DAN PENANGGULANGANNYA
BAB I
PENDAHULUAN
Stress adalah beban mental yang oleh individu yang bersangkutan akan
dikurangi atau dihilangkan. Untuk mengurangi atau menghilangkan stress, individu
melakukan tingkah laku penyesuaian (coping behavior). Jika berhasil, individu akan
kembali pada keadaan homeostasis, tetapi jika tidak berhasil, maka individu akan
kembali pada keadaan stress lagi, bahkan kemungkinan stress itu akan bertambah
besar. Jika individu merasa tidak berdaya atau tidak tahu lagi harus berbuat apa dalam
menghadapi stress, akan timbul reaksi panik berkepanjangan yang bisa menjurus pada
timbulnya gejala psikoneurosis (gangguan jiwa). Ada empat contoh penting dari
stress lingkungan yaitu bencana alam, bencana teknologi, bising, dan commuting to
work (pulang pergi untuk kerja).
Stress merupakan konsep umum pada saat sekarang. Stress digunakan untuk
menjelaskan suasana hati yang buruk atau tingkah laku yang luar biasa, dan
perkembangan dari teknik manajemen stress seperti meditasi, relaksasi dan sistem
biofeedback. Teori-teori mengenai stress memperkenankan kita untuk
menggambarkan hubungan diantara sejumlah situasi-situasi yang berbeda. Menurut
sejarah, studi dalam psikologi lingkungan berorientasi pada masalah. Selama tahun
1970an, studi dimulai untuk mendemonstrasikan beberapa efek yang sama dari
bencana alam dan teknologi, kebisingan, dan commuting. Akan tetapi, fenomena
tersebut tidak berarti memiliki kesamaan dalam segala hal.
Stress lingkungan penting untuk dipelajari agar individu tahu dan bisa
mengatasinya jika stress lingkungan timbul dalam kehidupannya sehingga individu
tersebut bisa memberikan respon atau tingkah laku penyesuaian agar bisa kembali ke
keadaan homeostasis. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
stress lingkungan, sumber stress, aspek dari stress dan bagaimana dampaknya, serta
penanggulangannya.
BAB II
Stress Lingkungan
I.
1. Definisi
I.
1.
karakteristik dari sumber-sumber stress (characteristics of
stressors)
penilaian terhadap sumber-sumber stress (appraisal of stressors)
stress yang terjadi pada seseorang dapat meningkat tergantung
pada bagaimana mereka menginterpretasikannya.
respons terhadap stress yang terjadi (stress response) termasuk
kecemasan, depresi, sakit, penarikan diri, dan agresi.
I.
1.
1. Cataclysmic Events
I.
1.
1. Personal Stressors
I.
1.
1. Daily Hassles
I.
1. Teori Stress Lingkungan (Environment Stress Theory)
Ada tiga tahap stress dari Hans Selye, yaitu tahap reaksi tanda bahaya,
resistensi, dan tahap kelelahan. Tahap reaksi tanda bahaya adalah tahap dimana
tubuh secara otomatis menerima tanda bahaya yang disampaikan oleh indera.
Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat dari otot menegang,
keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung berdebar karena darah
dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Tahap resistensi atau
proses stress. Proses stress tidak hanya bersifat otomatis hubungan antara stimulus
respon, tetapi dalam proses disini telah muncul peran-peran kognisi. Model
psikologis menekankan peran interpretasi dari stressor yaitu penilaian kognitif
apakah stimulus tersebut mengancam atau membahayakan. Proses penilaian
terdiri atas 2 yaitu : penilaian primer dan penilaian sekunder. Penilaian primer
merupakan evaluasi situasi apakah sebagai situasi yang mengancam,
membahayakan, ataukah menantang. Penilaian sekunder merupakan evaluasi
terhadap sumber daya yang dimiliki, baik dalam arti fisik, psikis, sosial, maupun
materi. Proses penilaian primer dan sekunder akan menentukan strategi coping
(Fisher 1984) dapat diklasifikasikan dalam direct action (pencarian informasi,
menarik diri, atau mencoba menghentikan stressor) atau bersifat palliatif yaitu
menggunakan pendekatan psikologis (meditasi, menilai ulang situasi dsb). Jika
respon coping ini tidak adekuat mengatasi stressor, padahal semua energi telah
dikerahkan maka orang akan masuk pada fase ketiga yaitu tahap kelelahan.
Tetapi, jika orang sukses, maka orang dikatakan mampu melakukan adaptasi.
Dalam psroses adaptasi tersebut memang mengeluarkan biaya dan sekaligus
memetik manfaat.
I.
1. Macam-Macam Sumber Stress Lingkungan
1.
1. Bencana Alam
I.
1.
1.
1. Bencana Teknologi
I.
1.
1.
Karakteristik Bencana Tekonolgi
Hal ini mungkin saja terjadi jika kita teledor, hal ini juga untuk
menguji kemampuan kita mengontrol suatu kejadian di masa yang akan
dating. Kejadian ini sebenarnya tidak harus terjadi , karena mesin-mesin
yang diciptakan tidak didesain untuk melakukan kesalahan dan ada tanda-
tanda ketika terjadi sebuah kerusakan. Jadi, kecelakaan pada pembangkit
tenaga nuklir juga tidak harus terjadi, limbah beracun juga tidak
seharusnya bocor. Tapi hal ini ternyata terjadi , dan hal ini dapat menimpa
siapa saja. Mungkin kita juga sring berpikir dimana ledakan selanjutnya
akan terjadi?, pesawat mana yang akan bertabrakan?, Limbah mana yang
akan menyebar?, dan lainnya. Ketika pemikiran itu bersifat spekulatif, ini
menimbulkan tafsiran yang macam-macam mengenai bencana teknologi.
Kejadian ini dapat mengurangi keyakinan umum dan menimbulkan stress
(Davidson, Baum dan Collins, 1982).
1. Kebisingan
Suara yang bising, tidak dapat diprediksi, dan tidak dapat dikontrol
mengakibatkan rusaknya perilaku. Meskipun ketiga factor tesebut
mungkin menjadi penyebab utama pengaruh kebisingan terhadap perilaku,
namun sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada factor lain yang
mempengaruhi sejauhmana kebisingan tersebut mengganggu. Gangguan
meningkat bila:
b. Sumber Kebisingan
Dimana ambang normal akan kembali dalam satu bulan atau lebih
setelah penghentian suara yang berbahaya bagi telinga.
Penelitian menyatakan bahwa rute pulang pergi kerja yang ruwet dapat
menyebabkan tekanan darah yang tinggi dan detak jantung yang cepat (Littler,
Honour, & Sleight, 1973). Stress pulang pergi kerja juga dipengaruhi suhu,
suara, kelembaban, dan polusi udara (Stokols & Novaco, 1981).
Tingginya gangguan pulang pergi kerja lebih sulit dan maka dari itu
mungkin lebih menyebabkan stress. Bukti-bukti menyebutkan bahwa pulang
pergi kerja dapat menyebabkan stress, tapi luasnya pengalaman stress
tergantung pada sejumlah faktor. Stressor yang lain dan karakteristik sumber
juga penting. Design jalan, jumlah kepadatan, kompleksnya jalan, dan kondisi
semua aspek dari lingkungan pulang pergi kerja yang mempengaruhi stress.
Dalam hal ini, faktor individu seperti gaya coping sangat penting, dan respon
yang berbeda-beda terhadap kondisi pulang pergi kerja.
Penanggulangan
• Mencari tahu sebab yang menimbulkan stress bagi pengungsi. Jika menilik
penyebab stress pengungsi karena rasa lapar, maka perlu memberikan makan dan
minum. Jika stress pengungsi karena sakit, maka perlu menyediakan obat-obatan.
Jika stress mereka karena kurangnya air bersih untuk kebutuhan mandi, masak,
buang air, serta mencuci maka perlu menyediakan sarana air bersih yang cukup.
Pemerintah berkewajuban menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh pengungsi.
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas bagi pengungsi untuk memperoleh
penghidupan yang layak. Tugas pemerintah menyiapkan sarana air bersih, makan
dan minum serta obat-obatan bagi pengungsi. Masyarakat miskin yang mengungsi
perlu menggunakan fasilitas tersebut untuk keselamatan hidup mereka. Jika
pemerintah abai menyediakan sarana kesehatan dan sanitasi air bersih, maka
pengungsi akan menderita dan terancam penyakit akibat banjir. Pemerintah
selayaknya berusaha keras menyediakan kebutuhan para pengungsi dengan cepat,
untuk meringankan beban hidup mereka yang kesusahan.
• Solidaritas para tokoh agama, tokoh masyarakat, para artis membantu korban
banjir perlu ditingkatkan. Tokoh agama sebagai pusat pengaduan masyarakat
miskin. Secara sosial, tokoh agama lebih dekat dengan keseharian ummat. Peran
masjid, gereja, sekolah keagamaan, pesantresn menjadi alternative masyarakat
sebagai tempat mengungsi yang aman. Dengan bahu membahu dan tolong
menolong secara lintas agama, akan lebih mudah dan cepat menyalurkan bantuan
bagi para pengungsi.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Ada tiga bagian dari stress, pertama, karakteristik dari sumber-sumber stress
(characteristics of stressors). Kedua, penilaian terhadap sumber-sumber stress
(appraisal of stressors). Ketiga, respons terhadap stress yang terjadi (stress response).
Macam-macam sumber stress antara lain bencana alam, bencana teknologi,
kebisingan dan commuting to work.
1. SARAN
KASUS
Dalam kasus di atas yang menjadi stressor adalah kekeringan. Akibat dari
kekeringan yang panjang, debit air di Sendang Senjoyo menurun. Hal ini menimbulkan
stres bagi para petani yang mengairi sawahnya dengan air dari Sendang Senjoyo karena
sawah mereka terancam kering. Kondisi stres yang berat menimbulkan reaksi dari para
petani yang berupa tindakan anarkis. Mereka nekat membawa godam dan palu, berniat
membobol pintu air. Bahkan sempat terjadi percekcokan antar petani. Aliran air dari
Sendang Senjoyo sudah dianggap tidak lagi terbagi adil menurut mereka. Mereka
menyalahkan pengelola debit yang dianggap tidak adil dalam pembagian air. Padahal
kenyataannya, debit air Sendang Senjoyo memang menurun karena kemarau. Karena
dipengaruhi oleh keadaan stres yang berat, para petani tidak lagi dapat membendung
amarahnya dan berpikir rasional.
Menurut Teori Kendala Tingkah Laku (The Behavior Constraint Theory) yang
dikemukakan oleh Bhrem, bahwa jika manusia mendapat hambatan terhadap
kebebasannya untuk melakukan sesuatu ia akan berusaha memperoleh kebebasannya
kembali. Reaksi ini disebut psychological reactance.
Seperti pada kasus di atas para petani merasa kebebasannya bertani terhambat
karena kurangnya air untuk mengairi sawah. Mereka berpikir ada ketidakadilan dalam
pembagian jatah air dan sebagai reaksinya (psychological reactance )mereka berusaha
untuk mendapatkan keadilan, tetapi dengan cara yang salah, yaitu ingin membobol pintu
air. Hal ini juga dikarenakan cara berpikir para petani yang berebut air yang linier.
Mereka menganggap sawah kekurangan air karena ada ketidakadilan dalam pembagian
jatah air sehingga reaksi mereka mendatangi Sendang Senjoyo untuk membobol air.
Menurut teori cara berpikir yang dikemukakan oleh H.L. Leff bahwa ada dua macam cara
orang berpikir dalam menanggapi rangsang dari lingkungan. Pertama adalah cara berpikir
linier dan cara berpikir sistem. Perbedaan cara berpikir ini menyebabkan perbedaan
dalam reaksi terhadap lingkungan. Jika para petani berpikir sistem pasti reaksinya pun
akan berbeda. Jika mereka berpikir dengan cara berpikir sistem, mereka akan melihat
kesulitan air karena musim kemarau, karena penggunaan oleh banyak pihak, dan bukan
semata-mata karena ketidakadilan pengelola Sendang. Maka reaksi yang timbul pun
bukan reaksi anrkis seperti pada kasus di atas.
Dapat disimpulkan bahwa reaksi dari para petani yang cukup anarkis dengan
ingin membobol pintu air disebabkan beban stres yang berat dan melebihi batas karena
kekurangan air dan kemungkinan gagal panen yang berdampak pada kerugian.
Solusi untuk kasus di atas adalah dari semua pihak yang menggunakan Sendang
Senjoyo untuk keperluan masing-masing harus bertemu dan berkumpul untuk
membicarakan masalah ini. Pertama dari pihak pengelola menerangkan bahwa debit ais
Sendang Senjoyo memang mengalami penurunan beberapa tahun terakhir dengan
menjelaskan sebab-sebabnya agar kesalahpahaman dapat terhindarkan. Kemudian dari
pihak yang menggunakan air Sendang Senjoyo dalam jumlah besar harus mengusahakan
memiliki alternatif sumber lain agar tidak sepenuhnya mengambil dari Sendang Senjoyo.
Dari semua pihak diharapkan mau bekerjasama untuk membangun konservasi air di hutan
dekat Sendang Senjoyo agar pengurasan air dalam skala besar ini tidak lagi menurunkan
debit air karena diimbangi dengan adanya konservasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ciremai, anak. 2008. Makalah Pendidikan Tentang Pengaruh Keterlibatan Orang Tua
Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stress Lingkungan.
Diakses pada : Jum’at, 10 oktober 2008.
http://anakciremai.blogspot.com/2008/08/makalah-ilmu-pendidikan-tentang-
c.html
Dial, 2008. Fenomena Hunian pada Masyarakat Kota. Diakses pada : Minggu, 12
Oktober 2008. http://de-arch.blogspot.com/2008/09/fenomena-hunian-
padamasyarakat-kota.html
Fadilla, Avin. 1999. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Diakses pada : Minggu, 12
Oktober 2008. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/hidupdikota_ avin.pdf
Komunitas Semarang. 2007. Masalah kemacetan Kota Semarang. Diakses pada : Minggu,
12 Oktober 2008. http://tarnus6.wordpress.com/2008/07/01/konsep-kotadalam-
kota-di-kota-semarang/
Soendjojo, RahmithA.—-. Tergilas Stress in the city. Diakses pada : Minggu, 12 Oktober
2008. http://www.tabloidnakita.com/artikel2.php3/edisi=07319&rubrik=topas
Tahrir, Hizbut. 2008. Depresi Sosial : Gejala dan Akar Penyebabnya. Diakses pada :
Minggu, 12 Oktober 2008. http://hizbut-tahrir.or.id/2008/07/03/depresi-sosial-
gejala-dan-akar-penyebabnya/