Anda di halaman 1dari 15

PAPER ANALISA KASUS

(PERLINDUGAN KONSUMEN, MONOPOLI, PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT)

HUKUM BISNIS

OLEH :

Nama : Putu Indah Devita Sari

NIM : 20182413029

Jurusan/Smt : Akuntansi/4

DOSEN PENGAMPU :

I Putu Agus Suarsana Ariesta SH,M.Kn

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA

FAKULTAS EKONOMI

2020
KASUS I PERLINDUNGAN KONSUMEN

Asuransi Panin Daiichi Life kalah di


sengketa melawan konsumen, begini
kronologinya
Reporter: Fahriyadi | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat menghukum Asuransi


Panin Daiichi Life untuk membayar klaim atas nama nasabahnya Molly Situwanda.

Dalam amar putusan perkara dengan nomor 628/Pdt.G/2019/PN.JKT.BRT yang dibacakan


Selasa (3/3) lalu, majelis hakim memerintahkan Asuransi Panin Daiichi Life untuk segera
membayar klaim sebesar Rp 270 juta kepada Molly Situwanda terkait kematian suaminya yang
bernama Astiang.

Kasus ini bermula saat klaim Molly Situwanda atas kematian suaminya kepada Asuransi Panin
Daiichi Life ditolak, dan untuk mendapatkan keadilan, Molly melalui Kuasa Hukumnya dari
LKBH Wira Dharma telah mengajukan gugatan hukum ke PN Jakarta Barat pada Agustus 2019
lalu.

Kuasa Hukum Molly, Suryani bilang, saat kliennya akan mengajukan klaim, Panin Life menolak
klaim tersebut dengan alasan polisnya tidak berlaku lagi karena telat bayar. Padahal selama ini
tidak pernah ada info atau teguran dari pihak asuransi untuk bayar. Bahkan, tidak ada kabar
polisnya tidak berlaku.

Argumen tersebut yang menjadi dalih Asuransi Panin Daiichi Life dalam proses persidangan.
Sebelumnya, pihak Panin Life menyebut pembayaran Premi terakhir diterima pada 17 Desember
2015 untuk periode jatuh tempo 12 bulan. Pada saat jatuh tempo premi tertanggal 28 Desember
2016, Nasabah tidak lagi melakukan pembayaran Premi.

Berdasarkan fitur produk yang tersedia, Nasabah secara otomatis memasuki periode cuti premi.
Terhitung sejak tanggal 15 Oktober 2018, Polis No. 2010010149 telah Lapse dan tidak aktif.

Sebelum mengajukan gugatan, pihak Molly telah melakukan surat teguran atau somasi ke pihak
Panin Life, yakni pada 29 Mei 2019 dan 11 Juni 2019 sebelum akhirnya masuk ke pengadilan.

"Bahwa sejak awal sebelum mendaftarkan gugatan bahkan pada masa mediasi di Pengadilan
dengan itikad yang baik kami sudah meminta tergugat agar diselesaikan saja dengan baik, damai
dan win win solution namun ditolak. Saat ini karena sudah kalah dan divonis maka Pihak PANIN
DAIICHI LIFE wajib membayar kepada Klien kami, Molly Situwanda, ujar Suryani dalam
keterngan tertulisnya, Rabu (4/3).

Suryani berharap pihak Asuransi Panin Daiichi Life segera melaksanakan putusan pengadilan ini
dengan baik dan berharap tak ada lagi pihak yang dirugikan di masa mendatang. Pihaknya
memberikan waktu tujuh hari setelah putusan dibacakan kepada tergugat untuk mebayar klaim
tersbeut.

HASIL ANALISIS KASUS I :

