BANK INDONESIA
Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Grup Pengembangan UMKM
Divisi Pengembangan dan Pengaturan UMKM
Jalan M. H. Thamrin No. 2, Jakarta Pusat
Telp. 021 2981-7991 l Faks. 021 351-8951
Besar harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang
pola pembiayaan komoditas bagi perbankan dan sekaligus memperluas
replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut. n
i
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN
USAHA KECIL MENENGAH
USAHA BUDIDAYA BAWANG MERAH
4 Sumber dana
a. Kredit (60%) Rp 82.471.800
b. Modal Sendiri (40%) Rp 54.981.200
6 Kelayakan Usaha
a. Periode proyek 3 tahun
b. Produk utama Bawang merah
c. Skala proyek 1 hektar dengan produksi 10 ton/ha per siklus
d. Pemasaran produk Lokal/Regional/Nasional
e. Teknologi Sistem intensifikasi sesuai POS Kementerian
Pertanian RI
ii
No Usaha Pembiayaan Uraian
iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
iv
Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
v
Daftar Tabel
Tabel 3.1. Penggolongan Mutu Bawang Merah Berdasarkan SNI 24
Tabel 4.1. Data Proyeksi Kebutuhan Bawang Merah Tahun 2005 – 2025 27
Tabel 4.2. Perkembangan Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Bawang
Merah di Indonesia, Tahun 2009-2012 29
Tabel 4.3. Data Impor dan Ekspor Bawang Merah Tahun 2009-2012 31
Tabel 4.4. Negara Tujuan Ekspor Bawang Merah Indonesia Tahun 2012 32
Tabel 5.1. Asumsi dalam Analisis Keuangan 38
Tabel 5.2. Biaya Investasi Budidaya Bawang Merah per Hektar 40
Tabel 5.3. Biaya Variabel Usaha Budidaya Bawang Merah per Hektar 41
Tabel 5.4. Biaya Tetap Usaha Budidaya Bawang Merah per Hektar 41
Tabel 5.5. Struktur Kebutuhan Dana Usaha Budidaya Bawang Merah
per Hektar 42
Tabel 5.6. Angsuran Kredit Investasi Usaha Budidaya Bawang Merah
per Hektar 42
Tabel 5.7. Angsuran Kredit Modal Kerja Usaha Budidaya Bawang Merah
per Hektar 43
Tabel 5.8. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Budidaya Bawang Merah
per Hektar 44
Tabel 5.9. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Budidaya Bawang Merah
per Tahun 44
Tabel 5.10. Proyeksi Laba-Rugi Budidaya Bawang Merah per Hektar 44
Tabel 5.11. Proyeksi Arus Kas Usaha Budidaya Bawang Merah per Hektar 45
Tabel 5.12. Kriteria Kelayakan Usaha Budidaya Bawang Merah per Hektar 46
Tabel 5.13. Sensitivitas Penurunan Produksi/Penurunan Pendapatan 47
Tabel 5.14. Sensitivitas Peningkatan Biaya Variabel 47
Tabel 5.15. Sensitivitas Kombinasi 48
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Total Produksi dan Konsumsi Bawang Merah di Indonesia 1
Gambar 2.1. Pola Tata Usaha Budidaya Bawang Merah 9
Gambar 3.1. Bibit Bawang Merah 13
Gambar 3.2. Pembuatan Parit (selokan) dan Penggemburan Bedengan 15
Gambar 3.3. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan 16
Gambar 3.4. Jarak Tanam pada Budidaya Bawang Merah 16
Gambar 3.5. Mesin Pompa Diesel dan Air Masuk dalam Saluran Irigasi Lahan
Budidaya 19
Gambar 3.6. Alat Penyiram dan Kegiatan Penyiraman 19
Gambar 3.7. Kegiatan Panen Bawang Merah 22
Gambar 3.8. Penjemuran Bawang Merah 23
vi
Gambar 4.1. Data Impor dan Kebutuhan Bawang Merah 33
Gambar 4.2. Jalur Pemasaran Bawang Merah 35
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan 69
Lampiran 2. Biaya Investasi 70
Lampiran 3. Biaya Operasional 71
Lampiran 4. Sumber Dana 72
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan 73
Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi 74
Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja 75
Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba Usaha 76
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas 77
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas : Biaya Variabel Naik 10% 78
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas : Biaya Variabel Naik 11% 79
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun 15% 80
Lampiran 13. Analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun 16% 81
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Biaya Variabel Naik 6% dan
Pendapatan Turun 6% 82
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Biaya Variabel Naik 7% dan
Pendapatan Turun 7% 83
Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan 84
vii
BAB I
PENDAHULUAN
viii
BAB I – PEndahuluan
Prospek agribisnis bawang merah saat ini cukup baik, ditunjukkan oleh
permintaan konsumen yang tinggi. Permintaan dapat melonjak tajam terutama
menjelang hari raya keagamaan, namun karena tidak diimbangi dengan pasokan
yang cukup, harga komoditas ini juga meningkat. Peluang ini dapat digunakan
petani atau pedagang bawang merah untuk meraup laba yang cukup tinggi.
1
BAB I – PEndahuluan
produksi 807.000 ton, tahun 2008 permintaan meningkat menjadi 934.301 ton
dengan produksi 855.000 ton. Pada tahun 2009, kebutuhan bawang merah di
Indonesia mencapai 936.103 ton dengan produksi 965.164 ton dan meningkat
pada tahun 2010 menjadi 976.284 ton dengan produksi 1.048.228 ton.
Penurunan produksi terjadi pada tahun 2011 yaitu produksi sebesar 893.124
ton. Peningkatan produksi bawang merah diprediksi terjadi pada tahun 2012
menjadi 960.179 ton.
Profil usaha tani bawang merah terutama dicirikan oleh 80% petani yang
merupakan petani kecil dengan luas lahan usaha kurang dari 1 ha. Berbagai
varietas bawang merah yang diusahakan petani diantaranya adalah Kuning
(Rimpeg, Berawa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok Warso, Bima Timor, Bima
Sawo, Bima Brebes, Engkel, Bangkok, Filipina, dan Thailand. Adapun varietas
bawang merah yang lebih disukai petani untuk ditanam pada musim kemarau
adalah varietas Philippines (impor).
2
BAB I – PEndahuluan
Selama ini usaha budidaya bawang merah dibiayai oleh petani sendiri,
masih belum banyak yang memperoleh pembiayaan dari kredit perbankan.
Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan
beserta persyaratan yang ditetapkan dengan pengetahuan yang dimiliki usaha
mikro kecil (UMK) sebagai salah satu dari berbagai penyebab masih belum
optimalnya fungsi intermediasi perbankan pada sektor usaha produktif. Di
satu sisi, pelaku UMK masih mengalami keterbatasan informasi mengenai
pola usaha yang layak dibiayai bank. Ternyata di sisi lain, perbankan juga
masih kekurangan informasi tentang komoditi usaha yang potensial untuk
dibiayai, sehingga aksesibilitas UMK ke perbankan semakin terkendala. Dalam
upaya pengembangan UMK dan peningkatan fungsi intermediasi perbankan,
maka penyediaan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas/
usaha potensial dalam bentuk “model/pola pembiayaan komoditas (lending
model)” akan membantu perbankan dalam meningkatkan pembiayaan kepada
komoditas/usaha potensial tersebut sekaligus sebagai rujukan bagi pelaku
usaha dalam rangka pengembangan usahanya.
3
BAB II
PROFIL USAHA DAN
POLA PEMBIAYAAN
4
BAB II – Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Di Indonesia, daerah sentra produksi bawang merah utama adalah Provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki total lahan terbesar yang diusahakan untuk komoditas
bawang merah. Kabupaten Brebes memasok sekitar 75% kebutuhan bawang
merah di Provinsi Jawa Tengah dan 23% kebutuhan bawang merah nasional.
Dengan produksi sebesar 267.500 ton pada tahun 2012, pertanian bawang
merah menyumbang PDRB Kabupaten Brebes sebesar 58% (BPS Kabupaten
Brebes). Beberapa varietas bawang merah yang dikembangkan di Kabupaten
Brebes adalah varietas Bima Brebes, Kuning, Timor, Sumenep, dan varietas
bawang merah impor seperti dari Filipina dan Bangkok (ditanam pada musim
kemarau). Namun hanya bawang merah varietas Bima dan varietas Kuning yang
dikembangkan di Kelurahan Brebes karena kedua varietas ini lebih adaptif.
5
BAB II – Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Budidaya bawang merah dilakukan oleh petani dengan luasan 1-5 ha dan
termasuk usaha mikro dan kecil (UMK). Diversifikasi usaha budidaya bawang
merah ini terlihat dari jenis/varietas bawang merah, misalnya bawang merah
konsumsi (Varietas Bima Brebes) atau penangkaran bibit/umbi bawang
merah. Walaupun sebagian besar petani sudah tergabung dalam Kelompok
Tani maupun Gapoktan, namun pada prakteknya, agribisnis bawang merah
kebanyakan dilakukan secara individu para petani. Artinya, fungsi kelompok
tani atau gapoktan belum dijalankan secara maksimal.
6
BAB II – Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Skim kredit modal kerja yang diberikan oleh BRI di tingkat unit untuk skim
KUR dengan plafon Rp100 juta, sudah terealisasi lebih dari Rp8,4 miliar di wilayah
Brebes. Untuk pinjaman kredit lebih besar dari Rp100 juta lebih diarahkan kepada
BRI cabang Kabupaten Brebes. Kredit/pembiayaan usaha budidaya bawang
7
BAB II – Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Ketentuan kredit yang ditetapkan BRI untuk bunga flat dan besarannya
tergantung nilai kredit yang diajukan. BRI memberikan grace period selama 3
bulan untuk setiap musim tanam dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun.
Penetapan grace period tersebut berdasarkan pada kondisi usaha budidaya
bawang merah yang dalam satu siklus produksinya memerlukan waktu 4 bulan.
Dengan grace period 3 bulan, debitur dapat mengembalikan pinjaman pada
bulan ke-4 pada saat panen. Mekanisme permohonan kredit di BRI juga relatif
cepat. Dalam jangka waktu 1 minggu setelah pengajuan permohonan, dana
sudah dapat dibayarkan ke debitur. Persyaratan keikutsertaan dana debitur
sendiri sebesar 30-50%, namun bukan persyaratan utama. Syarat utama dari
bank-bank komersial untuk memberikan kredit umumnya lebih kepada karakter
calon debitur.
8
BAB II – Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Produk Olahan
Pasar
Lembaga
Pembiayaan
Industri
Pelunasan Kredit
Gapoktan
Kredit modal kerja Penyedia
Kredit Investasi Saprodi
Kelompok Tani
l Penyuluh
Lapang
l Pendampingan
Petani Petani l Dll
9
BAB III
ASPEK TEKNIS
PRODUKSI
10
BAB III – Aspek teknis produksi
Jenis tanah yang cocok untuk budidaya bawang merah adalah jenis tanah
alluvial dan regosol dengan tipe iklim (klasifikasi Oldeman dan Irsal) C3 = 5 - 6
bulan basah dan 4 - 6 bulan kering; atau D3 = 3 - 4 bulan basah dan 4 - 6 bulan
kering; atau E3 = 3 bulan basah dan 4–6 bulan kering.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah
antara 1.300-2.500 mm/tahun. Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah
menghendaki kelembaban udara nisbi antara 80-90%. Intensitas sinar matahari
penuh lebih dari 10 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini tidak memerlukan naung-
an/pohon peneduh.
Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Bawang
merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, dan banyak mengandung
bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung
berdebu, derajat kemasaman tanah (pH) untuk bawang merah antara 5,5 -
6,5. Tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah harus berjalan baik,
tidak boleh ada genangan. Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi
tanaman sehingga laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi.
Angin merupakan faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman bawang merah. Dengan sistem perakaran yang sangat dangkal, angin
kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan
kerusakan tanaman.
11
BAB III – Aspek teknis produksi
tanaman bawang merah adalah alluvial kelabu. Sebelah utara Kabupaten Brebes
dibatasi oleh Laut Jawa, sebelah timur dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal,
sebelah selatan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap, dan
sebelah barat dengan Provinsi Jawa Barat.
12
BAB III – Aspek teknis produksi
Bahan baku utama dalam proses produksi bawang merah adalah bibit bermutu
dari varietas unggul. Ada beberapa varietas atau kultivar yang berasal dari daerah-
daerah tertentu, seperti Sumenep, Bima, Lampung, Maja, dan sebagainya, dimana
satu sama lain memiliki perbedaan yang jelas. Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang (BALITSA) telah melepas beberapa varietas bawang merah, yaitu
Kuning, Kramat 1, dan Kramat 2. Kualitas umbi bawang merah tersebut ditentukan
oleh beberapa faktor, seperti warna, kepadatan, rasa, aroma, dan bentuk. Bawang
merah yang berwarna merah memiliki umbi padat, rasa pedas, aroma wangi jika
digoreng, dan bentuk lonjong, lebih menarik dan disukai oleh konsumen.
Tenaga kerja usaha tani bawang merah berasal dari keluarga tani (suami dan
isteri) dan tenaga upah/harian (pria/wanita). Upah harian pria lebih mahal
13
BAB III – Aspek teknis produksi
3.5. Teknologi
14
BAB III – Aspek teknis produksi
Upaya produksi sesuai dengan norma budidaya yang baik dan benar perlu
dilakukan untuk menghasilkan bawang merah yang berkualitas dengan
produktivitas yang optimal. Oleh karena itu, pelaksanaan Prosedur Operasional
Standar (POS) budidaya bawang merah seperti yang diterbitkan oleh
Kementerian Pertanian harus konsisten dan terdokumentasi dengan baik
oleh setiap pelaku usaha. Pelaksanaan POS yang baik dapat menghasilkan
produktivitas sebesar 15-20 ton/ha (tergantung varietas bawang merah). Agar
dapat melaksanakan POS tersebut, diperlukan proses produksi yang sesuai
tahapan seperti di bawah ini.
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2-4 minggu sebelum tanam.
Tujuannya untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase dan aerasi tanah,
meratakan permukaan tanah, dan membasmi sisa-sisa gulma. Pengolahan tanah
diawali dengan pembuatan parit sebagai jarak antar bedengan dengan lebar
40-50 cm (Gambar 3.2.), kemudian tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya
dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan ukuran yang dikehendaki
serta arah bedengan yang benar. Ukuran lebar bedengan 100-200 cm dengan
ketinggian 30-50 cm, dan panjangnya sesuai kebutuhan (Gambar 3.3.).
15
BAB III – Aspek teknis produksi
16
BAB III – Aspek teknis produksi
Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60-80 hari, telah diseleksi
di lapangan dan di tempat penyimpanan. Umbi yang akan digunakan untuk
bibit harus berasal dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaitu sekitar
70-80 hari setelah tanam. Umbi untuk bibit sebaiknya berukuran sedang (5-10
g). penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput),
dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila
telah disimpan selama 2-4 bulan sejak panen dan tunasnya sudah sampai ke
ujung umbi.
Faktor yang cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah
ukuran umbi. Berdasarkan ukuran umbi, umbi bibit digolongkan menjadi tiga
kelas, yaitu:
l Umbi bibit besar (ø = > 1,8 cm atau > 10 g)
l Umbi bibit sedang (ø = 1,5-1,8 cm atau 5-10 g)
l Umbi bibit kecil (ø = < 1,5 cm atau < 5 g)
17
BAB III – Aspek teknis produksi
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan. Dengan alat penugal, lubang
tanam dibuat sedalam rata-rata setinggi umbi. Cara penanamannya, yaitu:
kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya.
Sebagai catatan, untuk umbi bawang merah yang telah disimpan lebih dari 40
hari, pada saat penanaman tidak perlu dilakukan pemotongan ujung umbi. Hal
ini disebabkan umbi tersebut sudah cukup masa dorman, tingkat pertumbuhan
cukup baik dan tingkat kematian umbi juga rendah. Sedangkan untuk umbi
yang disimpan kurang dari 40 hari, perlu dilakukan pemotongan ujung umbi
untuk mempercepat keluarnya tunas dengan memotong ujung bibit hingga
1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri di atas bedengan sampai permukaan irisan
tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang
seperti pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan
dosis 4-5 ton/ha khususnya pada lahan kering. Pemberian pupuk kandang
dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Pupuk lainnya yaitu pupuk
buatan dengan dosis pupuk Urea 200 kg/ha, ZA 300 kg/ha, SP-36 250 kg/ha,
KCl 200 kg/ha, dan TSP 250 kg/ha. Pemupukan dilakukan 3 kali dalam 1 musim
tanam. Pemupukan pertama dilakukan seminggu setelah tanam, yaitu Urea
100 kg/ha, ZA 150 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha.
Pemupukan kedua dilakukan 3 minggu setelah tanam yaitu Urea 50 kg/ha, ZA
75 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, TSP 75 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha. Pemupukan terakhir
dilakukan pada saat bawang merah berumur 6 minggu setelah tanam yaitu
Urea 50 kg/ha, ZA 75 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, TSP 75 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha.
Kegiatan pemupukan dilakukan oleh 10 orang dengan waktu 2 hari (20 HOK).
