Anda di halaman 1dari 5

Kritik Interpretif Pada Kajian Desain Masjid Al-Irsyad Bandung

Oleh:

Ameila Sawitri
16660096
Mahasiswa, (Teknik Arsitektur, Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
E- mail: ameila.sawitri09@gmail.com

ABSTRAK
Sawitri, Ameila. 2019. Kritik Interpretif Masjid Al- Irsyad. Dosen pengampu: Pudji P Wismantara, M. T

Kata Kunci: Kritik, Interpretif, Masjid Al-Irsyad, Bandung

Masjid Al-Irsyad adalah salah satu masjid hasil rancangan Ridwan Kamil. Masjid ini terletak di Perahyangan
Bandung. Masjid Al-Irsyad mendapat penghargaan sebagai satu dari lima besar Building of The Year 2010 versi
National Frame Building Association kategori Religious Architecture. Selain itu juga meraih Green Leadership Award
dari BCI Asia. Masjid ini didesain dengan arsitektur futuristic. Bentuk kubus sederhana dan tanpa kubah, karena
bentuk terinspirasi dari bentukan Ka’bah yangmana merupakan kiblat umat islam yang ada di Masjidil Haram. Pada
pembahasan ini akan membahas mengenai Masjid Al- Irsyad Bandung dengan menggunakan metode Kritik
Interpretif.

PENDAHULUAN
Masjid Al-Irsyad adalah masjid karya arsitek Ridwan Kamil yang memiliki luas bangunan 1700 m2 dengan
luas selasar 800 m2 yang berdiri diatas lahan seluas 1 Ha. Masjid ini dapat menampung jama’ah sebanyak 1.500
jama’ah Masjid ini mulai dibangun pada 7 September 2009 dan telah selesai dibangun pada 27 Agustus 2010.
Masjid yang biasanya identik dengan kubah dan menara-menaranya, namun masjid Al-Irsyad ini berbeda. Ridwan
Kamil menyebutkan bahwa masjid Al-Irsyad yang berbentuk kubus ini terinspirasi oleh bentukan Ka’bah yang ada di
Masjidil Haram. Masjid ini kaya akan filosofi keagamaan. Dengan bentukan sederhana namun memiliki kesan atau
impresi yang kuat serta mendalam.

PEMBAHASAN

Masjid Al-Irsyad Satya alias Masjid Al-Irsyad yang sederhana dan elegan sehingga terkesan khusyuk dan
tenang bukan hanya menambah khazanah arsitektur bercorak keislaman, tetapi juga mempopulerkan nama
arsiteknya, yakni Muhammad Ridwan Kamil.

Ameila Sawitri |16660096|Kritik Interpretif Masjid Al-Irsyad Bandung


1
Kesan sederhana namun elegan dan khusyuk dan tenang dari masjid seluas 1.871 meter persegi ini muncul
dari tiga unsur warna yang digunakan, yaitu warna putih, hitam, dan abu-abu. Dengan warna ini, Masjid Al-Irsyad
memang tampak tidak mencolok. Hal ini bukan saja membuat keberadaannya nyaris menyatu dengan lingkungan
alam di sekitarnya, tetapi juga membuatnya kondusif untuk dijadikan tempat ibadah. Ini akan menimbulkan
suasanya beribadah yang khusyuk dan tenang tanpa melihat banyak warna mencolok.

Lanskap Masjid Al-Irsyad berbentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Garis-garis
melingkar tersebut terinspirasi oleh konsep tawaf (perjalanan para pelaksana ibadah haji dalam mengelilingi
Ka’bah). Kemudian keberadaan pohon-pohon Ketapang Kencana (Terminalia Mantaly) di sekitarnya menambah
keasrian dan keindahan lanskap masjid. Penanaman pohon-pohon memberi kesan yang menyatu dengan
lingkungan sekitar, menimbulkan kesan bangunan yang tidak egois dan tetap mimikirkan lingkungan.

Fasad bangunan Masjid Al-Irsyad adalah susunan komplek beton (concrete block) yang membentuk
kaligrafi dua kalimat syahadat. Bagian dindingnya merupakan batu bata yang ditata rapih namun unik, karena
lubang dan celah antar batu bata tersebut tampak solid, sehingga apabila dipandang dari kejauhan, maka di
permukaan dinding tersebut terbentuk dan terbaca dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah.