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dijelaskan bahwa,


membayar premi adalah kewajiban pemegang polis asuransi. Premi disebut sebagai kewajiban
pemegang polis yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi sebagai imbalan atas penggantian
atau manfaat yang akan dibayarkan kepada tertanggung jika terjadi risiko. Risiko ini bisa berupa
wafat, kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
Dari prinsip-prinsip diatas, sudah jelas bahwa baik dari pihak pemegang polis maupun
perusahaan asuransi memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Apabila masing-masing
pihak tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan baik, maka dapat dikenai sanksi. Dari kasus
diatas, pembayaran Premi terakhir diterima pada 17 Desember 2015 untuk periode jatuh tempo
12 bulan. Pada saat jatuh tempo premi tertanggal 28 Desember 2016, Nasabah tidak lagi
melakukan pembayaran Premi. Berdasarkan fitur produk yang tersedia, Nasabah secara otomatis
memasuki periode cuti premi. Terhitung sejak tanggal 15 Oktober 2018, Polis No. 2010010149
telah lapse dan tidak aktif. Terlihat bahwa pihak pemegang polis tidak melakukan pembayaran
premi bahkan sampai 1 tahun lamanya sebelum jangka waktu berakhir. Sudah barang tentu
dengan adanya ketidakmampuan melakukan kewajiban itu, perjanjian kerjasama antara
pemegang polis dan perusahaan asuransi pun berakhir. Ini yang dinamakan polis mati atau lapse.
Kalau polis mati, maka perusahaan asuransi tidak berkewajiban memberikan uang tanggungan
saat tertanggung meninggal.

Jika dilihat dari satu sisi, pihak pemegang polis atau penggugat berada pada posisi salah dan
tidak dapat menuntut pihak perusahaan asuransi. Namun, jika ditelaah lebih jauh lagi. Mengapa
dari pihak asuransi tidak melakukan konfirmasi atau memberikan surat teguran kepada pihak
pemegang polis agar tidak melakukan keterlambatan atau tidak membayar premi, sehingga polis
tetap aktif. Sesungguhnya ketentuan pembayaran premi untuk produk asuransi jiwa pada
dasarnya sama dengan ketentuan yang berlaku di asuransi umum. Menurut Asosiasi Asuransi
Umum Indonesia, polis standar untuk asuransi jiwa adalah premi sudah harus lunas dibayar
dalam waktu 30 hari sejak tanggal premi berlaku, jika ketentuan itu tidak dapat dipenuhi oleh
pemegang polis, otomatis proteksi yang ditawarkn akan berakhir. Dan, dalam praktik asuransi,
perusahaan asuransi bisa saja membatalkan polis tanpa harus memberitahu pemegang polisnya.
Ini berarti pemegang polis lah yang harus proaktif dalam memenuhi kewajiban melunasi premi.
Apalagi asuransi jiwa menerapkan sistem pembayaran premi mulai dari bulanan hingga tahunan
dan tiap masa pembayaran ini juga disertai dengan grace period atau diberikan jangka waktu
yang lebih pendek, mulai dari 15 hari.
Saya sangat menyayangkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan menghukum
Asuransi Panin Daiichi Life untuk membayar klaim atas nama nasabahnya Molly Situwanda
dengan memerintahkan Asuransi Panin Daiichi Life untuk segera membayar klaim sebesar Rp
270 juta kepada Molly Situwanda terkait kematian suaminya, Astiang. Dari penjelasan diatas,
majelis hakim tidak melihat fakta yang terjadi akan pelanggaran kewajiban yang dilakukan oleh
pihak pemegang polis. saya menyarankan agar Perusahaan Asuransi Panin Daiichi Life
melakukan Banding ke Pengadilan Tinggi agar lebih jelas lagi hasil putusan dan semua pihak
mendapat keadilan. Saya rasa semua pihak dalam kasus ini akan dirugikan, itulah sebabnya agar
calon pemegang polis harus memahami betul regulasi yang berlaku dalam asuransi yang diikuti
begitupula sebaliknya. Semua pihak harus menyelenggarakan kerjasama yang baik agar kejadian
seperti ini tidak terjadi lagi.
KASUS II PERSAINGAN TIDAK SEHAT

Lawan PT Cosl Indo, KPPU Kalah di MA


Dalam putusan No.952 K/Pdt.Sus-KPPU/2017 MA menyatakan menolak permohonan kasasi
yang diajukan KPPU.

Dimas Novita Sari - Bisnis.com 02 Januari 2018  |  17:35 WIB

Gedung Mahkamah Agung - Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta


Selatan yang membatalkan putusan KPPU soal persekongkolan tender jasa jack-up drilling rig
services antara PT Cosl Indo dan Husky CNOOC Madura Limited.

Dalam putusan No.952 K/Pdt.Sus-KPPU/2017 MA menyatakan menolak permohonan kasasi


yang diajukan KPPU.
"Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi Komisi Pengawas Persaingan Usaha
tersebut,” bunyi amar putusan yang Bisnis kutip dari laman resmi Kepaniteraan Mahkamah
Agung, Selasa (02/01/2018).