Jadi, dalam satu musim tanam bawang merah untuk kegiatan pemupukan
membutuhkan 60 HOK wanita.
18
BAB III – Aspek teknis produksi
Gambar 3.5. Mesin Pompa Diesel dan Air Masuk dalam Saluran Irigasi Lahan Budidaya
19
BAB III – Aspek teknis produksi
Hama yang biasa menyerang tanaman bawang merah adalah ulat tanah,
ulat daun, ulat grayak, kutu daun, dan nematoda akar. Pengendalian hama
dilakukan dengan cara sanitasi dan pembuangan gulma, pengumpulan dan
memusnahkan larva, pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian
ulat, penggunaan insektisida, serta rotasi tanaman.
Hama utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai adalah
ulat daun bawang (Spodoptera exigua). Pengendalian S. exigua dapat dilakukan
sebagai berikut:
2. Penggunaan se-NPV.
Se-NPV dapat diminta dari Balitsa Lembang atau IPB untuk selanjutnya
diperbanyak melalui ulat S. exigua yang terinfeksi. Ulat yang terinfeksi
diambil, digerus lalu disaring dan disemprotkan ke tanaman bawang merah.
Dengan se-NPV ini dapat mematikan ulat 4 hari setelah aplikasi.
1. Sanitasi, yaitu segera mencabut tanaman yang sudah terserang parah atau
mati dan memetik daun-daun yang kering, dikumpulkan lalu dikeluarkan
dari kebun dan dibakar. Cara ini merupakan upaya untuk mengurangi
sumber infeksi.
20
BAB III – Aspek teknis produksi
percikan air hujan tidak lama menempel, karena dapat menjadi sumber
infeksi (mengandung inokulum patogen).
21
BAB III – Aspek teknis produksi
3.6.7. Panen
Panen bawang merah dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 - 70
HST. Tanaman bawang merah mulai dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60%
leher batang lunak, tanaman rebah, dan daun mulai menguning (Gambar 3.7.).
Caranya dengan mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak
ada umbi yang tertinggal atau lecet. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada
keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit
busuk umbi di gudang penyimpanan. Untuk 1 ha pertanaman bawang merah
yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10 - 20 ton.
22
BAB III – Aspek teknis produksi
Bawang merah yang telah dipanen, langsung dijemur atau langsung dijual.
Setelah bawang merah cukup kering, dapat langsung dibawa ke gudang
penyimpanan untuk dijadikan benih atau dapat dijual. Gudang penyimpanan
23
BAB III – Aspek teknis produksi
berfungsi untuk melindungi bawang merah dari kerusakan akibat faktor luar.
Gudang harus memenuhi persyaratan seperti ventilasi udara dan penyebaran
cahaya yang baik, serta kebersihan gudang tetap terjaga, yaitu bersih dari sisa-
sisa kotoran umbi yang busuk, saat penyimpanan sebaiknya tidak dicampur
dengan komoditas lain.
Standar mutu bawang merah yang telah ada, berdasarkan survei di daerah
penghasil bawang merah, yaitu di Jawa Tengah dan Jawa Timur, studi pustaka
serta wawancara dengan Dinas Pertanian setempat dan Lembaga Penelitian
Hortikultura. Saat ini, bawang merah digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu
Mutu I dan Mutu II.
Tabel
Tabel 3.1.3.1. Penggolongan
Penggolongan Mutu
Mutu Bawang
Bawang Merah
Merah Berdasarkan
Berdasarkan SNI SNI 01-3159-1992
01-3159-1992
Syarat
Karakteristik
Mutu I Mutu II
Kesamaan sifat varietas Seragam Seragam
Ketuaan Tua Cukup tua
Kekerasan Keras Cukup keras kompak
Diameter (cm) min. 1,7 1,3
Kerusakan, % (bobot/-bobot) maks. 5 8
Busuk, % (bobot/-bobot) maks. 1 2
Kotoran, % (bobot/-bobot) maks. Tidak ada Tidak ada
Sumber: BSN
Keterangan :
Kesamaan sifat varietas : kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila bawang merah
24
BAB III – Aspek teknis produksi
Secara umum, kendala teknis sekaligus sebagai faktor kritis yang dihadapi dalam
budidaya bawang merah di Indonesia, secara berturut-turut adalah sebagai berikut:
(1) Bibit, yaitu harga bibit yang lebih mahal dibandingkan harga jual ketika
musim panen. Misalnya harga bibit mencapai Rp25 000/kg sedangkan ketika
panen, harga jualnya hanya Rp10.000/kg. Selain itu, kualitas bibit yang dibeli
terkadang buruk karena tidak diketahui dengan pasti berapa lama waktu
jemurnya, karena dapat terjadi petani tidak mengatakan waktu jemur yang
sebenarnya (seharusnya 2 bulan, ternyata baru 40 hari).
(2) Air, tanaman bawang merah perlu disiram setiap hari sehingga
membutuhkan banyak air.
25
BAB IV
ASPEK PASAR DAN
PEMASARAN
26
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1.1. Permintaan
Bawang merah merupakan bahan utama bumbu masakan Indonesia. Selain
sebagai bumbu dasar masakan, bawang merah dapat digunakan sebagai
obat herbal karena kandungan gizi yang cukup lengkap. Bawang merah
mengandung flavo glikosida yang dapat menyembuhkan radang, sedangkan
kandungan saponinnya dapat mengencerkan dahak. Menurut penelitian,
bawang merah juga dapat mencegah kanker karena kandungan sulfurnya.
Dalam 100 gram bawang merah terkandung karbohidrat (9,34 gr), gula (4,24
gr), serat (1,7 gr), lemak jenuh (0,042 gr), protein (1,1 gr), air (89,11 gr), thiamine
(0,046 mg), riboflavin (0,027 mg), niacin (0,116 mg), vitamin B6 (0,12 mg), folat
(19 mg), vitamin C (7,4 mg), vitamin E (0,02 mg), vitamin K (0,4 mg), kalsium (23
mg), besi (0,21 mg), magnesium (0,129 mg), fosfor (29 mg), kalium (146 mg),
sodium (4 mg), dan seng (0,17 mg).
27
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1.2. Penawaran
Sampai saat ini, ekspor bawang merah relatif sedikit mengingat kebutuhan
dalam negeri yang begitu tinggi. Prospek untuk peningkatan ekspor sebenarnya
cukup tinggi, terutama jika dikaitkan dengan fakta-fakta sebagai berikut: (a) di
pasar Taiwan, walaupun ada persaingan dari Thailand, Filipina, dan Vietnam,
bawang merah dari Indonesia mampu menguasai 86% dari kebutuhan pasar,
(b) permintaan bawang merah di Hongkong diperkirakan sebesar 200 ribu
ton per tahun dan dipasok oleh Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, Malaysia,
dan Singapura, tidak termasuk Indonesia, dan (c) ekspor ke negara-negara
pelanggan seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan masih terbuka untuk
ditingkatkan, jika produksi bawang merah dapat ditingkatkan (Kementan, 2013).
Berdasarkan data pada Tabel 4.2. di atas, bawang merah dihasilkan di 24 dari 33
provinsi di Indonesia. Provinsi penghasil utama bawang merah dengan luas areal
panen di atas 1.000 ha per tahun adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan Sulawesi Selatan. Sembilan provinsi ini menyumbang 96,5% (Jawa
= 79%) dari produksi total bawang merah di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah
khususnya Kabupaten Brebes merupakan penyumbang terbesar produksi
bawang merah di Indonesia (sekitar 33% dari total produksi). Rata-rata produksi
di Kabupaten Brebes sebesar 204.347 ton/bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara nasional persaingan usaha budidaya dari aspek bisnis sangat besar,
dimana setiap sentra produksi memiliki tingkat produktivitas rata-rata 9 ton/ha.
28
Tabel 4.2. Perkembangan Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia, Tahun 2009-2012
Tabel 4.2. Perkembangan Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia, Tahun 2009-2012
*)
2009 2010 2011 2012
Luas Produk- Luas Produk- Luas Produk- Luas Produk-
Provinsi Prod Prod Prod Prod
Panen tivitas Panen tivitas Panen tivitas Panen tivitas
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
(Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha)
1. Aceh 604 2.868 4,75 666 3.615 5,43 788 2.600 3,30 808 43.846 5,43
2. Sumatera Utara 1.379 12.655 9,18 1.360 9.413 6,92 1.384 12.449 8,99 1.581 141.559 8,95
3. Sumatera Barat 2.416 21.985 9,10 2.699 25.058 9,28 3.340 32.442 9,71 3.670 358.376 9,76
4. R i a u - - - - - - - - - 1 60 6,00
5. J a m b i 224 1.813 8,09 174 1.492 8,57 803 7.994 9,96 769 68.502 8,91
6.Sumatera Selatan 7 17 2,43 31 74 2,39 8 37 4,63 5 176 3,52
7.Bengkulu 158 938 5,94 109 602 5,52 82 506 6,17 116 6.959 5,99
8.Lampung 62 300 4,84 69 369 5,35 55 705 12,82 39 3.150 8,08
9.Bangka Belitung - - - - - - - - - 6 210 3,50
10.Kep. Riau - - - - - - 1 1 1,00 - - -
11.DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
12.Jawa Barat 10.837 123.587 11,40 12.168 116.396 9,57 10.009 101.273 10,12 11.438 1.158.964 10,13
13.Jawa Tengah 38.280 406.725 10,63 45.538 506.357 11,12 35.711 372.256 10,42 35.828 3.818.131 10,65
14.DI Yogyakarta 1.628 19.763 12,14 2.027 19.950 9,84 1.271 14.407 11,34 1.180 118.550 10,05
15.Jawa Timur 26.358 181.490 6,89 26.507 203.739 7,69 20.940 198.388 9,47 22.200 2.211.685 9,96
16.Banten 85 668 7,86 69 351 5,09 102 421 4,13 157 11.263 7,17
17.B a l i 1.043 11.554 11,08 1.013 10.981 10,84 817 9.319 11,41 766 86.658 11,31
18.Nusa Tenggara Barat 13.105 133.945 10,22 10.159 104.324 10,27 9.988 78.300 7,84 12.333 1.009.887 8,18
19.Nusa Tenggara Timur 2.268 16.602 7,32 923 3.879 4,20 917 2.436 2,66 725 20.609 2,84
20. Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - -
21. Kalimantan Tengah - - - - - - - - - 3 6 2,00
22. Kalimantan Selatan 5 17 3,40 - - - 1 7 7,00 - - -
23. Kalimantan Timur 29 122 4,21 11 35 3,18 5 15 3,00 11 753 6,85
29
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
30
*)
2009 2010 2011 2012
Luas Produk- Luas Produk- Luas Produk- Luas Produk-
Provinsi Prod Prod Prod Prod
Panen tivitas Panen tivitas Panen tivitas Panen tivitas
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
(Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha)
24.Sulawesi Utara 762 6.918 9,08 720 5.963 8,28 654 5.005 7,65 699 48.566 6,95
25.Sulawesi Tengah 1.051 6.490 6,18 1.280 10.301 8,05 1.381 10.824 7,84 1.716 57.263 3,34
26.Sulawesi Selatan 2.629 13.246 5,04 3.180 23.276 7,32 4.633 41.710 9,00 4.518 412.380 9,13
27.Sulawesi Tenggara 180 657 3,65 213 646 3,03 98 121 1,23 76 1.999 2,63
28.Gorontalo 134 405 3,02 119 240 2,02 69 172 2,49 73 1.638 2,24
29.Sulawesi Barat 350 881 2,52 131 348 2,66 133 280 2,11 86 3.833 4,46
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
30.Maluku 73 167 2,29 170 398 2,34 135 484 3,59 167 3.831 2,29
31.Maluku Utara 82 237 2,89 93 151 1,62 122 185 1,52 129 1.437 1,11
32.Papua Barat 66 327 4,95 77 477 6,19 77 107 1,39 62 1.886 3,04
33.Papua 194 787 4,06 128 499 3,90 143 680 4,76 153 8.542 5,58
Indonesia 104.009 965.164 9,28 109.634 1.048.934 9,57 93.667 893.124 9,54 99.315 9.600.719 9,67
Sumber: Basis Data Kementerian Pertanian RI
Ket. *) Angka Sementara
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
“kumbang” yang merupakan angin lokal dipercaya oleh petani bawang merah
di Kabupaten Brebes dapat meningkatkan produksi bawang merah. Periode
panen di empat provinsi penghasil utama bawang merah (Jatim, Jateng, Jabar,
dan Sulsel) menunjukkan bahwa bulan panen cukup bervariasi. Tidak saja antar
provinsi, tetapi juga dari tahun ke tahun.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2011-2013), seperti terlihat pada
Tabel 4.3, terdapat indikasi kuat bahwa daya saing bawang merah nasional terus
menurun dibandingkan bawang merah impor. Kondisi ini diperparah dengan
semakin tingginya selisih harga satuan bawang merah ekspor dan impor terkait
dengan penurunan nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Jika kondisi perbedaan
harga ini semakin tajam, maka diperkirakan pada tahun-tahun mendatangpun
impor bawang merah akan terus menekan produksi dan harga bawang merah
nasional. Pada akhirnya, hal ini dapat menurunkan motivasi petani untuk
menanam bawang merah dan produksi nasional bawang merah sehingga akan
meningkatkan ketergantungan terhadap bawang impor.
Bawang merah yang banyak diekspor oleh Indonesia adalah bawang merah
konsumsi. Pada tahun 2012, total Ekspor bawang merah baik konsumsi atau
Tabel
Tabel 4.3.
4.3. DataImpor
Data Impordan
danEkspor
Ekspor Bawang
Bawang Merah
Merah2009-2013
2009-2013(ton)
(ton)
2011 2012 2013*)
Bulan Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor
1 20.000 2.500 6.500 0 3.000 0
2 25.000 500 28.000 0 3.500 0
3 43.000 1.000 25.000 0 6.000 0
4 20.000 0 12.500 0 15.000 0
5 18.000 900 12.000 0 22.500 0
6 16.000 0 5.000 900 15.000 0
7 5.000 700 2.500 27.000 - -
8 3.000 5.000 300 17.000
9 2.500 26.000 2.500 27.000
10 3.500 35.000 1.500 32.000
11 2.500 7.500 100 5.000
12 3.000 900 2.000 1.000
Ket. *) Data sampai dengan Juni 2013
Sumber: Kementan RI (2013)
31
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
benih dari Indonesia yang terbesar adalah ke Thailand sebesar 11.160,53 ton
atau mencapai 60,24% dari total nilai ekspor bawang merah Indonesia. Negara
kedua terbesar adalah Vietnam sebesar 4.667,80 ton atau 21,52% dari total
nilai ekspor bawang merah Indonesia. Negara selanjutnya adalah ke Malaysia
(8,28%) dan Singapura (6,97%) dengan nilai ekspor masing-masing sebesar
US$729 ribu dan US$614 ribu. Selanjutnya, ekspor bawang merah Indonesia
ditujukan ke Taiwan dengan total ekspor mencapai 2,34% atau sebesar US$206
ribu (Gambar 5.6). Negara tujuan ekspor lainnya untuk bawang merah dari
Indonesia memiliki total ekspor dibawah 1% saja. Ekspor bawang merah tahun
2012 menurut negara tujuan secara rinci disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4.Tujuan
Tabel 4.4. Negara Negara Ekspor
Tujuan Ekspor
BawangBawang Merah
Merah Tahun 2012
Indonesia Tahun 2012
Ekspor 2013 % thd Total Ekspor
Negara Tujuan
Volume Nilai (000
Ekspor Volume Nilai
(Ton) US$)
Thailand 11.160,53 5.308,63 58,48 60,24
Vietnam 4.667,80 1.896,30 24,46 21,52
Malaysia 1.407,83 729,20 7,38 8,28
Singapura 974,60 614,56 5,11 6,97
Taiwan 708,04 206,51 3,71 2,34
Cina 58,00 14,21 0,30 0,16
Timor Leste 48,00 7,94 0,25 0,09
Filipina 47,41 6,43 0,25 0,07
Benin 9,55 23,88 0,05 0,27
Australia 2,40 3,6 0,01 0,04
Hongkong 0,28 0,51 0 0,01
Papua New
0,25 0,12 0 0
Guenea
Arab Saudi 0,09 0,14 0 0
Total Ekspor 19.084,78 8.812,03 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin 2013
4.2.1. Harga
Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir (2012 sampai Agustus 2013), usaha
budidaya bawang merah mengalami gejolak pasar yang cukup kuat. Pada bulan
Agustus 2013, harga bawang merah di tingkat petani Brebes Rp 35.000 - Rp
38.000, di tingkat pedagang Rp 40.000 - Rp 45.000 dan di tingkat konsumen
Rp 50.000,00 - Rp 55.000 per kg. Pada bulan Agustus -September 2013, terjadi
panen di beberapa sentra bawang merah di Brebes sehingga stok bawang
relatif tersedia. Namun, total hasil produksi di Brebes tahun 2013 diperkirakan
jauh lebih sedikit dibandingkan hasil panen tahun-tahun sebelumnya pada
32
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
periode yang sama. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah luasan panen
akibat sedikitnya jumlah petani yang mampu menanam bawang merah akibat
tidak tersedianya bibit bawang merah.
