Anda di halaman 1dari 49

KOORDINASI PEMBINAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

KELURAHAN CIBADUYUT KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL


KOTA BANDUNG

COORDINATION OF COMMUNITY DEVELOPMENT INSTITUTIONS IN


CIBADUYUT VILLAGE BOJONGLOA KIDUL DISTRICT BANDUNG CITY

USULAN PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Seminar Usulan Penelitian Pada
Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :
FINELY ELSY ALIFIA
NPM :

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.2 Fokus Penelitian

1.3 Identifikasi Masalah

1.5 Kegunaan Penelitian

BAB II

TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PROPOSISI

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Koordinasi

2.1.2 Ciri-Ciri Koordinasi

2.1.3 Tipe Koordinasi

2.1.4 Tujuan Koordinasi

2.1.5 Jenis-jenis Koordinasi

2.1.6 Mekanisme Koordinasi

2.1.7 Hambatan dan Manfaat Koordinasi

2.1.8 Pengertian Pemerintahan

2.1.9 Pengertian Pemerintahan Daerah

i
2.1.10 Manajemen Pemerintahan Daerah

2.1.11 Pengertian Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

2.1.12 Arah Kebijakan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

2.1.13 Tujuan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

2.2 Kerangka Pemikiran

2.3 Proposisi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.2 Metode penelitian yang digunakan

3.3 Unit Analisis

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.6 Operasional Parameter

3.7 Teknik Analisis Data

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara dituntut untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya menjadi

semakin efektif, efisien, dan kompetitif dalam pembangunan yang bertujuan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan

inovasi di dalam masyarakat tersebut. Untuk memperbaiki kondisi tersebut perlu

dilakukan pemberdayaan agar masyarakat menjadi berdaya, yang dimaksud

berdaya disini ialah upaya-upaya atau unsur-unsur yang memungkinkan

masyarakat untuk mengembangkan diri. Birokrasi pemerintah merupakan elemen

yang strategis untuk melakukan pemberdayaan karena mempunyai banyak

keunggulan dan kekuatan dibandingkan dengan elemen-elemen lainnya. Proses

pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila

berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada

prinsip saling percaya dan menghormati.

Pembinaan lembaga kemasyarakatan adalah sebagai proses

mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi

masyarakat lapisan bawah untuk mengoptimalkan sektor kehidupan. Masyarakat

yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas

mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya

sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses

politik di ranah negara.

1
2

Lembaga kemasyarakatan yang berperan sebagai mitra pemerintah untuk

meningkatkan peran serta masyarakat di Kelurahan, melalui kerjasama dengan berbagai

pihak. Selain itu Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan merupakan organisasi

masyarakat yang paling dekat, dimana lembaga tersebut akan terlibat langsung dalam

perencanaan dan pengendalian pembangunan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan merupakan mitra Pemerintah Kelurahan

dalam mensukseskan pembangunan. Untuk mewujudkan dan mencapai tujuan tersebut

diperlukan kemampuan dan kinerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yang

maksimal.

Selain program yang akan dibuat harus menjawab serta memenuhi kehendak

masyarakat di Kelurahan yang memerlukan pelayanan secara optimal agar tercipta suatu

keadaan yang menggambarkan good governance Kelurahan.

Pemerintah kelurahan diharapkan memiliki kemampuan dan responsif yang

tinggi serta handal, komitmen dan bertanggung jawab serta accountability dalam

pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai unsur pelayanan masyarakat. Hal tersebut

sangat penting dalam pelaksanaan tugasnya agar dapat terwujud tujuan kearah

keberhasilan, yaitu berupa pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan adalah lembaga atau wadah yang dibentuk

atas prakarsa masyarakat sebagai mitra lurah dalam menampung dan mewujudkan

aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. Lembaga Kemasyarakatan

Kelurahan sebagai mitra lurah di bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.


3

Tugas Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yaitu menyusun rencana

pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong-royong masyarakat,

melaksanakan dan mengawasi pembangunan.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2013 tentang

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan pasal 23 menjelaskan bahwa Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan mempunyai mempunyai fungsi :

1) Menyusun rencana pembangunan bersama masyarakat dan pemerintah

2) Menggerakkan dan mengkoordinasikan untuk mendorong swadaya gotong-

royong masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

3) Memantau pelaksanaan pembangunan

4) Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut bahwa Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan masih

kurang berjalan optimal, sehingga menyebakan lambatnya perkembangan pembangunan

di Kelurahan Cibaduyut, padahal telah memiliki Standar Operasional Prosedur

mengenai pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yaitu Pemerintah

Kelurahan melakukan kunjungan kepada para tokoh masyarakat termasuk kepada

pengurus Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan melalui rapat koordinasi dengan para

pengurus Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dan tokoh masyarakat yang membahas

program-program pemerintah termasuk penyuluhan teknis program yang dilaksanakan.

Kelurahan Cibaduyut adalah salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kota

Bandung merupakan wilayah kawasan industri dan pariwisata, sehingga dalam


4

melaksanakan pembangunan diperlukan sinkronisasi dan kerjasama berbagai pihak

dengan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan.

Adapun lembaga kemasyarakatan yang berada di Kelurahan Cibaduyut sebagai

berikut :

Tabel 1.1
Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

No. Lembaga Fungsi Jumlah


Kemasyarakatan
Kelurahan
1. Lembaga Pemberdayaan Membuat data penduduk akan survey
Masyarakat tertentu yang diperlukan sebagai arsip 1
desa atau kelurahan.
2. Pembinaan Kesejahteraan Sebagai penyuluh, motivator, dan
Keluarga (PKK) penggerak masyarakat agar mau dan 1
mampu melaksanakan program PKK
3. Badan Keswadayaan Pusat penggerak dan penumbuhan
Masyarakat (BKM) kembali nilai-nilai kemanusiaan, nilai-
nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai
demokrasi dalam kehidupan nyata 1
masyarakat setempat.
4. Rukun Warga (RW) Pengkoordinasian antar warga,
pelaksanaan dalam menjembatani 8
hubungan antar sesama dan antar
masyarakat dengan pemerintah daerah,
penanganan masalah-masalah
kemasyarakatan yang dihadapi warga
5. Rukun Tetangga (RT) Penanganan masalah-masalah
kemasyarakatan melalui langkah dan
kegiatan yang disepakati dalam 30
musyawarah sesuai kondisi kebutuhan
masyarakat.
6. Karang Taruna Pilar partisipasi masyarakat sebagai
wadah pembinaan pembangunan dan
pengembangan generasi muda dibidang 1
kesejahteraan sosial.
5

