Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HARMONISASI KEYAKINAN UMAT BERAGAMA ISLAM DAN


HINDU DI PURA BUAR-BUARAN DESA SERAYA, KARANGASEM,
BALI

TIM PENGUSUL
I KADEK DWI CAHYA (0515) ANGKATAN TAHUN 2017
I WAYAN LASMA (0532) ANGKATAN TAHUN 2017

Bidang Lomba penelitian: Ilmu


Sosial dan Humaniora (ISH)

SMA NEGERI BALI MANDARA


Jl. Raya Air Sanih, Ds. Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kab. Buleleng, 81172,
Telp. (0362) 3435051/Fax: 3435052
Website:www.smanbalimandara.sch.id, e-mail:smanbalimandara@gmail.com
Tahun 2019
HARMONISASI KEYAKINAN UMAT
BERAGAMA ISLAM DAN HINDU DI PURA
BUAR-BUARAN DESA SERAYA, KARANGASEM, BALI
Penulis I(1) I Kadek Dwi Cahya, PenulisII(2) I Wayan Lasma
SMA Negeri Bali Mandara, smanbalimandara@gmail.com
Jl. Air Sanih Desa Kubutambahan, Kec. Kubutambahan,
Kab. Buleleng Provinsi Bali (0362) 3435051
2019

ABSTRAK

Pura Buar-buaran atau Pura Bhur Bwah Swah merupakan tiga pura yang lokasinya berbeda,
menggambarkan tiga dunia, yakni Bhur alam bawah, Bwah alam tengah, Swah alam atas, atau alam
Bhur (Bumi), alam Bwah (Langit), dan alam Swah (Sorga). Di Pura Buar-Buaran atau pura Bhur
Bwah Swah menyimpan keunikan tersendiri di dalamnya, yaitu adanya keharmonisan dua umat yang
memiliki agama dan keyakinan berbeda. Hal tersebut diyakini dapat membentuk rasa persatuan dan
kesatuan antar umat beragama. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terkait harmonisasi keyakinan
umat beragama islam dan hindu di Pura Buar-buaran Desa Seraya, Karangasem, Bali. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menganalisis penyebab dominan dan proses terjadinya harmonisasi
keyakinan pada Umat Beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran sehingga membentuk rasa
persatuan dengan mencampurkan dua keyakinan Islam dan Hindu. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian metode kualitatif yang dilakukan di SMA Negeri Bali Mandara. Subjek penelitian
ini adalah Umat Beragama Islam dan Hindu di Desa Seraya, Karangasem-Bali. Sedangkan,
Objek penelitian ini adalah penyebab dominan dan proses harmonisasi di Pura Buar-Buaran.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, penelurusan data dan informasi
melalui internet, observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini sebagai berikut; tradisi yang dilakukan secara turun-temurun
di Pura Buar-buaran menyebabkan rasa keharmonisan dan toleransi antar umat beragama Islam dan
Hindu tetap terjaga dengan baik. Munculnya sikap toleransi antar umat beragama sudah diajarkan
sejak dini di lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

