Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH NORMAL

STASE KEPERAWATAN DAN PROFESI (KDP)

DISUSUN OLEH

DEWI SINTA

113063C117006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2020-2021
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR

Laporan pendahuluan kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh Normal disusun


oleh Dewi Sinta, 113063C117006. Laporan pendahuluan in telah diperiksa dan
disetujui oleh Preseptor Akademik dan Peseptor Klinik.

Banjarmasin, 15 September 2021

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Maria Silvana Dhawo, S.Kep,Ners, MHPEd Veliria Sulis, S.Kep.,Ners

Mengetahui

Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Sr. Margaretha Martini, SPC, BSN, MSN


DAFTAR ISI

Sampul Depan
Lembar Pengesahan................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan............................................................................... iii
BAB II Konsep Teoriti............................................................................ iv
2.1 Konsep Kebutuhan.............................................................. v
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.............................................
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis.


Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan
panas yang dikeluarkan (Brooker, 2008). Manusia adalah makhluk endotermik
dimana suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya.
Sistem termoregulasi diatur fisiologis yang terintregasi dari respon sistem efferent
dan sentral. Reseptor sensitif suhu terdapat pada kulit dan membran mukosa yang
selanjutnya akan berintregasi menuju spinal cord dan berakhir di hipotalamus
anterior yang merupakan pusat control sistem termoregulasi (Fauzi, 2015)

Anestesi spinal merupakan salah satu cara untuk menghilangkan sensasi


motorik dengan jalan memasukkan obat anestesi ke ruang subarakhnoid. Pada
tindakan anestesi spinal terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi
vasodilatasi yang mengakibatkan perpindahan panas dari kompartemen sentral ke
perifer, hal ini yang akan menyebabkan hipotermi. Selain itu salah satu efek dari
obat anestesi yang dapat menyebabkan hipotermia adalah terjadinya pergeseran
threshold pada termoregulasi sehingga tubuh lebih cepat merespon penurunan
suhu yang akan mengakibatkan hipotermi (Pramandu, 2010).

Pemeliharaan normotermia merupakan fungsi yang paling penting dari


sistem saraf autonom. Disfungsi sel dan jaringan dapat terjadi apabila terjadi
perubahan kecil suhu inti tubuh. Pada manusia, suhu inti tubuh dijaga dalam suhu
36,5-37,5 ºC. Apabila terjadi perubahan suhu lingkungan tubuh akan
mempertahankan suhu dengan respon fisiologis dan juga perilaku. Dalam satu jam
pertama pemberian anestesi akan terjadi penurunan pada suhu inti tubuh sebesar
0,5-1,5 ºC. Mekanisme penurunan suhu selama anestesi adalah kehilangan panas
pada kulit akibat dari proses radiasi, konveksi, konduksi, dan juga evaporasi yang
lebih lanjut menyebabkan redistribusi dan penurunan laju metabolisme. Hipotermi
didefinisikan keadaan suhu inti yang kurang dari 35ºC dan merupakan suatu
faktor resiko independen terjadinya mortalitas setelah trauma. Bila suhu kurang
dari 36 ºC yang dipakai sebagai patokan maka insiden hipotermia berkisar 50 –
70% dari 160 pasien yang menjalani pembedahan (Hujjatulislam, 2015).
BAB II

KONSEP TEORITIS

1.1. Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh Normal


1.1.1. Definisi

Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang


menggambarkan status kesehatan seseorang. Suhu adalah pernyataan
tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat juga dikatakan
sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh adalah suatu pengaturan
fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan
kehilangan panas, sehingga panas dalam tubuh dipertahankan secara
konsisten. Suhu tubuh manusia berpusat pada hipotalamus anterior.
Terdapat 3 komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan
panas (Haswita dan Sulistyowati, 2017).

Suhu merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang


dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan
eksternal atau substansi panas dingin atau permukaan kulit tubuh.
Hipertermi atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seseorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh.

Adapun lokasi untuk pengukuran temperatur tubuh adalah:


a. Ketiak (aksila)
b. Anus (rektal)
c. Dibawah lidah (liblingual)
1.1.2 Organ Pengatur Suhu Tubuh

Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus,


hipotalamus dikenal dengan thermostat yang berada di bawah otak.
Terdapat dua hipotalamus, yaitu :

a. Hipotalamus anterior, berfungsi mengatur pembuangan panas.


b. Hipotalamus posterior, berfungsi mengatur penyimpanan panas.

Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptic hipotalamus anterior


dan hipotalamus posterior memperoleh 2 sinyal, yaitu :

a. Berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor


panas/dingin.

b. Berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipotalamus itu


sendiri.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik control yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai dibawah atau sampai titik ini, maka pusat akan
memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan
pengeluaran panas. (Haswita dan Sulistyowati, 2017).
1.1.3 Mekanisme pemindahan/ kehilangan panas
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan satu objek ke
permukaan lain tanpa kontak langsung antara keduanya. Radiasi
terjadi karena perpindahan kalor melalui gelombang
elektromagnetik.

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas mdari suatu onjek ke onjek lain


dengan kontak langsung.

c. Koveksi

Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara atau


air. Panas konduksi ke udara terlebih dahulu sebelum dibawa aliran
konveksi.

d. Evaporasi

Evaporasi adalah perpindahan energy panas dengan penguapan.


Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan kita merasa
lebih dingin ketika baju renang basah daripada ketika kering.
(Haswita dan Sulistyowati, 2017)

1.1.4 Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

a. Umur

BBL : 36,1 – 37,70C


1 tahun : 37,7
0
C 2-5
tahun : 37,2
0
C 6-
dewasa : 37
0
C Usila :
360C
>75 tahun mempunyai resiko Hipotermia (<360C) karena :
Tidak adekuatnya diet sehingga tidak adekuat produksi panas.
Hilangnya lemak sub kutan sehingga tidak adekuat isolasi panas.
Kurang aktivitas.

b. Waktu

Bervariasi 1,10 – 1,60 C


c. Jenis kelamin
Wanita biasanya lebih baik dalam mengisolasi panas dan menjaga
suhu internal. Peningkatan progesterone selama ovulasi
menyebabkan perubahan suhu sekitar 0,3 – 0,50C. Esterogen dan
prosterogen menyebabkan peningkatan BMR

d. Emosi

Saat emosi tidak stabil misalnya dalam keadaan marah akan


menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Sedangkan apatis dan
depresi menyebabkan menurunnya suhu tubuh.

e. Olahraga

Aktivitas otot menyebabkan suhu tubuh meningkat. Aktivitas berat


 suhu naik 2,70. Mengunyah permen karet penuh semangat 
suhu mulit naik 0,50C.
f. Makanan, cairan dan merokok
Minum, makan panas menyebabkan suhu oral naik, sedangkan saat
minum air es menyebabkan suhu oral turun +- 0,90 C. demikian
halnya juga setelah sesaat makan dan merokok akan menyebabkan
suhu meningkat.

g. Lingkungan

Pada lingkungan yang lebih tinggi suhunya dibandingkan suhu


tubuh maka tubuh akan menyerap panas dari lingkungan demikian
juga sebaliknya. (Elang dan Engkus).
1.1.5 Tempat untuk memantau suhu tubuh
a. Mulut
b. Aksila
c. Rectum
d. Gendang telinga (Membrane Tympani)
e. Arteri temporalis (alat terkomputerisasi ditembakkan dari satu sisi
ke sisi lain menyebrangi dahi melewati arteri temporalis, yang
terletak kurang 2 mm di bawah permukaan kulit pada daerah ini.
(Haswita dan Sulistyowati, 2017).
1.1.6 Masalah-masalah perubahan suhu tubuh
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluaran
panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan prosuksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh abnormal.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
c. Hipertemia
Merupakan peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau
menurunkan produksi panas.
d. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas
sehingga akan mengakibatkan hipotermia. (Haswita dan
Sulistyowati, 2017).

