Buku 2.manajemen Keuangan PDF
Buku 2.manajemen Keuangan PDF
Halaman
SAMPUL DALAM i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAGIAN 1. PENDAHULUAN 1
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Brigham dan Coopeland, (1990) menyatakan bahwa peran
Manajemen Keuangan terdiri dari 3 bidang yang saling terkait yaitu; (1)
Pasar uang dan pasar modal (keuangan makro) yang berkaitan dengan
banyak topik yang dibahas oleh ekonomi makro, (2) Investasi, yang
memusatkan pada keputusan individu dan lembaga keuangan dalam
memilih sekuritas (surat berharga) untuk portofolio investasi mereka, dan
(3) Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan manajemen
perusahaan. Ketiga bidang yang telah dikemukakan di atas, masing-
masing saling berinteraksi satu sama lain, sehingga manajemen keuangan
perusahaan harus memahami operasional pasar modal dan cara investor
menilai sekuritas.
Manajemen keuangan telah mengalami sejumlah perubahan besar
selama bertahun-tahun. Ketika muncul sebagai suatu bidang ilmu
tersendiri pada awal tahun 1900 an, penekanannya pada aspek hukum
merger, konsolidasi, dan pembentukan perusahaan baru, serta berbagai
jenis sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan perseroan.
Seiring perkembangan perusahaan saat ini, manajer keuangan
memiliki peranan yang cukup dinamis yang sebelumnya tidak dimiliki.
Menurut Van Horn (2002) menyatakan bahwa sebelum pertengahan abad
ini, tugas para manajer keuangan terutama raising of funds (mencari
dana) dan mengelola posisi kasa perusahaan mereka. Pada tahun 1950 an
dengan semakin meningkatnya present value (nilai sekarang) telah turut
mendorong para manajer keuangan untuk memperluas tanggung jawab
mereka dan lebih memperhatikan pemilihan proyek-proyek investasi
modal.
Dewasa ini, faktor-faktor eksternal memiliki dampak yang semakin
meningkat terhadap para manajer keuangan. Meningkatnya persaingan
antar perusahaan, perubahan teknologi, harga dan tingkat bunga,
ketidakpastian situasi ekonomi global, fluktuasi nilai tukar, perubahan
hukum perpajakan dan etika yang berkaitan dengan perjanjian keuangan
merupakan factor-faktor eksternal yang dihadapi sehari-hari. Pada tahun
1990, manajemen keuangan memiliki peran strategis yang lebih penting
dalam suatu perusahaan.
Jika keuangan memainkan peranan manajemen secara umum
dalam organisasi, maka manajer keuangan seharusnya menjadi pemain
tim dalam keseluruhan usaha perusahaan untuk menciptakan nilai,
karena sasaran perusahaan adalah menciptakan nilai bagi para pemegang
sahamnya. Nilai ini dapat dilihat dari harga pasar atas saham perusahaan
(yang sudah go public) yang selanjutnya merupakan fungsi keputusan
investasi, pembelanjaan dan kebijakan dividen perusahaan. Kemampuan
seorang manajer keuangan untuk beradaptasi dengan perubahan-
perubahan tersebut, mencari dana, mengivestasikan aktiva serta
mengelolanya secara bijaksana akan sangat berpengaruh terhadap sukses
perusahaan secara keseluruhan.
1. Hubungan Agen
Pada umumnya manajer memiliki tujuan pribadi yang akan
berhadapan dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan para
pemegang saham. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan,
yaitu pemegang saham untuk membuat keputusan, dan hal ini akan
menciptakan potensi konflik atas kepentingan yang disebut teori agen
(agency theory).
Hubungan agen akan muncul ketika seorang individu atau lebih
yang disebut pemilik (principals) mempekerjakan individu lain atau
organisasi yang disebut agen untuk melaksanakan pekerjaan dan
kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Dalam konteks manajemen keuangan , hubungan agen yang
utama adalah : (a) antara pemegang saham dan manajer, (b) antara
manajer dan pemberi kredit, (c) antara manajer, pemegang saham dan
pemberi kredit manakala perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
KONSEP PENILAIAN
2.3.1. Annuity
Anuitas merupakan serangkaian pembayaran atau penerimaan
dalam jumlah yang sama yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Pada
anuitas biasa, pembayaran atau penerimaan terjadi pada akhir setiap
periode, sedangkan pada anuitas jatuh tempo, pembayaran atau
penerimaan terjadi pada awal setiap periode.
Present Value Rp 1
Discount rate
Gambar 2.1. Hubungan antara Present Value dengan Discount
Rate
2.3.3. Amortization
Penggunaan penting dari konsep present value adalah menentukan
pembayaran atas pinjaman dengan angsuran. Amortisasi pinjaman
berhubungan dengan penentuan pembayaran berkala yang diperlukan
untuk mengurangi jumlah pokok pinjaman menjadi 0 (nol) pada masa
maturitas (jatuh tempo), Jumlah pokok yang dipinjam akan menurun jika
dilakukan amortisasi.
t 0
---------- = 0 (2.5)
(1 + r)2
Contoh :
Jika obligasi PT ABC memberikan kupon kepad pemegangnya
sebesar 6 % pertahun, sedangkan harga obligasi tersebut adalah at
discount yaitu sebesar 98 % untuk nilai Rp 1 juta, maka, Current
Yieldnya adalah :
6 % x 1.000.000 60.000
Current Yield = ---------------------- = ----------- x 100 % = 6,12 %
98 % x 1.000.000 980.000
dimana:
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
R = harga tebusan (redemption value)
P + harga pembelian (purchase value)
Contoh :
Obligasi DEF dibeli pada tanggal 5 September 2003 dengan
harga 94,25 %, memiliki kupon sebesar 16 %, dibayar setiap 3 bulan
sekali dan jatuh tempo pada 12 Juli 2007. Berapakah besarnya YTM
approximationnya ?.
Jawab :
Diketahui :
C = 16 %
n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3.853 hari
R = 94,25 %
P = 100 %
100 – 94,25
16 + ---------------
3.853
YTM Approximation = ----------------------- x 100 %
100 + 94,25
----------------
2
5,75
16 + ----------
3.853
= ----------------------- x 100 %
194,25
----------
2
16 + 0,001492
= ----------------------- x 100 %
97,125
16,001492
= --------------- x 100 % = 16,48 %
97,125
Bab 3
3.1. Pendahuluan
Tingkat kembalian (return) adalah keuntungan atau aliran kas
bersih yang diperoleh dari suatu investasi. Investasi itu sendiri
merupakan suatu kegiatan menanamkan dana (modal) dengan harapan
memperoleh pendapatan (laba) dikemudian hari. Sedangkan Risiko (risk)
adalah kemungkinan bahwa tingkat kembalian sesungguhnya (actual
return) dari suatu investasi akan tidak sesuai dengan tingkat kembalian
yang diharapkan (expected rate of return).
Para investor yang prospektif adalah para konsumen yang
membelanjakan dananya. Mereka dipengaruhi iklan, image perusahaan
dan utamanya oleh harga. Para investor membelanjakan dananya tidak
hanya untuk satu peluang investasi, mereka berusaha menjadi
pembelanja yang mahir atau berpengalaman yang karenanya mereka
memilih portofolio dari sekuritas.
Dimana :
E(R) : Rata – rata kembalian (mean of return)
Pt : Probabilitas dari setiap kembalian
Rt : Return actual
Kemudian menghitung pula standar penyimpangan (deviasi
standar) dengan formula sebagai berikut :
( Rt E ( R))
σR = 2 (3.2)
Pt
t 1
Contoh soal :
Tabel 3.1. berikut berisi angka hipotetis kembalian yang diharapkan
(expected rate of return) dari Perusahaan Baja dan Perusahaan Real Estat
yaitu:
E(R) = 0,2 (-0,055) + 0,2 (0,005) + 0,2 (0,045) + 0,2 (0,095) + 0,2 (0,16)
= 0,05, atau 5 %
b. Untuk Perusahaan Real Estat
n
E(R) = PtRt
t 1
E(R) = 0,2 (0,35) + 0,2 (0,23) + 0,2 (0,15) + 0,2 (0,05) + 0,2 (-
0,08)
= 0,14, atau 14 %
2. Standar deviasi
a. Untuk Perusahaan Baja
σR = n
( Rt E ( R))
t 1
2
Pt
( Rt E ( R))
t 1
2
Pt
Proyek A
RA x Pt
4.000 x 0,35 = 1.400
5.000 x 0,45 = 2.250
6.000 x 0,20 = 1.200 (+)
Mean = 4.850
(RA – E( R))2 x Pt
(4.000 – 4.850)2 x 0,35 = 252.875
(5.000 – 4.850)2 x 0,45 = 10.125
(6.000 – 4.850)2 x 0,20 = 264.500 (+)
Variance = 527.500
PA PB
0,40
0,35
0,30
0,25
0,20
45 6 2 4 6
dimana:
Wi : persentase dari sekuritas i dalam portofolio
E(Ri) : expected rate of return dari sekuritas i
4.1. Pendahuluan
Arti penting atribut produk terkait dengan return sekuritas dan pasar.
Atribut-atribut produk lain yang bakan bias saja, dapat mempengaruhi
risiko sekuritas yang diterima bahkan juga harganya di pasar.
E(r)
Capital market line
rF
daerah efficiency tidak optimal
σrM σr
dimana:
E(RM) = Expected rate of return pasar
RF = Return sekuritas bebas risiko
σM = Standar deviasi pasar.