Kata kunci: harmonisasi, keyakinan, masyarakat, toleransi


BAB 1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 17.504 pulau.
Jumlah penduduk yang mencapai 260 juta jiwa menempatkan Indonesia sebagai negara keempat dengan
penduduk terpadat di dunia (CIA World Factbook, 2017). Indonesia juga terkenal akan kekayaan dan
keragaman budaya, ras, bahasa daerah, suku bangsa, agama, dan kepercayaan yang dimilikinya.
Kekayaan dan keanekaragaman tersebut tercermin dari 633 suku (Agus dan Hari, 2017) dan 742 bahasa
daerah yang ada di dalamnya (Fanny, 2009).
Indonesia dengan keanekaragamannya dan begitu banyak jumlah penduduknya tidak
dipungkiri dan tidak jarang menimbulkan pertentangan dan konflik antar penduduk yang memiliki suku,
budaya, agama, keyakinan, dan ras yang berbeda. Salah satu konflik yang pernah terjadi akibat
perbedaan suku adalah tragedi sampik, yaitu konflik antar suku Dayak dan Madura. Konflik
yang menggegerkan Indonesia pada tahun 2001 dan memakan ratusan korban jiwa ini diduga
diakibatkan karena kurangnya adaptasi warga Madura dengan warga Dayak sebagai tuan rumah
(Rizka, 2016). Selain itu, konflik yang dilandasi perbedaan agama juga pernah terjadi di Maluku.
Konflik tersebut mamakan 8-9 ribu korban jiwa, selain begitu banyak korban jiwa, lebih dari 29 ribu
rumah terbakar, serta 45 masjid, 47 gereja, 719 toko, 38 gedung pemerintahan, dan 4 bank hancur
dalam konflik tersebut. Rentang waktu terjadinya konflik tersebut juga begitu lama yaitu sampai dengan
4 tahun (Handoko,
2015).
Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi konflik dan pertentangan yang
terjadi akibat perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan ras ini. Upaya untuk mengatasi konflik
akibat SARA antara lain, sosialisasi ke masyarakat, adanya himbauan tentang bahayanya konflik yang
terjadi akibat SARA, penegakan hukum oleh pihak yang berwenang, dan pembuatan undang-undang
yang mengatur konflik akibat SARA. Undang-undang yang mengatur tentang SARA salah
satunya adalah undang-undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi Ras dan Etnis.
Namun, upaya-upaya tersebut belum bisa sepenuhnya mencegah terjadinya pertentangan dan
konflik yang disebabkan oleh perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan ras.
Untuk pencegah terjadinya konflik akibat perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan ras
perlu adanya toleransi di masyarakat. Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang
berada di Bali yang terkenal sebagai pusat religi di dunia, khususnya umat Hindu. Karangasem menjadi
daerah dengan mayoritas umat beragama Hindu. Jika hal tersebut tidak dibarengi dengan rasa toleransi
antar kaum mayoritas dan minoritas, konflik SARA pasti akan mudah terjadi. Salah satu bentuk
toleransi di Karangasem tercermin di sebuah pura yang bernama Pura Buar-buaran atau Pura
Bhur Bwah Swah. Pura tersebut terletak di Desa Seraya, Karangasem, Bali, tepatnya di sebelah Bukit
Tabuan, Karangasem.
Pura Buar-buaran atau Pura Bhur Bwah Swah merupakan tiga pura yang lokasinya berbeda,
menggambarkan tiga dunia, yakni Bhur alam bawah, Bwah alam tengah, Swah alam atas, atau alam
Bhur (Bumi), alam Bwah (Langit), dan alam Swah (Sorga). Pura ini tidak sengaja ditemukan
oleh sesepuh Islam di Bukit Tabuan pada saat umat muslim dipindahkan ke pegunungan Seraya dari
Yeh Kali oleh Raja Karangasem, Anak Agung Karangasem pada abad ke-16. Setelah tidak
sengaja ditemukan, lalu pura tersebut dibersihkan dan ditata sebagai tanda penghormatan kepada yang
melingih (berstana) di tempat tersebut.
Di Pura Buar-Buaran atau pura Bhur Bwah Swah menyimpan keunikan tersendiri didalamnya,
yaitu mengenai harmonisasi keyakinan dari umat Beragama Islam dan Hindu. Ditengah
maraknya pertentangan dan konflik-konflik yang terjadi akibat perbedaan suku, budaya, agama,
keyakinan, dan ras, Pura Buar-Buaran menunjukkan sisi berbeda dari tempat lainnya. Di Pura Buar-
Buaran ini terlihat keharmonisan dua umat yang memiliki agama dan keyakinan berbeda. Harmonisasi
yang tercipta sejak
beberapa abad yang lalu tercermin dari gelar ritual yang dilakukan di waktu yang hampir bersamaan
ditempat yang sama. Perbedaan terlihat dari segi pakaian yang dikenakan oleh umat Islam dan Hindu
saat melakukan gelar ritual tersebut. Umat Islam terlihat mengenakan pakaian yang pada umumnya
dikenakan kaum muslim lainnya, yakni peci, sarung, serta baju koko, sedangkan umat Hindu
mengenakan pakaian adat khas Bali. Perbedaan juga terlihat dari cara melakukan ritual antar umat Islam
dan Hindu di pura tersebut, umat Islam melakuakan ritual dengan cara melantunkan ayat-ayat Al-quran
sedangkan umat Hindu sembahyang layaknya umat hindu yang lain (Saiful, 2014).
Dengan adanya perbedaan tersebut, rasa toleransi dan hormonisasi kedua umat beragama yang
memiliki agama dan keyakinan yang berbeda tersebut tetap terjaga dengan baik. Kedua umat beragama
Islam dan Hindu tersebut menunjukkan harmonisasi keyakinan yang sangat kuat dan saling menjaga
satu sama lain. Dengan adanya harmonisasi keyakinan tersebut memunculkan tradisi-tradisi unik dipura
Buar-Buaran. Salah satunya adalah tradisi Bulan Japra atau Usaba Japra. Bulan japra atau Usaba Japra
adalah tradisi untuk menunjukkan rasa syukur dengan hasil panen kebun dan ladang masyarakat
setempat.
Pura Buar-Buaran merupakan cerminan bagi seluruh masyarakat yang memiliki suku, budaya,
agama, keyakinan, dan ras yang berbeda, bahwa umat beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran
dapat menjaga keharmonisan keyakinan mereka walaupun mereka memiliki agama dan keyakinan yang
berbeda. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji harmonisasi keyakinan Umat
Beragama Islam dan Hndu di Pura Buar-Buaran, dengan tujuan untuk Menganalisis penyebab dominan
terjadinya harmonisasi Umat Beragama Islam dan Umat Beragama Hindu di Pura Buar-Buaran dan
Mengkaji proses harmonisasi keyakinan pada Umat Beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran
sehingga membentuk rasa persatuan dengan mencampurkan dua keyakinan Islam dan Hindu.
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah tujuan penelitian ini dapat diketahui, dianalisis, dan
dikaji. Penelitian ini ber-judul “Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam dan Hindu Di Pura
Buar- Buaran Desa Seraya, Karangasem, Bali”.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pura Buar-Buaran


Pura Buar-buaran atau Bhur Bwah Swah adalah sebuah pura yang terletak di Desa Seraya
Karangasem Bali, tepatnya di sebelah Bukit Tabuan Karangasem. Pura Buar-buaran atau pura Bhur
Bwah Swah merupakan tiga pura yang lokasinya berbeda, menggambarkan tiga dunia, yakni alam Bhur
(Bumi), alam Bwah (Langit), dan alam Swah (Sorga) (Suyatra, 2018). Pura ini tidak sengaja ditemukan
oleh sesepuh Islam di Bukit Tabuan pada saat umat Muslim dipindahkan ke Pegunungan Seraya dari
Yeh Kali oleh Raja Karangasem, Anak Agung Karangasem pada abad ke-16. Setelah tidak sengaja
ditemukan, lalu pura tersebut dibersihkan dan ditata sebagai tanda penghormatan kepada yang melingih
(berstana) di tempat tersebut.
Di Pura Buar-Buaran atau Pura Bhur Bwah Swah menyimpan keunikan tersendiri didalamnya,
yaitu mengenai Harmonisasi keyakinan dari umat Bergama Islam dan Hindu. Ditengah maraknya
pertentangan dan konflik-konflik yang terjadi akibat perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan
ras, pura buar-buaran menunjukkan sisi berbeda dari tempat lainnya. Di pura buar-buaran ini terlihat
keharmonisan dua umat yang memiliki agama dan keyakinan berbeda. Kedua umat beragama Islam dan
Hindu tersebut menunjukkan harmonisasi keyakinan yang sangat kuat dan saling menjaga satu sama
lain (Saiful, 2014).
2.2 Akulturasi budaya
Menurut beberapa ahli akulturasi budaya adalah proses perubahan budaya dan psikologis
yang terjadi sebagai akibat kontrak antara dua atau lebih kelompok dan anggota masing-masing
kelompok (John W. Berry, 2005). Sedangkan Menurut Dwi Hayudiarto, pengertian akulturasi
budaya adalah ketika suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan kebudayaan asing yang diterima masuk tanpa menghilangkan kebudayaan yang ada. Jadi secara
umum pengertian akulturasi kebudayaan adalah perpaduan dua kebudayaan yang menghasilkan
budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut. Dengan percampuran
budaya-budaya tersebut diharapkan terjadinya harmonisasi antar masyarakat yang memiliki suku,
budaya, agama, keyakinan, dan ras yang berbeda.
2.3 Penyebab terjadinya harmonisasi keyakinan
Penyebab terjadinya harmonisasi keyakinan antara lain, saling tenggang rasa. Saling tenggang
rasa berarti suatu sikap hidup dalam ucapan perbuatan dan tingkah laku yang mencerminkan
sikap menghargai dan menghormati orang lain. Selain itu, harmonisasi keyakianan juga
disebabkan oleh toleransi antar mayarakat yang memiliki keyakinan berbeda, tidak memaksakan
seseorang untuk memeluk agama tertentu, dan mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya
maupun peraturan negara atau pemerintah (Fathoni, 2018).
2.4 Upaya mengantasi terjadinya konflik SARA
Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi terjadinya
konflik SARA di Indonesia. Upaya untuk mengatasi konflik akibat SARA antara lain, sosialisasi ke
masyarakat, adanya himbauan tentang bahayanya konflik yang terjadi akibat SARA, penegakan hukum
oleh pihak yang berwenang, dan pembuatan undang-undang yang mengatur konflik akibat SARA.
Undang-undang yang mengatur tentang SARA salah satunya adalah undang-undang Nomor 40 Tahun
2008 tentang penghapusan diskriminasi Ras dan Etnis.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Kerja
Mulai

Mencari Referensi Pendukung


dan Mengulas Data

Penyusunan Draf Tulisan

Bimbingan

Revisi

Melengkapi Referensi Pendukung

Penyusunan Karya
Tulis

Bimbingan

Revisi

Pengiriman Karya Tulis

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Kerja.


3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah pengumpulan
data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah. Metode ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah Umat Beragama Islam dan Hindu di Desa Seraya, Karangasem-Bali.
Sedangkan, Objek penelitian ini adalah penyebab dominan dan proses harmonisasi di Pura Buar-Buaran

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan
kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya (Arikunto, 2010). Instrumen penelitian ini adalah observasi, studi literatur dan internet,
wawancara dan dokumentasi.

3.5 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Dalam prosedur penelitian, peneliti membahas
tentang metode dan teknik pengumpulan data, penyusunan alat pengumpul data, langkah-langkah
pengumpul data dan prosedur pengolahan data. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.

Melakukan observasi ke Pura Buar-Buaran.

Melakukan wawancara.

Telaah Pustaka mengenai Harmonisasi


keyakinan pada Umat Beragama Islam
dan Hindu di Pura Buar-Buaran

Menganalisis hasil telaah pustaka,


wawancara dan observasi.

Membuat rancangan instrumen penelitian.

Menyimpulkan hasil penelitian.

Gambar 2. Prosedur Penelitian.


3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi secara
langsung dengan narasumber berupa dialog secara lisan.
2) Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah untuk mencari dokumen atau data-data yang penting, yang berkaitan
dengan bentuk fisik yang mendukung hasil wawancara.
3) Studi Literatur dan Internet
Kegiatan studi literatur dan penelusuran data di internet dilakukan guna mencari data sekunder yang
merupakan data pendukung dari data primer (utama) dalam penelitian ini.
4) Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan mengamati data yang diperlukan. Data tersebut
kemudian dicatat atau didokumentasikan.

3.7 Metode Pengumpulan Data


Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara berikut.
1) Editing
Editing merupakan mengkaji dan meneliti kembali semua data yang telah terkumpul dan
dapat disiapkan untuk proses pengolahan lebih lanjut
2) Coding
Coding adalah pemberian tanda atau simbol yang berupa angka pada jawaban responden
yang diterima
3) Tabulasi
Tabulasi adalah menyusun data ke dalam bentuk tabel.

3.8 Analisi Data


Metode analisis data yang peneliti lakukan yaitu teknik analisis data secara kualitatif. Teknik
analisis data secara kualitatif adalah teknik dalam mengumpulkan data dari berbagai narasumber secara
terus-menurus. Analisis ini dilakukan dengan mencari perbedaan antara data-data yang telah diperoleh.
Data yang diperoleh digunakan untuk menarik kesimpulan dari penelitian ini.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum
Pura Buar-Buaran adalah pura yang
terletak di Banjar Bukit Tabuan, Desa Seraya
Tengah, Kecamatan Karangasem, Kabupaten
Karangasem, Provinsi Bali. Jumlah penduduk
Desa Seraya Tengah mencapai 1937 kepala
keluarga dengan mayoritas penduduk beragama
Hindu. Jarak tempuh dari ibu kota provinsi Bali
yaitu 73 km, dari ibu kota kabupaten karangasem
yaitu 13 km. Letak bukit tabuan berada cukup
tinggi dari permukaan laut, hal ini menunjukkan di Gambar 3. Pura Buar-buaran
pura ini memiliki hawa yang sejuk. Kondisi ini
cocok untuk perkebunan dan pertanian lahan kering di sekitar wilayah pura ini. Pura Buaran buaran
memiliki tiga wilayah pura, pura pertama dinamakan pura bhur loka, yang kedua bernama pura bwah
loka, dan yang terakhir pura swah loka yang terletak paling atas. Penduduk di sekitar pura buar-buaran
mayoritas menggantungkan hidupnya kepada alam, yaitu menjadi seorang petani dengan mengelola
lahan kering yang disesuaikan dengan iklim. Hasil utama pertanian penduduk di sekitar pura
buar- buaran adalah sebagai petani cengkeh dan kopi. Selain sebagai petani, masyarakat di sekitaran
pura buar-buaran juga bekerja sebagai guru, buruh swasta, dan wirausaha.
Sarana dan prasarana transportasi berupa jalan yang baik, memudahkan pencapaian ke pura
buar-buaran. Selama menuju pura ini akan disuguhkan pemandangan alam yang sangat indah karena
jalan yang dilalui menuju pura ini berada diantara berbukitan. Selain itu, sarana informasi dan
komunikasi juga telah tersedia seperti jaringan internet televisi, radio, dan sarana informasi lainnya.
Sehingga, walaupun berada di sekitaran pura ini dapat juga menyerap berbagai informasi baik dalam
skala lokal, nasional, dan internasional.