1.1.7. Pemeriksaan Penunjang

a. Kultur (luka, sputum, urine, darah)


- Mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang
- Untuk menentukan obat yang efektif
b. Sel darah putih:
- Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
- Leucositosis (15.000-30.000)
c. Elektrolit serum:
Ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, perpindahan
cairan, perubahan fungsi ginjal.
d. Glukosa serum:
Sebagai respon dari puasa dan perubahan seluler dalam metabolisme.
e. Urinalisis: bakteri penyebab infeksi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Pekerjaan

2. Status kesehatan

a. Keluhan utama : panas

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat kesehatan lalu

a. Hipertermia : sejak kapan timbulnya demam, gejala lain yang


menyertai demam, apakah menggigil atau gelisah.

b. Hipotermia : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejal kappa


timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi, dan gangguan
menelan.

5. Pemeriksaan fisik: ttv, inspeksi dan palpasi kulit, tanda-tanda


dehidras, perubahan tingkah laku (bingung, gelisah, disorietasi).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertemi berhubungan dengan penyakit

a. Definisi

Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.

b. Batasan karakteristik

- Kulit merah
- Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal

- Frekuensi napas meningkat

- Kejang dan konvulsi

- Kullit teraba hangat

- Takikardia

- Takipnea

c. Factor yang berhubungan

- Dehidrasi

- Penyakit atau trauma

- Ketidakmampuan atau penurunam kemampuan untuk


berkeringat

- Pakaian yang tidak tepat

- Penihkatan laju metabolime

- Obat anesthesia

- Terajan lingkungan yang panas dalam waktu lama

- Aktivitas berlebihan

d. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam suhu


tubuh dalam rentang normal.

Dengan kriteria hasil :

- Suhu tubuh dalam rentag normal 36,5-37,5 C

- Kulit teraba teraba hangat

- Nadi dan pernafasa dalam rentang normal yaitu:

Nadi: 60-100x/mnt, RR :16-24x/mnt, systole : 90-140 mmHg,


diastole : 60-90 mmHg.
Intervensi Rasional
Observasi
1 Identifikasi penyebab Untuk mengetahui agen
. hipertermia (mis, dehidrasi, penyebab
terpapar lingkungan panas, hipertermia
penggunaan inkubator)
2 Monitor suhu tubuh Mengetahui tanda-tanda
. infeksi
3 Monitor kadar elektrolit Diharapkan dapat
. mengganti cairan yang
hilang
4 Monitor haluan urine Untuk mengetahui
keseimbangan intake dan
output cairan
5 Monitor komplikasi akibat Agar dapat menangani
. hipertermia komplikasi hipertermia
Terapeutik
1 Sediakan lingkungan yang Suhu rungan harus dirubah
. dingin agar dapat membantu
mempertahankan suhu
pasien
2 Longgarkan atau lepaskan Mengurangi peningkat suhu
. pakaian tubuh dan terjadi
perpindahan panas secara
konduksi
3 Basahi dan kipasi permukaan Dengan dikompres akan
. tubuh terjadi perpindahan panas
secara konduksi dan
kompres hangat akan
mendilatasi pembuluh darah
4 Ganti linen setiap hari atau Untuk memberikan suasan
. sering jika mengalami segar, nyaman, dan
hyperhidrosis (keringat menyenangkan untuk
berlebih) pasien
5 Lakukan pendinginan Untuk mempertahankan
. eksternal (mis, selimut suhu tubuh pasien dalam
hipotermia atau kompres batas normal
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
6 Berikan oksigen, jika perlu Untuk memenuhi
. keseimbangan antara supai
dan kebutuhan O2
Edukasi
1 Anjurkan tirah baring Menghilang atau
. mengurangi peningkatan
suhu tubuh
kolaborasi
1 Kolaborasikan pemberian Pemberian elektrolit agar
. cairan elekrolit intravena, dapat mengganti cairan
antipiretik dan antibotik jika tubuh yang hilang,
perlu pemberian obat antibiotic
untuk mencegah infeksi
pemberian obat antipiretiik
untuk penurunan panas.

2. Hiportermia berhubungan dengan penuaan

e. Definisi

Mengidetifikasi dan mengelola suhu tubuh dibawah rentang


normal

f. Batasan karakteristik
- Kulit dingin

- Bantalan kuku sianosis

- Hipertensi

- Pucat

- Merinding

- Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal

- Menggigil

- Pengisian ulang kapiler lambat

- Takikardia

g. Factor yang berhubungan

- Penuaan

- Konsumsi alcohol

- Kerusaka hipotalamus

- Penurunan laju metabolic

- Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin

- Penyakit atau trauma

- Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk


menggigil

- Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi

- Malnutrisi

- Obat-obatan yang menyebabkan vasodilatasi

- Terpajan lingkungan dingin atau kedingina dalam waktu lama

h. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam suhu


tubuh kembali dalam rentang normal.

Dengan kriteria hasil :

- Suhu tubuh dalam rentag normal 36,5-37,5 C

- Kulit teraba tidak dingin

- Pasien tidak tampak meggigil, pucat, dan merinding

- TTV dalam rentang normal :

Nadi: 60-100x/mnt, RR :16-24x/mnt, systole : 90-140 mmHg,


diastole : 60-90 mmHg.

Intervensi Rasional
Observasi
1 Monitor suhu tubuh Tanda-tanda vital merupakan
. acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien
terutama suhu tubuh.
2 Identifikasi penyebab Untuk mengetahui agen
. hipotermia (mis. Terpapar penyebab hipotermia
suhu lingkungan rendah,
pakaian tipis, kerusakan
hipotalamus, penurunan
laju metabolisme,
kekurangan lemak
subkutan)
3 Monitor tanda dan gejala Mengetahui keadaan umum
. akibat hipotermia pasien
Hipotermia ringan:
takipnea, disatria,
menggigil, hipertensi,
diuresis; hipotermia
sedang: aritmia, hipotensi,
apatis, koagulopati, refleks
menurun, hipotermia
Berat: Oliguria, refleks
menghilang, edema, paru
asam-basa abnormal.
Terapeutik
1 Sediakan lingkungan yang Memberikan suasana yang
. hangat (mis,atur suhu menyenangkan, dan
ruangan, inkubator) menghilangkan
ketidaknyamanan
2 Ganti pakaian dan/atau Untuk melindungi pasien dari
. linen yang basah pajanan udara dingin yang
dapat memperparah kondisi
pasien.
3 Lakukan penghangatan Untuk melindungi pasien dari
. pasif (mis. Selimut, pajanan udara dingin yang
menutup kepala, pakaian dapat memperparah kondisi
tebal, pasien.
4 Lakukan penghangatan Melakukan kompres hangat
. aktif eksternal (mis. aagar terjadi perpindahan
Kompres hangat, botol panas dan kompres hangat
hangat, selimut hangat, akan medilatasi pembuluh
perawatan metode darah
kangguru
5 Lakukan penghangatan Agar terpenuhi kebutuhan
. aktif internal (mis. Infus cairan, dan kebutuhan Suplai
cairan hangat, oksigen O2
hangat, lavase,
peritoneal,dengan cairan
hangat.
Edukasi
1 Anjurkan makan/minum Agar mempertahankan suhu
sedikit-sedikit tapi sering. tubuh pasien. Mengurangi
mual muntah, dan supaya
tercapai kebutuhan cairan,

DAFTAR PUSTAKA

Jamil, N. (2017). Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Kebutuhan


Mempertahankan Suhu Tubuh Normal Dengan Cara Menyesuaikan
Pakaian Dan Memodifikasi Lingkungan. Retrieved 15, September 2021
from https://pdfcoffee.com/lp-gangguan-mempertahankan-suhu-tubuh-
normaldocx-5-pdf-free.html.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatam Indonesia. Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervesi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan . Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai