuk karya tersebut adalah
teknik tangan kiri pada penjarian seperti posisi jari dan perpindahan posisi,
tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato,
Permasalahan teknik tangan kiri seperti posisi jari dan perpindahan posisi,
tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato,
serta artikulasi sering sekali terdapat pada sebuah pembelajaran praktik instrumen
biola. Hal ini dilakukan baik pada sebuah universitas atau institut seni jurusan
musik, sekolah musik, maupun instansi musik. Ketika pelajar biola memilih
pelajar dalam memainkan karya atau reportoar musik. Perubahan yang dilakukan
pelajar biola pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, staccato, detache,
spiccato, dan tangan kiri seperti penjarian, posisi jari, perpindahan posisi serta
Hal ini terjadi karena seorang pelajar biola tidak mengerti akan persoalan
permasalahan ketika seorang pelajar biola mengikuti tulisan atau simbol yang ada
pada sebuah reportoar atau buku panduan, pelajar juga mendapatkan kesulitan
artikulasi pada karya tersebut adalah pemain musik atau musisi yang sangat
hebat, bukan mengacu pada proses pembelajaran. Maka penulisan teknik dan
gesekan seperti legato, staccato, detache, spiccato, dan masalah penjarian, yang
ada pada karya-karya tersebut atau buku panduan akan selalu menurut
perubahan teknik tersebut sering sekali kurang sesuai untuk pemain biola pada
tahap pembelajaran, bahkan cendrung lebih sulit secara teknik baik dari
Siswa sekolah musik atau peserta didik biola, yang ada pada sebuah
sekolah, instansi atau lembaga musik maupun universitas dan sebuah institut,
Dimana proses pembelajaran bahan lagu dan teknik tersebut akan diujiankan,
sudah dilatih oleh pelajar biola dan dibimbing oleh instruktur violin 6 (enam)
pelajar biola yang memainkan lagu, teknik dan tangga nada, selalu berpedoman
pada buku panduan yang mana peserta didik akan mempelajari, mencari serta
mempermudah semua yang akan dimainkan peserta didik, pada sebuah lagu
maupun teknik yang akan diujiankan oleh pelajar atau pemain biola tersebut.
Buku panduan yang memfokuskan pada sebuah lagu, teknik serta tangga
nada, banyak memiliki kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada beberapa
buku panduan, membuat pelajar maupun pemain biola akan memilih edisi mana
yang akan dipakai pada buku panduan tersebut. Perbedaannya adalah pada teknik
tangan kanan seperti gesekan legato, speccato, staccato dan tangan kiri seperti
penjarian dan posisi. Permasalahan lain adalah bahwa setiap edisi yang ada pada
buku panduan memiliki teknik yang berbeda-beda pada titik kesulitan dan
kemudahannya. Hal ini membuat pelajar dan pemain biola sering sekali merubah
teknik yang ada pada sebuah lagu menurut kepentingan pelajar maupun pemain
biola.
pada tahap awal pembelajaran. Guru yang mengajarkan peserta didik tidak
melalui buku panduan, tetapi lagu yang diajarkan seorang guru terdapat pada
sulitnya peserta didik untuk membaca not balok, kemudian diaplikasikan pada
saja yang mana proses memainkan lagu tersebut melalui hafalan dan tidak
Hal ini dapat diatasi melalui awal pembelajaran (pradasar) seorang peserta
didik ketika melakukan praktik dengan seorang guru. tanda baca yang diawali
seorang guru dalam pembelajaran, kemudian menjelaskan teori musik barat dan
teknik gesekan. Kesulitan yang terdapat pada buku panduan yang dirubah oleh
seorang guru praktik, agar peserta didik mendapat sebuah arahan, masukan, atau
pelajaran teknik untuk dapat menguasai permasalahan yang terdapat pada buku
panduan.
tingkat kesulitan yang berbeda, hal ini dapat dipilih oleh seorang guru praktik
untuk bahan yang akan di pelajari peserta didik melalui teknik tangan kiri dan
tangan kanan, dinamika, interpretasi ketika peserta didik memainkan sebuah lagu
lagu-lagu rakyat yang ada pada buku panduan seperti German Folk Song, French
Folk Song, dan lagu-lagu rakyat Eropa lainnya, untuk kebutuan kurikulum dalam
pembelajaran instrumen biola. Hal ini sering sekali terdapat untuk sebuah
dasar apa yang harus diajarkan pada seorang peserta didik seperti, memberikan
peserta didik kenyamanan bermain sebuah lagu, sesuai dengan tingkatan peserta
didik, pemilihan bahan yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari peserta didik,
mengertikan peserta didik tujuan dari teknik yang diterapkanya pada sebuah lagu.
dan memainkan sebuah lagu pada peserta didik ketika mempraktikan instrumen
biola.
Selain lagu, terdapat juga sebuah tangga nada (scale) pada buku panduan,
tangga nada dengan metode seperti perpindahan posisi jari, penempatan sebuah
jari, dan awal sebuah jari ketika memainkan sebuah tangga nada. Metode ini
menjadi sebuah identitas, ketika pemain atau pelajar biola bermain tangga nada,
pemain biola yang lain akan mengetahui buku panduan apa yang dipakai pemain
yang mana buku panduan tersebut mengajarkan anak gesekan dan penjarian pada
posisi satu. Maka dalam hal ini guru praktik harus mengerti cara mengajarkan
teknik gesekan dan penjarian, agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika
mempelajari gesekan, serta penerapan penjarian. Guru praktik juga harus memilih
buku panduan yang tepat, untuk sebuah pembelajaran pada tahap awal praktik
instrumen biola.
biola yang cukup sulit, untuk tahap pembelajaran yang terdapat pada buku
panduan. Walaupun peserta didik mendapatkan kesulitan melalui nada yang tidak
menjadi hal yang harus dipertimbangkan dan dimengerti oleh seorang guru.
Pembelajaran ini menjadi sebuah permasalahan bagi seorang peserta didik, ketika
mempelajarinya di rumah secara mandiri, tanpa sebuah iringan dan bantuan oleh
seorang guru. Peserta didik akan merasa jenuh ketika mempelajari gesekan pada
instrumen biola, karena dalam pembelajaran awal instrumen biola, peserta didik
tidak memainkan sebuah melodi, melainkan melatih sebuah gesekan dari salah
satu senar kesenar yang lain untuk awal pembelajaran instrumen biola. Akibatnya
instrumen tersebut, kemudian para orang tua akan menganggap anaknya tidak
pertemuan.
mempelajari instrumen tersebut pada tahap awal praktik, peserta didik sudah
dapat memainkan tiga sampai lima nada yang dapat membentuk sebuah melodi,
biola yang ketika anak ingin mendapatkan beberapa nada untuk membentuk
penjarian tiga, untuk dapat memainkan biola. Pembelajaran awal ini dapat
produksi nada, terdapat pada jari ketika memainkan biola, hal ini karena
instrumen biola tidak memiliki tempat penjarian (fret) yang pasti, ketika
sering terdapat ketika mempelajari instrumen tersebut. Hal ini menjadi cukup
didik biola, untuk mengerti akan proses pembelajaran penjarian yang akan
dihasilkan melalui penjarian peserta didik. Guru juga harus memilih buku
panduan yang tepat untuk peserta didik biola yang sedang menerapkan penjarian
Permasalahan tangan kanan dan tangan kiri pada instrumen biola adalah
hal yang sangat penting dimengerti secara baik oleh pemain biola, agar
lagu dan teknik serta tangga nada yang ada ketika mempraktikkan instrumen
biola, memiliki kesamaan pada sebuah sekolah dan juga instansi atau lembaga
Buku panduan tersebut seperti Suzuki Violin buku 1-8, Keyser 1-2, Majas,
Wolhfath 1-2, Kreuzer, A Tune A Day 1-2, David’s Violin School, Marcel Pinkse,
Scales Studies, dan banyak lagi buku panduan pembelajaran untuk kepentingan
praktik biola.
Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan untuk proses
praktik instrumen biola, melalui teknik yang bermelodi seperti sebuah lagu yang
diaransemen sesuai kebutuhan teknik yang ada pada tangan kanan dan tangan
kiri. Hal ini dilakukan, agar proses pembelajaran biola menjadi lebih baik dengan
untuk sebuah teknik biola kebanyakan diambil dari nada-nada lagu rakyat Eropa
dan lagu yang telah populer di telinga untuk proses pembelajaran instrumen biola.
Hal ini sering sekali diterapkan para pemula yang sedang mempelajari
instrumen biola pada sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik. Sekolah
musik, selalu memakai buku panduan atau bahan praktik, baik dari sebuah lagu
maupun teknik, yang selalu memilih bahan yang acuannya pada sebuah
universitas ataupun sebuah institut musik. Akibatnya lagu dan teknik yang
dipraktikkan siswa selalu sulit dan terlalu tinggi, karena tidak memiliki
pada siswa yang terdapat pada sebuah sekolah dan tidak pernah memfokuskan
instrumen. Berbeda halnya ketika pelajar biola masuk ke dalam sebuah sekolah
musik maupun instansi musik. Pelajar dapat masuk kedalam sebuah sekolah
dibimbing oleh dosen atau instruktur instrumen beberapa kali selama sebulan, dan
tidak pada sebuah rutinitas proses memainkan bahan dari awal sebuah lagu
sampai akhir sebuah lagu. Maka dalam hal ini mahasiswa yang mempelajari
bahan tersebut, akan selalu mencari, melatih serta melihat video-video dan
contoh-contoh musisi yang telah memainkan bahan atau karya yang sedang
sekolah musik dan sebuah instansi atau lembaga musik, yang mana sekolah
musik hanya mengkhususkan pada pelajaran musik saja baik pada sebuah teori
maupun pada sebuah praktik instrumen. Sekolah musik memiliki visi dan misi
sekolah musik tersebut. Maka melalui visi dan misi sekolah, pelajar akan banyak
berlatih dan mempelajari semua yang berbentuk pelajaran musik, baik sebuah
teori maupun praktik instrumen yang dibimbing instruktur maupun guru musik
secara rutinitas dari awal pembelajarannya sampai pada tingkat yang cukup sulit
dilakukan sebuah instansi berbentuk (privat) yang hanya dilakukan guru dan
peserta didik yang sedang mempelajari musik. Hal ini menjadikan sebuah instansi
mata pelajaran yang lainnya. Sebagian instansi dan lembaga musik memiliki
standarisasi untuk diujiankan pada akhir semester dan dapat juga tidak diujiankan
Instansi atau lembaga musik ini juga membuat dua pilihan untuk para
murid, dapat memilih regular dan non-regular atau akademis dan non-akademis,
regular atau akademis memiliki sebuah persyaratan khusus yang dilakukan anak
setiap akhir semester, seperti ujian dan mengambil mata pelajaran musik lainnya
seperti perkusi, solfegio, teori, analisis, dan chamber yang wajib untuk sebuah
persyaratan regular atau akademis. Berbeda halnya dengan non-regular atau non-
akademis yang dapat tidak mengambil mata pelajaran selain praktik instrumen
dan dapat tidak mengikuti ujian setiap akhir semester. Hal ini diciptakan karena
banyaknya peminat musik, yang ingin belajar instrumen musik setelah dewasa,
usia dewasa dalam bentuk proses pembelajaran instrumen pada sebuah instansi
Selain ujian pada sebuah instansi terdapat juga ujian internasional seperti
perorangan terlepas dari sebuah instansi musik. Kurikulum yang dipakai untuk
universitas yang ada di Eropa direvisi dan dikembangakan selama 3 tahun sekali
pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut
yang terdiri dari 8 murid dan 1 pengajar biola. Pembelajaran ini dilakukan karena
pembelajaran ini selama 45-60 menit dan lebih kepada bentuk ansambel dengan
pembelajaran yang akan diujiankan dua kali selama setahun yang diawali pada
lanjut 1 dan 2, hal ini dilakukan selama anak masih belajar pada sebuah instansi
musik. waktu yang dihabiskan anak untuk mencapai tingkatan lanjut 2 selama 5
tahun.
Universitas atau institut, sekolah, serta instansi atau lembaga musik yang
ensambel, praktik instrumen biola adalah salah satu instrumen yang dipelajari di
pembelajaran instrumen biola yang dikhususkan penulis pada tiga buku panduan:
(a) A Tune A Day, (2) Suzuki Violin, serta (3) Kurikulum ABRSM pada sebuah
teknik dan lagu, yang terdapat pada buku-buku tersebut. Kemudian penulis
memfokuskan pada buku panduan A Tune A Day 1 (Satu), yang mana terdiri dari
buku 1 (satu) dan 2 (dua), Suzuki Violin 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8
(delapan) serta Kurikulum ABRSM pada buku 1 yang terdiri dari buku 1 (satu)
sampai 8 (delapan). Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang
terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, Sekolah ini memiliki kelas biola
untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni
Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi bidang seni rupa,
tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta didik
cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta didik juga dapat
mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan guitar, serta
mempelajari alat intrumen klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan
piano.
klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran
yaitu mempelajari alat musik angklung, pianika, rekorder, violin, viola, cello,
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar-
musikalitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan
menggunakan metode pembelajaran biola melalui teknik dan sebuah lagu diambil
dari buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, dan Kurikulum ABRSM untuk
Buku Karya Harfurth, Suzuki, dan ABRSM pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I
pengajar untuk peserta didik pada tingkatan (great) pradasar dan dasar I melalui
bagaimana pembelajaran biola melalui tiga buku karya Harfurth, Suzuki dan
teknik legato, staccato, detache, spiccato, dan lainnya dalam pembelajaran biola
ini. Begitu pula tangan kanan gesekan dan tangan kiri penjarian pada tahap
pradasar dan dasar satu untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola.
melalui buku panduan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode
biola A Tune A Day, Suzuki Violin dan Kurikulum ABRSM di Candra Kusuma
School. Kemudian dikaji apa-apa saja kelebihan, kelemahan, dan solusi dari
instrumen biola. Melalui ketiga buku panduan, baik pada sebuah gesekan maupun
panduan tersebut, yang diaplikasikan untuk pradasar dan dasar 1 (satu) pada
pembelajaran biola.
(3) Menambah pengetahuan bagi penulis, guru, pelajar biola serta penikmat
musik lain, baik mencakup teori maupun praktik musik pada instrumen biola.
