SMAN Bali Mandara - Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam Dan Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karngaasem, Bali (2003)
SMAN Bali Mandara - Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam Dan Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karngaasem, Bali (2003)
TIM PENGUSUL
I KADEK DWI CAHYA (0515) ANGKATAN TAHUN 2017
I WAYAN LASMA (0532) ANGKATAN TAHUN 2017
ABSTRAK
Pura Buar-buaran atau Pura Bhur Bwah Swah merupakan tiga pura yang lokasinya berbeda,
menggambarkan tiga dunia, yakni Bhur alam bawah, Bwah alam tengah, Swah alam atas, atau alam
Bhur (Bumi), alam Bwah (Langit), dan alam Swah (Sorga). Di Pura Buar-Buaran atau pura Bhur
Bwah Swah menyimpan keunikan tersendiri di dalamnya, yaitu adanya keharmonisan dua umat yang
memiliki agama dan keyakinan berbeda. Hal tersebut diyakini dapat membentuk rasa persatuan dan
kesatuan antar umat beragama. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terkait harmonisasi keyakinan
umat beragama islam dan hindu di Pura Buar-buaran Desa Seraya, Karangasem, Bali. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menganalisis penyebab dominan dan proses terjadinya harmonisasi
keyakinan pada Umat Beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran sehingga membentuk rasa
persatuan dengan mencampurkan dua keyakinan Islam dan Hindu. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian metode kualitatif yang dilakukan di SMA Negeri Bali Mandara. Subjek penelitian
ini adalah Umat Beragama Islam dan Hindu di Desa Seraya, Karangasem-Bali. Sedangkan,
Objek penelitian ini adalah penyebab dominan dan proses harmonisasi di Pura Buar-Buaran.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, penelurusan data dan informasi
melalui internet, observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini sebagai berikut; tradisi yang dilakukan secara turun-temurun
di Pura Buar-buaran menyebabkan rasa keharmonisan dan toleransi antar umat beragama Islam dan
Hindu tetap terjaga dengan baik. Munculnya sikap toleransi antar umat beragama sudah diajarkan
sejak dini di lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 17.504 pulau.
Jumlah penduduk yang mencapai 260 juta jiwa menempatkan Indonesia sebagai negara keempat dengan
penduduk terpadat di dunia (CIA World Factbook, 2017). Indonesia juga terkenal akan kekayaan dan
keragaman budaya, ras, bahasa daerah, suku bangsa, agama, dan kepercayaan yang dimilikinya.
Kekayaan dan keanekaragaman tersebut tercermin dari 633 suku (Agus dan Hari, 2017) dan 742 bahasa
daerah yang ada di dalamnya (Fanny, 2009).
Indonesia dengan keanekaragamannya dan begitu banyak jumlah penduduknya tidak
dipungkiri dan tidak jarang menimbulkan pertentangan dan konflik antar penduduk yang memiliki suku,
budaya, agama, keyakinan, dan ras yang berbeda. Salah satu konflik yang pernah terjadi akibat
perbedaan suku adalah tragedi sampik, yaitu konflik antar suku Dayak dan Madura. Konflik
yang menggegerkan Indonesia pada tahun 2001 dan memakan ratusan korban jiwa ini diduga
diakibatkan karena kurangnya adaptasi warga Madura dengan warga Dayak sebagai tuan rumah
(Rizka, 2016). Selain itu, konflik yang dilandasi perbedaan agama juga pernah terjadi di Maluku.
Konflik tersebut mamakan 8-9 ribu korban jiwa, selain begitu banyak korban jiwa, lebih dari 29 ribu
rumah terbakar, serta 45 masjid, 47 gereja, 719 toko, 38 gedung pemerintahan, dan 4 bank hancur
dalam konflik tersebut. Rentang waktu terjadinya konflik tersebut juga begitu lama yaitu sampai dengan
4 tahun (Handoko,
2015).
Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi konflik dan pertentangan yang
terjadi akibat perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan ras ini. Upaya untuk mengatasi konflik
akibat SARA antara lain, sosialisasi ke masyarakat, adanya himbauan tentang bahayanya konflik yang
terjadi akibat SARA, penegakan hukum oleh pihak yang berwenang, dan pembuatan undang-undang
yang mengatur konflik akibat SARA. Undang-undang yang mengatur tentang SARA salah
satunya adalah undang-undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi Ras dan Etnis.
Namun, upaya-upaya tersebut belum bisa sepenuhnya mencegah terjadinya pertentangan dan
konflik yang disebabkan oleh perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan ras.
Untuk pencegah terjadinya konflik akibat perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, dan ras
perlu adanya toleransi di masyarakat. Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang
berada di Bali yang terkenal sebagai pusat religi di dunia, khususnya umat Hindu. Karangasem menjadi
daerah dengan mayoritas umat beragama Hindu. Jika hal tersebut tidak dibarengi dengan rasa toleransi
antar kaum mayoritas dan minoritas, konflik SARA pasti akan mudah terjadi. Salah satu bentuk
toleransi di Karangasem tercermin di sebuah pura yang bernama Pura Buar-buaran atau Pura
Bhur Bwah Swah. Pura tersebut terletak di Desa Seraya, Karangasem, Bali, tepatnya di sebelah Bukit
Tabuan, Karangasem.
Pura Buar-buaran atau Pura Bhur Bwah Swah merupakan tiga pura yang lokasinya berbeda,
menggambarkan tiga dunia, yakni Bhur alam bawah, Bwah alam tengah, Swah alam atas, atau alam
Bhur (Bumi), alam Bwah (Langit), dan alam Swah (Sorga). Pura ini tidak sengaja ditemukan
oleh sesepuh Islam di Bukit Tabuan pada saat umat muslim dipindahkan ke pegunungan Seraya dari
Yeh Kali oleh Raja Karangasem, Anak Agung Karangasem pada abad ke-16. Setelah tidak
sengaja ditemukan, lalu pura tersebut dibersihkan dan ditata sebagai tanda penghormatan kepada yang
melingih (berstana) di tempat tersebut.
Di Pura Buar-Buaran atau pura Bhur Bwah Swah menyimpan keunikan tersendiri didalamnya,
yaitu mengenai harmonisasi keyakinan dari umat Beragama Islam dan Hindu. Ditengah
maraknya pertentangan dan konflik-konflik yang terjadi akibat perbedaan suku, budaya, agama,
keyakinan, dan ras, Pura Buar-Buaran menunjukkan sisi berbeda dari tempat lainnya. Di Pura Buar-
Buaran ini terlihat keharmonisan dua umat yang memiliki agama dan keyakinan berbeda. Harmonisasi
yang tercipta sejak
beberapa abad yang lalu tercermin dari gelar ritual yang dilakukan di waktu yang hampir bersamaan
ditempat yang sama. Perbedaan terlihat dari segi pakaian yang dikenakan oleh umat Islam dan Hindu
saat melakukan gelar ritual tersebut. Umat Islam terlihat mengenakan pakaian yang pada umumnya
dikenakan kaum muslim lainnya, yakni peci, sarung, serta baju koko, sedangkan umat Hindu
mengenakan pakaian adat khas Bali. Perbedaan juga terlihat dari cara melakukan ritual antar umat Islam
dan Hindu di pura tersebut, umat Islam melakuakan ritual dengan cara melantunkan ayat-ayat Al-quran
sedangkan umat Hindu sembahyang layaknya umat hindu yang lain (Saiful, 2014).
Dengan adanya perbedaan tersebut, rasa toleransi dan hormonisasi kedua umat beragama yang
memiliki agama dan keyakinan yang berbeda tersebut tetap terjaga dengan baik. Kedua umat beragama
Islam dan Hindu tersebut menunjukkan harmonisasi keyakinan yang sangat kuat dan saling menjaga
satu sama lain. Dengan adanya harmonisasi keyakinan tersebut memunculkan tradisi-tradisi unik dipura
Buar-Buaran. Salah satunya adalah tradisi Bulan Japra atau Usaba Japra. Bulan japra atau Usaba Japra
adalah tradisi untuk menunjukkan rasa syukur dengan hasil panen kebun dan ladang masyarakat
setempat.
Pura Buar-Buaran merupakan cerminan bagi seluruh masyarakat yang memiliki suku, budaya,
agama, keyakinan, dan ras yang berbeda, bahwa umat beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran
dapat menjaga keharmonisan keyakinan mereka walaupun mereka memiliki agama dan keyakinan yang
berbeda. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji harmonisasi keyakinan Umat
Beragama Islam dan Hndu di Pura Buar-Buaran, dengan tujuan untuk Menganalisis penyebab dominan
terjadinya harmonisasi Umat Beragama Islam dan Umat Beragama Hindu di Pura Buar-Buaran dan
Mengkaji proses harmonisasi keyakinan pada Umat Beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran
sehingga membentuk rasa persatuan dengan mencampurkan dua keyakinan Islam dan Hindu.
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah tujuan penelitian ini dapat diketahui, dianalisis, dan
dikaji. Penelitian ini ber-judul “Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam dan Hindu Di Pura
Buar- Buaran Desa Seraya, Karangasem, Bali”.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Bimbingan
Revisi
Penyusunan Karya
Tulis
Bimbingan
Revisi
Selesai
Melakukan wawancara.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Penyebab dominan terjadinya harmonisasi Umat Beragama Islam dan Umat
Beragama
Hindu di Pura Buar-Buaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan prebekel atau kepala desa setempat yaitu I Made Salim
menyatakan bahwa, pura ini memiliki keunikan yang khas. Ditengah banyaknya pertentangan
dan konflik yang mengatas namakan perbedaan, Pura Buar-Buaran mampu menyatukan dua umat
yang memiliki agama dan keyakinan yang berbeda. Persatuan ini dapat tercermin dengan adanya tradisi
atau ritual yang diadakan berbarengan antar dua umat yang memiliki perbedaan agama dan
keyakinan tersebut. Rasa persaudaraan dan sikap toleransi yang muncul juga mencerminkan bahwa pura
buar- buaran ini mampu mempersatukan dua umat yang memiliki perbedaan. Menurut cerita turun
temurun yang disebutkan oleh I Made Salim, persatuan ini sudah terjadi sejak pura ini ditemukan yaitu
sekitar abat ke-16.
Jero mangku kembar sebagai pemangku pura buar-buaran menuturkan bahwa menurut Dewa
Tatwa atau cerita kuno, gunung kembar tempat terletaknya pura buar-buaran dulu bernama gunung
karang. Akibat bersemedinya Sang Hyang Pasupati, terbagi lah gunung karang ini menjadi dua, yang
diberi nama gunung kembar puncak kauhan dan kanginan. Gunung kembar puncak kauhan ditemukan
pura Lempuyang, sedangkan gunung kembar puncak kanginan ditemukan pura buar-buaran.
Sejak ditemukannya pura ini umat Islam dan Hindu sudah saling menjaga toleransi di pura ini. Ada
tradisi yang dikenal dengan nama Waktu Kelu dan tradisi Mepik, yaitu tradisi untuk memperingati hari
tertentu yang dirayakan bersama kedua umat. Dalam tradisi tersebut ada beberapa runtutan ritual yang
dilakukan dari runtutan terkecil hingga terbesar. Salah satu runtutan ritual yang dilakukan adalah tabuh
rah atau sekarang lebih dikenal dengan sabung ayam. Ayam yang kalah tidak boleh dibawa pulang,
melainkan dimasak kemudian dimakan dengan cara megibung atau makan bersama antara umat muslim
dan hindu. Tradisi lain yang ada di pura buar-buaran adalah Safaran. Safaran adalah tradisi umat
muslim yang biasanya di adakan di pura buar-buaran. Tradisi safaran terkadang juga berbarengan
dengan hari raya umat hindu, yaitu hari raya galungan. Menurut hitungan sesepuh pura buar-buaran,
safaran berbarengan dengan hari raya galungan setiap 60 tahun sekali.
Adanya tradisi-tradisi tersebut juga dibenarkan oleh seorang tokoh muslim setempat yang
bernama Sadarudin. Sadarudin menyebutkan tradisi-tradisi ini yang turun-temurun dilakukan dan dijaga
oleh umat muslim dan hindu dipura buar-buaran untuk tetap menjaga toleransi antar sesama.
Harmonisasi dan rasa toleransi umat beragama Islam dan Hindu di pura buar-buaran tetap berlajan baik
sampai sekarang disebaban oleh tradisi-tradisi tersebut masih dilakukan dan dipertahankan oleh
masyarakat setempat, baik itu umat Islam maupun Hindu.
4.3.2 Proses harmonisasi keyakinan pada Umat Beragama Islam dan Hindu di Pura Buar-Buaran
sehingga membentuk rasa persatuan dengan mencampurkan dua keyakinan Islam dan Hindu.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi atau
berinteraksi dengan manusia lainnya. Perbedaan bukanlah suatu penghalang untuk melakukan interaksi
sosial. Justru perbedaan yang akan menyatukan mereka melalui interaksi sosial. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, hubungan sosial antar masyarakat yang memiliki perbedaan dalam suku dan
agama terjalin sangat baik. Mereka dapat berbaur satu sama lain. Mereka tidak mempermasalahkan
adanya perbedaan
diantara Islam dan Hindu. Masyarakat yang ngempon atau mengusung pura buar-buaran
mengutamakan prinsip saling menghormati, menghargai, mengerti, dan tolong-menolong. Jika salah
satu umat memiliki suatu upacara atau pekerjaan, umat yang lain senantiasa membantu. Saat
masyarakat hindu mempersiapkan upacara di pura buar-buaran, masyarakat islam akan membantu
dengan membersihkan pura dan lingkungan sekitarnnya.
Sikap toleransi masyarakat pengempon pura buar-buaran sudah diajarkan sejak dini dilingkungan
keluarga maupun dilingkungan masyarakat, mereka diajarkan masalah agama karena agama merupakan
dasar dari kehidupan. Mereka sudah menganggap satu sama lain seperti saudara sendiri. Masalah
pasti ada saja yang terjadi dalam kehidupan. Masyarakat pengempon pura buar-buaran memiliki
caranya untuk mengatasi masalah yang terjadi dengan cara musyawarah mufakat untuk mencari
pendapat yang sebaiknya dilakukan. Mereka bisa menjaga keharmonisan antar kedua perbedaan
tersebut. Keharmonisan antara umat Islam dan Hindu terjalin selama bertahun-tahun karena
masyarakat pengempon pura buar-buaran menjaga sikap toleransi yang berlangsung hingga saat ini.
Tanpa adanya sikap toleransi antar keduanya seperti saling menghormati dan saling menghargai,
kebersamaan masyarakat pengempon pura buar-buaran tidak akan berlangsung seperti ini. Kedua
umat beragama tersebut sudah terbiasa untuk membaur satu sama lain. Masyarakat pengempon
pura buar-buaran menjaga tradisi dan rasa toleransi yang terjadi secara turun-temurun. Sikap
toleransi sudah menjadi kebiasaan yang dialami oleh masyarakat dari desa tersebut. Kedua perbedaan
benar-benar sudah berbaur satu sama lain.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Tradisi yang dilakukan secara turun-temurun di Pura Buar-buaran menyebabkan rasa keharmonisan
dan toleransi antar umat beragama Islam dan Hindu tetap terjaga dengan baik.
2. Sikap toleransi yang diterapkan oleh masyarakat pengempon pura buar-buaran adalah saling
menghormati antar sesama, masyarakat pengempon pura buar-buaran telah menerapkan sikap
toleransi dari sejak dini di lingkungan keluarga. Masyarakat di daerah tersebut sudah
terbiasa membaur menjadi satu. Sikap toleransi sudah menjadi kebiasaan yang dialami oleh
masyarakat dari daerah tersebut
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui tulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat pengempon pura buar-buaran perlu melakukan usaha untuk tetap melestarikan tradisi
dan budaya yang tercipta agar pura buar-buaran tetap memiliki kearifan lokal yang unik.
2. Masyarakat pengempon pura buar-buaran harus tetap mempertahankan hubungan yang harmonis
sehingga masyarakat lain dapat mencontoh masyarakat pengempon pura buar-buaran dalam hal
bertoleransi atau menghargai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga terbentuk
suasana yang harmonis.
3. Pemerintah sebaiknya memberikan dukungan dan perhatian kepada pura buar-buaran agar tetap
terjaga sampai generasi selanjutnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya dan kerja
keras penulis, karya tulis ilmiah yang berjudul “Harmonisasi Keyakinan Umat Beragama Islam dan
Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karangasem, Bali”. dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini tersusun berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis penyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. I Nyoman Darta, M,Pd yang telah memberikan dukungan dan pengawasan terhadap
penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
2. Kadek Yuli Artama, S.T, M.Pd sebagai pendamping dan membina dalam hal penulisan ini mulai
dari awal penulisan sampai terwujudnya karya tulis ini.
3. Semua Dewan guru dan Staf SMA Negeri Bali Mandara yang telah memberikan dukungan dan
saran sebagai tambahan wawasan penulis.
4. Teman-teman sekolah yang membantu penulis baik moral ataupun material sehingga berhasil
menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan
mendapatkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga mampu menghasilkan karya tulis yang lebih
baik untuk penulisan selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan, sehingga cita-cita pendidikan nasional dapat tercapai.
Penulis,
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Saddoen. 2016. Keberagaman Budaya Indonesia, Manfaat, Gambar Beserta Penjelasannya.
https://moondoggiesmusic.com/keragaman-budaya-indonesia/ [08 April 2019]
CIA World Factbook. 2017. Daftar 10 Negara Dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di Dunia.
https://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-populasi-
terbanyak-di-dunia/ [15 April 2019]
Mokhammad. 2018. Pengertian Alkulturasi Menurut Para Ahli dan Contohnya [Lengkap].
https://www.haruspintar.com/pengertian-akulturasi/ [11 April 2019]
Pitoyo A. J, Triwahyudi H
Purwanti, P. 2017. 6 penyebab konflik sara yang wajib diketahui dan diwaspadai.
https://hukamnas.com/penyebab-konflik-sara [15 April 2019]
Rizka Diputra. 2016. Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi Di Indonesia.
https://news.okezone.com/read/2016/02/25/340/1320731/lima-konflik-sara-paling-
mengerikan-ini-pernah-terjadi-di-indonesia [07 april 2019]
Saiful Rohim. 2014. Galungan hindu dan Shafaran Muslim Berjalan Mesra di Bukit tabuan.
http://bali.tribunnews.com/2014/12/18/galungan-hindu-dan-shafaran-muslim-berjalan-mesra-
di-bukit-tabuan [08 April 2019]
Suyatra, P. 2018. Ini Sejarah Tradisi Khusus Umat Muslim Di Pura Bhur Bwah Swah.
https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/06/18/81782/ini-sejarah-tradisi-khusus-umat-
muslim-di-pura-bhur-bwah-swah [08 April 2019]
Daftar Wawancara Terkait Keadaan Pura Buar buaran Desa Seraya, Kecamatan
Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Narasumber: I Made Salin
Pewawancara: I Wayan Lasma
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimanakah keadaan geografis Keadaan geografis dari Pura Buar buaran adalah pura ini terletak di
Pura Buar buaran saat ini? Banjar Bukit Tabuan, Desa Seraya Tengah, Kecamatan
Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Letak Pura ini
diatas perbukitan yang ada di desa seraya. Jarak tempuh dari ibu
kota provinsi Bali yaitu 73 km, dari ibu kota kabupaten karangasem
yaitu 13 km. Letak bukit tabuan berada cukup tinggi
dari permukaan laut, hal ini menunjukkan di pura ini memiliki
hawa yang sejuk.
2 Desa apa saja yang menjadi Pengempon pura ini adalah desa seraya dengan jumlah penduduk
pengempon pura buar buaran ini dan mencapai 1937 kepala keluarga
berapa jumlah penduduknya?
3 Apakah benar Pura Buar buaran ini di khususnya di pura bhur lokanya ada dua masyarakat berbeda
sungsung oleh dua agama? keyakinan yang bertanggung jawab dalam memelihara pura ini
yaitu masyarakat yang beragama islam dan hindu, kebersamaan itu
tercermin dalam pelaksanaan pemujaan di satu tempat yang sama
yaitu di pura buar buaran.
5 Berapakah persentase masyarakat Persentase masyarakat yang beragama islam adalah ± 30% dan
yang beragama hindu dan masyarakat masyarakat yang beragama hindu ± 70%.
yang beragama islam?
6 Bagaimanakah keadaan prasasarana Keadaan prasarana di Pura Buar buaran sudah dikatakan lengkap,
Pura Buar buaran? namun masih perlu ada perbaikan-perbaikan, terutamanya
perbaikan di prasarana jalan untuk menuju pura bwah dan swahnya.
7 Bagaimanakah kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar Pura Buar buaran tidak jauh
di sekitar Pura Buar buaran? berbeda dengan kehidupan masyarakat di tempat lainnya yang
berada di Bali, msyarakat berkomunikasi menggunakan bahasa bali
seperti masyarakat Bali pada umumnya. Namun saja cara
berpakaian yang sedikit membedakan dua umat disini, untuk umat
islam dalam kehidupan sehari-sehari menggunakan peci dan sarung
bagi pria dan hijab bagi wanita.
8 Apakah upaya masyarakat untuk Upaya masyarakat untuk mempertahankan kerukunan dan
mempertahankan kerukunan dan keharmonisan adalah dengan cara saling menjaga toleransi
keharmonisan masyarakat di wilayah antar sesama masyarakat, toleransi merupakan warisan
Pura Buar buaran? leluhur masyarakat di wilayah pura buar buaran yang harus
dilestarikan.
9 Apa saja tradisi yang ada di pura buar Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah pura buar buaran
buaran? yaitu waktu kelu, mepik dan bulan safaran
10 Apakah masyarakat di wilayah Pura Masyarakat di wilayah pura buar buaran tidak pernah mengalami
buar buaran pernah mengalami konflik yang dapat memecah persaudaraan antar masyarakat.
konflik?
11 Bagaimanakah cara masyarakat untuk Cara masyarakat di wilayah pura buar buarn menyelesaikan
menyelesaikan jika sebuah masalah masalah adalah dengan mengadakan musyawarah atau mufakat
muncul diantara masyarakat? agar masalah yang terjadi bisa terselesaikan.
12 Bagaimanakah pendapat masyarakat Masyarakat di wilayah pura buar buaran akan sangat senang jika
jika masyarakat di wilayah pura buar masayarakat di pura buar buaran dijadikan contoh untuk
buaran dijadikan contoh oleh masyarakat lainnya, dan masyarakat di wilayah pura buar buaran
mayarakat di wilayah lain akan meningkatkan toleransi agar keharmonisan masyarakat di
yang memiliki perbedaan keyakinan wilayah pura buar buaran bisa terjaga dan bisa menjadi tauladan
karena keharmonisannya? bagi masyarakat lainnya.
Daftar Wawancara Terkait Sejarah dan Kebudayaan di Pura Buar buaran, Desa
Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali
Narasumber: Sadarudin
Pewawancara :I Wayan Lasma
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimanakah sejarah munculnya Pura Buar-buaran atau Bhur Bwah Swah adalah sebuah pura
Pura Buar buaran? terletak di Desa Seraya Karangasem Bali, tepatnya di Bukit
Tabuan Karangasem. Zaman dulu pura ini tidak sengaja
ditemukan oleh sesepuh muslim, kemudian dibersihkan dan
disembahkan sesajen untuk tanda menghormati bagi
yang melinggih atau berstana di tempat tersebut.
3 Apa yang menyebabkan timbul Timbulnya harmonisasi tersebut akibat tradisi-tradisi yang
adanya harmonisasi dan kerukunan sudah ada sejak dulu tetap dijaga dan sikap toleransi sudah
masyarakat di wilayah pura buar diajarkan sejak dini dilingkungan keluarga maupun
buaran? masyarakat
4 Apakah terdapat tempat khusus untuk Di dalam pura buar buaran terdapat tempat khusus bagi
umat muslim menghaturkan sesajen masyarakat umat muslim di wilayah pura buar buaran untuk
di pura buar buaran? menaruh sesajen yang di haturkan ke para leluhurnya, yaitu
berupa bangunan persegi yang di setiap pojoknya di isi
simbol kakbah.
6 Apakah sikap toleransi dan Sikap toleransi masyarakat di wilayah pura buar buaran
harmonisasi masyarakat di wilayah timbul karena adanya kesadaran bermasyarakat antar
pura buar buaran timbul dengan warganya. Masyarakat di wilayah pura buaran sangat
sendirinya atau adanya peraturan menghargai adanya perbedaan, meraka sangat menghormati
yang mengharuskan mereka hidup adanya keragaman.
bertoleransi?
7 Bagaimanakah cara masyarakat di Masyarakat di wilayah pura buar buaran menerapkan sikap
wilayah pura buar buaran toleransi dengan cara menjujung tinggi rasa persatuan dan
menerapkan sikap toleransi dalam perbedaan antar agama. Perbedaan bukanlah alasan
kehidupan sehari-hari? untuk memecah rasa kebersamaan masyarakat di wilayah
pura buar buaran.
8 Apakah selama ini pernah ada Selama ini belum pernah terjadi pertentangan antar
pertentang diantara masyarakat di masyarakat karena masyarakat di wilayah pura buar buaran
wilayah pura buar buaran? saling menghargai dan menjaga satu sama lain.
9 Apakah budaya dan tradisi tersebut Budaya dan tradisi yang ada di pura buar buaran diterima
dapat diterima dan dijalankan oleh dengan baik dan tetap dijalankan oleh semua masyarakat di
masyarakat di wilayah pura buar pura buar buaran. Tradisi-tradisi itu sudah diajarkan sejak
buaran? dini.
10 Adakah masyarakat yang tidak Syukurnya tradisi yang ada bisa diterima dan dijalankan
menjalankan tradisi yang telah ada? oleh semua masyarakat yang ada disekitar pura buar-buaran.
11 Apa usaha selanjutnya untuk Usaha selanjutnya yang akan masyaratkan di wilayah pura
mempertahankan keunikan-keunikan buar buaran lakukan untuk meningkatkan keunikannya
yang ada pura buar buaran? adalah dengan tetap menjaga keharmonisan yang telah ada
dan akan terus berusaha untuk meningkatkannya.
12 Bagaimana tanggapan masyarakat Tanggapan masyarakat hindu adalah Menghargai dan ikut
yang beragama hindu ketika bersama sama sembahyang di pura buar buaran dan setiap
masyarakat islam menyelenggarakan ada upacara keagamaan di dua umat beragama, mereka
upacara keagamaan dan ikut saling bergotong royong dan ikut datang ke setiap ada
menghaturkan sesajen dalam satu upacara keagamaan.
tempat sembahyang umat beraga
hindu ?
Daftar Wawancara Terkait Sejarah dan Kebudayaan di Pura Buar buaran, Desa
Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimanakah sejarah munculnya Pura Buar-buaran adalah sebuah pura terletak di Desa
Pura Buar buaran? Seraya, kecamatan karangasem, kabupaten karangasem,
propinsi bali, pura ini terletak di atas perbukitaan di banjar
bukit tabuan seraya tengah, sejarah pura ini ditemukan
konon zaman dahulu raja karangasem bersama sesepuh
muslim yang pindah dari Lombok ke desa seraya yang
menemukan pura ini memelihara pura ini dan
membersihkannya. Sehingga pura buar buaran hingga saat
ini di sungsung oleh masyarakat dengan keyakinan berbeda
yaitu masyarakat beragama muslim dan hindu.
6 Apakah sikap toleransi dan Sikap harmonisasi dan toleransi masyarakat di wilayah pura
harmonisasi masyarakat di wilayah buar buaran terjadi karena adanya kesadaran bermasyarakat
pura buar buaran timbul dengan antar waga walaupun berbeda keyakinan.
sendirinya atau adanya peraturan
yang mengharuskan mereka hidup
bertoleransi?
7 Bagaimanakah cara masyarakat di Masyarakat yang ada di wilayah pura buar buaran
wilayah pura buar buaran menerapkan sikap toleransi dan harmonisasi dengan cara
menerapkan sikap toleransi dalam menjujung tinggi rasa persatuan dan perbedaan antar agama.
kehidupan sehari-hari?
8 Apakah selama ini pernah ada Hingga saat ini belum pernah terjadi adanya
pertentang diantara masyarakat di pertentangan
wilayah pura buar buaran? atau konflik antar masyarakat karena masyarakat di wilayah
pura buar buaran saling menghargai dan menjaga satu sama
lain.
9 Apakah budaya dan tradisi tersebut Semua masyarakat yang ada di wilayah pura buar-buaran
dapat diterima dan dijalankan oleh menerima adanya buadaya dan tradisi yang ada di pura buar-
masyarakat di wilayah pura buar buaran.
buaran?
10 Adakah masyarakat yang tidak Semua masyarakat di wilayah pura buar buaran menjalakan
menjalankan tradisi yang telah tradisi yang ada, karena tradisi dan kebudayaan merupakan
ditetapkan? sebuah kepercayaan di pura buar-buaran
11 Apa usaha selanjutnya untuk Usaha selanjutnya yang akan masyaratkan di wilayah pura
mempertahankan keunikan-keunikan buar buaran lakukan untuk meningkatkan keunikannya
yang ada pura buar buaran? adalah dengan tetap menjaga keharmonisan yang telah ada.
Gambar 11. Wantilan pura buar buaran Gambar 12. Tempat sesajen umat muslim
Gambar 13. Lambang kakbah di pura buar buaran Gambar 14. Areal masjid di sekitar pura
Gambar 15. Masjid di sekitar pura buar buaran Gambar 16. Areal masjid di sekitar pura
Gambar 17. Keadaan alam pura buar buaran Gambar 18. Jalan menuju pura buar buaran
Gambar 19. Dokumentasi Bimbingan Gambar 20. Dokumentasi Bimbingan
PERNYATAAN PENELITI
Dengan ini menyatakan sejujurnya bahwa karya tulis saya dengan judul: “ Harmonisasi
Keyakinan Umat Beragama Islam dan Hindu Di Pura Buar-Buaran Desa Seraya, Karangasem,
Bali”. yang diusulkan dalam pelaksanaan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2019,
belum pernah dilombakan dan/atau pernah dilombakan tetapi belum
mendapat juara/penghargaan di tingkat Nasional/ Internasional
Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri Bali Mandara
Kubutambahan,
Yang tersebut di atas,
Kubutambahan,
Yang tersebut di atas,
I Wayan Lasma
NIS. 0532
BIODATA GURU PEMBIMBING
I. Biografi Pribadi
1. Nama Lengkap : Kadek Yuli Artama, S.T,M.Pd.
2. NIP : 198907012015031003
3. Tempat, Tgl Lahir : Ketewel, 01 Juli 1989
4. Alamat Asal : Jl. Setia Budi Gg.Semangka No.110
Singaraja-Bali
5. No.Hp : 087860869666
6. Email : kadekyuliartama@gmail.com
7. Nama Orang Tua :
- Ayah : Ketut Ardika
- Ibu : Komang Ayu Suarmini
8. Agama : Hindu
Mengetahui,