Agar lembaga kemasyarakatan dapat berjalan secara optimal maka pemerintah

daerah dapat berkoordinasi dengan stakeholder seperti Polri, TNI, Kesbangpol, dan

lembaga-lembaga yang terkait.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bulansari Oktafia, Program studi

Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik

Parahyangan, Tahun 2018, Kota Bandung, Bahwa masalah dari penelitian tersebut

adalah:

Tabel 1.2
Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Judul Peneliti Persamaan Perbedaan


Pengaruh Faktor Internal dan Bulansari Kota Tempat Data yang diperoleh
Eksternal Terhadap Partisipasi Oktafia Penelitian. menggunakan desain
dalam Pengambilan Keputusan penelitian kuantitatif
Lembaga Kemasyarakatan dengan metode
Kelurahan Cipedes Kecamatan pengumpulan data
Sukajadi 2017. kuestioner.

Namun demikian berdasarkan hasil obeservasi awal di lapangan yang dilakukan

oleh peneliti ditemukan beberapa indikasi belum optimalnya koordinasi pembinaan

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan, yaitu :

1. Kurang jelasnya tugas pokok dan fungsi serta kewenangan lurah dalam

membina Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

2. Kurang harmonisnya antara pemerintah kelurahan dengan Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan

3. Kurang terbukanya pemerintah kelurahan dalam menerima ide dan saran dari

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan


6

4. Belum jelasnya pedoman dan pembagian tugas di Kelurahan dalam membina

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

5. Tidak optimalnya pertemuan rutin yang dilakukan kelurahan dengan

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

6. Kurang optimalnya rapat-rapat dengan instansi terkait yang membahas

mengenai pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

7. Selalu bertolak belakang persepsi antara pemerintah kelurahan dengan

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti mencoba menentukan pendekatan

teori koordinasi sebagai pendekatan, dikarenakan koordinasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan sangat diperlukan sebagai fungsi manajemen yang diharapkan dalam

pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan Cibaduyut dapat maksima, dan

peneliti selanjutnya akan menuangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi

dengan judul “Koordinasi Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan Cibaduyut,

Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung.

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah Koordinasi oleh Lembaga Kemasyarakatan

Kelurahan, dalam penguatan lembaga pemberdayaan masyarakat di Kelurahan

Cibaduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung.


7

1.3 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan

penelitian dan identifikasi tersebut adalah :

1. Bagaimanakah koordinasi pembinaan Lembaga Kemasyarakatan di

Kelurahan Cibaduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul.

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat koordinasi pembinaan Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan Cibaduyut.

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam koordinasi pembinaan Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan Cibaduyut.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi

Kelurahan. Lebih jauh lagi kegunaan penelitian ini, yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran ilmiah bagi

ilmu sosial, khususnya ilmu pemerintahan dalam kajian manajemen

pemerintahan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan memberikan

sumbangan bagi pemerintah Kelurahan Cibaduyut sebagai penyelenggara

pemerintah kelurahan dalam manajemen pemerintahan.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PROPOSISI

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Koordinasi

Menurut Manullang (2012: 72) koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan

seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal

mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan dengan adanya

koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit organisasi dalam

mencapai tujuan organisasi.

Menurut Manullang ( 2008: 72-73), koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Empat cara utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus


dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan diadakan
pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan
mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai suatu
tujuan.
2. Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus
bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi
penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan.
3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing- masing
unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unituntuk
dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
4. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan
bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi, dan
pengarahan.

8
9

Melakukan kegiatan koordinasi dengan berbagai cara seperti diatas tersebut

adalah amat perlu sebab adanya kegiatan koordinasi dapat menghindarkan terjadi

konflik mengurangi duplikasi tugas, meniadakan pengangguran, melenyapkan

kepentingan unit sendiri dan memperkukuh kerja sama. Dengan setiap koordinasi

diharapkan akan tercipta suasana kerja sama, kesatuan tindakan dan kesatuan tujuan

akhir.

Koordinasi sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin mencapai

produktivitas /kinerja yang berhasil guna dan berdaya guna. Demikian halnya

keterpaduan dan keserasian semua usaha dan kegiatan, pemikiran dan daya guna dari

semua pemegang fungsi (unit atau instansi) akan merupakan suatu kekuatan, sehingga

kelemahan-kelemahan organisasi dapat dapat teratasi.

Koordinasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan produktifitas /kinerja

organisasi, apabila hal tersebut dapat difungsikan secara efektif. Keefektifan koordinasi

sangat ditentukan oleh peran pimpinan dalam memadukan berbagai fungsi yang

didasarkan pada suatu prinsip, teknik dan metode koordinasi yang diarahkan pada

pencapaian tujuan.

Menurut Sondang P Siagian (1978) “Koordinasi adalah pengaturan tata

hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha

pencapaian tujuan bersama pula.


10

Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur agar pembagian kerja dari

berbagai orang atau kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebutuhan yang terintegrasi

dengan cara seefesien mungkin”.

Menurut Pearce II dan Robinson yang dimaksud dengan koordinasi adalah

integrase dari kegiatan-kegiatan individual dan unit-unit ke dalam satu usaha bersama

yaitu bekerja ke arah tujuan bersama. Sedangkan menurut Stoner koordinasi adalah

proses penyatu-paduan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dan unit-unit yang

terpisah (bagian atau bidang fungsional) dari sesuatu organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi secara efisien.

Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa koordinasi merupakan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan yang mempunyai tujuan bersama yang menjadi sasaran dari kegiatan

tersebut.

Sedangkan Brech, memberikan pengertian koordinasi adalah mengimbangi dan

menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok

keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.

Fayol menjelaskan bahwa coordinate (koordinasi) dalam Bahasa Arab “Tanssiq”

: yaitu usaha untuk mengharmoniskan dalam rangkaian struktur yang ada. Pada

hakekatnya, yang dikoordinir itu adalah manusianya.


11

Fayol juga menambahkan bahwa koordinasi yang merupakan salah satu unsur

manajemen mengartikan bahwa koordinasi adalah penggabungan usaha dan peraturan

semua kegiatan perusahaan agar sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan.