(4) Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam konteks
metode pembelajaran, baik pada sebuah lagu maupun teknik yang sesuai untuk
buku panduan baik pada lagu-lagu dan teknik serta tangga nada yang terdapat
mempelajari instrumen biola baik pada teknik tangan kanan seperti gesekan dan
melihat kemampuan murid ketika memainkan sebuah lagu yang diajarkan oleh
seorang guru, melalui ketiga buku panduan, serta teknik dan tangga nada yang
yang terdapat pada buku panduan dengan tulisan not balok untuk pembelajaran
pengajaran yang terdapat pada guru atau instruktur biola ketika mengajarkannya
tangga nada dengan penjarian dan posisi ketika memainkan tangga nada serta
Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk materi bagi peserta didik
tingkatan, agar peserta didik sampai pada titik merasa terlalu sulit ketika
bahan ajar guru. Buku Suzuki adalah buku panduan untuk siswa dalam
mempelajari biola melalui sebuah lagu yang telah diubah oleh Sinichi Suzuki
memainkannya.
barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis
melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa
cuplikan-cuplikan rekaman.
Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal,
Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ.
Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun
dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dri lima bagian, bentuk-bentuk ganda,
Leon stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal
Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling
kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.
tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini
menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis pada iringan
vertical beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.
and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori
harmoni musik abad ke XX dan penerapannya dalam buku ini seluruh latihan
serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi. Bukan pada
komposisi musik.
Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan
Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh
Christian J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran
yang tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat
dalam pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi
Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq
yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik
klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup composer pada
Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol
dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis
Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes
membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika
membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus
mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok
1.5.1 Konsep
Metode adalah sebuah cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan
upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami objek
metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau
notasi, yang ditulis untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola melalui
tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian diterapkan oleh seorang guru untuk
pembelajaran peserta didik dari tingkatan pradasar sampai pada tingkatan dasar I.
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran
Radocy dan Boyle pada tahun 1997 menjelaskan bahwa semua jaringan saraf
termasuk sensori, motor, dan koneksi antar saraf dan sebagian besar saraf otak
peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu, teknik tangan
1.5.2 Teori
aktivitas musik dalam latihan menggunakan aspek kognisi dan neurosains yang
perilaku.
salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mengingat dan menyimpannya
kedalam memori, misalnya ketika mendengarkan nada atau akor, akan menjadi
lebih musikal apabila dihubungkan pada saat sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan. Saat belajar musik, kita sering sekali cenderung kurang menyadari
pengalaman dan pengetahuan musik seseorang yang tersimpan dalam otak yang
berkaitan dengan perilaku dan kinerja otak bekerja seseorang. Suara musikal yang
disimpan dalam korteks merupakan sejumlah respons kortikal dari setiap suara.
Hal ini dilatar belakangi oleh faktor: (1) memori bukan sebuah proses monolithic,
(melakukan sesuatu); (2) terdapat bukti bahwa musisi dan bukan musisi memiliki
perbedaan dalam memperoses musik, menyusun sebuah kalimat melodi, dan pada
yang bukan musisi melibatkan hemisfer kanan, sementara bagi musisi melibatkan
hemisfer kiri; (3) telinga mengirim informasi auditori secara langsung pada
bantuan atau pendapat kepada beberapa pengajar dan pemain biola, yang berguna
untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah data terkumpul,
data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk mendukung dalam
penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap,
yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap analisis data, tahap
lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang
kepada guru, melihat guru mengajar peserta didik untuk mempelajari biola.
menggabungkan ketiga metode yang terdapat pada buku panduan, penulis akan
lebih jelas tentang permainan biola pada great pradasar dan dasar satu dari ketiga
pemain biola. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah merupakan bagian yang
1.7.2 Wawancara
berhubungan dengan biola dan tekniknya. Pada tahap ini akan dilakukan
wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat mereka
1.7.4 Perekaman
merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan
Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh
dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi,
disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan metode
pembelajaran ini. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis
dan menggabungkan ketiga buku panduan, dan data mana yang tak dapat
yang telah direkam di atas pita kaset BASF dan CD handycam, selanjutnya
Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu
dalam pemaparannya.
Pada tahap ini akan dilakukan praktikum, yaitu berupa rekaman dalam
bentuk CD audio dari hasil pembelajaran biola yang dimainkan oleh Sekolah
Dari hasil analisis dalam segi pembelajaran biola serta data yang
rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi
edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah
metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-
contoh kongkret dan wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: (a) subjek yang dibimbing
(peserta didik); (b) orang yang membimbing (pendidik); (c) interaksi antara
(alat dan metode); (f) cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode);
(Hartoto, 2009:1).
Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya
dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya
metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan
sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung
Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi
psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan
pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut
untuk menguasai bidang ilmu ini supaya mereka dalam menjalankan fungsinya,
2006:1).
persoalan yang dikupas oleh para ahli yang diselidikinya itu menjadi 16 macam,
learning (faktor kondisi belajar), 8. Law and theories of learning (hukum dan
praktis pengukuran), 12. Element of statistics (unsur statistik), 13. Mental hygiene
biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar,
biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang
belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang
pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka
peroleh dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai
Anggapan-anggapan seperti ini mesti sudah berusia cukup tua, tidak dapat
sebanyak-banyaknya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan
Mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak
disebarluaskan saat ini secara relatif. Mungkin hanya berfungsi untuk saat ini dan
memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu
harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus
tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan
bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di
dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang
belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik
sendiri. Lebih jauh lagi bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri
berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu
lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam
motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan
mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik.
lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang
biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada
kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang
familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat
melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah
orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara
dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim
menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik.
kompleks.
juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu
lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula belajar pada pagi hari selalu
memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan
sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondusif bagi proses dan
pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam bermain musik seseorang harus
fokus dan konsentrasi dengan apa yang dia pelajarinya, karena tidak mungkin
belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Subjek didik yang berada
dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang
2.1.1.2 Perhatian
memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya
kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini
peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta
2.1.1.3 Pengamatan
merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek
2006:2).
yang tidak dapat terpisahkan. Penglihatan digunakan untuk belajar dan membaca
2
Pendayagunaan atau pemanfaatan
(Supriadi, 2006:2).
didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutan-
urutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula
mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik.
Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah
Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian
berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan
tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
dipelajarinya. Hal ini, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu
2.1.1.5 Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan
konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan
tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses
seperti dalam belajar biola untuk pemula diajarkan tangga nada A Mayor. Dan
banyak dari mereka bertanya dan bahkan mencari sendiri tangga nada yang lain
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk
luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas
dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik, tetapi tidak
jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif
intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar berlatih biola karena dia memang
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik dan biasanya
berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial
individu maupun kelompok peserta didik. Suasana ini akan mendorong subjek
didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain. Namun demikian,
pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada
yaitu menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,
melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya
3
Intrinsik artinya di dalam, ekstrinsik artinya adalah di luar.
Atas di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu
biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai
dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah
universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada
diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk
merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini
dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu
yaitu:
2013).
raga, seni, hobi, penalaran, dan cinta bangsa dan tanah air (CBTA).
Ekstrakurikuler yang meliputi kesenian adalah biola, tari, batik, dan paduan
sering juga disebut (Musik Program) yang termasuk dalam ekstrakurikuler seni.
Musik program biola menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak
diminati dalam bidang seni musik yang mempelajari sebuah instrumen. Musik
program instrumen biola ini sendiri terbentuk dari keinginan siswa dengan seni
biola diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu
kelas. Ansambel biola selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa
orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara lainnya.
Musik program biola memiliki lebih dari 50 peserta didik yang dibagi
setiap kelas 8 siswa dan satu pengajar biola yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas
memiliki keterampilan yang berbeda, untuk pemula biasanya peserta didik yang
belum bisa memainkan tetapi mempunyai keinginan untuk belajar biola. Untuk
kelas lanjut biasanya peserta didik yang sudah mampu memainkan lagu-lagu
diproyeksikan untuk satu semester (6 Bulan) yang terbagi pada semua tingkatan
kelas baik pada TK dan SD sampai pada SMP dan SMA. 2. Materi pembelajaran
diambil dari buku A tune a day, Suzuki dan kurikulum ABRSM dan diperkaya
dengan repertoar yang relevan seperti partitur orkestra maupun lagu-lagu lainnya
School
School, banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses
kegiatan ekstrakurikuler.
atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain
tingkat kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran
yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara
penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan
dan mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat
didik dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan
meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
ekstrakurikuler secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan
bakat peserta didik di sekolah, dan pencapaian prestasi yang optimal dan didasari
mengiringi tarian. Saat itu biola dianggap sebagai alat musik dari kalangan bawah
namun kemudian menjadi instrumen solo selama abad ke-17. Biola berasal dari
Italy pada sekitar tahun 1500-an. Instrumen gesek mungkin berasal dari
instrumen seperti Viele, fiedel, rebec, dan dari Lira da braccio pada masa
dengan enam dawai di Eropa, yang telah ada sebelum biola dan keberadaanya
(1607) karya Claudio Monteverdi, dan melalui Raja Louis Perancis ke XIII yang
1626. Biola bekembang baik sepanjang jaman Barok (1600-1750) dalam karya-
karya dari para pencipta seperti Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldi, dan
Giuseppe Tartini di Itali, Heinrich Biber, serta Georg Philipp Telemann dan
Johann Sebastian bach di Jerman. Biola menjadi dasar dari alat musik solo
concerto, concerto grosso, sonata, trio sonata, dan cocok sebagus yang digunakan
dalam opera.
Para pembuat biola pertama yang berasal dari Italia Utara di antaranya
Brescia, dan Andrea Amati dari Cremona. Pada abad ke-17 dan ke-18 telah ada
bengkel pembuat biola di Italia, yaitu dari Antonio Stradivari dan Giuseppe
Biola terdahulu berukuran lebih pendek, leher biola lebih tebal dan kurang
membelok ke belakang dari permukaan biola papan jari yang lebih pendek
kamnya lebih datar dan dawainya terbuat murni dari dari usus binatang. Busur
biola yang pertama juga memiliki desain berbeda dengan biola sekarang.
nyaring, dan nada yang lebih bagus, terjadi pada abad ke 18 dan 19.
Eropa. Biola juga dijadikan alat musik pada orkestra, alat yang paling penting
dimainkan era Barok dan Klasik (1750-1820), dan pada orkestra modern juga
masih menjadi alat yang paling penting untuk dimainkan. Kelompok biola
berkembang dengan jumlah lebih dari pemainnya yang dimainkan di ruang kecil
antaranya ialah Giovanni Viotti dan Nicolo Paganini, Louis Sphor dan Joseph
Joachim dari Jerman, Pablo de Sarasate dari Spanyol, dan Henri Vieuxtemps dan
Eugene Ysaye dari Belgia. Pada abad ke-20 biola mencapai nilai artistik yang
baru dan teknik yang tinggi di tangan para pemain biola Amerika, Isaac Stern dan
Heifetz, Mischa Elman dan Nathan Milstein yang menjadi penduduk Amerika,
biolis Hongaria Joseph Szigeti, dan David Oitsrakh dari Rusia. Di antara para
Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven; di Austria ada Franz
Schubert, Jerman diwakili oleh Johannes Brahms, Felix Mendelssohn, dan Robert
Schumann, dan dari Rusia ialah Peter llyich Tchaikovsky di era yang penuh
Austria ialah Arnold Schoenberg, dari Hungaria ialah Bela Bartok, dan Rusia
demikian ada juga yang lebih kecil, yaitu berukuran 3/4 dan 1/2 yang dapat
dimainkan oleh pelajar yang masih muda. Biola adalah salah satu dari keluarga
instrumen gesek yang lain yaitu, biola alto, cello dan kontrra bas. Di antara
tertinggi. Busur penggesek (bow) biola terdiri dari tongkat, kurang lebih
instrument gesek pada dasarnya tidak berbeda dengan konstruksi biola. Walaupun
demikian cello dan kontra bas memiliki tongkat penyanggah di bagian bawahnya
c. Neck, yaitu leher di antara bagian kepala (peg box) dan badan
(table) biola.
gulungan kain.
perut (table).
berada di antara tail dan nut atau batas pada pangkal peg box.
Seksi Gesek
i. Lobang suara.
Pada bagian belly terdapat dua buah lubang suara berbentuk tanda
dinamik Forte (f). Biola mempunyai 4 dawai dengan diameter yang berbeda.
Pada mulanya, dawai biola terbuat dari usus binatang, namun pada masa kini
telah diganti oleh helaian kawat tipis dari baja. Untuk dawai-dawai berdiameter
besar dilapisi oleh gulungan semacam perak. Dawai dengan diameter terbesar
Penomoran dawai biola mulai dari yang terbawah sehingga dawai ini
biasa dawai ke-4 atau G. Dawai ke-3 di bawahnya, ditala satu kwint lebih tinggi
satu kwint ke atas yaitu nada A untuk dawai kedua dan nada E untuk dawai
pertama. Dawai biola pada mulanya dibuat dari usus binatang. Guna
menghasilkan bunyi yang nyaring dan kuat maka di jaman modern ini dawai
bisa dimainkan dengan cepat, bisa dimainkan dengan baik seperti melodi-melodi
bagus dengan teknik berikut ini dengan menggunakan jari tanpa stik, dengan
memetik senar-senarnya dengan mengulang satu nada yang sama atau dua nada
yang sama dengan cepat, menggesek stik pada senar-senarnya dengan cepat.
Salah satu teknik biola dikenal dengan istilah sul panticello, bermain
dengan stik yang didekatkan dengan jembatan senar untuk menghasilkan bunyi
yang ringan, suara seperti kaca seperti col legno, bermain dengan stik yang dari
kayu, harmoni dengan meletakkan jari-jari dari tangan kanan pada bagian-bagian
tertentu dari senarnya untuk menghasilkan bunyi yang ringan, seperti bunyi
seruling dan glissando, gerakan luwes yang teratur dari jari tangan kiri ke atas
dan kebawah senar untuk menghasilkan nada naik turun. Register biola adalah
yang tertinggi di antara instrumen gesek, yaitu dari nada G (baca: g kecil) sampai
C3 (baca: c tiga).
sangat pesat. Dikarenakan banyaknya para penikmat musik yang menyukai suara
membuat biola menjadi instrumen yang tidak asing lagi bagi masyarakat
indonesia.
musik saat ini melalui sebuah orkestra yang dilakukan 30-60 pemain dari
acara hiburan untuk mengiringi artis ibukota seperti Agnes Monika, Gita Gutawa,
Titiek Puspa, Ryo Domara, Chrisye, Ebiet G Ade, Vina Panduwinata dan Tanto
Wiyahya tidak terlepas juga pada grup band ternama di Indonesia seperti Kotak,
Gigi, The Changcuters, Slank dan banyak lagi grup band lainnya yang sering
diiringi sebuah orkestra dalam sebuah pertunjukan, hal ini dapat terjadi apabila
dikombinasikan pada orkestra begitu pula pada vocal solo yang diaransir pada
iringan orkestra.
karya klasik adalah Nusantara Symphony Orkestra (NSO) yang dipimpin oleh
Edward Van Ness, Twilite Orkestra (TO) yang dipimpin oleh Addie MS dan juga
Orkes Symphony ISI Yogyakarta yang terdiri dari mahasiswa Institut Seni
Indonesia dibawah asuhan Budhi Ngurah, Pipin Garibaldi, Edward Van ness,
yang dapat memimpin orkestra dan mengaransir sebuah lagu untuk orkestra dapat
orkestra namanya sendiri, Dwiki Darmawan Orkestra, Surya Vista Orkestra kota
semarang, Erwin Gutawa Orkestra, Ony orkestra dan Banyak lagi nama sebuah
orkestra yang terdapat pada kota Surabaya, Bandung, Bogor, Jakarta, dan Jogja.
