Anda di halaman 1dari 21

3.

Grup

Program Studi : Matematika


Nama mata kuliah/kode : Struktur Aljabar /310H1103
Jumlah SKS : 3
Pengajar : 1. Prof. DR. Amir Kamal Amir, M. Sc
2. Dra. Nur Erawaty, M. Si
Sasaran Belajar : Mahasiswa mampu menggunakan konsep struktur
aljabar dalam meyelesaikan permasalahan Aljabar dan
terapannya.
Mata Kuliah Prasyarat : Aljabar Linear 2
Deskripsi matakuliah : Grup termasuk subgrup, grup siklik, grup permutasi,
grup terentang hingga, grup faktor, grup sederhana
dan gelanggang. Beberapa struktur aljabar yang terkait
konsep isomorf, siklik, subgrup normal dan
homomorfisma.

A. Pendahuluan
1. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa mampu membedakan suatu himpunan dilengkapi satu operator
biner nerupakan (sub-) grup atau bukan (sub-)grup. Bisa memberikan
contoh semi-grup atau monoid yang bukan grup.
2. Kemampuan Mahasiswa yang Menjadi Prasyarat
Untuk dapat memahami konsep grup, pemahaman konsep operator biner
wajib dimiliki. Jika hal ini tidak diperoleh maka konsep grup tidak akan
mampu dipahami.
3. Keterkaitan Bahan Pembelajaran dengan Pokok Bahasan Lainnya
Definisi lapangan mau pun gelanggang sangat terkait dengan grup. Grup
dilengkapi dengan satu operator biner dan gelanggang dilengkapi dengan
dua operator biner, di mana terhadap satu operator binernya merupakan
grup.

25
4. Manfaat atau Pentingnya Bahan Pembelajaran ini
Pada topik Aljabar mana pun, senantiasa ditemui himpunan beserta
operator biner.
5. Petunjuk Belajar Mahasiswa
Mahasiswa dianjurkan untuk membaca materi pembelajaran sebelum
masuk kuliah, termasuk mengerjakan beberapa soal latihannya. Sehingga
mahasiswa lebih mempermantap pemahamannya mengenai konsep hasil
kali dalam ketika berada pada kelas.

B. Penyajian
Dalam Bab ini akan dibahas himpunan dengan struktur aljabar yang
bersifat sangat umum, yaitu grup. Suatu grup adalah sebuah himpunan sedemikian
rupa sehingga terhadap (salah) satu operator biner yang terdefinisi pada himpunan
tersebut, beberapa sifat-sifat (aksioma-aksioma) tertentu dipenuhi.
Struktur grup menjadi dasar struktur aljabar lain yang lebih kompleks.
Sebagai contoh, definisi suatu gelanggang berpijak pada dua operator biner yang
terdefinisi dalam gelanggang tersebut sedemikian rupa sehingga relatif terhadap
salah satu operator biner tersebut, gelanggang tersebut merupakan sebuah grup.
Demikian pula setiap ruang vektor terhadap operator + yang terdefinisi pada ruang
vektor tersebut merupakan grup. Sebagai akibatnya, semua sifat dan semua teorema
tentang grup berlaku dalam gelanggang dan dalam ruang vektor.

1. Unsur Identitas dan Invers Suatu Unsur


Dalam aritmatika, bilangan 0 dan 1 memiliki sifat istimewa. Sifat ini bukan
semata-mata akibat keberadaan kedua bilangan ini dalam himpunan semua bilangan
bulat Z, atau karena berada dalam himpunan semua bilangan rasional Q, tetapi juga
karena merupakan sifat umum dari operator tambah dan kali aritmatik.

Definisi 3.1
Misalkan G adalah sebuah himpunan dan operator biner  terdefinisi
pada G. Unsur e  G disebut unsur identitas dari G (terhadap operator
) jhj untuk sembarang g  G berlaku
eg = g = ge.
Misalkan g  G dan e adalah unsur identitas dari G. Unsur h  G
disebut balikan (inverse) dari unsur g jhj berlaku kesamaan

26
gh = e = hg.

Dalam notasi kali, balikan unsur g biasanya diberi lambang


‘g1 ’
dan lambang ini diucapkan dan diartikan sebagai singkatan dari
‘balikan dari g’.
Dalam notasi tambah, balikan unsur g biasanya diberi lambang
‘g ’
dan lambang ini diucapkan dan diartikan sebagai singkatan
‘negatif dari g’.

Contoh 3.1:
Pada himpunan Z9 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} didefinisikan operator biner 
sebagai berikut. Untuk setiap x, y  Z9, hasil operasi xy adalah sisa tak negatif
dari hasil bagi
x  y 1
9
yang memenuhi
0 ≤ xy < 9.
Misalnya,
56 = 3
sebab sisa tak negatif hasil bagi
5  61 12
9  9 adalah 3.
Terhadap operator , unsur identitas dari Z9 adalah 8 sebab untuk setiap x  Z9
berlaku
x8 = x = 8x
(Cek kebenaran kesamaan ini!).
Balikan (lebih tepat: negatif) dari setiap unsur x adalah
x = 7  x,
sebab
x  (7 x )1
9
= 89
sehingga
x  x = x  (7  x) = 8 (unsur identitas).
27
Contoh 3.2:
Pada himpunan Z9 yang didefinisikan dalam Contoh 3.1 di atas, bisa
didefinisikan operator biner  sebagai berikut:
untuk setiap x, y  Z9,
xy
adalah sisa tak negatif dari hasil bagi
xy
9
yang memenuhi
0 ≤ xy < 9.
Di sini 1 merupakan unsur identitas. Terhadap operator biner , setiap unsur Z9
yang saling prima terhadap 9 memiliki balikan. Misalnya, balikan dari 5 adalah
2 sebab 52 = 1. Fakta ini dilambangkan dengan menulis 5 1 = 2. Demikian
pula 21 = 5. Balikan sebuah bilangan bisa dirinya sendiri, misalnya 8 1 = 8.
Unsur-unsur 0, 3 dan 6 tak memiliki balikan. Apabila didefinisikan
Z9 = {1, 2, 4, 5, 7, 8} = {x  Z | 1 ≤ x < 9, FPB(x, 9) = 1},
setiap unsur dalam Z9 memiliki balikan.