4.1.2 Hasil Observasi


Pura Buar-Buaran memiliki masyarakat muslim dan hindu yang terbuka, artinya masyarakat di
sekitar pura buar-buaran selalu berinteraksi secara baik dengan masyarakat yang ada disekitarnya dan
terbuka terhadap berbagai unsur budaya yang masuk sejauh dipandang bermanfaat dan relevan bagi
masyarakat. Hubungan antara masyarakat Islam dengan masyarakat Hindu dilingkungan pura buar-
buaran berjalan baik, rukun, dan damai. Hubungan yang terbuka antara masyarakat Islam di sekitar pura
buar-buaran dengan masyarakat Hindu sekitarnya menimbulkan adanya sikap harmonisasi dalam
kehidupan sehari harinya.
Harmonisasi di Pura Puar-buaran semakin terlihat dengan adanya tempat ibadah umat muslim
di kompleks pura buar-buaran. Pinggir jalan yang dilewati menuju pura buar-buaran akan ada tempat
ibadah muslim yaitu masjid beserta kompleks umat muslim dan hindu. Masyarakat Islam dan Hindu
yang ada di sekitar pura ini selalu menganggap bahwa semua adalah saudara tidak ada yang membeda-
bedakan. Masyarakat di pura buar-buaran ini juga memiliki prinsip toleransi yang mereka terapkan,
prinsip mereka yaitu jika mereka tetap menjaga sikap saling menghormati dan saling mengerti antar
sesama maka hubungan toleransi dan harmonisasi akan tetap terjaga.
Masyarakat di sekitar pura buar-buaran tetap menjalankan toleransi dan harmonisasi karena
toleransi dan harmonisasi di pura buar-buaran meupakan warisan leluhur yang harus tetap dijalankan
oleh masyarakat yang menyungsung pura buar-buaran. Masyarakat yang ada di sekitar pura buar-buaran
percaya bahwa dengan toleransi dan harmonisasi dalam menyungsung pura buar-buaran akan
menciptakan lingkungan yang harmonis sehingga masyarakat akan nyaman untuk tinggal disekitar pura
buar-buaran dan mereka merasa saling melindungi satu sama lain. Lingkungan di sekitar pura buar-
buaran Banjar Bukit Tabuan sangatlah harmonis, meskipun mereka berbeda namun mereka bisa
membaur menjadi satu sehingga membentuk adanya keharmonisan masyarakat yang rukun.
Masyarakat yang beragama muslim dan hindu di pura buar-buaran sangat menjunjung tinggi
rasa toleransi dan harmonisasi antar masyarakatnya, dari toleransi akan timbul rasa kebersamaan dan
saling memiliki sehingga akan tercipta keharmonisan. Dari keharmonisanlah akan terbangun rasa untuk
menjaga pura buar-buaran. Masyarakat yang ada di pura buar-buaran haruslah menjadi contoh untuk
masyarakat yang ada di negara ini bahwa perbedaan bukanlah alasan perpecahan, namun perbedaan
akan indah bila diterima dan dipersatukan.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Penyebab dominan terjadinya harmonisasi Umat Beragama Islam dan Umat
Beragama
Hindu di Pura Buar-Buaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan prebekel atau kepala desa setempat yaitu I Made Salim
menyatakan bahwa, pura ini memiliki keunikan yang khas. Ditengah banyaknya pertentangan
dan konflik yang mengatas namakan perbedaan, Pura Buar-Buaran mampu menyatukan dua umat
yang memiliki agama dan keyakinan yang berbeda. Persatuan ini dapat tercermin dengan adanya tradisi
atau ritual yang diadakan berbarengan antar dua umat yang memiliki perbedaan agama dan
keyakinan tersebut. Rasa persaudaraan dan sikap toleransi yang muncul juga mencerminkan bahwa pura
buar- buaran ini mampu mempersatukan dua umat yang memiliki perbedaan. Menurut cerita turun
temurun yang disebutkan oleh I Made Salim, persatuan ini sudah terjadi sejak pura ini ditemukan yaitu
sekitar abat ke-16.
Jero mangku kembar sebagai pemangku pura buar-buaran menuturkan bahwa menurut Dewa
Tatwa atau cerita kuno, gunung kembar tempat terletaknya pura buar-buaran dulu bernama gunung
karang. Akibat bersemedinya Sang Hyang Pasupati, terbagi lah gunung karang ini menjadi dua, yang
diberi nama gunung kembar puncak kauhan dan kanginan. Gunung kembar puncak kauhan ditemukan
pura Lempuyang, sedangkan gunung kembar puncak kanginan ditemukan pura buar-buaran.
Sejak ditemukannya pura ini umat Islam dan Hindu sudah saling menjaga toleransi di pura ini. Ada
tradisi yang dikenal dengan nama Waktu Kelu dan tradisi Mepik, yaitu tradisi untuk memperingati hari
tertentu yang dirayakan bersama kedua umat. Dalam tradisi tersebut ada beberapa runtutan ritual yang
dilakukan dari runtutan terkecil hingga terbesar. Salah satu runtutan ritual yang dilakukan adalah tabuh
rah atau sekarang lebih dikenal dengan sabung ayam. Ayam yang kalah tidak boleh dibawa pulang,
melainkan dimasak kemudian dimakan dengan cara megibung atau makan bersama antara umat muslim
dan hindu. Tradisi lain yang ada di pura buar-buaran adalah Safaran. Safaran adalah tradisi umat
muslim yang biasanya di adakan di pura buar-buaran. Tradisi safaran terkadang juga berbarengan
dengan hari raya umat hindu, yaitu hari raya galungan. Menurut hitungan sesepuh pura buar-buaran,
safaran berbarengan dengan hari raya galungan setiap 60 tahun sekali.
Adanya tradisi-tradisi tersebut juga dibenarkan oleh seorang tokoh muslim setempat yang
bernama Sadarudin. Sadarudin menyebutkan tradisi-tradisi ini yang turun-temurun dilakukan dan dijaga
oleh umat muslim dan hindu dipura buar-buaran untuk tetap menjaga toleransi antar sesama.
Harmonisasi dan rasa toleransi umat beragama Islam dan Hindu di pura buar-buaran tetap berlajan baik
sampai sekarang disebaban oleh tradisi-tradisi tersebut masih dilakukan dan dipertahankan oleh
masyarakat setempat, baik itu umat Islam maupun Hindu.

