Grup
A. Pendahuluan
1. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa mampu membedakan suatu himpunan dilengkapi satu operator
biner nerupakan (sub-) grup atau bukan (sub-)grup. Bisa memberikan
contoh semi-grup atau monoid yang bukan grup.
2. Kemampuan Mahasiswa yang Menjadi Prasyarat
Untuk dapat memahami konsep grup, pemahaman konsep operator biner
wajib dimiliki. Jika hal ini tidak diperoleh maka konsep grup tidak akan
mampu dipahami.
3. Keterkaitan Bahan Pembelajaran dengan Pokok Bahasan Lainnya
Definisi lapangan mau pun gelanggang sangat terkait dengan grup. Grup
dilengkapi dengan satu operator biner dan gelanggang dilengkapi dengan
dua operator biner, di mana terhadap satu operator binernya merupakan
grup.
25
4. Manfaat atau Pentingnya Bahan Pembelajaran ini
Pada topik Aljabar mana pun, senantiasa ditemui himpunan beserta
operator biner.
5. Petunjuk Belajar Mahasiswa
Mahasiswa dianjurkan untuk membaca materi pembelajaran sebelum
masuk kuliah, termasuk mengerjakan beberapa soal latihannya. Sehingga
mahasiswa lebih mempermantap pemahamannya mengenai konsep hasil
kali dalam ketika berada pada kelas.
B. Penyajian
Dalam Bab ini akan dibahas himpunan dengan struktur aljabar yang
bersifat sangat umum, yaitu grup. Suatu grup adalah sebuah himpunan sedemikian
rupa sehingga terhadap (salah) satu operator biner yang terdefinisi pada himpunan
tersebut, beberapa sifat-sifat (aksioma-aksioma) tertentu dipenuhi.
Struktur grup menjadi dasar struktur aljabar lain yang lebih kompleks.
Sebagai contoh, definisi suatu gelanggang berpijak pada dua operator biner yang
terdefinisi dalam gelanggang tersebut sedemikian rupa sehingga relatif terhadap
salah satu operator biner tersebut, gelanggang tersebut merupakan sebuah grup.
Demikian pula setiap ruang vektor terhadap operator + yang terdefinisi pada ruang
vektor tersebut merupakan grup. Sebagai akibatnya, semua sifat dan semua teorema
tentang grup berlaku dalam gelanggang dan dalam ruang vektor.
Definisi 3.1
Misalkan G adalah sebuah himpunan dan operator biner terdefinisi
pada G. Unsur e G disebut unsur identitas dari G (terhadap operator
) jhj untuk sembarang g G berlaku
eg = g = ge.
Misalkan g G dan e adalah unsur identitas dari G. Unsur h G
disebut balikan (inverse) dari unsur g jhj berlaku kesamaan
26
gh = e = hg.
Contoh 3.1:
Pada himpunan Z9 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} didefinisikan operator biner
sebagai berikut. Untuk setiap x, y Z9, hasil operasi xy adalah sisa tak negatif
dari hasil bagi
x y 1
9
yang memenuhi
0 ≤ xy < 9.
Misalnya,
56 = 3
sebab sisa tak negatif hasil bagi
5 61 12
9 9 adalah 3.
Terhadap operator , unsur identitas dari Z9 adalah 8 sebab untuk setiap x Z9
berlaku
x8 = x = 8x
(Cek kebenaran kesamaan ini!).
Balikan (lebih tepat: negatif) dari setiap unsur x adalah
x = 7 x,
sebab
x (7 x )1
9
= 89
sehingga
x x = x (7 x) = 8 (unsur identitas).
27
Contoh 3.2:
Pada himpunan Z9 yang didefinisikan dalam Contoh 3.1 di atas, bisa
didefinisikan operator biner sebagai berikut:
untuk setiap x, y Z9,
xy
adalah sisa tak negatif dari hasil bagi
xy
9
yang memenuhi
0 ≤ xy < 9.
Di sini 1 merupakan unsur identitas. Terhadap operator biner , setiap unsur Z9
yang saling prima terhadap 9 memiliki balikan. Misalnya, balikan dari 5 adalah
2 sebab 52 = 1. Fakta ini dilambangkan dengan menulis 5 1 = 2. Demikian
pula 21 = 5. Balikan sebuah bilangan bisa dirinya sendiri, misalnya 8 1 = 8.
Unsur-unsur 0, 3 dan 6 tak memiliki balikan. Apabila didefinisikan
Z9 = {1, 2, 4, 5, 7, 8} = {x Z | 1 ≤ x < 9, FPB(x, 9) = 1},
setiap unsur dalam Z9 memiliki balikan.
Contoh 3.3:
Himpunan semua bilangan bulat tak nol Z = Z {0} terhadap operator kali ‘’
(seperti yang diajarkan dalam pelajaran berhitung sejak Sekolah Dasar)
mempunyai unsur identitas, yaitu bilangan 1. Hanya ada dua unsur dalam Z
yang mempunyai balikan terhadap operasi kali, yaitu 1 dan 1. Balikan dari 1
adalah 1 dan balikan dari 1 adalah 1, yaitu
11 = 1 dan (1)1 = 1.
Teorema 3.1
Jika unsur identitas suatu himpunan H terhadap operator biner ‘’
ada, maka unsur identitas tersebut adalah tunggal.
28
Bukti:
Misalkan H memuat unsur identitas e1 dan e2. Pandang hasil operasi antara
kedua unsur identitas ini. Apabila unsur e1 berperan sebagai unsur identitas
sedangkan e2 berperan sebagai unsur biasa, maka sesuai definisi unsur identitas,
diperoleh hasil operasi
e1e2 = e2.
Dari lain pihak, jika unsur e2 berperan sebagai unsur identitas sedangkan unsur
e1 berperan sebagai unsur biasa, maka diperoleh hasil kali
e1e2 = e1.
Dari kedua persamaan hasil operasi di atas (yang ruas kirinya sama),
disimpulkan bahwa
e1 = e2. □
Contoh 3.4:
Himpunan semua bilangan rasional positif Q+ terhadap operator kali ‘’
mempunyai unsur identitas bilangan 1. Setiap unsur r = m/n Q+ mempunyai
balikan terhadap operasi kali. Balikan dari bilangan rasional positif r = m/n
adalah 1/r = n/m yang sejak Sekolah Menengah sudah diajar untuk
menuliskannya dengan lambang alternatif, r1.
Definisi 3.2:
Suatu operator biner yang terdefinisi pada himpunan H dikatakan
komutatif jhj terhadap sembarang dua unsur h1, h2 H berlaku
kesamaan
h1h2 = h2h1.
Contoh 3.5:
Jika H berhingga, setiap operator biner pada H bisa didefinisikan melalui
sebuah tabel. Sebagai contoh Tabel 3.1 berikut menyatakan bahwa operator
biner pada himpunan H = {a, b, c, d} terdefinisi melalui 16 buah aturan
perkalian sebagai berikut:
a b c d
a b d a a
b d a c b
29
c a c d b a a = b, a b = d, a c = a, a d = a,
d a b b c b a = d, b b = a, b c = c, b d = b,
Tabel 3.1 c a = a, c b = c, c c = d, c b = a,
d a = a, d b = b, d c = b, d d = c.
Contoh 3.7:
30
Dengan menggunakan operator tambah ‘+’ yang biasa digunakan dalam
berhitung pada himpunan semua bilangan bulat Z, didefinisikan operator biner
‘⊕’ seperti berikut. Untuk setiap a,b Z,
a⊕b = a + b +3.
Misalkan diambil sembarang a Z, maka a⊕(3) = a + (3) + 3 = a. Jadi,
unsur identitas terhadap operator ‘⊕’ adalah 3. Balikan dari a adalah a 6,
sebab a⊕(a 6) = a + (a 6) + 3 = 3 (unsur identitas). Jelas operator ‘⊕’
bersifat asosiatif dan komutatif (Apa sebabnya ?).
Contoh 3.8:
Merujuk pada Contoh 2.4 operator tambah dalam Z/4Z biasanya ditulis ‘+’
(bukan ‘⊞’ seperti yang ditulis dalam Contoh 2.5). Selain sebagai operator
biner, lambang ‘+’ juga digunakan di dalam alternatif penulisan ke-4 unsur-
unsur dalam Z/4Z = { 0 , 1 , 2 , 3 }, melalui kesamaan
0 = 4Z, 1 = 1 + 4Z, 2 = 2 + 4Z dan 3 = 3 + 4Z.
4Z biasa ditulis 0 + 4Z.
4Z 1+4Z
3+4Z
Z 2+4Z
Z/4Z
Ke-empat lambang 0 + 4Z, 1 + 4Z, 2 + 4Z
dan 3 + 4Z yang menggantikan lambang 0 , 1 , 2 , 3 adalah notasi yang
paling lazim untuk menggambarkan empat buah koset dari grup 4Z. Masing-
masing koset didefinisikan sebagai berikut
0 + 4Z = {4z | z Z},
1 + 4Z = {1 + 4z | z Z},
2+ 4Z = {2 + 4z | z Z},
3 + 4Z = {3 + 4z | z Z}.
Setiap unsur b dalam sub himpunan a + 4Z Z (termasuk a sendiri) bisa
mewakili sub himpunan (koset) tersebut dalam cara penulisan ini. Artinya jika
31
a, b c + 4Z, maka koset a + 4Z = c + 4Z = b + 4Z. Misalnya (Lihat Contoh)
10 2 + 4Z. Ini berarti 10 bisa mewakili penulisan sub himpunan 2 = 2 +
4Z. Jadi bisa ditulis 2 = 10 + 4Z. Dengan kata lain, 2 + 4Z = 10 + 4Z.
Perlu dicatat, ada konsekuensi dari penggunaan lambang ‘+’ dengan makna
yang berbeda, yaitu rancunya makna operator ‘+’ pada operasi antara dua unsur
Z/4Z seperti contoh berikut. Lambang yang sama ‘+’ digunakan dengan dua
makna yang berbeda dalam ekspresi
(3 + 4Z) + (2 + 4Z) = 1 + 4Z.
Makna pertama dari ‘+’ adalah sebagai operator biner dalam Z/4Z sedangkan
makna yang lain dari ‘+’ adalah sebagai bagian dari penulisan lambang koset a
+ 4Z Z/4Z. Kerancuan ini bisa dihilangkan dengan melihat konteks
penggunaan ‘+’.
Karena ada dua cara penulisan unsur-unsur Z/4Z dalam Contoh 3.8 di atas,
operasi kali ⊠ pada Z/4Z yang didefinisikan bisa disajikan melalui salah satu
tabel dari kedua tabel berikut.
0 0 0 0 0 4Z 4Z 4Z 4Z 4Z
33
Definisi 3.3:
Himpunan G ≠ bersama dengan (salah) satu operator biner yang
terdefinisi pada G disebut grup jhj (G,) memenuhi ketiga syarat (aksioma)
berikut:
G 1. Operator biner pada G bersifat asosiatif, artinya untuk setiap x, y, z G
berlaku kesamaan x (y z) = (x y) z.
G 2. G memuat unsur identitas (terhadap operator ).
G 3. Setiap unsur x G mempunyai balikan (terhadap operator biner ) x1.
Apabila operator biner bersifat komutatif (lihat Definisi ), maka grup G yang
memenuhi Definisi 3.3 3.3 di atas disebut grup abel (abelian group).
Contoh 3.8 :
Himpunan Z/4Z = { 0 , 1 , 2 , 3 } yang didefinisikan melalui Contoh bersama
operator ‘⊞’ membentuk grup yang terdiri atas 4 unsur.
34
Contoh 3.9:
Himpunan semua bilangan bulat Z membentuk grup terhadap operator
tambah aritmatik ‘+’. Unsur identitas dari Z adalah bilangan 0 sedangkan
balikan dari setiap bilangan bulat z disebut negatif dari z, ditulis z (Baca
’Kesepakatan Penggunaan Notasi Tambah’ dalam Bab 2).
Contoh 3.10:
Himpunan semua bilangan real tak nol {0} membentuk grup terhadap
operator kali aritmatik. Unsur identitas dari adalah bilangan 1 sedangkan
balikan dari setiap unsur a (≠ 0) adalah 1/a.
Contoh 3.11:
Himpunan S yang memuat semua bilangan real tak nol dan berbentuk a + b 3
, di mana a, b R keduanya tidak sekaligus bernilai 0, membentuk grup
terhadap operator kali. Unsur identitas dari S adalah bilangan 1 = 1 + 0 3
sedangkan balikan dari setiap bilangan real a + b 3 S adalah 1 =
a b 3
a b 3 S.
a2 3b2
Contoh 3.12:
Himpunan Z9 = {1, 2, 4, 5, 7, 8} dengan operator biner yang didefinisikan
dalam Contoh 3.2 (yaitu untuk setiap x, y Z9 hasil operasi xy adalah sisa tak
xy
negatif dari hasil bagi 9 yang memenuhi 0 ≤ xy < 9) membentuk grup.
Terhadap operator yang sama, Z9 {0} dan Z9 bukan grup (Apa sebabnya?)
Teorema 3.1
Jika G adalah grup dan a G, maka
i. Balikan dari setiap unsur G adalah tunggal
ii. (a1)1 = a.
iii. (ab)1 = b1a1.
Bukti:
Untuk membuktikan pernyataan i, misalkan a’ dan a” adalah balikan-balikan
dari a, dilihat
a” = a” eG (karena eG adalah unsur identitas grup
G)
= a” (a a’) (karena a’ adalah balikan dari a)
= (a” a) a’ (karena sifat asosiatif dari operator )
= eG a’ (karena a” adalah balikan dari a)
= a’, (karena eG adalah unsur identitas grup G)
terbukti a’ = a”.
Pembuktian pernyataan ii diperoleh dari definisi a1, yaitu dari kesamaan
a1 a = eG = a a1.
Tampak peran a1 dan a bersifat simetri, bisa saling dipertukarkan. Peran a1
sebagai balikan dari a simetri dengan peran a sebagai balikan dari a1. Peran a
sebagai balikan dari a1 ini dinyatakan secara simbolik melalui ekspresi a =
(a1)1.
Akhirnya, bukti pernyataan iii diperoleh dari fakta bahwa
(b1a1) (a b) = ((b1a1) a) b (sifat asosiatif: x (y z) = (x y) z)
= (b1 (a1 a)) b (sifat asosiatif: (x y) z = x
(y z))
= b1 eG b (definisi balikan dari a)
1
=b b (definisi unsur identitas eG)
= eG. (definisi balikan dari b)
□
36
Apabila a G mempunyai balikan (a1 ada), maka ordo (order) dari unsur a adalah
m
bilangan bulat positif terkecil m yang memenuhi a = eG. Istilah ‘terkecil’ diartikan
m
sebagai berikut: a = eG dan untuk setiap bilangan bulat positif r yang lebih kecil
r
dari m berlaku a ≠ eG. Jika a berordo m, maka ditulis |a| = m. Perhatikan, suatu
unsur berordo 2 jika dan hanya jika balikan dari unsur tersebut adalah dirinya
sendiri (yaitu, |a| = 2 a1 = a). Jika tidak ada pangkat positif dari a yang sama
dengan e maka order dari a adalah ∞ .
2. Isomorfisma
38
1, 2, 3} dengan operator biner ‘+’ (Tabel 3.5 atau Tabel 3.7) hanya berbeda
lambang tetapi pada hakekatnya sama, kedua grup dianggap saling isomorf. Fakta
ini akan ditulis G Z4. Secara umum,ditulis G1 G2 untuk menyatakan bahwa dua
grup G1 dan G2 saling isomorf.
e a b c + 0 2 1 3
e e a b c 0 0 2 1 3
a a e c b 2 2 0 3 1
b b c a e 1 1 3 2 0
c c b e a 3 3 1 0 2
Relasi ‘’ berbeda dengan relasi kesamaan ‘=’, tetapi keduanya bersama-
sama memiliki sifat transitif. Sebagai akibatnya, karena G Z4 dan juga karena Z4
Z/4Z (sesuai diskusi mengenai Tabel 3.4 dan Tabel 3.5), maka disimpulkan G Z/4Z.
Konsep isomorf antara dua grup akan dibahas secara formal pada bab 4.
Contoh 3.14:
Operator kali aritmatika dalam 4Z = { …, 8, 4, 0, 4, 8, …} memenuhi syarat
sebagai operator biner yang bersifat asosiatif. Tetapi terhadap operator ini, 4Z
tak memuat unsur yang berperan sebagai unsur identitas. Jadi terhadap
operator kali aritmatika, 4Z adalah semigrup.
Contoh 3.15:
Seperti halnya operator tambah dalam Z, sifat asosiatif dan komutatif operasi
kali dalam Z juga mengimbas sifat asosiatif dan komutatif operator kali dalam
Z/4Z Z4. Perlu diperhatikan, walaupun Z4 memiliki unsur identitas 1 terhadap
operator kali (kongruen modulo 4), tetapi ada unsur Z4 (yaitu 0 dan 2) yang tak
mempunyai balikan. Jadi terhadap operator kali ini, Z4 hanyalah sebuah
monoid, bukan grup.
Walaupun operator kali kongruen modulo 4 dibatasi pada sub himpunan
40
Z4 {0} = {1, 2, 3} Z4,
sub himpunan ini tetap tak bisa membentuk grup (Bandingkan dengan Z = Z
{0}). Contoh yang sedikit berbeda, sub himpunan
Z5 {0} = {1, 2, 3, 4}
terhadap operator kali (kongruen modulo 5) membentuk grup. Pada
khususnya, setiap unsur Z5 {0} memiliki balikan: 11 = 1, 21 = 3 (sehingga 31
= 2) dan 41 = 4 di mana 1 berperan sebagai unsur identitas.
41
Apabila G adalah grup dengan operator/notasi tambah, maka konvensi
penulisan unsur-unsur dan operasi grup dengan operator/notasi kali.
Notasi penulisan kg dan (k)g di atas (kadang-kadang ditulis k·g (k)·g) bukan
notasi operasi kali aritmatik antara bilangan bulat k dengan unsur g G.
Sesungguhnya unsur g belum tentu bilangan! Unsur kg disebut kelipatan k dari unsur
g.
Sebagai akibat dari kesepakatan notasi tambah ini, ordo |a| suatu unsur a
G dengan operator tambah adalah suatu bilangan positif terkecil m sedemikian rupa
sehingga ma = 0.
Contoh 3.16:
Merujuk pada Tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4 serta fakta bahwa Z4 Z/4Z (Lihat
juga Contoh 3.8), maka unsur netral dari operator tambah ‘+’ dalam Z4 = {0, 1,
2, 3} adalah 0 sedangkan negatif dari 1 adalah 3, sebab 1 + 3 = 0. Dengan kata
lain,
1 = 3
(dan otomatis 3 = 1). Secara analog, diperoleh 2 = 2 (negatif dari 2 adalah
dirinya sendiri). Kedua unsur 1 dan 3 dalam Z4 berordo 4, sebab kelipatan 4
dari kedua unsur sama dengan 0 sedangkan kelipatan 1, 2 dan kelipatan 3 dari
42
kedua unsur tak sama (belum sama) dengan 0.
Contoh 3.17:
Pandang Z8 sebagai grup terhadap operasi tambah ‘+’. Dalam notasi tambah
ini, ordo unsur a Z8 adalah bilangan bulat positif terkecil k yang memenuhi
ka = 0. Jadi ordo dari 2 Z8 adalah 4 sebab (4)(2) = 0 dan untuk setiap bilangan
bulat positif r = 1, 2, 3 (yang lebih kecil dari 4) berlaku (1)(2) = 2 ≠ 0, (2)(2) = 4 ≠
0 dan (3)(2) = 6 ≠ 0. Dengan cara yang analog, ordo dari 6 Z8 bisa ditentukan
dengan mengamati satu per satu hasil kelipatan bilangan bulat positif 1, 2, 3, …
terhadap unsur 6 ini:
(1)(6) = 6 ≠ 0, (2)(6) = 4 ≠ 0, (3)(6) = 2 ≠ 0, tetapi (4)(6) = 0.
Jadi, ordo dari 6 Z8 adalah (juga) 4.
Ordo dari ketiga unsur 3, 5, 7 Z8 adalah 8 sedangkan ordo dari 4 Z8 adalah
2. Ini berakibat (2)(4) = 4 + 4 = 0 sehingga 4 = 4 (negatif dari 4 adalah dirinya
sendiri).
Contoh 3.18:
Dalam Contoh 3.2, diberikan sub himpunan
0 = {… , 12, 8, 4, 0, 4, 8, 12, … }.
Seperti telah disinggung dalam contoh sebelumnya, notasi yang lebih lazim
untuk himpunan ini adalah 4Z (untuk mengingatkan bahwa unsur-unsurnya
adalah kelipatan 4 dari bilangan-bilangan bulat). Terhadap operator tambah
aritmatik ‘+’, 4Z merupakan grup abel.
Tetapi terhadap operator kali, 4Z adalah semigrup yang bukan monoid.
Secara umum, jika ditetapkan bilangan bulat d > 1 maka relatif terhadap
operator tambah aritmatik ‘+’, sub himpunan sejati dari Z berikut
dZ = {dz |z Z}
= {…, 2d, d, 0, d, 2d, …}
adalah grup abel. Dari lain pihak, operator kali aritmatik di antara bilangan-bilangan
bulat juga terdefinisi dalam dZ. Sesungguhnya, untuk sembarang dua unsur x, y
dZ berlaku xy dZ. Sedikit renungan akan meyakinkan bahwa fakta ini menjamin
sifat tertutup operator kali aritmatik dalan dZ. Dengan kata lain, operator kali
43
aritmatik terdefinisi dalam dZ.
Jelas sifat asosiatif yang berlaku dalam Z otomatis berlaku pula dalam
setiap sub himpunannya. Pada khususnya sifat asosiatif juga berlaku dalam dZ.
Walaupun demikian, operator kali dalam dZ tidak mempunyai unsur identitas. Dari
diskusi ini bisa disimpulkan bahwa terhadap operator kali, dZ merupakan semigrup
yang bukan monoid.
C. Penutup
Soal Latihan:
1. Misalkan operator ‘’ didefinisikan pada himpunan semua bilangan real
positif seperti berikut. Untuk setiap a, b R , hasil operasi ab adalah
+ +
2
jhj c = ab. Apakah operator biner ‘’ dalam contoh di atas bisa
+
didefinisikan pada himpunan semua bilangan rasional positif Q ? Jika ‘YA’,
apakah ada unsur identitasnya?
5. Buktikan bahwa Z/Z4, Z4 dan G yang disajikan melalui Tabel 3.1, 3. dan 3.
adalah grup (Saudara bisa melakukan pengecekan kebenaran ketiga
aksioma-aksioma grup hanya dengan mengamati tabel operator biner dari
masing-masing grup).
6. Pemetaan :Z13 Z13 Z13, yang didefinisikan di setiap x, y Z13 dengan
aturan
x y = x + y + 10 (mod 13),
adalah sebuah operator biner.
a. Apakah ada unsur identitas e Z13 terhadap operator , yaitu unsur e
yang memenuhi sifat: untuk setiap x Z13 berlaku e x = x = x e?
b. Untuk setiap m Z13, apakah terdapat unsur y yang merupakan ‘negatif’
dari m, yaitu memenuhi sifat: m y = e = y m.
45