TAMBAHAN
PANGAN
Pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan
26 Juli 2021
2
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
BTP tidak boleh digunakan untuk:
Peraturan Badan
27 Peraturan Kepala BPOM tentang Batas POM No 13 Tahun
Maksimum Penggunaan BTP (26 Direvisi) 2020 tentang
Bahan Tambahan
Pangan Perisa
Peraturan BPOM
- Berlaku Per 30
No. 11 Tahun 2019
Juni 2020
tentang Bahan
- Tayang di
Tambahan Pangan
JDIH.pom.go.id
http://jdih.pom.go.id/ 16 Juli 20
26 PerKa BPOM tentang Batas Maksimum BTP vs PerBPOM 11 Tahun 2019
BAB III: Jenis dan Batas Maksimum BTP BAB III: Batas Maksimal Penggunaan BTP
BAB IV: Penggunaan BTP BAB IV: BTP Ikutan
BAB V: Ajudan BTP
BAB VI: Persyaratan Penggunaan BTP
BAB VII: Tata Cara Memperoleh Persetujuan
6
Batas Maksimal Penggunaan BTP
BTP dalam
Pangan
Terbawa/Ikutan dari
Mengikuti Ketentuan Tentang
Bahan Baku,BTP dan BTP Ikutan
Bahan Penolong
Penambahan Langsung
Contoh Pengaturan Jenis BTP Pengawet Pada Beberapa Kategori Pangan
BATAS MAKSIMAL
• KATEGORI PANGAN PENGGUNAAN
8
Sumber: PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan
• Jika penggunaan BTP diatur pada nomor
induk kategori pangan, maka penggunaan Kurkumin CI No. 75300 sebagai BTP Pewarna
BTP tersebut juga diizinkan pada nomor diizinkan digunakan pada Kategori pangan
sub kategori tersebut 15.0 dengan batas maksimal 200 mg/kg. Hal ini
artinya bahwa Kurkumin CI No. 75300
diizinkan digunakan pada sub kategori yang
ada dibawah induk kategori pangan 15.0 (15.1
sampai dengan 15.3) dengan batas maksimal
200 mg/kg.
11
• Jika penggunaan BTP diatur pada nomor
sub-kategori, maka penggunaan BTP
tersebut juga diizinkan pada nomor sub- Sorbitol sebagai BTP Pemanis diizinkan
sub kategori dan sub-sub-sub kategori digunakan pada Kategori pangan 07.2 dengan
pangan yang ada dibawah sub-kategori batas maksimal CPPB. Hal ini artinya bahwa
Sorbitol diizinkan digunakan pada sub-sub
pangan tersebut.
kategori yang ada dibawah kategori pangan
07.2 (07.2.1 sampai dengan 07.2.3) dengan
batas maksimal CPPB.
12
• Jika penggunaan BTP diatur pada nomor sub-sub-sub
kategori, maka penggunaan BTP tersebut juga diizinkan pada
nomor sub-sub-sub-sub- kategori pangan yang ada dibawah
sub-sub –sub kategori pangan tersebut, namun tidak diatur
untuk sub-sub-sub kategori lainnya.
Contoh:
Karamel IV amonia sulfit proses sebagai BTP Pewarna diizinkan
digunakan pada sub-sub sub kategori pangan 06.8.1 Minuman
Kedelai. Artinya Karamel IV amonia sulfit proses hanya diatur pada
katpang 06.8.1 dan belum diatur pada kategori pangan 06.8.2 Lapisan
Tipis Cairan Kedelai hingga kategori pangan 06.8.8 Produk protein
kedelai lainnya.
13
BTP Ikutan (Carry over)
Adalah BTP yang berasal dari bahan baku baik yang dicampurkan
maupun yang dikemas secara terpisah tetapi masih merupakan satu
kesatuan produk
Naget Ayam
Komposisi:
Daging ayam, Tepung Batter, Tepung
roti (mengandung pewarna
sintetik Kuning FCF CI. 15985),
Tepung Terigu, Air, Garam, Gula,
Bumbu, Penguat Rasa Mononatrium
Glutamat, Pengemulsi Fosfat
Contoh:
1. Mi Instan menggunakan bahan baku tepung terigu yang mengandung BTP
Pengawet Belerang dioksida.
2. Belerang dioksida diatur dalam Tepung terigu (kategori pangan 06.2.1) dengan
batas maksimal 70 mg/kg sebagai residu SO2; dan diatur dalam mi instan
(kategori pangan 06.4.3) dengan batas maksimal 20 mg/kg sebagai residu SO2.
3. Hasil analisis BTP Ikutan Belerang Dioksida pada mi instan mengacu pada
batas maksimal produk akhir ((mi instan (kategori pangan 06.4.3)) sebesar 20
mg/kg sebagai residu SO2.
10
KETENTUAN TENTANG BTP IKUTAN
No Diatur di Bahan Diatur di Produk Batas
Baku/Bahan Akhir Maksimal
Penolong/BTP
2 Tidak Ya Sesuai dengan batas
maksimal pada kategori
pangan produk akhir
Contoh:
1. Sosis Ikan menggunakan bahan baku bumbu yang mengandung BTP Pewarna
Tartrazin.
2. Tartrazin tidak diatur dalam bumbu (kategori pangan 12.2.2); namun diatur
dalam Sosis Ikan (kategori pangan 09.2.4.1) dengan batas maksimal 15 mg/kg.
3. Hasil analisis BTP Ikutan Tartrazin tidak boleh melebihi batas maksimal yang
diatur pada produk Sosis Ikan (kategori pangan 09.2.4.1)) sebesar 15 mg/kg.
11
KETENTUAN TENTANG BTP IKUTAN
No Diatur di Diatur Batas
Bahan Baku/Bahan di Maksimal
Penolong/BTP Produk
Akhir
3 Ya tidak - Kadar dihitung secara teoritis berdasarkan
penambahan bahan baku/bahan penolong/ BTP
ke dalam produk akhir.
- Hasil analisis BTP ikutan tidak boleh lebih besar
dari hasil perhitungan teoritis
- Pada saat batas maksimal BTP yang ditetapkan
pada bahan baku adalah CPPB, maka
perhitungan tersebut tidak berlaku
Contoh:
1. Komposisi Produk kopi instan: Kopi 50%, Gula 30% (mengandung BTP ikutan sulfit), Krimer 20%
2. Gula (kategori pangan 11.1.3) diizinkan ditambahkan Natrium Sulfit dengan batas maksimal sebesar 20
mg/kg sebagai residu SO2. • Kopi instan (Kategori Pangan 14.1.5) tidak diizinkan ditambahkan Natrium
Sulfit.
3. Perhitungan secara teoritis kadar Natrium Sulfit pada produk kopi instan:
= juml bhn baku yg mgd BTP Ikutan pd produk pangan x batas maksimal BTP pd bhn baku tsb
(mg/kg)
= 30/100 x 20 mg/kg= 6 mg/kg sebagai residu SO2.
4. Hasil analisis Natrium Sulfit dalam produk kopi instan tidak boleh lebih besar dari 6 mg/kg sebagai
1
residu SO2. 2
KETENTUAN TENTANG BTP IKUTAN
No Diatur di Diatur Batas
Bahan Baku/Bahan di Maksimal
Penolong/BTP Produk
Akhir
Contoh:
1. Makanan ringan menggunakan bahan baku bumbu yang mengandung BTP Tartrazin
2. Tartrazin tidak diatur dalam bumbu (kategori pangan 12.2.2); dan juga tidak diatur dalam
makanan ringan (Kategori pangan 15.0))
3. Produsen perlu mengajukan izin penggunaan BTP. Izin penggunaan BTP tersebut dapat
diajukan terhadap bumbu ataupun makanan ringan
13
BTP Ikutan untuk Formula Bayi dan MPASI
1. Formula Untuk Bayi dan Formula Lanjutan, serta Formula untuk Kebutuhan Medis Khusus dari Bayi
2. Makanan Bayi dan Anak Dalam Masa Pertumbuhan
14
PENGGUNAAN BTP DILUAR YANG TELAH DIIZINKAN
16
PERHITUNGAN RASIO 1
Contoh:
(x/500) +
(y/15) ≤ 1
KETENTUAN:
Rasio (hasil bagi) masing-masing jenis BTP
tidak boleh lebih dari satu (>1)
Perhitungan rasio tidak berlaku untuk jenis
BTP yang memiliki batas maksimal
“secukupnya”. 17
KETENTUAN PENGGUNAAN PERISA
5 Larangan
Sumber: Peraturan Badan POM No 13 Tahun 2020 tentang Bahan Tambahan Pangan Perisa
JENIS BAHAN PEMBUAT PERISA
1. . Senyawa Perisa senyawa kimia tertentu
yang mempunyai sifat flavour
Senyawa perisa alami diperoleh melalui
proses fisik, mikrobiologis atau enzimatis dari
bahan tumbuhan atau hewan.
Senyawa Perisa Identik Alami diperoleh
secara sintesis atau diisolasi melalui proses
kimia dari bahan baku aromatik alami dan
secara kimia identik dengan senyawa yang ada
dalam produk alami. 2030 senyawa perisa
Senyawa Perisa Artifisial senyawa perisa Batas maksimal CPPB kecuali jika berfungsi
yang disintesis secara kimia yang belum sebagai pelarut pengekstraksi.
teridentifikasi dalam produk alami Diluar yang telah ditetapkan, Izin khusus
2. Bahan Baku Aromatik Alami: bahan baku yang berasal dari tumbuhan
atau hewan yang cocok digunakan dalam penyiapan
/pembuatan/pengolahanperisa alami. Dibatasi
Senyawa
3. Preparat perisa: Dari bahan pangan tumbuhan maupun hewan yang Bioaktif
diperoleh secara langsung atau setelah melalui proses yang diberi dan Daftar
perlakuan fisik, mikrobiologis dan enzimatis untuk mengahasilkan Sumbernya
flavour.
KETENTUAN PENGGUNAAN PERISA
Sumber: Peraturan Badan POM No. 13/2020
3. Sumber Bahan Baku Aromatik/Preparat Perisa
a. Sumber Bahan Baku Aromatik Alami dan/atau sumber Preparat berasal dari hewan, tanaman, alga,
dan/atau mikroba.
b. Hewan, tanaman, alga, dan/atau mikroba yang tertuang dalam Peraturan terkait kategori Pangan
sesuai dapat digunakan sebagai sumber Bahan Baku Aromatik Alami dan/atau sumber Preparat
Perisa dengan Batas Maksimal CPPB.
c. Sumber Bahan Baku Aromatik Alami dan/atau sumber Preparat Perisa selain yang tertuang dalam
kategori pangan juga tertuang dalalm Lampiran IV PerBPOM No. 13/2020 Terdapat 384 sumber
bahan baku aromatik alami/preparat perisa diluar yang diatur dalam kategori pangan
4. Perisa Asap
senyawa penanda benzo[a]piren.
Diperoleh dari kayu keras termasuk serbuk
gergaji, tempurung dan tanaman berkayu melalui benzo[a]piren=0.03 mcg/kg dalam
produk pangan
proses pembakaran terkontrol /destilasi
Kecuali produk pangannya diatur
kering/perlakuan dengan uap yang panas
kondensasi fraksinasi flavour dalam Peraturan Cemaran
Contoh Pengaturan Batas Maksimal Senyawa Bioaktif dalam Lampiran VII PerBPOM No 13/2020
Aloin: Tujon:
Kinina:
PENGELOMPOKKAN PERISA
Perisa alami Terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa alami, bahan baku aromatik
alami, preparat perisa dan/atau perisa asap serta tidak boleh mengandung
senyawa perisa identik alami dan senyawa perisa artifisial.
Perisa Terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa identik alami dan dapat
identik alami mengandung senyawa perisa alami, bahan baku aromatik alami, preparat
perisa dan/atau perisa asap serta tidak boleh mengandung senyawa perisa
artifisial.
Perisa Dapat terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa artifisial.
artifisial
BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN
BTP Campuran
dilarang menggunakan
pewarna dibuktikan BTP Campuran Pemanis campuran: Senyawa nitrat,
dengan analisis dan/atau Glikosida steviol, Senyawa nitrit, dan
kualitatif hanya dalam bentuk table Senyawa sulfit
top
* Perka BPOM No. 8 Tahun 2016 tentang Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Campuran
AYO CEK BTP BERBASIS ANROID DAN WEB
• FITUR APLIKASI
KAMUS ISTILAH
PERHITUNGAN RASIO 1)
23
CONTOH CARA MENGGUNAKAN APLIKASI AYO CEK BTP
UNTUK PRODUK PANGAN BAKSO DAGING
30
PILIH MENU: KETIK: PILIH:
JENIS PANGAN BAKSO DAGING PENGATUR KEASAMAN
PILIH BTP:
HASIL PENCARIAN
NATRIUM KARBONAT
31
Sesuai PerBPOM
nomor 34 tahun
2019