4.3.2 Proses harmonisasi keyakinan pada Umat Beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran
sehingga membentuk rasa persatuan dengan mencampurkan dua keyakinan Islam dan Hindu.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi atau
berinteraksi dengan manusia lainnya. Perbedaan bukanlah suatu penghalang untuk melakukan interaksi
sosial. Justru perbedaan yang akan menyatukan mereka melalui interaksi sosial. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, hubungan sosial antar masyarakat yang memiliki perbedaan dalam suku dan
agama terjalin sangat baik. Mereka dapat berbaur satu sama lain. Mereka tidak mempermasalahkan
adanya perbedaan
diantara Islam dan Hindu. Masyarakat yang ngempon atau mengusung pura buar-buaran
mengutamakan prinsip saling menghormati, menghargai, mengerti, dan tolong-menolong. Jika salah
satu umat memiliki suatu upacara atau pekerjaan, umat yang lain senantiasa membantu. Saat
masyarakat hindu mempersiapkan upacara di pura buar-buaran, masyarakat islam akan membantu
dengan membersihkan pura dan lingkungan sekitarnnya.
Sikap toleransi masyarakat pengempon pura buar-buaran sudah diajarkan sejak dini dilingkungan
keluarga maupun dilingkungan masyarakat, mereka diajarkan masalah agama karena agama merupakan
dasar dari kehidupan. Mereka sudah menganggap satu sama lain seperti saudara sendiri. Masalah
pasti ada saja yang terjadi dalam kehidupan. Masyarakat pengempon pura buar-buaran memiliki
caranya untuk mengatasi masalah yang terjadi dengan cara musyawarah mufakat untuk mencari
pendapat yang sebaiknya dilakukan. Mereka bisa menjaga keharmonisan antar kedua perbedaan
tersebut. Keharmonisan antara umat Islam dan Hindu terjalin selama bertahun-tahun karena
masyarakat pengempon pura buar-buaran menjaga sikap toleransi yang berlangsung hingga saat ini.
Tanpa adanya sikap toleransi antar keduanya seperti saling menghormati dan saling menghargai,
kebersamaan masyarakat pengempon pura buar-buaran tidak akan berlangsung seperti ini. Kedua
umat beragama tersebut sudah terbiasa untuk membaur satu sama lain. Masyarakat pengempon
pura buar-buaran menjaga tradisi dan rasa toleransi yang terjadi secara turun-temurun. Sikap
toleransi sudah menjadi kebiasaan yang dialami oleh masyarakat dari desa tersebut. Kedua perbedaan
benar-benar sudah berbaur satu sama lain.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Tradisi yang dilakukan secara turun-temurun di Pura Buar-buaran menyebabkan rasa keharmonisan
dan toleransi antar umat beragama Islam dan Hindu tetap terjaga dengan baik.
2. Sikap toleransi yang diterapkan oleh masyarakat pengempon pura buar-buaran adalah saling
menghormati antar sesama, masyarakat pengempon pura buar-buaran telah menerapkan sikap
toleransi dari sejak dini di lingkungan keluarga. Masyarakat di daerah tersebut sudah
terbiasa membaur menjadi satu. Sikap toleransi sudah menjadi kebiasaan yang dialami oleh
masyarakat dari daerah tersebut

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui tulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat pengempon pura buar-buaran perlu melakukan usaha untuk tetap melestarikan tradisi
dan budaya yang tercipta agar pura buar-buaran tetap memiliki kearifan lokal yang unik.
2. Masyarakat pengempon pura buar-buaran harus tetap mempertahankan hubungan yang harmonis
sehingga masyarakat lain dapat mencontoh masyarakat pengempon pura buar-buaran dalam hal
bertoleransi atau menghargai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga terbentuk
suasana yang harmonis.
3. Pemerintah sebaiknya memberikan dukungan dan perhatian kepada pura buar-buaran agar tetap
terjaga sampai generasi selanjutnya.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya dan kerja
keras penulis, karya tulis ilmiah yang berjudul “Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam dan
Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karangasem, Bali”. dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini tersusun berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis penyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. I Nyoman Darta, M,Pd yang telah memberikan dukungan dan pengawasan terhadap
penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
2. Kadek Yuli Artama, S.T, M.Pd sebagai pendamping dan membina dalam hal penulisan ini mulai
dari awal penulisan sampai terwujudnya karya tulis ini.
3. Semua Dewan guru dan Staf SMA Negeri Bali Mandara yang telah memberikan dukungan dan
saran sebagai tambahan wawasan penulis.
4. Teman-teman sekolah yang membantu penulis baik moral ataupun material sehingga berhasil
menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan
mendapatkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga mampu menghasilkan karya tulis yang lebih
baik untuk penulisan selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan, sehingga cita-cita pendidikan nasional dapat tercapai.

Kubutambahan, 15 Agustus 2019

Penulis,
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. 2018. Mewujudkan harmonisasi umat beragama.


http://www.nu.or.id/post/read/89113/mewujudkan-harmonisasi-umat-beragama [17 April 2019]

Arifin Saddoen. 2016. Keberagaman Budaya Indonesia, Manfaat, Gambar Beserta Penjelasannya.
https://moondoggiesmusic.com/keragaman-budaya-indonesia/ [08 April 2019]

CIA World Factbook. 2017. Daftar 10 Negara Dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di Dunia.
https://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-populasi-
terbanyak-di-dunia/ [15 April 2019]

Handoko, D. 2015. Konflik yang Dipicu Keberagaman Budaya


Indonesia. https://nasional.tempo.co/read/668047/konflik-yang-dipicu-keberagaman-budaya-
indonesia/full&view=ok [07 april 2019]

Mokhammad. 2018. Pengertian Alkulturasi Menurut Para Ahli dan Contohnya [Lengkap].
https://www.haruspintar.com/pengertian-akulturasi/ [11 April 2019]
Pitoyo A. J, Triwahyudi H
Purwanti, P. 2017. 6 penyebab konflik sara yang wajib diketahui dan diwaspadai.
https://hukamnas.com/penyebab-konflik-sara [15 April 2019]
Rizka Diputra. 2016. Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi Di Indonesia.
https://news.okezone.com/read/2016/02/25/340/1320731/lima-konflik-sara-paling-
mengerikan-ini-pernah-terjadi-di-indonesia [07 april 2019]

Saiful Rohim. 2014. Galungan hindu dan Shafaran Muslim Berjalan Mesra di Bukit tabuan.
http://bali.tribunnews.com/2014/12/18/galungan-hindu-dan-shafaran-muslim-berjalan-mesra-
di-bukit-tabuan [08 April 2019]

Suyatra, P. 2018. Ini Sejarah Tradisi Khusus Umat Muslim Di Pura Bhur Bwah Swah.
https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/06/18/81782/ini-sejarah-tradisi-khusus-umat-
muslim-di-pura-bhur-bwah-swah [08 April 2019]

Tedy Heryansyah. 2018. Menyikapi Perbedaan dan Harmoni Sosial di Masyarakat.


https://blog.ruangguru.com/menyikapi-perbedaan-dan-harmoni-sosial-di-masyarakat [09
April 2019]
Tondo F.H
Unknown. 2014. Umat Hindu Rayakan Hari Suci Galungan dan Umat Islam Gelar Tradisi Shafaran
Berjalan Harmoni di Karangasem. http://hindudamai.blogspot.com/2014/12/umat-hindu-
rayakan-hari-suci-galungan_18.html [11 April 2019]
Yoga Sumantara. 2018. Pura di Seraya Ini Kamu Bisa Lihat Muslim Dan Hindu Sembahyang Bareng.
http://masbrooo.com/pura-di-seraya-ini-bisa-lihat-muslim-dan-hindu-sembahyang-bareng/ [09
April 2019]
LAMPIRAN 1
LOGBOOK PENELITIAN
Lampiran 2 Wawancara dan Hasil Wawancara

Daftar Wawancara Terkait Keadaan Pura Buar buaran Desa Seraya, Kecamatan
Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Narasumber: I Made Salin
Pewawancara: I Wayan Lasma

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimanakah keadaan geografis Keadaan geografis dari Pura Buar buaran adalah pura ini terletak di
Pura Buar buaran saat ini? Banjar Bukit Tabuan, Desa Seraya Tengah, Kecamatan
Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Letak Pura ini
diatas perbukitan yang ada di desa seraya. Jarak tempuh dari ibu
kota provinsi Bali yaitu 73 km, dari ibu kota kabupaten karangasem
yaitu 13 km. Letak bukit tabuan berada cukup tinggi
dari permukaan laut, hal ini menunjukkan di pura ini memiliki
hawa yang sejuk.
2 Desa apa saja yang menjadi Pengempon pura ini adalah desa seraya dengan jumlah penduduk
pengempon pura buar buaran ini dan mencapai 1937 kepala keluarga
berapa jumlah penduduknya?

3 Apakah benar Pura Buar buaran ini di khususnya di pura bhur lokanya ada dua masyarakat berbeda
sungsung oleh dua agama? keyakinan yang bertanggung jawab dalam memelihara pura ini
yaitu masyarakat yang beragama islam dan hindu, kebersamaan itu
tercermin dalam pelaksanaan pemujaan di satu tempat yang sama
yaitu di pura buar buaran.
5 Berapakah persentase masyarakat Persentase masyarakat yang beragama islam adalah ± 30% dan
yang beragama hindu dan masyarakat masyarakat yang beragama hindu ± 70%.
yang beragama islam?

6 Bagaimanakah keadaan prasasarana Keadaan prasarana di Pura Buar buaran sudah dikatakan lengkap,
Pura Buar buaran? namun masih perlu ada perbaikan-perbaikan, terutamanya
perbaikan di prasarana jalan untuk menuju pura bwah dan swahnya.

7 Bagaimanakah kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar Pura Buar buaran tidak jauh
di sekitar Pura Buar buaran? berbeda dengan kehidupan masyarakat di tempat lainnya yang
berada di Bali, msyarakat berkomunikasi menggunakan bahasa bali
seperti masyarakat Bali pada umumnya. Namun saja cara
berpakaian yang sedikit membedakan dua umat disini, untuk umat
islam dalam kehidupan sehari-sehari menggunakan peci dan sarung
bagi pria dan hijab bagi wanita.

8 Apakah upaya masyarakat untuk Upaya masyarakat untuk mempertahankan kerukunan dan
mempertahankan kerukunan dan keharmonisan adalah dengan cara saling menjaga toleransi
keharmonisan masyarakat di wilayah antar sesama masyarakat, toleransi merupakan warisan
Pura Buar buaran? leluhur masyarakat di wilayah pura buar buaran yang harus
dilestarikan.
9 Apa saja tradisi yang ada di pura buar Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah pura buar buaran
buaran? yaitu waktu kelu, mepik dan bulan safaran
10 Apakah masyarakat di wilayah Pura Masyarakat di wilayah pura buar buaran tidak pernah mengalami
buar buaran pernah mengalami konflik yang dapat memecah persaudaraan antar masyarakat.
konflik?

11 Bagaimanakah cara masyarakat untuk Cara masyarakat di wilayah pura buar buarn menyelesaikan
menyelesaikan jika sebuah masalah masalah adalah dengan mengadakan musyawarah atau mufakat
muncul diantara masyarakat? agar masalah yang terjadi bisa terselesaikan.

12 Bagaimanakah pendapat masyarakat Masyarakat di wilayah pura buar buaran akan sangat senang jika
jika masyarakat di wilayah pura buar masayarakat di pura buar buaran dijadikan contoh untuk
buaran dijadikan contoh oleh masyarakat lainnya, dan masyarakat di wilayah pura buar buaran
mayarakat di wilayah lain akan meningkatkan toleransi agar keharmonisan masyarakat di
yang memiliki perbedaan keyakinan wilayah pura buar buaran bisa terjaga dan bisa menjadi tauladan
karena keharmonisannya? bagi masyarakat lainnya.

Gambar 4. Identitas Narasumber


Lampiran 3 Wawancara dan Hasil Wawancara

Daftar Wawancara Terkait Sejarah dan Kebudayaan di Pura Buar buaran, Desa
Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali

Narasumber: Sadarudin
Pewawancara :I Wayan Lasma

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimanakah sejarah munculnya Pura Buar-buaran atau Bhur Bwah Swah adalah sebuah pura
Pura Buar buaran? terletak di Desa Seraya Karangasem Bali, tepatnya di Bukit
Tabuan Karangasem. Zaman dulu pura ini tidak sengaja
ditemukan oleh sesepuh muslim, kemudian dibersihkan dan
disembahkan sesajen untuk tanda menghormati bagi
yang melinggih atau berstana di tempat tersebut.

2 Bagaimanakah kehidupan Hampir sama dengan masyarakat bagi lainnya. Masyarakat


masyarakat di wilayah pura buar hidup rukun dan saling menjaga rasa toleransi satu sam
buaran? alain.

3 Apa yang menyebabkan timbul Timbulnya harmonisasi tersebut akibat tradisi-tradisi yang
adanya harmonisasi dan kerukunan sudah ada sejak dulu tetap dijaga dan sikap toleransi sudah
masyarakat di wilayah pura buar diajarkan sejak dini dilingkungan keluarga maupun
buaran? masyarakat

4 Apakah terdapat tempat khusus untuk Di dalam pura buar buaran terdapat tempat khusus bagi
umat muslim menghaturkan sesajen masyarakat umat muslim di wilayah pura buar buaran untuk
di pura buar buaran? menaruh sesajen yang di haturkan ke para leluhurnya, yaitu
berupa bangunan persegi yang di setiap pojoknya di isi
simbol kakbah.

6 Apakah sikap toleransi dan Sikap toleransi masyarakat di wilayah pura buar buaran
harmonisasi masyarakat di wilayah timbul karena adanya kesadaran bermasyarakat antar
pura buar buaran timbul dengan warganya. Masyarakat di wilayah pura buaran sangat
sendirinya atau adanya peraturan menghargai adanya perbedaan, meraka sangat menghormati
yang mengharuskan mereka hidup adanya keragaman.
bertoleransi?

7 Bagaimanakah cara masyarakat di Masyarakat di wilayah pura buar buaran menerapkan sikap
wilayah pura buar buaran toleransi dengan cara menjujung tinggi rasa persatuan dan
menerapkan sikap toleransi dalam perbedaan antar agama. Perbedaan bukanlah alasan
kehidupan sehari-hari? untuk memecah rasa kebersamaan masyarakat di wilayah
pura buar buaran.

8 Apakah selama ini pernah ada Selama ini belum pernah terjadi pertentangan antar
pertentang diantara masyarakat di masyarakat karena masyarakat di wilayah pura buar buaran
wilayah pura buar buaran? saling menghargai dan menjaga satu sama lain.
9 Apakah budaya dan tradisi tersebut Budaya dan tradisi yang ada di pura buar buaran diterima
dapat diterima dan dijalankan oleh dengan baik dan tetap dijalankan oleh semua masyarakat di
masyarakat di wilayah pura buar pura buar buaran. Tradisi-tradisi itu sudah diajarkan sejak
buaran? dini.

10 Adakah masyarakat yang tidak Syukurnya tradisi yang ada bisa diterima dan dijalankan
menjalankan tradisi yang telah ada? oleh semua masyarakat yang ada disekitar pura buar-buaran.

11 Apa usaha selanjutnya untuk Usaha selanjutnya yang akan masyaratkan di wilayah pura
mempertahankan keunikan-keunikan buar buaran lakukan untuk meningkatkan keunikannya
yang ada pura buar buaran? adalah dengan tetap menjaga keharmonisan yang telah ada
dan akan terus berusaha untuk meningkatkannya.

12 Bagaimana tanggapan masyarakat Tanggapan masyarakat hindu adalah Menghargai dan ikut
yang beragama hindu ketika bersama sama sembahyang di pura buar buaran dan setiap
masyarakat islam menyelenggarakan ada upacara keagamaan di dua umat beragama, mereka
upacara keagamaan dan ikut saling bergotong royong dan ikut datang ke setiap ada
menghaturkan sesajen dalam satu upacara keagamaan.
tempat sembahyang umat beraga
hindu ?

Gambar 5. Identitas Narasumber


Lampiran 4 Wawancara dan Hasil Wawancara

Daftar Wawancara Terkait Sejarah dan Kebudayaan di Pura Buar buaran, Desa
Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali

Narasumber: I Wayan Kembar


Pewawancara :I Wayan Lasma

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimanakah sejarah munculnya Pura Buar-buaran adalah sebuah pura terletak di Desa
Pura Buar buaran? Seraya, kecamatan karangasem, kabupaten karangasem,
propinsi bali, pura ini terletak di atas perbukitaan di banjar
bukit tabuan seraya tengah, sejarah pura ini ditemukan
konon zaman dahulu raja karangasem bersama sesepuh
muslim yang pindah dari Lombok ke desa seraya yang
menemukan pura ini memelihara pura ini dan
membersihkannya. Sehingga pura buar buaran hingga saat
ini di sungsung oleh masyarakat dengan keyakinan berbeda
yaitu masyarakat beragama muslim dan hindu.

2 Bagaimanakah kehidupan Kehidupan masyarakat di wilayah pura buar-


masyarakat di wilayah pura buar buaran
buaran? sangatlah rukun, sama seperti kehidupan masyarakat di
tempat yang lain, yang membedakan mereka hanya pakaian
dan komplek perumahanya dengan masyarakat hindu dan
masyarakat islam disana.
3 Apa yang menyebabkan timbul Yang menyebabkan timbulnya harmonisasi dan kerukunan
adanya harmonisasi dan kerukunan di pura buar buaran karena masyarakat di wilayah pura buar
masyarakat di wilayah pura buar buaran menekankan adanya sikap toleransi dan
buaran? saling mengahargai satau sama lain walaupun berbeda
keyakinan.
4 Apakah terdapat tempat khusus untuk Di dalam area pura buar-buaran terdapat tempat untuk umat
umat muslim menghaturkan sesajen muslim menaruh sesajennya yang berbentuk persegi di
di pura buar buaran? setiap pojoknya berisi bentuk kakbah, untuk tempat sesajen
umat hindu berbentuk padmasana.

6 Apakah sikap toleransi dan Sikap harmonisasi dan toleransi masyarakat di wilayah pura
harmonisasi masyarakat di wilayah buar buaran terjadi karena adanya kesadaran bermasyarakat
pura buar buaran timbul dengan antar waga walaupun berbeda keyakinan.
sendirinya atau adanya peraturan
yang mengharuskan mereka hidup
bertoleransi?

7 Bagaimanakah cara masyarakat di Masyarakat yang ada di wilayah pura buar buaran
wilayah pura buar buaran menerapkan sikap toleransi dan harmonisasi dengan cara
menerapkan sikap toleransi dalam menjujung tinggi rasa persatuan dan perbedaan antar agama.
kehidupan sehari-hari?
8 Apakah selama ini pernah ada Hingga saat ini belum pernah terjadi adanya
pertentang diantara masyarakat di pertentangan
wilayah pura buar buaran? atau konflik antar masyarakat karena masyarakat di wilayah
pura buar buaran saling menghargai dan menjaga satu sama
lain.
9 Apakah budaya dan tradisi tersebut Semua masyarakat yang ada di wilayah pura buar-buaran
dapat diterima dan dijalankan oleh menerima adanya buadaya dan tradisi yang ada di pura buar-
masyarakat di wilayah pura buar buaran.
buaran?

10 Adakah masyarakat yang tidak Semua masyarakat di wilayah pura buar buaran menjalakan
menjalankan tradisi yang telah tradisi yang ada, karena tradisi dan kebudayaan merupakan
ditetapkan? sebuah kepercayaan di pura buar-buaran

11 Apa usaha selanjutnya untuk Usaha selanjutnya yang akan masyaratkan di wilayah pura
mempertahankan keunikan-keunikan buar buaran lakukan untuk meningkatkan keunikannya
yang ada pura buar buaran? adalah dengan tetap menjaga keharmonisan yang telah ada.

12 Bagaimana tanggapan masyarakat masyarakat hindu menghargai dan ikut bersama-sama


yang beragam hindu ketika sembahyang di pura buar-buaran bersama masyarakat islam,
masyarakat islam menyelenggarakan untuk masyarakat islam hanya menghaturkan sesajen dan
upacara keagamaan dan ikut setiap ada upacara keagamaan di dua umat beragama,
menghaturkan sesajen dalam satu mereka saling bergotong royong dan ikut datang ke setiap
tempat sembahyang umat beraga ada upacara keagamaan
hindu ?

Gambar 6. Identitas Narasumber


LAMPIRAN 5
HASIL DOKUMENTASI
Gambar 7. Wawancara dengan masyarakat Gambar 8. Wawancara dengan masyarakat

Gambar 9. Wawancara dengan masyarakat Gambar 10. Pura buar buaran

Gambar 11. Wantilan pura buar buaran Gambar 12. Tempat sesajen umat muslim
Gambar 13. Lambang kakbah di pura buar buaran Gambar 14. Areal masjid di sekitar pura

Gambar 15. Masjid di sekitar pura buar buaran Gambar 16. Areal masjid di sekitar pura

Gambar 17. Keadaan alam pura buar buaran Gambar 18. Jalan menuju pura buar buaran
Gambar 19. Dokumentasi Bimbingan Gambar 20. Dokumentasi Bimbingan
PERNYATAAN PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : I Kadek Dwi Cahya
Tempat/Tanggal lahir : Sebunibus, 19 September 2002
NIS : 0515
Asal Sekolah : SMAN Bali Mandara

Dengan ini menyatakan sejujurnya bahwa karya tulis saya dengan judul: “ Harmonisasi
Keyakinan Umat Beragama Islam dan Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karangasem,
Bali”. yang diusulkan dalam pelaksanaan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2019,
belum pernah dilombakan dan/atau pernah dilombakan tetapi belum
mendapat juara/penghargaan di tingkat Nasional/ Internasional

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka


saya bersedia menerima konsekuensi sesuai aturan OPSI.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : SMAN Bali Mandara


Pada Tanggal : 15 Agustus 2019

Mengetahui, Yang membuat pernyataan

Kadek Yuli Artama, S.T., M.Pd. I Kadek Dwi Cahya


NIP. 19890701 201503 1 003 NIS. 0515
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul :Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam dan


Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karangasem,
Bali
2. Ketua Penyusun :
a. Nama Penyusun : I Kadek Dwi Cahya
b. NIS : 0515
c. Asal Sekolah : SMA Negeri Bali Mandara
d. Alamat Sekolah : Jl. Raya Air Sanih, Ds. Kubutambahan, Kec.
Kubutambahan, Buleleng, Bali
e. No HP : 081338742130
f. Alamat Email : dekcahya.dc@gmail.com
3. Anggota Penyusun : I Wayan Lasma
4. Guru Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Kadek Yuli Artama, S.T., M.Pd.
b. NIP : 19890701 201503 1 003
c. No. Hp : 087860869666
d. No. Telepon Sekolah : (0362) 3435052
e. Email : kadekyuliartama@gmail.com
Mengetahui, Kubutambahan,
Guru Pembimbing, Ketua Penyusun,

Kadek Yuli Artama, S.T., M.Pd. I Kadek Dwi Cahya


NIP. 19890701 201503 1 003 NIS. 0538

Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri Bali Mandara

I Nyoman Darta, M.Pd. NIP.


19620520 198803 1 016
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
Nama : I Kadek Dwi Cahya
Kelas/NIS : XII MIPA 1/0515
Tempat, tanggal lahir : Sebunibus, 19 september 2002
E-mail : dekcahya.dc@gmail.com
Sekolah : SMA Negeri Bali Mandara
Alamat sekolah : Jl. Raya Air Sanih, Ds. Kubutambahan, Kec.
Kubutambahan, Buleleng, Bali
Telepon/Fax : 081338742130

Karya Ilmiah yang pernah di buat :-


Penghargaan ilmiah :-

Kubutambahan,
Yang tersebut di atas,

I Kadek Dwi Cahya


NIS. 0515
BIODATA PENULIS

Nama : I Wayan Lasma


Kelas/NIS : XII IPS 2/0532
Tempat, tanggal lahir : Batukeseni, 1 Juli 2002
E-mail : wayanlasma172@gmail.com
Sekolah : SMA Negeri Bali Mandara
Alamat sekolah : Jl. Raya Air Sanih, Ds. Kubutambahan, Kec.
Kubutambahan, Buleleng, Bali
Telepon/Fax :-

Karya Ilmiah yang pernah di buat :-


Penghargaan ilmiah :-

Kubutambahan,
Yang tersebut di atas,

I Wayan Lasma
NIS. 0532
BIODATA GURU PEMBIMBING

I. Biografi Pribadi
1. Nama Lengkap : Kadek Yuli Artama, S.T,M.Pd.
2. NIP : 198907012015031003
3. Tempat, Tgl Lahir : Ketewel, 01 Juli 1989
4. Alamat Asal : Jl. Setia Budi Gg.Semangka No.110
Singaraja-Bali
5. No.Hp : 087860869666
6. Email : kadekyuliartama@gmail.com
7. Nama Orang Tua :
- Ayah : Ketut Ardika
- Ibu : Komang Ayu Suarmini
8. Agama : Hindu

II. Riwayat Pendidikan


1. SD N 1 Penarukan : Tahun 1994-2000
2. SMP N 3 Singaraja : Tahun 2000-2003
3. SMA N 3 Singaraja : Tahun 2003-2006
4. UNIVERSITAS UDAYANA (UNUD) : Tahun 2006-2010
5. AKTE IV UNIVERSITAS DWI JENDRA Dps. : Tahun 2011-2012
6. UNDIKSHA “Program Pascasarjana” : Tahun 2014

Mengetahui,

Kadek Yuli Artama, S.T., M.Pd.


NIP. 19890701 201503 1 003

Anda mungkin juga menyukai