Slope dari CML tersebut adalah harga pasar dari risiko (market price of
risk) untuk portofolio yang efisien, atau harga keseimbangan dari risiko
dalam pasar. Penjelasan di atas, dapat di lihat secara jelas dalam Gambar
4.2., sebagai berikut:
E(RPort) L
M
E(RM)
RF
SDM risk
Dari Gambar 4.2., di atas nampak bahwa ketika CML adalah trade-off
antara Expected rate of return dengan risiko untuk portofolio yang
efisien, dan risiko diukur dengan standar deviasi, maka dapat disusun
persamaan berikut :
E(RM) – RF
E(RP) = RF + ----------------- σP (4.3)
σM
dimana:
E(RP) = Expected rate of return portofolio
RF = Return sekuritas bebas risiko
E(RM) = Expected rate of return pasar
σM = Standar deviasi dari pasar
σP = Standar deviasi dari portofolio
kM
kRF
assets less risky than the assets more risky than the
market index market index
Dari Gambar 4.3., di atas, nampak bahwa risiko dalam SML diberi
simbol beta (β), dimana β merupakan pengukuran untuk risiko sistematis
dari saham ataupun portofolio. Simbol β ini akan lebih sering digunakan
pada saat melakukan pembahasan mengenai CAPM.
Di samping itu pada Gambar 4.3. juga nampak bahwa garis vertikal
menggambarkan garis expected rate of return (k), dengan formula
sebagai berikut:
Ki = Risk-Free Rate + Risk Premium
= RF + βi [E(RM) – RF) (4.4)
4.5. CAPM dan Penilaian Kinerja Portofolio
Dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio, perlu digunakan
variabel-variabel yang relevan. Variabel-variabel tersebut tidak lain
adalah tingkat keuntungan dan risiko. Tingkat keuntungan suatu
portofolio dipengaruhi oleh 2 hal yaitu; (a) perubahan harga sekuritas
yang membentuk portofolio (capital gain) dan (b) dividen. Sedangkan
risiko yang relevan bagi investor dinyatakan dalam bentuk standar
deviasi tingkat keuntungan portofolio (risiko total), atau beta portofolio
(risiko sistematis).
APL
Overpriced
Asset O
Faktor Risiko
Garis APL melintang pada titik R yang melahirkan tingkat bunga bebas
risiko. Tingkat bunga bebas risiko seperti tingkat bunga yang ditetapkan,
pembayaran asuransi bank pemerintah atas tabungan dan depostio yang
merupakan tingkat bunga yang paling rendah dalam model. Investasi
yang melibatkan risiko 0, dapat membayar suku bunga tanpa risiko dan
tetap sangat menarik para investor yang risk-averse (penghindar risiko).
dimana:
kTB = rate of return yang diinginkan untuk suatu T bond
R = tingkat suku bunga bebas risiko
λ1 = harga pasar faktor risiko tingkat bunga
λ2 = harga pasar faktor risiko daya beli
bTB1 = tingkat sensitivitas T bond untuk risiko tingkat bunga
bTB2 = tingkat sensitivitas T bond untuk risiko daya beli
Underpriced
Asset U
1,0
Overpriced
Asset O
Sebagai catatan bahwa ada dua hal yang perlu digaris bawahi disini yaitu,
masing-masing risiko faktor beta di dalam persamaan. Tulisan digaris
bawahi i adalah suatu counter yang mengacu pada investasi asset ke i
yang diidentifikasi sebagai jumlah tugas asset secara arbitrase. Sebagai
contoh, asset i = 23 sebagai kekuatan saham GM, asset i = 24 sebagai
kekuatan obligasi yang diterbitkan GM, dan asset i = 25 sebagai kekuatan
saham IBM.
Tulisan yang digaris bawahi lainnya, adalah suatu counter untuk faktor
risiko, di sini adalah j = 1, 2,… f-faktor risiko yang dipertimbangkan
dalam model APT. Jika kita mengacu kepada faktor risiko yang tidak
ditentukan sebagai faktor risiko ke j = 1, atau faktor risiko j = 2, atau
bilangan bulat lainnya termasuk j = f.
Bilangan bulat f yang terakhir (atau jumlah total) keadaan umum dari
faktor risiko. Lambada (λ) dengan tulisan digaris bawahi j, λj adalah
untuk mengukur risiko harga pasar untuk faktor risiko ke j. Secara grafis
dinyatakan λj mengukur kemiringan (slope) tingkat penentuan harga
arbitrase yang dimulai pada titik awal R ke luar sepanjang poros yang
mengukur faktor risiko ke j.
Jika λj = 0, maka faktor risiko tertentu itu, menerima beban 0 di dalam
penentuan expected rate of return yang secara ekonomis mengatakan,
jika faktor risiko harga pasar ke j = 0, ini berarti bahwa tidak relevan
(atau, tidak ada harganya) di pasar.
APT tidak memberi kunci rahasia kepada peneliti keuangan tentang
faktor risiko yang mana yang dapat mempengaruhi penetapan harga
asset. Analis harus menyelidiki kunci rahasia penggunaan dari teori
ekonomi untuk mengidentifikasi koefisien sensitivitas yang relevan bj.
Pada puncak separuh tabel terdaftar sebagaian dari faktor risiko
sistematis, nampaknya akan ditemukan sebuah model APT f-faktor.
Nilai-nilai kuantitatif koefisien sensitivitas pada umumnya terletak di
antara 0 sampai dengan +2, dengan suatu nilai rata-rata 1, itu adalah 0 <
bij < 2. Jika asset i mempunyai suatu koefisien sensitivitas dengan respek
ke faktor risiko ke j adalah lebih besar dari 1, maka asset ke i lebih sensitif
terhadap rata-rata faktor risiko ke j, dan sebaliknya. Jika koefisien
sensitivitas kurang dari 1, maka asset kurang sensitif. Masing-masing
koefisien sensitivitas bij, merupakan sebuah index yang menandakan
jumlah faktor risiko ke j yang undiversiable pad asset i.
Dimensi f Pada Tingkat Harga Tinggi
Untuk menggambar grafik lebih dari 3 dimensi merupakan pekerjaan
yang hampir mustahil. Oleh karena itu sejak expected rate of return,
variabel k pada garis vertical menggunakan 1 dimensi model APT f-
faktor tidak dapat diwakili dengan nyata dalam grafik, jika lebih dari 2
faktor risiko yang dipertimbangkan, maka grafiknya 2 dimensi dan
seterusnya..
Model APT f-faktor oleh para ahli matematika disebut sebagai sebuah f-
dimensi taraf tinggi. Asset manapun yang mempunyai suatu rate of
return yang diinginkan terletak di atas f-dimensi taraf tinggi adalah asset
yang underpriced, dan harganya perlu dicari suatu keseimbangan
ekonomi pada suatu tingkat yang lebih tinggi. Asset manapun dengan
suatu expected rate of return di bawah f-dimensi taraf tinggi adalah asset
yang overpriced, dan harganya perlu dicarai suatu keseimbangan
ekonomi pada suatu nilai yang lebih rendah. Box 4.1. menunjukkan
perhitungan untuk model APT 5 faktor.
Penggunaan model APT 5 faktor untuk menaksir risiko penyesuaian discount rate
untuk saham biasa.
Misalkan analis investasi memperkirakan rate of return yang bebas risiko untuk
suatu asset untuk R=5% dan risiko harga pasar yang relevan sebagai berikut:
λ1 = 1,1 untuk risiko tingkat bunga
λ2 = 0,9 untuk risiko daya beli
λ3 = 1,0 untuk risiko manajemen
λ4 = 0,8 untuk risiko pasar
λ5 = 1,2 untuk risiko kelalaian
Jika saham biasa tertentu, di tandai d, yang memiliki rata-rata 5 faktor risiko,
kemudian untuk 5 index risiko undiversiable dari asset, maka koefisiennya
merupakan satu kesatuan yang sama.
Tingkat expected rate of return untuk saham biasa d dihitung dengan persamaan
berikut:
Marie Esposito memulai untuk melakukan beberapa analisis saham dengan menyiapkan
perkiraan rate of return yang bebas risiko dan lambda (atau risiko harga pasar, atau
system pertimbangan pribadi Marie) sebagai berikut:
R = 5%
λ1 = 0,9 untuk risiko tingkat bunga
λ2 = 0,8 untuk risiko daya beli
λ3 = 1,6 untuk risiko manajemen
λ4 = 1,75 untuk risiko pasar
λ5 = 1,6583 untuk risiko kelalaian
Beberapa penelitian tambahan yang dilakukan Esposito menandai saham IBM dengan
beta 5 faktor (atau koefisien sensitivitas) :
b1 = 0,9 untuk risiko tingkat bunga
b2 = 0,9 untuk risiko daya beli
b3 = 1,3 untuk risiko manajemen
b4 = 0,8 untuk risiko pasar
b5 = 1,2 untuk risiko kelalaian
Kemudian Marie menggunakan tingkat bunga bebas risiko, lambda dan beta untuk
mengestimasi expected rate of retrun (atau taksiran risiko penyesuaian discount rate)
untuk saham biasa IBM. Marie menggunakan model APT 5 faktor.
kIBM = R + λ1bd1 + λ2bd2 + λ3bd3 + λ4bd4 + λ5bd5
= 5% + 0,9(0,9) + 0,8(0,9) + 1,6(1,3) + 1,75(0,8) + 1,6583(1,2)
= 5% + 0,81% + 0,72% + 2,08% + 1,4% + 1,99%
= 12 %
Berikutnya Esposito menyiapkan suatu distribusi probabilitas dari returns IBM dan
memperkirakan expected rate of return sebagai berikut:
E(rIBM) = (P1)(r1) + (P2)(r2) + (P3)(r3) + (P4)(r4) + (P5)(r5)
= (0,1)(40%) + (0,2)(30%) + (0,4)(10%) + (0,2)(-10%) + (0,1)(-20%)
= 0,04 + 0,06 + 0,04 – 0,04 – 0,02
= 0,1 = 10 %
PENILAIAN SAHAM
1. Dividen
Dividen adalah bagian keuntungan yang diberikan perusahaan yang
berasal dari keuntungan yang diahsilkan perusahaan dalam satu periode
waktu tertentu (satu tahun). Dividen yang diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Jika seorang investor (pemodal) ingin mendapatkan
dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relative lama, yaitu hingga kepemilikan saham
tersebut dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham, atau dapat
pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain adalah selisih positif antara harga saham saat beli dan
harga jual saham saat dijual. Capital gain terbentuk oleh adanya aktivitas
perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya seorang investor
membeli saham XYZ dengan harga perlembar saham Rp 1.000,-,
kemudian selang beberapa saat menjualnya dengan harga perlembarnya
sebesar Rp 1.250,- , berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain
sebesar Rp 250 perlembar saham.
2. Risiko Likuidasi
Jika saham perusahaan yang dimiliki investor mengalami kerugian
dan dinyatakan oleh pengadilan bangkrut, atau perusahaan tersebut
dibubarakan, maka klaim dari pemegang saham biasa mendapatkan
perioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(dari hasil penjualan asset perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil
penjualan asset perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham biasa.
Namun jika tidak terdapat sisa dari penjualan asset perusahaan,
maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari lukidasi
tersebut. Kondisi ini merupakan risiko terberat dari pemegang saham
biasa.
Pada pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham
sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi, baik berupa
kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena
adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham
tersebut. Demand dan Supply saham tersebut terjadi akibat dari beberapa
faktor, baik yang bersifat spesifik atas saham tersebut (kinerja
perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak), maupun
faktor yang bersifat makro seperti; tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar
dan faktor-faktor non ekonomi, seperti; kondisi sosial dan politik dan
faktor lainnya.
2. Dividend Yields
Sebagai hasil dari investasi, biasanya pemilik saham akan
dibayarkan dividen dari perusahaan. Adapun formula perhitungannya
adalah sebagai berikut;
Dividen Perlembar Saham X 100
Dividend Yields = ----------------------------------------- (5.2)
Harga Saham
Dimana :
Div1 : Dividen yang diramalkan
P1 : Harga Saham yang diramalkan
P0 : Harga Saham Sekarang
Dimana :
Divn : Dividen tahun ke n
n : Jumlah prediksi tahun yang diramalkan
Pn : Harga Saham pada tahun ke n
r : Expected Return
c. Dividend Constant Growth
Dividend Constant Growth (dividen pertumbuhan konstan) adalh
dividen yang tumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh pada suatu tingkat
tertentu (g) secara konstan. Model ini cocok untuk perusahaan dewasa
dengan pertumbuhan yang stabil. Adapu formula perhitungannya adalah
sebagai berikut;
D0 (1 + g)
P0= -------------- (5.5)
Ks - g
Dimana :
P0 : Harga saham
D0 : Nilai dividen terakhir
g : Tingkat pertumbuhan perusahaan
Ks : Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham s
5. Expiration Date
Expiration date adalah batas waktu dimana opsi tersebut dapat
dilaksanakan. Ada 2 model expiration date yang dapat diterapkan, yaitu
model Amerika dan model Eropa. Opsi model Amerika dapat
dilaksanakan kapan saja sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan (expiration date). Sedangkan opsi model Eropa dilaksanakan
hanya pada saat expiration date.
7. Exercise
Exercise (strike price: harga jadi) yaitu harga perlembar saham
yang dijadikan patokan pada saat jatuh tempo. Untuk call option,
exercise price berarti harga yang harus dibayar (dibeli) pemilik opsi beli
pada saat jatuh tempo. Sedangkan bagi pemegang put option, exercise
price, berarti harga yang akan diterima oleh pemilik opsi put dari penjual
opsi put.
100
50
10
0
-10 950 1.050 1.100 Stock price at
Strike expiration
Price Rp 1.000
-50
-100
Profit or loss to seller (Writer)
100
91
9
0
-9 50 Stock price at
expiration
Strike
-41 Price Rp 100
SUMBER DANA
1. Pembelanjaan Spontan
Pembelanjaan spontan merupakan pembelanjaan yang
jumlahnyanya tergantung dari kegiatan operasi perusahaan dan dapat
diperoleh dari;
a. Rekening Acrual, yaitu rekening yang terjadi karena pembuatan
laporan keuangan berbeda dengan periode pembayarannya).
Rekening acrual ini antara lain seperti;
- Hutang upah/gaji
- Hutang pajak
b. Hutang Dagang (Trade Credit), yaitu hutang yang timbul ketika
perusahaan membeli bahan baku yang disertai syarat pembayaran
misalnya 2./10 Net 30 dari penjual bahan baku.
Hutang dagang dapat dikelompokkan 3 golongan yaitu;
1. Open Account, biasanya penjual mengirim barang dilengkapi
dengan faktur yang berisi tentang jumlah barang, harga dan total
harga disertai dengan syarat pembayaran 2/10 Net 30.
2. Notes Payable, biasanya pembeli barang menandatangani faktur
tersebut, disertai dengan ketentuan waktu waktu kapan melunasi
hutangnya. Notes Payable ini biasanya digunakan, jika open
account telah jatuh tempo, tetapi pembeli belum membayar.
3. Trade Acceptance, biasanya penjual menarik draft dari pembeli
yang memerintahkan kepada pembeli tersebut untuk membayar
draft tersebut pada waktu yang ditentukan. Atau pembeli
menerima draft tersebut dan menunjukkan suatu bank yang akan
membayar apabila trade acceptance tersebut jatuh tempo. Trade
acceptance dapat diperjual belikan sebelum hari jatuh tempo
dengan cara penjual trade acceptance memberi diskon kepada
pembeli.
2. Pembelanjaan Tidak Spontan
Pembelanjaan tidak spontan adalah pembelanjaan yang jumlahnya
kadang-kadang tidak tergantung dari volume kegiatan operasi
perusahaan dan dapat diperoleh dalam bentuk;
a. Pinjaman jangka pendek dari lembaga keuangan berupa kredit
rekening koran.
Pada umumnya bank memberikan kredit rekening koran kepada
nasabahnya dengan menggunakan bunga, bukan berdasarkan plafond
kreditnya, akan tetapi sesuai dengan jumlah kredit yang
digunakannya saja (ditarik dari bank).
Misalnya bank memberikan kredit rekening koran kepada nasabah A
dengan plafond kredit sebesar Rp 3.000.000,- dan tingkat bunga
sebesar 1,5% perbulan, namun demikian A hanya menarik kredit
tersebut, sebesar Rp 2.000.000,-, sehingga bunga yang akan
dibayarkan pada bulan berikutnya bukan sebesar Rp 45.000,-
perbulan (Rp 3.000.000 x 1,5%), akan tetapi A hanya membayar Rp
35.000 perbulan (Rp 2.000.000 x 1,5%).
Perhitungan biaya kredit dapat dilakukan dengan 3 macam cara yaitu;
1. Reguler Interest, adalah bunga biasa dengan formula perhitungan
sebagai berikut:
SBE = i (7.1)
Dimana:
SBE : Suku Bunga Efektif
i : Interest (suku bunga yang dinyatakan dalam perjanjian)
Contoh soal:
Perusahaan ABC mendapatkan kredit dari sebuah bank untuk jangka
waktu 1 tahun sebesar Rp 10.000.000,- dengan bunga sebesar
10%/tahun. Tentukan SBE apabila kredit tersebut merupakan;
1. Reguler Interest
2. Discount Interest
3. Installment Loan
Jawab:
1. Reguler Interest
SBE = 10%
2. Discount Interest
i
SBE = -------- x 100%
P–i
0,10 x 10.000.000
SBE = ------------------------------ x 100%
10.000.000 – 1.000.000
1.000.000
SBE = --------------- x 100%
9.000.000
SBE = 11,1%
3. Installment Loan
i
SBE = -------- x 100%
P:2
0,10 x 10.000.000
SBE = ----------------------- x 100%
10.000.000 : 2
1.000.000
SBE = --------------- x 100%
5.000.000
SBE = 20%
HJT – HJ 365
Kb = ------------- ------- (7.1)
HJT – D JT
Dimana:
Kb : Biaya CP
HJT : Harga CP saat jatuh tempo
HJ : Harga jual
D : Diskon
JT : Jumlah hari jatuh tempo
After Taxes
Sedangkan formula perhitungan berdasarkan setelah pajak adalah
sebagai berikut;
After Taxes = Kb before taxes x (1 – tax) (7.2)
Contoh soal:
Perusahaan XYZ menerbitkan CP dengan harga saat jatuh tempo
sebesar Rp 100.000,- Jumlah hari jatuh tempo adalah 180 hari,
sedangkan harga jual CP sekarang adalah sebesar 95.000,-.
Perusahaan juga memberikan fee kepada pialang sebesar ½ dari 1%.
Jawab:
Fee = (100.000)(0,005)(180:365)
Fee = 500 x 0,493151
Fee = Rp 246,58,-
Fee dan komisi kepada dealer sebesar:
Rp 5.000 + Rp 246,58 = Rp 5.246,58,-
5.246,58 365
Kb = ------------- -------
95.000 180
5.246,58
Kb = ------------- x 2,027778
95.000
Kb = 0,055227 x 2,027778
Kb = 0,111988 x 100% = 11,20%
Jumlah uang yang diterima oleh perusahaan penerbit CP adalah
sebagai berikut;
Rp 95.000 – Rp 5.246,58 = Rp 89.753,42/CP.
a. Term Loan
Term loan (kredit berjangka) merupakan kredit dari lembaga
perbankan dengan jangka waktu menengah yang diberikan kepada
para pengusaha. Pembayaran term loan umumnya dibayar kembali
dengan cara angsuran tetap (amortization payment), seperti;
pembayaran setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun.
Besarnya jumlah angsuran pinjaman ditambah bunga setiap
tahunnya dihitunga dengan menggunakan formula sebagai berikut:
An
R = ------- (7.4)
IF
Dimana:
R = Pembayaran tahunan
An = Present Value dari total pinjaman
IF : Interest factor
Contoh soal:
Perusahaan CDE menerima kredit dari lembaga perbankan dalam
bentuk term loan sebesar Rp 1.000.000,- dengan jangka waktu 10
tahun dan bunga sebesar 15% pertahun, pembayaran angsuran
dilakukan dengan cara angsuran tetap (annuity). Hitunglah jumlah
angsuran tetap tersebut.
Jawab:
Interest factor (IF) sebesar 15% dapat dilihat pada Tabel annuity
(tabel A2) pada IF sebesar 15% dan n=10 tahun, sehingga didapatkan
angka = 5,0188, kemudian dihitung dengan menggunakan formula
7.4., sebagai berikut:
An
R = -------
IF
1.000.000
R = -------------
5,0188
b. Equipment Financing
Equipment financing adalah pembelanjaan melalui kredit dengan
jaminan suatu aktiva tetap, seperti; mesin, kendaraan atau aktiva tetap
lainnya.
Jika perusahaan memiliki peralatan mesin, atau ingin memiliki
mesin, atau aktiva tetap seperti itu, maka perusahaan dapat menggunakan
bentuk pembelian kredit semacam ini, sebagai alat pembayaran. Semakin
mudah penjualan aktiva tetap tersebut, maka semakin tinggi nilai kredit
yang dapat diperoleh dari bank-bank komersial. Adapun rencana
pembayaran kredit macam ini biasanya disesuaikan dengan biaya
penyusutan aktiva tetap tersebut.
Contoh soal;
Perusahaan XYZ membeli mesin secara kredit sebesar Rp
105.000.000,- dengan jaminan aktiva mesin tersebut. Nilai sisa mesin
tersebut sebesar Rp 5.000.000,- dan umur ekonomis mesin ditaksir 5
tahun. Hitunglah jumlah pembayaran angusran kredit tersebut dengan
menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Jawab;
105.000.000 – 5.000.000
Penyusutan pertahun = ----------------------------------
5
= Rp 20.000.000,-
c. Lease Financing
Leasing adalah suatu bentuk pembelanjaan dengan cara menyewa
aktiva tetap dengan jangka waktu tertentu. Perusahaan yang
menggunakan model pembelanjaan ini, memperoleh hak penggunaan
(hak guna pakai) atas suatu aktiva tanpa disertai hak kepemilikan. Dalam
pembelanjaan leasing, kewajiban dan hak pihak penyewa (leasee) dan
pihak yang menyewakan (lessor) dituangkan dalam sebuah kontrak sewa
menyewa yang berisi tentang; (a) periode persewaan, (b) jumlah
pembayaran sewa selama periode persewaaan, (c) kemungkinan
perpanjangan periode kontrak, atau membeli aktiva tersebut saat periode
kontrak telah selesai, dan (d) persyaratan pembayaran biaya servis dan
reparasi, pajak, asuransi, dan biaya-biaya lainnya..
Ada 3 macam bentuk leasing antara lain sebagai berikut;
1. Sale and Lease Back
Perjanjian sewa menyewa aktiva tetap dalam bentuk leasing model
sale and lease back ini, pemilik aktiva tetap menjual kepada perusahaan
leasing, atau lembaga keuangan dan pada saat yang sama dibuat kontrak
leasing untuk menggunakan aktiva tetap tersebut. Disini tampak hak
kepemilikan atas aktiva tetap dilepas, akan tetapi hak guna pakainya tetap
berada pada pihak penjual dengan cara menjual kemudian menyewa
kembali aktiva tetap yang telah dijualnya.
Dalam prosesnya model pembelanjaan dengan sale and lease back,
perusahaan merubah perkiraan aktiva tetap dari bentuk perkiraan aktiva
tetap menjadi kas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
perusahaannya.
Contoh soal:
Perusahaan lessor membeli aktiva tetap berupa mesin foto copy
seharga Rp 100.000.000,- dan menyewakan aktiva tetap tersebut kepada
Koperasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo (leasee)
untuk jangka waktu 5 tahun. Nilai sisa dari mesin foto copy yang menjadi
obyek sewa menyewa tersebut sebesar Rp 2.000.000,- dan lessor
menginginkan pendapatan dari usaha leasing tersebut sebesar 18%
pertahun. Hitunglah berapa besarnya pembayaran sewa tahunan yang
harus dibayarkan oleh KOPMA FEKON (leasee) yang berasaldari harga
mesin foto copy di tambah dengan pendapatan yang diinginkan
perusahaan lessor.
Jawab;
Pembayran tahunan ditetapkan dengan cara sebagai berikut:
Sewa tahunan = x
Harga beli = PV Sewa tahunan + PV Nilai Sisa, atau
Harga beli = (IF) x + PV Nilai sisa
IF : Interest Factor (lihat Lampiran Buku-Buku Manajemen keuangan,
Tabel Annuity A2 pada tingkat bunga sebesar 18% dan n= 5 tahun.
Pertemuan antara 18% dan n = 5 adalah angka sebesar = 3,1272).
Sehingga perhitungannya menjadi sebagai berikut;
10.000.000 = 3,1272 x + (0,4371)(2.000.000)
10.000.000 = 3,1272 x + 874.200
3.1272 x = 10.000.000 – 874.200
3.1272 x = 9.125.800
9.125.800
x = -------------- = Rp 2.918.202,-
3,1272
2. Hipoteek
Hipoteek adalah juga merupakan surat pengakuan hutang yang
memiliki nilai nominal tertentu yang jangka waktu pelunasannya di atas
10 tahun. Pihak yang meminjamkan uang (kreditur) diberi hak hipoteek
terhadap suatu aktiva tetap yang jika perusahaan peminjam (debitur)
tidak dapat memenuhi kewajibannya (hipoteek) saat jatuh tempo, maka
aktiva tetap tersebut dapat dijual oleh pihak kreditur dan digunakan untuk
menutupi jumlah kewajiban (nilai hipoteek).
B. Equity
Equity, atau Modal Sendiri, adalah merupakan modal yang berasal
dari para pemilik perusahaan yang jangka waktunya tidak
ditentukan.sumber pembelanjaan dari modal sendiri ini ada 2 macam
yaitu; (1) Sumber Intern, yang bersal dari laba perusahaan dan akumulasi
penyusutan, (2) Sumber Ekstern, yang berasal dari pemilik perusahaan;
(a) Modal saham, (b) cadangan ekspansi, dan (c) Laba ditahan (Retained
earning)
7.5. Sumber Dana Permanen
Satu-Satunya sumber modal yang benar-benar permanen adalah
surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dipastikan
untuk selama perusahaan masih beroperasi yang terdiri dari; saham
preferensi (preferred stock), saham biasa (common stock), dan laba
ditahan (retained earning). Sejak asset dibiayai oleh sebagian sumber
permanen ini, dan sejak kas yang dihasilkan dari penyusutan dan
pengurangan non kas lainnya dari laporan rugi laba yang akan bekerja
dengan cara dimasukkan dalam modal kekayaan (equity) jika tidak
dibagikan kepada pemilik saham perusahaan.
Preferred Stock adalah suatu sumber modal yang juga permanen
dalam pengertian bahwa dikeluarkan untuk selamanya. Pada sisi lain,
preferred stock pada umumnya berisi ketentuan kontrak, yang membuat
secara alamiah sangat serupa, tetapi tidak sama dalam bentuk hukum
obligasi. Oleh karena itu, ketika kita mengusulkan di tempat lain dalam
bagian ini, saham atas nama sering dipandang sebagai variasi obligasi
untuk pengambilan keputusan pembelanjaan. Satu ketetapan dalam
preferred stock yang tidak disatukan ke dalam obligasi adalah karena
biaya preferred stock pada umumnya lebih tinggi dibanding biaya
obligasi.
Pemegang saham umum disebut klaim keuntungan yang bersifat
sisa yang datang terakhir. Satu kontrak ketetapan terdiri dari
kebanyakan saham biasa yang tidak terdapat sumber modal lain adalah
yang eksplisit dan dikontrol kendali langsung dari perusahaan melalui
kekuatan pemilik.
Penjualan saham biasa dan surat-surat berharga yang dapat dirubah
ke dalam saham disebut sebagai suatu penawaran hak (right issue). Harga
relatif dari saham baru pada umumnya underpriced terhadap harga pasar
sekarang yang memberikan peningakatan dari right issue yang
digunakan untuk membeli saham baru.
Y (%)
144
108
72
36
(X+10)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 (Days)
20
15
10
Cost $
C
Quantity
Cost, Return %
Si
15
10
E
8
5 F
i
0
14,000 21,000 Quantity
Dari Gambar 8.1., nampak pada titik E dimana biaya modal dan
return adalah sebesar 8 % dan jumlah yang ditawarkan dan diminta
adalah sebesar Rp 14,000,- untuk memenuhi persyaratan Marginal Cost
(MC) = Marginal Revenue (MR). Biaya modal dapat juga dari berbagai
cara, dua diantaranya menjadi kepetingan kritis dalam manajemen
keuangan yaitu :
5. Biaya modal dapat dipandang sebagai agregat, seperti hubungan
antara resiko dan perkiraan pendapatan.
6. Secara operasional, biaya modal dapat ditinjau dari sudut pandang
perusahaan.
Common stock
Preferred stock
Bonds
%
3 4 5 10 Cost of capital
(Expected rate of return)
8.
9.1. Teori Struktur Modal
Dalam pembahasan masalah struktur modal dan dampaknya pada
biaya modal perusahaan akan ditinjau secara teoritis dengan model
Capital Market Line dan pilihan investor. Kita lihat bahwa dalam model
tersebut kita akan meperkirakan biaya modal untuk ditingkatkan ketika
perusahaan menjadi lebih beresiko sebagai hasil pembelanjaan
operasional dengan modal pinjaman. Ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan sebagai berikut :
a. Pendekatan Tradisional
b. Model Modigliani dan Miller
c. Empirical Evidence
kb
A Debt/Equity ratio
Dimana : k: cost of capital, ke: cost of equity, dan kb: cost of bond. Titik
A adalah biaya minimum, maka juga sebagai debt equity ratio yang
optimal (D/E Optimal).
Contoh : Net Income Model
Earning Before Interest (NOI) Rp 1.000.000
Interest 0 (-)
Net Income Rp 1.000.000
Equity capitalization rate (ke = 10 %) x 10
Total Market Value of the Firm Rp 10.000.000
a. Efek Pajak
MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 yang
melemahkan tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan
memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi
pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan.
Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan
utang dalam struktur modal mereka. Sebenarnya MM memperlihatkan
bahwa, jika semua asumsi yang lain berlaku, perbedaan dengan 100 %
utang.
Akan tetapi, kesimpulan ini diubah beberapa tahun kemudian oleh
Milton Miller (kali ini tanpa Mondigliani), ketika ia membahas efek dari
pajak perorangan. Ia menyatakan bahwa semua penghasilan dari obligasi
pada umumnya adalah bunga, yang dikenakan pajak sebagai penghasilan
perorangan pada tarif yang mencapai 39,6 %, sementara penghasilan dari
saham biasanya sebagian berasal dari dividen dan sebagian dari
keuntungan modal. Selanjutnya, keuntungan modal dikenakan pajak
dengan tarif maksimum 28 %, dan pajak ini ditangguhkan sampai saham
itu terjual dan keuangan terealisasi. Jika saham itu ditahan sampai si
pemilik meninggal, tidak ada pajak keuntungan modal apa pun yang
harus dibayar. Jadi bila ditimbang, pengembalian atas saham biasa
dikenakan pajak dengan tarif efektif yang lebih rendah daripada
pengembalian atas utang, Persen atas oblioasi Bigbee, dan jika
penghasilan saham dikenakan pajak pada tarif yang sama seperti
penghasilan obligasi, tingkat pengembalian yang disyaratkan atas saham
Bigbee mungkin akan menjadi 16 persen karena resiko saham yang lebih
besar. Tetapi mengingat perlakuan yang menguntungkan atas laba dari
saham, investor mungkin bersedia menerima pengembalian atas saham
sebelum pajak dengan hanya 14 %.
Jadi, seperti yang dikemukakan Miller, (1) dapat dikurangkannya
bunga untuk tujuan pajak menguntungkan penggunaan pembiayaan
dengan utang, tetapi (2) perlakuan pajak yang lebih menguntungkan atas
penghasilan dari saham menurunnya tingkat pengembalian yang
disyaratkan pada saham dan dengan demikian menguntungkan
penggunaan pembelanjaan dengan ekuitas. Sulit untuk rnenentukan
berapa efek bersih dari kedua faktor ini. Kebanyakan pengamat yakin
bahwa dapat dikurangkannya bunga mempunyai efek yang lebih besar,
sehingga pajak kita masih menguntungkan bagi perseroan yang
menggunakan utang. Namun efek itu jelas berkurang dengan tarif pajak
keuntungan modal yang lebih rendah.
Kita dapat mengamati perubahan dalam pola pembelanjaan
perusahaan sesudah perubahan besar dalam tanif pajak. Sebagi contoh,
dalam tahun 1993 tarif pajak perorangan tertinggi atas bunga dan
dividen. naik dengan tajam, tetapi tarif pajak keuntungan modal tidak
naik. Ini dapat diharapkan akan menghasilkan pengembalian yang lebih
besar atas pembiayaan dengan ekultas, khususnya melalui laba ditahan,
dan memang demikianlah kasusnya.
ke
kb
Debt/Equity ratio
b. Debt-Service Coverage
Sebagai catatan bahwa rasio TIE tidak mengemukakan tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar principal atas hutang.
Ketidakmampuan ini sama dengan gagalnya membayar bunga. Rasio ini
sangat berguna dalam menghitung rasio aktivitas untuk seluruh
kebutuhan akan hutang.
BAGIAN 3
MANAJEMEN INVESTASI
4. Eksplorasi
5. Lain – lain
10.5. Inflasi
Inflasi akan mempengaruhi dua faktor, yaitu arus kas dan tingkat
keuntungan yang dipandang layak (r). Semakin besar inflasi yang
diharapkan, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Sedangkan pengaruh terhadap arus kas terutama akan disebabkan oleh
pembebanan pajak yang cenderung dihitung berdasar atas nilai histories
dan intensitas inflasi terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi arus
kas. Dalam keadaan terdapat inflasi (yang mungkin cukup serius), perlu
digunakan dasar penaksiran yang sama. Artinya, bahwa tingkat inflasi
umumnya segera dicerminkan pada penentuan r. Semakin expected
inflation, semakin tinggi r. Kalau kita menggunakan r yang telah
memasukkan faktor inflasi, maka dalam menaksir arus kas kita juga
harus telah memasukkan faktor inflasi.
akan tetapi kita dapat selalu mengekspresikan nilai A sejumlah nilai awal
P, ditambah atau dikurangi perbedaan antara A dan P yang dapat disebut
sebagai P, sehingga dapat kita tuliaskan persamaan sebagai berikut:
1 A P + P P
= = 1+ (10.3)
1p2 P P P
Period 2 resources
A
slope=-(1+1r2) = -1/1p2
0 P’ P Period resource
11.2. Simulasi
Dalam mempertimbangkan investasi berisiko, dapat digunakan
simulasi untuk memperkirakan nilai NPV yang diharapkan, nilai IRR
yang diharapkan atau nilai indeks kemampulabaan yang diharapkan
serta penyebaran nilai yang diharapkan. Melalui penggunaan simulasi
berarti dilakukan pengujian hasil yang mungkin dari proposal investasi
sebelum proposal tersebut diterima. Pengujian itu sendiri didasarkan
pada model yang dikalikan dengan informasi kemungkinan.
12.2. Pilihan
Seorang yang membeli suatu karcis lotere akan kehilangan
kesempatan yang besar atas uang pokok (harga karcis lotere) untuk
mendapatkan kesempatan yang kecil untuk memenangkan suatu jumlah
besar (suatu hadiah) di dalam pilihan kepada menghindarkan resiko
kedua-duanya, maka. ia sedang memilih ketidak-pastian di dalam pilihan
ke kepastian.
Pilihan ini antar derajat tingkat risiko berbeda antara perjudian dan
asuransi yang sangat terkemuka dengan jelas menyajikan dan suatu
cakupan yang lebih luas dari aneka pilihan ekonomi.
Kedudukan sangat berbeda di dalam variabilitas pendapatan yang
mereka janjikan: dalam beberapa, sebagai contoh, kantor ketenaga-
kerjaan pemerintah, pendapatan calon adalah agak tergambar jelas dan
hampir pasti di dalam batas agak sempit ; di pihak lain, sebagai contoh,
tenaga-kerja sebagai seorang akuntan bergaji, ada sedikit banyak nya
lebih beraneka macam variabilitas, namun hampir tidak ada suatu
kesempatan apapun yang tinggi atau suatu pendapatan yang rendah;
sebagai contoh lainnya di dalam tindakan dalam gerakan gambar ada
variabilitas ekstrim, dengan suatu kesempatan kecil di dalam pendapatan
tinggi dan suatu kesempatan lebih besar dari suatu pendapatan sangat
rendah.
Pertukaran surat berharga pemerintah mengikat industri dengan
cara yang sama "lempengan untuk judi " untuk saham biasa "blue sky",
demikian juga perusahaan bisnis atau bentuk aktivitas bisnis.
Ya atau tidaknya mereka merealisir dan ya atau tidaknya mereka
mengambil rekening dengan eksplisit melibatkan bermacam-macam
derajat tingkat risiko, individu yang memilih kedudukan surat-surat
berharga, atau bentuk aktivitas bisnis adalah membuat aneka pilihan
yang dapat disamakan untuk mereka buat ketika mereka memutuskan
apakah untuk membeli asuransi atau ke spekulasi.
dasarnya expected rate of return dapat dilihat dari dua sisi, yaitu; (1)
dimana:
persamaan berikut :
n
E(RPort) =
i 1
Wi E(Ri) (13.2)
dimana:
5,5%
9,11%
1 - 0,396
Jika kita mengetahui hasil obligasi kena pajak, maka kita dapat
menggunakan persamaan berikut untuk mencari hasil ekuivalen atas
muni :
7. Dividen sebesar $1
Bukti laba
Setelah pajak = $1,67 – Pajak = $1,67 - $1,67 ( 0,4 )
= $1,67 ( 1 – 0,4 ) = $ 1,00.
Tabel 12.2., menunjukkan dimana perusahaan memiliki aktiva
sebesar $10 juta, penjualan sebesar $ 5 juta, serta laba sebelum bunga
dan pajak ( EBIT ) sebesar $1,5 juta. Sebagaimana diperhatikan dalam
kolom 1, jika perusahaan seluruhnya dibiayai dengan obligasi dan jika
bunga yang dibayar sebesar $1,5 juta, maka laba kena pajak akan menjadi
nol, pajak sebesar nol, dan investor akan menerima sebesar $1,5 juta.
(istilah investor mencakup baik pemegang saham maupun pemegang
obligasi). Akan tetapi seperti diperhatikan dalam kolom 2, jika
perusahaan seluruhnya dibiayai dengan saham, maka semua jumlah laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) sebesar $1,5 juta akan menjadi laba
kena pajak, pajak akan menjadi $1.5000.000 (0,40) = $600.000 dan
investor hanya akan menerima $0,9 juta. Tingkat pengembalian pada
investor atas investasi $10 juta adalah lebih tinggi jika perusahaan
menggunakan utang.
Obligasi Saham
(1) (2)
Penjualan $ 5.000.000 $ 5.000.000
Biaya Operasi 3.500.000 (-) 3.500.000 (-)
EBIT $1.500.000 $ 1.500.000
Bunga 1.500.000 (-) 0 (-)
EBT $ 0 $ 1.500.000
Pajak federal (40%) 0 600.000 (-)
EAT $ 0 $ 900.000
Laba investor $1.500.000 $ 900.000
Tingkat pengembalian
atas aktiva sebesar
$10 Juta 15.0% 9.0%
14. 1. Pendahuluan
Expected Value
Of Uncertainty
Future Income
$ 1,000
risk aversion moderat
$ 500
I (Indifference curve)
I1 I1 I2 : Indifference curve
M : Market Exchange Line
P : Productivity Opportunity Locus
M
Vc Y
M S
L
N O
G
p B
A C D P E F R
dan mengikuti :
AP AC AD AE AF
b log ----- = mb log ------ + nb log ------ + pb log ------ + qg log ------- + ….. :
AB AB AB AB AB
(m + n + p + q + …..) (14.5)
100
( x 10,000) 95 x 5 = 20 ( x 10,000)19 x
15.1. Pendahuluan
Teori Cash flow kemudian dikatakan bahwa nilai saham itu adalah
present value net cash flow masa mendatang yang menyediakan
pertimbangan untuk memelihara saldo kas.
Definisi arus kas dapat disesuaikan dengan tujuan untuk pemakai
dan konsep cash flow akan jadi banyak digunakan dalam
menggambarkan arus tersebut sedemikian rupa, sehingga nilai sekarang
net cash flow adalah nilai dividen, bukan dividen yang ditujukan untuk
peningkatan dengan cash balances, perawatan saldo kas sedikit
banyaknya diperlukan.
Di dalam konteks keputusan investasi umum memiliki suatu
pengaruh, baik pada harga saham, jika present value of net cash flow
berhubungan dengan proyek investasi secara positif, yaitu, jika
perusahaan dapat membayar dividen cukup dibenarkan untuk
meningkatkan dana yang diperlukan oleh suatu pengeluaran saham baru.
Jika hasil net cash flow proyek tidak digunakan untuk dividen, tetapi
diinvestasikan di perusahaan itu (barangkali untuk membeli likwiditas)
dalam suatu proyek investasi baru, maka kedua proyek harus dievaluasi
dengan bebas.
Net cash flow berhubungan dengan kedua proyek (investasi
kembali) secara l negatif dan offset net cash flow yang positif proyek
yang pertama sedemikian rupa, sehingga tidak muncul evaluasi
keputusan kecuali tentang tingkat saldo kas, pemeliharaan saldo kas
tidak akan merusak konsep utilitas cash flow di dalam keputusan
investasi, dan menambah utilitasnya dalam penilaian persediaan.
Teori ini menyiratkan bahwa pemegang saham tidak
mempedulikan apakah hak membeli kembali saham yang dipastikan atau
dividen, karena salah satu dari cash flow yang dipastikan kepada
pemegang saham. Hal Ini dapat dilihat dengan suatu contoh sederhana
yaitu ; suatu perusahaan mempunyai 100 saham preferensi dan tingkat
kembalian ke pemegang saham adalah sebesar $ 2,500.
Nilai yang dipastikan setelah uang telah dibagi-bagikan kita dapat
asumsikan untuk ; menjadi $ 10,000, adalah nilai cash flow yang
discounted dan tidak dipengaruhi oleh cara pengembalian dana ke
pemegang saham.
Jika pemegang saham mengharapkan dividen per saham sebesar $
25, maka distribusi masing-masing pembayaran dividen kepada
pemegang saham, akan turut serta berharga $ 100 dan $ 25 dividen.
Sebelum dividen dibayar, oleh karena itu, saham harus dihargai pada $
125.
Saham harus pula dihargai pada $ 125 jika perusahaan diharapkan
untuk menggunakan yang $ 2,500 ke hak membeli kembali saham
bukannya untuk membayar dividen, karena masing-masing saham harus
sama sebelum dan setelah hak membeli kembali saham. Jika pura-pura
adalah berharga $ 125 sebelum pembelian, perusahaan dapat membeli 20
saham untuk $ 2,500.
Pemegang saham mana yang menjual akan menerima $ 125 per
saham, dan masing-masing saham preferensi akan menghadirkan 1/90 th
untuk total saham (yang masih mempunyai total nilai $ 10,000) dan oleh
karena itu akan dihargai pada $ 125.
Singkatnya, jika kembalian yang dipastikan $ 2500 kepada
pemegang saham, mereka tidak mempedulikan apakah itu disebut
sebagai deviden dalam bentuk kas, atau apakah perusahaan ini membeli
proporsi ditentukan dari tiap saham dari pemegang saham. Masing-
masing pemegang saham memiliki proporsi yang saham prefernsi yang
sama dan menerima jumlah kas yang sama pula.
Teori ini mempunyai beberapa implikasi menarik berkenaan
dengan keputusan untuk membiaya proyek investasi masa mendatang
dan pembayaran dividen masa mendatang.
Penekanan pada pembayaran dividen boleh jadi ditafsirkan keliru
untuk berarti bahwa kebijakan dividen adalah penting menentukan harga
saham adalah bukan kasus tersebut. Jika suatu perusahaan telah
memutuskan pada proyek investasi yang dikerjakan melibatkan outlay
(pengeluaran), katakan satu juta dolar, tidak membedakan apakah satu
juta dolar diperoleh dengan mengurangi dividen atau dikeluarkan dividen
dan kemudian dipinjam dengan pengeluaran saham baru.
Net cash flow yang menentukan nilai sahami mempunyai umbi
manis yang menggambarkan sebagai arus kas antara perusahaan dengan
pemegang saham nya, dan arus ini tidaklah diubah oleh keputusan untuk
membiayai secara internal atau untuk mengeluarkan saham baru.
Jika pemegang saham menerima suatu dividen $ 1 juta, ini adalah
suatu net cash flow dari lebih $ 1 juta. Jika $ 1 juta saham baru dijual, ini
adalah suatu net cash flow kurang $ 1 juta. Jika transaksi kedua-duanya
berlangsung pada periode yang sama, net cash flow adalah penjumlahan
keduanya, atau = 0. Hal ini bagaimanapun, persisnya apa yang bukan
arus kas jika tidak ada dividen telah dibayar, tidak ada saham baru telah
dikeluarkan, dan proyek telah dibiayai secara internal.
Teori ini juga menyiratkan bahwa suatu keputusan untuk
merancang dimasa mendatang untuk melakukan investasi mempengaruhi
nilai saham hari ini. Nilai saham seluruhnya didasarkan pada cash flow
masa mendatang, dan tidak membedakan apakah arus kas diharapkan
dalam hubungannya dengan suatu proyek yang telah dikerjakan atau
proyek yang akan dikerjakan di masa datang. Hal itu tidak dibedakan,
kecuali jika cash flow berhubungan dengan lingkungan proyek masa
mendatang dianggap sebagai lebih beresiko dibanding yang berhubungan
dengan proyek sekarang dan oleh karena itu adalah discounted pada
suatu tingkat tarip lebih tinggi.
Penentuan yang sesuai tingkat di mana potongan cash flow masa
mendatang, yang kadang-kadang disebut sebagai tingkat pengembalian
normal atas investasi, sungguh sial di luar lingkup pembahasan ini.
N1 N2 N3 Ni
So = --------- + --------- + ---------- + ………. =
i 1
------- (15.1)
di mana :
So = Harga saham pada periode awal = Pemegang saham
menandatangai investasinya.
N1, N2…= Net cash flow yang diharapkan di periode mendatang
r = Tingkat discount rate
(1 + r) (1 + r)2 (1 + r)i - 1
(1 + r) (1 + r)2 (1 + r)i - 1
di mana :
W1 = Kekayaan akhir periode
C1 = Arus kas periode nyata
S1 = Harga saham pada akhir periode = investasi yang dipindahkan ke
periode berikutnya
M2, M3 = Arus kas Netto yang diharapkan pada periode mendatang
Jika harapan untuk periode dipenuhi (N1 = C1), maka harapan masa
depan tanpa perubahan (M1 = N1), dan tingkat discount rate tidak
berubah, kemudian laba bersih adalah nol dan laba bisnis adalah
kembalian yang normal atas investasi awal, r So Maka kebijakan
manajemen selama periode itu akan berada di minat yang terbaik tentang
pemegang sahamnya dan jika memaksimalkan kekayaan akhir periode,
maka bisnis tersebut menikmati keuntungan atau laba murni.
Tiga ukuran secara padanan logika sebab penilaian kekayaan, laba
bisnis dan laba bersih berbeda tergantung pada harapan awal, tetapi tidak
bisa berubah sepanjang periode tersebut. Kekayaan akhir periode dan
laba bisnis berbeda dengan nilai saham awal (initial investment) dan laba
bisnis dan laba bersih berbeda dengan dengan kembalian normal atas
investasi awal.
Konsep laba ini secara signifikan berbeda dari konsep
konvensional yang kita akan sebut sebagai "earning", sedemikian rupa
sehingga "laba" dapat disediakan untuk konsep cash flow. Pendapatan
suatu periode dihubungkan dengan perbedaan antara nilai penjualan
dengan ongkos produksi barang-barang yang dijual sepanjang periode
itu.
Pendapatan kemudian terutama terkait dengan aktivitas sepanjang
periode itu. Periode lebih awal dan periode kemudiannya dilibatkan
hanya untuk tingkat biaya yang berhubungan dengan penjualan sekarang
yang disetor ke rekening periode lain, atau pendapatan berhubungan
dengan penjualan sekarang dan akan diterima pada periode lain. Earning
tidak dipengaruhi oleh perubahan harapan masa mendatang sebagai laba.
Perbedaan antara pendekatan keuntungan cash flow dengan
pendekatan earning tradisional dapat digambarkan dengan
mempertimbangkan analisa suatu rencana investasi sederhana. Misalkan
suatu proyek memerlukan pengeluaran modal sebesar $ 1,000 pada
periode awal atau tahun pertama dan pada akhir tahun pertama
perusahaan akan menerima $ 1,120 hasil penjualan dan akan membayar
gaji sebesar $ 400 dan pajak pendapatan sebesar $ 60.
Pada akhir tahun kedua perusahaan akan menerima hasil penjualan
sebesar $ 1,310 dan akan membayar gaji sebesar $ 500 dan $ 205 pajak
pendapatan perusahaan. Pajak pendapatan dihitung dengan
membebankan biaya penyusutan sebesar $ 600 untuk tahun pertama dan
sebesar $ 400 untuk tahun kedua dengan asumsi hukum perpajakan
mengijinkan tarif pajak sebesar 50 %, kemudian berlaku pajak
pendapatan (pendapatan – upah – penyusutan) sebesar $ 120 untuk tahun
pertama dan sebesar $ 410 untuk tahun kedua, maka tidak ada uang
masuk lain atau pembayaran berhubungkan dengan proyek
Oleh karena itu proyek mempunyai suatu arus kas netto sebesar $
1,000 pada awal tahun pertama + $ 660 pada akhir tahun pertama dan +
$ 605 pada akhir tahun yang kedua . Jika kita mengasumsikan suatu
tingkat discount rate sebesar 10 %, hadiah untu proyek (awal tahun
pertama) nilai arus kas netto adalah + $ 100.
Hal itu lebih mudah untuk melihat implikasinya melalui analisis
cash flow dari menilai rencana investasi dalam bentuk saham yang
dihubungkan dengan laba, jika kita berasumsi bahwa usahawan semata-
mata menyertakan untuk kepentingan mulai mengerjakan proyek ini
yang dibiayai dengan kekayaan.
Tentu saja, kita mengasumsikan modal dari penjualan saham
dengan mengumpamakan suatu arus kas netto sebesar $ 1,000 ketika
asset dibeli. Menurut definisi, suatu arus kas netto adalah suatu transaksi
dengan pemegang saham, dan tanda negatif menyiratkan suatu arus
menguangkan dari pemegang saham kepada proyek yang dipastikan.
Analisis tidak akan merubah cara penting manapun jika kita
mengasumsikan bahwa untuk merancang suatu proyek penambahan
investasi kedalam perusahaan yang berjalan baik, maka akan menjadi
lebih diperrumit, meskipun, hal itu bisa dibiayai secara internal yaitu,
dana untuk membeli asset itu boleh jadi berasal dari penerima kas yang
dihasilkan oleh proyek lain, dan uang masuk berhubungan dengan
proyek ini boleh jadi digunakan untuk keuangan proyek lain sebagai
ganti pengembalian kepada pemegang saham.
Prinsip lebih jelas, tetapi tidak berbeda, jika kita berasumsi bahwa
proyek dalam perusahaan bersamaan waktunya sedemikian rupa,
sehingga arus kas yang dihasilkan oleh proyek adalah juga menjaring
arus kas dari segi pandangan kondisi yang pasti.
Kasus yang paling sederhana untuk dipertimbangkan di mana
proyek investasi tidak diantisipasi oleh pasar, hanyalah mengadopsi
peramalan pasar ketika asset dibeli, maka arus kas netto perusahaan
dimasa mendatang akan melalui urutan peristiwa sebagai berikut:
1. Suatu usahawan mengambil uang miliknya sebesar $ 1,000 dan
membeli suatu asset dengan harapan yang ia dapat mendapatkan
suatu arus kas netto pada akhir tahun pertama sebesar $ 660, dan
sebesar $ 605 pada akhir tahun kedua.
2. Ia menyertakan dan mengeluarkan saham kepada dirinya pada waktu
yang sama ketika ia membeli asset itu.
3. Nilai pasar saham ini adalah sebesar $ 1,100 ketika dikeluarkan, hal
yang membingungkan adalah nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan dimasa mendatang dengan discount rate sebesar 10 %.
4. Oleh karena usahawan itu membuat suatu laba dari penjualan aktiva
$ 100, ketika ia mengeluarkan saham itu, karena ia membayar $
1,000 untuk asset dan mempunyai yang saham yang ia bisa jualn
untuk $ 1,100. Hal Ini meningkatkan kekayaannya berlangsung atau
tidaknya ia menjual saham itu, dan "investasi awal", di dalam
perusahaan menurut definisi kita. Hal Ini juga merupakan suatu laba
bisnis, dan suatu laba bersih. yang diterima di tahun pertama, karena
kekayaan nyata nya adalah $ 1,100, dan kekayaan yang diharapkan
(nilai pasar) tadinya hanya sebesar $ 1,000.
5. Jika semua pergi seperti yang diharapkan, kembalian yang dipastikan
$ 660 ke pemegang saham yang boleh atau tidak boleh meliputi
usahawan yang asli pada akhir tahun pertama itu. Jika harapan untuk
tahun kedua adalah tidak berubah, maka pemegang saham juga
mempunyai nilai saham sebesar $ 5, yang mana merupakan hadiah
(pada awal tahun yang kedua ) nilai tunai yang diharapkan pada akhir
tahun kedua sebesar $ 605. Kekayaan nyata pemegang saham pada
periode akhir adalah sebesar $ 660+ $ 550 = $ 1210, dan laba bisnis
adalah $ 110 tahun pertama dan laba bersih adalah nol karena tingkat
pengembalian normal atas investasi awal pemegang saham l 10 %
dikalikan dengan investasi awal sebesar $ 1,100 sama dengan $ 110.
6. Jika harapan berlanjut untuk direalisir, maka kembalian yang
dipastikan kepada pemegang saham pada akhir tahun kedua sebesar
$ 605, dan saham menjadi tidak berharga. Kemudian kekayaan pada
akhir periode sebesar $ 605. Investasi awal untuk tahun kedua adalah
sebesar $ 550 karena harga saham pada awal tahun tersebut. Laba
bisnis Laba sebesar $ 55 dan laba bersih = nol.
Oleh karena itu analisa arus kas menunjukkan suatu laba dari
penjualan aktiva yang segera sebesar $ 100, berikut dengan laba bisnis
normal 10 % atas investasi dan tidak ada laba bersih. Analisa earning
tidak menunjukkan laba apapun dari penjualan aktiva segera, earning
sebesar 6 % atas investasi tahun pertama dan sebesar 51,25 % untuk
tahun kedua . Kita sekarang berbalik, ke suatu diskusi atau pertimbangan
untuk lebih menyukai pendekatan cash flow.
16.1. Pendahuluan
Dalam sessi ini, analisis dipusatkan pada masalah likuiditas yang
sering dijumpai manajer keuangan. Ada 2 pertanyaan penting yang perlu
mendapat jawaban yaitu ; (1) Bagaimana berapa dan tipe Aktiva Lancar
yang tersedia dalam perusahaan untuk memaksimalkan return kepada
pemilik usaha, (2) Kelebihan Aktiva Lancar akan menyebabkan adanya
dana yang menganggur, sedangkan kekurangan Aktiva Lancar akan
menyebabkan buruknya tingkat likuiditas perusahaan.
Receivables Inventory
Finished
Credit sales Production
Goods
Working
Capital
Short Cycle
Fixed Assets
Deppreciation
Long Cycle
MANAJEMEN KAS
40,000
30,000
20,000 A B A’ A” A”’ CO
C
10,000 D
CI
0 5 10 15 20 Days
Beli sekuritas
z
jual sekuritas
0 t3 t1 t2 Time
3. Jika ada Saldo Akhir Bulan (SAB), yaitu SPB (periode sebelumnya),
maka dapat digunakan persamaan matematik sebagai berikut;
Contoh soal:
PT. ABC memiliki data bulan Januari sampai Juni 2008 sebagai
berikut;
1. Penjualan;
Tabel 17.1. Penjualan Tunai dan Kredit
Bln Januari Februari Maret April Mei Juni
100.000 100.000 150.000 175.000 200.000 125.000
20% dari Total penjualan tersebut di atas, dijual secara kredit,
kemudian dari penjualan kredit tersebut, setengahnya dibayar pada
bulan kedua dan setengahnya lagi dibayar pada bulan ketiga.
3. Pembayaran upah/gaji;
Tabel 17.3. Pembayaran upah/gaji
Bln Januari Februari Maret April Mei Juni
25.000 25.000 50.000 75.000 75.000 50.000
4. Pembayaran lain-lain;
Tabel 17.4. Pembayaran lain-lain
Bln Januari Februari Maret April Mei Juni
5.000 75.000 10.000 0 0 0
Penerimaan:
a.Penjualan Tunai 80.000 80.000 120.000 140.000 160.000 100.000
b.Penjualan Kredit - 10.000 20.000 25.000 32.500 37.500
Jumlah Kas Masuk 80.000 90.000 140.000 165.000 192.500 137.500
Pengeluaran:
a.Beli Bahan 25.000 25.000 50.000 75.000 75.000 50.000
b.Bayar Gaji/Upah 25.000 75.000 50.000 75.000 75.000 -
c.Bayar Lain-lain 5.000 75.000 10.000 - - -
Jumlah Kas Keluar 55.000 175.000 110.000 150.000 150.000 50.000
Transaksi Keuangan
Saldo PB 25.000 50.000 4.200 33.400 7.600 50.100
Terima Kredit (+) - 40.000 - - - -
Bayar Kredit (-) - - - (40.000) - -
Jumlah Kas PB 25.000 90.000 4.200 (6.600) 7.600 50.100
MANAJEMEN PIUTANG
MR
30 60 90 Days
Marginal Revenue
C*
MC
Marginal Cost
MR %
1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Titik optimal tercapai pada titik C*.
Gambar 18.2. Hubungan Timbal Balik Peningkatan
Persentase Cash Discount
18.2. Pengumpulan Piutang
Kebijakan manajemen untuk berinvestasi dalam piutang
menyiratkan perlunya fungsi pengumpulan piutang. Bagian penagihan
akan mengambil alih tanggung jawab setelah dilakukannya penjualan
kredit.
Dengan adanya kegiatan pengumpulan piutang/penagihan yang
ketat akan berimplikasi pada menurunnya investasi pada piutang,
disamping mengurangi kemingkinan terjadinya bad debt (piutang tak
tertagih). Meskipun kemungkinan larinya langganan ke perusahaan
pesaing. Kegiatan pengumpulan kredit yang longgar juga dapat
menyebabkan risiko bad debt serta hilangnya kesempatan untuk
memperoleh pendapatan kas.
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Contoh soal;
Persediaan barang dagang awal (1/1/2007) Rp 900.000,-
Pembelian selama tahun 2007 Rp 4.200.000,- (+)
Barang dagang yang tersedia Rp 5.100.000,-
Persediaan barang dagang akhir (1/12/2007) Rp 1.100.000,- (-)
Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold) Rp 4.000.000,-
Jumlah hari kerja perusahaan dalam satu tahun adalah 300 hari.
Jawab:
Persediaan awal + Persediaan akhir
Average Inventory = ------------------------------------------
2
900.000 + 1.100.000
Average Inventory = ---------------------------
2
4.000.000
Merchandise Turnover = -------------- = 4 kali
1.000.000
300 x 1.000.000
-------------------- = 300.000.000/4.000.000 = 75 hari
4.000.000
19.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya
Persediaan
2. Graphical Approach
Dalam perhitungan EOQ dengan menggunakan pendekatan grafik
adalah dengan cara menghubungkan antara OC dengan CC dalam sebuah
grafik, dimana sumbu Y adalah TC dan sumbu X adalah kuantitas
persediaan bahan baku.
Jika kita mengetahui kuantitas yang ingin dipesan (Q) adalah
10,000 unit, maka rata-rata persediaan (Q/2) = 10,000/2 = 5,000 unit,
sebagaimana Gambar 19.1., berikut :
Unit
Inventory
15 30 45 Days
d.
Gambar 19.1. Rata-rata hari persediaan
TC
CC
OC
Q* Q
e.
Gambar 19.2. Economic Order Quantity
3. Mathematical Approach
Perhitungan EOQ dengan menggunakan pendekatan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan formulan perhitungan sebagai berikut;
2 xRxOC
EOQ = (19.3)
CC
Dimana
R: kebutuhan bahan baku satu periode waktu
OC: Order Cost (Biaya Pesan)
CC: Carrying Cost (Biaya Simpan)
Contoh soal:
Perusahaan XYZ dalam operasinya membutuhkan bahan baku (R)
sebanyak 1.000 uint, dimana bahan baku tersebut dapat diperoleh melalui
pemesanan terlebih dahulu dengan biaya pesan (OC) sebesar Rp 100,-
setiap kali pemesanan. Sedangkan biaya simpan (CC) adalah sebesar Rp
5/unit/tahun. Dari data di atas, hitunglah EOQ.
Jawaban;
1. Pendekatan Dasar Biaya (Basic Cost Approach)
Untuk menjawab contoh soal di atas dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan biaya, maka dikemukakan alternatif biaya pada
Tabel 19.1., sebagai berikut;
Cost TC
.2.600 CC
1.450
1.300
1.250
1.025
1.000
OC
Kurva CC dimulai dari titik origin (0) bergerak ke arah kanan atas.
Hal ini mengisyaratkan bahwa semakin kuantitas bahan baku baku yang
di pesan, maka semakin besar pula rata-rata persediaan, sehingga dapat
menyebabkan CC semakin besar pula. Di lain pihak OC bergerak dari
sisi kiri atas menuju ke arah kanan bawah. Hal ini mengisyaratkan bahwa
semakin besar kuantitas bahan baku yang dipesan, maka frekwensi
pesanan semakin kecil, sehingga OC juga semakin kecil.
2 x1.000 x100
EOQ =
5
200.000
EOQ = = 40.000 = 200 unit
5
200
ROP
46
25
Lt Waktu
h.
Gambar 19.4. Reorder Point
BAGIAN 5
Dividen 57.500.000
DPS = ---------------- = ---------------- = $ 1,15
Saham Biasa 50.000.000
Total Ekuitas Saham Biasa 896.000.000
BVSP = -------------------------------- = ---------------- = $ 17,92
Saham Biasa 50.000.000
Perusahaan. Jadi, pos neraca yaitu “Laba Ditahan” meningkat dari $710
juta pada akhir tahun 1997 menjadi $766 juta pada akhir tahun 1998.
Tabel 20.3. Laporan Laba Ditahan Micro Drive Untuk Tahun yang
Berakhir 31 Desember 1998 (dalam Jutaan Dolar)
Saldo laba ditahan per 31 Desember 1997 $ 710,0
Ditambah : Laba bersih 1998 113,5
Dikurangi : Dividen untuk pemegang saham biasa (57,5)
Saldo laba ditahan per 31 Desember 1998 $ 766,0
Bab 21
Penjualan Netto
TATR = ------------------------- x 100 % (21.3)
Total Aktiva
Penjualan Kredit
RTR = ------------------------------ x 100 % (21.4)
Piutang Rata-Rata
c. Inventory Turnover Ratio (TTR)
Penjualan Netto
WCTR = -------------------------------------- x 100 % (21.6)
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
a. Current Ratio
Aktiva Lancar
Current Ratio = ---------------------- x 100 % (21.7)
Hutang Lancar
b. Cash Ratio
Kas + Efek
Cash Ratio = -------------------- x 100 % (21.8)
Hutang Lancar
c. Quick Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kondisi likuiditas dari total aktiva
dan posisi modal kerja (netto). Adapun formula perhitungannya sebagai
berikut :
Total Hutang
DAR = ---------------------- x 100 % (21.11)
Total Aktiva
Total Hutang
DER = ------------------------- x 100 % (21.12)
Modal Sendiri
c. Time Interst Earned Ratio (TIER)
EBIT
TIER = ------------------------ x 100 % (21.13)
Beban Bunga
Bodie, Zvi., Kane, Alex., and Marcus J. Alan., 1996, Investment. Third
Edition. Irwin Mc Graw-Hill.
Fama. E. F., and Miller. M. H., 1972, The Theory of Finance, Dryden
Press, Illinois.
Levy. H., and Sarnat. M., 1978, Capital Investment and Financial
Decision, Prentice Hall.
International Journal
Fama F. Eugene and Mac Beth, 1973, Risk, Return, and Equilibrium :
empirical Test, Journal Of Political Economy, May-june, P.
607-636.
Friedman. M., and Savage J. L., 1948. The Utility Analysis of Choices
Involving Risk. The Journal of Political Economy. Vol. LVI,
No. 4.
Myers. S. C., The Capital Structur Puzzle, Journal of Finance, No. 39,
pp 575 – 592. Also reprinted in (9)