Contoh 3.3:
Himpunan semua bilangan bulat tak nol Z = Z  {0} terhadap operator kali ‘’
(seperti yang diajarkan dalam pelajaran berhitung sejak Sekolah Dasar)
mempunyai unsur identitas, yaitu bilangan 1. Hanya ada dua unsur dalam Z
yang mempunyai balikan terhadap operasi kali, yaitu 1 dan 1. Balikan dari 1
adalah 1 dan balikan dari 1 adalah 1, yaitu
11 = 1 dan (1)1 = 1.

Berikut adalah sebuah dalil yang berlaku umum untuk sembarang


himpunan yang dilengkapi paling sedikit satu operator biner.

Teorema 3.1
Jika unsur identitas suatu himpunan H terhadap operator biner ‘’
ada, maka unsur identitas tersebut adalah tunggal.

28
Bukti:
Misalkan H memuat unsur identitas e1 dan e2. Pandang hasil operasi antara
kedua unsur identitas ini. Apabila unsur e1 berperan sebagai unsur identitas
sedangkan e2 berperan sebagai unsur biasa, maka sesuai definisi unsur identitas,
diperoleh hasil operasi
e1e2 = e2.
Dari lain pihak, jika unsur e2 berperan sebagai unsur identitas sedangkan unsur
e1 berperan sebagai unsur biasa, maka diperoleh hasil kali
e1e2 = e1.
Dari kedua persamaan hasil operasi di atas (yang ruas kirinya sama),
disimpulkan bahwa
e1 = e2. □

Contoh 3.4:
Himpunan semua bilangan rasional positif Q+ terhadap operator kali ‘’
mempunyai unsur identitas bilangan 1. Setiap unsur r = m/n  Q+ mempunyai
balikan terhadap operasi kali. Balikan dari bilangan rasional positif r = m/n
adalah 1/r = n/m yang sejak Sekolah Menengah sudah diajar untuk
menuliskannya dengan lambang alternatif, r1.

Definisi 3.2:
Suatu operator biner  yang terdefinisi pada himpunan H dikatakan
komutatif jhj terhadap sembarang dua unsur h1, h2  H berlaku
kesamaan
h1h2 = h2h1.

Contoh 3.5:
Jika H berhingga, setiap operator biner  pada H bisa didefinisikan melalui
sebuah tabel. Sebagai contoh Tabel 3.1 berikut menyatakan bahwa operator
biner  pada himpunan H = {a, b, c, d} terdefinisi melalui 16 buah aturan
perkalian sebagai berikut:
 a b c d
a b d a a
b d a c b

29
c a c d b a  a = b, a  b = d, a  c = a, a  d = a,
d a b b c b  a = d, b  b = a, b  c = c, b  d = b,
Tabel 3.1 c  a = a, c  b = c, c  c = d, c  b = a,
d  a = a, d  b = b, d  c = b, d  d = c.

Tampak bahwa untuk setiap h1, h2  H berlaku h1  h2 = h2  h1. Misalnya b  a


= d = a  b. Jadi operator biner  pada H bersifat komutatif. Sesungguhnya,
tabel operator biner yang komutatif akan simetri terhadap diagonal utama
(diagonal dari ujung kiri atas ke ujung kanan bawah) dari tabel. Tetapi di sini,
operator  tak bersifat asosiatif (Buktikan!)

Kesepakatan Penggunaan Notasi Tambah:


Ada kesepakatan tak tertulis di antara para penulis aljabar bahwa setiap
operator yang diberi nama ‘operator tambah’ (biasanya diberi lambang
yang sama ‘+’) adalah operator biner yang bersifat komutatif dan unsur
identitas dari operator tambah ini lebih sering disebut unsur netral atau
nol, biasanya diberi lambang 0. Demikian pula, balikan unsur a terhadap
operator tambah biasanya disebut
‘negatif a’
dan diberi lambang
‘a’.

Karena untuk setiap unsur nol berlaku


0 + 0 = 0,
maka negatif unsur nol adalah unsur nol itu sendiri
0 = 0.
Contoh 3.6 :
Himpunan semua bilangan bulat Z terhadap operator tambah ‘+’ (seperti yang
diajarkan dalam pelajaran berhitung sejak Sekolah Dasar) mempunyai unsur
netral bilangan bulat 0. Terhadap operasi tambah, balikan dari bilangan bulat z
 Z disebut negatif dari z dan diberi lambang z.

Contoh 3.7:
30
Dengan menggunakan operator tambah ‘+’ yang biasa digunakan dalam
berhitung pada himpunan semua bilangan bulat Z, didefinisikan operator biner
‘⊕’ seperti berikut. Untuk setiap a,b  Z,
a⊕b = a + b +3.
Misalkan diambil sembarang a  Z, maka a⊕(3) = a + (3) + 3 = a. Jadi,
unsur identitas terhadap operator ‘⊕’ adalah 3. Balikan dari a adalah a  6,
sebab a⊕(a  6) = a + (a  6) + 3 = 3 (unsur identitas). Jelas operator ‘⊕’
bersifat asosiatif dan komutatif (Apa sebabnya ?).

