Anda di halaman 1dari 2

Instrumen KLT

Fase yang digunakan pada KLT yaitu (Gandjar, 2007) :

1. Fase Diam

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja kromatografi lapis tipis
pada efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan meliputi silika dan
serbuk selulosa, sementara mekanisme absorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan
partisi.

2. Fase Gerak

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka yang ada, akan tetapi lebih sering
dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana yaitu campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Pemilihan eluen merupakan faktor yang berpengaruh pada sistem KLT. Eluen dapat terdiri
dari satu pelarut atau campuran dua sampai enam pelarut. Campuran pelarut harus saling
bercampur dan tidak ada tanda-tanda kekeruhan.

Fungsi eluen dalam KLT (Wulandari, 2011):

1. Untuk melarutkan campuran zat.


2. Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati sorben
fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang dipersyaratkan.
3. Untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan
dipisahkan.

Eluen juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Wulandari, 2011):

1. Memiliki kemurnian yang cukup


2. Stabil
3. Memiliki viskositas rendah
4. Memiliki partisi isotermal yang linier
5. Tekanan uap yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi
6. Toksisitas serendah mungkin.

Kromatografi Lapis Tipis, menggunakan plat silika gel 60 F₂₅₄ sebagai fase diam, dan
sebagai fase gerak digunakan campuran n-heksan dengan etil asetat dengan perbandingan
mulai (9:2). Setelah dilakukan penotolan dan proses KLT akan didapatkan beberapa noda dan
masing-masing noda dihitung nilai Rf-nya dengan menggunakan persamaan (Aquino, 2002) :

Jarak batas bawahdengan noda


Rf =
Jarak batas bawah dengan batasatas
Nilai Rf sangat berkarakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluentertentu. Hal
tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang memiliki Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitupun sebaliknya. Hal tersebut disebabkan fase diam yang bersifat polar. Senyawa yang
lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan
adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar, 2007).

Dapus : Aquino R, Caceres A, Morelli S, Rastelli L. 2002. An Extract of Tagetes lucida


and its Phenolic Constituents as Antioxidants, J. Nat. Prod. 65, 1773-1776.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus Presindo.

Anda mungkin juga menyukai