BANK INDONESIA
Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Grup Pengembangan UMKM
Divisi Pengembangan dan Pengaturan UMKM
Jalan M.H. Thamrin No.2, Jakarta Pusat
Telp. 021 2981-7991
Besar harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang
pola pembiayaan syariah bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut. n
i
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN
USAHA KECIL MENENGAH SYARIAH
USAHA PENGEMBANGBIAKAN SAPI PEDAGING
6 Kelayakan Usaha
a. Periode proyek 8 tahun
b. Produk utama Anak sapi (calon bibit) umur 3-5 bulan
c. Skala proyek 4 ekor induk per peternak, 10 peternak per
kelompok
d. Teknologi Pemuliabiakan dan teknologi pakan
e. Pemasaran produk Lokal/Regional
ii
No Usaha Pembiayaan Uraian
iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
iv
Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38
v
Daftar Tabel
Tabel 5.1. Asumsi dalam Analisis Keuangan 19
Tabel 5.2. Komponen dan Stuktur Biaya Investasi Pengembangbiakan Sapi 20
Tabel 5.3. Biaya Operasional Pengembangbiakan Sapi 21
Tabel 5.4. Kebutuhan Biaya Tetap 21
Tabel 5.5. Sumber Pembiayaan 22
Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pengembangbiakan Sapi 23
Tabel 5.7. Analisa Laba-Rugi Usaha Pengembangbiakan Sapi 24
Tabel 5.8. Kriteria Kelayakan Usaha Pengembangbiakan Sapi Kelompok Ternak 25
Tabel 5.9. Sensitivitas Kelayakan Usaha Pengembangbiakan Sapi 25
Tabel 5.10. Murabahah dengan Skema Angsuran per Semester 26
Daftar Gambar
Gambar 3.1. Rantai Distribusi Sapi Bibit Sampai Konsumen Daging 9
Gambar 3.2. Pertumbuhan Impor Sapi Bakalan 10
Gambar 3.3. Fluktuasi Harga Daging Sapi Bulanan 10
vi
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan 39
Lampiran 2. Komponen dan Struktur Biaya Investasi 40
Lampiran 3. Kebutuhan Biaya Operasional Pengembangbiakan Sapi Pedaging 40
Lampiran 4. Sumber Pembiayaan 41
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan 42
Lampiran 6. Angsuran Murabahan Peternak ke LKS 43
Lampiran 7. Proyeksi Rugi Laba Usaha Pengembangbiakan Sapi Pedaging 44
Lampiran 8. Arus Kas Usaha Pengembangbiakan Sapi Pedaging 45
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Kelayakan Jika Biaya Operasional Naik 25% 46
Lampiran 10. Sensitivitas Lama Angsuran Jika Harga Penjualan Turun 10% 47
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Jika Biaya Operasional Naik
5% dan Harga Penjualan Turun 5% 48
Lampiran 12. Angsuran per Semester Margin Murabahan Setara KUPS 49
Lampiran 13. Angsuran per Semester Margin Murabahan Setara Bunga
Komersial 49
vii
BAB I
PENDAHULUAN
viii
BAB I – PEndahuluan
1. PENDAHULUAN
Bagi umat Islam, sapi diperlukan sebagai media ibadah saat Idul Adha.
Jika diasumsikan 0,1% penduduk Indonesia yang berjumlah 237,6 juta jiwa
(BPS, 2011), berkorban 1 ekor sapi saat Idul Adha, diperlukan sedikitnya
237.600 ekor sapi. Jumlah ini akan terus berkembang, dan akan selalu
diperlukan sampai akhir jaman. Konsumsi daging sapi sehari-hari dalam
bentuk makanan olahan (bakso, sosis, abon dan lain sebagainya), telah
mencapai 1,87 kg/kapita per tahun (BPS, 2011). Secara agregat jumlah
tersebut setara dengan pemotongan 2,22 juta ekor sapi yang menghasilkan
daging 200kg/ekor.
1
BAB I – PEndahuluan
Modal yang selama ini dapat diakses oleh peternak rakyat adalah dari
pemilik sapi dengan sistem bagi hasil (Al-mudharabah), baik bagi hasil anak
(pada sapi pengembangbiakan) atau bagi hasil keuntungan (pada penggemukan
sapi). Sistem bagi hasil pada peternakan sapi sudah berlangsung sejak lama. Di
Jawa Tengah dikenal dengan istilah “maparo”, di Jawa Barat disebut “gaduh” di
Sumbawa disebut “ngadas” dan di Sumatra Barat disebut “diperduakan”.
2
Halaman ini
sengaja dikosongkan
3
BAB II
PROFIL USAHA DAN
POLA PEMBIAYAAN
SYARIAH
4
BAB II – Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi Peranakan Onggol (PO), yang
memiliki perdagingan yang baik. Perkawinan dilakukan secara alami dengan
caving interval 1 sampai 1,5 tahun. Sapi induk dipertahankan sampai kelahiran
anak ke delapan.
5
BAB III
ASPEK PEMASARAN
6
BAB III – Aspek teknis produksi
3.1.1. Permintaan
3.1.2. Penawaran
Penawaran sapi bibit lokal masih terbatas, sehingga penawarannya
belum sampai pada taraf persaingan. Pesaing utama adalah sapi impor dari
Australia dan New Zealand. Namun penawaran sapi impor terkendala oleh
kebijakan pemerintah dalam bentuk kuota dan tarif. Terkait dengan PSDS
2014, tahun 2012 pemerintah menetapkan kuota impor sapi hanya 283.000
ekor (Media Indonesia, 2012), meskipun akhirnya dikoreksi. Tahun 2014,
impor sapi bakalan ditargetkan hanya sekitar 86.000 ekor. Tarif impor sebesar
5% ditetapkan pada impor daging sapi. Disamping kebijakan pemerintah,
kondisi ekonomi makro juga membatasi impor sapi bakalan. Nilai tukar
rupiah yang semakin melemah, mengurangi minat importir karena harga
sapi impor menjadi mahal.
7
BAB III – Aspek teknis produksi
jumlah besar (kapasitas kapal 1.200 ekor sapi). Impor sapi bakalan yang tidak
terkendali, menyebabkan over supply sapi dalam negeri sehingga harga jual
jatuh, dan berimbas pada peternak rakyat penggemukan, yang tidak dapat
menunda waktu jual.
3.2.1. Harga
Harga jual anak sapi tidak terpengaruh oleh over supply sapi siap potong (atau
daging beku impor). Bahkan harganya cenderung meningkat dari tahun ketahun.
8
BAB III – Aspek teknis produksi
Pada saat penelitian, harga jual anak sapi umur 6 bulan Rp4,5 juta untuk jantan dan
Rp4.000.000 untuk betina. Induk afkir (setelah 8 kali beranak) dijual dengan harga
Rp8.000.000 per ekor. Menurut informasi peternak, harga jual pada saat hari raya
Iedul Adha dapat lebih tinggi antara Rp500.000,00 sampai Rp1.000.000,00 per
ekor dibandingkan harga normal. Bagi peternak pengembangbiakan, peternak
dapat memilih saat yang tepat untuk menjual anak sapinya kepada peternak
penggemukan.
9
BAB III – Aspek teknis produksi
10
BAB III – Aspek teknis produksi
Pada Gambar 3.3 ditunjukkan fluktuasi harga daging sapi periode 2007-
2010. Harga puncak terjadi saat konsumsi daging sapi tinggi yaitu Iedul Fitri,
yang dilanjutkan Idul Adha satu bulan berikutnya untuk kebutuhan hewan
kurban. Namun pada bulan sebelum Iedul Fitri dan Iedul Adha (sekitar
Juli) merupakan posisi harga daging sapi terendah, diduga disebabkan
banyak peternak yang melepas sapinya untuk membiayai sekolah. Peternak
dapat menghindari kendala tersebut dengan menunda waktu penjualan,
menunggu harga tinggi. n
11
BAB IV
ASPEK TEKNIS
BUDIDAYA
12
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pakan tambahan atau feed supplement diberikan pada induk sapi. Obat-
obatan yang rutin digunakan adalah obat cacing untuk seluruh sapi induk dan
13
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
anak (4 kali per tahun) dan obat kutu (caplak). Feed supplement dan obat-obatan
diperoleh dari distributor di sekitar lokasi.
4.5. TEKNOLOGI
A. Manajemen Pemeliharaan
1. Kandang harus memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan hewan untuk
mencegah kematian sapi. Konstruksi kandang kuat, dari bahan yang
ekonomis, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase dan saluran
pembuangan limbah mudah dibersihkan, lokasi kandang mudah diakses,
dekat sumber air, tidak mengganggu lingkungan, tidak tergenang saat
hujan, serta memiliki tempat pakan dan minum.
2. Di area kandang tersedia kandang jepit (untuk pemeriksaan kesehatan
hewan dan pelaksanaan kawin alam), serta tempat pengolahan limbah.
3. Melaksanakan biosecurity (tindakan pertahanan untuk pengendalian
wabah penyakit dan mencegah semua kemungkinan kontak/penularan
dengan peternakan yang tertular agar penyakit tidak menyebar).
14
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
B. Pakan
1. Pemberian pakan mengikuti standar kebutuhan ternak sesuai dengan
status fisiologis ternak disesuaikan dengan berat badan dan kondisi ternak.
Minimum pakan hijauan campuran (rumput + legume) 10% dari berat
badan ternak serta penambahan pakan penguat atau konsentrat.
2. Satu bulan sebelum melahirkan hingga tiga bulan setelah melahirkan,
induk diberi tambahan konsentrat 2 kg/ekor/hari.
3. Pedet yang lahir wajib diberikan kolostrum selambat-lambatnya 1 jam
setelah lahir. Pedet mulai lahir hingga umur 1 bulan diperhatikan kecukupan
susu, air minum dan pakan. Pakan konsentrat diberikan kepada pedet 0,5
kg/ekor/hari selama 3 bulan.
C. Reproduksi
1. Pencatatan (Recording), dilaksanakan oleh masing-masing peternak dan
recorder pada kartu ternak dan buku registrasi ternak. Data yang dicatat
meliputi: (1) nomor identifikasi ternak, (2) tetua (induk dan bapak), (3)
kelahiran (tanggal, berat lahir dan jenis kelamin), (4) penyapihan (tanggal,
berat sapih), (5) perkawinan (tanggal kawin dan pejantan), (6) status
kesehatan (penyakit, vaksinasi, pengobatan dan reproduksi), dan mutasi
ternak.
2. Perkawinan ternakdilakukan dalam satu rumpun (straight breeding) dan
mencegah perkawinan dengan kerabat dekat (inbreeding). Perkawinan
dilakukan dengan Kawin Alam (Inka).
3. Seleksi untuk memilih calon induk dan calon pejantan. Ternak induk
memiliki status reproduksi yang normal; bebas penyakit Brucelosis,
telah divaksinasi Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dan Bovine Viral
Diarrhea (BVD); tidak cacat dan mempunyai bobot sapih umur 3 bulan
(weaning weight ratio) di atas rata-rata; serta memiliki Body Condition
Score (BCS) 2,5-3,5. Calon pejantan memiliki status reproduksi yang
normal, bebas penyakit Brucelosis, telah divaksinasi IBR dan BVD,
memiliki bobot umur 3 bulan, 365 hari dan 2 tahun di atas rata-rata,
pertambahan bobot badan antara umur 1-1,5 tahun di atas rata-rata,
serta memiliki libido dan kualitas sperma baik.
15
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
dihasilkan dari satu ekor induk adalah satu ekor per tahun, dengan komposisi
anak betina dan anak jantan 50%:50%. Tingkat kematian anak 5% dari kelahiran.
Banyaknya sapi hasil IB dengan sapi impor (cross breed) dapat menyulitkan
peternak memperoleh induk yang memiliki fertilitas tinggi. Induk hasil cross
breed, cenderung infertil, meskipun memiliki perdagingan yang bagus.
Keterbatasan pejantan unggul untuk kawin alam, juga menyulitkan perternak
untuk memperoleh keturunan yang berkualitas tanpa terjadinya inbreeding.
16
Halaman ini
sengaja dikosongkan
17
BAB V
ASPEK KEUANGAN
18
BAB V – ASPEK Keuangan
19
BAB V – ASPEK Keuangan
Keterangan : Dengan kawin alam selang beranak 12 bulan (bunting 9 bulan, nifas 2 bulan, masa
kering 1 bulan). Sapi majir atau tidak dapat merawat anak (maternality kurang),
segera diganti dengan induk baru
20
BAB V – ASPEK Keuangan
Biaya tetap terdiri dari biaya listrik, perbaikan kandang, serta biaya
lainnya sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 5.4 Biaya pengelolaan tidak
dimasukkan dalam biaya tetap karena masing-masing peternak mengelola
sapi yang dimilikinya (rata-rata 4 ekor per orang).
Investasi dan modal usaha pengembangbiakan sapi bersumber dari LKS dan
peternak. Peternak membiayai pembuatan kandang senilai Rp63.000.000,00
dan pembelian peralatan senilai Rp2.600.000,00. Lahan untuk kandang
merupakan pinjaman dari salah satu anggota kelompok. LKS menyediakan
21
BAB V – ASPEK Keuangan
22
BAB V – ASPEK Keuangan
Keterangan
• Tahun pertama anak baru lahir belum bisa dijual
• Tahun ke 8 seluruh induk di kandang menjadi penerimaan non tunai peternak
23
BAB V – ASPEK Keuangan
Secara umum arus kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua
aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus
masuk diperoleh dari penjualan pedet setiap tahun. Cash flow disajikan
pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan cash flow tersebut ditentukan
nilai indikator kelayakan finansial yang meliputi Internal Rate of Return (IRR),
Benefit-Cost (B/C) Ratio, dilengkapi juga Payback Period.
Analisis NPV (Net Present Value) seperti yang biasa dilakukan pada analisis
finansial konvensional, tidak dilakukan pada murabahah, karena tidak ada
bunga pinjaman. Margin murabahah (sebesar 20%) juga tidak berubah dengan
lamanya angsuran. Demikian juga dalam menghitung B/C ratio dan payback
period, tidak digunakan discount factor (discount factor nilainya selalu 1 pada
24
BAB V – ASPEK Keuangan
semua tahun terjadinya cash flow). Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari hasil
analisis, seluruh kriteria finansial memenuhi standar kelayakan.
6.
25
BAB V – ASPEK Keuangan
Kendala utama memperoleh cash inflow dari penjualan anak sapi hasil
pengembangbiakan adalah fluktuasi harga sapi. Peternak akan terbantu
apabila schedule angsuran dibuat lebih longgar, dalam hal ini angsuran dibayar
per semester atau 2 kali dalam satu tahun. Dengan interval waktu angsuran
yang relatif panjang, peternak dapat leluasa memilih waktu yang tepat menjual
sapinya agar memperoleh harga jual tinggi.
Reschedule angsuran dari per bulan menjadi per semester, tidak akan
mengubah cash flow, karena inflow dan outflow merupakan akumulasi tiap
tahun (12 bulan atau 2 semester). Sehingga nilai IRR, B/C rasio, dan pay back
period tetap sama antara angsuran bulanan maupun angsuran semesteran.
Perbedaannya hanya di margin murabahah, dan lama pelunasan. Tabel 5.10
menunjukkan margin murabahah yang ditetapkan berdasarkan skema kredit
KUPS dan kredit komersial, menggunakan angsuran semester.
26
BAB V – ASPEK Keuangan
27
BAB VI
ASPEK EKONOMI,
SOSIAL DAN DAMPAK
LINGKUNGAN
28
BAB VI – ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
29
BAB VII
KESIMPULAN DAN
SARAN
30
Komoditi PAdi | Peningkatan
BAB VII – Kesimpulan
Akses Pemasaran
dan saran
7.1. Kesimpulan
d. Jangka waktu pelunasan murabahah 8 tahun, IRR 14,81 persen, net benefit/
cost rasio 2,2, dan pay back period 5,74 tahun. Berdasarkan kriteria dan
asumsi yang ada menunjukkan bahwa usaha budidaya pengembangbiakan
sapi potong selama masa proyeksi layak untuk dilaksanakan.
31
BAB VII – Kesimpulan dan saran
7.2. Saran
32
Halaman ini
sengaja dikosongkan
33
INFO UMKM
INFO INF
UMKM PADA
FO UMKM WEBSITE
M PADA BANK INDONESIA
WEBSITTE BANK INDONESIA
htttp://jktbiwffe/id/umkm
http://jktbiwfe/id/umkm/Default.aspx m/Default.asspx
INFFO UMKMM PADA WEBSITTE BANK INDONESIA
htttp://jktbiwffe/id/umkm
m/Default.asspx
pada website Bank Indonesia www.bi.go.id terdapat minisite Info UMKM yang
Padawebbsite Baank informasi
Ind
donesia o.idterdapa
www.bi.go atminisite Inffo simulasi
UM
MKM yang
menyediakan terkait pengembangan UMKM, termasuk pola
menyediaakaninforma
bsite asiterkaitpe
pembiayaan
Padaweb ank engembanga
(lending
Ba model)
Ind an www.bi.go
usaha
donesia UMKM, ,termasuksim
kecil menengah
o.idterdapamulasipolapInffo embiayaan
sebagaimana
atminisite UM
MKMyang (lending
dicantumkan
model)usa
aha kecil
menyedia
dalam meenengahseb
akaninforma
buku bagaimanad
ini. asiterkaitpe dicantumkan
engembanga an UMKM, ndalambuku
,termasuksimuini.
mulasipolap embiayaan (lending
model)usa
aha kecil meenengahseb
bagaimanad
dicantumkanndalambukuuini.
34 > Pennelitian
> Datta Komoditi
INFO UMKM
POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL MENENGAH
POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL MENENGAH
PenelitianlengkapPOLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL
Penelitian
MENENGAHlengkap
oleh POLA PEMBIAYAAN
Bank Indonesia (LENDING MODEL)
dapatdiunduhpada Info USAHAUMKM:KECIL
MENENGAH oleh Bank Indonesia dapat diunduh pada Info UMKM: http://www.
http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/perikanan/Default.aspx
(Menu: P OLA PEMBIAYAAN ( LENDING MODEL) USAHA KECIL MENENGAH
bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/perikanan/Default.aspx
Kelayakan Usaha > Pola Pembiayaan)
(Menu: Kelayakan Usaha > Pola Pembiayaan).
PenelitianlengkapPOLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL
MENENGAHoleh Bank Indonesia dapatdiunduhpada Info UMKM:
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI (SPKUI)
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI (SPKUI)
http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/perikanan/Default.aspx
(Menu: Kelayakan Usaha > Pola Pembiayaan)
Beberapa
Beberapa polapola pembiayaan
pembiayaan (lending model)model)
(lending usaha usaha kecil menengah
kecil menengah tersebut
tersebut dapat
dapat disimulasikan
disimulasikansecara secaradan
interaktif interaktif
dinamisdan dinamis dengan
denganaplikasi SPKUIpadaaplikasi
Info SPKUI
UMKM:pada
Info UMKM: http://www.bi.go.id/spkui
http://www.bi.go.id/spkui
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI (SPKUI)
(Menu: Kelayakan
(Menu: Kelayakan Usaha
Usaha > Sistem
> Sistem Penunjang
Penunjang Keputusan Keputusan
Untuk Investasi)Untuk Investasi).
Beberapa pola pembiayaan (lending model) usaha kecil menengah tersebut dapat
disimulasikansecara interaktif dan dinamis denganaplikasiSPKUIpada Info UMKM:
http://www.bi.go.id/spkui
(Menu: Kelayakan Usaha > Sistem Penunjang Keputusan Untuk Investasi)
n Simulasi
Simulasi SPKUI SPKUI dilakukan
dilakukan dengansub
dengan mengakses mengakses sub menu
menu yang tersedia yang
secara tersedia
bertahap, yaitusecara
Home bertahap,
Komoditi yaitu
Simulasi Asumsi dengan
SPKUI dilakukan BiayaInv
mengaksesBiaya Ops Sumber Dana
sub menu yang bertahap,ArusKas
tersedia secaraR/L yaitu Kelayakan
35
DAFTAR
PUSTAKA
36
Daftar Pustaka
Antonio, M.S. 2007. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Gema Insani Press. Depok
Merkel, J.A. 1982. Managing Livestock Wastes. The AVI Publishing Company, Inc.
Westport, Connecticut, New York.
37
Lampiran
38
Lampiran
Keterangan :
• Dengan kawin alam selang beranak 12 bulan (hamil 9 bulan, nifas 2 bulan, masa
kering 1 bulan). Sapi majir atau tidak dapat merawat anak (maternality kurang),
segera diganti dengan induk baru.
39
Lampiran
E
E
40
Lampiran
41
Lampiran
42
Lampiran
43
44
Lampiran
Rupiah
Lampiran 8. Arus Kas Usaha Pengembangbiakan Sapi Pedaging
Rupiah
45
Lampiran
46
Lampiran
Rupiah
Lampiran 10. Sensitivitas Kelayakan Jika Harga Penjualan Turun 10%
Rupiah
47
Lampiran
48
Lampiran
Lampiran 11. Sensitivitas Kelayakan Jika Biaya Operasional Naik 5% dan Harga Penjualan Turun 5%
Rupiah
Lampiran
Keterangan :
Suku bunga KUPS, lunas pada semester ke-9.
Mulai mencicil pada semester ke 3, margin murabahan Rp61.440.075 (12% dari
nilai barang).
Lampiran 13. Angsuran per Semester Margin Murabahan Setara Bunga Komersial
Keterangan :
Suku bunga komersial 14%, lunas pada semester ke-10.
Mulai mencicil pada semester ke 3, margin murabahan Rp 215.487.410 (42,1% dari
nilai barang).
49
Halaman ini
sengaja dikosongkan
50
51
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL MENENGAH SYARIAH
USAHA PENGEMBANGBIAKAN SAPI PEDAGING