Anda di halaman 1dari 10

METODE PERBANDINGAN AGAMA DENGAN ILMU LAIN

Paskalis Ola Rongan

Mahasiswa STKIP Widya Yuwana, Madiun

Emai : paskalisolarongan31@gmail.com

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agama merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena, agama
memberikan ketenangan, pencerahan, solusi, maupun kemajuan yang pesat dalam peradaban
manusia. Akan tetapi fakta menyatakan bahwa agama yang ada didunia ini sangat banyak sekali
perbedaan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. Perbedaan itulah yang
menjadikan ketidak cocokan antara penganut dan pelaksana agama yang ada didunia ini.
Perbedaan diantara pengikut agama itulah yang menjadikan secara visual agama khususnya
tampak radikal, fanatik dan penuh pemberontakan.
Hubungan antar kelompok dan antar manusia sering terjadi  Tukar-menukar informasi tentang
ide, pikiran dan agama, tidak begitu aneh.akibat nya berbagai soal selalu timbul. Soal pertemuan
suatu ide, pikiran dan agama yang beraneka ragam memerlukan pemecahan dan harus di hadapi
dengan  secara wajar, ilmu ini dapat memegang peranan. Ilmu ini juga berusaha mencari
hubungan antar agama dan mencoba mengungkap kan terminologi  dan istilah agama dalam
bahasa yang sederhana sehinga tidak membingungkan bagi mereka yang ungin memperdalam
ilmu ini melalui agama yang di perlukan.
Masalah tugas dan tujuan ilmu perbandingan agama merupakan masalah utama yang di hadapi
dunia, terutama negara-negara yang sedang berkembang . ilmu perbandingan agama merupakan
salah satu alat yang  tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam zaman berkemajuan
teknik tinggi dunia sekarang terasa terlalu kecil karena hubungan manusia semakin dekat dan
sempit.
Pada hakikatnya, antara agama yang satu dengan agama yang lainnya telah memiliki
persamaan dan perbedaan dari berbagai aspeknya, mulai dari kepercayaan, cara beribadah, nilai-
nilai, tingkah laku, hingga aspek sosial yang mengajarkan interaksi antar manusia. Dilihat dari
hal tersebut, makalah ini akan menjelaskan mengenai ilmu perbandingan agama tentang metode-
metode perbandingan agama dengan ilmu lain.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.  Apa pengertian ilmu perbandingan agama?
1.2.2.  Bagaimana metode-metode perbandingan agama dengan ilmu lain?
1.2.3. Apa faedah mempelajari ilmu perbandingan agama?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pengertian Ilmu Perbandingan Agama
1.3.2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Metode-Metode Perbandingan
Agama
1.3.3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Faedah Mempelajari Ilmu Perbandingan
Agama

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Perbandungan Agama
Dalam arti yang luas perbandingan ilmu agama adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang berusahan untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari pada suatu
kepercayan dalam hubungan nya dengan agama lain. Tugas ilmu perbandingan agama di
antara ilmu pengetahuan lain nya di abad ini tidak bisa di remehkan. Malah ilmu itu telah
di kelompokan  kedalam “Carpus of humanities” yang makin meperjelas fungsi
nya.fungsi utama yang  telah ada akan di jalankan  adalah memahami kehidupan batin,
nalar pikiran dan kecendrungan hati umat beragama. Sehinga dapat di ketahui  segi-segi
persamaan dan perbedaan antar agama. Lebih dari itu lagi, ada agama yang datang lebih
dahulu merupakn pengantar terhadap kebenaran agama yang datang kemudian.
Kata agama dalam bahasa Arab dikenal dengan “din” (Ad-Diin). Diin (Ad-Diin) bisa
berarti adat kebiasaan atau tingklah laku, balasan, ta’at, patuh dan tunduk kepada Tuhan,
hukum-hukum atau peraturan-peraturan.
Abu Ahmadi dalam bukunya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu
perbandingan agama adalah ilmu yang mempelajari tentang bermacam-macam agama,
kepercayaan dan aliran peribadatan yang berkembang pada berbagai bangsa sejak dahulu
hingga sekarang.
A. Mukti Ali menjelaskan bahwa yang dimaksud denga ilmu perbandingan agama
adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha untuk memahami gejala-gejala
keagamaan dari pada suatu kepercayaan dalam hubungannya dengan agama lain yang
meliputi persamaan dan perbedaan.
2.2. Metode Perbandingan Agama dengan Ilmu lain
Sekarang akan dibahas tentang metode yang dipergunakan untuk memahami agama.
Agama sudah terdapat pada semua lapisan masyarakat dan seluruh tingkat kebudayaan
sejak awal permulaan sejarah umat manusia. Kenyataan ini merangsang timbulnya minat
para ahli untuk mengamati dan mempelajari agama, baik sebagai ajaran yang diturunkan
melalui kewahyuan maupun sebagai bagian dari masyarakat. Lingkungan dan
kebudayaan, baik sebagai pemilik pribadi maupun kelompok. Minat orang untuk
mengamati dan mempelajari agama itu didasarkan atas anggapan dan pandangan bahwa
agama sebagai sesuatu yang berguna bagi kehidupan pribadinya dan umat manusia.
Tetapi selain itu ada juga yang didasarkan atas pandangan yang negatif dengan anggapan
yang sinis terhadap agama, karena agama baginya adalah merupakan khayal, ilusi dan
merusak masyarakat.
Demikianlah agama telah berada ditengah-tengah manusia sepanjang sejarahnya. Ia
merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari pribadi dan masyarakat. Tidak ada
agama dan juga tidak ada struktur masyarakat yang dapat dianggap sebagai suatu gejala
yang terpisah sama sekali satu sama lain, demikian kata Edward H. Winter.
Berikut ini akan membahas beberapa metode yang berkaitan dengan Ilmu
Perbandingan Agama:
2.2.1. Metode Fenomenologi
Pendiri metode ini, yaitu Edmund Husserl, menganggapnya hanya sebagai
disiplin filsafat murni dengan tujuan membatasi dan menambah penjelasan-
penjelasan yang murni psikologis dari proses pemikiran. Segera pendekatan
fenomenologis itu dipergunakan untuk menerangkan lapangan-lapangan seni,
hukum, agama, dan sebagainya. Fenomenologi agama dikembangkan oleh Max
Scheler, Rudolf Otto, Jean Hering, dan Gerardus van der Leeuw. Tujuannya
adalah untuk melihat ide-ide agama, amalan-amalan, dan lembaga-lembaganya
dengan mempertimbangkan “tujuannya”, namun tanpa menghubungkan  dengan
teori-teori filosofis, teologis, metafisis atau psikologis.
Ada empat macam studi secara fenomenologis ini. Pertama, adalah
fenomenologi agama secara umum, yang juga disebut morfologi agama. Yaitu
deskripsi fakta-fakta keagamaan secara teratur, suatu perbandingan diantara satu
dengan lainnya untuk membedakan yang sama dan yang tidak sama. Suatu
pengklasifikasian yang rasional atas dasar analisis yang bersifat empiris dan
kategorisasi yang bersifat deskriptif. Pada prinsipnya dalam fenomenologi agama
secara umum seperti mendapatkan tempat.
Kedua, adalah fenomenologi agama khusus. Studi ini melahirkan suatu
kumpulan fenomena yang pokok-pokok. Seperti disatu pihak bermacam-macam
dewa tumbuh-tumbuhan, bermacam-macam korban yang berbeda-beda, aneka
ragam tipe syaman. Di lain pihak bisa juga pemilihan kumpulan fenomena itu
dengan cara menetapkan data keagamaan yang ada dalam masyarakat atau
kelompok masyarakat. Seperti pada agama suku bangsa Afrika tertentu. Dalam
hal ini pengertian fenomena diselidiki dalam hubungan masyarakat dengan
masyarakat atau kumpulan masyarakat tertentu.
Ketiga adalah fenomenologi agama refleksi. Disini sebagian merupakan
metodologi dan sebagian merupakan teologi. Kedua prosedur ini dipakai dalam
memperinci dan menganalisis. Demikian juga persoalan yang fundamental dari
sesuatu studi agama seperti hubungan antara masalah-masalah nonagamawi
ataupun melulu mengenai fenomena agama.
Keempat adalah fenomenologi agama eksistensialis. Di sini titik tolaknya
adalah melulu mengenai kehidupan manusiawi dengan segala sifat-sifat yang
dimilikinya, kualitasnya, kemungkinan-kemungkinannya serta permasalahan-
permasalahannya. Studi ini langsung tertuju kepada cara dimana manusia dalam
lingkungan yang berbeda-beda sejak mula-mula masyarakat berburu sampai
masyarakat industri zaman modern telah menanggapi secara agamawi terhadap
segala permasalahan yang dijumpainya. Terutama dalam hal ini, baik agama
ataupun nonagama, orang dapat memperkembangkan potensi kesadaran diri yang
dimilikinya.
2.2.2. Metode Sosiologi
Dari segi sosiologi, pendekatan terhadap agama telah melahirkan berbagai
teori. Diantara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah teori tingkatan. Teori ini
dikemukakan oleh August Comte. Comte biasanya dianggap sebagai pendiri ilmu
sosiologi modern. Teori ini umumnya sebenarnya secara subtansial berdasarkan
pada suatu pandangan khusus terhadap agama.
Penyelidikan agama secara sosiologis sebenarnya telah menerapkan
adanya pengaruh masyarakat atas agama dan gejala-gejalanya dan sebaliknya juga
pengaruh agama atas masyarakat dan gejala-gejala kemasyarakatan. Di satu pihak
idealisme sering kali tidak mempertimbangkan dipengaruhinya agama oleh
faktor-faktor kemasyarakatan, tetapi dilain pihak banyak pemikiran dan marxistis
membuat kesalahan untuk semata-mata mau mencap agama sebagai satu gejala
sosial saja.
Memang kaum Marxis materialistis kelihatan tidak sangsi memaksakan
pendapatnya tentang agama ini. Mereka cenderung meneliti hal-hal yang
berhubungan terutama dengan ritual, pengalaman-pengalaman agama, dan juga
lembaga-lembaganya. Disamping itu mereka juga memusatkan perhatian kepada
ajaran ajaran dan cerita-cerita keagamaan.
Hal ini saja sebetulnya sudah merupakan satu problem bagi kaum komunis
dalam menetapkan  teorinya kalau mereka insaf bahwa, teori itu adalah hasil dari
suatu teori yang lebih awal yang tingkatannya lebih tidak duniawiah tentang
agama. Teori itu tidak diakui dan tidak cocok bagi kebudayaan-kebudayaan lain,
seperti persoalan tentang Cina modern, tentang status agama mereka menurut
orang Markis.
2.2.4. Metode Ilmiah
Suatu aliran menekankan bahwa untuk mendekati agama itu
semestinya sui generis yang sama sekali tidak dapat dibandingkan atau dikaitkan
dengan metode-metode yang terdapat dalam pelbagai bidang pengetahuan
lainnya. Aliran lain menyatakan bahwa sekalipun bagaimana dan apa pun masalah
yang diteliti, metode yang sah untuk dipergunakan adalah metode “ilmiah”. Istilah
“ilmiah” disini dipergunakan dalam arti ganda.
Dalam arti sempit, ia menunjukkan metode yang dipergunakan pada ilmu-
ilmu alam. Sedangkan dalam arti yang luas, ia menunjuk pada suatu prosedur
yang bekerja dengan disiplin yang logis dan utuh dari premis-premis yang jelas.
Tetapi, sebetulnya pada dua pendekatan ini terdapat kekurangan.
