Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

F.3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA


BERENCANA (KB)
“MELAKUKAN PELAYANAN KB IUD SESUAI STANDAR”

Oleh :
dr. Zumrotin Hasnawati

Pembimbing :
dr. Hawa Masfufah

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BUMIAYU


KABUPATEN BREBES
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA
BERENCANA (KB)
“MELAKUKAN PELAYANAN KB IUD SESUAI STANDAR”
Bumiayu, Oktober 2018

Peserta Program Internsip Pendamping Program Internsip

dr. Zumrotin Hasnawati dr. Hawa Masfufah

NIP. 19840505 200904 2 006

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya bertujuan
untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk
memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
(KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Berdasarkan survei penduduk tahun 2010 tingkat laju pertumbuhan
penduduk Indonesia sebesar 1,49% dan angka kelahiran total atau Total Fertility
Rate (TFR) sebesar 2,6 per wanita subur. Angka tersebut masih jauh dari target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014
yaitu tercapainya laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,1% dan tingkat
fertilitas 2,1% per kelahiran (BKKBN, 2012). Dalam mengatasi pertumbuhan
penduduk pemerintah menerapkan kebijakan penggunaan kontrasepsi yang
rasional, efektif dan efisien diantaranya yaitu penggunaan MKJP.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode kontrasepsi
yang paling efektif. Bila dilihat dari data justru terdapat kecenderungan pola
pemakaian kontrasespi non MKJP, dimana dari 57% Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) sebesar 43,7% menggunakan non MKJP dan 10,6% yang
menggunakan MJKP. Pola penggunaan MKJP cenderung menurun 18,7% pada
tahun 1991 menjadi 10,6% tahun 2012. Tingginya penggunaan non MKJP juga
terjadi pada akseptor KB baru yaitu sebesar 82,48%, sedangkan yang
menggunakan MKJP hanya sebesar 17,52% (SDKI, 2012).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi sebagian
wanita. IUD merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering
digunakan di seluruh dunia dengan pemakaian mencapai sekitar 100 juta wanita,
sebagian besar berada di Cina. Generasi terbaru AKDR memiliki efektivitas lebih
dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian satu tahun atau lebih
(Glasier dan Gebbie, 2012).
Pemakaian IUD terhadap penurunan fertilitas mempunyai efektifitas dan
tingkat kembalinya yang cukup tinggi. Risiko kegagalan IUD khususnya Tcu380A
sebanyak 0,8% tiap 100 wanita bahkan bisa 1:170 wanita pada pemakaian tahun
pertama (Siswosudarmo dkk, 2001). Metode kontrasepsi IUD dapat menjamin
sekurangnya tiga tahun jarak kehamilan. Pengaturan jarak kehamilan lebih dari
dua tahun dapat membantu wanita memiliki anak yang sehat dan meningkatkan
peluang mereka untuk terus hidup sebesar 50%.
Puskesmas Bumiayu memiiki program safari KB demi menunjang
tercapainya upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia. Pada program safari KB dilakukan pemasangan KB IUD dan Implan.
B. Permasalahan di Masyarakat
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai definisi, kelebihan dan
kekurangan, efektivitas, efek samping penggunaan dan cara pemasangan KB IUD
yang berakibat pada masih kurangnya penggunaan KB di masyarakat.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai definisi, kelebihan dan
kekurangan, efektivitas, efek samping penggunaan dan cara pemasangan KB
implan sehingga berdampak pada penggunaan KB di masyarakat
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas Bumiayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang
dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan
menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam
rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil
dan kondom (BkkbN, 2014).
B. Jenis Kontrasepsi Implan
Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai
berikut:
1. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa
ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah
Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.
a. Lippes Loop
IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada
bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio
opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X. Menurut Proverawati (2010) IUD
Lippes Loop bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk
memudahkan kontrol dan dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian atasnya. Adapun tipe
dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops Macam Loop


Macam Loop Panjang Berat Warna Benang
LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam
LL B 27,5 cm 526 mgr Biru
LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning
LL D 30,0 cm 709 mgr Putih
IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik
(Proverawati, 2010).
b. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak,
dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya
masingmasing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380
± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan
diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen
polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
c. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan
mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus
tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian
lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan
meminimalkan terjadinya ekspulsi.
d. Nova – T
IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan
bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka
pada jaringan setempat pada saat dipasang.
e. Cooper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010)
Gambar 1. Jenis-
Jenis IUD
Jenis kontrasepsi
IUD pasca salin
aman dengan
menggunakan
IUD Cu T
(copper T),
sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu
sehingga tidak cocok untuk pasca salin (BkkbN, 2014).
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.
1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-
puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik
yang ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya dibagi menjadi 2
1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.
Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan
Graten ber-ring.
b. Menurut tambahan atau metal
1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220
(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya
kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di
belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang
ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2 .
Cara insersi: Withdrawal.
2) Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,
Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang
tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai
di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan
yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan
teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 碌 g
progesteron setiap hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.
b. Mirena
Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut,
fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim.
Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang
diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam
pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang
vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam
rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 g/hari pada awalnya dan
menurun menjadi sekitar 10 g/hari setelah 5 tahun) melalui membran
polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang
rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini
adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan
lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk
wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya.
Mengurangi frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).
Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir
serviks. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat
perjalanan sperma untuk bertemu sel telur. Menipiskan endometrium,
lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi kemungkinan implantasi
embrio pada endometrium. Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan
pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas
dan fertilitas dapat kembali dengan segera (Rosa, 2012)

C. Keuntungan dan kerugian KBIUD


1. Keuntungan
Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010)
a. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi
b. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
(1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak
perlu diganti)
e. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
f. Tidak memengaruhi hubungan seksual
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).
i. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid
terakhir)
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
m. Mencegah kehamilan ektopik
2. Kerugian
Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:
(Proverawati dkk, 2010)
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting antar menstruasi)
d. Saat haid lebih sedikit
E. Indikasi dan kontra indikasi KB IUD
1. Indikasi
a. Usia Reproduksi
b. Keadaan Nullipara
c. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
d. Wanita yang sedang menyusui
e. Setelah abortus dan tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal (Handayani,2010)

2. Kontraindikasi
a. Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita

melakukan senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang

valid sejak periode menstruasi normal yang terakhir.

b. Penyakit inflamasi pelfik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis,

riwayat PID akut atau subakut, riwayat PID dalam tiga bulan terakhir,

termasuk endometritis pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi.

c. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah

ektopik
d. Ukuran uterus yang telah diukur dengan sonde berada diluar batas

yang telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6-9 cm

e. IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Varney Helen,

2007; h. 450-451).

F. Pemasangan IUD
Pemasangan implan biasanya dilakukan bawah kulit pada lengan kiri wanita
(lengan kanan bagi wanita kidal ), agar tidak menggangu kegiatan. implan dapat
dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan
yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih
dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan
harus dijaga agar tetap bersih kering dan tidak boleh terkena air selama 5 hari.
Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah
itu setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun implan harus diambil atau
di lepas. (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.1993)
Waktu pemasangan yang tepat adalah waktu menstruasi atau 1-2 setelah
menstruasi. Akseptor sebaiknya berbaring horizontal atau duduk selama
pemasangan implan untuk mempermudah pemasangan.
1. Lengan yang tidak dominan (lengan kiri) diposisikan lurus setinggi pundak.
Tentukan daerah pemasangan biasanya sekitar 8 cm hingga 10 cm di atas lipat
siku. Lakukan pembersihan di daerah tindakan dan sekitarnya.
2. Lakukan anestesi lokal di tempat insersi dan dengan arah seperti kipas
sepanjang 4-4,5 cm dengan pembius lokal.
3. Lakukan sayatan melintang selebar 2-3 mm ditempat suntikan, agar luka tidak
dijahit dan mengurangi kemugkinan infeksi.
4. Tusukkan trokar melalui sayatan ke bawah kulit, perhatikan tanda batasnya dan
tusukkan sampai tanda batas dekat pangkal trokar.
5. Keluarkan batang dalam trochar dan masukkan kapsul implan ke dalam batang
ke luar trochar dengan memakai pinset anatomis, dorong pelan-pelan dengan
batang pendorong sampai terasa ada tahanan.
6. Pertahankan posisi batang pendorong, tarik trochar perlahan-lahan sepanjang
batang pendorong sampai batas paling ujung. implan terlepas dari trokar kalau
tanda batas paling ujung terlihat pada luka insisi dan dipastikan dengan meraba
ujung trokar dengan jari.
7. Raba implan terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada posisi
sebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujungnya dari sayatan. Pasang
seluruh implan dengan posisi menyerupai kipas, sehingga keenam kapsul
terpasang baik. Olesi luka sayatan dengan antisepstik, tutup dengan plester dan
kasa steril dan balut dengan perban.
G. Pencabutan implan
1. Tentukan posisi implan dengan palpasi. Lakukan desinfeksi di daerah tindakan
dan sekitarnya. Lakukan anastesi local pada tempat insersi dengan bentuk
seperti kipas dengan cairan pembius local.
2. Lakukan sayatan 2-3 mm, agar luka tidak perlu dijahit dan mengurangi
kemungkinan infeksi.
3. Tekan Implan dengan jari ke arah sayatan, setelah ujung tampak, jepit dengan
pean dan tarik keluar.
4. Bersihkan implan dari jaringan yang menutupi ujungnya dengan menggunakan
scalpel.
5. Jepit ujung implan yang telah bersih dengan pean yang lain. Tarik keluar
implan perlahan-lahan sampai terlepas seluruhnya. Lakukan hal yang sama
sampai semua implan (6 btg) dikeluarkan. Rapatkan luka, tutup dengan plester,
kasa steril dan balut dengan perban.
BAB III
KEGIATAN

A. INTERVENSI
1. Bentuk kegiatan : Pemasangan KB Implan/Susuk
2. Sasaran : Wanita yang ingin menunda kehamilan berikutnya
3. Lokasi : Gedung PMP Puskesmas Bumiayu
4. Pelaksanaan : Kamis, 20 September 2018

B. MONITORING
1. Kegiatan pemasangan KB implan pada akseptor KB baru dilaksanakan di
ruangan gedung PMP puskesmas Bumiayu berjalan sesuai jadwal dan dimulai
tepat waktu.
2. Petugas kesehatan hadir tepat waktu sebelum pelayanan dimulai.
3. Sebelum tindakan pasien dijelaskan mengenai prosedur, tujuan pemasangan,
jangka pemasangan, efek samping, kapan harus periksa ke tenaga kesehatan.
C. EVALUASI
Angka kehadiran pasien pada hari Kamis, 20 September 2018 sebanyak 2 orang
akseptor baru KB implan. Pasien memahami apa yang disampaikan oleh konselor,
dengan cara menanyakan ulang apa yang telah disampaikan dan hampir sebagian
besar mampu menyampaikan dengan benar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Alat kontrasepsi implan atau susuk berisi lovonorgetrel terdiri dari
kapsul yang diinersikan dibawah kulit lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-
10cm dari lipat siku. Indikasi penggunaan KB susuk adalah pemakaian KB
dalam jangka waktu lama, masih berkeinginan punya anak lagi, namun jarak
antar kelahiran tidak terlalu dekat, tidak dapat memakai KB jenis yang lain.
KB implan merupakan cara yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan
dan dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna dan tidak terlalu
merepotkan.

B. SARAN
1. Untuk Pasien
Apabila ingin menghentikan pemakaian implan, segera kunjungi tenaga
kesehatan yang memasangnya. Jangan mencoba melepas/mencopot sendiri
di rumah.
2. Bagi Tenaga Medis
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kontrasepsi yang lebih kompeten
agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. www.depkes.go.id

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. Prawirohardjo, Sarwono. Jakarta


: YBS-SP
Ragam Metode Kontrasepsi. Prawirohardjo. 2008. Jakarta : YBS-SP
Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Hartanto, Hanafi. 2004. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapans

Anda mungkin juga menyukai