Contoh 3.8:
Merujuk pada Contoh 2.4 operator tambah dalam Z/4Z biasanya ditulis ‘+’
(bukan ‘⊞’ seperti yang ditulis dalam Contoh 2.5). Selain sebagai operator
biner, lambang ‘+’ juga digunakan di dalam alternatif penulisan ke-4 unsur-
unsur dalam Z/4Z = { 0 , 1 , 2 , 3 }, melalui kesamaan
0 = 4Z, 1 = 1 + 4Z, 2 = 2 + 4Z dan 3 = 3 + 4Z.
4Z biasa ditulis 0 + 4Z.

4Z 1+4Z

3+4Z
Z 2+4Z
Z/4Z
Ke-empat lambang 0 + 4Z, 1 + 4Z, 2 + 4Z
dan 3 + 4Z yang menggantikan lambang 0 , 1 , 2 , 3 adalah notasi yang
paling lazim untuk menggambarkan empat buah koset dari grup 4Z. Masing-
masing koset didefinisikan sebagai berikut
0 + 4Z = {4z | z  Z},
1 + 4Z = {1 + 4z | z  Z},
2+ 4Z = {2 + 4z | z  Z},
3 + 4Z = {3 + 4z | z  Z}.
Setiap unsur b dalam sub himpunan a + 4Z  Z (termasuk a sendiri) bisa
mewakili sub himpunan (koset) tersebut dalam cara penulisan ini. Artinya jika
31
a, b  c + 4Z, maka koset a + 4Z = c + 4Z = b + 4Z. Misalnya (Lihat Contoh)
10  2 + 4Z. Ini berarti 10 bisa mewakili penulisan sub himpunan 2 = 2 +
4Z. Jadi bisa ditulis 2 = 10 + 4Z. Dengan kata lain, 2 + 4Z = 10 + 4Z.
Perlu dicatat, ada konsekuensi dari penggunaan lambang ‘+’ dengan makna
yang berbeda, yaitu rancunya makna operator ‘+’ pada operasi antara dua unsur
Z/4Z seperti contoh berikut. Lambang yang sama ‘+’ digunakan dengan dua
makna yang berbeda dalam ekspresi
(3 + 4Z) + (2 + 4Z) = 1 + 4Z.
Makna pertama dari ‘+’ adalah sebagai operator biner dalam Z/4Z sedangkan
makna yang lain dari ‘+’ adalah sebagai bagian dari penulisan lambang koset a
+ 4Z  Z/4Z. Kerancuan ini bisa dihilangkan dengan melihat konteks
penggunaan ‘+’.
Karena ada dua cara penulisan unsur-unsur Z/4Z dalam Contoh 3.8 di atas,
operasi kali ⊠ pada Z/4Z yang didefinisikan bisa disajikan melalui salah satu
tabel dari kedua tabel berikut.

⊠ 0 1 2 3 ⊠ 4Z 1+4Z 2+4Z 3+4Z

0 0 0 0 0 4Z 4Z 4Z 4Z 4Z

1 0 1 2 3 1+4Z 4Z 1+4Z 2+4Z 3+4Z

2 0 2 0 2 2+4Z 4Z 2+4Z 4Z 2+4Z

3 0 3 2 1 3+4Z 4Z 3+4Z 2+4Z 1+4Z


Tabel 3.2 Tabel 3.3

Secara umum, sembarang operator biner (bersifat komutatif atau tidak


komutatif) lebih sering ditulis dalam notasi operator kali. Maksudnya, notasi
penulisan operasi biner ini meminjam notasi penulisan operasi aritmatik kali yang
biasa digunakan dalam pelajaran berhitung. Pada khususnya, akan sering digunakan
notasi juxtaposition, notasi yang paling sering dipakai untuk menyatakan operasi
kali dalam berhitung.
Notasi juxtaposition adalah notasi yang menulis hasil operasi biner antara
unsur a dengan unsur b tanpa menulis operator binernya, tetapi cukup dengan
menulis kedua unsur tersebut secara berurutan. Misalnya hasil operasi biner antara
unsur a dengan unsur b ditulis
ab.
32
Dalam penggunaan operator kali, kadang-kadang diperlukan tambahan
lambang tanda kurung ‘(‘ dan ‘)’. Misalnya dalam kasus lebih dari satu operator
atau lebih dari satu unsur yang dioperasikan, penggunaan tanda kurung untuk
penulisan semacam
a(b + c)
diperlukan. Tambahan tanda kurung juga diperlukan dalam penulisan perkalian
semacam
(20)(104)
untuk menyatakan bahwa angka-angka yang berada dalam tanda kurung
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Catatan: Operator tambah dan kali kongruen modulo d.


Salah satu himpunan yang memiliki dua operator biner, masing-masing
operator biner merupakan imbas dari operator tambah dan kali aritmatik,
adalah himpunan
Zd = {0, 1, …, d  1}
dengan d > 1. Kedua operator ini biasa disebut operator tambah dan kali
kongruensi modulo d.
Untuk d = 9, kedua operator biner didefinisikan melalui Contoh 3.2
Berdasarkan definisi operator biner dan kali dalam Contoh 3.2, hasil tambah
antara kedua hasil tambah unsur 7  Z9 dan unsur 8  Z9 adalah 6, yaitu
7+8=6
dan hasil kali kedua unsur (operator kali ditulis dalam notasi juxtaposition)
(7)(8) = 2.
Sesuai dengan kesepakatan di atas, hasil tambah kedua unsur di atas tidak
ditulis 7 + 8 = 6, melainkan ditulis
7 + 8  6 (mod 9);
dibaca “hasil tambah 7 dan 8 kongruen dengan bilangan 6 modulo 9”.
Demikian pula hasil kali kedua unsur tidak ditulis (7)(8) = 2, melainkan ditulis
(7)(8)  2 (mod 9);
dibaca “hasil kali 7 dan 8 kongruen dengan bilangan 2 modulo 9”.
Secara umum, jika z  Z dan c  Zd adalah sisa tak negatif dari hasil bagi a/d
yang memenuhi 0  c < d, akan ditulis fakta ini sebagai
z  c (mod d)

33
Definisi 3.3:
Himpunan G ≠  bersama dengan (salah) satu operator biner  yang
terdefinisi pada G disebut grup jhj (G,) memenuhi ketiga syarat (aksioma)
berikut:
G 1. Operator biner pada G bersifat asosiatif, artinya untuk setiap x, y, z  G
berlaku kesamaan x  (y  z) = (x  y)  z.
G 2. G memuat unsur identitas (terhadap operator ).
G 3. Setiap unsur x  G mempunyai balikan (terhadap operator biner ) x1.

Notasi Yang Terkait Dengan Definisi 3.3:


Karena grup G didefinisikan sebagai sebuah himpunan bersama-sama dengan
sebuah operator biner ‘’ pada G yang memenuhi ketiga aksioma G1, G2 dan G3,
maka sesungguhnya penulisan lambang yang lebih akurat untuk menyatakan
himpunan G bersama operator ‘’ sebagai sebuah grup adalah dengan menulis
(G,).
Tetapi dalam praktek, sering kali operator biner ‘’ tidak ditulis atau diberi
nama (khususnya dalam notasi juxtaposition). Untuk selanjutnya, akan diadopsi
kebiasaan ini dengan cukup menulis
G.

Apabila operator biner  bersifat komutatif (lihat Definisi ), maka grup G yang
memenuhi Definisi 3.3 3.3 di atas disebut grup abel (abelian group).

Contoh 3.8 :
Himpunan Z/4Z = { 0 , 1 , 2 , 3 } yang didefinisikan melalui Contoh bersama
operator ‘⊞’ membentuk grup yang terdiri atas 4 unsur.

Berikut diberikan tiga buah contoh grup yang unsur-unsurnya adalah


sebagian dari bilangan-bilangan real. Sifat asosiatif operator biner (dalam aksioma
G1) dari masing-masing grup adalah sifat khusus dari sifat asosiatif yang dimiliki
operator biner tambah (atau kali) aritmatik dalam himpunan semua bilangan real
. Aksioma G2 dan G3 dalam setiap grup mudah dibuktikan.

34
Contoh 3.9:
Himpunan semua bilangan bulat Z membentuk grup terhadap operator
tambah aritmatik ‘+’. Unsur identitas dari Z adalah bilangan 0 sedangkan
balikan dari setiap bilangan bulat z disebut negatif dari z, ditulis z (Baca
’Kesepakatan Penggunaan Notasi Tambah’ dalam Bab 2).

Contoh 3.10:
Himpunan semua bilangan real tak nol   {0} membentuk grup terhadap
operator kali aritmatik. Unsur identitas dari  adalah bilangan 1 sedangkan
balikan dari setiap unsur a (≠ 0) adalah 1/a.

Contoh 3.11:
Himpunan S yang memuat semua bilangan real tak nol dan berbentuk a + b 3
, di mana a, b  R keduanya tidak sekaligus bernilai 0, membentuk grup
terhadap operator kali. Unsur identitas dari S adalah bilangan 1 = 1 + 0 3
sedangkan balikan dari setiap bilangan real a + b 3  S adalah 1 =
a b 3
a b 3  S.
a2 3b2

Berikut adalah contoh grup terhadap operator kali kongruen modulo 9.

Contoh 3.12:
Himpunan Z9 = {1, 2, 4, 5, 7, 8} dengan operator biner  yang didefinisikan
dalam Contoh 3.2 (yaitu untuk setiap x, y  Z9 hasil operasi xy adalah sisa tak
xy
negatif dari hasil bagi 9 yang memenuhi 0 ≤ xy < 9) membentuk grup.
Terhadap operator yang sama, Z9  {0} dan Z9 bukan grup (Apa sebabnya?)

Untuk menghindari penggunaan istilah dalam konteks yang salah,


kesalahan yang sering dilakukan oleh para mahasiswa, perhatikan bahwa istilah atau
sifat ‘komutatif’ dalam Definisi 2.4 hanya dikenakan pada operator biner sedangkan
ekspresi terkait yang melibatkan unsur-unsur grup (selain operator binernya)
h1h2 = h2h1
dinyatakan melalui pernyataan verbal: ‘unsur h1 komut (commutes) dengan unsur
h2’. Jadi istilah ‘komut’ dikenakan pada hasil operasi sepasang unsur sedangkan
35
istilah ‘abel’ hanya dikenakan pada grup yang semua unsur-unsurnya komut satu
sama lain.