Namun tidak sedikit pula yang menamakan sebuah orkestra menambahkan kata
Surabaya Symphony Orkestra (SSO), dan lain-lain. Hal ini menjadikan Indonesia
memiliki sangat banyak orkestra dan memiliki banyak musisi orkestra yang
kebenarannya pemain dari orkestra tersebut adalah pemain freeland yang dapat
bermain pada orkestra mana saja. Salah satu orkestra Indonesia yang dapat
Miranda Gultom yang dipimpin oleh Edward Van Ness yang saat ini beliau ada di
mahasiswa dan dosen di institute seni Indonesia Yogyakarta yang sering sekali
seni Indonesia tidak terlepas dari sekolah menengah musik (SMM) yang hampir
90 persen mahasiswa dan dosen di ISI Jokjakarta adalah hasil dari sekolah
menengah musik.
kota Jogjakarta yang sekarang disebut SMKN 2 Kasihan Bantul dan dikota
Medan yang sering disebut SMK Negeri 11 Medan. Sekolah inilah yang banyak
diIndonesia. Sekolah musik ini memiliki pelajaran musik yang sangat sulit, siswa
dengan bermain solo instrumen dan diiringi piano. Sekolah musik juga memiliki
orkestra yang sering dibawa untuk bermain disuatu tempat tak jarang juga siswa-
siswi SMM sering sekali berangkat ke luar kota untuk bermain orkestra. Sekolah
musik ini juga memiliki sebuah pelajaran yang sama dengan sekolah-sekolah
lainnya seperti mate-matika, bahasa Indonesia, PPKN, namun tetap lebih menitik
beratkan pelajaran musiknya. Saat ini mungkin telah berubah karena tuntutan
orkestra terlebih pada instrumen biola yang banyak menggunakan pemain dalam
menggunakan tempo dan nada yang baik yang saat itu juga dapat diaplikasikan
pada sebuah instrumen. Teknik tersebut harus didasari oleh pengetahuan dan teori
yang cukup kuat agar dapat memberikan suara dan nada yang diinginkan
komposer dan interpretasi kondukter, tidak sedikit pula para musisi orkestra yang
pada awalnya tidak belajar disekolah menengah musik khususnya pada instrumen
biola dikarenakan pada saat itu telah berdiri juga instansi swasta seperti Irama
memadai, dan seorang guru dengan kapasitas yang baik, banyaknya minat untuk
musik dari berbagai instrumen, hal ini menjadikan banyaknya para musisi yang
mencari pekerjaan melalui instrumen tersebut pada sebuah grup Band, Chamber
maupun ansambel terlebih sebuah orkestra dari kelompok yang lebih besar lagi
serta menjadi seorang guru dengan tingkat edukasi yang tinggi terhadap
instrumen.
banyaknya gendre musik seperti pop, blues, balada, dangdut, rock sampai pada
musik kontenporer yang melibatkan instrumen biola dalam pencapaian bunyi dan
simalungun, Sunda untuk sebuah iringan tarian dan ritual dengan posisi bermain
biola, di antara tulang selangkaan rahang bawah. Lengan kiri agak ditekan kearah
leher, di antara ibu jari dan ruas jari yang panjang. Biola dipegang dengan cara
tersebut sehingga bagian badan biola menghadap ke arah penonton, dan secara
kejelasan vibrasi). Gerakan jari-jari tersebut tidak hanya secara vertikal tetapi
juga secara menyeluruh sehingga saat memainkannya, baik dengan semua jari
atau jari-jari yang berbeda, nada penuh atau separuh nada dapat dihasilkan. Untuk
Nomor satu untuk jari telunjuk, 2 untuk jari tengah, 3 untuk jari manis, dan 4
utama dalam bermain biola. Penguasaan teknik ini bergantung pada kekuatan
dagu dan pundak, karena keduanya menekan bebas alat ini dan tangan dapat
memindahkannya dengan mudah di sepanjang leher biola. Otot juga harus dapat
gerakan tubuh. Untuk nada-nada yang lebih tinggi kita juga harus mengubah letak
tangan dan jari. Sela jari-jari untuk menghasilkan suara yang tergolong rendah-
pertama (posisi permulaan, dekat nut) Perubahan posisi bermain pada suatu sisi
yang murni di sisi lain perubahan posisi berain juga berperan penting dala
pengungkapan ekspresi dan pada akhinya dapat diapresiasikan dari sudut pandang
estetika. Nada-nada dalam satu frekuensi yang sama menghasilkan suara yang
dibutuhkan sebagai dasar dalam ekspresi teknik bermain bilola untuk menyajikan
tinggi rendahnya nada, hal ini merupakan jenis ekspresi permainan biola.
Tehnik selur adalah sebuah teknik mengambil posisi dengan jari yang
sama dari nada yang satu ke nada yang di telah diperkirakan, ketika memproduksi
Teknik vibra adalah teknik yang menggetarkan sebuah nada dengan jari
yang dinaikkan sedikit dan diturunkan sedikit, sehingga menimbulkan nada yang
bergelombang dari efek naik turunnya sebuah jari. Vibra sering sekali digunakan
ketika memainkan sebuah lagu terlebih nada yang lebih dari setengah ketukan.
jari tetapi tidak menekan senar sampai papan penjarian. Kemudian teknik ini
sering dilakukan pada posisi 5 dalam instrumen biola. Teknik harmoni sering
lagu dalam memakai sebuah penjarian, tidak hanya persoalan menekan jari,
dengan interval 4 (Kwart) dengan menggunakan jari 3 dan 4 tetapi tidak menekan
gesek untuk membunyikan senar melainkan sebuah jari yang dipetik seperti gitar.
Hal ini sering menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, telapak tangan, ibu jari,
dan jari manis dan kelingking memegang alat gesek untuk kecepatan ketika
atau mengurangi setengah dari harga nada, teknik gesek pendek dilakukan apabila
teknik pembelajaran biola tidak selalu sama antara satu anak dengan anak yang
anatomi dari masing-masing individu, hal tersebut haruslah dimengerti guru agar
anak tidak memaksakan posisi memainkan biola yang sama dengan seorang guru.
Adapun teknik-teknik dasar permainan biola klasik Barat yaitu sebagai berikut.
Di dalam memegang biola, hal yang pertama dilakukan yaitu dengan posisi
tangan kiri diletakkan tidak terlalu jauh dengan leher biola (neck), namun sedikit
menyentuh kedua sisi dari leher biola agar supaya membantu dalam melakukan
gerakan (Galamian, 1962: 15), kemudian biola ditempatkan pada sisi bahu
sebelah kiri sekitar 45 derajat lurus kedepan, dengan posisi end button menyentuh
pada leher, dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan, kemudian posisi
bahu normal, tidak diangkat (Lamb, 1990: 81). Contoh dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81)
Beberapa teknik pokok pada biola klasik Barat dibagi menjadi dua yaitu
Teknik pada tangan kanan adalah sebuah teknik yang lebih pada
Teknik memegang bow yaitu bow dipegang di tangan kanan, dengan posisi
ibu jari di bawah sisi bawah pada bow mendekati frog, dan sambungan ruas yang
pertama dari ibu jari dibengkokkan, kemudian empat jari lainnya menggenggam
bow. Genggaman ini harus rileks, agar dapat melakukan gerakan-gerakan saat
Gambar 3.7 Posisi empat jari tangan kanan dalam memegang bow
Gambar 3.8: Posisi jari tangan kanan memegang bow, dilihat dari samping
Shinichi Suzuki, Kato Havas, Paul Rolland adalah ketiga pendidik biola
berikut:
Gaya teknik memegang bow Rusia yaitu ruas ketiga jari telunjuk menekan
menyamping pada bow. Jari sedikitnya melingkari bow dengan bantuan ruas
pertama pada jari tersebut, dan hanya ada sedikit ruang diantara jari telunjuk
dengan jari tengah. Jari telunjuk mengambil alih menjadi pengendali bow, dan
jari kelingking menyentuh bow hanya pada saat bermain pada bagian bawah pada
bagian bow. Tegangan pada rambut bow sangat sedikit, dan posisi bow cenderung
lebih datar (Rosenblith, 2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Rusia
sebagai berikut:
Gambar 3.9 : Posisi gaya tangan kanan Rusia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari
tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)
menyentuh kayu pada bagian sisi bawah permukaan bow, kira-kira mendekati
pada ruas ujung jari. Posisi jari-jari yang lain ditentukan sesuai dengan jari
telunjuk, dan ibu jari berada menyimpang dari jari tengah. Semua jari masing-
masing menekan, dan tegangan pada rambut bow tidak terlalu kuat (Rosenblith,
2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Jerman sebagai berikut:
Gambar 3.10 memegang bow gaya German dan anatomi posisi jari tangan kanan
menekan bawah pada kayu, bow menyentuh jari dekat pada bagian pertengahan
jari, dengan didorong ke arah ujung bow, dan ada ruang diantara pangkal pada
jari telunjuk dengan jari tengah, kemudian ibu jari berada menyimpang dari jari
tengah. Tegangan pada rambut bow adalah kuat (Rosenblith, 2000: 35). Contoh
Dalam bermain biola tangan kiri juga penting peranannya, sehingga harus
dilatih dengan baik. Contoh-contoh penjarian atau patern tangan kiri sebagai
berikut:
Pola 1
Pola 2
Simbol ini (V) menunjukkan bahwa ujung jari harus menyentuh untuk
untuk mempelajari instrumen biola baik pada sebuah gesekan, penjarian, serta
teknik yang terdapat pada instrumen biola. Metode suzuki sangat berbeda dengan
metode a tune a day untuk mempelajari sebuah penjarian, gesekan, dan teknik,
kemudian memainkan sebuah lagu untuk menerapkan teknik yang telah dipelajari
berbeda halnya etude Suzuki yang memainkan lagu untuk mempelajari gesekan,
yang dipelajari anak dalam bentuk privat maupun kelas, pembelajaran ini
privat dilakukan 1kali pertemuan dalam satu minggu yang dilakukan selama
setengah jam, berbeda dengan musik program yang terdiri dari 5 sampai 8 siswa-
pada sebuah orkestra yang di pimpin oleh Ian Edward Anderson yang bahan-
bahan lagu untuk orkestra tersebut diambil dari lagu-lagu klasik barat, lagu wajib,
lagu daerah, lagu pop diaransemen kembali dengan tehnik yang disesuaikan pada
matematika, sosial, daya ingat, dan kreatifitas. Lagu-lagu yang ringan juga
merupakan salah satu bahan yang mudah untuk dipelajari dan mempunyai tingkat
teknik yang tidak terlalu sulit. Lagu anak-anak yang sering diajarkan dan
dipelajari di Sekolah Chandra Kusuma School dengan materi yang terdapat pada
buku.
yang lebih dikhususkan pada tahap awal peserta didik mempelajari instrumen
biola. Buku a tune a day I sering diterapkan pada tingkatan pradasar di Sekolah
Chandra Kusuma School, buku a tune a day terdiri dari 25 bagian dalam
pembelajarannya.
tahap awal mempelajari instrumen, yang mana peserta didik dituntut untuk bisa
instrumen biola dengan ketukan yang bervariasi seperti 4 ketuk, 3 ketuk, 2 ketuk,
1 ketuk sampai pada ¼ ketuk. Peserta didik juga dapat mempelajari teknik
gesekan biola seperti legato, staccato, arpeggio, dan termasuk juga sebuah tangga
nada yang sering sekali diterapkan di sekolah Chandra Kusuma School dan
• diawali dengan mengenalkan peserta didik cara membaca not dan bagian-
gesekan pada senar biola dengan posisi yang baik pada sebuah contoh
gambar.
melalui petikan.
• Cara menggesek senar biola yang diawali tempo yang tidak terlalu cepat
dan lambat dan diawali senar A dengan satu ketukan setiap nadanya,
• Setelah mempelajari satu ketukan setiap nada anak akan diajarkan melalui
dua ketukan setiap nada sampai pada empat ketukan setiap nada, hal ini
pejarian satu dan dua terhadap sebuah lagu pendek yang terdiri dari 8
sebuah lagu yang telah ada, hal ini dikarenakan agar peserta didik tidak
instrumen biola.
• Setelah mempelajari penjarian I,II dan III serta teknik gesekan peserta
sebuah trio (tiga instrumen) yang terdiri dari 2 peserta didik dan satu guru,
dan 4 dalam memainkan sebuah lagu. Membahas bentuk tangga nada dalam
sebuah lagu, dan pemahaman biola dan postur ketika bermain biola serta melihat
dasar. Teknik-teknik dasar cara memegang biola dalam metode Suzuki dibagi
Posisi istirahat
kaki harus ditempatkan sejajar lebar bahu, dengan kaki kanan sedikit di
belakang kiri.
Gambar 4.5 melatih memegang bow dengan kayu yang lebih pendek dan ringan
Meletakkan ibu jari diantara jari tengah dengan jari manis dan dibengkokkan
setelah Anda belajar pada gambar 1 dan 2, tambahkan indeks dan jari-jari kecil
Dawai E Denar A
dengan anatomi dan postur tubuh orang-orang Asia, dan teknik tangan kanan
pada metode Suzuki lebih cenderung ke teknik memegang bow gaya german.
teknik yang dibuat melalui sebuah lagu. Kurikulum ABRSM digunakan untuk
sebuah ujian dengan teknik dan kesulitan yang ditulis dalam sebuah notasi dan
yang terdapat pada kurikulum tersebut terdiri dari Sembilan lagu yag setiap
bagian terdiri dari A1 sampai A3, B1 sampai B3, dan C1 sampai C3 masing-
masing dipilih anak satu dari setiap A, B maupun C pembelajaran tersebut untuk
sebuah ujian yang dilakukan 2 kali selama setahun. Peserta didik juga dituntut
untuk dapat memainkan lagu tersebut dengan tulisan dan simbol yang harus
dan disetujui oleh seorang guru, ketika ingin memainkan bahan tersebut untuk
diujiankan, yang mana ujian tersebut diadakan 2 kali dalam satu tahunnya.
Peranan metode, bermain teknik dan lagu yang terdapat pada buku
panduan diatas sangat penting bagi peserta didik dalam pempelajari instrumen
biola, selain dapat menghibur ketika memainkan lagu juga menambah skill dan
teknik pada setiap individu peserta didik. Dengan lagu-lagu tersebut peserta didik
tidak hanya menambah skill, dan teknik pada instrumen biola, tetapi dapat
secara umum antara lain: peg, fingerboard, scroll, f-hole, chinrest, tailpiece,
bridge, bow, senar dan sebagainya. Setelah anak-anak mengenal dan mengerti
yang banyak orang kira. Metode atau cara memegang biola adalah sebuah
selanjutnya. Tangan kanan bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme,
busur yang baik, maka seorang pemain dapat mengatur suara yang dihasilkan
oleh biola. Sedangkan untuk tangan kiri, karena biola tidak memiliki fret seperti
gitar sebagai penanda jari, seorang pemain biola harus benar-benar tahu di mana
pendengaran. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan berlatih terus menerus
sehingga jari-jari tangan dapat secara otomatis menekan nada yang diinginkan
meletakkan ibu jari diantara jari tengah dengan jari manis dan dibengkokkan,
tambahkan indeks dan jari-jari kecil, awalnya tempat ibu jari di bagian luar frog
(Suzuki, 2008: 17). Dilakukan beberapa kali sampai anak-anak dapat memegang
dengan benar dan rileks. Berikut ini adalah gambar dasar-dasar memegang bow
Gambar 4.9 contoh gambar melatih bow dengan alat bantu (Foto pribadi, 2013, Sopian)
Setelah pegangan sempurna dan mulai rileks, coba lakukan gerakan seperti
ini:
Gambar 4.10 contoh gambar melatih bow pada tumpuan jari (Foto pribadi, 2013,
Sopian)
sentral kekuatan jari pada saat menggesek biola. Pada gambar pertama, kekuatan
jari terletak pada jari telunjuk. Aplikasinya adalah saat kita menggesek biola ke
bawah, kekuatan yang paling dominan berada di jari telunjuk. Pada gambar
kedua, kekuatan jari berada di jari kelingking. Aplikasinya adalah ketika kita
menggesek biola ke atas dan ketika hampir di pangkal bow, kekuatan jari yang
paling dominan berada di jari kelingking. Sudut pergelangan tangan kanan sangat
Gambar 4.11 contoh gambar posisi bow dari pangkal ke ujung bow (Foto pribadi, 2013,
Sopian)
alami dan rileks. Gerakan di atas adalah gerakan alami pada saat bermain biola.
Gambar 4.12 contoh gambar bermain biola guru dan peserta didik biola (Foto pribadi,
2013, Sopian)
Cara Memegang Biola hal yang pertama dilakukan yaitu dengan posisi
tangan kiri diletakkan tidak terlalu jauh dengan leher biola (neck), namun sedikit
menyentuh kedua sisi dari leher biola supaya membantu dalam melakukan
gerakan (Galamian, 1962: 15), kemudian biola ditempatkan pada sisi bahu
sebelah kiri sekitar 45 derajat lurus ke depan, dengan posisi end button
menyentuh pada leher, dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan,
kemudian posisi bahu normal, tidak diangkat (Lamb, 1990: 81), miring ke kiri
dari posisi lurus ke depan, sudut siku menghadap ke bawah, dan pergelangan
Sopian)
meletakkan tangan kirinya dibahu kanan sambil berlatih cara memegang. Seperti
Gambar 4.14 Cara melatih kekuatan dagu (Foto pribadi, 2013, Sopian)
memegang biola yang benar selanjutnya latihan menggesek dawai. Dawai biola
terdiri dari G, D, A, E. Dawai pertama yang digesek adalah senar A karena senar
menyentuh dawai lainnya. Dawai A berada di nomor 2 dari yang paling kecil.
dilakukan sampai bow hanya focus terhadap 1 dawai saja. Setelah dawai A dan E
• 4 ketuk
• 2 ketuk
• 1 ketuk
• ½ ketuk
• ¼ ketuk
latihan dengan tangan kiri. Latihan pertama untuk tangan kiri adalah dengan pola-
pola penjarian yang sudah dijelaskan di atas. Pola pertama berjarak 1 1 ½ 1, pola
bawah ini:
Setiap pola memiliki jarak yang berbeda, tetapi sangat baik buat proses
belajar. Pola-pola tersebut dilakukan berkali-kali dan berfungsi untuk melatih jari
supaya terbiasa dengan penjarian dan jarak antar nada. Pola diberikan sebelum
dalam metode Suzuki untuk lagu-lagu awal hanya menggunakan tangga nada A
Mayor dan hanya menggunakan 2 senar yaitu A dan E, hal ini untuk
senar A dan E lebih mudah dimainkan selain posisinya yang lebih natural juga
cara menggeseknya lebih ringan. Dalam menggesek senar D dan G harus dengan
tenaga ekstra karena harus agak ditekan karena untuk menghasilkan suara seperti
Pada gambar di atas dapat dilihat nada, jarak nada dan penjarian untuk
Latihan tangga nada dilakukan beberapa kali dalam 4, 2, maupun 1 ketuk. Untuk
siswa yang belum pernah belajar musik (belajar instrument maupun vokal),
latihan tangga nada seperti ini sangat sulit karena mereka belum mengetahui
intonasi yang benar. Sebaliknya untuk mereka yang pernah belajar musik, hal
seperti ini mudah diikutinya karena mereka sudah tahu bahkan terbiasa dengan
nada.
Pada lambang seperti ini (V) : berarti bow naik, sedangkan lambang
seperti ini ( ) : berarti bow turun. Dalam belajar musik khususnya biola siswa
harus disiplin karena di dalam biola intonasi sangat sensitif, begitu juga ritme
atau simbol-simbol yang lain harus dimainkan sesuai apa yang tertulis di buku.
4.4.3 Detache
Detache adalah jenis gesekan yang dalam setiap gesekannya tidak ada
tekanan dan efek apapun, yaitu hanya gesekan yang sederhana dengan
menempatkan hair bow secara penuh dengan arah bow naik dan turun. Detache
dapat dimainkan di bagian manapun pada bow, dengan gesekan panjang atau
pendek (Galamian, 1962: 67). Contoh: Not yang dimainkan secara detache.
Staccato adalah suatu gesekan pendek yang dimainkan dengan cara bow
selalu menempel pada senar (on the string), yaitu dimulai dengan gesekan
seketika dari bow, dan menghentikan bow dengan halus. Banyak bagian dari bow
4.4.5 Legato
Legato adalah suatu gesekan yang memainkan dua not atau lebih
disambung dalam satu gesekan dengan arah bow turun atau naik, dan
kemungkinan bagian manapun dari area sebuah bow dapat digunakan untuk
melakukan legato (Galamian, 1962: 71). Contoh : Bentuk not yang dimainkan
secara legato.
Legato Staccato yaitu gesekan yang memainkan rangkaian nada atau not
staccato dalam satu gesekan yang dapat dimainkan dengan arah bow naik atau
turun. Legato staccato ini jika dimainkan dengan tempo yang cepat dinamakan
yang akan digunakan terutama untuk para pemula. Nomor 0 berarti open string
(jari tidak menekan senar). Seperti pada lagu twinkle twinkle little star di Suzuki
5 Tuning (penyeteman)
6 Pemanasan
7 Lagu
8 Evaluasi / tugas
menyamakan nada A dengan alat tuning yang disebut tuner. Nada A sebagai
dari proses pemanasan tersebut adalah sebagai berikut: tangga nada dari not
utuh(4 ketuk) sampai not seperenambelas(¼ ketuk) dengan variasi teknik seperti:
a. Tangga nada A Mayor not utuh(4 ketuk) dengan teknik gesekan detache
b. Tangga nada A Mayor setengah utuh(2 ketuk) dengan teknik gesekan detache
detache
detache
detache
1. Teknik legato
2. Teknik staccato
dibahas pada pertemuan yang lalu. Hal semacam ini dilakukan untuk menjaga
agar anak-anak tidak lupa pada materi yang lalu. Setelah anak-anak menguasai
materi pembelajaran yang lalu kemudian dilanjutkan dengan materi baru. Materi
baru tersebut melanjutkan materi pertemuan yang lalu, seperti melanjutkan lagu
ke tahap berikutnya.
pembelajaran selanjutnya.
Sekolah Candra Kusuma School adalah Suzuki 1 no. 13 lagu Minuet No. 1, yaitu
sebagai berikut:
Suzuki 1 no.13
mengetahui lagu tersebut, karena sebagian peserta didik tidak mengetahui cara
terlebih dahulu, sehingga pengajar harus memainkan lagu tersebut dua sampai
tiga kali supaya peserta didik dapat memahami dan lebih jelas mengetahui
Setelah peserta didik dirasa sudah mengetahui dan terbiasa dengan lagu
tersebut, selanjutnya pengajar memainkan lagu tersebut hanya baris pertama dan
diulang dua sampai tiga kali. Setelah pengajar memainkan baris pertama,
kemudian peserta didik disuruh membaca bersama-sama dan menirukan apa yang
dari dua atau tiga anak dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok tersebut
mereka memainkan baris pertama dari lagu tersebut dengan bimbingan pengajar.
bermain.
Pengajar dan sebuah kelompok yang terdiri dari dua sampai tiga peserta
didik bermain bersama. Pengajar memberikan arahan jika siswa fals atau salah
nada dengan cara memberitahu atau menyuruh peserta didik menggeser jari
Dalam bermain biola, nada atau intonasi sangat sensitif sehingga harus
terhadap intonasi. Sering dijumpai peserta didik bermain biola hanya dengan
dengan penjarian yang benar tetapi belum tentu intonasinya juga benar.
4.6.2 Penjarian
peserta didik kesulitan untuk jari empatnya. Solusinya adalah dengan menahan
jari tiga terlebih dahulu dan jari empat diusahakan jauh dari jari tiga.
digunakan untuk mempermudah mereka belajar biola. Jari 0 bararti open sting
(tidak ada yang ditekan), jari 1 telunjuk, 2 jari tengah, 3 jari manis, dan 4
kelingking. Dalam metode Suzuki terdapat penjarian alternatif yaitu jari 0 dengan
4, itu menandakan bahwa mereka dapat memilih jari 0 (open string) atau jari 4.
peserta didik sering memilih open string karena lebih mudah untuk
Peserta didik kesulitan pada baris ketiga awal karena baris kedua nada
terakhir jatuhnya bow turun dan nada pertama pada baris ketiga jatuhnya bow
juga turun. Solusi dari pengajar adalah dengan mencuri nilai nada yang semula
tiga ketuk menjadi dua ketuk sehingga ada waktu satu ketuk untuk mengangkat
bow.
Permainan bow dalam bermain biola sangat penting untuk menyeragamkan arah
gesekan. Dalam bermain ansambel musik khususnya biola, satu anak salah arah
gesekannya akan kelihatan dan dinilai salah memainkannya oleh orang yang
i. Portato
Portato yaitu berhenti bermain dengan lembut. Contoh bentuk not yang
staccato dalam satu gesekan. Contoh bentuk not yang dimainkan secara legato
iii. Kruis
Kress yaitu menaikkan setengah nada. Contoh bentuk not yang terkena kruis
iv. Pugar
Pugar yaitu mengembalikan nada semula. Contoh bentuk not yang terkena pugar
selanjutnya baris yang kedua. Tahap-tahap pembelajaran pada baris yang kedua
sama dengan baris pertama. Kemudian mereka memainkan baris satu dan dua
berrmain biola. Tahap ini dilakukan beberapa kali sampai jalinan pergantian
antara baris pertama dan kedua tidak terputus. Dalam pergantian baris, siswa
sering terlambat masuk ke baris berikutnya, itu terjadi karena kurang lancarnya
mereka dalam membaca not balok. Setelah baris pertama dan kedua mereka
Banyak dari peserta didik yang salah membaca ketika sampai di tengah lagu, itu
dikarena mereka kurang konsentrasi dan fokus dalam belajar biola. Tahap ini
dilakukan beberapa kali sampai peserta didik memainkan lagu tersebut dengan
baik.
teknis maupun non teknis). Hambatan itu sifatnya wajar dan setiap pendidik pasti
pernah mengalaminya. Hambatan adalah modal awal untuk kita membenahi dan
untuk proses belajar mengajar, seperti: tidak datang tepat waktu, tidak berangkat
pergantian peserta didik yang tidak masuk ekstrakurikuler biola, sehingga harus
mengulang materi untuk peserta didik yang kemarin tidak masuk pada minggu
yang lalu, sedangkan untuk anak yang rajin hal semacam ini merupakan
(sistem kelas) sehingga harus disetarakan antara yang cepat dan lambat, yang
rajin dan yang kurang rajin. Hal semacam itu menjadi tantangan untuk pengajar
ini karena selain harus menguasai metode pembelajarannya juga hurus menguasai
Faktor lainnya adalah faktor alatnya (biola), banyak biola yang kurang
terawat dengan baik, sehingga banyak masalah yang timbul di situ, misalnya:
timbul jamur , peg dan fine tuner sulit diputar (keras), akibatnya untuk menyetem
biola itu diperlukan waktu dan tenaga yang lebih. Apalagi kalau banyak siswa
yang terlambat, banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu dan
pernah dialami ataupun belum pernah dialami sama sekali. Hal semacam itu
wajar, karena setiap orang memiliki postur atau anatomi yang berbeda-beda.
Postur dan anatomi memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui cara
Seorang guru biola harus mengakui bahwa banyak siswa diajarkan untuk
keterbatasan fisik dari seorang siswa muda, seperti kurangnya kekuatan untuk
keempat adalah jari rawan terjadi kesalahan. Selain kurang mendapat perhatian
4
Kompensasi berlebih.
paling jauh dan membutuhkan tenaga ekstra. Hal semacam ini sering terjadi di
Tangan kanan juga mendapat perhatian serius. Hampir semua murid tidak
menyadari bahwa ketika mereka menggesek biola tidak lurus, akibatnya produksi
suara yang dihasilkan kurang maksimal. Setiap kali mengikuti ekskul biola
mereka selalu diberi arahan oleh pendidik seperti: membenahi dan memberikan
contoh cara menggesek biola yang benar dan memberi masukan ketika mereka
mengontrol dan melihat gerakan bow, tetapi banyak dari mereka belum bisa juga
School, selain untuk menyalurkan minat dan bakat peserta didik juga untuk
memperlihatkan bahwa selain mereka unggul dalam pelajaran, mereka juga bisa
bermain biola dengan baik dan benar. Hampir setiap tahun mereka tampil dalam
acara MOS (masa orientasi siswa) di sekolah, selain acara tersebut mereka juga
untuk melatih musikalitas peserta didik. Dalam belajar musik khususnya biola
• Intonasi (nada)
• Ritme
bermain biola. Tes tersebut dilakukan dengan cara peserta didik maju satu persatu
kedepan dan kemudian bermain tangga nada dan satu buah lagu. Hal semacam ini
1. Semester I:
berikut:
c. peserta didik diharapkan dapat membedakan intonasi nada yang tepat dengan
berikut:
i. Lurus
2. Semester II
berikut:
yaitu:
c. Peserta didik diharapkan dapat memainkan nada dengan intonasi yang tepat
berikut:
didik dapat mencapai target tersebut. Target di atas dibuat oleh pengajar dan
4.8 Hasil atau Wujud Pembelajaran Biola pada Chandra Kusuma School
adalah dengan foto dan rekaman audio ataupun video. Hasil tersebut diambil pada
saat latihan maupun penampilan ansambel biola pada acara sekolah. Hal ini
tidak hanya unggul di ilmu eksak saja tetapi juga dapat bermain musik khususnya
berikut:
instrumen biola, biasanya guru yang mengajar terlebih dahulu memberikan materi
perenggangan otot-otot jari, tangan, dan merilekskan tangan kanan untuk gesekan
peserta didik dalam mempelajari instrumen biola. Materi yang dipelajari dalam
pemanasan ini biasanya membahas tentang tangga nada yang telah dipelajari.
nada, seperti memainkan irama 1/16 dengan posisi bowing di pangkal, ditengah,
Setelah itu dengan menggunakan materi tangga nada, peserta didik dilatih
untuk mempelajari teknik legato pada bowing. Biasanya waktu yang digunakan
untuk membahas materi tangga nada dan teknik bowing kira-kira 15 menit.
tingkat sekolah dasar sangat cocok dan penting dalam pebentukan emosi yang
mudah untuk dipelajari dan mempunyai tingkat teknik yang tidak terlalu sulit.
School Komplek Cemara Asri yaitu bahan yang terdapat juga dalam metode
Minuet in C (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik dituntut untuk bisa
memainkan lagu dengan teknik legato, detache, dan crossing string dalam posisi
1 pada instrumen biola. Minuet No. 1 (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik
dituntut untuk bisa memainkan lagu dengan menggunakan teknik yang posisi 1
Musette (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik tuntut untuk bisa
memainkan teknik dari interval dengan memperagakan not 1/8 pada instrumen
biola. Theme from “Witches dace” (N.Paganini) dalam lagu ini peserta didik
Peranan lagu diatas sangat penting bagi peserta didik, selain dapat
menghibur, menambah skill dan teknik pada setiap individu peserta didik, dengan
lagu-lagu tersebut peserta didik tidak hanya menambah skill dan teknik pada
instrumen biola, tetapi dapat menambah konsentrasi pada peserta didik. Biasanya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang nyaman, agar peserta didik dapat
guru dapat memilih model yang tepat untuk menyampaikan pembahasan materi
ajar, agar terciptanya suasana yang kondusif dan penyampaian kompetensi yang
tepat dan pencapaian pembahasan. Oleh sebab itu pendidik perlu menciptakan
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan model pembelajaran dari buku
panduan pada instrumen biola. Data yang diperoleh adalah melalui hasil
wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 April 2013 kepada Mr.
Ian Anderson yang berasal dari Inggris sebagai pimpinan musik program yang
tingkat pra dasar dan dasar 1 yang dilakukan selama satu tahun pembelajaran
lebih dituntut untuk membahas materinya secara kelas yang terdiri 2 dua sampai
5 lima peserta didik didalam sebuah kelas, pembelajaran ini menjadikan peserta
didik saling bekerja sama ketika memainkan materi-materi yang terdapat pada
gesek (String) dan seni budaya di Chandra Kusuma School Komplek Cemara
pada mata pelajaran yang berkaitan dengan angka atau perhitungan. Secara tidak
panduan khususnya pada instrumen biola, telah menambah daya positif terhadap
perkembangan otak kanan dan otak kiri dari bahan-bahan yang telah diajarkan
berbagai kelas SD dan SMP Sekolah Chandra Kusuma School Komplek Cemara
oleh peserta didik untuk memulai pelajaran biola dan melenturkan jari-jari peserta
pembelajaran teknik bowing masih menggunakan tangga nada, hanya saja teknik
Didalam kegiatan ini guru terlebih dahulu memberi aba-aba agar tempo dan nada
dalam proses belajar. Dalam memainkan tangga nada peserta didik dibimbing
oleh para guru yang berjumlah 2 orang. Kegiatan ini biasanya dilakukan kira-kira
5.4 Pradasar I
biola, dan cara memegang biola serta mengajarkan cara anak memegang bow
biola sampai anak mendapatkan posisi yang baik dan benar. Sehingga anak tidak
penjarian dan juga mengenalkan peserta didik pada gesekan legato, staccato dan
detache.
penjarian ke 4
• Guru mengajarkan lagu dengan bahan yang ada dan tangga nadanya.
dalam 1 bulan dan bahan proses untuk pra dasar diselesaikan selama 6 bulan.
bermain dengan posisi yang baik dan tidak memaksa ketika memainkan
biola dan peserta didik dapat menggesek secara baik. Sebaiknya dilakukan
peserta didik jika posisi peserta didik tidak memungkinkan dan guru dapat
peserta didik dapat melihat gesekannya dan dapat menirukan apa yang
melakukan gesekan dengan baik guru dapat menggunakan bahan yang ada
guru dapat mengulang pelajaran gesekan dari buku panduan. Guru dapat
• Pertemuan III kembali peserta didik diajarkan cara menggesek secara baik
yang di awali dari senar A dikarenakan posisi yang paling sejajar tidak
terlalu tinggi, guru dapat melanjutkan buku panduan dengan teknik bow
yang ada.
lengan peserta didik agar sejajar dengan bow yang berbentuk persegi
dengan melanjutkan bahan yang ada pada buku panduan. Sebaiknya guru
yang ada pada buku panduan. Guru juga harus memperhatikan gesekan
dan bentuk tangan peserta didik dikarenakan posisi tangan peserta didik
A, guru lebih teliti mendengar hasil yang dibunyikan peserta didik dari
menggunakan biola dan piano agar guru dapat memberikan contoh serta
D,E,G sehingga peserta didik lebih terbiasa pada senar-senar yang lain
dan juga memainkan lagu-lagu pendek yang ada pada buku panduan dan
menggunakan piano.
biola tidak selalu sama tempat jari satu pada senar A,D,E, dan G jika
satu dengan melanjutkan buku panduan yang ada. Guru juga harus
sering sekali hanya berpanduan dengan not dan jari yang dibuatnya tanpa
telah di ajarkan pada peserta didik pada pertemuan ketiga dan keempat.
Guru juga harus memperhatikan bentuk jari peserta didik, ketika peserta
bentuk penjarian pertama dan membuat pundasi pada teknik dan bentuk
mengunakan piano agar dapat mengiringi dan memberi contoh nada yang
pertemuan minggu yang lalu dengan lagu-lagu yang ada pada buku
panduan. Guru juga harus selalu mengingatkan anak, ketika peserta didik
lagu pada buku panduan. Masih tetap menggunakan jari 1 dan 2 agar
peserta didik tidak terlalu dituntut untuk teknik-teknik yang baru dan
peserta didik dapat bermain secara senang dengan lagu-lagu yang ada
dengan bahan yang ada dan guru harus berperan aktif mengecek nada
yang peserta didik mainkan. Peserta didik juga harus memiliki rasa,
perhitungan jarak jari, dan pendengaran nada yang baik agar peserta didik
pada instrumen biola serta bermain lagu dengan jari ketiga yang ada pada
dengan menggunakan 0,1,2,3 jika naik dan jika turun 0,3,2,1 hal ini sangat
kembali bahwa membaca dengan nada bukan dengan penjarian, hal ini
membaca dengan penjarian 0,1,2,3 dan 0,3,2,1 maka hal ini harus
kembali tangga nada dengan nada dasar D dan G mayor. Kemudian guru
• Pertemuan XVI guru dapat mengulang kembali tangga nada A,D, dan G
mayor dengan penjarian yang baik. Guru juga harus menekankan bahwa
ketika peserta didik menggunakan jari ketiga jari 1 dan 2 jangan dilepas
agar peserta didik dapat membentuk jari yang baik dan memiliki panduan
jari ketika jauh maupun rapat ketika memainkan sebuah lagu yang ada.
Guru juga dapat melanjutkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan.
• Pertemuan XVII guru mengajarkan tangga nada dan tri suara A,D, dan G
sesuai dengan buku panduan yang ada, kemudian jangan memaksa anak
tertera dan guru juga harus mengajarkan bahwa not yang ada dibuku
bermain tangga nada dan tri suara serta melatih peserta didik menghafal
lagu agar peserta didik lebih yakin memainkan lagu dan juga ketika
meletakkan jari.
contoh-contoh yang ada dibuku panduan secara tertulis. Guru harus dapat
menggunakan biola.
panduan dan memainkan lagu yang ada di buku panduan guru harus dapat
didik, teknik legato adalah teknik bow yang memainkan lebih dari satu
nada yang dimainkan satu bow, teknik ini cukup rumit untuk di praktikan.
• Pertemuan ke XXII guru mengajarkan teknik legato yang ada pada buku
panduan dan lagu yang ada pada buku panduan. guru dapat meneliti
yang dimainkan peserta didik dan nada yang dihasilkan anak melalui
gesekannya
tri suara dan lagu yang ada dibuku panduan dengan baik dan benar. Guru
sebaiknya memainkan piano agar peserta didik dapat mandiri dan guru
5.5 Dasar I
Pra dasar kedua adalah sebuah bentuk edukasi yang dibuat agar peserta
didik dapat memainkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan secara baik,
tujuan dari hal ini adalah agar peserta didik dapat bermain biola secara baik dan
banyak menerapkan teknik yang dipelajari peserta didik pada sebuah lagu dengan
penjarian, gesekan, nada dan teknik-teknik yang terdapat pada instrumen biola.
ada pada buku panduan, guru juga harus mendoktrin peserta didik agar berlatih
dirumah dan tidak waktu bertemu dengan guru saja. buku panduan dasar I untuk
instrumen biola memiliki tempo cepat dan lambat pada lagu-lagu yang ada pada
buku panduan dan kurikulum ABRSM dipilih oleh seorang anak untuk bahan yang
akan diujiankan.
didik terbiasa dengan teknik tersebut dan lagu-lagu yang ada pada buku
sebuah lagu.
• Pertemuan II hal yang sama dilakukan kembali dengan bermain lagu dan
menggunakan teknik yang sama pada lagu yang baru dibuku panduan.
menjadi jari empat. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa
senar lepas dapat diganti menjadi jari 4 namun ada perubahan senar ketika
dan guru juga harus menjelaskan contoh-contoh fungsi jari 4 dan open
string.
kemudian Memainkan lagu dengan jari empat dengan baik dan tidak fals
• Pertemuan V kembali peserta didik dilatih tangga nada dan tri suara
panduan.
staccato yang ada pada buku panduan dan dapat berupa etude agar
• Pertemuan VIII peserta didik akan bermain lagu yang ada pada buku
panduan dan guru harus terus mengontrol jari 4 agar tidak fals.
memakai jari 4 dan turun memakai senar lepas dan guru dapat
dipelajari peserta didik dan dapat memainkan lagu yang ada pada pra
dasar II dan memiliki rasa percaya diri karena sudah menguasai teknik
yang ada dan guru harus mendokrin anak untuk tetap percaya diri ketika
yang dimulai dari jari satu senar G. Permasalahan yang ada peserta didik
selalu merapatkan jari 3 dengan jari 2 pada senar G dan senar D yang
seharusnya jari 3 jauh dari jari 2 dan rapat pada jari 4, hal ini menjadi
perhatian guru agar peserta didik mengerti penjarian yang ada pada tangga
nada A mayor ketika memainkan tangga nada naik memakai jari 4 dan
ketika turun memakai jari lepas (open Strings). Selanjutnya guru dapat
dan guru dapat mengajarkan permainan lagu-lagu yang ada pada buku
• Pertemuan XIII guru dapat tangga nada C mayor 2 oktaf yang dimulai
dari jari ketiga senar G. Tetap menggunakan jari 4 ketika naik dan
memakai senar lepas waktu turun, permasalahan yang ada peserta didik
hanya sampai nada B pada senar E jari 4, dalam teknik ini guru harus
sebaiknya jika jari peserta didik tidak begitu panjang guru harus
guru dapat melanjutkan pada lagu yang ada pada buku yang ada.
mengulang tangga nada yang ada dan mengajarkan lagu yang ada pada
buku panduan.
• Pertemuan XVII dengan teknik menggesek dua senar dengan tempo cepat
dan tidak bersamaan (Crossing String) sesuai dengan buku panduan yang
ada.
• Pertemuan XVIII guru dapat mengulang kembali lagu yang ada sampai
• Pertemuan XIX peserta didik dilatih tangga nada Bes mayor 2 oktaf
dengan mengunakan jari yang sama ketika naik dan turun seperti tangga
membuat jari 4 jauh pada senar A dan E yang seharusnya merapat pada
jari ke 3 dan anak sering sekali membuat open string pada pada senar E
yang seharusnya jari 4 disenar A dan rapat pada jari 3. Hal ini menjadi
perhatian untuk para guru agar mendengarkan peserta didik dengan baik
• Pertemuan XVII guru dapat mengulang tangga nada bes dan melanjutkan
pada lagu yang ada di buku panduan dan dapat bermain lagu dengan baik
dan indah.
peserta didik pada tangga nada G,A,Bes, dan C mayor 2 oktaf dengan
teknik-teknik gesekan yang sudah dipelajari peserta didik dan guru dapat
• Pertemuan XIX guru dapat mengulang tangga nada agar peserta didik
• Pertemuan XXI guru dapat melanjutkan permainan lagu yang ada pada
dipelajari sesuai dengan teknik gesekan dan melanjutkan lagu yang ada
pada buku panduan dan dapat mengulang apa yang peserta didik tidak
mampu baik pada teknik gesekan tangan kanan maupun teknik penjarian
tangan kiri.
pada buku panduan dan guru dapat menjelaskan teknik-teknik yang telah
dipelajari.
Kusuma School
dari ketiga buku panduan pada kelas SMP I, SD II, dan SD V Chandra Kusuma
School pada intsrumen biola sangat baik. Hal ini disebabkan dengan adanya buku
panduan peserta didik lebih terbantu dan lebih semangat untuk saling berlomba-
lomba mengetahui tentang materi ajar dari ketiga buku panduan. Peserta didik
juga tidak merasa jenuh menggunakan ketiga buku panduan yang tediri dari
sebuah lagu dan teknik, kemudian peserta didik juga dapat saling bersosialisasi
dapat juga menjalin keakraban dengan guru yang mengajar. Komunikasi yang
yang baik antara peserta didik dan seorang guru. Maka hasil dari pembelajaran
pada instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School dapat dilihat dari tabel
penilaian berikut:
Kriteria Penilaian
Hasil
Nama Nilai Nilai
o Nilai
Kelompok Individu
Akhir
Cerelyn 81 80 80,5
Rachel 81 76 78,5
Edrik Alvaro 81 83 82
Hanny 80 76 78
akhir
Kelly Tendean 80 86 83
Wijafalensia 80 81 80,5
Kriteria Penilaian
Teknik
(60-90)
(60-90) (60-90)
Russel 60 60 60
Jaiby ong 60 70 65
Silvia 60 65 65
Tiffany 60 65 65
Viviana 80 80 70
Afina 75 75 75
Marieta 80 80 70
dengan menggunakan buku panduan A tuna a day, Suzuki Violin dan kurikulum
dan nalar otak untuk mempelajari materi ajar secara mendalam. Selain nilai
kelompok dan individu, biasanya para guru untuk mengetahui hasil dari nilai
lebih maju dalam belajar khususnya pada instrumen biola, sedangkan faktor
penghambat adalah bagian dari hal-hal yang menyulitkan peserta didik untuk
menjadi lebih maju dalam proses belajar khususnya pada instrumen biola.
kenyamanan belajar.
1. Adanya peserta didik yang belum bisa menggunakan teknik dalam pembacaan
2. Adanya peserta didik yang belum terbiasa dengan pitch pada posisi-posisi
pelajaran.
4. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan atara peserta didik, baik dalam satu tim
5. Adanya sifat malas peserta didik untuk melatih bahan ajar yang diberikan
guru.
guru.
permainan biola, hal ini dilakukan agar guru mengerti proses pembelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didik selama 4 kali pertemuan dalam satu bulan
dilakukan agar guru untuk mendapatkan target pada akhir semester melalui buku
panduan.
mengetahui letak do atau c dan nada yang lain pada sebuah not balok yang
terdapat pada buku panduan, misalnya kunci G, letak do pada garis bantu pertama
dibawah garis paranada, begitu juga dengan kunci F ada di spasi kedua dan C ada
di garis ketiga.
saja agar seorang anak tidak merasa kesulitan pada tahap awal membaca not
not balok
Guru mengenalkan bar atau birama agar peserta didik dapat menghitung
bar ketika membaca not balok dan mengetahui sampai dimana not yang dibaca
yang berfungsi agar murid mengetahui penulisan dan cara baca yang terdapat
pada not balok. Sangkar nada terdiri dari lima garis dan 4 spasi
Guru mengenalkan harga not, agar murid dapat membaca nilai ketukan
- semi breve, not penuh, 4 ketuk, 1 not dalam satu birama dengan sukat 4\4
- crotchets,not 1/4, 1 ketuk, 4 not dalam satu birama dengan sukat 4\4
- Quavers,not 1/8, 1\2 ketuk, 8 not dalam satu birama dengan sukat 4\4
lalu guru mengenalkan tanda diam (rest) yang sesuai dengan harga not
-Tanda diam semi breve, not penuh, 4 ketuk, 1 not dalam satu birama dengan
sukat 4\4
- Tanda diam minims, not setengah, 2 ketuk, 2 not dalam satu birama dengan
sukat 4\4
- Tanda diam crotchets,not 1/4, 1 ketuk, 4 not dalam satu birama dengan sukat
4\4
- Tanda diam Quavers,not 1/8, 1\2 ketuk, 8 not dalam satu birama dengan sukat
4\4
menutup birama dan akhir dari sebuah lagu dalam penulisan not balok dan
ulang dalam penulisan not balok sehingga murid dapat bermain dengan membaca
G-
7 Pizz. G-G C-C G-G C-C G-C G-D G-C G-D
Count : 1-2 1-2 1- 2 1- 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1-2
kemudian mengajarkan peserta didik letak senar biola dimulai dari senar paling
tertinggi sampai pada senar yang wilayah register nadanya paling rendah pada
instrumen biola.
- anak diajarkan hitungan dua dalam satu birama agar anak dapat menjaga tempo.
Lesson I
No.1
senar D dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan D setelah itu
No.2
Peserta didik memainkan senar D dan G, dengan cara yang sama ketika
No.3
cara yang berbeda, ketika di no. 1 senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2
No.5
berakhir di senar G.
No.6
2 kali dilanjut senar E dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan E
dilanjutkan senar A,D 2 ketuk kemudian A, E 2 ketuk kembali ke A,D dan A,E
Setelah itu guru menerapkan teknik pizzicato yang telah dipelajari Peserta
didik ke dalam sebuah lagu Ten Little Indians, siswa memainkan senar D,A,
senar A,D dengan cara yang sama kemudian A dimainkan 1 ketuk 2 kali
sebanyak 1 birama dan diikuti senar D dengan cara yang sama, dan guru
memainkan piano dengan baik maka guru dapat memainkan melodi lagu tersebut
Lesson 2 no 1
Lesson 2 no 1
A 2 not dalam satu birama yang terdiri dari 2 birama dan senar D 2 not dalam
satu birama yang terdiri dari 2 birama dengan tempo yang tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat dimulai dari tempo 1 ketuk, hal ini dilakukan sampai anak
Lesson 2 no 2
Lesson II no 2
dimainkan 1 ketuk sebanyak 2 kali dalam 1 birama, birama 2/4 kemudian dilanjut
ke D dengan cara yang sama kembali ke senar A dan berakhir pada senar D,
perbedaannya hanya memakai satu birama saja kemudian diulang sebanyak dua
kali.
Lesson 2 no 3
Lesson II no 3
yang sama pada no 2 hal ini dilakukan agar anak yang mempelajari biola dapat
Lesson 2 no 4
Lesson II no 4
pengulangan.
Lesson 2 no 5
lebih sulit digesek dari senar biola yang lain, senar E dimainkan 1 ketuk 2 kali
sebanyak 2 birama, birama 2/4 dilanjut dengan senar A dengan cara yang sama
Lesson 2 no 6
Lesson II no 6
Peserta didik memainkan senar E dan A dengan cara yang sama seperti di
Lesson 2 no 7
Lesson II no 7
Peserta didik memainkan senar D dan G dengan cara yang sama seperti di
ke empat senar biola, murid menerapkan dalam lagu Baa! Baa! Black Shepp
Lesson 2 no 8
menerapkan teknik menggesek dalam lagu Baa! Baa! Black Sheep dengan senar
D dan A dan Jingle Bells dengan diiringi seorang guru. Guru dapat memainkan
iringan tersebut dengan biola, piano dan juga guru dapat menyanyikan lagu
tersebut.
Lesson 3 no 1
2/4 dilanjutkan D-A- D-A-D-G,dua nada dengan jumlah 1 ketuk tiap senar,
setelah itu dilanjutkan dengan pengulangan, hal ini dilakukan agar Peserta didik
karena menggesek satu senar secara berulang ulang berbeda dengan menggesek 4
senar secara bergantian, hal ini lebih sulit untuk dipelajari Peserta didik dan guru
harus lebih memerhatikan lengan Peserta didik agar sejajar dengan bow biola.
Lesson 3 no 2
saja pergantian senar yang berbeda, dimana pada bagian no 2 diawali dengan
setiap nada. Hal ini dilakukan agar Peserta didik biasa lebih memperbaiki
Lesson 3 no 3
Memiliki cara yang sama, Peserta didik menggesek diawali dari senar A
Lesson 3 no 4
Pada bagian ini memiliki cara yang sama untuk dimainkan, Peserta didik
lesson 3 ini adalah agar Peserta didik mampu menggesek senar biola secara
bergantian senar biola, Peserta didik menerapkan dalam lagu Twinkle, Twinkle,
Little Star dengan kesamaan melodi dengan lagu Baa! Baa! Black Sheep yang
membedakannya adalah senar yang digesek di Twinkle, Little Star adalah senar
G-D-A sedangkan Baa! Baa! Black Shepp hanya menggunakan senar D dan A
kemudian diterapkan lagi dalam lagu Oats and Beans dengan bermain teknik
Lesson 4 no 1
panjang nada 2 ketuk dengan birama 2/4 not ½ (minims), hal ini dilakukan agar
Peserta didik mampu menjaga kestabilan ketika menggesek nada yang panjang
Lesson 4 no 2
Hal yang sama dilakukan Peserta didik memainkan senar dengan nada
Pada bagian ini kembali Peserta didik memainkan senar dengan panjang
nada senar A 2 ketuk terdiri dari 2 birama. Kemudian dilanjutkan dengan senar D
2 ketuk sebanyak 2 birama kemudian senar A dua ketuk 2 birama, dan diakhiri
Lesson 4 no 4
memainkan senar A 2 not setengah dalam 1 birama sebanyak 8 birama dan guru
lagu marching, Peserta didik memainkan senar D dengan cara yang sama.
dan diakhiri D 2 ketuk dan diakhiri dengan tanda berhenti 2 ketuk (minim rest).
Lesson 5 no 1
panjang nada 4 ketuk dengan birama 4/4 not penuh (semibreves), hal ini
dilakukan agar Peserta didik mampu menguasai bow dan lebih menjaga
kestabilan bow dengan panjang nada 4 ketukan. Diawali dengan menggesek senar
Lesson 5 no 2
pengulangan.
Lesson 5 no 3
Memiliki cara yang sama, Peserta didik menggesek diawali dari senar E
dilanjutkan dengan senar A-E-A dengan cara yang sama. Tetapi Peserta didik
guru harus lebih teliti memerhatikan Peserta didik ketika memainkan senar
Lesson 5 no 4
senar D dilanjutkan dengan senar G-D-G dengan cara yang sama dan panjang
Lesson 5 no 5
not setengah.
Lesson 5 no 6
Lesson 5 no 8
not setengah, Bagian ini memiliki cara yang sama dengan bagian no 5. Diakhir
dalam sebuah lagu folk song dan guru memainkan pianonya. Jika sorang guru
biola tidak dapat memainkan piano maka guru biola dapat mengambil melodi
Lesson I no 1
(semibrave) pada senar A dengan birama 4/4 mulai dari pankal ke ujung bow dan
ujung ke pangkal bow (frog to point and point to frog) kemudian dilanjut tanda
berhenti selama 4 ketukan (semibrave rest), ketika murid pada posisi istirahat
kemudian dilanjut lagi tanda berhenti sepanjang 4 ketuk, hal ini dilakukan
Lesson I no 2
sepanjang 4 ketuk birama 4/4, perbedaannya adalah Peserta didik tidak lagi
memainkan tanda berhenti. Guru harus lebih memerhatikan gesekan Peserta didik
Lesson I no 3
Lesson I no 4
sepanjang 2 ketuk dan tanda istirahat 2 ketuk (minim rest) dalam 1 birama dengan
Lesson I no 5
merupakan transisi yang mana Peserta didik akan menerapkan teknik gesekan
tersebut pada sebuah lagu Au clair de la lune. Peserta didik memainkan 4 ketukan
birama 1 dan birama 4 sama dengan birama 2 hal ini dilakukan sebanyak 8
birama.
Lesson II no 1
open D string), semua teknik yang dimainkan di senar A sama halnya dengan
Lesson II no1, perbedaannya hanya pada senar, Peserta didik memainkan senar D,
Lesson II no 2
Lesson II no 3
Lesson II no 5
merupakan transisi yang mana peserta didik akan menerapkan teknik gesekan
tersebut pada sebuah lagu Marching. Peserta didik memainkan 4 ketuk senar A
dan birama 4 sama dengan birama 2 hal ini dilakukan sebanyak 8 birama.
Lesson II no 6
panjang senar A selama 4 ketukan dan setelah menggesek tanda berhenti 4 ketuk,
Lesson II no 7
sepanjang 4 ketuk birama 4/4 tanpa tanda berhenti kemudian senar D dengan cara
Lesson II no 8
birama dimainkan sepanjang 2 ketuk tiap minims birama 4/4 kemudian birama
berikutnya dilanjutkan dengan senar D dengan cara yang sama, hal ini dimainkan
Lesson II no 9
Peserta didik memainkan senar D dan A dalam satu birama yang terdiri 2
ketukan (minims) dengan birama 4\4 ada 2 ketukan pada setiap not senar A dan D
Lesson II no 10
Lesson II no 11
Peserta didik akan menerapkan teknik tersebut dalam lagu Merilly. Peserta didik
minims senar D yang dimainkan, birama 5,8 sama dengan birama 1, birama 6,7
sama dengan birama 2,3 diseratai dengan guru memainkan melodi di biola.
Lesson III no 1
Peserta didik baik menggesek 1 ketuk, ada 4 not dengan harga satu ketukan pada
pengulangannya.
Lesson III no 2
Peserta didik mempelajari gesekan 1 ketuk dan tak ada tanda 1 birama
(crotchets and crotchets rest, ada 4 not dan 2 crotchets rest senar A dalam 1
birama birama 4/4, Peserta didik memainkan crotchets 1 ketuk, crotchets rest 1,
Lesson III no 3
1, birama 4 sama dengan birama 2. Melalui contoh ini guru harus sering
memperhatikan Peserta didik ketika bagian dari nada panjang sampai pada
Lesson III no 4
senar D 2 ketuk, kemudian setelah itu disambung dengan nada yang sama namun
ketukannya menjadi 1 ketuk terdiri dari 2 nada dalam 1 birama, teknik ini
Lesson III no 5
Kembali hal yang sama seperti no 4 tetapi perbedaannya hanya pada senar
A, jika no 4 diawali dengan dengan 2 ketuk dan 1 ketuk yang terdiri dari 2 nada,
pada no 5 1 ketuk yang terdiri dari 2 nada dan satu not 2 ketuk dalam
Lesson III no 6
pada Birama 1 nilai nada 4 ketuk kemudian birama 2 satu ketuk yang terdiri dari
2 nada dan 1 nada 2 ketuk, untuk Peserta didik dalam proses pembelajarannya.
Hal ini dilakukan agar murid dapat bermain dengan beberapa nada ketika
Baa Baa Black Sheep dan Hop, Hop, Hop dengan menggunakan senar D dan A,
dimainkan bersamaan dengan guru yang memainkan melodi lewat biola. Hal ini
bermanfaat agar peserta didik tidak bosan ketika proses pembelajaran menggesek
Lesson IV no 1
pada birama pertama kemudian dilanjut dengan 2 not 2 ketuk pada birama 2,
birama 3 sama dengan birama 1, dan birama 4 sama dengan birama 2 lalu
Lesson IV no 2
Birama 1 peserta didik memainkan 1 ketuk setiap nada yang terdiri dari 4
nada senar E kemudian dilanjut dengan birama 2 ketuk, birama 3 sama dengan
birama 1, dan birama 4 sama dengan birama 2 teknik ini terdiri dari 8 birama
dengan pengulangannya.
