Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diare memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan
bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang
berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit
diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah
apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang
mengalami diare.
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan
20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan
diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis),
usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat
proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak.
Sebagian besar angka kematian diare ini di duga karena kurangnya pengetahauan masyarakat
terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan diare dehidrasi (Sadikin,
2000).

B. TUJUAN
 Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan definisi teori, jenis diare, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan
diagnostik, pathway diare, pengkajian diare, diagnosa keperawatan
 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi teori diare
2. Untuk mengetahui macam-macam jenis diare
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit diare
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis diare
5. Untuk mengetahui apa saja patofisiologi diare
6. Untuk mengetahui komplikasi dari diare
1
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan diare
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
9. Untuk mengetahui bagaimana pathway diare
10. Untuk mengetahui pengkajian diare
11. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dengan diare

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
 Definisi Diare
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja
menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah.
(Sari Pediatri, Vol. 13, No. 4, Desember 2011)
Menurut WHO (1980) Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali dalam sehari.
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis)
atau kolon dan usus (enterokolitis).Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut
dan kronis (Wong, 2009).
Diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak dinegara yang
berkembang dan penyebab pentingnya adalah kekurangan gizi.

 Jenis Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
1. Diare Cair Akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan
tanpa disertai darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
2. Disentriyaitu, diare yang disertai darah dengan lendir dalam tinjanya. Akibat dari
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa
usus karena bakteri invasive.
3. Diare Persisten yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih
dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare persisten adalah penurunan
berat badan dan gangguan metabolisme.
3
4. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau
penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare
dan tergantung juga pada penyakit yang menyertainya.
(suharyono, 2008)

 Etiologi
1) Faktor Infeksi
Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aerominas. Sedangkan untuk infeksi virus: Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus. Infeksi Parasit: E.hystolytica, G.lamblia, T.
hominis. Untu infeksi jamur adalah C. Albicans.
Infeksi Parenteral adalah infeksi diluar system pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainnya.
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan
sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.Disamping
itu dapat terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3) Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena faktor makanan seperti mengkonsumsi makanan
basi, beracun, dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas,faktor
tersebut jarang ditemukan manun bisa terjadi pada anak.

4
 Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
4. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
5. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
6. Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (kusmaul)
7. Keram abdominal
8. Mual muntah
9. Lemah
10. Pucat
11. Tidak nafsu makan
12. BB menurun
13. Turgor berkurang
14. Mata dan ubun-ubun cekung
15. Selaput lendir bibir dan mulut kering

 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang dapat menimbulkan munculnya diare adalah :
a) Gangguan Osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
ektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan Sekresi

5
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare karena peningkatan isi lumen usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan menimbulkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul
diare pula.
d) Gangguan lainnya
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang baik, kemudian mengeluakan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan timbul beberapa hal diantaranya adalah :
1. Kehilangan Air (Dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama
tinja.Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan.Produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

6
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang pernah menderita KKP. Hal ini terjadi karena danya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbs
glukosa. Gejala hipoglikomia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan pendarahan otak, kesadaran menurun dan apabila
tidak segera diatasi pasien akan meninggal.

 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti :
1) Dehidrasi
A. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya
125ml/kg bb/hari
B. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
C. Dehidrasi Berat
7
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
2) Renjatan Hipofolemik
Renjatan adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan baik pasokan maupun penggunanya dalam
metabolism seluler.Renjatan hipofolemik terjadi karena berkurangnya volume
intravascular.Penyebab bisa karena kehilangan cairan dan elektrolit seperti diare,
muntah, diabetes mellitus, luka bakar, pendarahan, kehilangan plasma (luka bakar,
sindrom nefotik, demam berdarah dengue).
3) Hipolakemia
Suatu keadaan dimana kadar kalium yang terdapat di dalam darah berada pada
jumlah yang lebih rendah dari 3.8 mEq/L darah. Hipokalemia merupakan tanda
dari kekurangan kalium tubuh.Kalium merupakan salah satu dari sejumlah
elektolit penting yang diperlukan oleh tubuh.Kalium adalah ion bermuatan positif
yang paling penting bagi tubuh. Normalnya, kadar kalium darah adalah 3,6-5,2
milimol per liter (mmol/L) darah, kalium yang lebih rendah dari nilai normal
disebut hypokalemia sedangkan jika lebih tinggi disebut hiperkalemia.
4) Hipoglikomia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP.Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Penyebab turunya
kadar gula pada penderita diare adalah:
 Berkurangnya asupan makanan
Berkuranganya asupan makanan sebesar 30% atau lebih, selama beberapa hari
pertama diare akut merupakan akibat dari :
a) Anoreksia yang terutama terlihat pada anak disentri
b) Muntah
c) Menghentikan makanan berdasarkan pada kepercayaan tradisional tentang
pengobatan diare atau dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk
mengistirahatkan usus

8
d) Memberikan makanan dengan nilai gizi yang kurang, seperti bubur atau
sup yang diencerkan, hal ini dilakukan dengan kepercayaan bahwa
makanan yang diencerkan mudah dicerna.
 Berkurangnya penyerapan zat-zat makanan secara keseluruhan.
Penyerapan zat-zat makanan terutama glukosa juga berkurang mencapai 30%
selama diare akut.Pengurangan terjadi lebih besar pada lemak dan
protein.Berkurangnya penyerapan dapat terjadi lebih besar pada anak-anak gizi
buruk dengan diare persisten, yang menggambarkan kerusakan yang lebih luas
pada mukosa usus. Penurunan absorbsi zat-zat makanan disebabkan oleh:
a) Kerusakan sel epitel absorpsi (villi) yang mengurangi luas permukaan
obsorpsi usus
b) Defesiensi disakaridase, karena kegagalan produksi enzim oleh mikrovilli
yang rusak (bila berat, akan mengakibatkan malabsorbsi gula disakarida,
terutama laktosa)
c) Transit makanan melalui usus yang sangat cepat cepat, mengakibatkan
tidak cukup waktu untuk pencernaan dan absorbsi.
 Meningkatnya kebutuhan makanan.
a) Kebutuhan zat makanan meningkat selama diare karena :
b) Kebutuhan metabolik karena panas
c) Kebutuhan untuk memperbaiki epitel usus
d) Kebutuhan mengganti kehilangan protein serum melalui mukosa usus yang
rusak, seperti yang terjadi pada disentri
5) Intoleransi laktosa sekunder
Intoleransi laktosa adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak mampu mencerna
laktosa yang terdapat pada makanan atau susu. Pada anak, terutama sering terjadi
pada anak dengan usia kurang dari satu tahun. Intoleransi laktosa dapat berupa
intoleransi primer, intoleransi sekunder, ataupun intolerasi laktosa yang
diwariskan (genetik).
Intoleransi laktosa sekunder paling sering terjadi, paling sering diawali dengan
adanya infeksi usus.Terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami infeksi atau
gangguan pada usus, misalnya diare atau gastroenteritis.Kemudian menyebabkan
rusaknya usus sehingga usus tidak dapat menghasilkan enzim laktase dengan baik,
akibatnya terjadi diare dan gejala lainnya.
6) Malnutrisi energi protein
9
Malnutrisi energi protein adalah kondisi di mana tubuh kekurangan asupan
energi dan protein. Tanpa protein dan sumber energi lain yang memadai, maka
fungsi organ tubuh akan terganggu, tubuh mudah mengalami luka atau cedera,
serta pertumbuhan tubuh menjadi tidak sempurna. Seseorang dinyatakan
mengalami malutrisi energi protein atau memiliki indeks massa tubuh sekitar 17
hingga 18,5.
Terdapat dua jenis kondisi yang menandai gangguan malnutrisi energi protein,
yaitu kwashiorkor dan marasmus.Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang
parah, di mana terdapat kekurangan asupan makanan yang menjadi sumber
protein.Kwashiorkor ditandai dengan penumpukan cairan (edema) dan lemah pada
anggota tubuh.Sedangkan marasmus merupakan kondisi gizi buruk yang parah di
mana tubuh mengalami defiensi protein, karbohidrat, lemak serta nutrisi penting
lainnya.Marasmus ditandai dengan berat badan yang rendah.
Malnutrisi energi protein banyak diderita bayi, anak-anak, atau orang lanjut
usia serta berpotensi mengakibatkan cacat atau kematian. Penanganan kondisi ini
dapat dilakukan dengan cara memberi nutrisi tambahan guna memperbaiki kadar
elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu, yang utama harus
dilakukan adalah mengobati gejala yang diderita, seperti infeksi.

 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan diare pada anak :
1. Pemberian cairan
2. Pemberian makan
3. Pemberian obat
Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntas Diare).
1. Pemberian cairan menggunakan oralit osmolalitas rendah
Cara mencegah dehidrasi dengan pemberian :
a. Oralit osmolaritas rendah
b. Air ajin
c. Kuah sayur
d. Air matang
Pemberian oralit berdasarkan derajat dehidrasi (Kemenkes RI,2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
10
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali mencret
Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali mencret
Umur > 5 tahun : 1 - 1½ gelas setiap kali mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 7 ml/kg BB dan selanjutnya
c. Diare dengan dehirasi berat
Umur < 12 bulan : 50-100 ml
Umur 1 tahun : 100-200 ml
Umur > 5 tahun : 200-300 ml
Dewasa : 300-400 ml
2. Zinc diberikan selama 10 hari turut menurut
Zink dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase) ekskresi
enzim meningkat selama diare, berfungsi:
a. Mengakibatkan hipersekresi pada usus
b. Epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
c. Mengurangi lama dan tingkat keparahan diare
d. Mengurangi frekuensi BAB
e. Mengurangi volume tinja
f. Menurunkan kekambuhan diare 3 bulan selanjutnya
Dosis pemberian Zink pada balita :
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama sepuluh hari.
Umur > 6 bulam : 1 tablet (20 mg) per hari selama sepuluh hari
3. Teruskan pemberian ASI dan makan
Bertujuan untuk memberikan ASI agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya BB :
1. Anak yang masih minum ASI harus selalu diberi ASI
2. Anak minum susu formula diberikan lebih dari biasanya
3. Anak usia 6 bulan yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna, lebih sedikit lebih sering
4. Setelah diare berhenti, berikan makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan
4. Antibiotic selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

11
 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu dilakukan uji bakteri
2. Pemeriksaan Gangguan Asam Basa dalam darah dengan menentukan PH dan
cadangan alkali dan analisa gas darah
3. Pemeriksaan Ureum Creatinin untuk mengetahui Faal ginjal
4. Pemeriksaan Elektrolit terutama Na, K, Kalsium, dan fosfat

 Pathway
Faktor Malabsorpsi
Faktor Infeksi Faktor makanan Faktor Psikologi
karbohidrat, protein,
lemak

Tekanan osmotic Toksin tak dapat cemas


Masuk dan
meningkat diserap
berkembang dalam
usus

Pergeseran air dan Hiperperistaltik


Hiperekresi air dan
elektrolit ke rongga usus menurun kesempatan
elektrolit (meningkat
usus menyerap
isi rongga usus)
makanan

diare

Distensi
Frekuensi BAB
Abdomen
meningkat

Mual muntah
Hilang cairan dan Gangguan Integritas
elektrolit berlebihan kulit perianal

12
Nafsu makan
Gangguan Asidosis metabolik menurun
keseimbangan
cairan dan elektrolit

Sesak
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Dehidrasi kebutuhan tubuh
Gangguan
pertukaran gas

Resiko syok
Kekurangan
(hipovolemi)
Volume cairan

 Diagnosa Keperawatan
1. Diare
2. Kekurangan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan integritas kulit perianal

 PENGKAJIAN
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Buang air besar 6x  dalam sehari.
2. Riwayat Penyakit sekarang
3 hari sebelumnya pasien mengeluh perutnya sakit, kemudian BAB dengan
konsistensi cair, warna kuning, tak ada ampas, ada lendir  tak ada darah. Klien
muntah setiap kali BAB, tubuh pasien mengalami panas.
B. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1) Riwayat Penyakit Dahulu
2 minggu sebelumnya pasien juga mengalami diare dan juga muntah, kemudian
dibawa ke dokter diberi obat dan sembuh
13
2) Riwayat Nutrisi
Sampai umur 2 tahun ASI masih tetap diberikan, Diberi Susu formula pada
umur 5 bulan sampai sekarang, sejak umur 2 tahun klien mulai diberikan makanan
seperti orang dewasa, jenis makan di rumah adalah nasi, sayur, lauk dan makanan
tambahan seperti bubur kacang ijo, ketam hitam.
3) Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat adalah : BCG,campak, DPT I,II,III booster. Polio
I,II,III dan booster, Hepatitis I,II,III
4) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BB       : 10 kg, LK: 56 cm, LD : 49 cm, PB : 64 cm, LILA : 20 cm
Fontanel anterior : sudah menutup, tidak cekung.
Fontenel posterior : menutup
b. Perkembangan
- Fase anal : Klien meminta pada ibunya saat klien ingin BAB/ BAK klien
mau BAK/ BAB hanya dikamar mandi atau tidak ditempat tidur (ngompol).
- Autonomy Vs Shame and doundt : Klien sudah mau atau mampu memegang
sendok dan makan sendiri, klien dapat menyebutkan keinginannya pada
ibunya.
- Klien mampu berdiri dengan satu kaki tenpa berpegangan 2 hitungan (GK).
Klien mampu meniru membuat garis lurus (GH).
- Klien dapat menyatakan keinginannya dengan 2 kata , contoh :       “ Bu..
makan “ atau “Bu.. pipis..” .
- Klien belum dapat memelpas pakaiannya sendiri (BM).
6) Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita  diare.
o Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Pengelolaan makanan menggunakan air PAM, menyimpan makanan
dilemari makan, membuang sampah dilahan kosong dibelakang rumah,
kebiasaan BAB di WC pribadi (septic tank).
o Persepsi keluarga :

14
Keluarga mengira bahwa  kondisi klien disebabkan oleh karena klien
memakan makanan seperti orang dewasa, seperti goreng-gorengan, ketam
hitam.
7) Riwayat kesehatan lingkungan
Klien dan orang tua tinggal di rumah milik sendiri, sarana penyediaan air
PAM dan air sumur.Sertiap musim penghujan rumah selalu banjir, lantai terbuat
dari tanah atau plesteran.Air limbah pembuangan dari kamar mandi atau cuci
piring tidak diselokan melainkan dihalaman bebas.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. (00013) Diare Setelah dilakukan tindakan (0460) Manajemen Diare


Definisi : keperawatan selama 3x24 Definisi :
Pasase feses lunak dan jam, diharapkan dapat Manajemen dan penyembuhan
tidak berbentuk. terselesaikan masalah diare diare.
Batasan karakteristik: dengan kriteria hasil Aktivitas:
Ada dorongan untuk sebagai berikut : 1. Tentukan riwayat diare
defekasi (0500) Kontinensi Usus 2. Ambil tinja untuk
Faktor yang Definisi : pemeriksaan kultur dan
berhubungan : Mengontrol pengeluaran sensitifitas bila diare
malabsorpsi feses dari usus berlanjut
Indikator : 3. Ajari pasien cara
1. Mengenali menggunakan obat
keinginan untuk antidiare secara tepat
defekasi. 4. Intruksikan pasien atau
Skala 3 ditingkatkan keluarga untuk
ke skala 5 mencatat warna,
2. Mengeluarkan feses volume, frekuensi, dan
paling tidak 3 kali konsistensi tinja
sehari. 5. Anjurkan pasien
Skala 1 ditingkatkan menghindari makanan
ke skala 5 pedas dan yang
3. Merespon keinginan menimbulkan gas pada
15
untuk BAB secara perut
tepat waktu. 6. Monitor tanda dan
Skala 1 ditingkatkan gejala diare
ke skala 3 7. Beritahu dokter jika
4. Minum cairan terjadi peningkatan
secara adekuat. frekuensi atau suara
Skala 3 ditingkatkan perut
ke skala 5 8. Ajarkan pasien cara
5. Menkonsumsi serat mebuliskan diari
secara adekuat makanan
Skala 3 ditingkatkan 9. Ajari pasin cara
ke skala 5. menurunkan stress
(0501) Eliminasi Usus sesuai kebutuhan
Definisi : 10. Lakukan tindakan
Pembentukan dan untuk mengistirahatkan
pengeluaran feses perut (misalnya, nutrisi
Indikator : oral,diet cair)
1. Pola Eliminasi
Skala 1 ditingkatkan
ke skala 5
2. Feses lembut dan
berbentuk.
Skala 1 ditingkatkan
ke skala 5
3. Kemudahan BAB.
Skala 1 ditingkatkan
ke skala 5
4. Suara bising usus.
Skala 3 ditingkatkan
ke skala 5.
5. Nyeri pada saat
BAB.
Skala 1 ditingkatkan
ke skala 3
16
2. (00027) kekurangan Setelah dilakukan tindakan (2080) Manajemen Elektrolit
volume cairan keperawatan selama 3x24 /Cairan
Definisi : jam, diharapkan masalah Definisi :
Penurunan cairan volume cairan tercukupi Pengaturan dan pencegahan
intravascular, interstial, dengan kriteria hasil komplikasi dari perubahan
dan/atau intraseluler. Ini sebagai berikut : cairan dan/atau elektrolit.
mengacu pada dehidrasi, (0601) Keseimbangan Aktifitas :
kehilangan cairan saja Cairan 1. Monitor perubahan
tanpa perubahan kadar Definisi : status paru atau jantung
natrium. Keseimbangan cairan di yang menunjukan
Batasan Karakteristik : dalam ruang intraseluler kelebihan cairan atau
Peningkatan suhu tubuh dan ekstraseluler tubuh. dehidrasi
Faktor yang Indikator : 2. Timbang berat badan
berhubungan : 1. Denyut nadi radial harian dan pantau
Kehilangan cairan aktif Skala 3 ditingkatkan gejala
ke skala 5 3. Berikan cairan, yang
2. Keseimbangan sesuai
intake dan output 4. Berikan cairan
dalam 24 jam. pengganti nasogastrik
Skala 1 ditingkatkan yang diresepkan
ke skala 5 berdasarkan output,
3. Turgor kulit. yang sesuai.
Skala 3 ditingkatkan 5. Minimalkan asupan
ke skala 5 makanan dan minuman
4. Kelembapan dengan diuretic atau
membrane mukosa. pencahar (misalnya the,
Skala 3 ditingkatkan kopi, plum, suplemen
ke skala 5 herbal)
5. Kehausan. 6. Monitor tanda tanda
Skala 3 ditingkatkan vital yang sesuai
ke skala 5 7. Monitor kehilangan
(0600) Keseimbangan cairan (misalnya,
elektrolit dan asam basa pendarahan, muntah,
Definisi : diare, keringat dan
17
Keseimbangan elektrolit takipnea).
dan non-elektrolit pada (4130) Monitor Cairan
ruang intraseluler dan Definisi :
ekstraseluler tubuh Pengumpulan dan analisis data
Indikator : pasien dengan pengaturan
1. Frekuensi keseimbangan cairan.
pernafasan. Aktifitas :
Skala 4 ditingkatkan 1. Tentukan jumlah dan
ke skala 5 jenis intake/asupan
2. Irama pernafasan. cairan serta kebiasaan
Skala 4 ditingkatkan eliminasi
ke skala 5 2. Tentukan faktor-faktor
3. Kelelahan. resiko yang mungkin
Skala 3 ditingkatkan menyebabkan
ke skala 5 ketidakseimbangan
4. Mual. cairan
Skala 4 ditingkatkan 3. Monitor berat badan
ke skala 5 4. Berikan dialisis dan
(0602) Hidrasi catat reaksi pasien
Definisi : (2000) Manajemen Elektrolit
Ketersediaan, air yang Definisi :
cukup dalam kompartemen Peningkatan keseimbangan
intraseluler dan elektrolit dan pencegahan
ekstraseluler. komplikasi yang diakibatkan
Indikator : oleh adanya abnormalitas
1. Intake Cairan. maupun tingkat serum
Skala 1 ditingkatkan elektrolit yang tidak
ke skala 5 diinginkan.
2. Output cairan. Indikator :
Skala 3 ditingkatkan 1. Monitor manifestasi
ke skala 5 ketidakseimbangan
3. Haus. elektrolit
Skala 3 ditingkatkan 2. Berikan cairan sesuai
ke skala 5 resep
18
4. Diare 3. Konsultasikan pada
Skala 1 ditingkatkan dokter terkait
ke skala 5 pemberian elektrolit
dengan sedikit obat-
obatan
4. Monitor kehilangan
cairan yang kaya
dengan elektrolit
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
jenis, penyebab dan
pengobatan apabila
terdapat
ketidakseimbangan
elektrolit yang sesuai
6. Siapkan pasien untuk
dilakukan dialisis
(misalnya, membantu
penempatan kateter
untuk dialisis, dengan
cara yang tepat)
3. (00002) Setelah dilakukan tindakan (1100) Manajemen Nutrisi
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 Definisi :
nutrisi: kurang dari jam, diharapkan kebutuhan Menyediakan dan
kebutuhan tubuh nutrisi dalam tubuh meningkatkan intake nutrisi
Definisi : terpenuhi sesuai dengan yang seimbang
Asupan nutrisi tidak kriteria hasil sebagai berikut Aktifitas :
cukup untuk memenuhi : 1. Tentukan status gizi
kebutuhan metabolic. (1014) Nafsu Makan dan kemampuan pasien
Batasan Karakteristik : Definisi : untuk memenuhi
Diare Keinginan untuk makan kebutuhan gizi.
Faktor yang Indikator : 2. Identitas adanya alergi
berhubungan : 1. Hasrat/keinginan atau intoleransi
Faktor Biologis untuk makan. makanan yang dimiliki

19
Skala 2 ditingkatkan pasien.
ke skala 5 3. Intruksikan pasien
2. Energy untuk mengenai kebutuhan
makan. nutrisi
Skala 3 ditingkatkan 4. Anjurkan pasien untuk
ke skala 5 duduk tegak di kursi,
3. Intake makanan. jika memungkinkan.
Skala 3 ditingkatkan 5. Tawarkan makanan
ke skala 5 ringan yang padat gizi
4. Intake nutrisi. 6. Monitor kalori dan
Skala 3 ditingkatkan asupan makanan
ke skala 5 7. Anjurkan pasen untuk
5. Intake cairan. memantau kalori dan
Skala 3 diingkatkan intake makanan.
ke skala 5 (1030) Manajemen
(1004) Status Nutrisi Gangguan Makan
Definisi : Definisi :
Sejauh mana nutrisi dicerna Pencegahan dan perawatan
dan diserap untuk terhadap pembatasan diet ketat
memenuhi kebutuhan dan olahraga yang berlebihan
metabolic atau perilaku memuntahkan
Indikator : makanan dan cairan.
1. Asupan gizi. Aktifitas :
Skala 3 ditingkatkan 1. Monitor tanda-tanda
ke skala 5 fisiologis (tanda-tanda
2. Asupan makanan. vital, elektrolit)
Skala 3 ditingkatkan 2. Tentukan pencapaian
ke skala 5 berat badan harian
3. Asupan cairan. sesuai keinginan
Skala 3 ditingkatkan 3. Dorong klien untuk
ke skala 5 mendiskusikan
4. Hidrasi. makanan yang disukai
Skala 2 ditingkatkan bersama dengan ahli
ke skala 5 gizi
20
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
mengembangkan
rencana perawatan
dengan melibatkan
klien dan orang-orang
terdekatnya dengan
tepat
5. Rundingkan engan tim
dan klien untuk
mengatur target
pencapaian berat badan
jika berat badan klien
tidak berada dalam
rentang berat badan
yang direkomendasikan
sesuai umur dan bentuk
tubuh

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

21
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja
menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. (Sari Pediatri, Vol. 13, No. 4,
Desember 2011). Manifestasi Klinis :
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit
jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa
kering dan disertai penurunan berat badan.
4. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
5. Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (kusmaul) , DLL.
Prinsip-prinsip penatalaksanaan diare pada anak :
 Pemberian cairan
 Pemberian makan
 Pemberian obat
Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntas Diare) :
1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari turut menurut
3. Teruskan pemberian ASI dan makan
4. Antibiotic selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

22
B. SARAN
Diharapkan melalui makalah ini mahasiswa/pembaca dapat memahami, mengetahui dan
mengerti tentang konsep teori penyakit diare dan asuhan keperawatan pada klien (terutama
bayi) yang mengalami diare.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rudolph M. Abraham, Hoffman I.E Julien, Rudolph D. Colin. 2014. BUKU AJAR
PEDIATRI RUDOLPH, ed 20 vol 2. Jakarta: EGC
Carman Susan & Kyle Terri. 2015. BUKU AJAR KEPERAWATAN PEDIATRI.
Jakarta: EGC
Ester,Monica,dkk.2016.Diagnosa Keperawatan.edisi 10.EGC
Rudolpd,Abraham M,dkk.2014. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol 1.Jakarta .
EGC(Safitri, Syukri, & Yuniarni, 2014)
Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification
(NIC) (5thed.). America: Mosby Elseiver
Moorhead, S., Jhonson, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes Classification
(NOC) (5thed.). United states of America: Mosby Elsevier.
Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan lasifikasi 2015-
2017 (10th ed.). Jakarta: EGC
Wong, L.Donna.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric.Vol 1.Edisi 6. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai