Anda di halaman 1dari 41

BAHAN TAMBAHAN PANGAN

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI JAKARTA


Bahan Tambahan Pangan

Apa itu Bahan Bahan Tambahan Pangan adalah


Tambahan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan
Pangan? untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
Pangan.

2
MENGAPA BAHAN TAMBAHAN
PANGAN (BTP) DIPERLUKAN ?

1. Perubahan pola hidup konsumen berdampak pada perubahan


pola
konsumsi.
2. Memenuhi Keinginan Konsumen:
– Menarik konsumen
– Mudah dan tahan/stabil selama distribusi
3. Inovasi industri untuk memenuhi kebutuhan konsumen
– Teknologi pengolahan
– Bentuk komposisi dan unsur-unsur visual dan organoleptis yang
mudah diterima berbagai target konsumen
– Menghasilkan convenience products
4. BTP diperlukan untuk :
– Mempengaruhi mutu pangan

3
PP 86 Tahun 2019
tentang
Keamanan
Pangan

Peraturan
27 Peraturan Kepala BPOM tentang Badan POM No
Batas Maksimum Penggunaan BTP 13 Tahun 2020
(26 Direvisi) tentang Bahan
Tambahan
Pangan Perisa
Peraturan BPOM
- Berlaku Per 30
No. 11 Tahun 2019
Juni 2020
tentang Bahan
- Tayang di
Tambahan Pangan
JDIH.pom.go.id
http://jdih.pom.go.id/ 16 Juli 20
27 golongan BTP
1. Antibuih (antifoaming agent); 14. Pengawet (preservative)*;
2. Antikempal (anticaking agent); 15. Pengembang (raising agent);
3. Antioksidan (antioxidant)*; 16. Pengemulsi (emulsifier);
4. Bahan Pengkarbonasi (carbonating 17. Pengental (thickener);
agent); 18. Pengeras (firming agent);
5. Garam Pengemulsi (emulsifying salt); 19. Penguat Rasa (flavour enhancer)*;
6. Gas untuk Kemasan (packaging gas); 20. Peningkat Volume (bulking agent);
7. Humektan (humectant); 21. Penstabil (stabilizer);
8. Pelapis (glazing agent); 22. Peretensi Warna (colour retention
9. Pemanis (sweetener), termasuk agent);
Pemanis Alami (natural sweetener) 23. Perlakuan Tepung (flour treatment
dan Pemanis Buatan (artificial agent);
sweetener)*; 24. Pewarna (colour)*, termasuk Pewarna
10. Pembawa (carrier); Alami (natural food colour) dan Pewarna
11. Pembentuk Gel (gelling agent); Sintetis (synthetic food colour);
12. Pembuih (foaming agent); 25. Propelan (propellant); dan
13. Pengatur Keasaman (acidity regulator); 26. Sekuestran (sequestrant).
27. Perisa (No. 13 Tahun 2020)
*) PP69/1999 : Pangan yang mengandung BTP ini harus mencantumkan pula nama BTP,
dan nomor indeks khusus untuk pewarna

No. 1-26 tertuang dalam Peraturan Badan POM No. 11 Tahun 2019 tentag Bahan Tambahan Pangan
No. 27: Perisa tertuang dalam PerBPOM No. 13 Tahun 2020
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
1. BTP hanya digunakan
pada produk pangan
jika benar-benar
diperlukan secara
teknologi.

Misal: Produk yang habis


dikonsumsi dalam satu hari
tidak perlu menggunakan
BTP pengawet

6
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
2. BTP tidak boleh digunakan
untuk:
• menyembunyikan
penggunaan bahan*)
yang tidak memenuhi
persyaratan
• menyembunyikan cara kerja
yang bertentangan dengan
cara produksi yang baik
• Menyembunyikan
kerusakan pangan
*) dapat berupa bahan baku, BTP ataupun bahan penolong
7
PRINSIP PENGGUNAAN BTP
3. Gunakan BTP yang diizinkan sesuai
dengan
peraturan
4. Penggunaan BTP tidak boleh melebihi
batas maksimal yang ditetapkan
5. Gunakan sediaan BTP yang telah
memiliki
nomor Izin edar (MD/ML)
6. Baca takaran penggunaannya dan
gunakan sesuai petunjuk label
sediaan BTP
8
Batas Maksimal
Penggunaan BTP
NUMERIK CPPB (Cara Produksi Pangan Yang Baik)
konsentrasi maksimal BTP yang diizinkan
terdapat pada Pangan dalam satuan yang konsentrasi BTP secukupnya yang digunakan dalam
ditetapkan Pangan untuk menghasilkan efek teknologi yang
diinginkan
BTP Pengawet Natrium
BTP Penstabil
Sorbat 1000 mg/kg BTP
Natrium Tripolifosfat BTP
sebagai asam sorbat Penguat
2200 mg/kg Penguat rasa
sebagai total P rasa Asam
MSG CPPB
Inosinat
CPPB

Abon ayam (Kategori Pangan 08.2.2 Produk


Daging,
Daging Unggas Dan Daging Hewan Buruan, Keripik Singkong (15.1 Makanan
Dalam Bentuk Utuh Atau Potongan yang Diolah Ringan – Berbahan Dasar Kentang,
Dengan Perlakuan Panas) Umbi, Serealia, Tepung atau Pati
(dari Umbi dan Kacang)) 9
Keberadaan BTP dalam
Pangan Olahan

BTP dalam pangan olahan dapat berasal dari:


a. Penambahan Langsung
b. Terbawa dari Bahan Baku Pangan, bahan
penolong
dan/atau BTP (BTP ikutan)

28/07/202 BPOM 27 10
0 Sept2016
Pengaturan Batas Maksimal
a. Penambahan Langsung
b. Terbawa dari Bahan Harus Mengikuti
Baku Pangan, bahan Batas Maksimal di
penolong dan/atau Produk Akhirnya
BTP (BTP ikutan)

Selain itu untuk BTP Ikutan juta


terdapat aturan/ketentuan dalam
penerapannya

11
Penambahan Langsung
Contoh Pengaturan Jenis BTP Pengawet Pada Beberapa
Kategori Pangan
Lampiran II PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan
•NAMA JENIS BTP
PENGAWET
• GOLONGAN BTP

• KATEGORI BATAS MAKSIMAL


PENGGUNAAN 1
PANGAN
Sumber: PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan 2
• Jika penggunaan BTP diatur pada
Monosodium Glutamat sebagai BTP Penguat
nomor induk kategori pangan, maka Rasa diizinkan digunakan pada Kategori
penggunaan BTP tersebut juga pangan 15.0 dengan batas maksimal CPPB.
diizinkan pada nomor sub kategori Hal ini artinya bahwa Monosodium glutamat
tersebut diizinkan digunakan pada sub kategori yang
ada dibawah induk kategori pangan 15.0 (15.1
sampai dengan 15.3) dengan batas maksimal
CPPB.

13
• Jika penggunaan BTP diatur pada
nomor sub-kategori, maka
penggunaan BTP tersebut juga Natrium Stearoil-2-Laktilat sebagai BTP
diizinkan pada nomor sub- sub Pengemulsi diizinkan digunakan pada
kategori dan sub-sub-sub kategori Kategori pangan 07.2 dengan batas maksimal
5000 mg/kg. Hal ini artinya bahwa Natrium
pangan yang ada dibawah sub-
Stearoil-2-Laktilat diizinkan digunakan pada
kategori pangan tersebut. sub-sub kategori yang ada dibawah kategori
pangan 07.2 (07.2.1 sampai dengan 07.2.3)
dengan batas maksimal 5000 mg/kg.

14
• Jika penggunaan BTP diatur pada nomor sub-sub-
sub kategori, maka penggunaan BTP tersebut juga
diizinkan pada nomor sub-sub-sub-sub- kategori
pangan yang ada dibawah sub-sub –sub kategori
pangan tersebut, namun tidak diatur untuk sub-sub-sub
kategori lainnya.
Contoh:
Natrium Karbonat sebagai BTP Pengatur Keasaman diizinkan
digunakan pada sub-sub sub kategori pangan 07.2.1 Keik, Kukis
dan Pai (Isi Buah atau Custard,Vla) Artinya Natrium Karbonat
hanya diatur pada katpang 07.2.1 dan belum diatur pada kategori pangan
07.2.2 Produk Bakeri Istimewa Lainnya (Misalnya Donat, Roll Manis,
Scones, dan Muffin)
15
Penakaran BTP

Timbangan Analitik
Jika memungkinkan menggunakan
timbangan analitik)

Sendok Takar

16
PENAKARAN BTP
DALAM UKURAN SENDOK
TAKAR
Konversi ukuran sendok takar untuk Menakar BTP

Bobot BTP dalam Ukuran Sendok Takar


No Golongan BTP
Sendok Takar

1 Pengawet 1,25 g
2 Pewarna 1,25 g

Tabel ini hanya berlaku untuk jenis BTP yang berbentuk bubuk (serbuk,
butiran, granul, kristal)

17
Sendok
takar

Sendok takar
Peres

18
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Roti Isi Abon (Kategori pangan 07.2.2 Produk Bakeri Istimewa Lainnya

Misalnya Donat, Roll Manis, Scones, dan Muffin)

Contoh 1: • Contoh pewarna yang diizinkan adalah


Karamel IV amonia sulfit proses*

• Batas maksimal yang diizinkan 1200


mg/kg*. Akan digunakan dalam 5 kg
adonan sehingga perhitungannya
• 1 sendok takar = 1,25 gram = 1250 mg
• = (1200/1250) x (5 kg)
• = 4,8 sendok takar peres dibulatkan ke
bawah menjadi 4,5 sendok takar peres

Sehingga Karamel IV amonia sulfit


proses yang ditambahkan pada 5 kg
adonan maksimal 4,5 sendok takar
peres
* PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan

19
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Kukis (Kategori Pangan 07.2.1 Keik, Kukis dan Pai Isi Buah atau
Custard, Vla)
Contoh 2: • Contoh pengawet yang diizinkan adalah
Natrium Sorbat (INS. 201)
• Batas maksimal yang diizinkan 2000
mg/kg (sebagai asam sorbat)*. Akan
digunakan dalam 5 kg adonan sehingga
perhitungannya:

• 1 sendok takar = 1,25 gram = 1250 mg


• = (2000/1250) x (5 kg)
• = 8 sendok takar peres

Sehingga kalium sorbat yang


ditambahkan pada 5 kg adonan
maksimal 8 sendok takar peres
* PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan

20
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Abon Daging Sapi (Kategori Pangan 08.2.2 Produk Daging,
Daging Unggas Dan Daging Hewan Buruan, Dalam Bentuk Utuh Atau Potongan yang
Diolah Dengan Perlakuan Panas)

• Contoh pewarna yang diizinkan adalah


Karmin CI. No. 75470 (INS. 120)*
• Batas maksimal yang diizinkan 500
mg/kg (sebagai asam karminat)*. Akan
digunakan dalam 6 kg adonan
sehingga perhitungannya
• 1 sendok takar = 1,25 gram = 1250 mg
• = (500/1250) x (6 kg)
• = 2,4 sendok takar peres dibulatkan ke
bawah menjadi 2 sendok takar peres

Sehingga Karmin yang ditambahkan


pada 6 kg adonan maksimal 2 sendok
takar peres

21
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Keripik Talas (Kategori Pangan 15.1 Makanan Ringan –
Berbahan Dasar Kentang, Umbi, Serealia,mTepung atau Pati (dari Umbi dan Kacang)

• Contoh pewarna yang diizinkan adalah


Kuning FCF CI. No. 15985 (INS. 110)

• Batas maksimal yang diizinkan 100


mg/kg. Akan digunakan dalam 20 kg
adonan sehingga perhitungannya
• 1 sendok takar = 1,25 gram = 1250 mg
• = (100/1250) x (20 kg)
• = 1,5 sendok takar peres

Sehingga kuning FCF yang


ditambahkan pada 20 kg adonan
maksimal 1,5 sendok takar peres

22
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Sambal Terasi (Kategori Pangan 12.6.2 Saus Non-Emulsi
Misalnya Saus Tomat, Saus Keju, Saus Krim,Gravi Coklat)

• Contoh pengawet yang diizinkan


adalah Natrium Sorbat (INS. 201)

• Batas maksimal yang diizinkan 1000


mg/kg (Dihitung terhadap asam sorbat). Akan
digunakan dalam 10 kg adonan
sehingga perhitungannya
• 1 sendok takar = 1,25 gram = 1250 mg
• = (1000/1250) x (10 kg)
• = 8 sendok takar peres

Sehingga natrium sorbat yang


ditambahkan pada 10 kg adonan
maksimal 8 sendok takar peres

23
PERHITUNGAN PENGGUNAAN BTP
Contoh Produk Sirup Buah Markisa (Kategori Pangan 14.1.4.3
Konsentrat Cair atau Padat Untuk Minuman Berbasis Air Berperisa)

Contoh 4:

• Contoh pengawet yang diizinkan adalah


Natrium Benzoat (INS. 211)
• Batas maksimum yang diizinkan 900
mg/kg. Akan digunakan dalam 10 kg
larutan sirup sehingga perhitungannya:

• 1 sendok takar = 1,25 gram = 1250 mg


• = (900/1250) x (10 kg)
• = 7.2 sendok takar peres dibulatkan ke
bawah menjadi 7 sendok takar peres

Sehingga natrium benzoat yang


ditambahkan pada 10 kg larutan
maksimal 7 sendok takar peres

24
BTP Ikutan (Carry over)
Adalah BTP yang berasal dari semua Bahan Baku Pangan, bahan penolong
dan/atau BTP, baik yang dicampurkan maupun yang dikemas secara terpisah,
tetapi masih merupakan satu kesatuan produk yang tidak berfungsi secara
teknologi dalam produk Pangan akhir

Contoh Kecap Ikan

Komposisi:
Ikan Teri, gula(mengandung
pengawet sulfit), air, garam
BTP Ikutan (Carry over)
1. BTP ikutan dapat terkandung dalam produk akhir, meskipun pelaku usaha tidak
menambahkan secara langsung. BTP ikutan tersebut dapat terbawa dari
bahan baku.
2. Jika BTP ikutan tersebut sudah diizinkan digunakan di produk akhir dan batas
maksimalnya tidak melebihi peraturan, maka produk akhir dapat dinyatakan
memenuhi syarat (MS).
3. Jika BTP ikutan tersebut ternyata belum diizinkan digunakan di produk akhir,
namun sudah diizinkan digunakan di bahan baku dan batas maksimalnya
tidak melebihi peraturan, maka produk akhir dapat dinyatakan memenuhi
syarat (MS).
4. Jika BTP ikutan tersebut belum diizinkan digunakan di bahan baku maupun
produk akhir berdasarkan peraturan, maka produk akhir dinyatakan tidak
memenuhi syarat (TMS). Pelaku usaha harus melakukan reformulasi dengan
mengganti bahan baku yang mengandung BTP yang sudah diizinkan dalam
peraturan, atau terlebih dahulu harus mengajukan permohonan penggunaan
BTP ikutan tersebut kepada Badan POM c.q. Dit. Standardisasi Pangan Olahan.

2
6
PENERAPAN BTP IKUTAN
No BTP Ikutan BTP Batas
Diatur di Bahan Ikutan Diatur Maksima
Baku/Bahan di Produk l
Penolong/BTP Akhir

1 Ya Ya Sesuai dengan batas


maksimal pada kategori
pangan produk akhir

Contoh:
1. Mi Instan menggunakan bahan baku tepung terigu yang
mengandung BTP Pengawet Belerang dioksida.
2. Belerang dioksida diatur dalam Tepung terigu (kategori pangan 06.2.1)
dengan batas maksimal 70 mg/kg sebagai residu SO2; dan diatur dalam mi
instan (kategori pangan 06.4.3) dengan batas maksimal 20 mg/kg sebagai
residu SO2.
3. Hasil analisis BTP Ikutan Belerang Dioksida pada mi instan mengacu
pada batas maksimal produk akhir ((mi instan (kategori pangan 06.4.3))
sebesar 20 mg/kg sebagai residu SO2.
27
PENERAPAN BTP IKUTAN (Lanjutan)
No BTP Ikutan BTP Batas
Diatur di Ikutan Maksim
Bahan Diatur al
Baku/Bahan di
Penolong/BTP Produ
k
Akhir
2 tidak ya Sesuai dengan batas maksimal pada kategori
pangan produk akhir

Contoh:
1. Sosis Ikan menggunakan bahan baku bumbu yang mengandung BTP Pewarna
Tartrazin.
2. Tartrazin tidak diatur dalam bumbu (kategori pangan 12.2.2); namun diatur
dalam Sosis Ikan (kategori pangan 09.2.4.1) dengan batas maksimal 15 mg/kg.
3. Hasil analisis BTP Ikutan Tartrazin pada sosis ikan tidak boleh melebihi batas
maksimal yang diatur pada produk akhir ((Sosis Ikan (kategori pangan 09.2.4.1)) sebesar
15 mg/kg.

28
PENERAPAN BTP IKUTAN (Lanjutan)

Batas
No BTP Ikutan Diatur BTP
di Maksimal
Ikutan
Bahan Diatur
Baku/Bahan di
Penolong/BTP Produ
k
Akhir
3 Ya tidak - Kadar dihitung secara teoritis berdasarkan
penambahan bahan baku/bahan penolong/ BTP ke
dalam produk akhir.
- Hasil analisis BTP ikutan tidak boleh lebih besar
dari hasil perhitungan teoritis
- Pada saat batas maksimal BTP yang ditetapkan
pada bahan baku adalah CPPB, maka perhitungan
tersebut tidak berlaku
Contoh:
1. Komposisi Produk kopi instan: Kopi 50%, Gula 30% (mengandung BTP ikutan sulfit), Krimer 20%
2. Diketahui: • Gula (kategori pangan 11.1.3) diizinkan ditambahkan Natrium Sulfit dengan batas maksimal
sebesar 20 mg/kg sebagai residu SO2. • Kopi instan (Kategori Pangan 14.1.5) tidak diizinkan
ditambahkan Natrium Sulfit.
3. Maka perhitungan secara teoritis kadar Natrium Sulfit pada produk kopi instan:
= juml bhn baku yg mgd BTP Ikutan pd produk pangan x batas maksimal BTP Ikutan pd bhn baku tsb (mg/kg)
= 30/100 x 20 mg/kg= 6 mg/kg sebagai residu SO2.
4.Hasil analisis Natrium Sulfit dalam produk kopi instan tidak boleh lebih besar dari 6 mg/kg sebagai residu2
SO2. 9
PENERAPAN BTP IKUTAN
(Lanjutan)

No BTP Ikutan BTP Batas


Diatur di Bahan Ikutan Maksim
Baku/Bahan Diatur al
Penolong/BTP di
Produ
k
Akhir
4 Tidak Tidak Perlu mengajukan izin penggunaan BTP

Contoh:
1. Makanan ringan menggunakan bahan baku bumbu yang mengandung BTP
Tartrazin
2. Tartrazin tidak diatur dalam bumbu (kategori pangan 12.2.2); dan juga tidak diatur
dalam makanan ringan (Kategori pangan 15.0))
3. Produsen perlu mengajukan izin penggunaan BTP. Izin penggunaan BTP
tersebut dapat diajukan terhadap bumbu ataupun makanan ringan

30
Ketentuan Khusus: BTP Ikutan untuk Formula Bayi dan MPASI
Batas Maksimal mengikuti Lampiran II, bila terbawa
dari senyawa gizi maka ketentuannya adalah:

1. Formula Untuk Bayi dan Formula Lanjutan, serta Formula untuk Kebutuhan Medis Khusus dari Bayi
2. Makanan Bayi dan Anak Dalam Masa Pertumbuhan 3
1
PENGGUNAAN BTP DILUAR YANG TELAH DIIZINKAN

•Jenis dan Penggunaan


BTP yang belum
diizinkan:

1. Boleh digunakan setelah mendapat


persetujuan tertulis dari Kepala Badan.
2. Untuk mendapatkan persetujuan tersebut,
pemohon harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Kepala Badan disertai
kelengkapan data sesuai formulir
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II PerBPOM No. 11/2019.
3. Keputusan persetujuan/penolakan dari
Kepala Badan diberikan paling lama 85 •Formulir yang digunakan
untuk mengajukan izin
(delapan puluh lima) sejak diterimanya
penggunaan BTP
permohonan secara lengkap.
• (Pasal 16, PerBPOM No.
11/2019) •3
2
PERHITUNGAN RASIO 1
Contoh:

Keripik Singkong BTP Batas Pengguna Rasio


(Kategori pangan 15.1) Maksim an pada
al produk
(mg/kg) (mg/kg)
Komposisi:
Singkong, Garam, Air, Bumbu, Gula, Karmin 200 X x/200
Pewarna Alami Karmin, Pewarna
Sintetik Kuning FCF CI. No. 15985 Kuning 100 y y/100
FCF
(x/200) +
(y/100) ≤
1
KETENTUAN:
 Rasio (hasil bagi) masing-masing jenis BTP
tidak boleh lebih dari satu (>1)
 Perhitungan rasio tidak berlaku untuk jenis
BTP yang memiliki batas maksimal
“secukupnya”.
33
KETENTUAN PENGGUNAAN
PERISA
JENIS PERISA:
Senyawa Perisa : senyawa kimia tertentu
yang mempunyai sifat flavour
Senyawa perisa alami : diperoleh
m e l a l u i proses fisik, mikrobiologis atau
enzimatis dari bahan tumbuhan atau
hewan.
Senyawa Perisa Identik Alami : secara
sintesis atau diisolasi melalui proses kimia
dari bahan baku aromatik alami dan secara  2030 senyawa perisa
kimia identik dengan senyawa yang ada  Batas maksimal CPPB kecuali jika berfungsi
sebagai pelarut pengekstraksi.
dalam produk alami.
 Diluar yang telah ditetapkan, Izin khusus
Senyawa Perisa Artifisial: senyawa perisa
yang disintesis secara kimia yang belum
teridentifikasi dalam produk alami
Preparat perisa: dari bahan pangan tumbuhan maupun hewan yang
diperoleh secara langsung atau setelah melalui proses yang diberi
perlakuan fisik, mikrobiologis dan enzimatis untuk mengahasilkan flavour. Dibatasi
Senyawa
Bahan Baku Aromatik Alami: bahan baku yang berasal dari Bioaktif
tumbuhan atau hewan yang cocok digunakan dalam penyiapan dan Daftar
/ pembuatan / pengolahan perisa alami. Sumbernya
JENISPERISA(lanjutan)
Perisa Asap
Diperoleh dari kayu keras termasuk serbuk
 senyawa penanda benzo[a]piren.
gergaji, tempurung dan tanaman berkayu
 benzo[a]piren=0.03 mcg/kg
melalui proses pembakaran terkontrol
dalam produk pangan
/destilasi kering/perlakuan dengan uap
 Kecuali produk pangannya diatur
yang
dalam Peraturan Cemaran
panas, kondensasi fraksinasi
flavour

 senyawa penanda 3-
monochloropropane-1,2-diol (3-
MCPD).
Perisa Hasil Proses Panas  Batas maksimal 3-
Diperoleh dari bahan atau campuran monochloropropane-1,2-diol
bahan pangan, atau yang secara alami mengikuti ketentuan Batas
terdapat dalam pangan atau diijinkan Maksimal Cemaran.
digunakan dalam pembuatan perisa
hasil proses panas

Sumber: Peraturan Kepala Badan POM No. 22/2016


Sumber Bahan Baku Aromatik/Preparat Perisa

a. Sumber Bahan Baku Aromatik Alami


dan/atau sumber Preparat berasal dari
hewan, tanaman, alga, dan/atau mikroba.
b. Hewan, tanaman, alga, dan/atau mikroba
yang tertuang dalam Peraturan terkait
kategori Pangan sesuai dapat digunakan
sebagai sumber Bahan Baku Aromatik
Alami dan/atau sumber Preparat Perisa
dengan Batas Maksimal CPPB.
c. Sumber Bahan Baku Aromatik Alami
dan/atau sumber Preparat Perisa selain
yang tertuang dalam kategori pangan juga
tertuang dalalm Lampiran IV PerBPOM
No. 13/2020→ Terdapat 384 sumber Contoh: Abies alba Mill,
bahan bau aromatik alami/preparat Myrocarpus frondosus
perisa diluar yang diatur dalam kategori
pangan.
36
PENGELOMPOKKAN PERISA
Kelompok: Untuk Tujuan pelabelan
dikelompokkan menjadi:
a Perisa alami; Perisa Alami
b. Perisa identik alami;

c. Perisa artifisial.
Perisa Sintetik
Perisa alami Terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa alami, bahan baku aromatik
alami, preparat perisa dan/atau perisa asap serta tidak boleh mengandung senyawa
perisa identik alami dan senyawa perisa artifisial.

Perisa Terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa identik alami dan dapat
identik alami mengandung senyawa perisa alami, bahan baku aromatik alami, preparat perisa
dan/atau perisa asap serta tidak boleh mengandung senyawa perisa artifisial.

Perisa Dapat terdiri dari satu atau lebih senyawa perisa artifisial.
artifisial
BTP
Spesifikasi sesuai
CAMPURAN mencantumkan nama
bahan
penyusun golongan BTP yang
mempunyai fungsi
utama

Spesifikasi sesuai KMI mencantumkan


atau persyaratan lain takaran penggunaan
(SNI, JECFA) dalam produk pangan

Memenuh mencantumkan
i tulisan “Bahan
persyarata Tambahan Pangan
n Campuran” pada label
Cemaran

BTP Campuran
dilarang menggunakan
pewarna BTP Campuran campuran: Senyawa
dibuktikan Pemanis dan/atau nitrat, Senyawa nitrit,
dengan analisis Glikosida steviol, dan Senyawa sulfit
kualitatif hanya dalam bentuk
table top
* Perka BPOM No. 8 Tahun 2016 tentang Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Campuran
Sumber: PerBPOM No. 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan
Bahan yang Dilarang Digunakan
sebagai BTP ☺Sinamil antranilat (Cinamyl
☺ Asam borat dan senyawanya (Boric anthranilate)
acid) ☺ Dihirosafrol
b o r a k s (Dihydrosafrole)
☺Asam Salisilat dan garamnya ☺ Biji tonka (Tonka bean)
(Salicylic acid and its salt) ☺ Minyak kalamus (Calamus
☺ Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, oil)
☺ Minyak tansi (Tansi oil)
DEPC)
☺ Minyak sasafras (Sasafras
☺ Dulsin (Dulcin) oil)
☺ Kalium klorat (Potassium chlorate)
☺ Kloramfenikol (Chloramphenicol)
 Salah satu antibiotik
☺ Minyak nabati yang dibrominasi
(Brominated vegetable oils)
☺ Nitrofurazon (Nitrofurazone)
☺ Formalin
☺ Kalium Bromat (Potassium bromate)
☺ Dulkamara (Dulcamara)

X
☺ Kokain (Cocaine)
☺ Nitrobenzen (Nitrobenzene)
40

Anda mungkin juga menyukai