Lesson IV no 3
senar E dengan nada 2 ketuk dan 1 ketuk yang terdiri 2 nada dalam satu birama.
Lesson IV no 4
diawali 1 ketuk dan dilanjutkan 2 ketuk dan ditutup dengan 1 ketuk dalam satu
birama, hal yang sama terjadi pada birama 2,3, dan 4. Teknik terebut terdiri dari 8
lagu Ten Little Indians, dengan menggunakan senar A dan E satu ketuk,
kemudian dilanjut dengan lagu Oats and Beans dengan menggunakan senar D, A,
Lesson V no 1
Peserta didik melatih senar 4 ketuk pada senar G senar ini adalah nada
yang paling rendah pada instrumen biola kemudian posisi yang paling
mengangkat lengan paling tinggi hal ini menjadi perhatian guru ketika murid
memainkan lesson 5 no 1
Lesson V no 2
Kemudian Peserta didik melatihnya menjadi 2 ketukan tetapi sama panjang bow
Lesson V no 3
mengunakan semua bow untuk I ketuk ketika peserta didik menggesek biola pada
senar G.
Lesson V no 4
Peserta didik memainkan gabungan yang terdiri dari 4 ketuk, 1 ketuk dan
dengan menggunakan senar G-D-A pada lagu Twinkle, Twinkle, Little Star dalam
pembelajaran biola.
Lesson V no 5
berbeda dengan biasanya. Senar yang digesek tidak pada satu senar melainkan
lengan Peserta didik agar sejajar dengan posisi bow ketika menggesek instrumen
biola.
Lesson V no 6
Lesson V no 7
birama 1 terdapat 2 ketukan pada senar E dan A, diikuti birama 2 pada senar D
Lesson V no 9
(The Quever)
Lesson VI no 1
Quever) pada senar A dan D yang diawali birama pertama 1 ketukan dan birama
Peserta didik memainkan senar D dengan satu ketukan kemudian birama kedua
memainkan setengah ketukan tetap pada senar D dan dilanjut pada birama kedua
ketukan pertama Peserta didik memainkan setengah ketukan dan 1 ketukan pada
senar A.
Lesson VI no 3
pada senar E dengan birama 4/4, kemudian birama 2 memainkan 2 not 1 ketukan
dan 4 not setengah pada senar A, kemudian birama 3 memainkan 2 not 1 ketukan
dan 4 not setengah pada senar D, dilanjut denngan senar G dan kemudia naik
Kemudian peserta didik menerapkan teknik itu dalam lagu Gally The
Troubadour dan lagu Lightly Row, dengan menggunakan senar D dan senar A
pada lagu Gally The Troubadour yang dimainkan peserta didik dan senar G dan
D pada lagu Lightly Row memakai satu ketukan dan setengah ketukan dimainkan
Lesson VII no 1
Guru mengajarkan peserta didik bermain biola melalui jari pertama (First
Finger), jari pertama dilakukan dengan panjang 4 ketukan yang diawali senar
lepas (open string) dari senar lepas A dan jari pertama adalah nada B, buku
not setengah atau 2 ketukan dimainkan senar lepas kemudian pada birama 2
digunakan jari pertama sampai pada birama 8, pembelajaran ini terdiri dari 16
Lesson VII no 3
memainkan jari satu, kemudian diaplikasikan pada lagu little A and B March
untuk dimainkan peserta didik lagu ini terdiri dari 8 birama tanpa pengulangan.
Lesson VII no 4
Lesson VII no 5
didik melakukan pembelajaran senar lepas dan jari 1. Hal ini memiliki perbedaan
posisi senar saja no 4 dan 5 pada senar D yang akan dimainkan oleh peserta didik
tanpa pengulangan
Lesson VII no 6
dilakukan pada 2 ritme 1 ketukan dan 2 ketukan yang dimainkan peserta didik
Lesson VII no 7
terdapat pada lesson 7 dan 8 dan diiringkan oleh seorang guru yang memainkan
biola untuk mengiringi peserta didik agar tidak bosan mempelajari penjarian yang
Lesson VIII no 1
dimulai senar lepas A kemudian jari 1 pada nada B serta jari 2 pada nada C# dan
kembali pada penjarian pertama, peran penting seorang guru harus lebih
Lesson VIII no 2
Lesson VIII no 3
Lesson VIII no 4
berurutan dengan menggabungkan 2 nada pada 2 ketuk dan satu ketukan, agar
dapat memainkan teknik yang terdapat pada sebuah lagu yang ada.
Lesson VIII no 5
Melody
Lesson VIII no 6
Merrily
Lesson VIII no 7
Melody
yang telah diajarkan pada peserta didik dengan menggunakan nada 1 ketuk dan 2
ketukan hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan melakukan latihan
Terlebih lagi seorang guru harus mengerti jika produksi nada yang
dihasilkan peserta didik tidak begitu baik (fals), guru dapat membenarkan
penjariannya, guru juga dapat mengikuti peserta didik bermain biola atau
mengiringi peserta didik dengan piano dengan mengaplikasikan akor pada nada-
nada yang membentuk sebuah melodi yang terdapat pada buku panduan.
Lesson VIII no 8
Lesson VIII no 9
Lesson VIII no 10
sampai no 4 baik pada sebuah ketukan maupun pada penjarian di lesson yang
Lesson VIII no 12
Melody
dimainkan pada senar D, guru harus lebih memperhatikan posisi murid ketika
Lesson IX no 1
yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut
Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 2 ketukan pada senar A yang
dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut terdiri
Lesson IX no 3
yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut
Lesson IX no 4
Guru mengajarkan penjarian dengan cara melakukan tidak pada jari yang
berurutan dari jari 1 sampai 3 tetapi langsung menggunakan jari 2 dari senar lepas
kemudian jari 3 dari jari 1, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat
memproduksi nada dengan baik dan mengandalkan pendengaran murid agar tidak
fals.
Lesson IX no 5
langsung pada jari 3, kembali guru harus mendengarkan penjarian peserta didik
yang menghasilkan sebuah nada. Dari penjarian tersebut, hal ini dilakukan
Lesson IX no 6
Melody
Lesson IX no 7
pada no 6 dan no 7 hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan guru
Lesson IX no 8
Lesson IX no 10
sampai no 5 baik pada sebuah ketukan maupun pada penjarian di lesson yang
Lesson IX no 11
Melody
dimainkan peserta didik pada senar D dengan ketukan dan penjarian 1,2 dan 3
tetapi tidak dengan cara yang berurutan pada lagu tersebut ketika memainkannya.
Lesson X no 1
2 nada 1 ketukan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow).
Lesson X no 2
3 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up
bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar A serta melakukan
Lesson X no 3
4 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up
bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D serta melakukan
Lesson X no 1.1
2 nada 2 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up
bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang
Lesson X no 1.2
2 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up
bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang
membentuk sebuah tangga D mayor dengan melakukan senar lepas dan penjarian
1,2, dan 3.
Lesson X no 1.3
2 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up
bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang
membentuk sebuah arpegio dari tangga D mayor dan akor 4 G mayor dengan
Lesson XI no 1
Lesson XI no 3
Lesson XI no 4
Lesson XI no 5
Lesson XI no 6
Guru mengajarkan sebuah lagu pendek yang terdiri dari 8 birama dengan
teknik yang telah dipelajari oleh peserta didik biola baik pada senar lepas dan
penjarian 1,2, dan 3 serta teknik menyambung bow. Teknik penjarian dan
Lesson XII
Lesson XII no 1
crochet).
Lesson XII no 2
Lesson XII no 3
lagu-lagu yang terdapat pada lesson XII serta memainkan beberapa ketukan yang
Lesson XIII no 1
Lesson XIII no 2
Lesson XIV no 1
dengan teknik-teknik yang telah dipelajari pada lesson XIII dan lesson XIV pada
Lesson XV no 1
dengan bermain tangga nada yang digesek dengan 2 ketukan secara gesekan turun
dan 2 nada secara gesekan naik yang masing-masing nada 1 ketukan digesek
Lesson XV no 2
Hal yang sama dilakukan kembali kepada peserta didik dengan perbedaan
menggunakan jari 1,2 dan 3, yang dimainkan pada senar D, terdapat sebuah
pengulanganya.
Lesson XV no 3
Guru mengajarkan kepada hal yang sama kepada peserta didik dengan
perbedaan menggunakan jari 1,2 dan 3, yang dimainkan pada senar A, terdapat
sebuah perbedaan disetiap nada pada satu birama yang dilakukan 8 birama
dengan pengulanganya.
tersebut pada sebuah lagu agar peserta didik dapat mengaplikasikan ketika
Lesson XVI no 1
Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas A
kemudian digesek setiap nada 2 ketukan pada bagian ini terdiri dari 8 birama
dengan pengulangannya.
Kembali guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar
lepas A kemudian digesek pada birama 1 dan 3 setiap nada 1 ketukan dan birama
2 dan 4 pada terdiri 2 ketukan dengan menggunakan jari 4 pada birama 2 dan
senar lepas pada birama 4, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan
pengulangannya.
Lesson XVI no 3
Lesson XV no 4
Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas D
nada yang dilakukan satu bowing setiap nada terdiri dari 1 ketukan bagian ini
Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dengan sukat 3\4 dan diawali
pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 4 dengan mengelang
jari setiap nada terdiri dari 1 ketukan, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan
pengulangannya.
Lesson XV no 6
Hal yang sama guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dengan sukat 3\4
dan diawali pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 4 dengan
mengelang jari dengan penduan senar lepas dan mengaplikasikan jari 4, jari 1 dan
4, jari 2 dan 4, dan kembali ke jari 1 dan 4 setiap nada terdiri dari 1 ketukan,
dan tidak mmenggunakan senar lepas pada lagu tersebut. Guru harus
memperhatikan penjarian peserta didik agar tidak fals ketika memainkan sebuah
lagu.
The up-Beat
Lesson XVII no 1
Lesson XVII no 2
Lesson XVII no 3
Lesson XVII no 5
Lesson XVII no 6
Lesson XVIII
Staccato yang terdapat pada buku panduan, kali ini guru mengajarkan sebuah
lagu dari teknik yang sudah dipelajari peserta didik pada buku panduan A tune A
day guru dapat bermain bersama dengan anak, atau guru dapat bermain piano
Lesson XIX no 1
dan pada senar E, guru harus memerhatikan penjarian peserta didik agar tidak
Lesson XIX no 2
dimengerti peserta didik agar dapat membagi bow jika terdapat nada yang cukup
Lesson XIX no 3
mengelang jari dari jari I kemudian trus sampai pada jari III dan jari II sampai
pada jari ke IV. Pembelajaran ini terdiri dari delapan birama dengan
Lesson XIX no 4
Kemudian guru mengajarkan variasi dari apa yang telah dipelajari oleh
seorang peserta didik pada no 3, variasi tersebut berbentuk ritmik dengan panjang
Lesson XIX no 5
pembelajaran biola.
Lesson XIX no 6
Kemudian anak memainkan sebuah tangga nada dari hasil yang telah
memudahkan peserta didik bermain tangga nada yang menggunakan senar A dan
Lesson XIX no 7
Kemudian peserta didik memainkan sebuah tangga nada dari hasil yang
E. Permainan tangga nada tersebut dilakukan dengan 1 ketukan setiap nada dan
Lesson XIX no 8
Kemudian peserta didik bermain arpegio atau tri-suara yang terdapat pada
birama 1 dan 2 kemudian arpegio dari D mayor akor V dari tangga nada tersebut
dan dimainkan secara teknik legato dan terdiri dari birama dengan
pengulangannya.
yang telah dipelajari oleh peserta didik ketika mempelajari buku tersebut.
Lesson XX no 1
kemudian jari 1,2,3 dan 4. Tehnik tersebut digesek dengan panjang 2 ketukan,
kemudian guru harus memperhatikan nada yang diproduksi oleh anak ketika
pengulangannya.
Lesson XX no 2
2 ketukan agar peserta didik dapat melatih jari 4 dengan cara menahan nada yang
pengulangannya.
Lesson XX no 3
mendengarkan nada yang diproduksi oleh peserta didik. Teknik ini terdiri dari 8
Hal yang sama dilakukan dengan jari melompat diawali senar lepas
kemudian jari I, senar lepas jari II, kemudian jari I ke jari II, kembali pada jari 1
ke jari 3. Lalu jari 2 kejari 3, kembali ke jari 2 dan langsung kejari 4 yang digesek
semua nada melalui 1 ketukan. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan
pengulangannya.
Lesson XX no 5
jari yang dimulai dari senar lepas kemudian jari 2 yang diurutkan ke jari I dan
kembali pada senar lepas, kemudian jari I melompat pada jari ketiga yang
diurutkan pada jari II dan jari I, kemudian jari II melompat kejari ke IV yang
diurutkan pada jari ke III, dan kembali pada jari II, lalu kembali lagi pada jari I
yang dilakukan seperti hal yang sama. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan
pengulangannya.
Lesson XX no 6
paduan agar dapat mengaplikasikan permainan dari teknik penjarian yang telat
dipelajari peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan teknik
Lesson XX no 7
Lesson XX no 8
Lesson XX no 9
Kemudian peserta didik diajarkan Arpegio dari tangga nada G mayor yang
digesek 1 ketukan dengan memakai legato dua pada birama 1 sampai birama 2
teknik-teknik tersebut.
Lesson XXI no 1
berbentuk lagu pendek (pieces) tidak lagi kepada contoh lagu yang terdiri dari 8
dengan menggunakan tehnik-tehnik yang telah dipelajari peserta didik pada awal
menggunakan buku panduan A Tune A Day. Guru dapat membantu peserta didik
mengiringi melalui sebuah akord dan memainkan sebuah biola unruk membantu
peserta didik bermain. Biasanya lagu yang terdapat pada lesson ini menjadi bahan
untuk ujian biola tengah semester music programe di Sekolah Chandra Kusuma
School.
bersamaan terhadap sebuah lagu yang sama tetapi memiliki perbedaan nada yang
tune a day I
dapat mengikuti buku panduan yang tertulis, dalam bentuk notasi untuk proses
pembelajarannya. notasi dan simbol yang tertulis, menjadi bahan ajar seorang
panduan A tune a day I, banyak memiliki variasi permainan gesekan dari lesson 2
sampai pada lesson 6. Hal ini membuat peserta didik akan menghabiskan waktu
Pembelajaran pada tahap awal gesekan peserta didik akan kesulitan dalam
menggesek dengan stabil, hal ini harus diperhatikan oleh seorang guru dalam
yang diaransemen C. Paul Harfurth dengan bermain bersama guru pada sebuah
lagu yang mengiringi peserta didik bermain gesekan, yang diawali 4 ketuk, 2
tidak adanya iringan, serta permainan peserta didik yang tidak harmonis. Hal ini
dapat diatasi dengan iringan rekaman, atau program penulisan notasi yang ditulis,
serta program instrumen midi dengan sebuah akor iringan. Hal ini dapat
sebaiknya dapat ditirukan oleh seorang guru, agar murid dapat melihat dan
mendengar hasil yang dicontohkan seorang guru, serta cara melakukan teknik
penjarian tersebut. Kemudian pada buku panduan A tune a day I terdapat banyak
mencontohkannya, lagu tersebut diiringi oleh piano, agar anak dapat menjaga
mengajarkan peserta didik dasar yang baik, melalui sebuah gesekan, penjarian 1,
teknik gesekan dan penjarian peserta didik diajarkan menggunakan jari ke-4,
yang tidak menggunakan senar lepas (open string) dalam memainkan sebuah
lagu, dan bermain bersama peserta didik lainnya dalam bentuk ansambel.
yang diawali dengan teknik staccato dilakukan panjang gesekan ¼ ketuk (Semi
Variasi C dengan menggunakan not ½ ketuk dan ¼ ketuk yang dilakukan pada
semua not untuk melatih peserta didik teknik bowing. Variasi D dengan
menggunakan not ¼ ketuk yang dilakukan pada semua not untuk melatih peserta
dan jari ke III, tetapi pada lagu ini peserta didik tidak ditekankan untuk bermain
jari IV ketika memainkan lagu-lagu yang terdapat pada buku panduan Suzuki
peserta didik.
Lagu ini adalah sebuah teknik untuk melatih sebuah penjarian untuk
kemudian guru dapat mengajarkan pada senar yang lainnya contohnya pada senar
D, E dan G.
pembelajarannya pada buku panduan Suzuki tersebut melalui teknik yang telah
sebuah lagu yang terdapat pada buku panduan. Teknik yang dipelajari seorang
peserta didik untuk etude tersebut berfungsi sebagai penjarian yang baik serta
tehnik menyebrangi senar (Crossing String) dari senar yang satu ke senar yang
lainnya.
teknik dalam permainannya. Ketika peserta didik mempelajari lagu tersebut guru
harus memberitahu gaya permainan secara klasik barat yang telah dimainkan
anak.
mempelajari tehnik, etude dan gaya permainan yang telah dipelajari seorang
peserta didik.
Suzuki Violin
dengan bermain sebuah lagu. Permainan yang dilakukan peserta didik terkadang
tidak dengan cara membaca notasi melainkan menirukan apa yang dicontohkan
memainkan lagu yang berbeda. Melalui hal tersebut guru dapat mengajarkan anak
Hal ini dapat diajarkan oleh seorang guru dengan memberi penjelasan
pada peserta didik untuk melihat tanda baca walaupun hanya nomor penjarian.
Guru dapat mengawali dengan penempatan keempat senar biola yang terdiri dari
Dan ketika sebuah nada lebih rendah dilakukan 0,3,2,1 dengan senar yang
berbeda pada jari 0 (open string). Hal ini dilakukan karena kurangnya materi
pembelajaran baik pada sebuah gesekan dan pada sebuah penjarian pada buku
panduan Suzuki.
lagu dengan nada yang harmonis, teknik sesuai dengan kemampuan anak,
membantu anak dalam memainkan lagu tersebut, tanpa harus merubah, dan
tersebut.
A.1
A.2
A.3
B.2
B.3
C.2
C.3
untuk sebuah ujian yang dilakukan sebagian instansi musik seperti Medan Musik,
Era musika, Irama Musik Studio, serta instansi musik lainnya. Hal ini dilakukan
musik yang mengajar datang kerumah peserta didik untuk memberikan sebuah
pengajaran musik, guru tersebut akan memikirkan modul apa yang akan diberikan
Pemikiran orang tua terhadap sebuah ujian masih sangat besar terhadap
sebuah pembelajaran maka guru musik akan selalu mengambil bahan ujian untuk
Bahan lagu kurikulum ABRSM tersebut terdiri dari 3 bagian yang masing-
masing bagian terdiri dari 3 buah lagu A1 sampai A3, B1 sampai B3, C1 sampai
C3 bahan-bahan lagu tersebut dipilih satu dari tiga bagian oleh peserta didik
untuk diujiankan.
bahan kurikulum ABRSM untuk sebuah ujian dasar I, kebanyakan peserta didik
memilih bahan lagu terdiri dari A.1, B.3, dan C.1 hal ini dikarenakan
pembelajaran sebuah lagu pada A.1 lebih mudah karena menggunakan jari yang
berurutan dan bahan tersebut tidak membuat peserta didik mengalami kesulitan
ketika memainkannya.
Berbeda dengan bahan lagu B.3 yang memakai sukat ¾ dengan nada 3
ketuk,2 ketuk sampai pada 1 ketuk, dan penjarian yang tidak begitu sulit dan
dapat dijangkau oleh seorang anak ketika memainkan lagu tersebut. Terlebih lagi
C.3 yang dengan bahan gesekan yang riang dan tidak terlalu sulit, dalam bagian
ini banyak lagu dengan pengulangan-pegulangan motif dan jari yang tidak begitu
ABRSM
yang dipelajari sebelum ujian berlangsung. Peran penting guru ketika peserta
diujiankan pada peserta didik, melatih anak dengan tulisan yang terdapat pada
notasi, melihat penjarian dan teknik yang dimainkan oleh peserta didik agar tidak
merubah penjarian dan teknik gesekan yang telah tertulis pada bahan lagu
kurikulum Abrsm.
Kurikulum yang terdapat pada bahan lagu memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda-beda antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Hal ini menyebabkan
peserta didik tidak ingin memilih bahan yang sulit untuk dimainkan, baik dari
teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri. Kemudian tangga nada yang terdapat
pada kurikulum tersebut membuat peserta didik memilih bahan mana yang akan
dimainkannya.
Dalam hal ini peran penting seorang guru harus lebih mengarahkan,
yang dilakukan peserta didik terhadap kerikulum tersebut. baik pada sebuah lagu
Kelebihan kurikulum Abrsm ini adalah peserta didik mengerti lagu dan
tangga nada yang akan diujiankan peserta didik, serta melatih bahan tersebut
sampai anak benar-benar mampu memainkannya. Hal ini sangat membantu anak
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
permasalahan dan penelitian ini, berdasarkan seluruh uraian yang telah dijabarkan
tentang pembelajaran biola melalui sebuah buku panduan A Tune A Day I, Suzuki
violin I, dan kurikulum ABRSM I yang diterapkan pada peserta didik tingkat pra
penting bagi peserta didik pada tingkatan pradasar disekolah Candra Kusuma
School, hal ini dapat terlihat dalam sebuah proses belajar-mengajar melalui
gesekan atau nada panjang, penjarian teknik bow ketika memainkan sebuah lagu,
bagi guru atau instruktur musik pada tahap awal pembelajaran instrumen biola,
dikarenakan ketika anak akan memainkan sebuah lagu pada instrumen biola anak
harus dapat melakukan teknik gesekan dengan baik dan menggunakan penjarian
1,2 dan 3, untuk dapat memainkan sebuah lagu dengan teknik yang baik.
ini peserta didik harus menghabiskan waktu pembelajaran selama 3 bulan untuk
pradasar dan dasar I ketika mempelajari instrumen biola pada musik program di
musik program di sekolah Chandra Kusuma School. Memiliki hal yang sangat
baik terhadap sebuah pengenalan notasi, cara bermain biola melalui sebuah
yang ada pada buku panduan A tune a day, terkadang membuat anak menjadi
day anak akan mempelajari buku panduan Suzuki, buku panduan Suzuki adalah
buku panduan pembelajaran biola melalui sebuah lagu, yang dikhususkan pada
tingkatan pradasar dan dasar I, harus menjadi bahan yang penting untuk
pada tingkatan pradasar terlihat ketika memainkan lagu yang terdapat pada buku
lagu pada buku panduan Suzuki yang dilakukan melalui sebuah hafalan yang
ditirukan dari seorang guru, terlebih lagi Banyaknya peserta didik yang
gesekan dan penjarian. Akibatnya peserta didik hanya dapat meminkan sebuah
lagu dan tidak dapat melakukan sendiri harus dengan bantuan orang lain dengan
kata lain, peserta didik meniru dan tidak dapat membaca dan menerapkan bentuk
terhadap sebuah lagu dalam memainkan instrumen biola pada pembelajaran yang
dengan memainkan sebuah lagu dan mengajari peserta didik meniru permainan
yang dilakukan seorang guru dalam memainkan instrumen biola. Hal ini
dikarenakan tuntutan orang tua kepada anaknya memainkan sebuah lagu dalam
pembelajaran instrumen biola tetapi hal ini menjadikan anak mereka tidak dapat
berkompetisi dan mengembangkan hal yang baru dari pembelajaran biola yang
lagu-lagu yang terdapat pada buku paduan kurikulum ABRSM, kesulitan yang
terdapat pada buku panduan sering sekali anak mempermudah bermain lagu pada
menjadi peran penting guru melihat dan membenarkan serta melatih anak pada
teknik gesekan dan penjarian, yang tertulis pada sebuah notasi kurikulum ABRSM
Kusuma School, melalui buku panduan A tune a day, peserta didik dapat
dan didukung beberapa lagu dalam buku panduan Suzuki violin. Kemudian pada
tingkatan dasar I, peserta didik dapat memainkan sebuah lagu dengan teknik-
teknik yang terdapat pada buku panduan sebelum memainkan bahan ujian melalui
kurikulum ABRSM.
6.2 Saran
ada menjadikan manusia yang serba siap saji untuk sebuah bidang ilmu. Begitu
juga dengan pembelajaran musik, keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat
dalam mempelajari musik baik sebuah teori maupun pada instrumen musik,
Hal ini harus dimengerti oleh seorang guru untuk memberikan materi ajar
seorang guru kepada peserta didik, melalui sebuah buku panduan, metode
peserta didik, serta kerjasama yang baik antara seorang guru dan para orang tua
peserta didik.
sama dan tukar informasi antara seorang guru dan para orangtua terhadap anak
Kusuma School.
Pemilihan buku panduan yang dipakai seorang guru untuk bahan ajar
belajar-mengajar, maka dalam hal ini guru terlebih dahulu menganalis buku
bahan akhir untuk sebuah ujian yang dilakukan pada akhir semester. Proses
sebuah kerjasama antara penerbit dan pencipta sebuah metode terhadap sebuah
instansi, maka dalam hal ini peran penting seorang guru sangat dibutuhkan dalam
pada sebuah sebuah konsep edukasi, tetapi bagaimana cara seorang guru melihat
sebuah metode yang terdapat pada buku panduan terkadang terlalu sulit untuk
sendiri dengan memakai buku panduan yang sama. Hal ini cukup sulit dilakukan
seorang peserta didik dengan memakai sebuah metode dengan kemampuan daya
didik pada sebuah proses belajar-mengajar adalah hal yang sangat penting
terhadap daya tangkap anak menerima pelajaran, keseharian yang dilalui seorang
peserta didik menjadi sebuah pencontohan bahan ajar untuk materi pembelajaran,
kemudian guru harus mengerti akan tingkah laku seorang anak dalam
didik.
lancarnya sebuah proses belajar-mengajar, hal ini harus dimulai oleh seorang
guru kepada peserta didik dikarenakan peserta didik tidak akan pernah memulai
kedekatannya kepada seorang guru karena jarak usia yang terlalu jauh, takut akan
mendapatkan sebuah kesalahan karena tidak sopan, serta berlatih musik dirumah
karena takut akan tugas yang diberikan bukan karena kemauan peserta didik
sendiri.
sangat antusias, melatih bahan dirumah karena sebuah pertemuan yang menarik,
tidak akan melupakan apa yang diajarkan guru terhadap sebuah materi karena
kepercayaan peserta didik kepada seorang guru telah terjalin dari kedekatan
tersebut.
Kerjasama yang baik antara seorang guru dan para orang tua sangat
musik, kegiatan peserta didik dirumah menjadi laporan kepada seorang guru
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dari apa yang telah dilatih oleh peserta
didik dirumah, ketika mengulang kembali pembelajaran yang telah dilatih oleh
seorang guru.
Sebaliknya, orang tua juga akan mengetahui apa yang dilakukan peserta
didik ketika mengikuti sebuah proses pembelajaran dan apa yang akan dilatih
oleh peserta didik dirumah. Hal ini membuat peserta didik semakin baik karena
orang tua mengetahui masalah apa yang saat ini dipelajari anaknya, dan guru
lainnya menentukan akan baiknya proses pembelajaran biola yang dilakukan oleh
seorang peserta didik. Buku panduan adalah sebuah media untuk penyampaian
bahan ajar yang tertulis namun tidak dapat menjadikan seorang peserta didik
menjadi musisi yang sangat hebat tanpa dukungan seorang guru dan orang tua.
Adler Samuel, The Study of Orchestration, New York, W.W. Norton and
Company, 1989.
Alan Topper, Matson, Correting The Right Hand Bow Position For The Student
Violinist and Violist, The Florida State University School Of Music,
Valdosta, 2002
Auer Leoport, Violin Playing As I Teach It, Inc. New York, Dover Publications,
1960.
Carlson Betty, Jane Stuart Smith, Karunia Musik, Surabaya, Penerbit Momentum,
2003.
Dale, B.J.,Jacob & Anson, H.V., 1940, Harmony, counterpoint & Improvisation,
Book 1, Borough Green Sevenoaks, Kent, 1940.
Flesch, Carl, The Art of Violin Playing (Book One, Translate and Edited by Eric
Rosenblith, Foreword by Anne Shophie Mutter, Carl Fischer, New York,
2000).
Galamian, Ivan, Principles of Violin Playing & Teaching, Third Edition, Prentice
Hall, New Jersey: 1962.
Hohmann, Christian Heinrich, Practical Method For The Violin, G.Schrimer,
New York/ London.
Hucthing Arthur, Concerto dalam The New Grove Dictionary of Musik and
Musicians (Stanley Sadie), Vol. 4, London,2002.
Mack Dieter, Ilmu melodi, Diatinjau dari segi Budaya Musik Barat Yokyakarta,
Pusat Musik Liturgi, 1995
Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 4, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.
Ottoman Robert W., Elementary Harmony, Theory and Practice-hall, Inc., USA,
Englewood Cliffs, 1962.
Peter Larsen Jens, The New Grove Dictionary of Music & Musicians, Vol. 8 H-
Hyporchema, London, 2002.
Rhoderick McNeill J., Sejarah Musik II, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 1998.
Stein Leon, Structure and Style, University of Music, New Jersey, 1979.
Sumber Elektronik
Lampiran
Foto Sekolah Chandra Kusuma School dan Guru Pengajar Chandra kusuma
School
Glosarium