33
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Target akhir dari jalur perdagangan bawang merah adalah konsumen rumah
tangga. Sebagian besar konsumen membeli bawang merah di pasar-pasar
tradisional atau pedagang keliling. Ada juga konsumen yang membeli di pasar
modern atau supermarket. Beberapa konsumen membeli langsung ke pasar
induk atau pada saat ada pasar lelang bawang merah apabila membutuhkan
bawang merah dalam jumlah besar. Untuk pembelian di tingkat pasar induk,
harga bawang merah cenderung lebih murah dibandingkan pasar tradisional,
namun pembelian harus dalam jumlah yang besar.
34
BAB IV – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
PETANI
PEDAGANG
PENGUMPUL
DESA
INDUSTRI
OLAHAN
BAWANG
MERAH
PEDAGANG
PENGUMPUL
KECAMATAN
PEDAGANG
KECIL/PASAR
LOKAL
SUPERMARKET
PEDAGANG
KELILING/PASAR
TRADISIONAL
KONSUMEN
RUMAH
TANGGA
35
BAB V
ASPEK KEUANGAN
36
BAB V – ASPEK Keuangan
Pola usaha budidaya bawang merah bervariasi dari hulu hingga hilir,
antara lain budidaya bawang merah konsumsi, budidaya bawang merah,
penangkar benih, hingga usaha lepas panen seperti pengolahan berbasis
bawang merah. Pola usaha bawang merah dapat dikelompokkan menjadi 2
kategori, yaitu pola usaha on-farm dan off-farm. Usaha yang termasuk dalam
kategori on-farm yaitu budidaya bawang merah untuk konsumsi rumah
tangga, budidaya bawang merah untuk bahan baku industri pangan olahan,
dan usaha budidaya benih bawang merah yang menghasilkan bawang merah
bersertifikasi. Hasil benih/bibit digunakan sebagai bahan tanam budidaya
bawang merah konsumsi dan industri. Sementara itu, pola usaha bawang
merah off-farm antara lain perdagangan bawang merah konsumsi dan industri,
pengepul hasil panen dari petani/kelompok tani, dan usaha penjualan sarana
produksi (saprodi) usaha budidaya bawang merah.
37
BAB V – ASPEK Keuangan
TabelTabel
5.1.5.1. Asumsidalam
Asumsi dalam Analisis
AnalisisKeuangan
Keuangan
No. Asumsi Satuan Nilai
1 Periode produksi bulan 12
2 Periode proyeksi tahun 3
3 Musim tanam kali/tahun 3
4 Lama per musim tanam bulan 4
5 Luas lahan ha 1
6 Produktivitas kg/ha 10.000
7 Harga tetap
a Bibit bawang merah Rp/kg 25.000
b Jual bawang merah Rp/kg 15.000
c Jual bawang merah (off-grade) Rp/kg 12.000
d Kenaikan harga jual bawang merah Persen/th 0%
8 Off Grade Persen 2,5%
9 Suku bunga per tahun (flat) Persen 18%
10 Jangka waktu kredit
a Kredit investasi bulan 12
b. Kredit modal kerja bulan 12
11 Proporsi modal kerja
a Modal sendiri Persen 40%
b Kredit Persen 60%
12 Proporsi modal usaha
a Modal sendiri Persen 40%
b Kredit Persen 60%
13 Discount Factor Persen 18%
14 Pembayaran pinjaman setiap bulan 4
38
BAB V – ASPEK Keuangan
tahun. Tiap musim tanam harus diusahakan penanaman pada lahan baru yang
bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili untuk memutus siklus hama dan
penyakit. Lahan yang digunakan merupakan lahan sewa yang masuk dalam biaya
tetap. Suku bunga yang berlaku diasumsikan 18% per tahun dengan proporsi
modal adalah sebesar 40% berasal dari petani/kelompok tani dan 60% berasal
dari kredit bank. Berdasarkan informasi dari lembaga keuangan/perbankan di
sekitar wilayah sentra produksi bawang merah, pinjaman atau kredit sebagian
besar digunakan untuk modal kerja dengan jangka waktu kredit diasumsikan
1 tahun. Selain sebagai modal kerja, beberapa debitur mempergunakan
kredit yang didapat sebagai biaya investasi dengan pembayaran bunga setiap
bulan dan pokok pinjaman saat panen. Satu siklus budidaya bawang merah
membutuhkan waktu selama 4 bulan, dan jangka waktu tersebut digunakan
untuk acuan pembayaran kredit oleh petani/kelompok tani.
Budidaya bawang merah membutuhkan biaya investasi pada tahap awal usaha
berupa biaya pengadaan peralatan dan mesin budidaya. Besarnya biaya investasi
ini dipengaruhi oleh skala usaha (luas lahan budidaya bawang merah). Semakin
luas lahan budidayanya, maka semakin besar biaya investasinya. Namun dalam
penyusunan biaya investasi ini, asumsi lahan yang digunakan adalah 1 ha
dengan 3 musim tanam. Biaya investasi budidaya bawang merah adalah sebesar
Rp26.323.000 seperti tertera dalam Tabel 5.2.
39
BAB V – ASPEK Keuangan
B Peralatan produksi
1 Parang 10 unit 50.000 500.000
2 Cangkul 10 unit 95.000 950.000
3 Selang air 21 m2 25.000 525.000
4 Sumur bor 8 m 50.000 400.000
5 Keranjang bambu pikulan 120 unit 30.000 360.000
6 Kored 40 unit 15.000 600.000
7 Ember 10 unit 5.000 50.000
8 Hand sprayer 5 unit 550.000 2.750.000
9 Terpal (saung) 12 m2 16.000 192.000
Jumlah Biaya Investasi 26.323.000
merah terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap yang tergantung pada skala usaha
atau luas lahan yang dikelola. Total biaya variabel dalam usaha budidaya bawang
merah sebesar Rp104.380.000 per musim tanam atau sebesar Rp313.140.000
per tahun dengan pembagian komposisi biaya antara lain untuk bibit 47,90%,
pupuk 4,01%, bahan penunjang 7,38%, pestisida 4,83%, dan upah tenaga kerja
35,88%. Untuk komponen biaya tetap sebesar Rp6.750.000 per musim tanam
dengan komponen terbesar biaya sewa lahan sebesar 74,07%, perbaikan alat
22,22% dan sisanya untuk kegiatan administrasi, sumbangan dan komunikasi.
Total biaya tetap dalam setahun sebesar Rp20.250.000,-.
Total biaya yang diperlukan dalam usaha budidaya bawang merah per hektar
per musim tanam adalah sebesar Rp137.453.000,-. Dari total biaya tersebut,
sesuai dengan asumsi awal yang ditetapkan, 40% dari biaya tersebut
diperoleh dari modal sendiri dan 60% sisanya diperoleh dari kredit lembaga
keuangan/perbankan dengan suku bunga 18% per tahun seperti ditunjukkan
pada Tabel 5.5.
40
BAB V – ASPEK Keuangan
Tabel5.3.
Tabel 5.3.Biaya
BiayaVariabel
Variabel Usaha
Usaha Budidaya
Budidaya Bawang
BawangMerah
Merahper
perHektar
Hektar
Tabel5.4.
Tabel 5.4.Biaya
BiayaTetap
TetapUsaha
UsahaBudidaya
BudidayaBawang
BawangMerah
Merahper
per Hektar
Hektar
Harga Biaya Per Total Biaya
No. Komponen Biaya Jumlah satuan Musim per Tahun
(Rp) Tanam(Rp) (Rp)
1 Sewa lahan 1 musim 5.000.000 5.000.000 15.000.000
2 Perbaikan peralatan 1 musim 1.500.000 1.500.000 4.500.000
3 Administrasi 1 musim 250.000 250.000 750.000
Jumlah Biaya Tetap 6.750.000 20.250.000
tahun dengan pembayaran angsuran setiap akhir masa tanam atau paska panen.
Usaha budidaya bawang merah per hektar memerlukan biaya modal
kerja sebesar Rp111.130.000 per musim tanam. Proporsi pinjaman (kredit)
adalah 60% atau sebesar Rp 66.678.000 dan 40% modal sendiri, atau sebesar
Rp44.452.000,-. Bunga kredit yang ditetapkan adalah 18% per tahun atau 6%
41
BAB V – ASPEK Keuangan
per musim tanam dibayarkan angsuran pokok dan bunganya pada saat panen.
Dalam pelaksanaan usaha budidaya bawang merah, petani akan mengambil
kredit modal kerja sebanyak 2 kali, yaitu pada awal musim tanam ke-1 dan
awal musim tanam ke-4. Jangka waktu untuk masing-masing pinjaman adalah
1 tahun dengan angsuran masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali yang
dibayarkan setiap panen (bayar panen). Estimasi pengembalian kredit modal
Tabel
Tabel 5.6.
5.6. AngsuranKredit
Angsuran KreditInvestasi
Investasi Usaha
Usaha Budidaya
BudidayaBawang
BawangMerah
Merahperper
Hektar
Hektar
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun 0 15.793.800 15.793.800 15.793.800
MT ke-1
Bulan ke-1 0 0 0
Bulan ke-2 0 0 0
Bulan ke-3 0 0 0
Bulan ke-4 5.264.600 947.628 6.212.228 15.793.800 10.529.200
MT ke-2
Bulan ke-5 0 0 0
Bulan ke-6 0 0 0
Bulan ke-7 0 0 0
Bulan ke-8 5.264.600 947.628 6.212.228 10.529.200 5.264.600
MT ke-3
Bulan ke-9 0 0 0
Bulan ke-10 0 0 0
Bulan ke-11 0 0 0
Bulan ke-12 5.264.600 947.628 6.212.228 0
Tahun 1 15.793.800 2.842.884 18.636.684
42
BAB V – ASPEK Keuangan
Tabel 5.7. Angsuran Kredit Modal Kerja Usaha Budidaya Bawang Merah per Hektar
Tabel 5.7. Angsuran Kredit Modal Kerja Usaha Budidaya Bawang Merah per Hektar
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun 0 66.678.000 66.678.000 66.678.000
MT ke-1
Bulan ke-1 0 0 0
Bulan ke-2 0 0 0
Bulan ke-3 0 0 0
Bulan ke-4 22.226.000 4.000.680 26.226.680 66.678.000 44.452.000
MT ke-2
Bulan ke-5 0 0 0
Bulan ke-6 0 0 0
Bulan ke-7 0 0 0
Bulan ke-8 22.226.000 4.000.680 26.226.680 44.452.000 22.226.000
MT ke-3
Bulan ke-9 0 0 0
Bulan ke-10 0 0 0
Bulan ke-11 0 0 0
Bulan ke-12 22.226.000 4.000.680 26.226.680 0
Tahun 1 66.678.000 12.002.040 78.680.040
investasi dan kredit modal kerja ditampilkan pada Tabel 5.6 dan 5.7.
5.5. Produksi dan pendapatan
43
BAB V – ASPEK Keuangan
Tabel
Tabel 5.8.5.8. Proyeksi
Proyeksi Produksidan
Produksi danPendapatan
Pendapatan Budidaya
BudidayaBawang
BawangMerah perper
Merah Hektar
Hektar
Penjualan per Penjualan
Produksi Bawang Harga Jual
No. Jumlah Musim Tanam per Tahun
Merah (Rp)
(Rp) (Rp)
1 Grade super 9.750 kg 15.000 146.250.000 438.750.000
2 Off-grade 250 kg 12.000 3.000.000 9.000.000
Jumlah Pendapatan 149.250.000 447.750.000
TabelProyeksi
Tabel 5.9. 5.9. Proyeksi Produksi
Produksi dandanPendapatan
Pendapatan Budidaya
BudidayaBawang MerahMerah
Bawang per Tahun
Per Tahun
Produk 1 2 3
Produk : Bawang Merah
- Jumlah Produksi (kg)
a. Bawang merah on grade 29.250 29.250 29.250
b. Bawang merah off grade 750 750 750
- Harga (Rp/kg)
a. Bawang merah on grade 15.000 15.000 15.000
b. Bawang merah off grade 12.000 12.000 12.000
- Nilai Penjualan (Rp)
a. Bawang merah on grade 438.750.000 438.750.000 438.750.000
b. Bawang merah off grade 9.000.000 9.000.000 9.000.000
TOTAL 447.750.000 447.750.000 447.750.000
mencapai Rp 447.750.000.
5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Tabel
Tabel 5.10.
5.10. ProyeksiLaba-Rugi
Proyeksi Laba-Rugi Budidaya
BudidayaBawang
BawangMerah
Merahperper
Hektar
Hektar
Tahun
No Uraian Rata-rata (Rp)
1 2 3
A Total Penerimaan 447.750.000 447.750.000 447.750.000 447.750.000
B Pengeluaran
i. Biaya Variabel 313.140.000 313.140.000 313.140.000 313.140.000
ii. Biaya Tetap 20.250.000 20.250.000 20.250.000 20.250.000
iii. Depresiasi 4.194.800 4.194.800 4.194.800 4.194.800
iv. Angsuran Bunga 14.844.924 12.002.040 13.423.482
Total Pengeluaran 352.429.724 349.586.840 337.584.800 346.533.788
44
BAB V – ASPEK Keuangan
sebelumnya yaitu adanya kepastian pasar, harga yang konstan, dan produk
habis terjual maka pada tahun berikutnya hasil penjualan sama dengan tahun
sebelumnya. Net profit margin usaha budidaya bawang merah mencapai 18,10%
dengan asumsi selama masa proyeksi tidak terjadi perubahan produktivitas
maupun tingkat harga jual. Selain Net Profit Margin, pencapaian titik impas (BEP)
usaha budidaya bawang merah pada tahun pertama sebesar Rp130.688.462,-
dan tahun-tahun berikutnya berubah menjadi Rp121.232.246,- pada tahun ke-2
dan Rp81.310.149,- pada tahun ke-3.
Pada usaha budidaya bawang merah, aliran kas (cash flow) dalam perhitungannya
dibagi dua, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Aliran
arus masuk didapatkan dari total penjualan setiap panen bawang merah selama
musim tanam. Pada usaha budidaya bawang merah, setiap tahun dilakukan 3
kali musim tanam dengan tetap memperhatikan kondisi dan kesesuaian lahan.
Idealnya lahan tidak dapat dilakukan penanaman secara terus menerus untuk
tanaman sejenis. Lahan perlu diberi waktu untuk beberapa saat tidak ditanami
Tabel
Tabel 5.11.
5.11. ProyeksiArus
Proyeksi ArusKas
KasUsaha
Usaha Budidaya
BudidayaBawang
BawangMerah
Merahperper
Hektar
Hektar
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 447.750.000 447.750.000 447.750.000
2. Kredit
a. Investasi 15.793.800
b. Modal Kerja 66.678.000 66.678.000
3. Modal Sendiri
a. Investasi 10.529.200
b. Modal Kerja 44.452.000
4. Nilai Sisa Proyek 14.508.600
Total Arus Masuk 137.453.000 447.750.000 514.428.000 462.258.600
Arus Masuk unt IRR 336.620.000 447.750.000 462.258.600
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 26.323.000 360.000 410.000
2. Biaya Variabel 313.140.000 313.140.000 313.140.000
3. Biaya Tetap 20.250.000 20.250.000 20.250.000
4. Angsuran Pokok 82.471.800 66.678.000
5. Angsuran Bunga 14.844.924 12.002.040
6. Pajak 14.298.041 14.724.474 16.524.780
Total Arus Keluar 26.323.000 445.364.765 427.204.514 349.914.780
Arus Keluar untuk IRR 26.323.000 348.048.041 348.524.474 349.914.780
C Arus Bersih (NCF) 111.130.000 2.385.235 87.223.486 112.343.820
D Cash Flow untuk IRR -26.323.000 (11.428.041) 99.225.526 112.343.820
Discount Factor (18%) 1,0000 0,8475 0,7182 0,6086
Present Value -26.323.000 (9.684.781) 71.262.228 68.375.917
E Cummulative -26.323.000 (36.007.781) 35.254.447 103.630.364
45
BAB V – ASPEK Keuangan
bawang merah atau melakukan rotasi tanaman dengan tanaman lain seperti
padi, jagung, atau kedelai. Mengingat umur bawang merah hanya 60 hari (2
bulan) dalam satu siklus, maka 2 bulan sisanya digunakan untuk persiapan lahan
dan peristirahatan lahan dari kegiatan budidaya. Oleh karena itu, proyeksi arus
kas disusun per tahun dengan 3 kali musim tanam. Proyeksi arus kas budidaya
bawang merah per musim tanam disajikan pada Lampiran 10 sedangkan untuk
proyeksi per tahun selama 3 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.11.
Tabel Tabel
5.12.5.12. Kriteria
Kriteria KelayakanUsaha
Kelayakan Usaha Budidaya
Budidaya Bawang Merah
Bawang per Hektar
Merah per Hektar
yang sama maka usaha budidaya bawang merah masih layak untuk diusahakan.
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha
Secara umum, biaya produksi dan pendapatan dijadikan patokan untuk mengukur
kelayakan usaha dalam analisis kelayakan proyek karena merupakan komponen inti
dalam suatu kegiatan usaha. Selain itu, komponen biaya produksi dan pendapatan
didasarkan pada asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian
yang cukup tinggi. Dalam rangka mengurangi dan mengantisipasi resiko,
diperlukan analisis sensitivitas untuk menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap
perubahan input maupun output. Dalam pola pembiayaan usaha budidaya bawang
merah digunakan tiga skenario sensitivitas yang didasarkan pada perubahan harga
produk yang menyebabkan penurunan pendapatan, kenaikan biaya variabel, dan
kombinasi keduanya.
a. Skenario 1
46
BAB V – ASPEK Keuangan
TabelTabel 5.13.
5.13. SensitivitasPenurunan
Sensitivitas Penurunan Produksi/Penurunan
Produksi/Penurunan Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
Kriteria Kelayakan Justifikasi Kelayakan
Turun 10% Turun 11%
NPV (Rp) Rp6.277.294 - Rp3.458.013 >0
IRR 23,26% 15,14% > suku bunga (18%)
Net B/C 1,24 0,87 >1
PBP (tahun) 2,85 3,09 <periode proyeksi (3 tahun)
Penilaian Layak Tidak Layak
b. Skenario 2
Sensitivitas kenaikan biaya produksi, terutama biaya variabel, sangat
mungkin terjadi melihat perkembangan pasar bebas yang sulit dibendung
sehingga memunculkan asumsi peningkatan biaya produksi/variabel sedangkan
pendapatan dianggap tetap/konstan. Pada usaha budidaya bawang merah,
47,9% dari total biaya variabel digunakan untuk biaya benih/umbi bawang
merah. Sedangkan sisanya digunakan untuk komponen biaya tenaga kerja,
biaya pupuk, dan obat-obatan serta biaya penunjang lainnya. Apabila terjadi
peningkatan biaya produksi hingga 15% maka usaha budidaya bawang merah
masih layak dilakukan. Namun apabila peningkatan biaya produksi mencapai
16%, maka usaha budidaya bawang merah menjadi tidak layak dilakukan karena
nilai NPV negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga dan net B/C ratio lebih rendah
TabelTabel
5.14.5.14. SensitivitasPeningkatan
Sensitivitas Peningkatan Biaya Variabel
Biaya Variabel
Biaya Variabel
Kriteria Kelayakan Justifikasi Kelayakan
Naik 15% Naik 16%
NPV (Rp) Rp1.502.590 - Rp5.305.928 >0
IRR 19,25% 13,63% > suku bunga (18%)
Net B/C 1,06 0,80 >1
PBP (tahun) 2,96 3,14 <periode proyeksi (3 tahun)
Penilaian Layak Tidak Layak
47
BAB V – ASPEK Keuangan
dari 1.
c. Skenario 3
Penurunan harga bawang merah dapat terjadi karena kenaikan biaya produksi
seiring dengan peningkatan harga sarana produksi dapat juga terkombinasi
dengan turunnya jumlah produk yang terjual ataupun turunnya nilai jual produk
bawang merah. Sensitivitas kombinasi tersebut memperlihatkan bahwa pada
saat terjadinya kenaikan biaya variabel sebesar 6% dan secara bersamaan
terjadinya penurunan pendapatan sebesar 6%, maka usaha budidaya bawang
merah masih dinilai layak, namun lebih dari nilai tersebut akan menyebabkan
Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Sensitivitas
SensitivitasKombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Biaya Variabel Naik Biaya Variabel Naik
Kriteria Kelayakan 6% dan 7% dan Justifikasi Kelayakan
Pendapatan Turun Pendapatan Turun
6% 7%
NPV (Rp) Rp4.367.412 - Rp12.176.413 >0
IRR 21,65% 8,06% > suku bunga (18%)
Net B/C 1,17 0,54 >1
PBP (tahun) 2,89 3,34 <periode proyeksi (3 tahun)
Penilaian Layak Tidak Layak
Dari ketiga skenario tersebut, meskipun harga bibit dan upah tenaga kerja
memiliki proporsi pengeluaran yang cukup besar, namun usaha budidaya
bawang merah masih layak. Hal-hal yang perlu dicermati dalam usaha budidaya
bawang merah adalah ketersediaan lahan dan musim yang dapat berakibat pada
produktivitas. Apabila produktivitas menurun maka dapat terjadi penurunan
faktor kelayakan yang cukup signifikan. Selain itu, kebijakan pemerintah
khususnya terhadap impor bawang merah juga dapat membuat harga bawang
merah lokal terkoreksi.
48
BAB V – ASPEK Keuangan
usaha rata-rata sudah dimiliki oleh petani/pengusaha bawang merah. Hal ini
disebabkan dalam skala produksi satu hektar, biaya investasi yang dikeluarkan
relatif kecil dibandingkan dengan biaya modal kerja. Namun pada skala usaha
yang lebih luas, biaya investasi berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Untuk
itu, pihak lembaga keuangan perlu memberikan porsi yang cukup untuk
pembiayaan investasi budidaya bawang merah. Selain itu, perlunya agunan
dalam persyaratan pengajuan kredit juga dirasa berat oleh petani bawang
merah. Petani/pengusaha pada umumnya takut menjaminkan agunan ke pihak
bank karena usaha bawang merah sangat rentan terhadap perubahan harga
atau produktivitas hasil panen.
49
BAB VI
ASPEK EKONOMI,
SOSIAL DAN DAMPAK
LINGKUNGAN
50
BAB VI – ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
51
BAB VI – ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
52
BAB VI – ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
53
BAB VI – ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang tingkat serangan
hama dan penyakitnya tinggi. Hama utama adalah ulat grayak, sedangkan
penyakit utama adalah embun upas yang dapat mengakibatkan gagal panen.
Hal ini membuat petani bawang merah cenderung menggunakan pestisida
secara berlebihan untuk mengendalikan dan mengantisipasi serangan
hama dan penyakit tersebut, meskipun dapat mengancam lingkungan serta
meninggalkan residu pada bawang merah yang mempengaruhi mutu produk
tersebut. Tak heran bila kendala utama dalam produksi dan pemasaran untuk
komoditas bawang merah pada perdagangan regional maupun internasional
saat ini adalah pada aspek mutu dan keamanan pangan.
54
55
BAB VII
KESIMPULAN DAN
SARAN
56
Komoditi PAdi | Peningkatan
BAB VII – Kesimpulan
Akses Pemasaran
dan saran
7.1. Kesimpulan
1. Usaha budidaya bawang merah memiliki prospek dan peluang usaha yang
cukup baik di masa yang akan datang. Hal ini menjadi salah satu faktor pihak
lembaga keuangan baik perbankan maupun lembaga pembiayaan non-
bank untuk memberikan kredit kepada petani bawang merah. Kredit yang
dikucurkan dapat berupa kredit investasi ataupun kredit modal kerja. Namun
sebagian besar petani bawang merah yang mengajukan permohonan
bantuan pembiayaan untuk modal kerja karena modal investasi untuk
budidaya bawang merah sudah diadakan sendiri oleh petani.
57
BAB VII – Kesimpulan dan saran
pemilihan bibit yang bermutu tinggi merupakan syarat mutlak agar produksi
dan budidaya bawang merah bisa optimal.
6. Usaha budidaya bawang merah per hektar sesuai dengan asumsi yang ada
menghasilkan NPV Rp103.630.364,- pada tingkat suku bunga 18% dengan
nilai IRR adalah 118,50% dan net B/C Ratio 4,94. Berdasarkan kriteria dan
asumsi yang ada menunjukkan bahwa usaha budidaya bawang merah per
hektar selama masa proyeksi sudah layak untuk dilakukan dengan Pay Back
Period (PBP) selama 1,51 tahun.
7.2. Saran
Berdasarkan profil agribisnis bawang merah saat ini dan mengacu pada profil
agribisnis bawang merah yang ingin diwujudkan pada masa yang akan datang,
maka program revitalisasi agribisnis dan budidaya bawang merah dapat
dirancang mencakup beberapa kegiatan utama, yaitu:
58
BAB VII – Kesimpulan dan saran
59
BAB VII – Kesimpulan dan saran
60
61
INFO UMKM
INFO INF
UMKM PADA
FO UMKM WEBSITE
M PADA BANK INDONESIA
WEBSITTE BANK INDONESIA
htttp://jktbiwffe/id/umkm
http://jktbiwfe/id/umkm/Default.aspx m/Default.asspx
INFFO UMKMM PADA WEBSITTE BANK INDONESIA
htttp://jktbiwffe/id/umkm
m/Default.asspx
pada website Bank Indonesia www.bi.go.id terdapat minisite Info UMKM yang
Padawebbsite Baank informasi
Ind
donesia o.idterdapa
www.bi.go atminisite Inffo simulasi
UM
MKM yang
menyediakan terkait pengembangan UMKM, termasuk pola
menyediaakaninforma
bsite asiterkaitpe
pembiayaan
Padaweb ank engembanga
(lending
Ba model)
Ind an www.bi.go
usaha
donesia UMKM, ,termasuksim
kecil menengah
o.idterdapamulasipolapInffo embiayaan
sebagaimana
atminisite UM
MKMyang (lending
dicantumkan
model)usa
aha kecil
menyedia
dalam meenengahseb
akaninforma
buku bagaimanad
ini. asiterkaitpe dicantumkan
engembanga an UMKM, ndalambuku
,termasuksimuini.
mulasipolap embiayaan (lending
model)usa
aha kecil meenengahseb
bagaimanad
dicantumkanndalambukuuini.
62 > Pennelitian
> Datta Komoditi
INFO UMKM
POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL MENENGAH
POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL MENENGAH
PenelitianlengkapPOLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL
Penelitian
MENENGAHlengkap
oleh POLA PEMBIAYAAN
Bank Indonesia (LENDING MODEL)
dapatdiunduhpada Info USAHAUMKM:KECIL
MENENGAH oleh Bank Indonesia dapat diunduh pada Info UMKM: http://www.
http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/perikanan/Default.aspx
(Menu: P OLA PEMBIAYAAN ( LENDING MODEL) USAHA KECIL MENENGAH
bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/perikanan/Default.aspx
Kelayakan Usaha > Pola Pembiayaan)
(Menu: Kelayakan Usaha > Pola Pembiayaan).
PenelitianlengkapPOLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA KECIL
MENENGAHoleh Bank Indonesia dapatdiunduhpada Info UMKM:
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI (SPKUI)
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI (SPKUI)
http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/perikanan/Default.aspx
(Menu: Kelayakan Usaha > Pola Pembiayaan)
Beberapa
Beberapa polapola pembiayaan
pembiayaan (lending model)model)
(lending usaha usaha kecil menengah
kecil menengah tersebut
tersebut dapat
dapat disimulasikan
disimulasikansecara secaradan
interaktif interaktif
dinamisdan dinamis dengan
denganaplikasi SPKUIpadaaplikasi
Info SPKUI
UMKM:pada
Info UMKM: http://www.bi.go.id/spkui
http://www.bi.go.id/spkui
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI (SPKUI)
(Menu: Kelayakan
(Menu: Kelayakan Usaha
Usaha > Sistem
> Sistem Penunjang
Penunjang Keputusan Keputusan
Untuk Investasi)Untuk Investasi).
Beberapa pola pembiayaan (lending model) usaha kecil menengah tersebut dapat
disimulasikansecara interaktif dan dinamis denganaplikasiSPKUIpada Info UMKM:
http://www.bi.go.id/spkui
(Menu: Kelayakan Usaha > Sistem Penunjang Keputusan Untuk Investasi)
n Simulasi
Simulasi SPKUI SPKUI dilakukan
dilakukan dengansub
dengan mengakses mengakses sub menu
menu yang tersedia yang
secara tersedia
bertahap, yaitusecara
Home bertahap,
Komoditi yaitu
Simulasi Asumsi dengan
SPKUI dilakukan BiayaInv
mengaksesBiaya Ops Sumber Dana
sub menu yang bertahap,ArusKas
tersedia secaraR/L yaitu Kelayakan
63
DAFTAR
PUSTAKA
64
Daftar Pustaka
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya Edisi Revisi. UI Press. Jakarta. p. 199
– 206.
Chiu, C. dan Sudjiman. 1993. Tanah dan Pupuk. Agriculture technical mission
Republic of China. p. 24 – 113.
Gunadi, N dan Suwandi. 1989. Dosis dan Waktu Aplikasi Pemupukan Fosfat pada
Tanaman Bawang Merah. Bulletin Penelitian Hortikultura Vol. XVIII. 1.
65
Daftar Pustaka
Sugito, Y., Y. Nuraini dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. pp. 83.
66
Daftar Pustaka
67
Lampiran
68
Lampiran
69
70
Lampiran
B. Peralatan Penunjang
1 Parang 10 unit 50.000 500.000 5 100.000 200.000
2 Cangkul 10 unit 95.000 950.000 5 190.000 380.000
3 Selang air 21 m2 25.000 525.000 5 105.000 210.000
4 Sumur bor 8 m 50.000 400.000 10 40.000 280.000
5 Keranjang bambu pikulan 120 unit 3.000 360.000 1 360.000 0
6 Kored 40 unit 15.000 600.000 5 120.000 240.000
7 Ember 10 unit 5.000 50.000 2 25.000 25.000
8 Hand sprayer 5 unit 550.000 2.750.000 5 550.000 1.100.000
9 Terpal (saung) 12 m2 16.000 192.000 5 38.400 76.800
Jumlah Biaya Investasi 26.323.000 4.194.800 14.508.600
Lampiran
71
Lampiran
Lampiran
Lampiran4.4.Sumber
SumberDana
Dana
72
Lampiran 5. Proyeksi Produksidan Pendapatan
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Tahun ke-1 Tahun ke-2
Produk Musim Musim Musim Tahun ke-1 Musim Musim Musim Tahun ke-2
Tanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-3 Tanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-3
Produk : Bawang Merah
- Jumlah Produksi (kg)
a. Bawang merah on grade 9.750 9.750 9.750 29.250 9.750 9.750 9.750 29.250
b. Bawang merah off grade 250 250 250 750 250 250 250 750
- Harga (Rp/kg)
a. Bawang merah on grade 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
b. Bawang merah off grade 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
- Nilai Penjualan (Rp)
a. Bawang merah on grade 146.250.000 146.250.000 146.250.000 438.750.000 146.250.000 146.250.000 146.250.000 438.750.000
b. Bawang merah off grade 3.000.000 3.000.000 3.000.000 9.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 9.000.000
Tahun ke-3
Produk Musim Musim Musim Tahun ke-3
Tanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-3
Produk : Bawang Merah
- Jumlah Produksi (kg)
a. Bawang merah on grade 9.750 9.750 9.750 29.250
b. Bawang merah off grade 250 250 250 750
- Harga (Rp/kg)
a. Bawang merah on grade 15.000 15.000 15.000 15.000
b. Bawang merah off grade 12.000 12.000 12.000 12.000
- Nilai Penjualan (Rp)
a. Bawang merah on grade 146.250.000 146.250.000 146.250.000 438.750.000
b. Bawang merah off grade 3.000.000 3.000.000 3.000.000 9.000.000
73
Lampiran
Lampiran
Lampiran 6. Angsuran
Lampiran Kredit
6. Angsuran KreditInvestasi
Investasi
74
Lampiran
Lampiran
Lampiran7.7.Angsuran KreditModal
Angsuran Kredit Modal Kerja
Kerja
Catatan. ¥ Pembayaran angsuran (pokok dan bunga) dilakukan setiap bulan ke-4 dari setiap
musim tanam (bayar panen)
¥ Pada awal tahun ke-2 (musim tanam ke-3) memperoleh kembali pinjaman modal
kerja untuk 1 musim tanam
75
76
Lampiran
77
Lampiran
78
Lampiran
79
Lampiran
80
Lampiran
81
Lampiran
82
Lampiran
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Biaya Variabel Naik 6% dan Pendapatan Turun 6%
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Biaya Variabel Naik 7% dan Pendapatan Turun 7%
83
Lampiran
Lampiran
Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan
n B1 – Ct
NPV = ∑ ––––-----------–––––
t = 1 (1 + i)t
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada
tahun ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada
tahun ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap
merupakan modal atau dana rutin/operasional.
i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of
capital.
n = Umur Proyek.
Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil
perhitungan NPV sebagai berikut:
a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial;
b. Apabila NPV = nol, berarti proyek mengembalikan dananya persis sama
besar dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya).
c. Apabila NPV < 0, berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena
proyek tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang
digunakan.
84
Lampiran
dengan 0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas
investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang
diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan
mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa
umur proyek. Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini:
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) X –––-------––––––––––
(NPV1 – NPV2)
Keterangan :
IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar
i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya
maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
Keterangan :
Net BC = Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif. = Net present value positif.
NPV B-C Negatif. = Net present value negatif.
85
Lampiran
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih,
namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini :
Biaya Tetap
a. Titik Impas (Rp.) = ————————————————
Total Biaya Variabel
1 - ————————————————
Hasil Penjualan
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran.
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.
86
Lampiran
1
Rumus DF per tahun = —------——— , dimana
(1+ r) n
r = suku bunga
n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek
87
88
89
90