Dalam melakukan koordinasi, diperlukan adanya kerja sama antar anggota yang

pada akhirnya menimbulkan keharmonisan kerja sehingga tidak adanya pekerjaan yang

tumpeng tindih antara yang satu dengan yang lain dan individu maupun unit-unit

organisasi guna mencapai sasaran atau tujuan organisasi yang telah diterapkan.

Dari beberapa pengertian koordinasi di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

adalah koordinasi kerjasama antar unit atau bagian yang saling berhubungan dan

mempunyai keterkaitan sedemikian rupa sehingga menciptakan keharmonisan kerja

dalam melakukan proses kegiatan dalam mencapai tujuan bersama.

2.1.2 Ciri-Ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1986) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut,

yaitu :

1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh


karena itu, koordinasi merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering
dicampuradukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti
yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan
koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh karena itu,
maka kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam
membantu pelaksanaan koordinasi.
2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena itu koordinasi
adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan
12

koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk


mencapai efisiensi dalam melakukan kegiatan organisasi. Adanya tumpang
tindih kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang
sempurnanya koordinasi.
4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-
usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam
mencapai hasil.
5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta
suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan
tujuan sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa yang merupakan ciri-ciri

koordinasi adalah suatu kerjasama di dalam kelompok yang tanggungjawabnya untuk

mencapai tujuan bersama dimana tanggung jawabnya terletak pada pimpinan

koordinasinya.

Stoner dan Wankel (dalam Dydiet Hardjito, 2007 : 50 ) membedakan tiga

macam kebutuhan koordinasi diantara satuan organisasi sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interpende) yaitu bila satuan-


satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja
setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interpende) yaitu suatu
satuan organisasi harus melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan
yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interpendence) yaitu
hubungan yang bersifat saling memberi dan menerima antar satuan
organisasi.

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa konsep koordinasi di dalamnya

tergantung kebutuhan akan integrase dalam pelaksanaan tugas serta saling

ketergantungan antar unit-unit organisasi.


13

James L. Price (dalam Budhi Paramitha, 2005 : 43) menyatakan bahwa

koordinasi mencerminkan adanya pembagian kerja diantara para anggota orgganisasi,

spesialis peranan-peranan dan fungsi-fungsi organisasi dan adanya saling

ketergantungan antar para anggota, peranan-peranan dan fungsi yang dimensi-dimensi

sarana dan tujuan dari organisasi diarahkan untuk mencegah dan mengoreksi tumpah

tindih, pergaulan kesalahan, konflik dan untuk menggalang usaha-usaha terpadu dari

para anggota kearah tujuan menyeluruh sistem itu.

Menurut Dydiet Hardjito (2007 : 53) masalah koordinasi yang efektif banyak

terjadi pada ketergantungan sekuensial/berurutan dan ketergantungan timbal balik,

apabila kebutuhan akan koordinasi meningkat maka meningkat pula kesulitan untuk

mencapai secara efektif. Perbedaan-perbedaan yang mempersulit efektifitas koordinasi

adalah :

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu;

2. Perbedaan dalam orientasi waktu;

3. Perbedaan orientasi antar pribadi;

4. Perbedaan dalam formulasi struktur.

Perbedaan terhadap upaya tercapainya koordinasi yang efektif ditempuh dengan

dua jalan, yaitu :

a. Pendekatan potensi koordinasi, bahwa kunci koordinasi yang efektif adalah

komunikasi, baik secara vertical, lateral maupun komunikasi lewat

penghubung/horizontal;
14

b. Pendekatan strukur, dilakukan apabila merasakan adanya iklim yang tidak sehat

pada unit-unit organisasi karena adanya penumpukkan kegiatan pada suatu unit

organisasi.

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan organisasi secara terpadu dan

sistematis adalah sebagai berikut :

a. Menghindari pendapat atau perasaan penting dari salah satu unit organisasi

b. Menghindari perasaan saling lepas antar organisasi;

c. Menghindari pertentangan antar pejabat atau antar unit organisasi yang ada;

d. Menghindari perebutan fasilitas yang dimiliki oleh organisasi;

e. Menghindari terjadinya saling tunggu antar organisasi;

f. Menghindari kekembaran pekerjaan terhadap suatu kegiatan organisasi,

sekaligus kekosongan pekerjaan;

g. Terjadinya kesatuan langkah, tindakan, sikap dan saling membantu antar pejabat

atau unit organisasi yang ada

h. Sejalan dengan perkembangan lingkungan eksternal organisasi termasuk di

dalamnya kemajuan teknologi, maka terjadi spesialisasi bidang perkerjaan dalam

unit organisasi serta keahlian yang dimiliki individu. Berangkat dari kondisi ini

maka dalam pelaksanaan koordinasi harus mengantisipasi hambatan-hambatan

serta perbedaan-perbedaan yang terjadi sehingga kinerja organisasi dapat

berjalan secara seimbang dan berkesinambungan.


15

Dalam suatu organisasi koordinasi mutlak perlu dilakukan karena beberapa

alasan, yaitu :

1. Tidak ada satu pun tugas pemerintah yang dapat diselesaikan dengan tuntas

hanya oleh satu Instansi saja.

2. Koordinasi diperlukan untuk mencegah terjadinya duplikasi dan tumpang tindih

tugas dan fungsi

3. Segala langkah harus diambil untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja

4. Melalui koordinasi, seluruh aparat pemerintah akan bergerak dengan pendekatan

sistem.

Pada prinsipnya koordinasi mutlak harus dilaksanakan, karena dengan

koordinasi yang baik maka tujuan dapat dicapai lebih efektif dan efisien. Tanpa

koordinasi, para individu dan unit-unit organisasi akan kehilangan pemahaman atas

perannya di dalam organisasi dan tergoda untuk mengejar kepentingan diri sendiri.

Luasnya kebutuhan akan koordinasi tergantung dari sifat dan perlunya komunikasi dari

tugas-tugas yang dilakukan dan tingkat saling ketergantungan berbagai unit yang

menjalankan tugas tersebut.

Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam kebutuhan

integrasi. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan akan

komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-

macam satuan pelaksananya. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi

antar satuan, derajat koordinasi yang tinggi adalah paling baik.


16

Derajat koordinasi yang tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak

rutin dan tidak diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling

ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-

organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi.Tetapi

semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer/pimpinan untuk

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.

Menurut YohanesYahya (2006 : 95), ada empat tipe perbedaan dalam sikap dan
cara kerja yang mempersulit tugas-tugas organisasi secara efektif sebagai berikut:

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu

2. Perbedaan dalam orientasi waktu

3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi

4. Perbedaan dalam formalitas struktur

2.1.3 Tipe Koordinasi

Umumnya organisai memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan

dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik.

Menurut Hasibuan (2009: 86-87) Tipe koordinasi dibagi menjadi dua bagian besar:

a. Koordinasi vertikal

b. Koordinasi horizontal.
17

Kedua tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna kedua tipe

koordinasi ini dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini:

a) Koordinasi vertikal (vertikal coordination) adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,

pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit unit, kesatuan-

kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tugasnya

atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya

secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena

atasan dapat memberikan sanksi kepada pegawai yang sulit diatur.

b) Koordinasi horizontal (horizontal coordination)adalah mengkoordinasikan

tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan

terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat koordinasi (pegawai) yang setingkat.

Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinory dan interrelated.

Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan,

menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit

yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstra pada unit-unit yang sama

tugasnya.

Intenelated adalah koordinasi antar badan (instansi) unit-unit yang fungsinya

berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai

kaitan secara intern atau ekstern yang levelnya setaraf.


18

Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat

memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya

setingkat/setara.

2.1.4 Tujuan Koordinasi

Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi secara efektif maka ada beberapa

manfaat yang didapatkan. Jelas manfaat koordinasi sangat menentukan

terselenggaranya usaha yang telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departemen dan pembagian

kerja akan menimbulkan organisai yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan

arah. Koordinasi penting dalam suatu organisasi, yakni :

1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan dan kekembaran atau

kekosongan pekerjaan.

2. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk

pencapaian tujuan organisasi.

3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

4. Supaya semua tugas, kegiatan dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran

yang diinginkan. Hasibuan (2009:86).

Menurut Sugandha (2001), ada beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam
menciptakan koordinasi, antar lain :

a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus


dicapai sebagai arah kegiatan bersama,
b. Adanya kesepakatan mengenai atau tindakan yang harus dilakukan oleh
masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya,
19

c. Adanya ketaatan atau loyalitas setiap pihak terhadap bagian tugas masing-
masing serta jadwal yang telah diterapkan,
d. Adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama
mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu, termasuk masalah-
masalah yang dihadapi masing-masing,
e. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta
memonitor kerjasama tersebut, serta memimpin pemecahan masalah
bersama,
f. Adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada koordinator
sehingga koordinator dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dan
mengerti dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh semua pihak,
g. Adanya saling hormat terhadap wewenang fungsional masing-masing pihak
sehingga tercipta semangat untuk saling bantu.

2.1.5 Jenis-jenis Koordinasi

Secara teoritis, koordinasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Berdasarkan ruang lingkupnya

a. Koordinasi internal, yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit di dalam

suatu organisasi

b. Koordinasi eksternal, yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi

atau antar organisasi

2. Berdasarkan arahnya

a. Koordinasi horizontal, yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit yang

mempunyai tingkat hierarki yang sama dalam suatu organisasi dan antar

pejabat dari organisasi-organisasi yang sederajat atau antar organisasi yang

setingkat.

b. Koordinasi vertikal, yaitu koordinasi antar pejabat-pejabat unit-unit tingkat

bawah oleh pejabat atasannya oleh organisasi induknya.


20

c. Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda

fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya.

d. Koordinasi fungsional, yaitu koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar

organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi atau karena koordinatornya

mempunyai fungsi tertentu.

2.1.6 Mekanisme Koordinasi

Menurut Sugandha (1991), Mekanisme Koordinasi yaitu adanya kesadaran dan

kesediaan sukarela dari semua anggota organisasi atau pemimpin-pemimpin organisasi

(untuk kerjasama antar instansi, adanya komunikasi yang efektif, tujuan kerjasama dan

peranan dari tiap pihak yang terlibat, harus dapat menciptakan organisasinya sendiri

sedemikian rupa sehingga menjadi suatu organisasi yang mampu memimpin organisasi-

organisasi lainnya, meminta ketaatan, kesetiaan, dan disiplin dari tiap pihak yang

terlibat, terciptanya koordinasi di dalam suatu organisasi akan menujukkan bahwa

organisasi tersebut benar-benar bergerak sebagai suatu sistem dan pemimpin akan

bertindak sebagai fasilitator dan tenaga pendorong. Cara-cara mengadakan koordinasi

yaitu dengan memberi keterangan langsung, mengusahakan agar pengetahuan dan

penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing

individu anggota dengan tujuan sendiri-sendiri.


21

Tujuan ini adalah tujuan bersama, mendorong para anggota untuk bertukar

pikiran, mengemukakan ide, saran-saran, mendorong para anggota untuk berpartisipasi

dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.

Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi

(cooperation), sebab tanpa adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Namun

antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985 : 90) pada

koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-

orang di dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara

suka rela, tetapi bersifat kewajiban (compulsory).

Dapat disimpulkan bahwa proses koordinasi bertujuan menjaga komunikasi dan

hubungan antara individu di dalam organisasi agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Tujuan adanya koordinasi yaitu untuk menghindari kekacauan dan

penyimpangan tugas dari sasaran, mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta

pemikiran kea rah tercapainya sasaran perusahaan, menghindari kekosongan dan

tumpang tindih pekerjaan, menghindari keterampilan overlanding dari sasaran

perusahaan, menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan,

mengintegritaskan tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke arah sasaran

organisasi atau perusahaan.


22

2.1.7 Hambatan dan Manfaat Koordinasi

Menurut Sugandha (1991) ada empat jenis sikap dan gaya kerja yang berlainan

yang cenderung timbul di antara bagian organisasi yang menyukarkan penciptaan

koordinasi, yaitu :

1. Perbedaan dalam orientasi kepada sasaran khusus


Hal ini terjadi karena orang-orang dari bagian (unit) yang berbeda akan
mengembangkan pandangan-pandangannya sendiri tentang apa yang paling
baik bagi organisasi.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu
Beberapa anggota organisasi seperti umpamanya manajer produksi akan
lebih memperhatikan masalah-masalah yang perlu segera ditangani dalam
waktu yang singkat, sedangkan para anggota tim peneliti mungkin
perhatiannya akan lebih tertuju kepada masalah-masalah yang akan
memakan waktu bertahun-tahun untuk diatasinya.
3. Perbedaan dalam orientasi hubungan antar pribadi
Dalam beberapa kegiatan organisasi seperti produksi, ,mungkin orang-orang
dalam cara berkomunikasinya relative lebih ringkas, tajam dan bernada
tinggi, dan dalam membuat keputusan akan lebih cepat.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur

Jika koordinasi dilakukan dengan baik maka akan memperoleh manfaat, yaitu :

1. Meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam merespon

2. Merupakan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan strategis terhadap isu

yang menjadi kepedulian bersama

3. Mempersatukan pendekatan strategis dalam merespon masalah atau kebutuhan

4. Meminimalkan kesenjangan maupun duplikasi kegiatan

5. Pembagian tugas yang lebih jelas dari unit kerja atau organisasi yang

berkoordinasi.
23

Faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi menurut Hasibuan (2006 : 88)


adalah :

1. Kesatuan tindakan

Koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota organisasi atau satuan


organisasi lainnya agar anggota tersebut tidak berjalan sendiri. Oleh karena
itu, konsep kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi.

2. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karna sejumlah unit


dalam organisasi dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana
sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi.

3. Pembagian kerja

Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya adalah prinsip pembagian kerja. Ini
bertujuan untuk apabila jika suatu organisasi diharapkan untuk dapat berhasil
dengan baik dalam usaha mencapai tujuannya, maka hendaknya lakukan
pembagian kerja. Dengan demikian kerja ini diharapkan dapat berfungsi
dalam usaha mewujudkan tujuan suatu organisasi.

4. Disiplin

Setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi, agar dapat menghasilkan


hasil yang diharapkan. Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian
yang berbeda agar kegiatan daripada bagian-bagian itu selesai pada
waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan usahanya
secara maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu disiplin.

2.1.8 Pengertian Pemerintahan

Dalam Bahasa Yunani, pemerintahan disebut kybernan, yang artinya

mengemudikan atau mengendalikan. Secara etimologis pengertian pemerintahan berasal

dari kata pemerintah. Pengertian pemerintahan menurut Surbakti (1992 : 168-169) dapat
24

ditinjau dari tiga aspek, yaitu dari segi kegiatan (Dinamika, Struktural fungsional, dan

Segi Tugas dan Kewenangan (fungsi), yang dijelaskan, sebagai berikut :

1. Apabila ditinjau dari segi dinamika, pemerintah berarti segala kegiatan atau
usaha yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan
pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu tercapainya tujuan
negara.
2. Ditinjau dari segi strucktural fungsional, pemerintahan berarti seperangkat
fungsi negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan
melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi tercapainya tujuan
negara
3. Ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan (fungsi), pemerintahan berarti
seluruh tugas dan kewenangan negara.

Dari pendapat di atas istilah pemerintahan dapat dipandang dari dua segi.

Pertama, dari segi pemerintahan sebagai suatu lembaga atau institusi.

Kedua, dari segi pemerintahan sebagai kekuasaan atau wewenang, jika ditinjau

dari segi fungsi yang dimilikinya.

Pengertian lain dari Pemerintahan menurut Pamudji mengutip pendapat W Sayre

(2000 : 7 ) adalah :

“Pengertian Pemerintahan tidak dapat dipisahkan dengan pemerintahan. Arti


pemerintahan itu sendiri sebagai kata benda adalah sesuatu kekuasaan untuk
memerintah suatu negara”.

Sedangkan, Pemerintahan adalah kata kerja yang menunjukkan suatu kegiatan,


proses atau prosedur bagaimana menjalankan perbuatan pemerintah dari suatu
negara”

Dalam istilah pemerintahan paling sedikit terdapat 4 (empat) macam arti yaitu:
25

a. Menunjukkan kegiatan atau proses memerintah (The Activity or The Proces of

Governing).

b. Menunjukkan masalah-masalah (hal ihwal) negara dalam kegiatan atau proses di

atas dijumpai (states of afairs).

c. (people charged with duty of governing)

d. Menujukkan cara, metoda atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu

diperintah (The manner, method or system by which a particular society is

goberned).

Dari pernyataan di atas, Finer mengakui adanya pemerintahan dalam arti luas,

dengan demikian akan dijumpai pula istilah pemerintah dan pemerintahan dalam arti

sempit yang kemudian apabila bertitik tolak pada ajaran tri praja bahwa dalam arti

sempit adalah eksekutif, legislatif, dan yudikatif, sedangkan pemerintahan dalam arti

luas adalah urusan yang menjadi lapangan fungsi ketiga lembaga tersebut, adapun

pemerintah dalam arti sempit adalah urusan yang menjadi lapangan fungsi eksekutif

saja.

Sebagai suatu disiplin ilmu, pengertian ilmu pemerintahan dikemukakan oleh

H.A Braz dalam Safeiie, (2002 : 35 ) yaitu : “Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang

mempelajari tentang cara bagaimana berbagai dinas/lembaga pemerintahan umum itu

disusun dan difungsikan, baik secara internal maupun eksternal kepada warganya”.

Menurut Musanaf dalam safeiie (2002 : 32) dari kutipan beberapa ahli
mengemukakan pengertian tentang ilmu pemerintahan sebagai berikut :
26

1. Suatu ilmu yang dapat menguasai dan memimpin serta menyelidiki unsur-
unsur Dinas, berhubungan dengan keserasian kedalam dan hubungan
antara Dinas-dinas dengan masyarakat yang kepentingannya diwakili oleh
Dinas, atau
2. Suatu ilmu yang menyelidiki bagaimana mencari orang terbaik dari setiap
dinas umum sebagai suatu kebulatan yang menyelidiki secara sistematis
problema-problema sentralisasi, desentralisasi, koordinasi pengawasan
kedalam atau keluar, atau
3. Suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki bagaimana sebaiknya
sedemikian supa sehingga dapat dihindari timbulnya pertentangan-
pertentangan antara pihak yang satu dengan yang lain, dan mengusahakan
agar terdapat keserasian pendapat serta daya tindak yang efektif dan efisien
dalam pemerintahan, atau
4. Ilmu yang diterapkan dan mengadakan penyelidikan Dinas umum yang
seluas-luasnya baik terhadap susunan maupun organisasi alat yang
menyelenggarakan tugas penguasa sehingga diperoleh metode-metode
bekerja yang setepat-tepatnya untuk mencapai tujuan Negara.

Dari persepsi para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu

pemerintahan adalah merupakan ilmu yang mempelajari kajian mengenai berbagai

kegiatan yang terjadi dalam pelaksanaan oleh pemerintah sebagai badan atau lembaga

yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan/menjalankan roda pemerintahan.

2.1.9 Pengertian Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah adalah suatu kebutuhan yang universal, hamper semua

negara di dunia telah menggunakan sistem Pemerintahan Daerah yaitu adanya beberapa

orang atau kelompok manusia yang bekerja di luar ibu kota dari negara yang

bersangkutan serta mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan tertentu serta

untuk melakukan beberapa fungsi pemerintahan. Oleh Wasistiono dalam bukunya

kapita selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.


27

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

pasal 1 ayat (3) adalah “Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah”. Sedangkan Pemerintahan Daerah, menurut

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (2) adalah :

“Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Daerah dan DPRD


menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”.

Dengan demikian Pemerintahan Daerah adalah sebagian dari pemerintahan

pusat, yang dalam menjalankan kekuasaan sehari-hari, tidak boleh bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dari pusat, meskipun Pemerintah Daerah juga

diberi kekuasaan otonomi untuk mengurus rumah tangganya sendiri, namun hal ini

hanya berlaku untuk sebagian urusan dan tidak untuk seluruh urusan. Daerah dibentuk

berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial

politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain. Kewenangan dalam

bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter piskal, agama serta

kewenangan utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.


28

2.1.10 Manajemen Pemerintahan Daerah

Istilah manajemen asal kata dari Bahasa inggris yaitu management yang suku

katanya manage yang berasal dari bahasa latin mansionaticun yang berarti pengelolaan

rumah besar. Manajemen mempelajari bagaimana menciptakan Effectiveness usaha

(“doing right thing”) secara efficient (“doing things right”) dan poduktif, melalui fungsi

dan siklus tertentu, dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Mengacu pada pengertian di atas, Manajemen bertolak dari suatu tujuan tertentu yaitu

organisasional. Dimana pada pencapaiannya memerlukan suatu kegiatan yakni

“activeties of other persons”. Mengacu pada pengertian di atas, Manajemen bertolak

dari suatu tujuan tertentu yaitu organisasional. Dimana pada pencapaiannya

memerlukan suatu kegiatan yakni “activeties of other persons”.

Pada level pusat, tujuan organisasional Pemerintahan sama dengan tujuan

Negara dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, manajemen pada level ini disebut

state management. Sedangkan pada level daerah tujuan organisasional itu bisa terlihat

hanya jika daerah diakui sebagai sebuah organisasi (sistem) mandiri.

Menurut pandangan Ilmu Pemerintahan dalam mengelola urusan rumah

tangganya daerah itu otonom sama dengan sebuah badan usaha. Dalam hubungan itu

manajemen Pemerintahan diartikan sebagai manajemen daerah otonom.

Ruang lingkup Manajemen Pemerintahan, sebagai berikut :

1) Perencanaan Pemerintahan
29

2) Pengorganisasian sumber-sumber Pemerintahan

3) Penggunaan sumber-sumber Pemerintahan

4) Kontrol Pemerintahan

Dalam sudut pandang ilmu, manajemen memiliki kaidah-kaidah dan sifat-sifat

tertentu. Sebagai seni, manajemen berorientasi pada praktek pengarahan sumber-sumber

organisasi identic dengan proses administrasi.

2.1.11 Pengertian Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2013 tentang

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yang disingkat LKK adalah lembaga yang

dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra kerja

pemerintah kelurahan dalam memberdayakan masyarakat. Tujuan pembentukan suatu

lembaga kemasyarakatan untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan

masyarakat berdasarkan nilai-nilai gotong royong dan kekeluargaan merupakan sendi-

sendi utama dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan memiliki berbagai fungsi dalam

kehidupan bermasyarakat, diantaranya terdiri dari memberikan berbagai bentuk

pedoman dan petunjuk kepada masyarakat atau bagaimana masyarakat bersikap dalam

menghadapi berbagai masalah yang ada dan berkembang di tengah-tengah

masyarakat,dan menjaga berbagai keutuhan dalam kehidupan masyarakat.


30

2.1.12 Arah Kebijakan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

Arah kebijakan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan meliputi :

a. Peningkatan kemampuan dan peran Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

dalam pengelolaan pembangunan dan pencapaian kesejahteraan

masyarakat.

b. Penetapan kinerja dan pengaturan yang jelas dalam hal pemberian bantuan

dan fasilitas oleh Pemerintah Daerah, sehingga Lembaga Kemasyarakatan

Kelurahan dapat menjalankan prinsip transparan, partisipattif dan akuntabel

dalam mengelola bantuan dan fasilitasi pemerintahan daerah,

c. Pengembangan kompetensi manajerial dan kemampuan Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan dalam penyusunan perencanaan pembangunan

yang partisipatif.

d. Peningkatan akuntabilitas/pertanggungjawaban Lembaga Kemasyarakatan

Kelurahan.

2.1.13 Tujuan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

a. Mendorong prakarsa masyarakat untuk memberikan kontribusi secara efektif

dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui

pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan.


31

b. Mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pembangunan.

c. Mengembangkan dan memfasilitasi pemberdayaan Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan melalui berbagai bentuk pemberian bantuan

pembiayaan, pendidikan dan pelatihan, pendampingan bimbingan teknis dan

pengawasan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur berfikir peneliti dalam penelitian, untuk

mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan

penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir yang mengacu pada identifikasi masalah

yang dijabarkan pada bab 1 dan akan dikupas dengan teori yang dijabarkan pada bab 2

dan akan dihasilkan kesimpulan yang akan memberikan manfaat.

Di bawah ini adalah kerangka berfikir dari penelitian Studi Penguatan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Cibaduyut.

Oleh karena itu penelitian ini mencoba mengkaji apa yang menjadi masalah

belum optimalnya pembinaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan

Cibaduyut.

Koordinasi ada pengaturan tata hubungan dari hubungan dari usaha bersama

untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula.

Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur agar pembagian kerja dari berbagai
32

orang atau kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebutuhan terintegrasi dengan cara

seefisien mungkin.

Proses koordinasi bertujuan menjaga komunikasi dan hubungan antara individu

didalam organisasi agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Mc Farland dalam Handayaningrat (1996:124-125) mengemukakan metode-

metode koordinasi, sebagai berikut :

1. Koordinasi melalui kewenangan


Penggunaan wewenang adalah merupakan salah satu cara untuk menjamin
terlaksananya koordinasi dengan baik. Hal itu mungkin benar, apabila
organisasi tersebut bersifat seragam (homogen) atau yang disebut integrated
type.
Dalam organisasi yang demikian itu, koordinasi melalui kewenangan dapat
dijalankan secara efektif. Akan tetapi dalam kenyataannya organisasi yang
betul-betul seragam (homogen) seratus persen jarang ditemukan adapun
yang banyak ditemukan adalah organisasi yang bersifat heterogen yaitu
organisasi yang mempunyai keanekaragaman jenis dan fungsi, yang
didefinisikan pada struktur integrasi dari seluruh jenis dan fungsi hanyalah
merupakan sub sistem dari seluruh sistem pelaksanaan tugas pokok
organisasi secara keseluruhan.
2. Koordinasi melalui konsensus
a. Konsensus melalui motivasi
Motivasi yang dimaksud antara lain berupa kepentingan bersama, nilai-
nilai yang dimiliki bersama, bahkan dalam situasi tertentu mempunyai
rasa solidaritas berdasarkan atas kesetiakawanan atau esprit the crops,
yang dapat digunakan dalam menjamin kelancaran koordinasi.
b. Konsensus melalui sistem timbal balik
Sistem timbal balik atau silang dapat dipergunakan dalam meningkatkan
usaha koordinasi. Melalui sistem ini diusahakan adanya keseimbangan
antara tuntunan organisasi atau tuntutan individu baik yang bersifat
material maupun non-material
c. Konsensus melalui ide.
Konsensus melalui ide atau dikatakan koordinasi melalui ide
dimaksudkan bahwa setiap orang yang bekerja dalam organisasi
berusaha mengidentifikasi dirinya dalam keseluruhan tujuan yang
hendak dicapai oleh organisasi. Walaupun sukar bagi individu untuk
33

mengidentifikasi dirinya dalam keanekaragaman tujuan yang hendak


dicapai oleh organisasi, akan tetapi kenyataannya juga membuktikan
bahwa metode/teknik ini juga nampaknya berhasil dalam usaha
pembangunan.
3. Koordinasi melalui pedoman kerja
Setiap kebijaksanaan yang telah digariskan yang telah digariskan oleh
pimpinan, demikian pula tugas dan wewenang hubungan dan tata kerja serta
prosedur kerja, dan sebagainya, kesemuanya merupakan landasan atau
petunjuk yang disusun atas dasar manual, agar terdapat adanya kesatuan
gerak dan kesatuan tindak, dalam rangka melaksanakan kebijakan.
Pedoman kerja atau petunjuk kerja (manual) dijadikan landasan berpijak dan
bertindak bagi setiap kegiatan, sehingga diharapkan koordinasi dengan cara
sebaik-baiknya. Jelaslah pedoman kerja atau petunjuk kerja, merupakan
sarana pengikat dan pengarah berbagai kegiatan yang saling berkaitan,
sehingga koordinasi dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Kelemahan dalam pelaksanaan koordinasi fungsional mungkin dapat teratasi
dengan adanya landasan berpijak dan bertindak bagi setiap instansi
pemerintah yang terkait dalam hubungan kerja ini.
Berdasarkan uraian terserbut diatas maka manualisasi merupakan suatu
kegiatan yang sudak mendesak untuk ditingkatkan pelaksanaannya karena
adanya manual kerja, bukan saja akan meningkatkan koordinasi dalam
rangka efisiensi kerja dan produktivitas kerja, tetapi akan mempermudah
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
4. Koordinasi melalui forum
Usaha-usaha koordinasi melalui forum, ialah dengan menggunakan suatu
wadah tertentu (wahana) yang dapat digunakan sebagai cara mengadakan
tukar menukar informasi, mengadakan konsultasi, mengadakan kerjasama
dalam memecahkan suatu masalah dan pengambilan keputusan bersama
dalam pelaksanaan tugas bersama, serta hal-hal lainnya yang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh instansi pemerintah yang bersangkutan.
Adapun wahana dikenal sebagai forum koordinasi ialah tim kerja, panitia
suatu tugas dan bentuk-bentuk perwadahan lainnya. Wahana koordinasi
dapat bersifat intern dala lingkungan suatu organisasi, terutama bagi
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh unit atau
organisasi yang bersangkutan.
5. Koordinasi melalui konferensi
Koordinasi melalui konferensi diartikan dengan rapat-rapat atau sidang yang
dilakukan baik pada tingkat pimpinan penting sekali artinya, tidak hanya
semata-mata dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang timbul
dalam pelaksanaannya, akan tetapi digunakan sebagai sarana dalam
pengintegrasian seluruh fungsi yang ada dalam organisasi. Dengan demikian
dapat tercegah persepsi perkotak-kotak tindakan sikap dan perilaku anggota
organisasi.
34

2.3 Proposisi

Proposisi tidak memiliki format tertentu, dan biasanya disajikan dalam bentuk

suatu kalimat pernyataan yang menujukkan hubungan antara dua konsep atau lebih.

Berdasarkan anggapan dasar diatas, maka penulis merumuskan proposisi sebagai

berikut : Koordinasi Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan di Kelurahan

Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif. Satori (2011: 23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif

dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak

dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah

kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang

beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambargambar, gaya-gaya, tata

cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Selain itu, Sugiono (2012: 9) juga mengemukakan penelitian

kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan

triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Sukmadinata (2011: 73), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan

untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,

baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan

mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, Penelitian

deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada

35
36

variable-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang

apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu

sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk

memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu

yang hasilnya lebih menekankan makna. Di sini, peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini mengeksplor bagaimana

koordinasi pembinaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di

Kelurahan Cibaduyut.

3.2 Metode penelitian yang digunakan

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh

sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah

yang sistematis. Sugiyono (2014, hlm. 6) menyatakan bahwa : “Metode

penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,

dan mengantisispasi masalah”.

Metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian.

Metode penelitian merupakan langkah penting untuk memecahkan masalah-

masalah penelitian. Dengan menguasai metode penelitian, bukan hanya dapat


37

memecahkan berbagai masalah penelitian, namun juga dapat mengembangkan

bidang keilmuan yang digeluti.

Selain itu, memperbanyak penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi

masyarakat luas dan dunia pendidikan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif . Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak

diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Berusaha

memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku

manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Dilakukan

dalam situasi yang wajar (natural setting). Metode kualitatif lebih berdasarkan

pada sifat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen).

Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna

suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut

perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif

bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam.

Bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada

masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan

penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan

pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.


38

3.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Lembaga di Kelurahan

Cibaduyut. Penetapan unit analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi

Kelurahan Cibaduyut sebagai pelaksana dan bertanggung jawab terhadap proses

koordinasi pemerintahan.

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang

dikutip oleh Lexi J. Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua

sumber data, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang

diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam

memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan

dokumen serta data yang diambil dari suatu lembaga yaitu Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dengan permasalahan dilapangan yang

terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan

penelitian.
39

Teknik pengumpulan data perlu disesuaikan dengan tipe data (Tabel).

Tabel 3.1
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Sumber data primer adalah responden dan informan. Responden

berbeda dari informan. Responden adalah sumber data tentang keragaman dalam

gejala-gejala, berkaitan dengan perasaan, kebiasaan, sikap, motif, dan persepsi.

Sedangkan informasi ialah sumber data yang berhubungan dengan pihak ketiga,

dan data tentang hal-hal yang melembaga atau gejala umum.

Sesuai dengan sifat luwes dalam desain penelitian kualitatif,

maka tidak ada rincian jumlah dan tipe informan secara pasti. Hanya ada

rencana umum mengenai siapa yang akan diwawancari dan bagaimana

menemukannya di lapangan. Responden dipilih secara sengaja, setelah

sebelumnya membuat tipologi (ideal) individu dalam masyarakat. Yang penting

disini bukanlah jumlah responden kasusnya, tetapi potensi tiap responden kasus
40

untuk memberi pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang

dipelajari.

Peneliti dianjurkan mewawancarai orang yang akrab atau

mengenai suatu topik atau peristiwa. Penting untuk mengubah-ubah tipe orang

yang diwawancarai, sampai peneliti dapat mengungkapkan keseluruhan

pandangan subyek penelitian. Titik ini dianggap tercapai apabila tambahan

responden atau informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru (titik jenuh).

Pilihan informan tergantung jenis informasi yang hendak

dikumpulkan, yang ditemukan dari teknik bola salju. Dalam teknik ini peneliti

harus mengenal beberapa informan kunci dan meminta mereka

memperkenalkannya kepada informan lain. Informan kunci dapat ditemukan

melalui cara :

1. Bertanya kepada teman, saudara, dan kontak pribadi

2. Terlibat bersama masyarakat yang ingin dipelajari

3. Mendekati berbagai organisasi dan badan terkait.

3.6 Operasional Parameter

Operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang

memerlukan penjelasan. Operasional bersifat spesifik, rinci, tegas danpasti yang

menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang

dianggap penting. Keterangan atau informasi yang dapat menjelaskan batas-

batas atau bagian-bagian tertentu dari suatu sistem.


41

Tabel 3.2
Operasionalisasi Parameter

VARIABEL DIMENSI PARAMETER

Variabel (X) 1. Koordinasi 1. Adanya kewenangan yang jelas sesuai


Koordinasi melalui dengan tugas pokok dan fungsinya
kewenangan 2. Adanya kejelasan mengenai batas
wewenang antar institusi
2. Koordinasi 1. Adanya hubungan kerja yang harmonis
melalui antar instansi yang berwenang
konsensus 2. Adanya kesempatan untuk mengemukakan
atau menyampaikan ide maupun saran
3. Koordinasi 1. Adanya pedoman kerja
melalui 2. Adanya pembagian tugas dan tata kerja
pedoman
4. Koordinasi 1. Adanya pemanfaatan forum pertemuan
melalui untuk membahas setiap dampak /
pedoman permasalahan yang timbul
kerja 2. Pengambilan keputusan bersama antar
institusi
5. Koordinasi 1. Rapat-rapat dengan institusi terkait
melalui 2. Adanya pencegahan persepsi perkotak –
konfrensi kotak tindakan, sikap dan perilaku

3.7 Teknik Analisis Data

Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992).

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan.

Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian

berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat


42

dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan

pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data meliputi:

1. Meringkas data

2. Mengkode

3. Menelusur tema

4. Membuat gugus-gugus

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir

dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara

reduksi data:

1. Seleksi keatat atas data

2. Ringkasan atau uraian singkat

3. Menggolongkannya dalam pola yang lebih luas

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif :

1. Teks naratif : berbentuk catatan lapangan

2. Matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,

sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah

kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.


43

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-

menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

kualitatid mulai mencari arti bendabenda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam

catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,

alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap

terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum

jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan

kokoh.

Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung, dengan cara:

1. Memikir ulang selama penulisan.

2. Tinjauan ulang catatan lapangan

3. Tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk mengembangkan

kesepakatan intersubyektif.

4. Upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam

seperangkat data yang lain.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Waktu penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua)
44

bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi

penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

b. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Kelurahan Cibaduyut,

Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung.


DAFTAR PUSTAKA

Agusta, I. (n.d). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif.

Farland, M. (1996). Handayaningrat. Metode-Metode Koordinasi, 124-125.

Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,Edisi Revisi,

Bumi Aksara:Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,Edisi Revisi,

Bumi Aksara:Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Manullang, 2008, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Ghalia Indonesia (GI).

Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

S.P. Siagian, Manajemen, Yogyakarta: Liberty, 1978.

Sugandha, Dawn. 1991. Koordinasi Suatu Tinjauan Teoritis. Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D.

Surbakti, Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, Gramedia Widya Sarana, Jakarta.

45
46

Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya

Syafiie, Kencana, Inu, Drs. 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Yohanes, Yahya. (2006). “Pengantar Manajemen”. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai