PASAL 1
PELAKSANAAN BAHTSUL MASAIL
Bahtsul Masail dipimpin oleh seorang moderator dan di bawah pengawasan tean perumus serta
team mushoheh.
PASAL 2
TUGAS MODERATOR
1. Memimpin, menjaga ketertiban, mengatur dan membagi waktu, member ijin, menerima
usul (pendapat) dari Mubahtsin.
2. Menunjuk peserta Bahtsul Masail untuk menjawab as’ilah
3. Meminta shohibut ta’bir untuk membaca dan menerangkan kesimpulan ta’birnya.
4. Membuka termin I’tirad dan I’tidlod bagi pebdapat yang belum ketemu.
5. Meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari permasalahan.
6. Bersikap obyektif dan bijaksana terhadap Mubahtsin.
7. Membaca rumusab perumus yang telah disepakati oleh Mubahtsin.
8. Dalam keadaan dlolurat moderator dapat menunjuk salah seorang peserta untuk
melanjutkan pembahasan.
PASAL 3
TUGAS TEAM PERUMUS
1. Mengikuti jalannya Bahtsul Masail
2. Meneliti jawaban peserta dan ta’bir yang telah masuk.
3. Memilih ta’bir yang paling sesuai dengan permasalahan.
4. Meluruskan jawaban yang dirasa menyimpang dari permasalahan.
5. Memberikan rumusan jawaban beserta ta’birnya kepada panitia setelah session terakhir.
PASAL 4
1
Pengurus Wilayah LBM NU Jatim Indonesia, Komisi Fatwa MUI Jatim Indonesia dan Ketua Badan Wakaf
Indonesia Perwakilan Kabupaten Trenggalek
TUGAS MUSHOHEH
1. Mengikuti jalannya Bahtsul Masail
2. Memberikan pengarahan dan nasehat kepada Mubahtsin.
3. Mempertimbangkan dan mentashih hasil keputusan Bahtsul Masail
PASAL 5
KEWAJIBAN PESERTA
1. Mendaftarkan diri kepada panitia
2. Menempati mabhatsul massail 10 menit sebelum acara dimulai.
3. Menjawab soal dan menyampaikan ta’birnya setelah diberi waktu oleh moderator.
4. Menyampaikan ibaratnya kepada perumus.
5. Bertanggung jawab atas keputusan Bahtsul Masail
PASAL 6
LARANGAN
1. Keluar dari mabhats tanpa seijin moderator.
2. Membuat gaduh dalam forum.
3. Menjawab masalah tanpa melalui moderator.
4. Berselisih dengan teman sedelegasi.
5. Berdialog/berselisih langsung antara delegasi dengan team perumus.
PASAL 7
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Jawaban dianggap sah apabila mendapat persetujuan musyawirin dan perumus, serta
disahkan Mushoheh dengan cara mufakat.
2. Masalah dianggap maukuf jika masih belum ada titik temu dan disetujui oleh semua
peserta untuk Melanjutkan soal selanjutnya.
3. Semua keputusan yang dianggap sah dipertanggung jawabkan bersama dan tidak dapat
diganggu gugat.
4. Hasil keputusan akan dibacakan dalam siding pleno.
PASAL 8
PERATURAN TAMBAHAN
Segala sesuatu yang belum tercantum dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan.
A. KETENTUAN UMUM
● Yang di maksud dengan kitab adalah al kutub al mu’tabarah, yaitu kitab-kitab Tentang
ajaran islam yang sesuai dengan aqidah ahli sunnah wal jama’ah (rumusan mu’tamar ke
XXVII)
● Yang di maksud dengan bermadzhab secara qauly adalah mengikuti pendapat-pendapat
yang sudah jadi dalam lingkup madzhab tertentu.
● Yang dimaksud dengan bermadzhab secara manhajy adalah bermadzhab dengan mengikuti
jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam madzhab.
● Yang dimaksud dengan qauly adalah pendapat imam madzhab
● Yang di maksud dengan wajah adalah pendapat ‘ulama’ madzhab
● Yang di maksud dengan taqrir jama’I adalah upaya secara kolektif untuk menetapkan
● pilihan terhadap satu qaul/wajah diantara beberapa qaul/wajah.
● Yang di maksud dengan ilhaq (ilhaq masail bi nadza’iriha) adalah menyamakan hukum
suatu kasus/masalah yang belum dijawab oleh kitab dengan kasus/masalah serupa yang telah
di jawab oleh kitab(menyamakan dengan pendapat yang sudah jadi)
● Yang dimaksud dengan usulan masalah adalah permintaan untuk membahas suatu
kasus/masalah, baik hanya berupa judul masalah maupun disertai pokok-pokok pikiran atau
hasil pembahasan awal dengan maksud dimintakan tanggapan
● Yang dimaksud dengan pengesahan adalah pengesahan hasil suatu bahtsu al masa’il oleh
pengurus besar syuriah NU, munas alilm ulama NU atau muktamar NU
(Sebagian uraian Disadur dari KEPUTUSAN MUNAS ALIM ULAMA’ NU DI BANDAR LAMPUNG
TANGGAL 16-20 RAJAB 1412 H / 21-25 JANUARI 1992 M)