Majelis hakim agung yang memeriksa kasasi KPPU itu terdiri atas Takdir Rahmadi, Nurul
Elmiyah, dan I Gusti Agung Sumanatha. Putusan dibacakan pada 19 Oktober 2017.

Putusan itu sekaligus mempertegas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Selatan  No. 907 K/Pdt.G-
KPPU/2016/PN.Jkt.Sel. yang diketok hakim pada 27 April 2017. Majelis hakim tidak
menemukan fakta afiliasi seperti yang disebutkan KPPU yang menimbulkan persekongkolan.

Ketua majelis hakim Takdir Rahmadi mengatakan pemohon kasasi tidak mampu membuktikan
adanya persekongkolan antara PT COSL Indo dan Husky CNOOC Madura Limited.

Keduanya pun tidak terbukti secara sah dan meyakinkan memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 22
UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Putusan ini juga diperkuat dengan keterangan keterangan saksi dan ahli menyatakan proses
tender sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kondisi industri minyak dan gas bumi
saat ini.

PT COSL Indo dan Husky CNOOC Madura Limited pun sudah mendapat persetujuan hasil
pelaksanaan tender dari SKK Migas. Selain itu telah diberikan Appreciation Letter oleh Husky
CNOOC Madura Limited  sebagai pengguna jasa kepada PT COSL INDO.

Sebelumnya, KPPU mengajukan kasasi atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang
memenangkan kubu PT COSL Indo dan Husky CNOOC Madura Limited terkait kasus
persekongkolan tender.

Kuasa hukum KPPU Nurul Fadilah mengatakan meskipun pengadilan mengabulkan keberatan
terlapor I dan II, pihaknya tidak akan surut dalam membuktikan adanya persekongkolan.

Sementara itu, kuasa hukum PT COSL Indo dan Husky-CNOOC Madura Limited, Teuku Raja
Rajuanda dari kantor hukum Firmansyah and Co. mengatakan sudah dari awal putusan KPPU
dinilai sumir. Hal itu mengingat Majelis Komisi tidak mempertimbangkan fakta-fakta yang
dihadirkan oleh saksi terlapor.

Tender jasa jack-up drilling rig services for BD itu untuk mendukung pengeboran dan
penyelesaian operasi dari Madura BD Structure yang berlokasi di lepas pantai Selat Madura
KKS Madura. Estimasi nilai proyek mencapai US$34,62 juta.

Pada 14 Oktober 2016 Majelis Komisi KPPU membacakan putusan yang menyatakan Husky
CNOOC Madura Limited (terlapor I) dan PT COSL Indo (terlapor II) melanggar Pasal 22 UU
No. 5/199. Kedua terlapor dihukum membayar denda masing-masing Rp12,8 miliar dan Rp11,6
miliar.

HASIL ANALISIS KASUS II :

Sesuai UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Pasal 22 dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat. Memang sudah seharusnya perusahaan melakukan pemilihan
tender kerjasama secara fair untuk menghindai kerugian pihak lain. Segala sesuatu yang bersifat
persengkongkolan yang dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat harus diberikan sanksi
hokum yang tegas.

Mengacu pada Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah sat wewenang KPPU adalah melakukan
penelitian, penyelidikan dan menyimpulan hasil penyelidikan mengenai ada tidaknya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Namun, Majelis hakim tidak menemukan fakta
afiliasi seperti yang disebutkan KPPU yang menimbulkan persekongkolan. Ketua majelis hakim
mengatakan bahwa pemohon kasasi tidak mampu membuktikan adanya persekongkolan antara
PT COSL Indo dan Husky CNOOC Madura Limited. Keduanya pun tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Putusan ini juga diperkuat dengan
keterangan keterangan saksi dan ahli yang menyatakan proses tender sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan kondisi industri minyak dan gas bumi saat ini. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa memang tidak terdapat pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 yang dilakukan
oleh PT COSL Indo dan Husky CNOOC Madura Limited. Apalagi, PT COSL Indo dan Husky
CNOOC Madura Limited sudah mendapat persetujuan hasil pelaksanaan tender dari SKK Migas.
Selain itu telah diberikan Appreciation Letter oleh Husky CNOOC Madura Limited  sebagai
pengguna jasa kepada PT COSL INDO. Dalam hal ini, putusan Hakim sudah tepat karena dari
awal putusan KPPU dinilai sumir. Hal itu mengingat Majelis Komisi tidak mempertimbangkan
fakta-fakta yang dihadirkan oleh saksi terlapor. Dalam hal ini, saya harap agar KPPU lebih
cermat dan teliti lagi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Terlebih KPPU sudah
diberikan wewenang untuk melakukan penyelidikan maupun penelitian sesuai dengan Pasal 33
UU Anti Monopoli. Apabila semua persyaratan pelanggaran hokum sudah terpenuhi baru bisa
dilakukan langkah hukum agar tidak hanya membuang-buang dana Negara untuk
menganggarkan penyelesaian masalah ini, dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
KASUS III MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