Dalam lapangan agama sebenarnya harus dikembangkan metode baru
yaitu metode “sintesis”. Berkenaan dengan aliran kedua yaitu aliran yang
berpendapat bahwa meneliti agama haruslah dengan cara “ilmiah”. Kita
mempunyai alasan untuk menentang pluralisme bahkan dualisme dalam masalah-
masalah metode dari ilmu pengetahuan.
Kebenaran adalah satu, kosmos adalah satu, oleh karena itu pengetahuan
juga satu. Pengahayatan ini sangat penting. Sekalipun kita tidak setuju dengan
interpretasi positif dari prinsip ini, kita harus menggabungkannya pada
metodologi kita yang didasarkan pada tuntutan ganda. Tuntutan yang pertama
adalah bahwa metode itu harus disatukan. Ini merupakan keharusan. Semua
idealisme dan naturalisme termasuk materialisme bangun dan jatuh bersama-sama
dengan monisme metodologis.
Namun demikian, untuk memahami suatu kebenaran adalah satu hal, dan
untuk memiliki kebenaran itu adalah satu hal lain. Kita harus realistik bahwa
pengetahuan kita tentang segala sesuatu itu adalah sebagainya saja, dan bahwa
hanya Tuhanlah yang mengetahui keseluruhannya. Tuntutan yang kedua adalah
bahwa metode itu mencukupi untuk sasaran yang diteliti. Dan ini cocok dengan
prinsip yang pertama, yaitu satunya metode.
2.2.5. Metode Antropologi
Antropologi telah memusatkan perhatiannya kepada kebudayaan-kebudayaan
primitif yang tidak bisa tulis baca dan tanpa teknik. Dengan demikian untuk
melakukan praktek antropologis, diperlukan teknik-teknik tertentu.
Menurut Van Baal, agama tidak dijumpai secara umumnya, melainkan
secara satu persatu, selaku agama satu suku, satu bangsa, sejemaah, segereja, dan
sebagainya. Sebab itu setiap agama harus diteliti sebagai satu sistem yang
meliputi segala seluk beluk yang berhubungan dengannya. Juga harus selalu
didasari bahwa agama adalah satu perwujudan sosial, walaupun yang percaya atau
yang tidak percaya itu adalah pribadi-pripadi. Namun, isi kepercayaan, tradisi,
mitologi, dan upacara-upacara semuanya didapati dari nenek moyang, kalau
agama itu primitif, atau tradisional, dari guru-guru agama, atau dari pendeta-
pendeta setempat, kalau agama itu berdasar atas kitab-kitab tertentu pada zaman
dahulu. Setiap agama memiliki satu sistem yang disusun dari adat istiadat,
upacara dan tradisi-tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi. Dan memang
setiap generasi mengadakan sedikit-sedikit perubahan atau tambahan terhadap
warisan itu, tapi adalah jelas, bahwa setiap generasi dan individu , mulai
menerima agamanya selaku warisan pendahulunya. Itulah pemahaman Van Baal
terhadap agama berdasarkan kitab suci. Metode antropologi hanya tepat untuk
digunakan meneliti agama primitif itu saja.

2.2.6. Metode Teologi


Metode teologi yaitu suatu pendekatan yang normatif, subyektif terhadap
agama adalah pendekatan teologis. Pada umumnya pendekatan ini dilakukan dari
dan oleh penganut sesuatu agama dalam usahanya menyelidiki agama lain. Maka
pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan atau metode tekstual, atau
pendekatan kitabi, maka ia selalu menampakkan sifatnya yang apologis dan
deduktif.
2.2.7. Metode Perbandingan
Seorang ahli sosiologi yang paling berpengaruh sejak akhir abad ke-19,
adalah Max Weber. Ia melihat adanya hubungan yang nyata antara ajaran
protestan dan munculnya kapitalisme. Ia telah memperkirakan adanya hubungan
dalam ajaranCalvinisme tentang  Ascetisme dunia ini yang telah menciptakan
suatu disiplin yang rasional dan karya etis berbarengan dengan menabung yang
akan dipakai untuk penanaman modal. Namun demikian, Weber mengakui bahwa
teorinya yang seperti itu harus dites. Akan tetapi harus diakui, bahwa sumbangan
pemikirannya yang utama adalah uraian-uraiannya yang sangat sistematis
mengenai adat istiadat dan kebudayaan lain dari sosiologi. Tulisannya tentang
Islam, Yahudi, agama-agama India dan Cina sangat berpengaruh. Begitu juga ia
telah menghidangkan berbagai kategori dalam bidang agama, yang sudah
dijadikan alat perbandingan dengan bermacam-macam materi perbandingan pula.
Denga demikian, ia dianggap sebagai pendiri yang sejati dari sosiologi
perbandingan. Dan oleh karena perhatiannya yang khusus terhadap agama, maka
ia juga dianggap sebagai tokoh besar dalam bidang perbandingan agama.
2.3.   Faedah Mempelajari Ilmu Perbandingan Agama
A. Mukti Ali dalam bukunya Ilmu Perbandingan Agama, mengemukakan bahwa
faedah mempelajari ilmu perbandingan agama bagi seorang muslim adalah:
1. Untuk memahami kehidupan batin, alam pikiran, dan kecenderungan   hati berbagai
umat manusia.
2.  Untuk mencari dan menemukan segi-segi persamaan dan perbedaan antara agama
Islam dengan agama-agama yang bukan Islam. Hal ini sangat berguna untuk
perbadingan, untuk membuktikan dimana segi-segi dari agama Islam yang melebihi
agama-agama lain, berguna juga untuk menunjukkan bahwa agama-agama lain,
berguna juga untuk menunjukkan bahwa agama-agama yang datang sebelum Islam
itu adalah sebagai pengantar terhadap kebenaran yang lebih luas dan lebih penting.
3. Untuk menumbuhkan rasa simpati terhadap orang-orang yang belum mendapat
petunjuk tentang kebenaran, serta menimbulkan rasa tanggung jawab untuk
menyiarkan kebenaran yang terkandung dalam agama Islam kepada masyarakat.
4. Ilmu ini bukan hanya berguna bagi para mubaligh, tapi juga para ahli agama Islam,
karena pikiran lebih tajam dengan mempelajari berbagai agama dengan cara
membanding dan akan mudah memahami isi dan pertumbuhannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa ilmu perbandingan agama yaitu ilmu yang mempelajari tentang
gejala-gejala keagamaan, kepercayaan, peribadatan, dan tentang semua persamaan serta
perbedaan yang ada disemua agama yang sudah berkembang diberbagai bangsa hingga sekarang.
Adapun metode-metode perbandingan agama dengan ilmu lain yaitu meliputi metode
fenomenologi, metode sosiologi, metode psikologi, metode ilmiah, antropologi, metode teologi,
dan metode perbandingan. Semua metode tersebut dapat mengetahui pebedaan yang ada disemua
agama meliputi dari kepercayaan, peribadatan, dan sebagainnya.
Faedah mempelajari ilmu perbandingan agama salah satunya yaitu untuk mencari dan
menemukan segi-segi persamaan dan perbedaan antara agama Islam dengan agama-agama yang
bukan Islam, serta untuk memahami kehidupan batin, alam pikiran, dan kecenderungan hati
berbagai umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2010. Perbandingan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Ali Mukti, A. 2002.  Ilmu Perbandingan Agama. Yogyakarta: Yayasan Nida. 
Ali Mukti, A. 1992. Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia. Bandung: Mizan.
Daradjat, Zakiah, ddk. 1996. Perbandingan Agama 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Daradjat, Zakiah, dkk, 1996. Perbandingan Agama 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Jirhanuddin. 2010. Perbandingan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wach, Joachim. 1984. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Rajawali.
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME
INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai