2
MENGAPA BAHAN TAMBAHAN
PANGAN (BTP) DIPERLUKAN ?
3
PP 86 Tahun 2019
tentang
Keamanan
Pangan
Peraturan
27 Peraturan Kepala BPOM tentang Badan POM No
Batas Maksimum Penggunaan BTP 13 Tahun 2020
(26 Direvisi) tentang Bahan
Tambahan
Pangan Perisa
Peraturan BPOM
- Berlaku Per 30
No. 11 Tahun 2019
Juni 2020
tentang Bahan
- Tayang di
Tambahan Pangan
JDIH.pom.go.id
http://jdih.pom.go.id/ 16 Juli 20
27 golongan BTP
1. Antibuih (antifoaming agent); 14. Pengawet (preservative)*;
2. Antikempal (anticaking agent); 15. Pengembang (raising agent);
3. Antioksidan (antioxidant)*; 16. Pengemulsi (emulsifier);
4. Bahan Pengkarbonasi (carbonating 17. Pengental (thickener);
agent); 18. Pengeras (firming agent);
5. Garam Pengemulsi (emulsifying salt); 19. Penguat Rasa (flavour enhancer)*;
6. Gas untuk Kemasan (packaging gas); 20. Peningkat Volume (bulking agent);
7. Humektan (humectant); 21. Penstabil (stabilizer);
8. Pelapis (glazing agent); 22. Peretensi Warna (colour retention
9. Pemanis (sweetener), termasuk agent);
Pemanis Alami (natural sweetener) 23. Perlakuan Tepung (flour treatment
dan Pemanis Buatan (artificial agent);
sweetener)*; 24. Pewarna (colour)*, termasuk Pewarna
10. Pembawa (carrier); Alami (natural food colour) dan Pewarna
11. Pembentuk Gel (gelling agent); Sintetis (synthetic food colour);
12. Pembuih (foaming agent); 25. Propelan (propellant); dan
13. Pengatur Keasaman (acidity regulator); 26. Sekuestran (sequestrant).
27. Perisa (No. 13 Tahun 2020)
*) PP69/1999 : Pangan yang mengandung BTP ini harus mencantumkan pula nama BTP,
dan nomor indeks khusus untuk pewarna
No. 1-26 tertuang dalam Peraturan Badan POM No. 11 Tahun 2019 tentag Bahan Tambahan Pangan
No. 27: Perisa tertuang dalam PerBPOM No. 13 Tahun 2020
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
1. BTP hanya digunakan
pada produk pangan
jika benar-benar
diperlukan secara
teknologi.
6
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
2. BTP tidak boleh digunakan
untuk:
• menyembunyikan
penggunaan bahan*)
yang tidak memenuhi
persyaratan
• menyembunyikan cara kerja
yang bertentangan dengan
cara produksi yang baik
• Menyembunyikan
kerusakan pangan
*) dapat berupa bahan baku, BTP ataupun bahan penolong
7
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
3. Gunakan BTP yang diizinkan sesuai
dengan
peraturan
4. Penggunaan BTP tidak boleh melebihi
batas maksimal yang ditetapkan
5. Gunakan sediaan BTP yang telah
memiliki
nomor Izin edar (MD/ML)
6. Baca takaran penggunaannya dan
gunakan sesuai petunjuk label
sediaan BTP
8
Batas Maksimal
Penggunaan BTP
NUMERIK CPPB (Cara Produksi Pangan Yang Baik)
konsentrasi maksimal BTP yang diizinkan
terdapat pada Pangan dalam satuan yang konsentrasi BTP secukupnya yang digunakan dalam
ditetapkan Pangan untuk menghasilkan efek teknologi yang
diinginkan
BTP Pengawet Natrium
BTP Penstabil
Sorbat 1000 mg/kg BTP
Natrium Tripolifosfat BTP
sebagai asam sorbat Penguat
2200 mg/kg Penguat rasa
sebagai total P rasa Asam
MSG CPPB
Inosinat
CPPB
28/07/202 BPOM 27 10
0 Sept2016
Pengaturan Batas Maksimal
a. Penambahan Langsung
b. Terbawa dari Bahan Harus Mengikuti
Baku Pangan, bahan Batas Maksimal di
penolong dan/atau Produk Akhirnya
BTP (BTP ikutan)
11
Penambahan Langsung
Contoh Pengaturan Jenis BTP Pengawet Pada Beberapa
Kategori Pangan
Lampiran II PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan
•NAMA JENIS BTP
PENGAWET
• GOLONGAN BTP
13
• Jika penggunaan BTP diatur pada
nomor sub-kategori, maka
penggunaan BTP tersebut juga Natrium Stearoil-2-Laktilat sebagai BTP
diizinkan pada nomor sub- sub Pengemulsi diizinkan digunakan pada
kategori dan sub-sub-sub kategori Kategori pangan 07.2 dengan batas maksimal
5000 mg/kg. Hal ini artinya bahwa Natrium
pangan yang ada dibawah sub-
Stearoil-2-Laktilat diizinkan digunakan pada
kategori pangan tersebut. sub-sub kategori yang ada dibawah kategori
pangan 07.2 (07.2.1 sampai dengan 07.2.3)
dengan batas maksimal 5000 mg/kg.
14
• Jika penggunaan BTP diatur pada nomor sub-sub-
sub kategori, maka penggunaan BTP tersebut juga
diizinkan pada nomor sub-sub-sub-sub- kategori
pangan yang ada dibawah sub-sub –sub kategori
pangan tersebut, namun tidak diatur untuk sub-sub-sub
kategori lainnya.
Contoh:
Natrium Karbonat sebagai BTP Pengatur Keasaman diizinkan
digunakan pada sub-sub sub kategori pangan 07.2.1 Keik, Kukis
dan Pai (Isi Buah atau Custard,Vla) Artinya Natrium Karbonat
hanya diatur pada katpang 07.2.1 dan belum diatur pada kategori pangan
07.2.2 Produk Bakeri Istimewa Lainnya (Misalnya Donat, Roll Manis,
Scones, dan Muffin)
15
Penakaran BTP
Timbangan Analitik
Jika memungkinkan menggunakan
timbangan analitik)
Sendok Takar
16
PENAKARAN BTP
DALAM UKURAN SENDOK
TAKAR
Konversi ukuran sendok takar untuk Menakar BTP
1 Pengawet 1,25 g
2 Pewarna 1,25 g
Tabel ini hanya berlaku untuk jenis BTP yang berbentuk bubuk (serbuk,
butiran, granul, kristal)
17
Sendok
takar
Sendok takar
Peres
18
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Roti Isi Abon (Kategori pangan 07.2.2 Produk Bakeri Istimewa Lainnya
19
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Kukis (Kategori Pangan 07.2.1 Keik, Kukis dan Pai Isi Buah atau
Custard, Vla)
Contoh 2: • Contoh pengawet yang diizinkan adalah
Natrium Sorbat (INS. 201)
• Batas maksimal yang diizinkan 2000
mg/kg (sebagai asam sorbat)*. Akan
digunakan dalam 5 kg adonan sehingga
perhitungannya:
20
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Abon Daging Sapi (Kategori Pangan 08.2.2 Produk Daging,
Daging Unggas Dan Daging Hewan Buruan, Dalam Bentuk Utuh Atau Potongan yang
Diolah Dengan Perlakuan Panas)
21
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Keripik Talas (Kategori Pangan 15.1 Makanan Ringan –
Berbahan Dasar Kentang, Umbi, Serealia,mTepung atau Pati (dari Umbi dan Kacang)
22
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Sambal Terasi (Kategori Pangan 12.6.2 Saus Non-Emulsi
Misalnya Saus Tomat, Saus Keju, Saus Krim,Gravi Coklat)
23
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Produk Sirup Buah Markisa (Kategori Pangan 14.1.4.3
Konsentrat Cair atau Padat Untuk Minuman Berbasis Air Berperisa)
Contoh 4:
24
BTP Ikutan (Carry over)
Adalah BTP yang berasal dari semua Bahan Baku Pangan, bahan penolong
dan/atau BTP, baik yang dicampurkan maupun yang dikemas secara terpisah,
tetapi masih merupakan satu kesatuan produk yang tidak berfungsi secara
teknologi dalam produk Pangan akhir
Komposisi:
Ikan Teri, gula(mengandung
pengawet sulfit), air, garam
BTP Ikutan (Carry over)
1. BTP ikutan dapat terkandung dalam produk akhir, meskipun pelaku usaha tidak
menambahkan secara langsung. BTP ikutan tersebut dapat terbawa dari
bahan baku.
2. Jika BTP ikutan tersebut sudah diizinkan digunakan di produk akhir dan batas
maksimalnya tidak melebihi peraturan, maka produk akhir dapat dinyatakan
memenuhi syarat (MS).
3. Jika BTP ikutan tersebut ternyata belum diizinkan digunakan di produk akhir,
namun sudah diizinkan digunakan di bahan baku dan batas maksimalnya
tidak melebihi peraturan, maka produk akhir dapat dinyatakan memenuhi
syarat (MS).
4. Jika BTP ikutan tersebut belum diizinkan digunakan di bahan baku maupun
produk akhir berdasarkan peraturan, maka produk akhir dinyatakan tidak
memenuhi syarat (TMS). Pelaku usaha harus melakukan reformulasi dengan
mengganti bahan baku yang mengandung BTP yang sudah diizinkan dalam
peraturan, atau terlebih dahulu harus mengajukan permohonan penggunaan
BTP ikutan tersebut kepada Badan POM c.q. Dit. Standardisasi Pangan Olahan.
2
6
PENERAPAN BTP IKUTAN
No BTP Ikutan BTP Batas
Diatur di Bahan Ikutan Diatur Maksima
Baku/Bahan di Produk l
Penolong/BTP Akhir
Contoh:
1. Mi Instan menggunakan bahan baku tepung terigu yang
mengandung BTP Pengawet Belerang dioksida.
2. Belerang dioksida diatur dalam Tepung terigu (kategori pangan 06.2.1)
dengan batas maksimal 70 mg/kg sebagai residu SO2; dan diatur dalam mi
instan (kategori pangan 06.4.3) dengan batas maksimal 20 mg/kg sebagai
residu SO2.
3. Hasil analisis BTP Ikutan Belerang Dioksida pada mi instan mengacu
pada batas maksimal produk akhir ((mi instan (kategori pangan 06.4.3))
sebesar 20 mg/kg sebagai residu SO2.
27
PENERAPAN BTP IKUTAN (Lanjutan)
No BTP Ikutan BTP Batas
Diatur di Ikutan Maksim
Bahan Diatur al
Baku/Bahan di
Penolong/BTP Produ
k
Akhir
2 tidak ya Sesuai dengan batas maksimal pada kategori
pangan produk akhir
Contoh:
1. Sosis Ikan menggunakan bahan baku bumbu yang mengandung BTP Pewarna
Tartrazin.
2. Tartrazin tidak diatur dalam bumbu (kategori pangan 12.2.2); namun diatur
dalam Sosis Ikan (kategori pangan 09.2.4.1) dengan batas maksimal 15 mg/kg.
3. Hasil analisis BTP Ikutan Tartrazin pada sosis ikan tidak boleh melebihi batas
maksimal yang diatur pada produk akhir ((Sosis Ikan (kategori pangan 09.2.4.1)) sebesar
15 mg/kg.
28
PENERAPAN BTP IKUTAN (Lanjutan)
Batas
No BTP Ikutan Diatur BTP
di Maksimal
Ikutan
Bahan Diatur
Baku/Bahan di
Penolong/BTP Produ
k
Akhir
3 Ya tidak - Kadar dihitung secara teoritis berdasarkan
penambahan bahan baku/bahan penolong/ BTP ke
dalam produk akhir.
- Hasil analisis BTP ikutan tidak boleh lebih besar
dari hasil perhitungan teoritis
- Pada saat batas maksimal BTP yang ditetapkan
pada bahan baku adalah CPPB, maka perhitungan
tersebut tidak berlaku
Contoh:
1. Komposisi Produk kopi instan: Kopi 50%, Gula 30% (mengandung BTP ikutan sulfit), Krimer 20%
2. Diketahui: • Gula (kategori pangan 11.1.3) diizinkan ditambahkan Natrium Sulfit dengan batas maksimal
sebesar 20 mg/kg sebagai residu SO2. • Kopi instan (Kategori Pangan 14.1.5) tidak diizinkan
ditambahkan Natrium Sulfit.
3. Maka perhitungan secara teoritis kadar Natrium Sulfit pada produk kopi instan:
= juml bhn baku yg mgd BTP Ikutan pd produk pangan x batas maksimal BTP Ikutan pd bhn baku tsb (mg/kg)
= 30/100 x 20 mg/kg= 6 mg/kg sebagai residu SO2.
4.Hasil analisis Natrium Sulfit dalam produk kopi instan tidak boleh lebih besar dari 6 mg/kg sebagai residu2
SO2. 9
PENERAPAN BTP IKUTAN
(Lanjutan)
Contoh:
1. Makanan ringan menggunakan bahan baku bumbu yang mengandung BTP
Tartrazin
2. Tartrazin tidak diatur dalam bumbu (kategori pangan 12.2.2); dan juga tidak diatur
dalam makanan ringan (Kategori pangan 15.0))
3. Produsen perlu mengajukan izin penggunaan BTP. Izin penggunaan BTP
tersebut dapat diajukan terhadap bumbu ataupun makanan ringan
30
Ketentuan Khusus: BTP Ikutan untuk Formula Bayi dan MPASI
Batas Maksimal mengikuti Lampiran II, bila terbawa
dari senyawa gizi maka ketentuannya adalah:
1. Formula Untuk Bayi dan Formula Lanjutan, serta Formula untuk Kebutuhan Medis Khusus dari Bayi
2. Makanan Bayi dan Anak Dalam Masa Pertumbuhan 3
1
PENGGUNAAN BTP DILUAR YANG TELAH DIIZINKAN
senyawa penanda 3-
monochloropropane-1,2-diol (3-
MCPD).
Perisa Hasil Proses Panas Batas maksimal 3-
Diperoleh dari bahan atau campuran monochloropropane-1,2-diol
bahan pangan, atau yang secara alami mengikuti ketentuan Batas
terdapat dalam pangan atau diijinkan Maksimal Cemaran.
digunakan dalam pembuatan perisa
hasil proses panas
c. Perisa artifisial.
Perisa Sintetik
Perisa alami Terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa alami, bahan baku aromatik
alami, preparat perisa dan/atau perisa asap serta tidak boleh mengandung senyawa
perisa identik alami dan senyawa perisa artifisial.
Perisa Terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa identik alami dan dapat
identik alami mengandung senyawa perisa alami, bahan baku aromatik alami, preparat perisa
dan/atau perisa asap serta tidak boleh mengandung senyawa perisa artifisial.
Perisa Dapat terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa artifisial.
artifisial
BTP
Spesifikasi sesuai
CAMPURAN mencantumkan nama
bahan
penyusun golongan BTP yang
mempunyai fungsi
utama
Memenuh mencantumkan
i tulisan “Bahan
persyarata Tambahan Pangan
n Campuran” pada label
Cemaran
BTP Campuran
dilarang menggunakan
pewarna BTP Campuran campuran: Senyawa
dibuktikan Pemanis dan/atau nitrat, Senyawa nitrit,
dengan analisis Glikosida steviol, dan Senyawa sulfit
kualitatif hanya dalam bentuk
table top
* Perka BPOM No. 8 Tahun 2016 tentang Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Campuran
Sumber: PerBPOM No. 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan
Bahan yang Dilarang Digunakan
sebagai BTP ☺Sinamil antranilat (Cinamyl
☺ Asam borat dan senyawanya (Boric anthranilate)
acid) ☺ Dihirosafrol
b o r a k s (Dihydrosafrole)
☺Asam Salisilat dan garamnya ☺ Biji tonka (Tonka bean)
(Salicylic acid and its salt) ☺ Minyak kalamus (Calamus
☺ Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, oil)
☺ Minyak tansi (Tansi oil)
DEPC)
☺ Minyak sasafras (Sasafras
☺ Dulsin (Dulcin) oil)
☺ Kalium klorat (Potassium chlorate)
☺ Kloramfenikol (Chloramphenicol)
Salah satu antibiotik
☺ Minyak nabati yang dibrominasi
(Brominated vegetable oils)
☺ Nitrofurazon (Nitrofurazone)
☺ Formalin
☺ Kalium Bromat (Potassium bromate)
☺ Dulkamara (Dulcamara)
X
☺ Kokain (Cocaine)
☺ Nitrobenzen (Nitrobenzene)
40