MA Vonis Denda Rp77 Miliar Pelaku Kartel


SMS
Arsan Mailanto, Jurnalis · Senin 18 Juli 2016 11:02 WIB

Ilustrasi Okezone

JAKARTA - Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan Kasasi KPPU atas Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 03/KPPU/2008/PN.Jkt.Pst terkait keberatan terhadap
Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2007 tanggal 18 Juni 2008 mengenai Kartel SMS.

Kasus ini bermula dari laporan masyarakat kepada KPPU mengenai adanya indikasi dugaan
pelanggaran Pasal 5 UU No. 5/1999. Saat itu, KPPU menetapkan sembilan terlapor yang diduga
dalam permainan kartel SMS. Hingga pada saat putusan, hanya enam perusahaan yang disebut di
atas terbukti melakukan kartel.

Sementara sisanya yakni Terlapor III (PT Indosat, Tbk), Terlapor V (PT Hutchison CP
Telecommunication), dan Terlapor IX (PT Natrindo Telepon Seluler), tidak terbukti melakukan
pelanggaran Pasal 5 UU Monopoli tersebut.
Kasus kartel tarif SMS ini ketika KPPU menerima dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5 UU No.
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat oleh
sejumlah provider seluler di Indonesia.

KPPU menemukan pelanggaran dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) interkoneksi antar operator.
Salah satu klausul perjanjian memuat penetapan tarif SMS yang mengakibatkan terjadinya kartel
harga SMS off-net pada periode 2004-2008. Putusan KPPU itu tak langsung berkekuatan hukum
tetap, bahkan sempat dibatalkan PN Jakarta Pusat.

KPPU langsung bergerak cepat mengawasi operator-operator yang diduga melakukan kartel tarif
SMS sepanjang 2004-2007 untuk tarif off-net (lintas operator) pada pasar kompetitif.

Adapun bentuk pelanggaran dimaksud terkait Perjanjian Kerja Sama (PKS) Interkoneksi antar
operator, di mana salah satu klausul perjanjiannya memuat penetapan tarif SMS yang
mengakibatkan terjadinya kartel harga SMS off-net pada periode 2004 sampai April 2008.

Merujuk pada putusan KPPU sebelumnya, pelaku usaha yang dilaporkan adalah PT
Excelkomindo Pratama, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Bakrie Telecom, PT Mobile-8
Telecom, dan PT Smart Telecom. Pada Juni 2008 silam, para pelaku usaha ini diharuskan KPPU
membayar denda Rp77 miliar.

"Menurut MA, pendapat KPPU bahwa tarif SMS off-nett dalam perkara ini adalah tarif hasil
kesepakatan (kartel) di antara operator sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 5 UU
Nomor 5 Tahun 1999 adalah pendapat yang sudah benar sehingga layak untuk dikuatkan," putus
majelis sebagaimana dikutip dalam laman resmi Mahkamah Agung (MA), Senin (18/7/2016).

Putusan ini diketuk oleh Ketua Majelis Hakim Agung Syamsul Maarif, dengan anggota hakim
agung Abdurrahman dan I Gusti Agung Sumanatha. Dalam putusan itu, majelis kasasi
menjatuhkan hukuman kepada pelaku kartel yaitu:

1. PT Excelkomindo Pratama, Tbk., sebesar Rp25 miliar.


2. PT Telekomunikasi Selular sebesar Rp25 miliar.
3. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., sebesar Rp18 miliar.
4. PT Telekomuniasi Bakrie Telecom, Tbk., sebesar Rp4 miliar.
5. PT Mobile-8 Telecom, Tbk., sebesar Rp5 miliar.

"Denda yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan, Sekretariat Jendral satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha)," putus majelis pada 29 Februari
2016.