Ameila Sawitri |16660096|Kritik Interpretif Masjid Al-Irsyad Bandung


2
Selain berfungsi artistik (unsur keindahan), air kolam yang mengapit bangunan masjid pun bersifat
fungsional untuk mendinginkan temperatur masjid di saat musim kemarau, sedangkan lubang dan celah dinding
masjid bersifat fungsional sebagai ventilasi (lubang udara). Dengan demikian, sirkulasi udara di dalam ruangan
Masjid Al-Irsyad jelas sangat baik. Pengunjung masjid ini bukan hanya akan merasa leluasa karena sirkulasi udara
yang sangat baik tersebut, tetapi juga tidak merasa panas kendati tidak terdapat kipas angin dan AC di dalamnya.
Dengan adanya suara gemercik air menimbulkan kesan nyaman dan tenang.

Jika siang hari, maka cahaya alami matahari akan menembus ke dalam ruangan masjid ini. Cahayanya
tampak seperti sebuah elemen digital yang membentuk dua kalimat syahadat. Lalu saat senja, semburat cahaya
matahari akan merangsek masuk ke dalamnya, sedangkan pada malam hari, cahaya lampu listrik dari dalam
ruangan akan memancar keluar dan membentuk kaligrafi dua kalimat syahadat yang berpendar dengan indahnya
menerangi lingkungan sekitar. Sehingga memberi penerangan terhadap lingkungan sekitar.

Ameila Sawitri |16660096|Kritik Interpretif Masjid Al-Irsyad Bandung


3
Bagian interior, tampak 99 lampu, simbol Asmaul Husna (99 nama-nama Allah). Masing-masing tulisan
pada lampu tersebut dapat dibaca jelas, dimulai dari sebelah kanan depan hingga nama-Nya yang ke-99 yang
terdapat di sebelah kiri belakang ruangan masjid. Hal ini bukan semata-mata mempercantik interior, melainkan
juga terutama berguna untuk mengingatkan pengunjung kepada sifat-sifat Allah yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta.
Disini jamaah akan merasa tersinari oleh 99 nama-nama Allah yang merasuk ke dalam jiwa.

Ruangan tempat imam shalat ini tampak didesain bukan hanya untuk memperlihatkan orang yang hadir di
ruangan ini terhadap pemandangan (view) alam yang indah, akan tetapi juga bersamaan itu kepada ciptaan Allah
Yang Maha Besar. Dengan kata lain, ruangan mihrab dirancang sebagai tempat untuk menghadap Allah. Sebab,
mihrab ini merupakan ruangan tanpa dinding dan benar-benar terbuka, sehingga tidak menghalangi pandangan
mata orang yang ada di dalamnya ke arah gunung dan langit di sekitar Masjid Al-Irsyad. Membuat umat manusia
selalu mengingat Allah dengan kebesarannya dengan ciptaannya.

Ruangan tempat imam shalat ini tampak didesain bukan hanya untuk memperlihatkan orang yang hadir di
ruangan ini terhadap pemandangan (view) alam yang indah, akan tetapi juga bersamaan itu kepada ciptaan Allah
Yang Maha Besar. Dengan kata lain, ruangan mihrab dirancang sebagai tempat untuk menghadap Allah. Sebab,
mihrab ini merupakan ruangan tanpa dinding dan benar-benar terbuka, sehingga tidak menghalangi pandangan
mata orang yang ada di dalamnya ke arah gunung dan langit di sekitar Masjid Al-Irsyad. Membuat umat manusia
selalu mengingat Allah dengan kebesarannya dengan ciptaannya.

Ameila Sawitri |16660096|Kritik Interpretif Masjid Al-Irsyad Bandung


4
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa desain masjid sangat mempengaruhi perasaan umat manusia dalam beribadah
kepada Allah SWT. Seperti yang tercermin dari masjid Al-Irsyad yang memberikan nuansa ketenangan, kesejukan
dank kehusyuan dalam beribadah. Dan juga masjid ini mengungkapkan bahwasanya masjid tersebut berusaha utuk
memanggil jamaah untuk beribadah didalamnya, terutama pada saat maghrib dingga malam hari dengan kalimat
syahadar yang terpancar dari fasad masjid yang bersumber dari cahaya lampu yang berada dari dalam masjid.

DAFTAR PUSTAKA
https://properti.kompas.com/read/2018/09/23/190000621/berkat-desain-masjid-al-irsyad-ridwan-kamil-raih-iai-
awards-2018?page=all

http://demasafetalita.blogspot.com/2016/01/kritik-arsitektur-interpretif.html

Ameila Sawitri |16660096|Kritik Interpretif Masjid Al-Irsyad Bandung


5

Anda mungkin juga menyukai