Teorema 3.1
Jika G adalah grup dan a  G, maka
i. Balikan dari setiap unsur G adalah tunggal
ii. (a1)1 = a.
iii. (ab)1 = b1a1.
Bukti:
Untuk membuktikan pernyataan i, misalkan a’ dan a” adalah balikan-balikan
dari a, dilihat
a” = a”  eG (karena eG adalah unsur identitas grup
G)
= a”  (a  a’) (karena a’ adalah balikan dari a)
= (a”  a)  a’ (karena sifat asosiatif dari operator )
= eG  a’ (karena a” adalah balikan dari a)
= a’, (karena eG adalah unsur identitas grup G)
terbukti a’ = a”.
Pembuktian pernyataan ii diperoleh dari definisi a1, yaitu dari kesamaan
a1  a = eG = a  a1.
Tampak peran a1 dan a bersifat simetri, bisa saling dipertukarkan. Peran a1
sebagai balikan dari a simetri dengan peran a sebagai balikan dari a1. Peran a
sebagai balikan dari a1 ini dinyatakan secara simbolik melalui ekspresi a =
(a1)1.
Akhirnya, bukti pernyataan iii diperoleh dari fakta bahwa
(b1a1)  (a  b) = ((b1a1) a)  b (sifat asosiatif: x (y  z) = (x y)  z)
= (b1 (a1 a))  b (sifat asosiatif: (x y)  z = x
(y  z))
= b1 eG  b (definisi balikan dari a)
1
=b b (definisi unsur identitas eG)
= eG. (definisi balikan dari b)

36

⊞ 4Z 1 +4Z 2 +4Z 3+4Z + 0 1 2 3


4Z 4Z 1+4Z 2 +4Z 3+4Z 0 0 1 2 3

1+4Z 1+4Z 2+4Z 3 +4Z 4Z 1 1 2 3 0

2+4Z 2+4Z 3+4Z 4Z 1+4Z 2 2 3 0 1

3+4Z 3+4Z 4Z 1+4Z 2+4Z 3 3 0 1 2

Tabel 3.4: (Z/4Z,⊞) Tabel3.5: (Z4,+)

Apabila a  G mempunyai balikan (a1 ada), maka ordo (order) dari unsur a adalah
m
bilangan bulat positif terkecil m yang memenuhi a = eG. Istilah ‘terkecil’ diartikan
m
sebagai berikut: a = eG dan untuk setiap bilangan bulat positif r yang lebih kecil
r
dari m berlaku a ≠ eG. Jika a berordo m, maka ditulis |a| = m. Perhatikan, suatu
unsur berordo 2 jika dan hanya jika balikan dari unsur tersebut adalah dirinya
sendiri (yaitu, |a| = 2  a1 = a). Jika tidak ada pangkat positif dari a yang sama
dengan e maka order dari a adalah ∞ .

2. Isomorfisma

Sebuah grup hingga G yang banyak unsurnya n disebut berukuran atau


berordo n dan hal ini biasa ditulis melalui lambang |G| = n. Grup berhingga G ini
bersama operator binernya bisa disajikan melalui tabel berukuran (n + 1)  (n + 1).
Sebagai contoh, grup Z/4Z dengan |Z/4Z| = 4 yang dilengkapi operator tambah ‘⊞’
bisa disajikan melalui Tabel 3.1 yang berukuran 5  5 berikut. Walaupun kelak
lambang operator ‘⊞’ tidak akan digunakan lagi (diganti dengan lambang ‘+’),
tetapi untuk membedakannya dengan operator biner tambah yang juga
berlambang ‘+’ dari grup lain, misalnya operator ‘+’ dari Z4 yang didefinisikan
melalui Tabel 3.2, lambang ‘⊞’ masih digunakan di sini. Perhatikan, 4Z adalah unsur
netral (nol) terhadap operator tambah ‘⊞’ dalam Z/4Z.
Tabel 3.5 yang terletak di sebelah kanan Tabel 3.4 menyajikan sebuah
himpunan Z4 = {0, 1, 2, 3} yang dilengkapi sebuah operator biner yang berlambang
‘+’. Definisi kedua operator biner bisa langsung diketahui dan dibaca dari tabel.
37
Setiap unsur dalam kotak warna putih (kotak tak diarsir) merupakan hasil operasi
antara kedua unsur di dalam kotak abu-abu (diarsir) yang terletak di atas dan di
samping kiri unsur tersebut. Misalnya dalam Tabel 3.5 untuk Z4, definisi hasil
operasi 2 + 3 = 1 dinyatakan melalui unsur dalam kotak putih yang merupakan
perpotongan baris ke-4 tabel dengan kolom ke-5 tabel. Dari Tabel 3.5, juga bisa
dibaca bahwa Z4 memenuhi ketiga aksioma grup.
Kedua tabel ini menggambarkan dua grup (dengan operator binernya)
yang saling isomorf (isomorphic) satu sama lain. Maksudnya, kedua himpunan
hanya berbeda nama dan lambang saja, sedang sifat-sifat dan struktur aljabar yang
diturunkan dari masing-masing operator binernya adalah sama. Persisnya, apabila
setiap lambang dalam Tabel 3.1 diganti dengan lambang-lambang yang bersesuaian
di dalam Tabel 3.2: lambang (nama himpunan) Z/4Z diganti Z4, lambang operator
biner ‘⊞’ diganti dengan ‘+’ dan lambang setiap unsur-unsur 4Z, 1 + 4Z, 2 + 4Z dan
3 + 4Z masing-masing diganti dengan 0, 1, 2 dan 3, maka Tabel 3.4 akan berubah
menjadi persis sama dengan Tabel 3.5. Dalam hal ini diambil kesimpulan bahwa
kedua himpunan dengan operator biner ini disebut saling isomorf satu sama lain.

Dalam ilustrasi berikut diperlihatkan bahwa saling isomorf yang terjadi di


antara dua himpunan dengan masing-masing operator binernya tidak
mengharuskan penggantian lambang terhadap tabel yang pertama menghasilkan
tabel yang persis sama dengan tabel kedua. Walaupun berbeda, kedua tabel masih
bisa dibuat sama dengan pertukaran urutan (permutasi) kolom atau baris tertentu
dari salah satu tabel.
Perhatikan Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 di bawah. Jika setiap lambang unsur e,
a, b, c dari G dalam Tabel 3.6 masing-masing diganti dengan lambang unsur-unsur
0, 2, 1 dan 3 dari Z4 dan operator  diganti operator + (jadi c sebagai hasil operasi a
 b diganti 3 sebagai hasil operasi 2 + 1, dst), maka terbentuklah Tabel 3.7 untuk
grup Z4. Tabel 3.7 tak persis sama dengan Tabel 3.5, walaupun keduanya sama-
sama menyatakan Z4. Tetapi kedua Tabel 3.5 dan 3.7 bisa dibuat sama dengan
mempertukarkan baris atau kolom Tabel 3.7 secara benar.
Sesungguhnya Tabel 3.7 bisa dibuat langsung dari Tabel 3.5, atau
sebaliknya Tabel 3.5 bisa dibuat langsung Tabel 7; melalui pertukaran (permutasi)
baris 2 dengan baris 3 dan pertukaran (permutasi) kolom 2 dengan kolom 3.
Karena grup G = {e, a, b, c} dengan operator biner ‘’ (Tabel 3.6) dan grup Z4 = {0,

38
1, 2, 3} dengan operator biner ‘+’ (Tabel 3.5 atau Tabel 3.7) hanya berbeda
lambang tetapi pada hakekatnya sama, kedua grup dianggap saling isomorf. Fakta
ini akan ditulis G  Z4. Secara umum,ditulis G1  G2 untuk menyatakan bahwa dua
grup G1 dan G2 saling isomorf.

 e a b c + 0 2 1 3

e e a b c 0 0 2 1 3

a a e c b 2 2 0 3 1

b b c a e 1 1 3 2 0

c c b e a 3 3 1 0 2

Tabel 3.6: (G, ) Tabel 3.7: (Z4,+)

Relasi ‘’ berbeda dengan relasi kesamaan ‘=’, tetapi keduanya bersama-
sama memiliki sifat transitif. Sebagai akibatnya, karena G  Z4 dan juga karena Z4 
Z/4Z (sesuai diskusi mengenai Tabel 3.4 dan Tabel 3.5), maka disimpulkan G  Z/4Z.
Konsep isomorf antara dua grup akan dibahas secara formal pada bab 4.

Contoh 3.13: (Grup Abel Zd  Z/dZ)


Dalam Contoh 2.4 ditunjukkan bahwa operator ‘+’ aritmatika dalam Z
mengimbas operator tambah ⊞ dalam Z/4Z. Sedangkan dalam diskusi di atas,
ditunjukkan bahwa Z/4Z isomorf dengan Z4 = {0, 1, 2, 3}, yaitu Z/4Z  Z4.
Mudah dibuktikan bahwa sifat asosiatif dari operator + dalam Z mengimbas
sifat asosiatif operator ⊞ dalam Z/4Z. Isomorfisma Z/4Z  Z4 mengakibatkan
operator ‘+’ dalam Z4 juga asosiatif sehingga terhadap operator ‘+’ sehingga Z4
memenuhi aksioma G1.
Secara analog, sifat komutatif operator ‘+’ dalam Z mengimbas sifat komutatif
operator ‘+’ dalam Z4. Unsur 0 adalah unsur netral dari Z4 sehingga Z4
memenuhi aksioma G2. Berlakunya aksioma G3 dibuktikan dengan
menunjukkan bahwa negatif dari suatu unsur a  Z4 dengan a ≠ 0 adalah
39
bilangan b = 4  a yang memenuhi sifat a + b = 0 sedangkan balikan dari 0
adalah dirinya sendiri: 0 = 0. Jadi, terhadap operator tambah ‘+’, Z4 adalah
grup abel. Fakta ini sebelumnya telah ditunjukkan dalam pembahasan Tabel 3.
dan 3.. Demikian pula, Z5  Z/5Z terhadap masing-masing operator tambah
merupakan grup abel.
Kedua grup abel Z4 dan Z5 merupakan bentuk khusus dari himpunan hingga
Zd = {0, 1, 2, …, d 1}
yang terhadap operator ‘+’, merupakan grup abel. Sebagai generalisasi notasi
Z/4Z dalam Contoh 2.4 dan dalam Tabel 2.1 dan 3., grup abel ini isomorf
dengan grup
Z/dZ = { 0 , 1 , 2 , …, d  1 } ,
atau dalam notasi koset, isomorf dengan keluarga koset-koset
Z/dZ = {dZ, 1 + dZ, 2 + dZ, …, (d  1) + dZ}.
Dengan kata lain, Zd  Z/dZ.

3. Semigrup dan Monoid


Jika himpunan G ≠  dengan satu operator biner memenuhi aksioma G1
dari ketiga aksioma grup G1, G2 dan G3, maka G disebut semigrup. Jika G
memenuhi dua aksoma G1 dan G2, maka G disebut monoid (dari mono identity).
Perhatikan, aksioma G2 secara tak langsung mensyaratkan G ≠ .

Contoh 3.14:
Operator kali aritmatika dalam 4Z = { …, 8, 4, 0, 4, 8, …} memenuhi syarat
sebagai operator biner yang bersifat asosiatif. Tetapi terhadap operator ini, 4Z
tak memuat unsur yang berperan sebagai unsur identitas. Jadi terhadap
operator kali aritmatika, 4Z adalah semigrup.

Contoh 3.15:
Seperti halnya operator tambah dalam Z, sifat asosiatif dan komutatif operasi
kali dalam Z juga mengimbas sifat asosiatif dan komutatif operator kali dalam
Z/4Z  Z4. Perlu diperhatikan, walaupun Z4 memiliki unsur identitas 1 terhadap
operator kali (kongruen modulo 4), tetapi ada unsur Z4 (yaitu 0 dan 2) yang tak
mempunyai balikan. Jadi terhadap operator kali ini, Z4 hanyalah sebuah
monoid, bukan grup.
Walaupun operator kali kongruen modulo 4 dibatasi pada sub himpunan
40
Z4  {0} = {1, 2, 3}  Z4,
sub himpunan ini tetap tak bisa membentuk grup (Bandingkan dengan Z = Z 
{0}). Contoh yang sedikit berbeda, sub himpunan
Z5  {0} = {1, 2, 3, 4}
terhadap operator kali (kongruen modulo 5) membentuk grup. Pada
khususnya, setiap unsur Z5  {0} memiliki balikan: 11 = 1, 21 = 3 (sehingga 31
= 2) dan 41 = 4 di mana 1 berperan sebagai unsur identitas.

Secara umum terhadap operator kali kongruen modulo d, Zd dan


Zd  {0} = {1, 2, …, d1}
adalah monoid (bukan grup) dengan unsur identitas 1. Tetapi
Zd = {x  Z | 0  x < d, FPB(x, d) = 1},
misalnya Z4 = {1, 3}, terhadap operator kali membentuk grup. Pada umumnya Zd 
{0} ≠ Zd (Perhatikan perbedaan Z4 dengan Z4  {0} = {1, 2, 3}) kecuali pada
kasus istimewa, yaitu kasus Zp = Zp  {0} dengan p adalah bilangan prima. Dalam
kasus ini, setiap unsur tak nol selalu mempunyai balikan sehingga Zp = Zp  {0}
relatif terhadap operator kali kongruen modulo p adalah grup abel. Walaupun
demikian, Zp tetap tidak bisa menjadi grup terhadap operator kali sebab unsur 0 
Zp tak mempunyai balikan.
Karena notasi kali dan notasi tambah memiliki cara penulisan yang berbeda
satu sama lain, diperlukan konvensi penulisan masing-masing notasi.

Konvensi Penulisan Dalam Notasi Kali


Misalkan G adalah grup dan g  G. Balikan (yang tunggal) dari g
ditulis
g1.
Lebih lanjut, disepakati penulisan berikut:
 g0 = eG,
dan untuk setiap bilangan bulat positif k, diadopsi notasi berikut:
 gk = g g …g (perkalian yang terdiri atas k
buah faktor g),
 gk = g1g1…g1 (perkalian yang terdiri atas k buah
faktor g1).

41
Apabila G adalah grup dengan operator/notasi tambah, maka konvensi
penulisan unsur-unsur dan operasi grup dengan operator/notasi kali.

Konvensi Penulisan Dalam Notasi Tambah +


Misalkan G adalah grup dan g  G. Balikan dari g disebut negatif g
dan ditulis
g.
Lebih lanjut, disepakati notasi penulisan singkat berikut
 0g = 0,
dan untuk setiap bilangan bulat positif k, diadopsi notasi berikut:
 kg = g + g + … + g (jumlahan antara k buah suku-
suku g),
 (k)g = (g) + (g) + … + (g)
(jumlahan antara k buah suku-suku g) yang biasa ditulis
g  g  …  g.

Notasi penulisan kg dan (k)g di atas (kadang-kadang ditulis k·g (k)·g) bukan
notasi operasi kali aritmatik antara bilangan bulat k dengan unsur g  G.
Sesungguhnya unsur g belum tentu bilangan! Unsur kg disebut kelipatan k dari unsur
g.
Sebagai akibat dari kesepakatan notasi tambah ini, ordo |a| suatu unsur a 
G dengan operator tambah adalah suatu bilangan positif terkecil m sedemikian rupa
sehingga ma = 0.

Contoh 3.16:
Merujuk pada Tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4 serta fakta bahwa Z4  Z/4Z (Lihat
juga Contoh 3.8), maka unsur netral dari operator tambah ‘+’ dalam Z4 = {0, 1,
2, 3} adalah 0 sedangkan negatif dari 1 adalah 3, sebab 1 + 3 = 0. Dengan kata
lain,
1 = 3
(dan otomatis 3 = 1). Secara analog, diperoleh 2 = 2 (negatif dari 2 adalah
dirinya sendiri). Kedua unsur 1 dan 3 dalam Z4 berordo 4, sebab kelipatan 4
dari kedua unsur sama dengan 0 sedangkan kelipatan 1, 2 dan kelipatan 3 dari
42
kedua unsur tak sama (belum sama) dengan 0.

Contoh 3.17:
Pandang Z8 sebagai grup terhadap operasi tambah ‘+’. Dalam notasi tambah
ini, ordo unsur a  Z8 adalah bilangan bulat positif terkecil k yang memenuhi
ka = 0. Jadi ordo dari 2  Z8 adalah 4 sebab (4)(2) = 0 dan untuk setiap bilangan
bulat positif r = 1, 2, 3 (yang lebih kecil dari 4) berlaku (1)(2) = 2 ≠ 0, (2)(2) = 4 ≠
0 dan (3)(2) = 6 ≠ 0. Dengan cara yang analog, ordo dari 6  Z8 bisa ditentukan
dengan mengamati satu per satu hasil kelipatan bilangan bulat positif 1, 2, 3, …
terhadap unsur 6 ini:
(1)(6) = 6 ≠ 0, (2)(6) = 4 ≠ 0, (3)(6) = 2 ≠ 0, tetapi (4)(6) = 0.
Jadi, ordo dari 6  Z8 adalah (juga) 4.
Ordo dari ketiga unsur 3, 5, 7  Z8 adalah 8 sedangkan ordo dari 4  Z8 adalah
2. Ini berakibat (2)(4) = 4 + 4 = 0 sehingga 4 = 4 (negatif dari 4 adalah dirinya
sendiri).

Contoh 3.18:
Dalam Contoh 3.2, diberikan sub himpunan
0 = {… , 12, 8, 4, 0, 4, 8, 12, … }.
Seperti telah disinggung dalam contoh sebelumnya, notasi yang lebih lazim
untuk himpunan ini adalah 4Z (untuk mengingatkan bahwa unsur-unsurnya
adalah kelipatan 4 dari bilangan-bilangan bulat). Terhadap operator tambah
aritmatik ‘+’, 4Z merupakan grup abel.
Tetapi terhadap operator kali, 4Z adalah semigrup yang bukan monoid.

Secara umum, jika ditetapkan bilangan bulat d > 1 maka relatif terhadap
operator tambah aritmatik ‘+’, sub himpunan sejati dari Z berikut

dZ = {dz |z  Z}
= {…, 2d, d, 0, d, 2d, …}
adalah grup abel. Dari lain pihak, operator kali aritmatik di antara bilangan-bilangan
bulat juga terdefinisi dalam dZ. Sesungguhnya, untuk sembarang dua unsur x, y 
dZ berlaku xy  dZ. Sedikit renungan akan meyakinkan bahwa fakta ini menjamin
sifat tertutup operator kali aritmatik dalan dZ. Dengan kata lain, operator kali

43
aritmatik terdefinisi dalam dZ.
Jelas sifat asosiatif yang berlaku dalam Z otomatis berlaku pula dalam
setiap sub himpunannya. Pada khususnya sifat asosiatif juga berlaku dalam dZ.
Walaupun demikian, operator kali dalam dZ tidak mempunyai unsur identitas. Dari
diskusi ini bisa disimpulkan bahwa terhadap operator kali, dZ merupakan semigrup
yang bukan monoid.

C. Penutup
Soal Latihan:
1. Misalkan operator ‘’ didefinisikan pada himpunan semua bilangan real
positif  seperti berikut. Untuk setiap a, b  R , hasil operasi ab adalah
+ +

unsur c   yang memenuhi kesamaan c = ab. Dengan kata lain, ab = c


+ 2

2
jhj c = ab. Apakah operator biner ‘’ dalam contoh di atas bisa
+
didefinisikan pada himpunan semua bilangan rasional positif Q ? Jika ‘YA’,
apakah ada unsur identitasnya?

2. Didefinisikan operator biner ‘’ pada Z dengan a  b = a + b + 2.


a. Hitung 3  5, 3  5, 3  5 dan 3  5!
b. Terhadap operator biner , tentukan bilangan e  Z yang berperan sebagai
unsur identitas!
c. Tentukan unsur b agar a  b = e (Dengan kata lain, tentukan invers dari a)!
d. Apakah operator  bersifat asosiatif?
3. Berdasarkan konvensi di atas,
a. buktikan bahwa untuk setiap k, l  Z berlaku
gk gl = gk+l = gl gk!
b. Berdasarkan kesepakatan notasi yang dikenakan terhadap unsur g  G
di atas, jelaskan perbedaan makna antara kedua lambang ‘gk’ dengan
‘(gk)1’ !
c. Buktikan gk = (gk)1.
4. Misalkan  dan  adalah dua unsur dari monoid M berunsurkan identitas e.
Apabila masing-masing unsur ini berordo m dan n, sedangkan  dan 
komut satu sama lain, buktikan:
a. ( ) =   =   , dan
k k k k k

b. ordo dari  adalah l = KPT (kelipatan persekutuan terkecil) dari m dan n


44
(yaitu, buktikan ( ) = e dan untuk setiap bilangan asli k < l, ( ) ≠ e).
l k

5. Buktikan bahwa Z/Z4, Z4 dan G yang disajikan melalui Tabel 3.1, 3. dan 3.
adalah grup (Saudara bisa melakukan pengecekan kebenaran ketiga
aksioma-aksioma grup hanya dengan mengamati tabel operator biner dari
masing-masing grup).
6. Pemetaan :Z13  Z13  Z13, yang didefinisikan di setiap x, y  Z13 dengan
aturan
x  y = x + y + 10 (mod 13),
adalah sebuah operator biner.
a. Apakah ada unsur identitas e  Z13 terhadap operator , yaitu unsur e
yang memenuhi sifat: untuk setiap x  Z13 berlaku e  x = x = x  e?
b. Untuk setiap m  Z13, apakah terdapat unsur y yang merupakan ‘negatif’
dari m, yaitu memenuhi sifat: m  y = e = y  m.

7. Relatif terhadap operator kali kongruen modulo 14, tentukan unsur-unsur


Z14 yang mempunyai balikan dan yang tak mempunyai balikan! Tentukan
juga ordo dari unsur-unsur ini !

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Jika mahasiswa dapat menyelesaikan minimal 30% dari soal-soal di atas, maka
mahasiswa dapat melanjutkan pada pokok bahasan berikutnya.

Daftar Kata Penting


Grup
Isomorfik
Isomorfisma
Monoid
Operator biner
Ordo
Semigrup
Unsur identitas
Unsur invers

45

Anda mungkin juga menyukai