Putusan MA dalam perkara No. 9 K/Pdt.Sus-KPPU/2016 itu dijatuhkan pada 29 Februari 2016
oleh majelis Syamsul Maarif, Abdurrahman, dan I Gusti Agung Sumanatha.

KPPU menyampaikan apresiasi atas Putusan Mahkamah Agung dimaksud dan mengharapkan
agar para pelalu usaha bersangkutan segera membayar denda ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha.

Informasi tentang putusan itu disampaikan langsung Ketua KPPU Syarkawi Rauf kepada
wartawan, "KPPU sangat bersyukur mengapresiasi MA telah memenangkan KPPU dalam kartel
SMS. Putusan MA luar biasa kerena ini menyangkut kepentingan konsumen yang sangat
banyak," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi KPPU dan HO, Senin (18/7/2016).

HASIL ANALISIS KASUS III :

Perjanjian Kerja Sama (PKS) Interkoneksi antar operator, di mana salah satu klausul
perjanjiannya memuat penetapan tarif SMS yang mengakibatkan terjadinya kartel harga SMS
off-net pada periode 2004 sampai April 2008. Hal ini sudah barang tentu melanggar UU
NO.5/1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada pasal 5
ayat 1 yang mengatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelakuusaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas mutu suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. Apa yang telah dilakukan
oleh KPPU saya rasa sudah tepat karena dengan adanya kartel harga SMS off-net dapat
menimulkan kerugian bagi para pesaing yang tidak ikut terlibat didalamnya. KPPU sudah
memperjuangkan hak masyarakat yang merasa keberatan atas hal tersebut sampai tuntas pada
pengadilan di Mahkamah Agung dalam bentuk kasasi dengan menghasilkan putusan hukuman
kepada pelaku kartel yaitu:
1. PT Excelkomindo Pratama, Tbk., sebesar Rp25 miliar.
2. PT Telekomunikasi Selular sebesar Rp25 miliar.
3. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., sebesar Rp18 miliar.
4. PT Telekomuniasi Bakrie Telecom, Tbk., sebesar Rp4 miliar.
5. PT Mobile-8 Telecom, Tbk., sebesar Rp5 miliar.

Saya pun mengapresiasi Majelis Hakim Mahkamah Agung atas putusan yang telah ditetapkan,
sehingga kedepannya perusahaan apapun tidak ada yang melakukan monopoli atau persaingan
usaha tidak sehat lagi. Mengingat bahwa hal tersebut membawa dampak negative dan kerugian
dari berbagai pihak. Saya juga berharap dana yang dihimpun dari denda atas pelanggaran hokum
tersebut dipergunakan dengan sebaik mungkin dan kinerja KPPU bisa lebih ditingkatkan agar
mampu melakukan pengawasan terhadap setiap perusahaan agar tidak terjadi kasus yang sama
lagi.
Daftar Pustaka

Condro Bawono Adi, Kusumasari Diana. 2012. Upaya Nasabah Jika Klaim Asuransi Terlambat
atau Tidak Dibayar. Dikutip dari https://m.hukumonline.com. 25 April.

Cigna. 2020. Jangan Telat Bayar Premi Asuransi Jika Tak Ingin Kehilangan Proteksi. Dikutip
dari https://www.cigna.co.id. 25 April

Fahriyadi. 2019. Asuransi Panin Daiichi Life kalah di sengketa melawan konsumen, begini
kronologinya. Dikutip dari https://www.google.com/search?
q=putusan+pengadilan+kasus+asuransi+panin+daiichi+life&safe=strict&source=lnms&tbm=isc
h&sa=X&ved=2ahUKEwiogOzjt4LpAhWDe30KHbTxBuEQ_AUoAnoECAsQBA&biw=1366
&bih=664#imgrc=jMVWHYXCKOt28M. 25 April.

Mailanto Arsan. 2016. MA Vonis Denda Rp77 Miliar Pelaku Kartel SMS. Dikutip dari
https://techno.okezone.com/read/2016/07/18/54/1440301/ma-vonis-denda-rp77-miliar-pelaku-
kartel-sms. 25 April.

Novita Sari Dimas. 2018. Lawan PT Cosl Indo, KPPU Kalah di MA. Dikutip dari
https://kabar24.bisnis.com/read/20180102/16/722705/lawan-pt-cosl-indo-kppu-kalah-di-ma. 25
April.

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Sekretariat
Negara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai